Anda di halaman 1dari 48

BLOK REPRODUKSI-TUMBUH KEMBANG SKENARIO 1

LAPORAN PBL Sabtu, 10 Juni 2023

“Kehamilan Kurang Bulan”

Disusun oleh :

KELOMPOK 4

Tutor :

Dr. dr. Bertha Jean Que, Sp.S.,M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2023
DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK

Ketua : Simon Petrus Manurung 2019-83-039

Sekretaris 1 : Rifka Theresia Siagian 2021-83-044

Sekretaris 2 : Meifaninshi Harita 2021-83-046

Anggota : 1. Frandy Novembri Sunaidi 2019-83-004

2. Yuni Zikra Sangadji 2021-83-005

3. Anggiyani Badi 2021-83-014

4. Megumi Isabelle Padilla Malle 2021-83-035

5. Kasparlina Crisanti Kelbulan 2021-83-037

6. Moh. Alvarizy 2021-83-038

7. Jennifer Violin Latumeten 2021-83-040

8. Albert Litamahuputty 2021-83-041

9. Greni Adelia Putri Simarmata 2021-83-043

10. Miranda Nehemia Br Pasaribu 2021-83-045

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
atas limpahan berkat rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.

Laporan ini memuat hasil diskusi kami selama skenario 1 Problem


Based Learning (PBL). Laporan ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini
kami ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. dr. Bertha Jean Que Sp.S.,M.Kes selaku tutor yang telah
mendampingi kami selama diskusi PBL berlangsung.

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan PBL


ini yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


laporan PBL ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan laporan PBL kami ini selanjutnya. Akhir kata,
semoga laporan PBL ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi setiap orang yang
membacanya.

Ambon, 10 Juni 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK ................................................... i


KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ v
BAB 1 .............................................................................................................. 1
PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1. Skenario ............................................................................................. 1
1.2. Seven Jumps .......................................................................................... 1
1.1.2. Step 1 : Identifikasi Kata Sukar dan Kalimat Kunci ......................... 1
1.2.2. Step 2 : Identifikasi Masalah ........................................................... 1
1.2.3. Step 3 : Hipotesis Sementara ........................................................... 2
1.2.4. Step 4 : Klarifikasi Masalah dan Mind Mapping .............................. 4
1.2.5. Step 5 : Learning Objectives............................................................ 4
1.2.6. Step 6 : Belajar Mandiri .................................................................. 5
1.2.7. Step 7 : Presentasi Hasil Belajar Mandiri ......................................... 5
BAB 2 .............................................................................................................. 9
PEMBAHASAN .............................................................................................. 9
2.1. Anatomi Terkait Skenario ...................................................................... 9
2.2. Faktor Resiko Terkait Persalinan Preterm ............................................ 12
2.3. Penegakkan Diagnosis Persalinan Preterm ........................................... 15
2.3.1. Patofisiologi Persalinan Preterm ....................................................... 15
2.3.2. Mekanisme Persalinan Normal dan Persalinan Preterm ..................... 18
2.3.3. Gejala-Gejala Persalinan Preterm ...................................................... 26
2.4. Tatalaksana Terapi Pendahuluan Persalinan Preterm ............................ 27
2.4.1. Deteksi Dini Persalinan Preterm ....................................................... 27
2.4.2. Tatalaksana Farmakologi Sebagai Terapi Pendahuluan Persalinan
Preterm....................................................................................................... 30

iii
2.5. Menentukan Rujukan yang Tepat Bagi Penanganan Pasien Kasus
Persalinan Preterm...................................................................................... 32
2.5.1. Tipe Fasilitas Kesehatan Tempat Rujukan Persalinan Preterm........... 32
2.5.2. Sarana dan Prasarana yang Dibutuhkan Ibu dan Janin Dalam Persalinan
Preterm....................................................................................................... 34
2.5.3. Tatalaksana yang Akan Diberikan Pada Tempat Rujukan Dituju ....... 35
2.6. Tindak Lanjut Sesudah Kembali dari Rujukan Kasus Persalinan Preter. 37
2.6.1. Pencegahan Persalinan Preterm Pada Kehamilan Selanjutnya ........... 37
2.6.2. Metode Promosi Kesehatan Tentang Persalinan Preterm ................... 38
BAB 3 ............................................................................................................ 43
PENUTUP ..................................................................................................... 43
3.1. Kesimpulan ......................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 44

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Organ Reproduksi Wanita ............................................................. 10


Gambar 2. Uterus dan Adnesa ........................................................................ 11
Gambar 3. Plasenta......................................................................................... 12
Gambar 4. Aktivasi AKsis HPA ..................................................................... 16
Gambar 5. Cervix ........................................................................................... 17
Gambar 6. Aktivasi Memberan Desidua ......................................................... 18
Gambar 7. Primpara dan Multipara. ................................................................ 20
Gambar 8. Mekanisme Kala II ........................................................................ 22
Gambar 9. Mekanisme Kala II ....................................................................... 22
Gambar 10. Mekanisme Kala II ...................................................................... 24
Gambar 11. Alur Rujukan Berdasarkan Tipe Fasilitas Kesehatan.................... 34
Gambar 12. Alur Pencegahan Persalinan Preterm ........................................... 37
Gambar 13. Mencegah Persalinan Preterm .................................................... 42

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sistem Scoring Creasy ..................................................................... 29


Tabel 2. Klasifikasi Fasilittas Pelayanan Kesehatan dalam System Rujukan. .. 33
Tabel 3. Pemeriksaan Penunjang Pada Persalinan Preterm .............................. 35
s

v
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Skenario

Perempuan 23 tahun, G2P1A0, HPHT 29 Oktober 2022. Datang ke puskesmas


dengan keluhan sakit perut tembus ke belakang sejak sekitar 1 jam lalu. Sakit
perut dirasakan tiap 10 menit dengan durasi 15-20 detik. Tidak ada pelepasan
air, lendir atau darah. Ibu merasa gerakan janin aktif.

1.2. Seven Jumps


1.1.2. Step 1 : Identifikasi Kata Sukar dan Kalimat Kunci
1.1.2.1. Identifikasi Kata Sukar
1. HPHT : Hari pertama haid terakhir yang digunakan untuk
menentukan usia kehamilan tetapi metode ini masih memiliki
kekurangan terkadang memberikan informasi kurang akurat.
2. G2P1A0 : Gravida/ jumlah kehamilan : 2 kali, Paritas/jumlah
kelahiran : 1 kali, Abortus : 0 kali
1.1.2.2. Identifikasi Kalimat Kunci
1. Perempuan 23 tahun, G2P1A0, HPHT 29 Oktober 2022.
2. Keluhan sakit perut tembus ke belakang sejak sekitar 1 jam lalu
3. Sakit perut dirasakan tiap 10 menit dengan durasi 15-20 detik.
4. Tidak ada pelepasan air, lendir atau darah
5. Gerakan janin aktif

1.2.2. Step 2 : Identifikasi Masalah


1. Berdasarkan HPHT yang ada, kira-kira kapan waktu pasien akan
melahirkan?
2. Apa yang menjadi tanda-tanda bahwa pasien mengalami kelahiran
kurang bulan?
3. Mengapa pasien mengalami sakit perut sampai tembus ke belakang?

1
4. Apakah ada hubungan antara gerakan janin yang aktif dengan sakit perut
yang dialami pasien?
5. Bagaimana tanda-tanda dari seseorang yang ingin melahirkan?
6. Apakah hubungan tidak adanya pelepasan air, lendir dan darah dengan
keluhan yang dialami?
7. Apakah ada hubungan keluhan pasien dengan umur kehamilan pasien?
8. Kenapa pasien mengalami sakit setiap 10-15 menit?

1.2.3. Step 3 : Hipotesis Sementara


1. Kehamilan dihitung dari HPHT hingga.. diperkirakan perempuan akan
melahirkan pada bulan juli 2023. Tafsiran persalinan dengan rumus
nigel : hari+7, bulan-3, tahun+1, digunakan untuk diatas bulan Maret.
Jadi diperkirakan pasien melahirkan 5 Juli 2023.
2. Terdapat kontraksi setiap 10-15 menit sekali, nyeri pinggang dan
panggul, kram perut, perdarahan vagina dan meningkatnya keluarnya
cairan dari vagina, meningkatnya tekanan dibagian panggul dan vagina.
Adanya kontraksi irreguler.
3. Bisa saja karena kandungan semakin membesar sehingga beban yang
dibawa semakin besar dan berujung ke kontraksi palsu, tidak nyaman,
tegang, dan juga menjalar ke arah perut bawah dan
panggul bahkan paha. Kontraksi (umumnya terjadi pada wanita hamil)
diakibatkan perubahan pusat gravitasi di tubuh ibu tersebut saat dia
duduk, berjalan. Bisa juga karena hormon (enstrogen misal meningkat)
menyebabkan kram, peningkatan ligamentum pada wanita hamil.
4. Ada hubungan, karena keluhan nyeri wajar terjadi karena kondisi perut
ibu semakin membesar sejalan dengan janin yang semakin membesar,
sehingga ruangan bayi bergerak terbatas dan membuat keluhan sakit
yang dirasakan ibu.
5. Terdapat 2 yaitu:
a. Inpartu :
1) Penipisan serta adanya pembukaan serviks.

2
2) Kontraksi uterus yang menyebabkan berubahnya serviks
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
3) Keluar cairan lendir yang bercampur dengan darah melalui
vagina.
b. Tanda-tanda persalinan
1) Ibu merasa ingin meneran atau menahan napas bersamaan
dengan terjadinya kontraksi.
2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada bagian rectum
dan vagina.
3) Perineum mulai menonjol.
4) Vagina dan sfingter ani mulai membuka.
6. Pengeluaran lendir yang bercampur darah semakin meningkat.Pelepasan
dicurigai bahwa pasien merasakan adanya inflamasi pada uterusnya
sehingga diketahui lendir atau darah menjadi indikasi adanya perdarahan
pada organ-organ di sekitar perut/uterusnya.Tidak ada pelepasan
darahpasien terlepas dari kecurigaan perdarahan.
7. Ada hubungan terkait keluhan yang dialami pasien, kehamilan kurang
bulan memiliki faktor risiko salah satunya usia. Pada usia 23 tahun
tergolong muda untuk mengalami kelahiran kurang bulan, dan pasien
juga sudah mengalami partus satu kali dan kemungkinan mengalami
masalah pada kehamilan pertama. Umur kehamilan pasien memiliki
hubungan dengan keluhan,. Menggarah ke kehamilan ektopik terganggu
yang biasanya disertai dengan ruptur tuba dan menyebabkan adanya
keluarnya darah
8. Dinamakan kontraksi dini yang berbeda dari kontraksi palsu. Dimana
tidak dapat diredakan dengan istirahat, jenis kontraksi ini terjadi ketika
ibu hamil mengalami kontraksi teratur sebelum usia kehamilannya 37
minggu, kemudian kontraksi dini juga memiliki pola tertentu setiap 10-
12 menit selamat lebih dari 1 jam.

3
1.2.4. Step 4 : Klarifikasi Masalah dan Mind Mapping
1.2.4.1. Klarifikasi Masalah
-
1.2.4.2. Mind Mapping

G2P1A0 Wanita, 23 th
HPHT 29-10-2022

Onset :sejak 1 jam lalu


Sakit perut tembus
Frek : tiap 10 menit
kebelakang
Durasi : 15-20 detik
Rumus neegle

(H+7, B-3, T+1)


Tidak ada pelepasan
Gerakan Janin Aktif
5 Juli 2023 Air, Lendir, Darah
Kontraksi Dini

Keluarnya lender dan


Ruangan janin
darah menunjukkan
bergerak terbatas
adanya inflamasi uterus

Kehamilan Kurang
Bulan

Tatalaksana Pencegahan &


Pem. Penunjang
edukasi

1.2.5. Step 5 : Learning Objectives


1. Mahasiswa/I mampu menjelaskan anatomi terkait skenario.
2. Mahasiswa/I mampu menjelaskan faktor risiko persalinan preterm.
3. Mahasiswa/I mampu menjelaskan penegakkan diagnosis persalinan
preterm
a. Patofisiologi persalinan preterm
b. Mekanisme persalinan normal dan persalinan preterm
c. Gejala-gejala persalinan preterm.

4
4. Mahasiswa/I mampu menjelaskan tatalaksana terapi pendahuluan
persalinan preterm
a. Deteksi dini persalinan preterm
b. Tatalaksana farmakologi sebagai terapi pendahuluan
persalinan preterm
5. Mahasiswa/I mampu menjelaskan cara menentukan rujukan yang
tepat bagi penanganan pasien kasus persalinan preterm
a. Tipe fasilitas kesehatan tempat merujuk persalinan preterm
b. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan ibu dan janin dalam
persalinan preterm
c. Tatalaksana yang akan diberikan pada tempat rujukan yang
dituju
6. Mahasiswa/I mampu menjelaskan cara tindak lanjut sesudah kembali
dari rujukan kasus kehamilan persalinan preterm
a. Pencegahan persalinan preterm pada kehamilan selanjutnya
b. Metode promosi kesehatan tentang persalinan preterm

1.2.6. Step 6 : Belajar Mandiri

1.2.7. Step 7 : Presentasi Hasil Belajar Mandiri

5
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Anatomi Terkait Skenario


Serviks atau leher rahim merupakan bagian sistem reproduksi
perempuan yang letaknya di bagian ujung depan rahim yang menghubungkan
antara vagina dan rahim. Serviks membentuk bagian inferior dari uterus,
berbentuk seperti silinder yang lebar, dengan panjang 2 – 3,5 cm dengan saluran
sempit di tengahnya yang disebut kanalis 8 servikalis yang menghubungkan
uterus dengan rahim. Serviks uteri terbentuk oleh jaringan ikat, otot polos,
pembuluh darah dengan konsistensi kenyal. Bagian utama pada serviks terdiri
atas bagian ektoserviks dan endoserviks. Ektoserviks adalah bagian dari serviks
yang dapat dilihat dari dalam vagina selama pemeriksaan ginekologi.
Ektoserviks ditutupi oleh epitel skuamosa berwarna mengkilat dan merah muda
pada forniks kanan, kiri, depan dan belakang.1
Endoserviks adalah bagian serviks yang berada di dalam yang menutupi
permukaan kanalis servikalis dan tidak dapat dilihat selama pemeriksaan
ginekologi. Pada bagian tengah serviks terdapat 2 lubang yang disebut lubang
mulut leher rahim luar (orificium uteri externa) dan lubang mulut leher rahim
dalam (orificium uteri interna). Kedua lubang tersebut dihubungkan oleh kanalis
servikalis. Orificium uteri externa menghubungkan serviks dan vagina
sedangkan orificium uteri interna yang merupakan terusan dari bagian
endoserviks atau kanal endoserviks menghubungkan serviks dengan Rahim.1

9
Gambar 1. Organ Reproduksi Wanita
Sumber : Paulsen F, Waschke J. Sobotta Atlas Anatomi Manusia: Organ-Organ. Dalam.
Edisi 23. Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2015.

Uterus atau rahim adalah organ yang berongga dan berotot yang
berbentuk seperti buah pir dengan bagian bawah yang mengecil. Uterus
mempunyai tiga macam lapisan dinding yaitu perimetrium (lapisan paling luar)
yang berfungsi untuk melindungi uterus, miometrium yang lapisannya kaya
akan sel otot yang dapat berkontraksi dan berelaksasi dengan melebar dan
kembali menjadi bentuk semula, kemudia lapisan paling dalam adalah
endometrium yang berfungsi sebagai tempat pertumbuhan embrio jika sel telur
dibuahi dan akan meluruh setiap bulannya jika tidak dibuahi yang lebih dikenal
dengan menstruasi. Kemudian bagian dasar uterus yang mengecil disebut
sebagai serviks atau leher rahim yang menghubungkan uterus dengan vagina. 1

10
Gambar 2. Uterus dan Adnexa
Sumber : Paulsen F, Waschke J. Sobotta Atlas Anatomi Manusia: Organ-Organ. Dalam.
Edisi 23. Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2015.
Anatomi Plasenta Secara umum, plasenta normal memiliki diameter 15 -
25 cm, ketebalan 2-3 cm, dan berat 500-600 gram atau bervariasi yaitu 1/6 dari
berat lahir bayi. Plasenta terdiri dari dua sisi yaitu sisi maternal terdiri dari
desisua kompakta yang terdiri dari beberapa lobus dan kotiledon, sisi dimana
plasenta berwarna merah gelap dan terbagi-bagi dalam lobula dan kotiledon
yang berjumlah antara 15-20. Darah ibu mengalir di seluruh plasenta
diperkirakan meningkat dari 300 ml tiap menit pada kehamilan 20 minggu
sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu. Sedangkan sisi fetal yaitu
bagian permukaan yang mengkilap, berwarna keabu-abuan dan seperti tembus
cahaya sehingga nampak jaringan pada sisi maternal, terdiri dari korion
frotundum dan villi.2
Pada kehamilan aterm panjang tali pusat sekitar 55-60 cm dengan
diameter 2 - 2,5 cm, dan memiliki cukup banyak Wharton's jelly, tidak
bersimpul dan tidak memiliki thrombosis.Tali pusat yang normal memiliki dua
arteri dan satu vena. Selaput plasenta pada umumnya berwarna abu-abu,
berkerut, licin dan tembus cahaya. Selaput dan plasenta memiliki bau yang
khas. Tali pusat berhubungan dengan plasenta, insersi tali pusat apabila
ditengah disebut insersio sentral, agak ke pinggir disebut insersi lateralis dan
apabila di tepi disebut insersimarginalis. 2

11
Gambar 3. Plasenta
Sumber : Paulsen F, Waschke J. Sobotta Atlas Anatomi Manusia: Organ-Organ. Dalam.
Edisi 23. Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2015.

2.2. Faktor Resiko Terkait Persalinan Preterm


Usia kehamilan merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup janin dan kualitas hidupnya. Umumnya kehamilan
disebut cukup bulan bila berlangsung antara 37-41 minggu dihitung dari
hari pertama siklus haid terakhir pada siklus 28 hari. Sedangkan persalinan
yang terjadi sebelum usia kandungan mencapai 37 minggu disebut dengan
persalinan prematur.3
1. Usia
Usia ibu sangatlah mempengaruhi hasil dari sebuah kehamilan,
semakin rendah atau semakin tinggi usia ibu, maka akan semakin
meningkatkan risiko ibu mengalami kelahiran kurang bulan.
Kehamilan, persalinan, dan kelahiran paling aman yaitu pada
usia ibu antara 20 dan 34 tahun. Ibu remaja yang berusia lebih muda
(usia 13-17 tahun) maupun lebih tua (usia 18 atau 19 tahun), memiliki
peluang tinggi melahirkan bayi kurang bulan atau bayi mengalami
retardasi pertumbuhan. Sedangkan masalah yang dihadapi wanita hamil
berusia lebih tua (>35 tahun) biasanya merupakan akibat kelainan
kromosom atau komplikasi medis akibat penyakit kronis yang lebih
sering terjadi pada wanita diusia dini. 3

12
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dianggap faktor
risiko terjadinya PKB karena berhubungan dengan tingkat pengetahuan
ibu.3
3. Pekerjaan
Ibu yang bekerja selama hamil lebih berisiko untuk mengalami
kelahiran prematur dibandingkan mereka yang tidak bekerja. PTB
dengan beban kerja ibu dipengaruhi oleh karena tingkat stres, depresi,
dan kecemasan ibu yang ditimbulkan oleh beberapa jenis pekerjaan ibu.
Pada ibu hamil trimester I yang bekerja dengan beban kerja fisik tinggi
berisiko mengalami kelahiran kurang bulan.3
4. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup. Jumlah
paritas merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya kelahiran
kurang bulan, karena jumlah paritas dapat mempengaruhi keadaan
kesehatan ibu dalam kehamilan.3
5. Jarak Kehamilan
Interval yang pendek (jarak kehamilan) berhubungan dengan
terjadinya peningkatan risiko PTB, bahkan sekalipun persalinan
sebelumnya adalah persalinan aterm. Interval pendek antara kehamilan
berikutnya.3
6. Stres dan depresi
Masalah kehidupan yang penuh dengan tekanan (stres) selama
kehamilan telah dikaitkan dengan terjadinya PTB atau usia kehamilan
menjadi lebih pendek. stres yang meningkat selama pertengahan
kehamilan memprediksi skor kecemasan yang lebih tinggi pada akhir
kehamilan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat gejala depresi,
kecemasan dan stres bervariasi seiring bertambahnya usia kehamilan.
Meningkatnya depresi pada awal kehamilan sangat penting, tidak hanya
meramalkan gejala depresi, tapi juga meningkatkan kecemasan dan stres
pada akhir kehamilan, sehingga skrining kesehatan emosional sejak dini
sangat penting untuk mencegah terjadinya kelainan saat kehamilan.3

13
7. Merokok
Penggunaan tembakau pada kehamilan adalah salah satu yang
paling penting penyebab kelahiran prematur (PTB) dan komplikasi
lainnya yang terjadi di Amerika Serikat. Ketergantungan terhadap
tembakau adalah kondisi adiktif kronis yang membutuhkan intervensi
penghentian secara berulang. dampak yang ditimbulkan akibat merokok
selama kehamilan rata-rata terjadi peningkatan komplikasi, seperti
solusio plasenta, plasenta previa, ketuban pecah dini, dan hambatan
pertumbuhan intrauterine.3
8. Riwayat Obstetri
Mengetahui riwayat reproduksi ibu sebelumnya sangatlah
penting, seperti memiliki riwayat aborsi induksi sebelumnya dapat
meningkatkan risiko kelahiran sangat kurang bulan dengan onset
kelahiran spontan. Ibu dengan riwayat aborsi spontan trimester kedua
atau PTB sebelumnya berisiko peningkatan kelahiran sangat kurang
bulan dikehamilan berikutnya.4
9. Riwayat Kehamilan sekarang
a. Ketuban pecah dini : Pecahnya kulit ketuban sebelum persalinan
terjadi, sedangkan pecahnya kulit ketuban pada usia kehamilan
<37 minggu disebut ketuban pecah dini kehamilan kurang bulan.
Penyebab utama pecahnya ketuban dini secara spontan pada PTB
disebabkan karena infeksi intrauterin, didukung dengan faktor
predisposisi seperti sosial ekonomi rendah, IMT ≤19,8 kg/m2 ,
kurang gizi, dan merokok serta riwayat PPROM sebelumnya.
b. Perdarahan antepartum : Perdarahan yang terjadi pada jalan lahir
setelah 24 minggu hingga sebelum terjadinya kelahiran bayi.
Penyebab yang paling sering terjadi pada perdarahan ini adalah
plasenta previa yaitu plasenta yang berimplamantasi di bawah
rahim/menutupi sebagian atau keseluruhan jalan rahim dan
plasenta abrupsi yaitu terlepasnya sebagian atau seluruh
permukaan plasenta matrenal dari tempat implamantasinya
sebelum waktunya.4

14
10. Kebiasaan Sehari-hari
a. Jumlah waktu tidur malam
Kualitas tidur yang buruk, baik di awal dan di akhir
kehamilan berhubungan dengan peningkatan risiko persalinan
prematur dan bisa berdampak buruk lagi jika disertai dengan
faktor risiko lainnya seperti stress. Durasi tidur pendek (≤6 jam)
berkaitan dengan kelahiran prematuredan juga wanita yang
mengalami durasi tidur yang lebih lama memungkinkan juga
mengalami kelahiran sangat prematur, dibandingkan dengan
kelompok kontrol . Peningkatan kelahiran prematur 25% pada
awal kehamilan dan 18% di kehamilan lanjut, sehingga untuk
mencegah terjadinya persalinan prematur sebaiknya ibu
melakukan tidur dengan durasi 7-8jam/hari.
b. Kelelahan
Wanita yang mengeluh kelelahan memiliki risiko 2,66 kali lipat
lebih tinggi untuk mengalami PPROM (Preterm Premature
Rupture of Membrane) jika dibandingkan dengan wanita yang
tidak mengeluh kelelahan selama awal kehamilan.4

2.3. Penegakkan Diagnosis Persalinan Preterm


2.3.1. Patofisiologi Persalinan Preterm
1. Aktivasi Aksis HPA (Hypothalamus-Pituitary-Adrenal).
Mekanisme akibat adanya stres fisik maupun psikologi
menyebabkan aktivasi kurang bulan dari aksis HPA ibu dan
menyebabkan terjadinya persalinan kurang bulan. Aksis HPA ini
menyebabkan timbulnya insufisiensi uteroplasenta dan mengakibatkan
kondisi stres pada janin.4
Stres pada ibu maupun janin akan mengakibatkan peningkatan
pelepasan hormon corticotropin releasing hormone (CRH), perubahan
pada adrenocorticotropic hormone (ACTH), prostaglandin, reseptor
oksitosin, matrix metaloproteinase (MMP), interleukin-8,

15
cyclooksigenase-2, dehydroepiandrosteron sulfate (DHEAS), estrogen
plasenta dan pembesaran kelenjar adrenal. 4

Gambar 4. Aktivasi Aksis HPA


Sumber : Herman S, Tri Joewono H. Buku Acuan Persalinan Kurang Bulan 1. 2020;16–26.

2. Kontraktilitas Miometeium
Persalinan terjadi akibat perubahan pola kontraktilitas uterus.
Hal ini dapat terjadi secara fisiologis atau diinduksi oleh kejadian
patologis seperti infeksi atau pembedahan intra abdominal.
Invasi bakteri rongga koriodesidua, yang bekerja melepaskan
endotoksin dan eksotoksin, mengaktivasi desidua dan membran janin
untuk menghasilkan sejumlah sitokin, termasuk tumor necrosis factor,
interleukin-1, interleukin- 1ß, interleukin-6, interleukin-8, dan
granulocyte colony- stimulating factor.4
Selanjutnya, cytokines, endotoxins, dan exotoxins merangsang
sintesis dan pelepasan prostaglandin dan juga mengawali neutrophil
chemotaxis, infiltrasi, dan aktivasi, yang memuncak dalam sistesis dan
pelepasan metalloprotease dan zat bioaktif lainnya. Prostaglandin
merangsang kontraksi uterus sedangkan metalloprotease menyerang
membran korioamnion yang menyebabkan pecahnya ketuban.
Metalloprotease juga meremodeling kolagen dalam serviks dan
melembutkannya.4
Infeksi bakteri di dalam uterus terjadi di beberapa tempat antara
lain yaitu di antara jaringan ibu dan membran janin (di dalam rongga

16
korion desidua), di dalam membran bayi (amnion dan korion), di dalam
plasenta, di dalam cairan amnion, dan di dalam tali pusat.4
3. Remodeling Serviks
Perubahan serviks meliputi pelunakan, pematangan, dilatasi, dan
perbaikan post partum. Pelunakan serviks dimulai sejak awal kehamilan.
Kekuatan regang serviks yang lunak diatur oleh peningkatan sintesis
kolagen dan pertumbuhan serviks.4

Gambar 5. Cervix
Sumber : Herman S, Tri Joewono H. Buku Acuan Persalinan Kurang Bulan 1. 2020;16–26.

4. Aktivasi Membrane Desidua


Mekanisme yang berhubungan dengan perdarahan plasenta
dengan ditemukannya peningkatan emosistein yang akan mengakibatkan
kontraksi miometrium. Perdarahan pada plasenta dan desidua
menyebabkan aktivasi dari faktor pembekuan Xa (protombinase).
Selanjutnya protmbinase akan mengubah protombin menjadi
thrombin dan pada beberapa penilitian trombin mampu menstimulasi
kontraksi myometrium.4

17
Gambar 6. Aktivasi Membran Desidua
Sumber : Herman S, Tri Joewono H. Buku Acuan Persalinan Kurang Bulan 1. 2020;16–26.

2.3.2. Mekanisme Persalinan Normal dan Persalinan Preterm

Sebelum persalinan yang sebenarya mulai, terdapat beberapa fenomena


yang menunjukkan bahwa tidak lama lagi labor akan terjadi. Fenomena tersebut
adalah:
1. Lightening, yaitu perasaan subyektif dari ibu yang terjadi karena bagian
bawah janin lebih mapan dalam SBR dan pelvis. Ibu akan merasa janin
turn, sesak nafas berkurang, tetapi disertai sakit pinggang dan sering
kencing serta dirasakan lebih sulit bila berjalan. Hal in terjadi 2-3
minggu sebelum aterm.
2. Engagement, yaitu peristiwa masuknya kepala dalam panggul. Pada
primigravida, terjadi 2-3 minggu menjelang aterm. Lightening tidak
sama dengan engagement meskipun keduanya dapat terjadi bersamaan.
3. Sekresi vagina meningkat.
4. Berat badan me urun.
5. Bloody show yaitu keluarnya cairan kemerahan atau darah yang disertai
dengan lendir dari vagina.
6. Serviks menjadi lunak dan datar.
7. Sakit pinggang yang terus-menerus.
8. Ada gejala false labor.

18
Persalinan dapat dibagi dalam 4 kala (stages), yaitu :
Kala I : mulai dari his teratur sampai pembukaan lengkap
Kala II : mulai dari pembukaan lengkap sampai keluarnya janin
Kala III : mulai dari keluarnya janin sampai keluarnya plasenta
Kala IV : dua jam setelah lahirnya plasenta

KALA I
Pada sat persalinan mulai, pada umumnya serviks telah masak.
Serviks yang masak ditandai dengan :
- lunak
- terbuka satu jari longgar
- panjang 1,3 cm
- posisi anterior

Kala I adalah kala pembukaan sehingga kemajuan kala I dinilai dari


majunya pembukaan, meskipun pada kala I terjadi proses penurunan
kepala dan putar paksi dalam. Pada primigravida, kala I bervariasi antara
12-14 jam, sedangkan pada multipara antara 6-8 jam.
Kala I dapat dibagi ke dalam:
Fase laten : pembukaan 0-3 cm, berlangsung kurang lebih 8 jam.
Fase aktif : akselerasi, maximal of slope dan deselerasi. Fase ini
berlangsung selama 4-6 jam.

19
Gambar 7. Primpara dan Multipara
Sumber :Cunningham FG. Williams Obstetrics, 25 thEdition.Chapter 35-Obstetrics
Haemorrhage. United States of America: McGraw-Hill Education; 2018. p
Pada kala I, kadang-kadang his menjadi lemah sehingga
pembukaan tidak bertambah. Pada umumnya bila dalam 2 jam
pembukaan tidak bertambah sebagaimana mestinya atau bahkan tidak
bertambah sama sekali maka dinamakan kala I tidak maju.
Penatalaksanaan kala I:
1. Catat tanda vital dan periksa laboratorium rutin.
2. Janin dengan presentasi kepala, kepala sudah masuk panggul,
ketuban belum pecah, ibu dan anak baik, maka ibu boleh jalan-jalan
atau berada di tempat tidur. Ada bukti bahwa dengan berjalan-jalan,
kala I menjadi lebih pendek.
3. Kemajuan pembukaan dikontrol tap 2-4 jam dengan periksa dalam.
4. His dan DJJ dikontrol tiap 15 menit.
5. Dengan enema, rektum menjadi bersih dan memacu his.
6. Kandung kencing harus kosong. Penderita harus kencing atau
dikateter.
7. Makanan ringan dan cairan harus cukup. Makanan yang sukar
dicerna sebaiknya dihindarkan.
8. Bila sakitnya berlebihan, dapat diberi analgetik.

20
9. Pasien tidak boleh mengejan.
10. Pasien jangan sampai lost of control.

KALA II
Beberapa tanda bahwa pasien masuk kala II adalah:
1. Bloody show (lendir semu darah) makin hebat
2. Perasaan ingin muntah, disertai ingin mengejan
3. Perasaan ingin defekasi
4. Anus terbuka
5. Ketuban pecah spontan
Bila terdapat tanda-tanda di atas, periksa dalam bisa dilakukan untuk
mengetahui apakah pembukaan sudah lengkap.
Mekanisme kala Il presentasi kepala:
1. Engagement : pada primigravida terjadi 2 minggu menjelang aterm,
sementara pada multipara akan terjadi pada awal persalinan.
2. Flexion : fleksi harus terjadi agar kepala mampu melewati panggul
dengan diameter yang terkecil. Di samping itu, fleksi juga menjamin
terjadinya engagement.
3. Descent : adalah penurunan kepala lebih lanjut. Penurunan terjadi
karena adanya his dan penipisan SBR, serta kontraksi tot perut.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah bentuk dan ukuran panggul,
serta besar dan posisi kepala.
4. Internal rotation : terjadi bersama-sama dengan descent. Putar paksi
dalam merupakan usaha penyesuaian kepala terhadap bidang-bidang
panggul.
Oksiput akan memutar ke depan atau ke belakang (sebagian kecil)
sehingga sutura sagitalis dalam posisi anteroposterior. Putar paksi
dalam selesai apabila bagian terendah telah mencapai spina
iskiadika, yang artinya kepala telah engaged.
5. Extension: terjadi setelah kepala menyembul dari introitus, dengan
oksiput di bawah simfisis.

21
6. External rotation: terjadi setelah kepala lahir, yang merupakan
kebalikan putar paksi dalam.

Gambar 8. Mekanisme Kala II


Sumber : Cunningham FG. Williams Obstetrics, 25 thEdition.Chapter 35-Obstetrics
Haemorrhage. United States of America: McGraw-Hill Education; 2018. P

Gambar 9. Mekanisme Kala II


Sumber : Cunningham FG. Williams Obstetrics, 25 thEdition.Chapter 35-Obstetrics
Haemorrhage. United States of America: McGraw-Hill Education; 2018. P

22
Penelitian menunjukkan bahwa dengan posisi vertikal, ibu dapat
menghasilkan tekanan intra abdominal 30% lebih kuat dibandingkan
dengan posisi horizontal. Dengan demikian, lama persalinan lebih
pendek dan lebih sedikit komplikasinya.
Penatalaksanaan kala II:
1. Kekuatan pada kala II adalah his dan hejan perut. Ibu disuruh
mengejan hanya pada saat ada his supaya efisien dan tidak
menimbulkan kelelahan.
2. Bila kepala sudah membuka pintu, pengeluaran jangan terlalu
cepat. Bila oksiput telah keluar di bawah simfisis, ekstensi
kepala diatur dengan perasat Ritgen agar tidak terlalu cepat yang
dapat menyebabkan robekan perineum. Tangan kanan operator
memegang perineum (dengan bantalan kain steril) dengan jari-
jari di belakang anus ibu. Ekstensi kepala diatur dengan menekan
muka bay ke arah simfisis, sedangkan tangan yang lain
mengontrol kecepatan lahirnya kepala.
3. Episiotomi dilakukan pada primigravida atau penderita dengan
perineum yang kaku. Dilakukan bila kepala tampak dengan
diameter 3-4 cm pada introitus (kepala membuka pintu).
4. Setelah kepala lahir, ia ditahan sambil mengadakan putar paksi
luar.
5. Muka diusap dengan kain steril; lendir di hidung, mulut dan
tenggorokan disap dengan halus.
6. Bila terdapat lilitan tali pusat, kendorkan atau klem dan potong.
7. Bahu dilahirkan dengan cara kepala dipegang pada kedua os
parietale, atau satu tangan di muka, tangan yang lain di oksiput.
Kepala ditekan ke bawah untuk melahirkan bahu depan, lalu
diangkat untuk melahirkan bahu belakang.
Perlu ditekankan bahwa operator hanya menekan dan
mengangkat kepala untuk memudahkan lahirnya bahu. la tidak boleh
melakukan tarikan ke atas karena dapat merusak pleksus brakialis.

23
Kekuatan yang mendorong keluar adalah tenaga mengejan atau
dorongan ringan fundus oleh asisten.

Gambar 10. Mekanisme Kala II


Sumber : Cunningham FG. Williams Obstetrics, 25 thEdition.Chapter 35-Obstetrics
Haemorrhage. United States of America: McGraw-Hill Education; 2018. P

8. Bila bahu telah lahir, dengan mengait pada ketiak, badan dan
kedua tungkai dengan mudah dapat dilahirkan.
9. Usaha resusitasi dilanjutkan, sementara operator memotong tali
pusat. Caranya, klem di dua tempat, kira-kira 10 cm dari pusat,
kemudian potong di antara kedua klem tersebut.

KALA III
Kandung kencing harus segera dikosongkan setelah janin
lahir. Biasanya plasenta akan lepas dalam 5 menit. Dalam kala
III ini ada dua rangkaian peristiwa, yaitu lepasnya plasenta dan
pengeluarannya dari uterus ke dunia luar.
Tanda-tanda plasenta lepas adalah:
1. Keluar darah syor dari vagina.
2. Tali pusat memanjang.
3. Uterus menjadi globuler dan teraba lebih keras.
4. Pada saat plasenta masuk dalam vagina, fundus uteri
meninggi.
Ada dua mekanisme lepasnya plasenta, yaitu cara Duncan
dan cara Schultze. Pada cara Duncan, plasenta lepas dari tengah,

24
sementara pada cara Schultze, plasenta lepas dari tengah.
Meskipun demikian, kedua cara ini tidak mempunyai
kepentingan klinik yang berarti.

Manajemen kala III terdiri dari beberapa macam:


1. Perasat Kutzner: tali pusat ditegangkan, tekan di atas
simfisis. Bila tali pusat tidak masuk, artinya plasenta telah
lepas. Bila masuk, berarti belum lepas.
2. Perasat Strassman: tali pusat ditegangkan, fundus uteri
diketok. Bila terasa getaran pada tali pusat, plasenta belum
lepas. Bila tidak, berarti plasenta telah lepas.
3. Perasat Klein; ibu disuruh mengejan supaya tali pusat turun.
Bila setelah mengejan tali pusat masuk lagi, berarti plasenta
belum lepas. Namun, bila tidak, plasenta sudah lepas.
4. Manajemen Aktif Kala III: merupakan manajemen kala III
yang dianjurkan saat ini. Tujuan manajemen aktif kala III
adalah menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif
sehingga dapat memperpendek waktu kala III persalinan dan
mengurangi kehilangan darah dibandingkan dengan
penatalaksanaan fisiologis. Manajemen aktif kala III terdiri
dari tiga langkah utama, yaitu: pemberian suntikan oksitosin,
penegangan tali pusat terkendali, dan rangsangan taktil atau
pemijatan fundus uteri.5

KALA IV

Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua


jam setelah itu dilakukan dengan melakukan pemantauan pada kala IV yaitu
lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang uterus baik dan
kuat, evaluasi tinggi fundus uteri, memperkirakan kehilangan darah secara
keseluruhan, periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau
episiotomi) perineum, evaluasi keadaan ibu, dokumentasikan semua asuhan dan

25
temuan selama persalinan kala IV di bagian belakang partograf, segera setelah
asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.6

2.3.3. Gejala-Gejala Persalinan Preterm


Persalinan preterm didefinisikan sebagai persalinan pada usia
kehamilan kurang dari 37 minggu Persalinan preterm berkontribusi
langsung terhadap risiko morbiditas dan mortalitas maternal, janin, dan
neonatus. Mekanisme persalinan preterm tidak berbeda dengan
persalinan aterm yaitu kontraktilitas uterus, pematangan serviks, dan
ruptur membran.4
Kontraksi yang teratur sebelum usia kehamilan 37 minggu dan
dihubungkan dengan adanya perubahan pada serviks seperti perubahan
serviks secara progresif, pelebaran serviks 2cm atau lebih, dan penipisan
serviks 80%. Selain berhubungan dengan serviks kontraksi ini disertai
juga dengan gejala lain yaitu, tekanan pada pelvik, kram-kram perut
bagian bawah, pelepasan cairan encer pervaginam, nyeri pervaginam
dan kontraksi rahim yang teratur dengan interval <5-8 menit yang
ditemukan pada usia kehamilan 20 – 37 minggu.4
Kejadian persalinan premature ditandai dengan gejala sebagai
berikut:7
1. Kontraksi rahim yang sering dan teratur setiap 15 menit sekali
atau <4 kali kontraksi dalam I jam.
2. Kram yang menyebabkan rasa tidak nyaman yang hilang timbul
dibagian bawah perut.
3. Nyeri dibawah pinggang yang samar yang tidak dipengaruhi oleh
perubahan posisi.
4. Peningkatan atau perubahan mendadak pada cairan vagina (lebih
kental, cair dan bernoda darah).

26
2.4. Tatalaksana Terapi Pendahuluan Persalinan Preterm
2.4.1. Deteksi Dini Persalinan Preterm
Pemantauan dan deteksi dini ibu hamil adalah upaya dalam
memberikan bimbingan, memberikan semangat, nasehat dan kemudahan
kepada keluarga ibu hamil untuk mengenal, mencegah dan mengatasi
masalah kehamilan, persalinan dan pelayanan neonatal yang
dihadapinya. Sasaran pemantauan ibu hamil adalah ibu hamil yang
memiliki resiko tinggi. Kehamilan dengan resiko tinggi adalah
kehamilan yang memiliki resiko meninggalnya bayi, ibu atau
melahirkan bayi dengan cacat atau terjadi komplikasi kehamilan, yang
lebih besar dari resiko pada wanita normal umumnya. Ada banyak hal
yang menyebabkan suatu kehamilan masuk dalam katagori resiko tinggi.
Teknik pemilihan ibu hamil beresiko tinggi ditentukan oleh tenaga
kesehatan. 8
Kunjungan ANC yang teratur dan pemantauan (monitoring) yang
rutin oleh bidan selama masa kehamilan tersebut diharapkan komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara
umum dapat dikenali secara lebih dini. Hal ini dapat mengurangi resiko
kematian ibu hamil. Faktor yang mempengaruhi pencapaian kunjungan
K1 dan K4 ibu hamil diantaranya adalah faktor internal (paritas dan
usia) dan eksternal (pengetahuan, sikap, ekonomi, sosial budaya,
geografis, informasi dan dukungan). Dampak dari ibu hamil yang tidak
mengikuti ANC adalah: meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas
ibu, tidak terdeteksinya kelainan – kelainan kehamilan dan kelainan fisik
yang terjadi pada saat persalinan tidak dapat dideteksi secara dini. 8
Beberapa indikator dapat dipakai untuk meramalkan terjadinya
persalinan preterm, sebagai berikut.
1. Indikator klinik
Indikator klinik yang dapat dijumpai seperti timbulnya kontraksi
dan pemendekan serviks (secara manual maupun ultrasonografi).
Terjadinya ketuban pecah dini juga meramalkan akan terjadinya
persalinan preterm.9

27
2. Indikator laboratorik
Beberapa indikator laboratorik yang bermakna antara lain
adalah: jumlah leukosit dalam air ketuban (20/ml amu lebih),
pemeriksaan CRP (> 0,7 mg/ml), dan pemeriksaan leukosit dalam
serum ibu (> 13.000/ml). 9
3. Indikator biokimia
a. Fibronektin janin: peningkatan kadar fibronektin janin pada
vagina, serviks dan air ketuban memberikan indikasi adanya
gangguan pada hubungan antara korion dan desidua. Pada
kehamilan 24 minggu atau lebih, kadar fibronektin janin 50
ng/ml atau lebih mengindikasikan risiko persalinan preterm 9
b. Corticotropin releasingbormone (CRH): peningkatan CRH
dini atau pada trimester 2 merupakan indikator kuat untuk
terjadinya persalinan preterm.9
c. Siobin inflamasi: seperti IL-10, IL-6, IL-8, dan TNF-cl telah
diteliti sebagai mediator yang mungkin belperan dalam
sintesis prostaglandin.9
d. Isoferitin plasenta pada keadaan normal (tidak hamil) kadar
isoferitin sebesar 10 U/ml. Kadarnya meningkat secara
bermakna selama kehamilan dan mencapai puncak pada
trimester akhir yaitu 54,8 ± 53 U/ml. Penurunan kadar dalam
9
serum akan berisiko terjadinya persalinan preterm.
e. Feritin: Rendahnya kadar feritin merupakan indikator yang
sensitif untuk keadaan kurang zat besi. Peningkatan ekspresi
feritin berkaitan dengan berbagai keadaan reaksi fase akut
termasuk kondisi inflamasi. Beberapa peneliti menyatakan
ada hubungan antara peningkatan kadar feritin dan kejadian
peyulit kehamilan, termasuk persalinan preterm. 9
4. Sistem Scoring Creasy
System Scoring Creasy ini secara intensif berhubungan dengan
terjadinya persalinan prematur sehingga sistem ini dapat diterapkan
untuk deteksi dini. Keberhasilan penanganan atau pengobatan dalam

28
mencegah persalinan prematur terkait dengan usia janin. Rasio
keberhasilan menurun apabila usia janin semakin bertambah.
Penilaian ini bisa mengalami perbedaan pada setiap negara karena
karakteristik setiap populasi antar negara berbeda-beda. Namun
penggunaan penilaian ini masih dapat digunakan secara efektif
apabila tenaga kesehatan memahami penggunaannya. 10
Untuk dapat menggunakan System Scoring Creasy, seorang
bidan perlu memperhatikan skor tiap item yang dapat menjadi faktor
risiko persalinan preterm dari hasil pengkajian (tabel 1). Jumlah skor
yang didapatkan akan dikategorikan menjadi risiko rendah, risiko
sedang, dan risiko tinggi. dengan kompetensi yang dimiliki saat
memberikan pelayanan antenatal. Pemahaman terhadap ibu hamil
yang memiliki faktor risiko kelahiran preterm dapat menjadi cara
efektif untuk menurunkan kejadian kelahiran preterm dan kematian
prenatal. Dengan memahami penyebab persalinan preterm maka,
dapat mencegah dampak yang muncul baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Sehingga diharapkan dapat menurunkan
angka persalinan preterm dan angka kematian neonatus. 10

Tabel 1 System Scoring Creasy


Sumber: I Nalini A, K Nikunj M, M Hariom S. Evaluation of risk factors for
preterm delivery and creasy;s risk scoring. Int J Med Res Health Sci.
2018;4(2):269−73

29
2.4.2. Tatalaksana Farmakologi Sebagai Terapi Pendahuluan Persalinan
Preterm

A. Tocolysis
Tocolysis merupakan golongan obat yang dapat di gunakan
untuk mencegah atau menghambat persalinan preterm, tetapi tidak
ada yang benar-benar efektif untuk mencegah atau menghambat
persalinan preterm. Tocolysis agent bukan memperpanjang durasi
kehamilan tetapi dapat menghambat persalinan bagi beberapa ibu
dalam waktu sekitar 48 jam. Dan tentu akan memungkinkan untuk
membawa ibu untuk mendapatkan penanganan oleh. Agent tocolysis
dapat digunakan pada usia kehamilan <34 minggu. Tocolysis dapat
bekerja untuk memberhentikan kontraksi. Beberapa agent tocolysis
adalah: 5,11
1. Beta Adrenergic Reseptor Agonist
- Cara kerja : Bekerja dalam memberhentikan
kontraksi dengan cara merusak konsentrasi cAMP
intraseluler dan memfasilitasi relaksasi dari miometrium.
- Contoh obat : Ritodrine dan Terbulatine.
- Dosis : Terbulatine dengan dosis 0,25 mg/20
menit SC.
- Efek samping : Edema paru, aritmia jantung, gangguan
elektrolit, nyeri dada.
2. Prostaglandin Inhibitor
- Cara kerja : Menghambat COX-1 dan -2 yang
merupakan enzim penting untuk mengubah asam arakidonat
menjadi prostaglandin. Prostaglandin dianggap sebagai agen
yang dapat menyebabkan kontraksi uterus dengan begitu
dengan menghambat sintesis dari prostaglandin dapat
menghambat persalinan preterm.
- Contoh obat : Indomethacin

30
- Dosis : 25 – 50 mg/4-6 jam (oral) atau 100
mg/12 jam (rektal)
- Kontraindikasi : Penggunaan harus dibatasi untuk
kehamilan di bawah 32 minggu karena risiko penutupan
duktus arteriosus janin dan penurunan produksi urine.
- Efek samping : Tukak lambung atau ke kambuhan asma
3. Nitric Oxide
- Cara kerja : Merelaksasi otot polos uterus.
- Contoh obat : Nitrogliserin
- Dosis : Pemberian dapat secara oral, transdermal
atau pun intravena tetapi tidak efektif agen tocolysis lainnya.
4. Calcium-Channel Blocker
- Cara kerja : Mengganggu transfer ion calcium melalu
membran sel miometrium untuk mengurangi konsentrasi
kalsium bebas intraseluler dan meningkatkan relaksasi
miometrium.
- Contoh obat : Nifedipin
- Dosis : 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam,
dilanjutkan tiap 8 jam sampai kontraksi hilang. Dapat
diberikan berulang ketika kontraksi timbul kembali.
- Efek samping : Mual, hipotensi, sakit kepala, kemerahan,
lemas.
5. Magnesium Sulfat
- Cara kerja : Mekanisme yang tepat belum
sepenuhnya diketahui, kemungkinan magnesium sulfat
bersaing dengan ion kalsium di intraseluler dan dapat
meningkatkan relaksasi otot uterus.
- Dosis :4-6 g bolus, kemudian 2-3g/jam IV
- Efek samping : Hipermagnesia, diaforesis, kemerahan,
sakit kepala.5,11

31
B. Kortikosteroid
Kortikosteroid diyakinin dapat digunakan untuk maturasi
paru janin dan efektif dalam menurunkan kejadian RDS (Respiratory
Distress Syndrom) dan menurunkan angka kematian bayi.
Penggunaan kortikostreoid dapat memunda persalinan preterm. Saat
baik digunakan untuk usia kehamilan 24-34 minggu yang memiliki
risiko persalinan dalam 7 hari.
Contoh obat dari corticostreoid yang dapat diberikan kepada
ibu dalam menunda persalinan adalah betamethasone dan
dexamethasone. Dengan dosis betametason 12 mg/im/12 jam dan
dexamethasone 6 mg/im/12 jam 4x pemberian.Efek samping yang
diberikan adalah neonatal hypoglikemia.12,13
C. Antibiotik
Saluran reproduksi sangat riskan terhadap kolonisasi bakteri
dan dapat mneyebabkan persalinan preterm. Pemberian antibiotik
dapat menunda terjaidnya persalinan preterm. Contoh antibiotik
yang dapat diberikan untuk ibu hamil yaitu:
1. Eritromisin dengan dosis 4 x 250 mg/peroral selama 10
hariuntuk infeksi bakteri spesies ureaplasma yang
berkolonisasi pada trimester ketiga yang dapat menyebabkan
kelahiran bayi dengan berat badan bayi rendah. 5,14

2.5. Menentukan Rujukan yang Tepat Bagi Penanganan Pasien Kasus


Persalinan Preterm
2.5.1. Tipe Fasilitas Kesehatan Tempat Rujukan Persalinan Preterm
Ibu hamil yang datang dengan menunjukan gejala inpartu pada
masa kehamilan <37 minggu dapat didentifikasi partus preterm atau
persalinan kurang bulan. Dalam pengelompokan rujukan ibu hamil pada
fasilitas layanan kesehatan tingkat 1 (puskesmas), ibu hamil dengan
partus prematurus masuk ke dalam kelompok B1: kelompok Ibu Hamil
ataupun Ibu Bersalin dengan riwayat hasil pemeriksaan ANC normal,
tetapi pada saat perjalanan kehamilan ataupun persalinannya, ditemukan

32
kelainan, sehingga memerlukan pertolongan Emergency di Rumah
sakit.15
Rujukan diarahkan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang
mampu memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan fasilitas
kesehatan yang lebih memadai serta ketersediaan tenaga medis yang
berkompeten untuk menangani dan dapat menolong. Berikut adalah
klasifikasi dan tipe fasilitas pelayanan kesehatan dalam system
rujukan.16

Tabel 2. Klasifikasi fasilitas pelayanan Kesehatan dalam system rujukan.


Sumber : Kemenkes. Pedoman Sistem Rujukan Nasional [Internet]. 2012. 21 p.

Berdasarkan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 11


Tahun 2012 Tentang Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI),
untuk persalinan preterm standar kompetensi dokter umum hanya
sampai pada kompetensi 3A. Kompetensi 3A seorang dokter mampu
membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada
keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter mampu menentukan

33
rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan
dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan. 17

Gambar 11. Alur Rujukan Berdasarkan Tipe Fasilitas Kesehatan


Sumber : Prgo DK. Manual Rujukan Kehamilan , Persalinan , dan Kelompok kerja
Pelayanan Rujukan Ibu dan Anak. In: Manual Rujukan. 2012. p. 35.

2.5.2. Sarana dan Prasarana yang Dibutuhkan Ibu dan Janin Dalam
Persalinan Preterm

Sarana dan prasana yang diperlukan saat pasien kehamilan


kurang bulan dirujuk antara lain:
1. Laboratorium
Laboratorium diperlukan guna menyelenggarakan
pemeriksaan lanjutan yang dapat membantu penegakan diagnosis
atau mencegah terjadinya persalinan preterm. Berikut pemeriksaan
laboratorium yang dapat dilakukan terhadap pasien kehamilan
kurang bulan. Pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama,
seperti puskesmas, jarang terdapat sarana laboratorium sehingga
pasien harus dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
selanjutnya yang memiliki laboratorium. 4

34
Tabel 3. Pemeriksaan Penunjang Pada Persalinan Preterm
Sumber: Herman S, Joewono HT. Buku Acuan Persalinan Kurang Bulan
(Prematur). Kendari: Yayasan Avicenna Kendari; 2020.

2. NICU
Setelah persalinan preterm, bayi memerlukan perawatan
khusus untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi pada bayi.
Oleh karena itu, persalinan preterm sangat diperlukan untuk
dilakukan pada fasilitas pelayanan kesehatan dengan sarana
Neonatal Intensive Care Unit (NICU).4
3. Obat-obatan
Setelah diagnosis kehamilan kurang bulan, salah satu
tatalaksana yang dapat diberikan adalah pemberian obat-obatan
berupa tokolitik, kortikosteroid, dan antibiotik. Apabila tidak
terdapat ketersediaan obat-obatan yang diperlukan di fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama, maka pasien perlu dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat berikut untuk menerima terapi
pencegahan persalinan preterm yang tepat.4

2.5.3. Tatalaksana yang Akan Diberikan Pada Tempat Rujukan yang


Dituju
1. Cervical cerclage
Ada dua cara utama untuk melakukan prosedur ini: 1
a. Dalam situasi akut ketika serviks ditemukan melebar pada masuk
biasanya pada pasien dengan dugaan persalinan prematur. Jika
serviks tidak terus melebar sementara pasien beristirahat di tempat
tidur maka jahitan dapat ditempatkan (penyelamatan cerclage) untuk
mencegah dilatasi pasif lebih lanjut. Hal ini dapat berupa tidak

35
berhasil dengan ketuban pecah selama penempatan jahitan. Jahitan
dapat memotong serviks yang menipis jaringan serviks yang menipis
atau infeksi intrauterin mungkin mengikuti. 5
b. Pada pasien dengan riwayat inkompetensi serviks sebelumnya, atau
riwayat prosedur ginekologi yang dapat menyebabkan serviks tidak
kompeten, cerclage mungkin dipertimbangkan. Jahitan ditempatkan
melingkar pada tingkat os internal mengambil empat gigitan besar ke
dalam ke dalam substansi serviks.5
Jahitan sirklase biasanya dilepas pada sekitar 37 minggu dan
menunggu dimulainya persalinan spontan.5
2. Persalinan
Jika persalinan terjadi, persalinan yang terkendali dengan
ketuban utuh dan kala dua yang singkat menawarkan hasil terbaik untuk
bayi. Presentasi sungsang prematur berisiko melahirkan batang kecil
melalui serviks yang tidak melebar secara sempurna yang
mengakibatkan mengakibatkan jebakan kepala janin. Dalam keadaan ini
mungkin terbaik untuk melahirkan melalui operasi caesar, antara 26 dan
34 minggu. Meskipun bukti untuk hal ini masih terbatas. Segmen rahim
bagian bawah akan terbentuk dengan buruk dalam keadaan ini sehingga
sayatan longitudinal di rahim bagian bawah bawah mungkin
diperlukan.5
3. Penanganan komplikasi korioamnionitis
Persalinan harus diinduksi dengan Syntocinon dan CTG yang
terus-menerus diperlukan. Bedah caesar hanya dilakukan jika
diindikasikan secara klinis karena akan ada peningkatan risiko sepsis
panggul pasca operasi dan penyumbatan tuba. Antibiotik intravena harus
berspektrum luas.5

36
2.6. Tindak Lanjut Sesudah Kembali dari Rujukan Kasus Persalinan
Preterm
2.6.1. Pencegahan Persalinan Preterm Pada Kehamilan Selanjutnya
Pencegahan Persalinan Preterm
1. Pemberian progesterone
Dimulai sejak usia kehamilan 16-24 minggu hingga kehamilan 36
minggu pada perempuan hamil tunggal dengan faktor resiko persalinan
preterm.18
2. Sirklase serviks
Dapat dipertimbangkan pada kehamilan tunggal dengam riwayat
persalinan pretem dan panjang serviks <25 mm. 18
3. Aspirin
Pemerian aspirin dosis rendah efektif dalam menurunkan risiko
persalinan preterm pada pasien dengan riwayat preeklampsia. Berikan
aspirin dosis (80 mg) sebelum usia kehamilan 16 minggu pada
perempuan dengan riayat preeklamsia. 18

Gambar 12. Alur Pencegahan Persalinan Preterm


Sumber : Irwandi R, Sungkar A, Wibowo N, et al. Panduan Persalinan preterm.
Jakarta: Himpunan Kedokteran Feto Maternal Indonesia. 2019

37
2.6.2. Metode Promosi Kesehatan Tentang Persalinan Preterm
Salah satu upaya untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya adalah dengan melakukan
pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan. Edukasi persalinan
preterm penting diberikan kepada ibu hamil untuk mengetahui
etiologi, faktor risiko, komplikasi dan gejala yang akan dirasakan saat
persalinan terjadi.19
Promosi kesehatan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan
atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat,
kelompok atau individu. Terutama pada ibu hamil yang mengalami
risiko terhadap persalinan preterm perlu dilakukan promosi yang bisa
dilakukan dengan berbagai metode.20
Promosi kesehatan ini bertujuan agar ibu mengetahui tentang
penyebab persalinan preterm dan bagaimana mencegah agar tidak
mengalami persalinan preterm, sehingga angka kejadian persalinan
preterm dapat menurun. Dalam melaksanakan semua itu perlu
komunikasi yang baik. Dalam menyampaikan informasi-informasi
kesehatan tersebut memelukan media atau alat peraga agar pesannya
bisa sampai pada sasaran.20
Metode promosi kesehatan dibagi berdasarkan:
a. Berdasarkan Teknik Komunikasi
1. Metode penyuluhan langsung
Penyuluh harus secara langsung berhadapan atau bertatap
muka dengan kelompok ibu hamil, Contohnya: melalui
kunjungan rumah, pertemuan diskusi, pertemuan di fasilitas
kesehatan.20
2. Metode Tidak Langsung
Penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka
dengan ibu hamil, tetapi memberikan edukasi dan penyuluhan
melalui perantara (media), contohnya: media cetak, film

38
pendek,dll.20
b. Berdasarkan Indera Penerima
1. Metode melihat/ memperhatikan
Pesan diterima oleh sasaran melalui indera penglihatan,
seperti: Penempelan poster, pemasangan koran dinding,
pemutaran film, dll.20
2. Metode mendengar
Pesan diterima melalui pendengaran, mis: penyuluhan
lewat radio, pidato.20
3. Metode”Kombinasi”
Dalam hal ini pesan dapat diterima melalui demonstrasi
dengan cara dilihat, diraba, didengar, dll.20
c. Berdasarkan Jumlah Sasaran yang Dicapai
1. Pendekatan perorangan
Dalam hal ini penyuluh berhubungan secara langsung
maupun tidak langsung dengan ibu hamil secara perorangan,
antara lain: kunjungan rumah, telepon, dll. Metode yang bersifat
individual digunakan untuk membina perilaku baru dan
meningkatkan pengetahuan ibu hamil agar risiko persalinan
preterm terhindari.20
Bentuk pendekatannya:
a) Bimbingan dan penyuluhan (Guidence and Counceling)
Pesan yang disampaikan harus menggunakan
bahasa yang baik, mudah dimengerti dan jangan terkesan
menggurui karena perubahan perilaku terjadi karena
adanya kontak yang intensif antara penyuluh dengan ibu
hamil agar setiap masalah dapat diteliti dan dibantu
penyelesaiannya.20
b) Wawancara
Untuk mengetahui apakah ibu hamil memiliki
kesadaran dan pengertian terhadap edukasi dan
penyuluhan yang diberikan.20

39
2. Pendekatan Kelompok
Dalam pendekatan ini penyuluh berhubungan dengan
sekelompok ibu hamil. Beberapa metode yang masuk dalam
kategori ini: Pertemuan, demonstrasi, diskusi kelompok,
pertemuan diskusi.20
a. Kelompok Besar
1) Ceramah
Penyuluh harus menyiapkan dan menguasai
materi serta mempersiapkan media. Metode: Dengan
menyampaikan informasi terkait edukasi dan
informasi secara lisan. Metode ini mudah
dilaksanakan tetapi penerima informasi menjadi pasif
dan kegiatan menjadi membosankan jika terlalu
lama.20
2) Seminar
Menyajikan atau mempresentasikan tentang topik
larangan, fakto risiko, edukasi, atau topik yang
penting ataupun pengertian yang menyimpang dari
pengertian masyarakat agar risiko kelahiran preterm
dapat dihindari.20
b. Kelompok kecil
Metode ini mendorong penerima informasi
berpikir kritis, mengekpresikan pendapatnya secara
bebas, menyumbangkan pemikiran untuk memecahkan
masalah bersama serta menarik alternatif jawaban dari
hasil diskusi. Untuk kelompok kecil (sasaran berjumlah
kurang dari 15 orang) metode yang dapat dipakai dalam
promosi kesehatan dapat dilakukan dengan cara diskusi
kelompok, curah pendapat (brain storming), snowball,
Buzz group (kelompok studi kecil), bermain peran (role
play) dan simulasi.20

40
3. Pendekatan Massal
Petugas promosi kesehatan menyampaikan
pesannya sekaligus kepada ibu hamil dalam sasaran yang
lebih luas lagi. Bisa melalui pertemuan umum, penyebaran
tulisan di web/poster/media cetak, pemutaran film. Metode
promosi kesehatan secara massa dipakai untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan terkait
kehamilan preterm yang ditujukan kepada ibu hamil yang
sifatnya massa atau publik.20 Beberapa contoh metode
promosi kesehatan secara massa antara lain:
1. Ceramah umum
2. Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media
elektronik baik TV maupun radio pada hakikatnya
merupakan bentuk promosikesehatan massa
3. Simulasi ---> dialog antara pasien dengan dokter atau
petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau
masalah kesehatan
4. Tulisan-tulisan di majalah atau Koran, baik dalam
bentuk artikel maupun Tanya jawab atau konsultasi
tentangkesehatan dan penyakit adalah bentuk
pendekatan promosi kesehatan massa.
5. Bill board ---> dipasang di pinggir jalan, spanduk,
poster dan sebagainya.

41
Gambar 13. Mencegah Persalinan Preterm
Sumber: Hutagalung A. Persalinan Preterm. Angew Chemie Int Ed 6(11),
951–952. 2011;201–212:5–24.

42
BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada umur kehamilan
20 – 37 minggu. Bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan tersebut merupakan
bayi prematur. Faktor resiko terjadi kehamilan kurang bulan dapat berupa
Kehamilan kembar, Infeksi intrauterin, Perdarahan, Infark plasenta, Dilatasi
serviks prematur, Insufisiensi plasenta, Hidramnion, Abnormalitas pada fundus
uteri & anomali uterus dan Penyakit pada ibu seperti infeksi, penyakit
autoimun, hipertensi gestasional.
Patofisiologi terjadi persalinan preterm ada 4, yaitu: Distensi uterus,
Stress maternalfetal, perubahan serviks dini, infeksi. Gejala yang timbul pada
saat persalinan preterm bisa berupa adanya kontraksi yang regular (sine qua
non) dengan perubahan pada serviks yang sebelumnya mengalami nyeri perut,
kontraksi, nyeri punggung bawah, perasaan tertekan di daerah vagina atau
panggul, cairan vagina yang bisa berwarna jernih, merah muda, atau berdarah.
Pada pemeriksaan penunjang untuk deteksi dini kelahiran preterm dapat
dilakukan Fetal fibronectin (ffn), Cervical length (CL), dan Uterocervical angel
(UCA).
Tatalaksana awal yang dapat dokter umum berikan sebelum dilakukan
rujukan ialah berupa pemberian obat Tocolysis, Kortikosteroid, serti Antibiotik
sesuai dengan etiologi nya apabila berupa infeksi bakteri. Sistem rujukan
dilakukan sesuai dengan kondisi ibu, rujukan dilakukan untuk mendapatkan
sarana dan prasarana yang dapat membantu dalam mencari tahu penyebab
kehamilan kurang bulan pada pasien. Selain itu juga sistem rujukan berguna
untuk pasien mendapatkan penanganan yang lebih dengan dokter yang lebih
kompeten.

43
DAFTAR PUSTAKA

1. Paulsen F, Waschke J. Sobotta Atlas Anatomi Manusia: Organ-Organ.


Dalam. Edisi 23. Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2015.
2. Cunningham FG, et al. 2022. Williams Obstetrics. 26th Edition. Florida :
McGrawHill
3. Carolin bunga tiara, Widiastuti I. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Persalinan Preterm Di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman
Puring Kebayoran Baru Jakarta Selatan Periode Januari-Juni Tahun 2017. J
Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan Nas. 2019;1(1):12.
4. Herman S, Tri Joewono H. Buku Acuan Persalinan Kurang Bulan 1.
2020;16–26.
5. Cunningham FG. Williams Obstetrics, 25 thEdition.Chapter 35-Obstetrics
Haemorrhage. United States of America: McGraw-Hill Education; 2018. p.
6. Prawirohardjo,S., 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
7. Putri LA. Obstetri dan Ginekologi. Guepedia. 2019
8. Azissah, D, Wulandari, D. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Peran
Bidan dalam Pemantauan dan Deteksi Dini Resiko Tinggi
Kehamilan. Jurnal Keperawatan Silampari. 2018;2(1).184-202p.
9. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Yayasan Bina
Pustaka. 671-672p
10. I Nalini A, K Nikunj M, M Hariom S. Evaluation of risk factors for preterm
delivery and creasy;s risk scoring. Int J Med Res Health Sci.
2018;4(2):269−73
11. Younger JD, Reitman E, Gallos G. Tocolysis: Present and future treatment
options. Semin Perinatol. 2017;41(8):493–504.
12. Htun ZT, Hairston JC, Gyamfi-Bannerman C, Marasch J, Duarte Ribeiro
AP. Antenatal corticosteroids: Extending the practice for late-preterm and
scheduled early-term deliveries? Children. 2021;8(4):1–10.
13. El-Sayed YY, Borders AEB, Gyamfi-Bannerman C. Antenatal
Corticosteroid Therapy for Fetal Maturation. Vol. 130, Obstetrics and

44
Gynecology. 2017. p. E102–9.
14. Sameshima H. Preterm Labor and Delivery. Compr Gynecol Obstet
[Internet]. 2020;107–39. Available from:
https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-981-13-98759_22%0A
15. Prgo DK. Manual Rujukan Kehamilan , Persalinan , dan Kelompok kerja
Pelayanan Rujukan Ibu dan Anak. In: Manual Rujukan. 2012. p. 35.
16. Kemenkes. Pedoman Sistem Rujukan Nasional [Internet]. 2012. 21 p.
Available from: https://dokumen.tips/download/link/pedoman-rujukan-
nasional
17. Indonesia KK. Standar Kompetensi Dokter Indonesia Konsil Kedokteran
Indonesia. Peraturan Konsil Kedokteran nomor 11. 2012. 1–90 p.
18. Irwandi R, Sungkar A, Wibowo N, et al. Panduan Persalinan preterm.
Jakarta: Himpunan Kedokteran Feto Maternal Indonesia. 2019
19. Mekonen DG et al. Proportion of Preterm birth and associated factors
among mothers who gave birth in Debretabor town health institutions,
northwest, Ethiopia. BMC Res Notes. 2019; 12: 2

20. Ewless & Simnett. Promoting Health A Practical Guide. UK : Elsevier.2019

45

Anda mungkin juga menyukai