Anda di halaman 1dari 50

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG LAPORAN PBL

Senin, 08 Juni 2023

“Kehamilan Kurang Bulan”

Disusun Oleh:
Kelompok 5

Tutor:
dr. Ikhsan Hataul, Sp.B.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2022
DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK 5

Ketua : Annom Galih Ababil .................................................... 2021-83-047

Sekertaris 1 : Allen Mangoting ........................................................... 2021-83-057

Sekertaris 2 : Dian Ayu Sumardi ....................................................... 2019-83-017

Anggota : Revi Arenda Rumbawa ................................................. 2019-83-015

Marines Leunupun ........................................................ 2019-83-022

Atanasius Arjuna Indra Prasta ....................................... 2021-83-048

Hasna Aulia .................................................................. 2021-83-049

Dian Anjelina ...................................................................2021-83-050

Rayhan Abdurrahman Al Ghozi .................................... 2021-83-051

Mufidah ........................................................................ 2021-83-052

Rezah Dwi Lestari ........................................................ 2021-83-053

Aulia Ramadhani Daeng Rapi ....................................... 2021-83-054

Mohammad Jordan Arrafi’ansyah....................................2021-83-055

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, laporan ini dapat kami selesaikan dengan tepat waktu.
Laporan ini berisi hasil diskusi kami mengenai skenario 1 yang telah dibahas
pada PBL tutorial 1 dan 2. Dalam penyelesaian laporan ini banyak pihak yang turut
terlibat. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih
kepada:
1. dr. Ikhsan Hataul, Sp.B selaku tutor yang telah mendampingi kami selama
diskusi PBL berlangsung.
2. dr. Arlen Resnawaldi, Sp.OG selaku Penanggung Jawab blok Sistem
Gastroenterohepatika
3. Semua pihak yang turut serta, yang tak dapat kami ucapkan satu per satu.
Kami menyadari sungguh bahwa pembuatan laporan ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk dapat memperbaiki laporan ini selanjutnya. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Atas perhatiannya kami ucapkan
terimakasih.

Ambon, 08 Juni 2023

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK 5...................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... .....v

DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Permasalahan....................................................................................................1
1.2 Seven jumps......................................................................................................1
1.2.1 Step I: Identifikasi kata sukar dan kalimat kunci................................1
1.2.2 Step II: Identifikai masalah.................................................................2
1.2.3 Step III: Hipotesa sementara...............................................................2
1.2.4 Step IV: Klarifikasi masalah dan mind mapping................................5
1.2.5 Step V: Learning objective..................................................................5
1.2.6 Step VI: Belajar mandiri......................................................................6
1.2.7 Step VII: Presentasi Hasil Belajar Mandiri.........................................6

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................7

2.1 Cara mengetahui kehamilan normal dan kehamilan kurang bulan..................7


2.2 cara penegakan diagnosis klinis kasus kehamilan kurang bulan...................15
A. Definisi dan patofisiologi persalinan preterm...........................................15
B. Mekanisme persalinan preterm.................................................................17
C. Gejala-gejala acamanan persalinan preterm.............................................18
D. Tanda-tanda persalina preterm..................................................................19
2.3 Tatalaksanan terapi pendahuluan kasus kehamilan kurang bulan.................19
A. Cara deteksi dini ancaman persalinan preterm.........................................19

iii
B. Terapi farmakologik sebagai terapi pendahuluan tata kelola kasus acaman
persalinan pretem sebelum pasien dirujuk................................................21
2.4 Cara menentukan rujukan paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya
pada kasus kehamilan kurang bulan..............................................................23
A. Tipe fasilitas kesehatan tempat rujukan kasus kehamilan kurang bulan..23
B. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan ibu dan janin pada kasusu
kehamilan kurang bulan............................................................................27
C. Berbagi metode tatalaksanan yang akan diberikan kepada pasien di
tempat rujukan..........................................................................................30
2.5 Cara tindaklanjut sesudah kembali dari rujukan kasus kehamilan kurang
bulan............................................................................................................. 32
A. Cara-cara penapisan (skrining) kehamilan beresiko terjadinya persalinan
preterm......................................................................................................32
B. Cara-cara pencegahan persalinan preterm pada kehamilan selanjutnya
etode promosi kesehatan tentang persalinan preterm...............................35
C. Metode promosi kesehatan tentang persalinan preterm............................37

BAB III PENUTUP....................................................................................................41

3.1 Kesimpulan....................................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................vi

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Mind mapping.........................................................................................5


Gambar 2.1 Clevage in uterin tube.............................................................................8
Gambar 2.2 Alur Pelayanan Ibu Hamil Kelompo B.................................................28

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perkembangan janin intrauterin...............................................................10


Tabel 2.2 Probable causes of preterm labour...........................................................14

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Permasalahan
“Kehamilan Kurang Bulan”

Perempuan, 23 tahun, G2P1A0, HPHT 29 10 - 2022, datang ke Puskesmas


dengan keluhan sakit perut tembus ke belakang sejak sekitar 1 jam lalu. Sakit
perut dirasakan tiap 10 menit dengan durasi 15-20 detik. Tidak ada pelepasan air,
lendir, atau darah Ibu merasa gerakan janin aktif.

1.2 Seven Jumps


1.2.1 Step I: Identifikasi Kata Sukar dan Kalimat Kunci
1.2.1.1 Identifikasi Kata Sukar
1. G2P1A0: (G2) seorang ibu berapa pada kehamilan kedua,
(P1) bersalin 1 kali dan (A0) tidak pernah abortus
2. HPHT: Merupakan kepanjangan dari hari pertama haid
terakhir , biasanya HPHT ini digunakan untuk menghitung
awal kehamilan yang dihitung dari awal pembuahan hingga
bayi di lahirkan
1.2.1.2 Kalimat Kunci
1. Perempuan, 23 tahun, G2P1A0, HPHT 29 10 - 2022, datang
ke Puskesmas dengan keluhan sakit perut tembus ke belakang
sejak sekitar 1 jam lalu
2. Sakit perut dirasakan tiap 10 menit dengan durasi 15-20 detik
3. Tidak ada pelepasan air, lendir, atau darah Ibu merasa
gerakan janin aktif

1
1.2.2 Step II: Identifikasi Masalah
1. Kapan waktu perkiraan pasien melahirkan dengan cukup bulan
2. Apakah ada hubungan Gerakan janin dengan keluhan yang dialami
pasien
3. Apakah ada hubungan keluhan pasien dengan umur kehamilan pasien
4. Apakah ada korelasi sakit perut yang menembus kebelakang dengan
kondisi ibu pada scenario
5. Apakah ada hubungan akibat tidak adanya pelepasan air, lendi atau
darah dengan keluhan yang dialami pasien
6. Mengapa pasien mengalami sakit perut setiap 10 menit
7. Apa fungsi dari kita mengetahui dari HPHT pada scenario
8. Apakah ada hubungan kehamilan sebelumnya dengan keluhan yang
dialami saat ini
1.2.3 Step III: Hipotesa Sementara
1. Untuk menentukan perkiraan waktu melahirkan menggunakan rumus
Naegle jikalau perempuan dengan 29-10-2023 (H+7), (B-30) (T+1)
Perkiraan tanggal 5 Bulan 7 Tahun 2023.
Karena pasien HPHT pada tanggal 29 Oktober 2022 maka 29 +7 = 5 ,
10-2 = 8, 2022 +1 = 2023 maka pasien akan menjalani persalinan pada
tanggal 5 Agustus 2023.
2. Terdapat hubungan karena pada saat janin sudah aktif maka saraf-saraf
anterior dan posterior akan terjepit dan menyebabkan adanya rasa
nyeri. Selain itu juga kemungkinan janin menendang saraf anterior dan
posterior dan bisa menyebabkan keluhaan yang dialami oleh pasien
3. Hubungan keluhan pasien dengan umur kehamilan pasien
a) Hubungannya adanya kontraksi diakibatkan ada perubahan
gravitasi dimana pada saat ibu sedang berjalan akan timbul
kontraksi.

2
b) Bisa dikarenakan hormone estrogen yang meningkat akibatnya
adalah keram
c) Kandungan yang semakin besar sehingga memberikan beban yang
semakin besar. Sehingga menyebabkan kontraksi palsu pada
ibunya. Kontraksi palsu dimulai dengan rasa tidak nyaman, tengang
dan biasanya menjalar ke perut bagian bawah bahkan hingga ke
panggul dan ke paha
4. Keluhan ini memiliki korelasi hal ini disebabkan adanya perubahan
sudut gravitasi yang bisa sebabkan adanya tekanan pada tulang
belakang yang memiliki fungsi menyeimbangkan tubuh pasien.
Jiakalau demikian akan menyebabkan rasa nyeri dikarenakan adanya
tekanan ataupun mass yang ada
5. hubungan akibat tidak adanya pelepasan air, lendi atau darah dengan
keluhan yang dialami pasien
a) Pengeluaran lendir yang bercampur darah semakin
meningkat.Pelepasan dicurigai bahwa pasien merasakan adanya
inflamasi pada uterusnya sehingga diketahui lendir atau darah
menjadi indikasi adanya perdarahan pada organ-organ di sekitar
perut/uterusnya.Tidak ada pelepasan darah, pasien terlepas dari
kecurigaan perdarahan
b) Bisa saja keluhan yang dialami oleh ibu tersebut adalah kontraksi
akibat gerakan janin yang aktif. namun kontraksi tersebut tidak
sampai membuat servix terbuka sehingga tidak ada darah, cairan,
maupun lendir yang keluar.
6. Dinamakan kontraksi dini, berbeda kontraksi palsu. Kontraksi dini
(prematur contraction) tidak dapat reda dengan istirahat. Jenis
kontraksi ini terjadi, jika ibu hamil merasakan kontraksi teratur
sebelum usia kehamilan 37 minggu. Kemudian, kontraksi dini

3
memiliki pola tertentu misalnya seperti setiap 10-12 menit selama
lebih dari 1 jam
7. Fungsi dari kita mengetahui dari HPHT pada scenario
a) Dengan mengetahui HPHT kita dapat mengetahui kira kira berapa
umur kehamilan walapun kita tidak mengetahui secara pasti kapan
waktu fertilisasi.
b) Berguna untuk menentukan usia kehamilan dan untuk mengetahui
perkembangan dari janin. Jikalau terdapat masalah pada bayi dapat
segera dilakukan tindakan.
c) Bisa memperkirakan bayinya akan lahir cukup bulan atau pre
ataupun post. Sehingga kita bisa mencegah kondisi ini sehingga
bisa memantau perkembangan janin termasuk mendeteksi apakah
ada masalah pada janin, bisa menjadwalkan trimester kehamilan
dan evaluasi kesehatan bayi setelah lahir.
8. Ada hubungan dengan keluhan yang dialami pasien saat kehamilan,
tetapi untuk keluhan penyakit yang diderita pasien seperti sakit perut
tidak disertai air, lendir dan darah masih belum dapat dipastikan
sepenuhnya. Kepanjangan dari G2P1A0 diartikan dengan gravis para
abortus yang artinya G adalah jumlah melahirkan dan sesuai scenario
pasien sudah melahirkan yang kedua kali, P untuk partus sebanyak 1
anak dan A yaitu jumlah abortus sebanyak 0. Pasien sudah 2 kali
melahirkan sehingga menyebabkan terjadinya pelebaran dari hymen
dan are disekitar seperti fossa navicularis yang terletak di bawah
hymen, akibat pelebaran dari hymen tersebut akan ditemukan
caranculae mytiformes. tetapi pada pasien tidak didapatkan riwayat
abortus sehingga akan minim resiko pendarahan dan lender.

4
1.2.4 Step IV: Klarifikasi Masalah dan Mind Mapping
Mind Mapping

Perempuan, 23 tahun

Tanggal persalinan (TP) =


agustus 2023, dengan G2P1A0, HPHT: 29-10-2022
rumus naegele = 29+7=5,
10-2=8, 2022+1=2023
Keluhan: sakit perut tembus
ke belakang

Tidak ada pelepasan air, lendir atau darah. Ibu


merasakan gerakan janin aktif

Kehamilan besar dan


kontraksi palsu

Kelahiran prematur (preterm/kurang bulan)

Etiologi Tatalaksana Komplikasi

Gambar 1.1: Mind mapping

1.2.5 Step V: Learning Objective


1. Cara mengetahui kehamilan normal dan kehamilan kurang bulan
2. Memahami cara penegakan diagnosis klinis kasus kehamilan kurang
bulan

5
a. Menjelaskan definisi dan patofisiologi persalinan preterm
b. Menjelaskan mekanisme persalinan preterm
c. Menjelaskan gejala-gejala acamanan persalinan preterm
d. Menjelaskan tanda-tanda persalina preterm
3. Menjelaskan tatalaksanan terapi pendahuluan kasus kehamilan kurang
bulan
a. Menjelaskan cara deteksi dini ancaman persalinan preterm
b. Menjelaskan terapi farmakologik sebagai terapi pendahuluan tata
kelola kasus acaman persalinan pretem sebelum pasien dirujuk
4. Menjelaskan cara menentukan rujukan paling tepat bagi penanganan
pasien selanjutnya pada kasus kehamilan kurang bulan
a. Menjelaskan tipe fasilitas kesehatan tempat rujukan kasus
kehamilan kurang bulan
b. Menjelaskan sarana dan prasarana yang dibutuhkan ibu dan janin
pada kasusu kehamilan kurang bulan
c. Menjelaskan berbagi metode tatalaksanan yang akan diberikan
kepada pasien di tempat rujukan
5. Memahami cara tindaklanjut sesudah kemabli dari rujukan kasus
kehamilan kurang bulan
a. Menjelaskan cara-cara penapisan (skrining) kehamilan beresiko
terjadinya persalinan preterm
b. Menjelaskan cara-cara pencegahan persalinan preterm pada
kehamilan selanjutnya
c. Menjelaskan metode promosi kesehatan tentang persalinan preterm
1.2.6 Step VI: Belajar Mandiri
(mecari jawaban dari learning objective yang sudah ditentukan)
1.2.7 Step VII: Presentasi Hasil Belajar Mandiri
(mempresentasikan jawaban dari hasil belajar mandiri)

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Cara Mengetahui Kehamilan Normal Dan Kehamilan Kurang Bulan


A. Fisiologi Kehamilan Normal
Proses kehamilan terdiri dari tiga tahap yaitu fertilisasi, implantasi dan
plasentasi.1
1. Proses Fertilisasi
Sebelum terjadinya proses fertilisasi, ovum dan sperma akan
diangkut menuju ke oviduktus terlebih dahulu dikarenakan proses
fertilisasi berlangdung di oviduktus. Awal proses fertilisasi dimulai saat
sperma yang akan membuahi ovum harus melewati korona radiata dan
zona pelusida. Sperma dapat melewati korona radiate dan zon pelusida
dikarenakan sperma memiliki enzim akrosom yang memungkinkan sperma
membuat terowongan menembus sawar-sawar protektif tersebut. Nantinya
dperma pertama yang mencapai ovum akan berfusi dengan membran
plasma ovum, dan memicu perubahan kimiawi di membran yang
mengelilingi ovum sehingga lapisan ini tidak lagi dapat ditembus sperma
lain, kejadian ini dinamakan dengan fenomena Black to Polyspermy. 1,2
Setelah ovum dan sperma bertemu di oviduktus, ovum yang telah
dibuahi akan mulai membelah diri secara mitosis dan dalam waktu
seminggu ovum akan tumbuh dan berdiferensiasi menjadi sebuah
blastokista yang dapat melakukan implantasi. Blastokista memiliki enzim-
enzim yang dikeluarkan oleh lapisan luar blastokista, enzim yang
dikeluarkan ini akan mencernakan jaringan endometrium kaya nutrient,
serta melaksanakan dua fungsi yaitu membuat lubang di endometrium
untuk implantasi blastokista dan membebaskan nutrient dari sel

7
endometrium agar dapat digunakan oleh mudigah yang sedang
berkembang.1,2

Gambar 2.1: Clevage in uterin tube


Sumber: Sadler T W. Langman’s Medical Embriology. 13th Ed. Philadelpia: Wolters
Kluwer Health; 2015.

2. Proses Implantasi
Pada proses implantasi, ovum yang sudah dibuahi kemudian akan
membelah dengan cepat selama perjalannya dalam tuba falopii. Selain itu
terdapat suatu kelompok sel yang disebut morula, jika sel tersebut
mencapai cavum uteri maka terbentuklah ‘Inner cell mass’ yang pada
stadium Blastosis, mass tersebut di bungkus oleh suatu sel trofoblas
primitive dan didalam sel tersebut terjadi produksi hormon secara aktif
sejak awal kehamilan serta membentuk EPF (early pregnancy factor) yang
mencegah reaeksi hasil konsepsi. Kemudian saat fase implantasi inilah
zygot hsrus mengadakan implantasi untuk memperoleh nutrisi dan oksigen
yang memadai sehingga akan terjadi perkembangan dari “inner cell mass”

8
kedalam lapisan ektodermal dan endodermal. Diantara kedua lapisan
tersebut terbentuk lapisan mesodermal yang akan tumbuh keluar untuk
membentuk mesoderm ekstra embrionik.1
Pada proses implantasi, akan terbentuk 2 rongga yaitu “yolc sac” dan
cavum amnion yang berasal dari ektoderm dan yolc sac dari endoderm.
Cavum amnion terbungkus oleh mesoderm yang bergerak kearah blastosis.
Batang mesodermal yang bergerak ke arah blastosis tersebut akan
membentuk tali pusat, sedangkan area embrionik yang terdiri dari ektoderm
– endoderm dan mesoderm akan membentuk janin. Nantinya cavum
amnion ini akan semakin berkembang sehingga mencapai dinding
blastosis, menyebabkan bagian dari Yolc sac tertutup dalam embrio dan
sisanya membentuk tabung yang akan menyatu dengan tangkai
mesodermal.1
3. Proses Plasentasi
Plasentasi dimulai setelah dibentuk oleh batang mesodermal yang
bergerak ke arah blastosis serta terdapat villi di seluruh permukaan dari
blastosis tersebut. Blastois nantinya akan membesar dan menyebabkan
desidua superfisial (desidua kapsularis) akan tertekan sehingga kehamilan
akan semakin mengembang ke arah dalam cavum uteri. Perkembangan
desidua supersifisal akan menyebabkan atrofi dan hilangnya vili yang
berada di permukaan blastosis, menyebabkan permukaan blastosis menjadi
halus dan disebut ‘Chorion Laeve’. Tetapi disisi yang berlawanan vili akan
mengalami pertumbuhan dan pembesaran, hal ini disebut dengan ‘Chorion
Frondosum’.1
Dengan semakin luasnya ekspansi blastosis, desidua kapsularis
menempel dengan desidua vera dan cavum uteri menjadi obliterasi
Trofoblas primitif chorion frondusum melakukan invasi desidua. Pada
proses ini, kelenjar dan stroma akan rusak dan pembuluh darah maternal

9
yang kecil akan mengalami dilatasi membentuk sinusoid. Struktur yang
disebut villi chorialis ini terendam dalam darah ibu dan dengan kehamilan
yang semakin lanjut, struktur viili chorialis akan menjadi semakin komplek
dan viili membelah dengan cepat untuk membentuk percabangan
percabangan dimana cabang vasa umbilkalis membentuk percabangan yang
berhubungan erat dengan permukaan epitel trofoblas. Sebagian besar
cabang villi chorialis yang disebut sebagai villi terminalis mengapung
dengan bebas dalam darah ibu sehingga memungkinkan terjadinya transfer
nutrien dan produk sisa metabolisme. Sejumlah villi melekat pada jaringan
maternal dan disebut sebagai anchoring villi. Dengan semakin lajutnya
kehamilan, hubungan antara vaskularisasi trofoblas dan maternal menjadi
semakin erat.1
Tabel 2.1 Perkembangan janin intrauterin

Sumber: Yulizawati, SST., M.Keb, Henni Fitria, SST., M.Keb, Yunita Chairani, S.Keb.,
Bd. CONTINUITY OF CARE. Ed 1. Sidoarjo: Indomedia Pustaka; 2021, 6 P.

10
B. Kehamilan (Persalinan) Prematur
Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi antara setelah 20 dan
sebelum usia kehamilan 37 minggu. Persalinan prematur dikategorikan
sebagai prematur awal atau akhir. Persalinan prematur dini atau awal terjadi
sebelum usia kehamilan 33 minggu, dan persalinan prematur akhir terjadi
antara usia kehamilan 34 dan 36 minggu. Selaijn usia kehamilan, kehamilan
premature juga dapat dinilai dari BB janin yang kurang dari 2500 gram.
Menurut The American College of Obstetricians and Gynecologists (2013)
dan the Society for Maternal-Fetal Medicine endorse and encourage specific
gestational age designations dalam Cunningham (2014), bayi yang lahir antara
usia kehamilan 37 minggu 0 hari dan usia 38 minggu 6 hari mengalami
morbiditas yang berhubungan dengan prematuritas, jika dibandingkan dengan
kelahiran pada usia 39 minggu 0 hari sampai usia 40 minggu 6 hari. Kelahiran
usia 37 minggu 0/7 hari - 38 minggu didefinisikan sebagai kelahiran normal
dini, sedangkan 39 minggu 0 hari - 40 minggu 6 hari didefinisikan sebagai
kelahiran normal.3,4,5
Kehamilan dan persalinan premature terbagi menjadi beberapa
klasidikasi, yaitu menurut usia kehamilan, diklasifikasikan dalam:
a) Preterm/Kurang bulan: usia keharnilan 32-<37 minggu
b) Very Preterm/Sangat kurang bulan: usia kehamilan 28-<32 minggu
c) Extremely Preterm/Ekstrim kurang bulan: usia kehamilan <28 minggu
Menurut kejadiannya, digolongkan menjadi:
a) Idiopatik/spontan
Sekitar 50% penyebab persalinan kurang bulan tidak diketahui, oleh
karena itu digolongkan pada kelompok idiopatik. Sekitar 12,5% persalinan
kurang bulan spontan didahului oleh ketuban pecah dini, yang sebagian
besar disebabkan faktor infeksi (korioamnionitis).

11
b) Iatrogenik/elektif
persalinan kurang bulan buatan iatrogenik disebut Juga sebagai
elective preterm.
Menurut berat badan lahir, dibagi dalam kelompok:
a) Berat bayi lahir rendah: berat badan bayi 1500-2500 gram
b) Berat bayi lahir sangat rendah: berat badan bayi 1000-1500 gram,
c) Berat bayi lahir ekstrim rendah: Berat badan bayi <1000 gram. 5
Etiologi yang dapat menyebabkan kehamilan premature seperti stres,
infeksi, solusio plasenta, plasenta previa, penggunaan zat, riwayat kelahiran
prematur atau aborsi, perawatan pranatal yang tidak memadai, merokok, usia
ibu <18 atau >40, gizi buruk, tubuh rendah indeks massa, anomali janin,
hambatan pertumbuhan janin, oligohidramnion, polihidramnion, perdarahan
vagina, ketuban pecah dini (PPROM), dan faktor lingkungan. Infeksi intra-
amnion paling sering dikaitkan dengan PPROM, terutama pada usia
kehamilan awal. Penyebab lain yang berkontribusi terhadap PPROM termasuk
panjang serviks yang pendek, perdarahan trimester kedua dan ketiga, BMI
rendah, status sosial ekonomi rendah, rokok, dan penggunaan obat-obatan
terlarang.3
1 Genetik
Dalam studi genom manusia, perubahan tanggal urutan nukleotida
dalam gen karena variasi dalam faktor lingkungan ditemukan terkait
dengan gangguan seperti polihidraminos, distrofi miotonik, inkompetensi
serviks dan kehamilan kembar yang meningkatkan risiko persalinan
premature dan dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Polimorfisme nukleotida tunggal dalam gen dapat merespon rangsangan
peradangan seperti infeksi mengakibatkan produksi mediator pro-inflamasi
dan pemecahan matriks ekstraseluler oleh matriks metaloproteinase yang
menyebabkan persalinan premature.6

12
2 Autoimmune disorder
Salah satu kejadian penting yang terjadi pada persalinan prematur
yang patologis adalah sindrom respons inflamasi janin (FIRS) yang
melibatkan inflamasi sistemik dan peningkatan interleukin-6 plasma janin,
biasanya sebagai respons terhadap pemicu seperti korioamnionitis. Sinyal
dikirim oleh hipotalamus janin yang menyebabkan sekresi CRH,
merangsang pelepasan ACTH dan oleh karena itu produksi kortisol oleh
kelenjar adrenal janin, yang memicu aktivasi jalur persalinan. Masuknya
sel inflamasi ke stroma serviks menyebabkan pelepasan sitokin dan
prostaglandin yang merangsang pematangan serviks. Perubahan ini
mempengaruhi struktur kolagen dan glikosaminoglikan yang membentuk
jaringan serviks. Estrogen merangsang degradasi kolagen sedangkan
progesteron menghambatnya. Oleh karena itu, progesteron digunakan
untuk mencegah atau menunda pematangan. Kedua hormon tersebut
terlibat dalam pengaturan pembentukan gap-junction dan peningkatan
regulasi protein connexin 43 yang berkontribusi pada persalinan.3
3 PPROM akibat infeksi intra amonia
Kelahiran prematur sangat berhubungan dengan meningkatnya
infeksi intra-amniotik, yang menyebabkan peradangan pada ibu. Kultur
cairan amnion positif pada 20-30% wanita dengan persalinan prematur.
Usia gestasional dan infeksi intra-amniotik berbanding terbalik, infeksi
intra-amniotik semakin terlihat ketika usia kehamilan menurun. Lebih dari
85% neonatus lahir di masa kehamilan kurang dari 28 minggu dan
memiliki chorioamnionitis. Selain itu, peradangan pada ibu seperti dengan
peningkatan kadar interleukin 6 dalam cairan amnion dikaitkan dengan
hasil perinatal yang merugikan.4
Janin dapat mengalami respon inflamasi yang menyebabkan cedera
neurologis. Sindrom respon inflamasi janin dicirikan dengan meningkatnya
interleukin 6 plasma dan dikaitkan dengan periventrikular leukomalasia.

13
Leukomalasia periventrikular merupakan bentuk yang paling umum dari
kerusakan otak yang terjadi pada bayi prematur. Kerusakan otak ini terjadi
pada substansia putih yang memiliki dua komponen fokal dan difus. Pada
komponen fokal, terjadi nekrosis dengan kehilangan semua elemen selular
dalam periventrikular sehingga menyebabkan penyakit kistik. Pada bagian
difus, kegagalan dalam mengembangkan oligodendrosit, astrogliosis dan
mikrogliosis menyebabkan kerusakan pada substansia putih. 4
Iskemia atau radang bisa menyebabkan aktivasi mikroglial,
excitotoxicity dan menekan oksidatif. Ini adalah bidang intervensi potensial
untuk neuroproteksi dengan excitotoxicity, peradangan dan stres oksidatif.
Sel progenitor Oligodendroglial sangat sensitif terhadap cedera antara usia
gestasi 24 dan 32 minggu, dan dapat menyebabkan kerusakan pada
substansia alba. Peradangan menyebabkan penurunan proliferasi sel
peroksisom dan mencegah pematangannya.4
Tabel 2.2 Probable causes of preterm labour

Sumber: Kwame Adu-Bonsaffoh, Fidelis Bayor. Pathophysiological mechanisms


of maternal pro-inflammatory mediators in preterm labour. Ghana: Journal of Physiology
and Pathophysiology. 2022;13(1): 3 P.

14
2.2. Cara Penegakan Diagnosis Klinis Kasus Kehamilan Kurang Bulan
A. Menjelaskan definisi dan patofisiologi persalinan preterm
Persalinan kurang bulan adalah persalinan yang terjadi antara usia
kehamilan 20 minggu sampai kurang dari 37 minggu. Stres maternal
merupakan salah satu penyebab mekanisme kelahiran kurang bulan melalui
jalur aktivasi sumbu HPA ibu dan janin yang meliputi stres psikologis dan
stres biologis. Pada saat stres biologis terjadi, tubuh secara aktif beradaptasi
untuk meresponas ancaman stres tersebut dengan mengubah dan mengatur
berbagai sistem dalam tubuh dengan mengaktivasi sumbu HPA pada ibu dan
janin.5
Stres oksidatif merupakan salah satu agen penyebab terjadinya stres
secara biologis pada ibu hamil. Stres oksidatif terjadi pada saat laju produksi
radikal bebas lebih tinggi daripada laju eliminasinya.6 Radikal bebas atau
biasa dikenal dengan reactive oxygen species (ROS) selain terdapat di udara
bebas juga dihasilkan oleh sel dalam tubuh akibat aktivitas pembuatan energi
(ATP). Pada proses pembentukan ATP, yakni pada tahap transpor elektron
terdapat kemungkinan kebocoran elektron sebesar 1–3% dan elektron tersebut
bereaksi dengan oksigen sehingga terjadi pembentukan superoksida.
Superoksida tersebut kemudian dapat mengalami dismutasi menjadi H2 O2 ,
salah satu senyawa ROS.7 Keadaan oksigen yang berikatan dengan elektron
bebas ini dapat menyebabkan keadaan hipoksia pada sel. 5
Stres oksidatif berupa kondisi hipoksia ini yang menyebabkan aktivasi
sumbu HPA dalam kasus kelahiran kurang bulan. Aktivasi sumbu HPA
menghasilkan output berupa peningkatan kadar CRH serta terjadinya stres
oksidatif yang ditandai oleh peningkatan jumlah ROS. CRH telah diketahui
memengaruhi kadar hormon yang berperan dalam proses kelahiran tepat bulan
maupun kurang bulan seperti progesteron, estrogen, dan juga oksitosin. Saat

15
kadar CRH meningkat, terjadi penurunan kadar progesteron (progesterone
withdrawal) dan peningkatan kadar hormon estrogen. 5
Peningkatan kadar estrogen lalu meningkatkan produksi hormon
oksitosin maupun ekspresi berbagai CAP yang bersifat estrogen-dependen
seperti Connexin-43, COX-2 dan lainnya.4 Connexin-43 merupakan protein
asosiasi gap junction yang mempunyai peran penting pada proses kontraksi
miometrium. Pada saat menjelang kelahiran, ekspresi Connexin-43 meningkat
hingga 2–3 kali lipat bila dibanding dengan masa awal kehamilan. Ukuran
junction juga mengalami pelebaran untuk memudahkan transportasi sinyal
dari transduksi antarsel miometrium. Selain dipengaruhi oleh estrogen,
Connexin-43 juga diregulasi secara langsung oleh hormon CRH dan ROS.
CRH mengaktivasi Connexin-43 melalui proses aktivasi faktor transkripsi 1
(AP-1). CRH bekerja meningkatkan ekspresi Connexin-43 melalui
interaksinya dengan faktor transkripsi c-Fos yang akan berikatan dengan
sekuens promotor (AP-1) gen yang mengkode protein Connexin-43. ROS juga
diketahui meningkatkan ekspresi Connexin-43 dengan upregulasi transkripsi
melalui interaksi dengan sekuens AP-1 bagian C-Jun. Peningkatan ekspresi
Connexin-43 akan dapat meningkatkan kontraksi miometrium yang memiliki
koordinasi dengan baik hingga akhirnya menyebabkan proses kelahiran.5
Selain itu, persalinan kurang bulan bisa diesebabkan oleh mekanisme
infeksi, hasil penelitian hewan secara in vitro dan manusia memberikan
gambaran yang konsisten bagaimana infeksi bakteri menyebabkan persalinan
kurang bulan spontan. Invasi bakteri rongga koriodesidua, yang bekerja
melepaskan endotoksin dan eksotoksin, mengaktivasi desidua dan membran
janin untuk menghasilkan sejumlah sitokin, termasuk tumor necrosis factor,
interleukin-1, interleukin1ß, interleukin-6, interleukin-8, dan granulocyte
colony stimulating factor. Selanjutnya, cytokines, endotoxins, dan exotoxins
merangsang sintesis dan pelepasan prostaglandin dan juga mengawali
neutrophil chemotaxis, infiltrasi, dan aktivasi, yang memuncak dalam sistesis

16
dan pelepasan metalloprotease dan zat bioaktif lainnya. Prostaglandin
merangsang kontraksi uterus sedangkan metalloprotease menyerang membran
korioamnion yang menyebabkan pecahnya ketuban. Metalloprotease juga
meremodeling kolagen dalam serviks dan melembutkannya. Infeksi bakteri di
dalam uterus terjadi di beberapa tempat antara lain yaitu di antara jaringan ibu
dan membran janin (di dalam rongga korion desidua), di dalam membran bayi
(amnion dan korion), di dalam plasenta, di dalam cairan amnion, dan di dalam
tali pusat atau janin (gambar 3.1). Infeksi membran fetus seperti yang dicatat
oleh temuan histologis atau kultur disebut korioamnionitis, infeksi yang
terjadi pada tali pusat disebut funisitis, dan infeksi yang terjadi pada cairan
amnion disebut amnionitis. Vili plasenta juga terlibat dalam infeksi intrauterin
yang berasal dari darah seperti malaria dan infeksi bakteri di dalam plasenta
(vilitis), namun hal tersebut jarang terjadi. 5
B. Menjelaskan mekanisme persalinan preterm
Menjadi pemikiran pertama pada pengelolaan persalinan preterm
adalah: apakah ini memang persalinan preterm. Seianjutnya mencari
penyebabnya dan menilai kesejahteraan janin yang dapat dilakukan secara
klinis, laboratoris, araupun ultrasonografi meliputi penumbuhan /berat janin,
jumlah dan keadaan cairan amnion, presentasi dan keadaan janinlkelainan
kongenital. Bila proses persalinan kurang bulan masih tetap berlangsung atau
mengancam, meski telah dilakukan segala upaya pencegahan, maka perlu
dipertimbangkan:5
1. Seberapa besar kemampuan klinik (dokter spesialis kebidanan, dokter
spesialis kesehatan anak, peralatan) untuk menjaga kehidupan bayi preterm
atau berapa persen yang akan hidup menurut berat dan usia gestasi
tertentu.
2. Bagaimana persalinan sebaiknya berakhir, pervaginam atau bedah sesar.
3. Komplikasi apa yang akan timbul, misalnya perdarahan otak atau sindroma
gawat napas.

17
4. Bagaimana pendapat pasien dan keluarga mengenai konsekuensi perawatan
bayi preterm dan kemungkinan hidup atau cacat.
5. Seberapa besar dana yang diperlukan untuk merawat bayi preterm, dengan
rencana perawatan intensif neonates
Ibu hamil yang mempunyai risiko terjadi persalinan preterm dan/atau
menunjukkan tanda-tanda persalinan preterm perlu dilakukan intervensi untuk
meningkatkan neonatal outcomes.5
1. Manajemen persalinan preterm bergantung pada beberapa faktor.
2. Keadaan selaput ketuban. Pada umumnya persalinan tidak dihambat
bilamana selaput ketuban sudah pecah.
3. Pembukaan serviks. Persalinan akan sulit dicegah bila pembukaan
mencapai 4 cm.
4. Umur kehamilan. Makin muda usia kehamilan, upaya mencegah persalinan
makin perlu dilakukan. Persalinan dapat dipertimbangkan berlangsung bila
TBJ > 2.000 atau kehamilan > 34 minggu.
5. Penyebab/komplikasi persalinan preterm.
6. Kemampuan neonatal intensiae care facilities.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan preterrn,
terutama mencegah morbiditas dan mortalitas neonatus preterm adalah: 5
1. menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolisis,
2. pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid, dan
3. bila perlu dilakukan pencegahan terhadap infeksi.
C. Menjelaskan gejala-gejala acamanan persalinan preterm
Gejala-gejala yang merupakan ancaman pada persalinan preterm yaitu: 7
1. Kontraksi reguler atau sering, biasanya tidak nyeri
2. Ketuban pecah dini
3. Nyeri perut seperti menstruasi, nyeri punggung bawah
4. Sensasi tertekan pada vagina atau pelvis
5. Duh vagina mukoid berwarna jernih, merahmuda atau sedikit berdarah

18
6. Perdarahan dari vagina ringan atau spotting
7. Pemeriksaan dalam, didapatkan dilatasi dan perlunakan serviks, harus
mengeksklusi terlebih dahulu plasenta previa dan ruptur membran
D. Menjelaskan tanda-tanda persalina preterm
Karakteristik Penegakan Diagnosis Kehamilan Preterm Dengan Tanda-
tanda dibawah ini:5
1. Kontraksi uterus (4 kali setiap 20 menit atau 8 kali dalam 60 menit)
2. Pembukaan serviks 23 cm atau Panjang serviks <20 mm pada usg
transvaginal
3. Panjang serviks 20 - <30 mm pada usg transvaginal
4. Hasil laboratorium positive fetal fibronectin (fFN +)

2.3. Tatalaksanan Terapi Pendahuluan Kasus Kehamilan Kurang Bulan


A. Menjelaskan cara deteksi dini ancaman persalinan preterm
Pada umumnya tiap ibu hamil yang mengalami kasus kehamilan kurang
bulan akan mengalami beberapa tanda dan gejalah yang dapat menjadi bahan
evaluasi kita dalam melakukan penegakan diagnosis sehingga kita bisa
mendeteksi ancaman persalinan preterm secara dini.8
Tanda dan gejalah pada ibu yang memiliki kasus kehamilan kurang
bulan seperti:8
1. Kontraksi yang dirasakan oleh ibu sebanyak 4 kali dalam 20 menit atau 8
kali dalam 60 menit ditambah dengan adanya perubahan signifikan dari
serviks pada ibu hamil.
2. Pada umumnya ibu yang akan mengalami kehamilan kurang bulan akan
mengalami perdarahan serviks dengan presentasenya 80% bahkan lebih
3. Kram tipe mestruasi. Pasien dengan kehamilan kurang bulan akan
mengalami kram pada bagian perut yang mirip seperti menstruasi.
4. Sakit punggung

19
5. Dilatasi serviks sebesar 2-3 cm ataupun terjadi penipisan dari serviks itu
sendiri.
Dari tanda dan gejalah ini kita bisa memberikan kita gambaran kira-kira
pasien ini mengalami kehamilan kurang bulan. Terlebih lagi jikalau hasil dari
HPHTnya menunjukan bahwasannya umur dari kehamilan pasien tersebut
berdara kurang dari 38 minggu. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan
penunjang lainnya untuk mendukung diagnosis yang kita miliki. 8
1. USG atau Ultrasonografi transvaginal dapat digunakan untuk mengukur
panjang serviks dari pasien dimana pada umumnya pasien dengan
kehamilan kurang bulan akan mengalami dilatasi serviks. Ultrasonografi
juga dapat dilakukan untuk memeriksa masalah pada bayi atau plasenta,
memastikan posisi bayi, menilai volume cairan ketuban, dan
memperkirakan berat bayi.8
2. Tes laboratorium. Pemerikasaan yang dilakukan adalah dengan swab dari
sekresi vagina pasien untuk memeriksa adanya infeksi tertentu dan
fibronektin janin – zat yang bertindak seperti lem antara kantung janin dan
lapisan rahim dan dikeluarkan selama persalinan. Hasil ini akan ditinjau
dalam kombinasi dengan faktor risiko lainnya. Selain itu sampel urin, yang
akan diuji keberadaan bakteri tertentu.8
3. Pemerisaan rupture membrane plasenta. Kecurigaan kelahiran kurang bulan
adalah kontraksi uteru yang disertai amniorrhea. Oleh sebab itu untuk
memastikan ketuban pecah dapat dilakukan inspeksi dengan speculum.8
4. Pemeriksaan skrining yang tidak invasif adalah tes fetal fibronectin (FFN),
dimana dengan vaginal swab spesimen sekret servikovaginal dikumpulkan
kemudian dimasukkan dalam tabung dan dikirim ke laboratorium. 8

20
B. Terapi farmakologik sebagai terapi pendahuluan tata kelola kasus
acaman persalinan pretem sebelum pasien dirujuk
1. Kortikosteroid
Pemakaian kortikosteroid dapat menurunkan kejadian RDS, kematian
neonatal dan perdarahan intraventrikuler (IVH). Dianjurkan pada
kehamilan 24-34 minggu, namun dapat dipertimbangkan sampai 36
minggu. Kontra indikasi: infeksi sistemik yang berat (tuberkulosis dan
korioamionitis). Betametason merupakan obat terpilih, diberikan secara
injeksi intramuskuler dengan dosis 12 mg dan diulangi 24 jam kemudian.
Efek optimal dapat dicapai dalam 1-7 hari pemberian, setelah 7 hari
efeknya masih meningkat. Apabila tidak terdapat betametason, dapat
diberikan dexamethason dengan dosis 2x5 mg intramuskuler perhari
selama 2 hari.5,9
Beberapa rekomendasi WHO tentang kortikosteroid yaitu sebaiknya
diberikan jika persalinan preterm akan segera terjadi dalam 7 hari sejak
dimulai terapi, termasuk dalam 24 jam pertama, sebaiknya diberikan pada
ibu dengan risiko persalinan preterm pada kehamilan tunggal atau multipel,
sebaiknya direkomendasikan pada ibu dengan ketuban pecah dini preterm
tanpa tanda-tanda infeksi, tidak direkomendasikan pada ibu dengan
koriomamnionitis yang akan melahirkan preterm, direkomendasikan pada
ibu dengan hipertensi dalam kehamilan yang berisiko mengalami
persalinan preterm, direkomendasikan pada ibu dengan curiga
pertumbuhan janin terhambat (IUGR) yang berisiko mengalami persalinan
preterm, direkomendasikan pada ibu dengan diabetes gestational atau
progestasional yang berisiko mengalami persalinan preterm dan harus
dilakukan juga intervensi untuk mengoptimalkan kadar gula darah. 5,9
2 Magnesium sulfat (MgSO4)
Magnesium sulfat (MgSO4) direkomendasikan untuk ibu hamil
dengan risiko persalinan preterm sebelum usia kehamilan 32 minggu untuk

21
mencegah cerebral palsy bayi dan anak-anak. Jika diberikan pada usia
kehamilan 24-32 minggu yang akan terjadi kelahiran dalam 24 jam,
idealnya diberikan minimal 4-6 jam sebelum persalinan. Namun jika
kondisi perlu dilakukan cito <4 jam, tidak perlu diberikan MgSO4.
Persalinan yang tidak terjadi setelah pemberian MGSO4, maka boleh
diberikan dosis ulangan. Tiga alternatif dosis pemberian MGSO4 untuk
neuroproteksi janin yaitu MGSO4 4g IV dalam 20 menit, dilanjutkan 1
g/jam sampai persalinan atau selama 24 jam, MGSO4 4g IV dalam 30
menit atau IV 4g bolus dosis tunggal, MGSO4 6g IV dalam 20-30 menit
dilanjutkan dosis rumatan 2 g/jam. 5,9
3. Tokolitik
a. Ca agonis: Nifedipin
Nifedipin adalah antagonis kalsium diberikan per oral. Dosis
inisial 20 mg, dilanjutkan 10-20 mg, 3-4 kali perhari, disesuaikan
dengan aktivitas uterus sampai 48 jam, dosis maksimal 160mg/hari.
Keuntungan nifedipine yaitu pemberiannya secara oral, efikasi cukup
baik dan sedikit efek samping. Kontraindikasinya yaitu hipotensi,
penyakit jantung ibu, dan alergi golongan calcium channel blocker. 5,9
b. Bete adrenergic: Salbutamol
Salbutamol dengan dosis 10 mg IV dalam 1 L NaCl 0.9% hingga
kontraksi hilang. Kontraindikasi pemberiannya adalah penyakit jantung
pada ibu, hipertensi atau hipotensi, hipertiroidi, diabetes dan perdarahan
antepartum. Efek samping yang dapat terjadi pada ibu adalah palpitasi,
rasa panas pada muka (flushing), mual, sakit kepala, nyeri dada,
hipotensi, aritmia kordis, edema paru, hiperglikemia dan hipokalemi.
Efek samping pada janin antara lain fetal takhikardia, hipoglikemia,
hipokalerni, ileus dan hipotensif.5,9

22
4. Antibiotik
Pemberian antibiotika pada persalinan tanpa infeksi tidak dianjurkan
karena tidak dapat meningkatkan luaran persalinan. Pada ibu dengan
ancaman persalinan preterm dan terdeteksi adanya vaginosis bakterial,
pemberian klindamisin (2x300 mg sehari selama 7 hari) atau Penicillin G 2
juta units IV setiap 6 jam atau metronidazol (2x500 mg sehari selama 7
hari) atau eritromisin (2x500 mg sehari selama 7 hari) akan bermanfaat bila
diberikan pada usia kehamilan <32 mingggu.5,9

2.4. Cara Menentukan Rujukan paling Tepat Bagi Penanganan Pasien


Selanjutnya Pada Kasus Kehamilan Kurang Bulan
A. Tipe fasilitas kesehatan tempat rujukan kasus kehamilan kurang bulan
Rujukan ibu hamil dan neonatus yang berisiko tinggi merupakan
komponen yang penting dalam sistem pelayanan kesehatan maternal. Dengan
memahami sistem dan cara rujukan yang baik, tenaga kesehatan diharapkan
dapat memperbaiki kualitas pelayanan pasien. Secara umum, rujukan
dilakukan apabila tenaga dan perlengkapan di suatu fasilitas kesehatan tidak
mampu menatalaksana komplikasi yang mungkin terjadi. Dalam pelayanan
kesehatan maternal dan pernatal, terdapat dua alasan untuk merujuk ibu hamil,
yaitu ibu dan/atau janin yang dikandungnya.10
Kesenjangan dan hambatan dalam sistem rujukan bayi baru lahir
diidentifikasi dalam 3 bidang: transportasi dan komunikasi rujukan;
ketersediaan, dan kepatuhan terhadap protokol rujukan bayi baru lahir; dan
keengganan keluarga atau penolakan rujukan bayi baru lahir. Secara khusus,
hambatan yang paling sering dicatat baik di perkotaan maupun di pedesaan
adalah kurangnya ambulans, rujukan yang tidak terkoordinasi dan komunikasi
rujukan kembali antara penyedia dan antar fasilitas, ketidaktersediaan atau
ketidakpatuhan terhadap protokol rujukan bayi baru lahir, ketakutan keluarga

23
akan hal yang tidak diketahui, perkiraan kematian bayi. terlepas dari rujukan,
dan biaya pasien yang terkait dengan rujukan. 10
Menurut Lingkup Pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari :10
1. Rujukan Medik
Yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus
yang timbul baik secara vertical maupun horizontal kepada yang lebih
berwenang dan mampu menangani secara rasional. Jenis rujukan medic
antara lain :
a. Transfer of Patient. Konsultasi penderita untuk keperluaan diagnostic,
pengobatan, tindakan opertif dan lain – lain.
b. Transfer of Specimen. Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lenih lengkap.
c. Transfer of Knowledge / Personal. Pengiriman tenaga yang lebih
kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat. 1
2. Rujukan Kesehatan
Yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau
specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan
Yang menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya pencegahan penyakit
(preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini mencakup
rujukan teknologi, sarana dan operasional.
Secara umum, rujukan dilakukan apabila tenaga dan perlengkapan di
suatu fasilitas kesehatan tidak mampu menatalaksana komplikasi yang
mungkin terjadi. Dalam pelayanan kesehatan maternal dan pernatal, terdapat
dua alasan untuk merujuk ibu hamil, yaitu ibu dan/atau janin yang
dikandungnya. Berdasarkan sifatnya, rujukan ibu hamil dibedakan menjadi: 10
1. Rujukan kegawatdaruratan
Rujukan kegawatdaruratan adalah rujukan yang dilakukan sesegera
mungkin karena berhubungan dengan kondisi kegawatdaruratan yang
mendesak.

24
2. Rujukan Berencana
Rujukan berencana adalah rujukan yang dilakukan dengan persiapan
yang lebih panjang ketika keadaan umum ibu masih relatif lebih baik,
misalnya di masa antenatal atau awal persalinan ketika didapati
kemungkinan risiko komplikasi. Karena tidak dilakukan dalam kondisi
gawat darurat, rujukan ini dapat dilakukan dengan pilihan modalitas
transportasi yang lebih beragam, nyaman, dan aman bagi pasien.
Untuk memudahkan dan meminimalkan resiko dalam perjalanan
rujukan, keperluan untuk merujuk ibu dapat diringkas menjadi BAKSOKU
(Bidan, Alat, Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan, dan Uang)
1. (Bidan): pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang
kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan
kegawatdaruratan
2. (Alat) : bawa perlengkapan dan bahan – bahan yang diperlukan, seperti
spuit, infus set, tensimeter, dan stetoskop
3. (Keluarga): beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan
alasan mengapa dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain diusahakan
untuk dapat menyetujui Ibu (klien) ke tempat rujukan.
4. (Surat): beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien),
alasan rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat – obat yang telah
diterima ibu (klien)
5. (Obat): bawa obat – obat esensial diperlukan selama perjalanan merujuk
6. (Kendaraan) : siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan
ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan
dalam waktu cepat. Perlengkapan dan modalitas transportasi secara spesifik
dibutuhkan untuk melakukan rujukan tepat waktu (kasus kegawatdaruratan
obstetric

25
7. (Uang) : ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang
cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang di perlukan di tempat
rujukan.
Adapun mekanisme rujukan yang perlu dilakukan antara lain: 10
1. Kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa, pustu dan puskesmas
a. Pada tingkat Kader: Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani
sendiri maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
karena mereka belum dapat menetapkan tingkat kegawatdaruratan
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas: Tenaga
kesehatan harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang
ditemui. Sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya mereka
harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus
mana yang harus dirujuk
2. Menentukan tempat tujuan rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan
yang mempunyai kewenangan terdekat, termasuk fasilitas pelayanan
swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya.
Klien dan keluarga perlu diberikan informasi tentang perlunya
penderita segera dirujuk untuk mendapatkan pertolongan pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih mampu
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju melalui telepon
atau radio komunikasi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
5. Persiapan Penderita
Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih
dahulu atau dilakukan stabilisasi. Keadaan umum ini perlu dipertahankan
selama dalam perjalanan. Surat rujukan harus dipersiapkan sesuai dengan
format rujukan dan seorang bidan harus mendampingi penderita dalam
perjalanan sampai ke tempat rujukan. Pengiriman penderita. Untuk

26
mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/sarana
transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita.
Tempat rujukan kasus kehamilan kurang bulan:
1. RS ponek 24 jam
Rumah sakit yang memiliki tenaga dengan kemampuan serta sarana
dan prasarana penunjang yang memadai untuk memberikan pertolongan
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar dan komprehensif dan
terintergrasi selama 24 jam secara langsung terhadap ibu hamil, nifas dan
neonatus, baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader, bidan,
Puskesmas poned.10
2. Puskesmas poned
Puskesmas yang memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan
obstetri neonatal emergensi dasar langsung terhadap ibu hamil, bersalin,
nifas dan neonatal dengan komplikasi yang mengancam jiwa ibu dan
neonatus.10
B. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan ibu dan janin pada kasusu
kehamilan kurang bulan
Kelompok B1 adalah kelompok Ibu Hamil ataupun Ibu Bersalin dengan
riwayat hasil pemeriksaan ANC normal, tetapi pada saat perjalanan kehamilan
ataupun persalinannya, ditemukan kelainan, sehingga memerlukan
pertolongan Emergency di RSUD wates, adalah:11
1. Abortus Iminens dan abortus Inkompletus
2. Suspect Kehamilan Ektopik Terganggu Akut.
3. Suspect Molla Hidatidosa
4. Partus Prematurus dan ketuban Pecah Dini
5. Perdarahan Durante Partum suspect Solution Plcenta
6. Perdarahan Ante Partum suspect PlasentaPrevia
7. Perdarahan Post Partum Dini ( Laserasi Jalan Lahir, Atonia Uteri )
8. Perdarahan post partum lambat (Late post partum bleeding )

27
9. Partus tak maju
10. Kala II tak maju
11. Fetal Compromise / Fetal Distress
12. Prolapsus Tali Pusat ( Janin Hidup )
13. Retentio Plasenta ( tanpa perdarahan aktif )
14. Ruptura Perineum mulai derajat III - IV
15. Distocia Bahu
16. After Coming Head dan letak Lintang Kasep
17. Sepsis Puerpuralis dan parturient dengan Bekas Sesar.

Gambar 2.2 : Alur Pelayanan Ibu Hamil Kelompo B1


Sumber : Kelompok Kerja Pelayanan Rujukan Ibu dan Anak Kabupaten Kulon Progo. Manual
Rujukan Kehamilan, Persalinan, dan Bayi Baru Lahir Berdasarkan Petunjuk Teknis Jampersal
& Situasi Daerah Di Kabupaten Kulon Progo. 2012;1–73

28
Detail Pelayanan umum:11

1. Petugas di sarana pelayanan kesehatan menerima ibu hamil yang akan


bersalin.
2. Apabila ternyata ada penyulit pada persalinan, maka ibu bersalin
dikelompokkan menjadi Kelompok B1, bidan/dokter penolong pertama
harus memutuskan secara cepat dan tepat untuk melakukan rujukan.
3. Pasien / ibu bersalin yang telah didiagnosis memiliki komplikasi pada
persalinan segera dipersiapkan untuk dirujuk ke RSUD Wates .
4. Rujukan harus diarahkan ke RS PONEK 24 jam yang mempunyai hot-
line ( RSUD Wates ).
5. Bidan menelpon atau SMS ke RS PONEK 24 jam/RSUD Wates.
6. Dinkes Kabupaten/Kota menerima laporan mengenai ibu bersalin yang
mengalami komplikasi. Kemudian Dinkes Kabupaten/Kota berkoordinasi
dengan rumah sakit rujukan dalam hal ketersediaan tempat di rumah sakit
rujukan, cara dan waktu pengiriman pasien rujukan, persiapan
pertolongan di rumah sakit tujuan rujukan, ketersediaan dana, dan
persiapan rujukan lainnya
7. Dinkes kabupaten/kota mengkoordinasi mekanisme transportasi dan
rujukan pasien ke rumah sakit tujuan
8. Ambulans Puskesmas/RS dipergunakan untuk mengantar pasien ke
RSUD Wates.
9. Dilakukan persalinan rujukan emergency di RS PONEK ( RSUD Wates).
10. Dirawat di RS PONEK 24 jam ( RSUD Wates ).
11. Setelah perawatan di RS PONEK 24 jam selesai, perawatan lanjutan atau
postnatal care tetap diberikan sesuai jadwal
12. Diantar kembali setelah selesai perawatannya, dan hasil rujukan
dilaporkan kembali ke hotline Dinkes Kabupaten/kota

29
C. Berbagi metode tatalaksanan yang akan diberikan kepada pasien di
tempat rujukan
1. Tatalaksana Umum
Tatalaksana utama mencakup pemberian tokolitik, kortikosteroid,
dan antibiotika profilaksis. Namun beberapa kasus memerlukan
penyesuaian.12
2. Tatalaksana Khusus
Jika ditemui salah satu dari keadaan berikut ini, tokolitik tidak perlu
diberikan dan bayi dilahirkan secara pervaginam atau perabdominam sesuai
kondisi kehamilan:12
a. Usia kehamilan di bawah 24 dan di atas 34 minggu
b. Pembukaan > 3 cm
c. Ada tanda korioamnionitis (infeksi intrauterin), preeklampsia, atau
perdarahan aktif
d. Ada gawat janin
e. Janin meninggal atau adanya kelainan kongenital yang kemungkinan
hidupnya kecil
3. Lakukan terapi konservatif (ekspektan) dengan tokolitik, kortikosteroid,
dan antibiotika jika syarat berikut ini terpenuhi:12
a. Usia kehamilan antara 24-34 minggu
b. Dilatasi serviks kurang dari 3 cm
c. Tidak ada korioamnionitis (infeksi intrauterin), preeklampsia, atau
perdarahan aktif
d. Tidak ada gawat janin.
4. Tokolitik hanya diberikan pada 48 jam pertama untuk memberikan
kesempatan pemberian kortikosteroid. Obat-obat tokolitik yang digunakan
adalah:12
a. Nifedipin: 3 x 10 mg per oral, ATAU

30
b. Terbutalin sulfat 1000 µg (2 ampul) dalam 500 ml larutan infus NaCl
0,9% dengan dosis awal pemberian 10 tetes/menit lalu dinaikkan 5
tetes/menit tiap 15 menit hingga kontraksi hilang, ATAU
c. Salbutamol: dosis awal 10 mg IV dalam 1liter cairan infus 10 tetes/
menit. Jika kontraksi masih ada, naikkan kecepatan 10 tetes/menit setiap
30 menit sampai kontraksi berhenti atau denyut nadi >120/ menit
kemudian dosis dipertahankan hingga 12 jam setelah kontraksi hilang
5. Berikan kortikosteroid untuk pematangan paru janin. Obat pilihannya
adalah:12
a. Deksametason 6 mg IM setiap 12 jam sebanyak 4 kali, ATAU
b. Betametason 12 mg IM setiap 24 jam sebanyak 2 kali
6. Antibiotika profilaksis diberikan sampai bayi lahir. Pilihan antibiotika yang
rutin diberikan untuk persalinan preterm (untuk mencegah infeksi
streptokokus grup B) adalah:12
a. Ampisilin: 2 g IV setiap 6jam, ATAU
b. Penisilin G 2 juta unit IV setiap 6jam, ATAU
c. Klindamisin: 3 x 300 mg PO (jika alergi terhadap penisilin)
7. Antibiotika yang diberikan jika persalinan preterm disertai dengan ketuban
pecah dini adalah eritromisin 4x400 mg per oral. Kombinasi amoksilin
dengan asam klavulanat tidak digunakan karena dapat memicu terjadinya
enterokolitis nekrotikans.12
8. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan persalinan adalah
sebagai berikut:12
a. Lakukan seksio sesarea bila janin lintang
b. Persiapan resusitasi/konsul dokter anak untuk perawatan bayi berat lahir
rendah:
a) Prinsipnya adalah mencegah hipotermia
b) Jaga suhu ruang tempat melahirkan agar tidak kurang dari 25oC
c) Keringkan bayi dan jauhkan handuk yang basah

31
d) Letakkan bayi pada dada ibu
e) Periksa nafas dan denyut jantung bayi
f) Pakaikan bayi topi dan kaos kaki
g) Bungkus bayi dengan plastik
h) Selimuti Ibu dan bayi dan dijaga agar tetap hangat
i) Lakukan IMD satu jam pertama kelahiran
9. Untuk menghangatkan bayi, perawatan metode kanguru dapat dilakukan
bila syarat-syarat di bawah ini dipenuhi:12
a. Bayi tidak mengalami kesulitan bernapas
b. Bayi tidak mengalami kesulitan minum
c. Bayi tidak kejang
d. Bayi tidak diare
e. Ibu atau keluarga bersedia, dan tidak sedang sakit

2.5. Cara Tindaklanjut Sesudah kemabli Dari Rujukan Kasus Kehamilan


Kurang Bulan
A. Cara-cara penapisan (skrining) kehamilan beresiko terjadinya persalinan
preterm
1. Skrining
Skrining adalah mengidentifikasi suatu penyakit yang belum
bergejala pada populasi yang tampaknya sehat dan tanpa gejala dengan
menggunakan suatu tes, pemeriksaan atau prosedur lain dengan cepat dan
mudah pada populasi target (WHO, 2019). Skrining adalah suatu tindakan
sistematis yang dirancang untuk mengidentifikasi penyakit atau kondisi
pra- klinis pada individu yang diketahui sehat; siapa yang berisiko
mengalami gangguan kesehatan tertentu, dan siapa yang diuntungkan sejak
awal pengobatan (atau intervensi lain). Skrining mengacu pada tindakan
pada satu titik waktu (pendekatan cross-sectional), sedangkan pengawasan

32
terus menerus melalui proses jangka panjang dan memungkinkan skrining
berulang (pendekatan prospektif) (Kudasz dan Hudak, 2019). 5
Skrining yang efektif harus memenuhi kriteria sebagai berikut:5
a. Mekanisme pemilihan responden dan tindak lanjut untuk
mengidentifikasi responden yang memiliki hasil skrining abnormal
(pemilihan dan mengontrol responden).
b. Responden >70% dari populasi target yang akan di skrining
c. Diperlukan infrastruktur dan sumber daya secara berkala dari tes
skrining yang dilakukan, mendiagnosis dan mengobati target yang
ditemukan menderita suatu penyakit.
d. Melakukan monitoring dan evaluasi untuk memastikan kualitas yang
baik (WHO, 2019).
Prinsip skrining untuk kesehatan masyarakat termuat dalam prinsip
Wilson dan Jungner tentang deteksi dini penyakit yang masih berlaku
hingga saat ini, yaitu sebgai berikut:5
a. Kondisi yang dicari harus menjadi masalah kesehatan yang penting
(individu dan/atau populasi).
b. Harus ada pengobatan yang dapat diterima untuk pasien dengan
penyakit yang diketahui.
c. Fasilitas untuk diagnosis dan perawatan harus tersedia.
d. Harus ada tahap gejala laten atau awal yang dapat dikenali (fase
praklinis yang terdeteksi).
e. Harus ada tes atau pemeriksaan yang sesuai.
f. Tes harus dapat diterima oleh populasi.
g. Riwayat alami kondisi tersebut, termasuk perkembangan dari penyakit
laten menjadi penyakit yang ditetapkan, harus mudah dimengerti.
h. Harus ada kebijakan yang disepakati tentang siapa yang harus dirawat
sebagai pasien.

33
i. Biaya penemuan kasus (termasuk diagnosis dan perawatan pasien yang
didiagnosis) harus ekonomis seimbang terkait pengeluaran untuk
perawatan medis secara keseluruhan.
j. Penemuan kasus harus merupakan proses yang berkelanjutan dan bukan
proyek satu kali.
2. Sistem Skoring
Risk scoring adalah metode kuantitatif yang dipakai untuk
mengidentifikasi wanita mana yang risikonya lebih tinggi untuk mengalami
PKB, dimana sistem yang diusulkan biasanya menghitung skor aditif
berdasarkan data yang ditentukan seperti data epidemiologi, riwayat
obstetrik, dan faktor risiko klinis. Systematic review menyatakan bahwa
masih belum ada sistim yang efektif untuk memprediksi PKB. Hal ini
diperkirakan disebabkan oleh:5
a. Masih belum terungkapnya penyebab PKB.
b. Faktor risiko terkuat adalah riwayat pernah melahirkan PKB yang tidak
bisa diaplikasikan pada bumil pertama (primigravida).
c. Positive predictive value nya (presentasi kasus yang betul-betul
mengalami PKB masih rendah (20-30%).
3. Pemeriksaan Biomarkers (Petanda)
Cervicovaginal fetal fibronectin (fFN) dapat dipakai sebagai petanda
yang sangat berguna untuk memprediksi PKB dalam 7 - 14 hari pada bumil
dengan kontraksi dan pembukaan dan penipisan awal (mild) utamanya bila
dikombinasikan dengan pemeriksaan USG untuk menilai panjang serviks.
Fetal fibronectin ini bila kadarnya ≥50 ng/mL pada usia kehamilan 22 -
27+6 minggu mempunyai sensitivitas 55% dan positive predictive value
27% untuk memprediksi PKB >34 minggu.5

34
B. Cara-cara pencegahan persalinan preterm pada kehamilan selanjutnya
1. Progesteron
Ada pendapat tentang penurunan kadar progesteron sebagai salah
satu penyebab persalinan prematur. Oleh karena itu, pemberian progesteron
diharapkan dapat mempertahankan ketenangan rahim dan “memblokade”
inisiasi persalinan. Sebuah penelitian, RCT dilakukan pada 310 wanita
dengan riwayat persalinan prematur sebelumnya diacak untuk menerima
17- hydroxyprogesterone caproate, sementara 153 wanita yang lain
menerima plasebo. Setelah dilakukan suntikan intramuskular mingguan,
dilakukan sejak 16 sampai 36 minggu didapatkan semua angka kelahiran
sebelum 47, 35, dan 32 minggu secara signifikan dengan terapi progestin
(Cunningham et al, 2014). Terapi progestin harus dibatasi pada wanita
dengan riwayat pelahiran spontan sebelumnya yang kurang dari 37 minggu,
serta diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengoptimalkan bentuk
sediaan, dosis, dan cara pemberian.13
2. Cervical Cerclage
Terdapat tiga indikasi untuk memasang cerclage dalam mencegah
persalinan prematur. Pertama, cerclage dapat digunakan pada wanita yang
mempunyai riwayat keguguran berulang pada midtrimester dan yang
terdiagnosis memiliki inkompetensi seviks. Kedua, wanita dengan serviks
yang pendek yang diidentifikasi selama pemeriksaan sonografi. Ketiga,
cerclage sebagai “penyelamat”, dilakukan secara darurat jika inkompetensi
serviks ditemukan pada wanita dengan ancaman persalinan prematur. Hasil
penelitian mengenai indikasi kedua bahwa cerclage dapat mengurangi
angka kelahiran prematur pada wanita dengan riwayat yang sama
sebelumnya. Jumlah wanita dengan panjang serviks.13
3. ANC
Antenatal Care / ANC sering disebut dengan perawatan kehamilan.
Kehamilan adalah proses pemeliharaan janin dalam kandungan yang

35
disebabkan pembuahan sel telur oleh sel sperma. Masa kehamilan dimulai
dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280
hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid
terakhir. Trimester Kehamilan dibagi menjadi 3 yaitu: 13
a. Trimester I adalah usia kehamilan 0 sampai 12 minggu
b. Trimester II adalah usia kehamilan 13 sampai 27 minggu
c. Trimester III adalah usia kehamilan diatas 28 sampai 40 minggu
Pemeriksaan Antenatal Care terbaru sesuai dengan standar pelayanan
yaitu minimal 6 kali pemeriksaan selama kehamilan,dan minimal 2 kali
pemeriksaan oleh dokter pada trimester I dan III. 2 kali pada trimester
pertama ( kehamilan hingga 12 minggu ), 1 kali pada trimester kedua (
kehamilan diatas 12 minggu sampai 26 minggu ), 3 kali pada trimester
ketiga (kehamilan diatas 24 minggu sampai 40 minggu).13
Standar pelayanan antenatal adalah pelayanan yang dilakukan kepada
ibu hamil dengan memenuhi kriteria 10T yaitu:14
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
b. Ukur tekanan darah
c. Nilai status gizi ( ukur lingkar lengan atas/LILA)
d. Pemeriksaan puncak rahim ( tinggi fundus uteri )
e. Tentukan presentasi janin dan denyut janin ( DJJ )
f. Skrining status imunisasi tetanus dan beikan imunisasi tetanus toksoid
(TT ) bila diperlukan.
g. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.
h. Tes laboratorium, tes kehamilan, pemeriksaan hemoglobin darah ( Hb),
pemeriksaan golongan darah ( bila belum pernah dilakukan sebelumnya
), pemriksaan protein urin ( bila ada indikasi ) yang pemberian
pelayanan disesuaikn dengan trimester kehamilan.
i. Tatalaksana/penanganan kasus sesuia kewenangan.
j. Temu wicara ( konseling ) ( Permenkes,2016 ).

36
C. Metode promosi kesehatan tentang persalinan preterm
Promosi kesehatan tentang persalinan preterm merupakan salah satu
cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan tentang
persalinan preterm dengan tujuan mengubah perilaku masyarakat untuk
pencegahan persalinan preterm.5
Promosi kesehatan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan atau
usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau
individu. Terutama pada ibu hamil yang mengalami risiko terhadap persalinan
preterm perlu dilakukan promosi yang bisa dilakukan dengan berbagai
metode.15
Promosi kesehatan ini bertujuan agar ibu mengetahui tentang penyebab
persalinan preterm dan bagaimana mencegah agar tidak mengalami persalinan
preterm, sehingga angka kejadian persalinan preterm dapat menurun. Dalam
melaksanakan semua itu perlu komunikasi yang baik. Dalam menyampaikan
informasi-informasi kesehatan tersebut memelukan media atau alat peraga
agar pesannya bisa sampai pada sasaran.5
Metode promosi kesehatan dibagi berdasarkan:15
1. Berdasarkan Teknik Komunikasi
a. Metode penyuluhan langsung
Penyuluh harus secara langsung berhadapan atau bertatap muka
dengan kelompok ibu hamil, Contohnya: melalui kunjungan rumah,
pertemuan diskusi, pertemuan di fasilitas kesehatan.
b. Metode Tidak Langsung
Penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan
ibu hamil, tetapi memberikan edukasi dan penyuluhan melalui perantara
(media), contohnya: media cetak, film pendek,dll
2. Berdasarkan Indera Penerima
a. Metode melihat/ memperhatikan

37
Pesan diterima oleh sasaran melalui indera penglihatan, seperti:
Penempelan poster, pemasangan koran dinding, pemutaran film, dll
b. Metode mendengar
Pesan diterima melalui pendengaran, mis: penyuluhan lewat radio,
pidato.
c. Metode”Kombinasi”
Dalam hal ini pesan dapat diterima melalui demonstrasi dengan
cara dilihat, diraba, didengar, dll
3. Berdasarkan Jumlah Sasaran yang Dicapai
a. Pendekatan perorangan
Dalam hal ini penyuluh berhubungan secara langsung maupun
tidak langsung dengan ibu hamil secara perorangan, antara lain:
kunjungan rumah, telepon, dll. Metode yang bersifat individual
digunakan untuk membina perilaku baru dan meningkatkan pengetahuan
ibu hamil agar risiko persalinan preterm terhindari. Bentuk
pendekatannya:
1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidence and Counceling): Pesan yang
disampaikan harus menggunakan bahasa yang baik, mudah
dimengerti dan jangan terkesan menggurui karena perubahan perilaku
terjadi karena adanya kontak yang intensif antara penyuluh dengan
ibu hamil agar setiap masalah dapat diteliti dan dibantu
penyelesaiannya.2
2) Wawancara: Untuk mengetahui apakah ibu hamil memiliki kesadaran
dan pengertian terhadap edukasi dan penyuluhan yang diberikan
b. Pendekatan Kelompok
Dalam pendekatan ini penyuluh berhubungan dengan sekelompok
ibu hamil. Beberapa metode yang masuk dalam kategori ini: Pertemuan,
demonstrasi, diskusi kelompok, pertemuan diskusi.
1) Kelompok Besar

38
a) Ceramah: penyuluh harus menyiapkan dan menguasai materi serta
mempersiapkan media. Metode: Dengan menyampaikan informasi
terkait edukasi dan informasi secara lisan. Metode ini mudah
dilaksanakan tetapi penerima informasi menjadi pasif dan kegiatan
menjadi membosankan jika terlalu lama.2
b) Seminar: menyajikan atau mempresentasikan tentang topik
larangan, fakto risiko, edukasi, atau topik yang penting ataupun
pengertian yang menyimpang dari pengertian masyarakat agar
risiko kelahiran preterm dapat dihindari.
2) Kelompok kecil
Metode ini mendorong penerima informasi berpikir kritis,
mengekpresikan pendapatnya secara bebas, menyumbangkan
pemikiran untuk memecahkan masalah bersama serta menarik
alternatif jawaban dari hasil diskusi. Untuk kelompok kecil (sasaran
berjumlah kurang dari 15 orang) metode yang dapat dipakai dalam
promosi kesehatan dapat dilakukan dengan cara diskusi kelompok,
curah pendapat (brain storming), snowball, Buzz group (kelompok
studi kecil), bermain peran (role play) dan simulasi.
c. Pendekatan Massal
Petugas promosi kesehatan menyampaikan pesannya sekaligus
kepada ibu hamil dalam sasaran yang lebih luas lagi. Bisa melalui
pertemuan umum, penyebaran tulisan di web/poster/media cetak,
pemutaran film. Metode promosi kesehatan secara massa dipakai untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan terkait kehamilan preterm
yang ditujukan kepada ibu hamil yang sifatnya massa atau publik. 2
Beberapa contoh metode promosi kesehatan secara massa antara lain:
1) Ceramah umum

39
2) Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik
baik TV maupun radio pada hakikatnya merupakan bentuk promosi
kesehatan massa
3) Simulasi: dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan
lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan
4) Tulisan-tulisan di majalah atau Koran, baik dalam bentuk artikel
maupun Tanya jawab atau konsultasi tentangkesehatan dan penyakit
adalah bentuk pendekatan promosi kesehatan massa.
5) Bill board: dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya.

40
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Persalinan preterm merupakan keadaan dimana persalinan yang terjadi
ketika usia kandungan dibawah 37 minggu. Ketika persalinan preterm, bayi yang
dilahirkan akan mengalami prematur atau belum berkembang dengan baik.
Akibatnya quality of lifenya itu menjadi terganggu.
Penting sekali bagi seorang Ibu untuk dapat mengetahui faktor resiko
tentang persalinan preterm. Hal ini bertujuan untuk menghindari gangguan yang
terjadi pada janin maupun Ibu sendiri. Hal yang bisa dilakukan Ibu adalah
dengan melakukan ANC yang teratur di fasilitas kesehatan yang tersedia. Ibu
yang beresiko ketika mengikuti ANC di fasilitas kesehatan dapat dikatakan satu
langkah lebih awal untuk mendeteksi dini kondisi preterm. Selain ANC, Ibu juga
diharapkan melakukan diet makanan bergizi sebagai pencegahan persalinan
preterm.
Kita sebagai petugas kesehatan harus lebih aktif untuk melakukan promosi
kesehatan terkait dengan pencegahan persalinan preterm. Kita dapat memberikan
edukasi dan konseling kepada calon Ibu ataupun kepada Ibu yang memiliki
resiko terkait bagaimana pencegahan persalinan preterm. Kita juga mengedukasi
kepada Ibu yang memiliki riwayat kehamilan preterm bahwa pada kehamilan
selanjutnya kehamilan preterm ini dapat dicegah pada kehamilan selanjutnya.

41
DAFTAR PUSTAKA

1. Fatimah S.ST, M.KM, Nuryaningsih S.ST, M.Keb. Buku Ajar: Asuhan


Kebidanan Kehamilan. Ciputat: Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UMJ; 2017.
2. Sadler T W. Langman’s Medical Embriology. 13th Ed. Philadelpia: Wolters
Kluwer Health; 2015.
3. Suman V, Luther EE. Preterm Labor. Treasure Island (FL): StatPearlsPublishing;
2023 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK536939/
4. Elma Sandya, Ratna Dewi Puspitasari. Neuroprotektif pada Kehamilan Prematur.
J Agromedicine Unila. Desember 2018;5(2).
5. Dr. Sriyana Herman, AMK.,SKM., M.Kes, Dr. Hemanto Tri Joewono, dr.,Sp.
OG. Buku Acuan Persalinan Kurang Bulan (Prematur). Ed 1. Yayasan Avicena
Kendari; Maret 2020.
6. Kwame Adu-Bonsaffoh, Fidelis Bayor. Pathophysiological mechanisms of
maternal pro-inflammatory mediators in preterm labour. Ghana: Journal of
Physiology and Pathophysiology. 2022;13(1): 3 P.
7. Arifputera A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Editor, Tanto C, dkk. Edisi
4.Jakarta: Media Aesculapius. 2014; jilid 2;h.988
8. Andalas M, Muchsalmina M, Hamle H, Ridwan R. Ancaman Partus Prematurus
Dapatkah Dicegah: Sebuah Laporan Kasus Di Rsudza Banda Aceh. J Kedokt
Syiah Kuala. 2018;18(2):101–3
9. Rachmad Putra Gofur N, RP Gofur A, Soesilaningtyas D, Nur RP Gofur R,
Martadila Putri H. Parturition Premature Imminens Management : A Review
Article. Int J Res Publ. 2022;93(1):91–6.
10. Kemal, Achmad, Taufiq Rivai Rivai, and Andreas Suhartoyo Winarno. 2017.
“Pelayanan Kesehatan Ibu DiFasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan.” Jurnal
Promosi Kesehatan Indonesia 2(2):13-19p.1
11. Kelompok Kerja Pelayanan Rujukan Ibu dan Anak Kabupaten Kulon Progo.
Manual Rujukan Kehamilan, Persalinan, dan Bayi Baru Lahir Berdasarkan

vi
Petunjuk Teknis Jampersal & Situasi Daerah Di Kabupaten Kulon
Progo. 2012;1–73.
12. Susi laningrum R, Nursalam, Utami S. Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak
Untuk Perawat Dan Bidan. 2013
13. Obstetri Williams. N.p., McGraw-Hill.
14. Kehamilan, Persalinan, Bayi Preterm & Postterm Disertai Evidence
Based. N.p., Noerfikri, 2017.
15. Ewless & Simnett. Promoting Health A Practical Guide. UK : Elsevier.2019

vii

Anda mungkin juga menyukai