Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PROFESIONALISME KEBIDANAN PADA KASUS KOMPLEKS

Untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Pada Kasus Kompleks

Dosen Mata Kuliah: Eli Yusti, M.Tr.Keb

Disusun Oleh:
Kelompok 2

1. Almawati (42223085) 15. Neng Euis Komala Rizki (42223084)


2. Anisah (42223124) 16. Novi Rizki Umbara (42223115)
3. Cisri Maryati (42223211) 17. Putri Elfitasari (42223080)
4. Cucun Naya (42223082) 18. Rizky Amalia (42223131)
5. Diana (42223087) 19. Satria (42223128)
6. Eka Purwanty Banun (42223081) 20. Septianti Anggraeni (42223119)
7. Endang Syarifah (42223086) 21. Sinta Tristianur (42223120)
8. Fitri Dewi (42223123) 22. Siti Kodariyah (42223091)
9. Iceuh (42223076) 23. Siti Masitoh (42223088)
10. Iis Tiska (42223083) 24. Siti Suryani (4222309)
11. Indah Rindiani (42223134) 25. Tuti Alawiyah (42223121)
12. Irawati (42223141) 26. Tuti Metasari (42223126)
13. Merry Kristin (42223040) 27. Usniyah (42223089)
14. Mulyanah (42223090) 28. Vivi Sumarni (42223163)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN DIV


POLITEKNIK TIARA BUNDA
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih dan maha penyayang, kami

panjatkan puji syukur atas kehadiran-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, dan hidayahnya

kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Profesionalisme Kebidanan

Dalam Kasus Kompleks. Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin

dan tentunya bantuan dari beberapa pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah

ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, kami

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan

segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Proses penulisan makalah bahan ajar ini

dapat terwujud berkat dukungan, arahan dan bantuan moral maupun material dari banyak

pihak yang telah banyak membantu penulisan makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini berguna bagi para pembaca dan pihak-

pihak lain yang berkepentingan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari berbagai pihak, semoga makalah bahan ajar ini dapat bermanfaat.

Bogor, 10 Juni 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1...........................................................................................................................Latar Belakang
....................................................................................................................................... 1
1.2........................................................................................................................ Rumusan Masalah
....................................................................................................................................... 1
1.3.......................................................................................................................... Tujuan Masalah
....................................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PROFESIONAL BIDAN DALAM KASUS KOMPLEKS ......................................... 2

A. Definisi profesionalisme ....................................................................................... 2


B. Syarat Menjadi Bidan Profesional ........................................................................ 3
C. Prilaku Profesional Bidan ..................................................................................... 4
D. Upaya yang Dilakukan Bidan yang Profesional ................................................... 5
E. Mengetahui Perkembangan Bidan Profesional Dalam Memberi Asuhan ............ 7

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan .................................................................................................................. 9

3.2. Saran ............................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyelenggaraan pelayanan publik atau penyelenggara merupakan institusi


penyelenggara negara, korporasi, lembaga indefenden yang dibentuk berdasarkan
undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk
semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Pemerintah sebagai aktor utama dalam
penyelenggara pelayanan publik harus memiliki kualitas ;pelayanan publik yang benar-
benar berkualitas bagi masyarakat. Pelayanan publik berkaitan erat dengan kemampuan,
daya tanggap, ketepatan waktu, dan sarana dan prasarana yang tersedia. Apabila
pelayanan yang diberikan sudah sesuai dengan yang diharapkan oleh pengguna layanan,
maka dapat dikatakan pelayanan tersebut merupakan pelayanan yang berkualitas.

Banyaknya permasalahan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak, menjadi


perhatian penting pemerintah sehingga pemerintah mengupayakan fasilitas kesehatan.
Dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang
pusat kesehatan masyarakat (PusKesMas) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif. Dalam hal
ini bidan juga berperan penting dalam hal peningkatan kesehatan ibu, anak dan keluarga
berencana. Bidan harus dapat memberika supervise, perawatan dan saran yang
diperlukan kepada ibu selama periode kehamilan, persalian dan pasca persalianan,
membantu kelahiran sebagai tanggung jawabnya, dan merawat bayi serta bayi baru lahir.
Perawatan ini mencakup tindakan preventif, deteksi keadaaan abnormal pada ibu dan
anak, upaya mendapatkan bantuan medis dan pelaksananaantindakan kedaruratan bila
bantuan medis tidak tersedia.

1.2 Rumusan Masalah


Menjelaskan tentang profesionalisme kebidanan pada kasus kompleks.
1.3 Tujuan Masalah
Untuk mengetahui apa itu profesionalisme kebidanan pada kasus kompleks.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PROFESIONAL BIDAN DALAM KASUS KOMPLEKS

A. DEFINISI PROFESIONALISME

Istilah profesionalisme mengandung makna dua istilah, yaitu


profesional dan profesi. Profesional adalah keahlian dalam suatu bidang.
Dengan demikian, seseorang dikatakan profesional bila ia memiliki keahlian
dalam suatu bidang yang ditandai dengan kemampuannya dalam menawarkan
suatu jasa atau layanan sesuai dengan protokol dan peraturan dalam bidang
yang dijalaninya serta mendapatkan gaji dari jasa yang telah diberikannya.
Selain itu, dia juga merupakan anggota dari suatu entitas atau organisasi yang
didirikan sesuai dengan hukum di sebuah negara atau wilayahnya. Meskipun
demikian, tidak semua orang yang ahli dalam suatu bidang bisa dikatakan
profesional, karena profesional memiliki karakteristik yang harus dipenuhi,
yaitu: memiliki pengetahuan dan kemampuan yang dihasilkan melalui
pendidikan formal dan non formal yang cukup untuk memenuhi kompetensi
profesionalnya.
Sedangkan yang disebut dengan profesi adalah pekerjaan yang
membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus.
Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi/perkumpulan profesi, kode etik, serta
proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut.
Meskipun profesi merupakan sebuah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan
adalah profesi. Profesi memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya
dengan pekerjaan yang lain, yaitu: keterampilan yang berdasarkan pada
pengetahuan teoretis; asosiasi profesional; pendidikan yang ekstensif;
menempuh ujian kompetensi; mengikuti pelatihan institutional; lisensi;
otonomi kerja; memiliki kode etik; mampu mengatur diri; layanan publik dan
altruisme; meraih status dan imbalan yang tinggi.
Dalam hal ini, pengertian profesional perlu dibedakan dari jenis
pekerjaan yang menuntut dan dapat dipenuhi melalui kebiasaan melakukan

2
keterampilan tertentu (magang, terlibat langsung bekerja dalam situasi di
lingkungannya dan keterampilan sebagai warisan orang tuanya atau
pendahulunya). Seorang pekerja profesional perlu dibedakan dari seorang
teknisi. Keduanya (pekerja profesional dan teknisi) dapat saja terampil dalam
unsur kerja yang sama (misalnya, mengatasi prosedur kerja yang sama, dapat
memecahkan masalah teknis dalam kerjanya), tetapi seorang pekerja
profesional dituntut menguasai visi yang mendasari keterampilan yang
menyangkut wawasan filosofi, pertimbangan rasional dan memiliki sikap yang
positif dalam melaksanakan dan mengembangkan mutu kerja (Joni, 1980 dan
Koesno, 2004)
Profesionalisme berarti memiliki sifat profesional yang dimiliki oleh
seorang bidan. Bidan profesional termasuk rumpun kesehatan , untuk menjadi
jabatan profesional memiliki 9 syarat bidan profesinal, meliputi :

1. Ilmu sosial, budaya, kesehatan masyarakat, konsep kebidanan, etika,


kode etik, kebidanan yang membentuk dasar dari asuhan yang
berkualitas.
2. Asuhan ibu hamil
3. Asuhan kebidanan ibu melahirkan
4. Kebidanan asuhan ibu nifas menyusui
5. Asuhan bayi lahir
6. Asuhan pada bayi balita
7. Keluarga berencana
8. Gangguan reproduksi
9. Kebidanan komunitas

B. SYARAT MENJADI BIDAN PROFESIONAL


1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau
spesialis
2. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan secara tenaga
profesional
3. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat
4. Mempunyai peran dan fungsi yang jelas
5. Mempunyai kewenangan yang disahkan atau diberikan oleh pemerintah

3
6. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah
7. Memiliki kode etik bidan
8. Memiliki etika bidan
9. Memiliki standar pelayanan
10. Memiliki standar praktik
11. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan
profesi sesuai dengan kebutuhan pelayanan
12. Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana
pengembangan kompetensi
13. Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur

C. PERILAKU PROFESIONAL BIDAN


1. Dalam melaksanakan tugas berpegang teguh dan filosofi, etika profesi
dan aspek legal
2. Bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan keputusan klinis
yang dibuatnya
3. Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan
mutakhir secara berkala
4. Menggunakan cara pencegahan universal untuk mencegah penularan
penyakit dan strategi pengendalian infeksi
5. Menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama memberikan
asuhan kebidanan
6. Menghargai budaya setempat sehubungan dengan praktik kesehatan,
kehamilan, kelahiran, periode pasca persalinan, bayi baru lahir dan anak
7. Menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum
wanita/ibu agar mereka dapat menentukan pilihan yang telah
diinformasikan tentang semua aspek asuhan, meminta persetujuan secara
tertulis supaya mereka bertanggungjawab atas kesehatannya sendiri
8. Menggunakan keterampilan komunikasi
9. Bekerjasama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan kepada ibu dan keluarga
10. Advokasi terhadap ibu dalam tatanan pelayanan.

4
D. UPAYA YANG DILAKUKAN UNTUK BIDAN YANG PROFESIONAL
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai bidan yang profesional
antara lain:
1. Memperkuat organisasi profesi.
Mengupayakan agar organisasi profesi bidan / Ikatan Bidan
Indonesia (IBI) dapat terus melaksanakan kegiatan organisasi sesuai
dengan :
Pedoman Organisasi
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Standar Profesi ( Standar Organisasi, Standar pendidikan
berkelanjutan, Standar kompetensi, Standar pelayanan, Kode etik
dan Etika kebidanan).
2. Meningkatkan kualitas pendidikan bidan.
Melalui berbagai jalur pendidikan, baik secara formal maupun non
formal. Secara formal, rencana pendidikan bidan Harni Kusno dalam
makalah Profesionalisme Bidan menyongsong Era Global, sebagai
berikut
 Pendidikan saat ini ( D III Kebidanan, D IV Bidan Pendidik ).
 Rencana pendidikan bidan kedepan ( S1 Kebidanan, S2 Kebidanan
dan S3 Kebidanan ).
Secara non formal, dapat dengan cara :
a) Pelatihan - pelatihan untuk mencapai kompetensi bidan (LSS,
APN, APK, dan lain-lain)
b) Seminar – seminar, lokakarya dan lain-lain.
c) Meningkatkan kualitas pelayanan bidan.
Bidan berada pada setiap tatanan pelayanan termasuk adanya bidan
praktek mandiri/ bidan praktek swasta ( BPS ). Peningkatan kualitas
pelayanan bidan adalah dengan cara :
a. Fokus pelayanan kepada ibu/ perempuan dan bayi baru lahir.
b. Upaya peningkatan kualitas pelayanan dilaksanakan melalui
pelatihan klinik dan non klinik, serta penerapan model sebagai

5
contoh : Bidan Delima, Bidan Keluarga, Sistem Pengembangan
Manajemen Kinerja Klinik/ SPMKK.
c. Kebijakan dalam pelayanan kebidanan antara lain: Kep.Menkes
no. 900 tahun 2002 tentang Kewenangan Bidan, Kep.Menkes no
369/ 2007 tentang Standar Profesi Bidan, Jabatan Fungsional
Bidan, Tunjangan Jabatan Fungsional Bidan, yang di dalamnya
mengandung sembilan kompetensi yang harus dipenuhi oleh bidan,
yaitu:
 Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan
keterampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat
dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu
tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir
dan keluarganya.
 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan
kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan
menyeluruh dimasyarakat dalam rangka untuk meningkatkan
kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan
kesiapan menjadi orang tua; Bidan memberi asuhan antenatal
bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama
kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan atau
rujukan dari komplikasi tertentu.
 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap
terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin
selama persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi
kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan
wanita dan bayinya yang baru lahir.
 Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang
bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat;
 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1
bulan.
 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
komperhensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan – 5 tahun).

6
 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan
komperhensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat
sesuai dengan budaya setempat.
 Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan
gangguan sistem reproduksi.

d. Peningkatan Kualitas Personal Bidan


Peningkatan kualitas personal dan universal kebidanan sudah
dimulai sejak dalam proses pendidikan bidan, setiap calon bidan
sudah diwajibkan untuk mengenal, mengetahui, memahami
tentang peran, fungsi dan tugas bidan. Setiap bidan harus dapat
mencapai kompetensi profesional, kompetensi personal dan
universal, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1) Sadar tentang pentingnya ilmu pengetahuan / iptek, merasa
bahwa proses belajar tidak pernah selesai, belajar sepanjang
hayat/ life long learning dalam dunia yang serba berubah
dengan cepat
2) Kreatif, disertai dengan sikap bertanggungjawab dan
mandiri. Bidan kreatif yang bertanggungjawab dan mandiri
akan memiliki harga diri dan kepercayaan diri sehingga
memumgkinkan untuk berprakarsa dan bersaing secara sehat
3) Beretika dan solidaristik. Bidan yang beretika dan
solidaristik, dalam setiap tindakannya akan selalu
berpedoman pada moral etis, berpegang pada prinsip
keadilan yang hakekatnya berarti memberikan kepada siapa
saja apa yang menjadi haknya / bersifat tenggangrasa.

E. MENGETAHUI PERKEMBANGAN BIDAN PROFESIONAL DALAM


MEMBERI ASUHAN
Pengembangan karir merupakan kondisi yang menunjukkan adanya
peningkatan jenjang jabatan dan jenjang pangkat bagi seorang pegawai negeri
pada suatu organisasi dalam jalur karir yang telah ditetapkan dalam
organisasinya.
Pengembangan karir bidan meliputi :

7
1. Pendidikan lanjutan
Pendidikan berkelanjutan adalah suatu untuk meningkatkan
kemampuan teknis, hubungan antar manusia dan moral bidan sesuai
dengan kebutuhan pekerjaan/pelayanan dan standar yang telah
ditentukan oleh konsil melalui pendidikan formal dan non formal.

2. Job Fungsionl
Job fungsional (jabatan fungsional) merupakan kedudukan yang
menunjukkan tugas, kewajiban hak dan wewenang pegawai negeri sipil
yang dalam melaksanakan tugasnya diperlukan keahlian tertentu serta
kenaikan pangkatnya menggunakan angka kredit.
Pengembangan karir bidan dikaitkan dengan peran, fungsi dan
tanggung jawab bidan
Peran fungsi bidan dalam pelayanan kebidanan adalah sebagai :
Pelaksana
Pengelola
Pendidik
Peneliti
Tanggung jawab bidan
Konseling
Pelayanan kebidanan normal
Pelayanan kebidanan abnormal
Pelayanan kebidanan pada anak
Pelayanan KB
Pelayanan Kesehatan Masyarakat.

F. INDIKATOR PROFESIONALISME BIDAN


Indikator profesionalisme adalah kemampuan, kualitas, sarana,
prasarana, jumlah sumber daya manusia dan teknologi informasi. Indikator
profesionalisme bidan di Indonesia yaitu kode etik profesi, tanggung jawab,
melakukan kolaborasi dan rujukan yang tepat, pendidikan berkelanjutan,
kompetensi dan advokasi.
a. Kode etik Profesi
Adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap profesi dalam

8
melaksanakan tugas profesinya dan hidup dimasyarakat. Kode etik
merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dan nilai-nilai internal dan
eksternal sebagai pernyataan komprehensif suatu profesi yang memberikan
tuntunan anggotanya dalam pengabdian profesi.

Kode Etik Profesi Bidan


• Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah jabatannya dalam tugas pengabdiannya.
• Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi
harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra
bidan.
• Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada
peran tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien,
keluarga dan masyarakat.
• Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan
klien, menghormati hak klien, menghormati nilai-nilai yang berlaku
dimasyarakat.
• Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan
klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai
dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
• Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam
hubungan pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi
masyarakat untuk meningkatkan detajat kesehatannya secara optimal.

b. Tanggung jawab
Bidan bertugas mengembangkan pelayanan dasar kesehatan di wilayah
kerja. Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program
kesehatan sektor lain melalui dukun bayi, kader kesehatan, serta tenaga
kesehatan, serta tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan
dalam wilayah kerjanya.
Dan beberapa tanggung bidan lainnya yaitu:
 Tanggung jawab bidan terhadap tugasnya
 Tanggung jawab bidan dalam praktek kebidanan

9
 Tanggung jawab bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
 Tanggung jawab bidan terhadap pemerintah
 Tanggung jawab bidan terhadap profesi lainnya
 Tanggung jawab dalam bentuk praktek kebidanan

c. Melakukan kolaborasi dan rujukan yang tepat


Dalam kebidanan, kolaborasi interprofesional sangat penting untuk
keselamatan pasien karena kegagalan kolaborasi dan komunikasi juga akan
mengakibatkan angka kematian pada ibu dan bayi. Pelayanan kebidanan
kolaborasi adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan sebagai salah satu
urutan dari suatu proses kegiatan pelayanan kesehatan.
Tujuan pelayanan kolaborasi adalah berbagi otoritas dalam pemberian
pelayanan berkualitas sesuai ruang lingkup masing-masing. Elemen dalam
melakukan kolaborasi antara lain harus melibatkan tenaga ahli dengan
keahlian yang berbeda yang dapat bekerjasama secara timbal balik dengan
baik.

d. Berkompeten
Kompeten dibagi menjadi 2 yaitu kompetensi inti atau dasar dan
kompetensi tambahan atau lanjutan. Kompetensi dasar yaitu kompetensi
minimal yang mutlak dimiliki oleh bidan. Kompetensi tambahan atau
lanjutan yaitu pengembangan dari pengetahuan dan keterampilan dasar
untuk mendukung tugas bidan dalam memenuhi tuntutan/kebutuhan
masyarakat yang sangat dinamis serta perkembangan IPTEK. Kompetensi
merupakan bagian dari pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang
diperlukan bidan dalam melakukan pelayanan.

e. Advokasi
Melakukan advokasi terhadap pengambilan keputusan dari kategori
program ataupun sektor yang terkait dengan kesehatan maternal dan
neonatal. Melakukan advokasi berarti melakukan upaya-upaya agar

10
pembuat keputusan atau penentu kebijakan mencapai suatu kebijakan
tersebut.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyelenggaraan pelayanan publik atau penyelenggara merupakan institusi
penyelenggara negara, korporasi, lembaga indefenden yang dibentuk berdasarkan
undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang
dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Pemerintah sebagai aktor
utama dalam penyelenggara pelayanan publik harus memiliki kualitas ;pelayanan
publik yang benar-benar berkualitas bagi masyarakat.
Bidan adalah profesi yang diakui secara nasional maupun internasional oleh
sejumlah praktisi diseluruh dunia. Tugas utama yang menjadi tanggung jawab praktik
profesi bidan memiliki tujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu, anak dan keluarga
berencana.
Untuk menjadi jabatan profesional memiliki 9 syarat bidan profesional, meliputi :

1. Ilmu sosial, budaya, kesehatan masyarakat, konsep kebidanan, etika, kode etik,
kebidanan yang membentuk dasar dari asuhan yang berkualitas.
2. Asuhan ibu hamil
3. Asuhan kebidanan ibu melahirkan
4. Kebidanan asuhan ibu nifas menyusui
5. Asuhan bayi lahir
6. Asuhan pada bayi balita
7. Keluarga berencana

11
8. Gangguan reproduksi
9. Kebidanan komunitas

3.2 Saran
Untuk menjadi bidan yang profesional, seorang bidan harus memenuhi syarat
yang telah ditetapkan, dikarenakan bidan memiliki tanggung jawab yang besar
terhadap pasien yang akan diberi pelayanan.

DAFTAR PUSTAKA

Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo Purwandari, Atik.
2008.
Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC Soepardan, Suryani. 2008.
Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC Ahmad Sujudi. 2010.
Marmi, 2014.konsep kebidanan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.ò
Estiwidani, Dwana, dkk. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA No.
369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan
Kurnia, S. Nova. 2009. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta: Panji Pustaka
Sofyan, Mustika dkk. 2006. 50 Tahun IBI. Jakarta: PP IBI Indonesia
Varney, Hellen, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Volume 1. Jakarta: EGC

12

Anda mungkin juga menyukai