Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

“PENGERTIAN FILSAFAT; CABANG FILSAFAT; ALIRAN FILSAFAT”

DISUSUN OLEH:

Kelompok 1 Palembang

1. MEINI FASYA AMANDA (06091181924006)


2. MONA RAHMA LINGGA (06091381924047)
3. LILI RAHMAWATI (06091381924061)

Dosen Pengampu:

1. Dr. Rahmi Susanti, M.Si


2. Dr. Zainal arifin, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengertian Filsafat; Cabang
Filsafat; Aliran Filsafat.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Rahmi Susanti,
M.Si dan Bapak Dr. Zainal Arifin, M.Si selaku dosen pada mata kuliah Filsafat Pendidikan.
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang
yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun,
yang dapat membuat makalah ini menjadi sempurna dimasa yang akan datang.

Palembang, 10 Agustus 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………....2

Daftar Isi……………………………………………………………………………......3

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………..….4


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………….…4
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………...4

Bab 2 Pembahasan

2.1 Pengertian Filsafat………………………………………………………………...5


2.2 Cabang Filsafat……………………………………………………………………9
2.3 Aliran Filsafat…………………………………………………………………....14

Bab 3 Penutup

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………15

Daftar Pustaka………………………………………………………………………..16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Filsafat adalah pandangan tentang dunia dan alam yang dinyatakan secara teori.
Filsafat adalah suatu ilmu atau metode berfikir untuk memecahkan gejala-gejala alam
dan masyarakat. Filsafat mempersoalkan tentang etika/moral, estetika/seni, sosial dan
politik, epistemology/tentang asal pengetahuan, ontology/tentang manusia, dan lain
sebagainya. Menetapkan suatu definisi nampaknya sulit untuk dilakukan.Kenapa ?
Persoalannya bukan terletak pada soal bagaimana untuk mengemukakan definisi itu,
melainkan soal mengerti atau tidaknya orang menerima definisi tersebut. Ini adalah
persoalan yang tidak biasa dianggap sepele.
Demikian juga filsafat, sulit sekali untuk memberikan suatu batasanyang benar
(pasti) tentang kata filsafat.Buktinya para filsuf selalu berbeda-beda dalam
medefinisikan filsafat. Filsafat juga mempunyai metode yang digunakan untuk
memecahkan problema-problema filsafat. Selain itu filsafat juga mempunyai obyek dan
sistematika/struktur.Tidak kalah pentingnya dengan cabang ilmu pengetahuan, filsafat
juga mempunyai manfaat dalam mempelajarinya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat?
2. Sebutkan cabang-cabang filsafat?
3. Sebutkan aliran-aliran filsafat?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian filsafat
2. Untuk mengetahui cabang-cabang filsafat
3. Untuk mengetahui aliran-aliran filsafat

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.4 Pengertian Filsafat


1. Secara etimologis
Kata filsafat berasal dari bahasa Inggris dan bahasa Yunani. Dalam bahasa Inggris,
yaitu philosophy, sedangkan dalam bahasa Yunani philen atau philos dan sofien atau
sophi.Philos artinya cinta, sedangkan Sophia artinya kebijaksanaan. Dengan demikian,
filsafat dapat diartikan cinta kebijaksanaan.
2. Menurut Para Ahli
a. Al-Kindi
Filsafat adalah kegiatan manusia tingkat tertinggi yang merupakan pengetahuan
yang benar mengenai hakikat segala yang ada bagi manusia. Bagian filsafat
yang paling mulia adalah pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan
sebab dari segala kebenaran.
b. Henderson
Filsafat diartikan sebagai suatu pandangan kritis yang sangat mendalam sampai
ke akar akarnya mengenai segala sesuatu yang ada. “philosophy means the
attempt to conceive and present inclusive and systematic view of universe and
man’s in it”
c. Imamanuel Kant
Filsafat merupakan ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup
di dalamnya empat persoalan, yaitu:
 apakah yang harus diketahui?
 apakah yang seharusnya kita ketahui dan kerjakan?
 sampai dimanakah pengharapan kita?
 apakah yang dinamakan manusia?
d. Aristoteles

5
Pengertian filsafat menurut Aristoteles adalah memiliki kewajiban untuk
menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat
sebagai ilmu umum. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang
oleh filsafat dengan ilmu.
2.5 Cabang Filsafat
Gazalba (1973: 5) mengemukakan bidang permasalahan filsafat berikut ini:
1) Metafisika, dengan pokok-pokok masalah: filsafat hakikat atau ontologi, filsafat
alam atau kosmologi, filsafat manusia, dan filsafat ketuhanan atau teodyce.
2) Teori pengetahuan atau epistemologi, yang mempersoalkan: hakikat pengetahuan,
dari mana asal atau sumber pengetahuan, bagaimana membentuk pengetahuan yang
tepat dan yang benar, apa yang dikatakan pengetahuan yang benar, mungkinkah
manusia mencapai pengetahuan yang benar dan apakah dapat diketahui manusia,
serta sampai di mana batas pengetahuan manusia.
3) Filsafat nilai atau aksiologi yang membicarakan: hakikat nilai, di mana letak nilai,
apakah pada bendanya atau pada perbuatannya atau pada manusia yang menilainya;
mengapa terjadi perbedaan nilai antara seseorang dengan orang lain, siapakah yang
menentukan nilai, mengapa perbedaan ruang dan waktu membawa perbedaan
penilaian.
Kattsoff (1987: 74-82) membagi cabang-cabang filsafat menjadi dua bagian besar,
yaitu cabang filsafat yang memuat materi ajar tentang alat dan cabang filsafat yang
memuat tentang isi atau bahan-bahan dan informasi. Cabang filsafat yang merupakan
alat adalah Logika, termasuk di dalamnya Metodologi. Sementara itu, cabang filsafat
yang merupakan isi adalah: Metafisika, Epistemologi, Biologi Kefilsafatan, Psikologi
Kefilsafatan, Antropologi Kefilsafatan, Sosiologi Kefilsafatan.
Berikut ini adalah penjelasan untuk masing-masing cabang filsafat.
1. Logika
Logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari
suatu perangkat bahan tertentu. Kadang-kadang Logika didefinisikan sebagai ilmu

6
pengetahuan tentang penarikan kesimpulan. Logika dibagi dalam dua cabang utama,
yakni logika deduktif dan logika induktif.
Logika deduktif berusaha menemukan aturan-aturan yang dapat
dipergunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan yang bersifat keharusan dari
satu premis tertentu atau lebih. Memperoleh kesimpulan yang bersifat keharusan itu
yang paling mudah ialah bila didasarkan atas susunan proposisi-proposisi dan akan
lebih sulit bila yang diperhatikan ialah isi proposisi-proposisi tersebut. Logika yang
membicarakan susunan-susunan proposisi dan penyimpulan yang sifat
keharusannya berdasarkan atas susunannya, dikenal sebagai logika deduktif atau
logika formal.
Logika induktif mencoba untuk menarik kesimpulan tidak dari susunan proposisi-
proposisi, melainkan dari sifat-sifat seperangkat bahan yang diamati. Logika induktif
mencoba untuk bergerak dari suatu perangkat fakta yang diamati secara khusus menuju
ke pernyataan yang bersifat umum mengenai semua fakta yang bercorak demikian, atau
dari suatu perangkat akibat tertentu menuju kepada sebab atau sebab-sebab dari akibat-
akibat tersebut.

2. Metodologi
Metodologi ialah ilmu pengetahuan tentang metode dan khususnya metode ilmiah.
Tampaknya semua metode yang berharga dalam menemukan pengetahuan mempunyai
garis-garis besar umum yang sama. Metodologi membicarakan halhal seperti sifat
observasi, hipotesis, hukum, teori, susunan eksperimen dan sebagainya.
3. Metafisika
Metafisika adalah cabang filsafat mengenai yang ada. Aristoteles mendefinisikan
metafisika sebagai ilmu mengenai yang ada sebagai yang ada, yang dilawankan dengan
yang ada sebagai yang digerakkan dan yang ada sebagai yang dijumlahkan. Istilah
metafisika sejak lama digunakan di Yunani untuk menunjukkan karya-karya tertentu
Aristoteles. Oleh karena itu, istilah metafisika pun berasal dari bahasa Yunani: meta ta
physika yang berarti “hal-hal yang terdapat sesudah fisika”.

7
4. Epistemologi
Kattsoff berpendapat epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal
mula, susunan, metode-metode dan sahnya pengetahuan. Pertanyaan yang mendasar
ialah: Apakah mengetahui itu? Apakah yang merupakan asal mula pengetahuan kita?
Bagaimanakah cara kita membedakan antara pengetahuan dengan pendapat? Apakah
yang merupakan bentuk pengetahuan itu? Corak-corak pengetahuan apakah yang ada?
Bagaimanakah cara kita memperoleh pengetahuan? Apakah kebenaran dan kesesatan
itu? Apakah kesalahan itu?
5. Biologi Kefilsafatan
Biologi kefilsafatan membicarakan persoalan-persoalan mengenai biologi,
menganalisa pengertian hakiki dalam biologi. Ia mengajukan pertanyaanpertanyaan
mengenai pengertian hidup, adaptasi, teleologi, evolusi dan penurunan sifat-sifat.
Biologi kefilsafatan juga membicarakan tentang tempat hidup dalam rangka segala
sesuatu, dan arti pentingnya hidup bagi penafsiran kita tentang alam semesta tempat
kita hidup.
Seorang filsuf dapat menghubungkan bahan-bahan yang ditemukan oleh ilmuwan
biologi dengan teori-teori yang dikemukakan untuk menerangkan bahanbahan tersebut.
Ia dapat menolong seorang ahli biologi untuk bersifat kritis, bukan hanya terhadap
istilah-istilahnya, melainkan juga terhadap metode-metode dan teori-teorinya.
6. Psikologi Kefilsafatan
Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam bidang psikologi kefilsafatan adalah:
Apakah yang dinamakan jiwa itu? Apakah jiwa tiada lain dari kumpulan jalur urat-urat
syaraf, ataukah sesuatu yang bersifat khas? Apakah kita harus mengadakan pembedaan
antara jiwa (mind) dengan nyawa (soul)? Apakah hubungan antara jiwa dan tubuh, bila
kedua hal itu dianggap berbeda? Apakah yang dimaksud dengan “ego”? Apakah yang
merupakan kemampuan kemampuan yang menyebabkan ego itu berfungsi?
Bagaimanakah susunan jiwa itu? Bagaimana halnya dengan perasaan dan kehendak?
Apakah keduanya merupakan bagian dari jiwa ataukah merupakan kemampuan yang
terpisah? Apakah akal itu dan bagaimana hubungannya dengan tubuh?

8
Demikianlah di dalam lapangan psikologi, seorang filsuf mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang bersifat hakiki. Apa yang pada suatu ketika dulu semuanya merupakan
bagian filsafat dibagi dalam dua lapangan psikologi, yaitu psikologi sebagai ilmu dan
psikologi kefilsafatan. Kedua hal ini tidak pernah terpisah, melainkan hanya segi-segi
yang berbeda dari masalah yang sama.
7. Antropologi Kefilsafatan
Antropologi kefilsafatan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang manusia.
Dimulai sejak abad kelima sebelum Masehi, setelah melalui penyelidikan yang lama,
Socrates tampil ke depan dengan semboyannya: “Kenalilah dirimu sendiri!”. Artinya,
filsafat tidak cukup hanya membicarakan tentang alam saja, tetapi yang tak-kalah
penting adalah bertanya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang manusia itu
sendiri. Apakah hakikat terdalam manusia itu ? Ada pilihan penafsiran apa sajakah
mengenai hakikat manusia? Yang manakah yang lebih mendekati kebenaran?
Antropologi kefilsafatan juga membicarakan tentang makna sejarah manusia dan
arah kecenderungan sejarah. Sejarah juga dikaji dalam hubungannya dengan ilmu-ilmu
alam, atau dengan nafsu-nafsu atau dogma keagamaan, atau perjuangan untuk
kelangsungan hidup.
8. Sosiologi Kefilsafatan
Sosiologi kefilsafatan merupakan istilah lain untuk filsafat sosial dan filsafat politik.
Di dalam filsafat sosial dan filsafat politik, biasanya dikemukakan pertanyaan-
pertanyaan mengenai hakikat masyarakat dan hakikat negara, lembaga-lembaga yang
terdapat di masyarakat dan hubungan manusia dengan negaranya.
9. Etika
Di dalam melakukan pilihan, manusia mengacu kepada istilah-istilah seperti baik,
buruk, kebajikan, kejahatan dan sebagainya. Istilah-istilah ini merupakan predikat-
predikat kesusilaan (etik). Cabang filsafat yang membahas masalah ini adalah etika.
Dalam kondisi yang bagaimanakah kita mengadakan tanggapan-tanggapan kesusilaan?
Ukuran-ukuran apakah yang dipakai untuk menguji tanggapan-tanggapan kesusilaan?
Tujuan pokok etika adalah menemukan norma-norma untuk hidup dengan baik.

9
Berkaitan dengan itu muncul pertanyaan-pertanyaan: Apakah yang menyebabkan suatu
perbuatan yang baik itu adalah baik secara etik? Bagaimanakah cara kita melakukan
pilihan di antara hal-hal yang baik? Itulah beberapa contoh pertanyaan di dalam
penyelidikan etika.
10. Estetika
Dua istilah pokok telah digunakan di dalam kajian filsafat, yakni “kebenaran” dan
“kebaikan”. Kebenaran merupakan tujuan yang hendak dicapai dalam pembicaraan kita
tentang epistemologi dan metodologi. Kebaikan merupakan masalah yang diselidiki
dalam etika. Pada hal-hal ini kita tambahkan unsur ketiga dari ketritunggalan besar
yang mendasari semua peradaban, yakni “keindahan”. Cabang filsafat yang
membicarakan definisi, susunan dan peranan keindahan, khususnya di dalam seni,
dinamakan estetika.
11. Filsafat Agama
Filsafat agama tidak berkepentingan dengan apa yang orang percayai, tetapi kepada
makna istilah-istilah yang dipergunakan, keruntutan di antara kepercayaan-
kepercayaan, bahan-bahan bukti bagi kepercayaan, dan hubungan antara kepercayaan
agama dengan kepercayaan-kepercayaan yang lain. Yang erat hubungannya dengan
kepercayaan agama adalah kepercayaan mengenai keabadian hidup, meskipun masalah
ini tidak monopoli milik agama, tetapi merupakan masalah terpenting bagi penganut-
penganutnya.
2.6 Aliran Filsafat
Pemikiran atau gagasan yang dicetuskan oleh para filsuf, dalam perkembangannya bisa
menjadi satu aliran pemikiran atau paham yang mempunyai pengikut sendiri-sendiri.
Adapun beberapa aliran-aliran filsafat ilmu yang akan dijelaskan.
1. Materialisme
Materialisme merupakan aliran yang menganggap bahwa di dunia ini tidak
ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu. Pada abad pertama
masehi, paham ini tidak dianggap serius, pada abad pertengahan orang-orang masih
asing terhadap paham ini. Pada zaman Aufklarung (pencerahan), materialisme

10
mendapat tanggapan dan penganut yang penting di bagian Eropa Barat. Pada abad
ke-19 pertengahan, aliran ini tumbuh subur di Barat disebabkan, dengan paham ini,
orang-orang merasa mempunyai harapan-harapan yang besar atas hasil-hasil ilmu
pengetahuan alam.
Selain itu, paham ini praktis dan tidak memerlukan dalil dan abstrak, juga
teori-teorinya yang berpegang pada kenyataan-kenyataan yang jelas dan mudah
dimengerti. Kemajuan aliran ini mendapat tantangan yang keras dan baik dari kaum
agama dimana-mana. Hal ini disebabkan bahwa paham ini pada abad ke-19 tidak
mengakui adanya Tuhan yang sudah diyakini mengatur budi masyarakat. Pada masa
ini, kritik pun muncul di kalangan ulama-ulama barat yang menentang materialisme.
Adapun beberapa kritik yang dilontarkan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Materialisme menyatakan bahwa alam wujud ini terjadi dengan sendirinya dari
chaos (kacau balau). Kata Hegel, kacau balau yang mengatur bukan balau namanya
itu Tuhan.
b. Materialisme menerangkan bahwa segala peristiwa diatur oleh hukum alam.
Padahal pada hakikatnya hukum alam ini adalah perbuatan rohani juga.
c. Materialisme mendasarkan segala kejadian dunia dan kehidupan pada asal benda itu
sendiri. Padahal dalil itu menunjukkan adanya sumber dari luar itu sendiri yaitu
Tuhan.
d. Materialisme tidak sanggup menerangkan suatu kejadian rohani yang paling
mendasar sekalipun.
Diantara tokoh-tokoh aliran ini adalah Anaximenes (585-528), Anaximandros (610-
545 SM), Thales (625-545 SM), Demokritos (460-545 SM), Thomas Hobbes
(1588-1679 M), Lamettrie (1709-1775 M), Feuerbach (1804-1877 M), Spencer
(1820- 1903 M), dan Karl Marx (1818-1883 M).
2. Rasionalisme
Rasionalisme merupakan aliran filsafat yang memandang bahwa akal
pikiran atau resiko adalah sebagai dasar pengetahuan manusia. Menurut seorang
tokoh rasionalisme yaiu Ploto mengatakan bahwa pengetahuan diri atas

11
penangkapan aspek-aspek dari dunia sekitar kita. Aspek-aspek itu bersifat menetap
dan telah ada pada kita, itulah yang disebut dengan idea. Oleh karena itu belajar
menurutnya bukanlah memperoleh hal yang baru melainkan menyadarkan kita
kepada pengetahuan yang ada pada kita. Dengan kata lain, memperoleh
pengetahuan itu pada hakikatnya adalah mengingat kembali. Sebagaimana
contohnya, kita dapat membuat segitiga dua kali lebih besar. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut kita harus mengingat prinsip-prinsip ilmu ukur yang ada pada
kita.
3. Empirisme
Empirisme merupakan suatu aliran filsafat yang tertuju pada pada keduniaan, yang
menentang sikap mementingkan dogma agama yang berlaku. Adapun pandangan
tiga orang pendukung aliran empirisme yang terkenal.
a. John Locke.
Menurut John Locke dalam karangan buku “Essay Conserning Human
Understanding” berpendapat bahwa pengetahuan itu bukanlah telah ada pada
diri kita, tetapi ada diluar diri kita dan datang kepada kita melalui alat indera.
b. George Berkeley.
Dalam buku krangannya yaitu “a Treatise Concerning the Principles of
Understanding and Three Dialogues Between Hylas and Philonous” beliau
menganut paham empirisme dan menolak baik realisme maupun materialisme.
Menurutnya sesuatu ada karena diamai. Kalua tidak diamati maka tidak ada.
c. David Hume.
Karya filsafatnya yang paling terkenal adalah “a Treatise on Human Nature,
Philosophical Essays Concerning the Principles of Morals”. David Hume adalah
penganut skeptisieme dan seroang agnostic. Skeptisisme adalah sikap
menangguhkan pertimbangan tentang sesuatu sampai analisa kritik terntangnya
menjadi sempurna dan segala bukti yang mungkin sudah diperoleh. Agnpstik
adalah orang yang berpendirian bahwa adanya Tuhan itu tidak dapat dibuktikan
dan tidak dapat dibohongkan.

12
Positivisme merupakan aliran yang berorientasi pada ilmu pengetahuan
alam. Timbulnya filsafa positivisme adalah sebagai reaksi terhadap spekulasi
theologis dan metafisis filsafat hegel. Aliran positivism ini memberi tekanan
kepada fakta, kepada bukti-bukti yang konkrit kepada sesuatu yang diverifikasi.
Tokoh utama aliran ini adalah Auguste Comte (1798-1857) berpandangan
bahwa alam pikiran manusia berkembang menjadi tiga tahap : religious,
metafisis, dan positivisme. Pada tahap religious segala sesuatu diterangkan dari
sudut pandangan adanya pengaruh dan sebab-sebab yang melampaui
kemampuan dan kodrat manusia. Manusia memandang sesuatu dari sudut
keyainan baik politheisme atau mototheisme. Pada tahap metafisis, segala
sesuatu diterangkan oleh manusia melalui abstrak, melalui perenungan
metafisis. Pada tingkat positivistis segaka sesuatu ingin diterapkan dari sudut
pengetahuan yang bertolak dari hukum sebab akibat yang sudah determinitis.
4. Realisme
Realisme merupakan suatu aliran dalam ilmu pengetahuan. Menurut aliran ini ia
mempersoalkan obyek pengetahuan manusia. Aliran realisme memandang bahwa
obyek pengetahuan manusia terletak diluar diri manusia, contohnya : pengetahuan
tentang pohon, pengetahuan tentang hewan, pengetahuan tentang bumi, dan
pengetahuan tentang kota.semua contoh ini tidak hanya ada dalam pikiran manusia
yang mengamatinya, melainkan juga ada dengan sendirinya dan tidak tergantung
pada jiwa manusia.
5. Dualisme
Dualisme adalah ajaran atau faham yang memandang alam ini terdiri atas dua
macam hakikat yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani. Kedua macam hakikat itu
masing-masing bebas berdiri sendiri, sama asasi dan abadi. Perhubungan antara
keduanya itu menciptakan kehidupan dalam alam. Contoh yang paling jelas tentang
adanya kerja sama kedua hakikat ini adalah terdapat dalam diri manusia. Tokoh-
tokoh aliran ini antara lain adalah Plato (427-347 SM), Aristoteles (384-322 SM),

13
Descartes (1596-1650 M), Fechner (1802-1887 M), Arnold Gealinex, Leukippos,
Anaxagoras, Hc. Daugall dan A. Schopenhauer (1788-1860 M).
6. Kritisisme
Kehadiran aliran rasionalisme dan empirisme sangat bertolah belakang dari
tujuan semula. Pada satu sisi landasan aliran rasionalisme yang bertolak dari rasio
dan di lain sisi empirisme yang lebih mendasarkan pada pengalaman seolah sudah
sempurna, padahal kedua tawaran tersebut bukan jawaban yang tepat. Tokoh yang
paling menolak kedua pandangan di atas adalah Immanuel Kant (1724-1804 M).
Kant berusaha menawarkan perspektif baru dan berusaha mengadakan
penyelesaian terhadap pertikaian itu dengan filsafatnya yang dinamakan kritisisme.
Untuk itulah ia menulis tiga bukunya berjudul: Kritik der Reinen Vernunft (kritik
rasio murni), Kritik der Urteilskraft, dan lainnya. Bagi Kant, dalam pengenalan
indrawi selalu sudah ada dua bentuk apriori, yaitu ruang dan waktu. Kedua-duanya
berakar dalam struktur subjek sendiri. Memang ada suatu realitas terlepas dari
subjek yang mengindra, tetapi realitas tidak pernah dikenalinya. Kita hanya
mengenal gejala-gejala yang merupakan sintesis antara yang diluar (aposteriori) dan
ruang waktu (a priori).
7. Idealisme
Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik
hanya dapat dipahami kaitannya dengan jiwa dan ruh. Istilah idealisme diambil dari
kata idea, yakni seseuatu yang hadir dalam jiwa. Idealisme mempunyai argumen
epistemologi tersendiri. Oleh karena itu, tokoh-tokoh teisme yang mengajarkan
bahwa materi bergantung kepada spirit tidak disebut idealis karena mereka tidak
menggunakan argumen epistemologi yang digunakan oleh idealisme.
Idealisme juga didefinisikan sebagai suatu ajaran, faham atau aliran yang
menganggap bahwa realitas ini terdiri atas ruh-ruh (sukma) atau jiwa, ide-ide dan
pikiran atau yang sejenis dengan itu. Aliran ini merupakan aliran yang sangat
penting dalam perkembangan sejarah pemikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat
barat kita temui dalam bentuk ajaran yang murni dari Plato, yang menyatakan

14
bahwa alam idea itu merupakan kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang
menempati ruang ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam idea itu. Aristoteles
memberikan sifat keruhanian dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide
sebagai sesuatu tenaga (entelechie) yang berada dalam benda-benda dan
menjalankan pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya dapat dikatakan sepanjang
masa tidak pernah faham idealisme hilang sama sekali. Di masa abad pertengahan
malahan satu-satunya pendapat yang disepakati oleh semua alat pikir adalah dasar
idelaisme ini. Pada zaman Aufklarung para filsuf yang mengakui aliran serbadua,
seperti Descartes dan Spinoza, yang mengenal dua pokok yang bersifat keruhanian
dan kebendaan maupun keduanya, mengakui bahwa unsur keruhanian lebih penting
daripada kebendaan. Selain itu, segenap kaum agama sekaligus dapat digolongkan
kepada penganut idealisme yang paling setia sepanjang masa, walaupun mereka
tidak memiliki dalil-dalil filsafat yang mendalam. Puncak zaman idealisme pada
masa abad ke-18 dan 19, yaitu saat Jerman sedang memiliki pengaruh besar di
Eropa.
Tokoh-tokoh aliran ini adalah : Plato (477-347), B. Spinoza (1632-1677 M),
Liebniz (1685-1753 M), Berkeley (1685-1753), Immanuel Kant(1724-1881 M), J.
Fichte (1762-1814 M), F.Schelling (1755-1854 M), dan G. Hegel (1770-1831 M).
8. Intuisionalisme
Intuisionalisme adalah suatu aliran atau faham yang menganggap bahwa intuisi
(naluri/perasaan) adalah sumber pengetahuan dan pembenaran. Intuisi termasuk
salah satu kegiatan berpikir yang tidak didasarkan pada penalaran. Jadi, intuisi
adalah nonanalitik dan tidak didasarkan atau suatu pola berpikir tertentu dan sering
bercampur aduk dengan perasaan. Tokoh-tokoh aliran ini adalah Plotinos (205-270
M) dan Henri Bergson (1859-1994).
9. Tomisme
Nama aliran ini disandarkan kepada Thomas Aquinas, salah seorang tokoh
intelektual termasyur skolastik Barat yang hidup pada tahun 1225-1274 M. Ada
yang berpendapat bahwa Thomas hanya menyesuaikan Aristoteles dengan ajaran

15
Katolik. Hal ini tidaklah betul. Ia memang menyerap ajaran Aristoteles tetapi ia
menyusun sistem yang berlainan dari sistem Aristoteles. Thomas dilahirkan dekat
kota Aquino pada tahun 1225. Karenanya, ia akrab disebut Thomas Aquinas. Ia
menjadi murid Albertus di Paris. Warisan buku-bukunya sangat banyak dan sampai
sekarang masih dipelajari orang dan malahan menjadi pedoman dalam aliran yang
masih sangat banyak penganutnya. Teologi dan filsafat adalah dua hal yang banyak
dikaji dan ditelaahnya. Bagi Thomas, kedua disiplin ilmu tersebut tidak bisa dipisah
malah saling berkait dan mempengaruhi.
10. Filsafat Analitik
Selain aliran di atas, masih ada lagi aliran yang menyibukkan diri dengan
analisis bahasa dan analisis atas konsep-konsep. Aliran ini disebut aliran filsafat
analitik. Dalam berfilsafat aliran ini berprinsip bahwa jangan katakan jika hal itu
tidak dapat dikatakan. ”Batas-batas bahasaku adalah batas-batas duniaku”. Soal-soal
falsafi seyogyanya dipecahkan melalui analisis bahasa, untuk mendapatkan atau
tidak mendapatkan makna di balik bahasa yang digunakan. Hanya dalam ilmu
pengetahuan alam pernyataan memiliki makna, karena pernyataan itu bersifat
faktual. Pencetus aliran ini adalah Ludwig Wittgenstein (1899-1952 M).
Belakangan, tepat sejak tahun 1960 berkembang aliran strukturalisme yang
menyelidiki pola-pola dasar yang tetap yang terdapat dalam bahasa-bahasa, agama-
agama, sistem-sistem dan karya-karya kesusasteraan.

16
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya :
1. Secara etimologis, filsafat diambil dari bahasa Arab, falsafah-berasal dari bahasa
Yunani, Philosophia, kata majemuk yang berasal dari kata Philos yang artinya
cinta atau suka, dan kata Sophia yang artinya bijaksana. Dengan demikian secara
etimologis, filsafat memberikan pengertian cinta kebijaksanaan.
2. Secara terminologis, filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang
terkandung di dalamnya ilmu-ilmu; metafisika, logika, etika, ekonomi, politik,
dan estetika.
3. Ada tiga metode yang digunakan untuk memecahkan problema-problema
Filsafat yaitu: metode deduksi, induksi dan metode dialektik.
4. Obyek penyelidikan filsafat adalah segala yang ada dan yang mungkin ada, tidak
terbatas.
5. Struktur/sistematika filsafat berkisar pada tiga cabang flsafat yaitu teori
pengetahuan, teori hakikat dan teori nilai.
6. Manfaat mempelajari filsafat diantaranya adalah manfaat dari sisi pengetahuan
dan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Dari sisi pengetahuan filsafat disebuat
sebagai induk dari setiap disiplian ilmu pengetahuan, maka untuk memahami
ilmu pengetahuan dan mampu me-interdisipliner-kan kita butuh filsafat. Filsafat
dalam kehidupan sehari-hari bisa dijadikan patokan utama dalam mengembangan
kebutuhan-kebutuhan manusia serta piranti dalam memahami proses keseharian
secara mendalam dan jelas.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ali Maksun. 2011. Pengantar Filsafat : dari masa klasik hingga


Postmodernis. Jogjakarta : ar-ruzzi media cet. IV.
Anas Salahudin. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.
Drono. 2020. Cabang- Cabang Filsafat dan Macam-macamnya.
https://penerbitbukudeepublish.com/cabang-cabang-filsafat/.
(Diakses pada tanggal 11 agustus 2021).
Jalaludin & Abdullah ldi. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta : Gaya Media
Pratama.
Zakky. 2020. Pengertian Filsafat Menurut Para Ahli, Secara Umum dan
Etimologi. https://www.zonareferensi.com/pengertian-filsafat/. (Diakses
Pada tanggal 11 Agustus 2021).

18

Anda mungkin juga menyukai