Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ETIKA BISNIS & KELESTARIAN

LINGKUNGAN HIDUP
DOSEN PENGAMPU : Rizky Aulia Hidayah S, S.IP.,M.M

OLEH KELOMPOK 06 :

FEBRIYANTI HUMAIRAH WULAN PUSPITA (21622010100763)

YEREMIAS VERI (21622010100782)

NURANNISA (21622010100775)

MUHAMMAD FAKHROZI (21622010100785)

EVA SEVYA HARDIYANTI (21622010100761)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

STIE NUSANTARA KUTIM 2022 / 2023


KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala
yang telah memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Etika bisnis & Kelestarian Lingkungan
Hidup” ini dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.

Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan
bantuan dari berbagai pihak. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada ibu
Rizky Aulia Hidayah S, S.IP.,M.M selaku dosen pengampu.

Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada segenap
pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.
Diluar itu, saya penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa,
susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, kami
selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.

Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat


menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat untuk
masyarakat.

Sangatta , 12 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.4 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3
2.1 Definisi Etika Lingkungan............................................................................3
2.2 Jenis-jenis etika lingkungan..........................................................................4
BAB III PEMBAHASAN.......................................................................................5
3.1 Persoalan dan isu-isu lingkungan hidup.........................................................5
3.2 Lingkungan hidup dan ekonomi....................................................................6
3.3 Dasar-dasar Etika tanggung jawab perusahaan pada upaya pelestarian
lingkungan hidup..................................................................................................7
3.4 Prinsip Etika dalam lingkungan....................................................................9
3.5 Contoh kasus...............................................................................................10
BAB III..................................................................................................................12
PENUTUP..............................................................................................................12
3.1 Kesimpulan dan saran..................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...…...…………………………………………………..…13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Etika berbisnis dalam kehidupan masyarakat tentu saja tak pernah luput dari
penjagaan kelestarian lingkungan yang dimana mengelola bisnis harus juga tetap
ramah terhadap lingkungan hidup baik dimanapun dan kapapanpun.
Indonesia adalah salah satu negara yang menjadi paru-paru dunia. Bangsa ini
diberikan potensi lingkungan yang sangat luar biasa, berupa kondisi sumber daya
alam (keanekaragaman hayati dan non hayati), kondisi geografis, serta kondisi
demografis yang tidak dimiliki oleh bangsa lain.

Menurut Suriyani & Kotijah (2013), anugerah yang diberikan oleh Allah SWT
kejpada seluruh makhluk ciptaan-Nya khususnya manusia harus dimanfaatkan
secara baik atau bijak. Pemanfaatan anugerah tersebut untuk pemenuhan
kebutuhan makhluk hidup haruslah disertai tanggung jawab besar dalam
perlindungan dan pengelolaan agar tetap terjaga kelestariannya (keberlanjutan
fungsi/sustainability).
Kondisi dan lingkungan hidup Indonesia yang masih terjaga dengan baik,
haruslah terjaga dan dijaga dengan baik oleh para pebisnis dan pengusaha yang
memang sering menggunakan sumber daya dinegara Indonesia bahkan tak jarang
dengan penggunaan tumbuhan dan alam Indonesia banyak yang mencemari mulai
dari limbah, polusi dan lain-lain.
Namun Kembali lagi, dengan dibuatnya makalah ini saya ingin menyadarkan para
generasi muda dibangku kuliah untuk mencegah hal tersebut terjadi dan tidak
mengikuti hal-hal merusak tersebut.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana Etika Berbisnis namun tetap menjaga kelestarian lingkungan
hidup?
2. Apa saja Etika yang bisa merusak kelestarian lingkungan dalam berbisnis?
3. Bagaimana Solusi yang tepat bagi pebisnis untuk terus tetap menjaga
kelestarian lingkungan hidup?
1.3 Rumusan Masalah
Maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Bagaimana menyadarkan sekaligus mengajak para pebisnis untuk sama-


sama menjaga kelestarian lingkungan hidup?
2. Bagaimana pemberian solusi kepada pebisnis yang sudah terlanjur
mencemari dan merusak?
3. Bagaimana etika berbisnis yang tepat untuk tetap menjaga kelestarian
lingkungan?

1.4 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana Etika bisnis yang baik dalam menjaga
lingkungan hidup.
2. Untuk mengetahui etika-etika buruk yang harus dihindari dalam berbisnis
agar tak merusak lingkungan hidup ke depannya.
3.Untuk mengetahui sekaligus mengajak para mahasiswa generasi muda
menyadarkan para masyarakat dan pebisnis untuk berhenti melakukan
kerusakan dan pencemaran lingkungan diindonesia tercinta kita ini.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam Penulisan Makalah ini, telah digali informasi dari beberapa refrensi mulai dari
situs-situs resmi yang kerap ditemukan hingga buku-buku yang teori dan judul yang
berkaitan dengan judul makalah yang kami kerjakan untuk memperoleh landasan dari
teori-teori makalah yang ingin kami gunakan dan kerjakan.
2.1. Definisi Etika Lingkungan

Etika Lingkungan berasal dari dua kata, yaitu Etika dan Lingkungan.

Ada tiga teori mengenai pengertian etika, yaitu: etika Deontologi, etika Teologi, dan etika
Keutamaan.

Etika Deontologi adalah suatu tindakan di nilai baik atau buruk berdasarkan apakah
tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban.

Etika Teologi adalah baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan atau akibat suatu
tindakan.

Sedangkan Etika keutamaan adalah mengutamakan pengembangan karakter moral pada


diri setiap orang.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi
kelangsungan kehidupan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lain baik secara
langsung maupun secara tidak langsung.

Jadi, etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan
lingkungannya.etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut
lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap
terjaga. Jadi, etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul
dengan lingkungannya.etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut
lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap
terjaga.

3
2.2. Jenis-Jenis Etika Lingkungan

Etika Lingkungan disebut juga Etika Ekologi.

Etika Ekologi selanjutnya dibedakan dan menjadi dua yaitu etika ekologi dalam dan etika
ekologi dangkal. Selain itu etika lingkungan juga dibedakan lagi sebagai etika pelestarian
dan etika pemeliharaan.

Etika pelestarian adalah etika yang menekankan pada mengusahakan pelestarian alam
untuk kepentingan manusia, sedangkan etika pemeliharaan dimaksudkan untuk
mendukung usaha pemeliharaan lingkungan untuk kepentingan semua makhluk.

A. Etika Ekologi Dangkal

Etika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadap lingkungan yang menekankan


bahwa lingkungan sebagai sarana untuk kepentingan manusia, yang bersifat
antroposentris.

B. Etika Ekologi

Dalam Etika ekologi dalam adalah pendekatan terhadap lingkungan yang melihat
pentingnya memahami lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan yang saling menopang,
sehingga semua unsur mempunyai arti dan makna yang sama. Etika Ekologi ini memiliki
prinsip yaitu bahwa semua bentuk kehidupan memiliki nilai bawaan dan karena itu
memiliki hak untuk menuntut penghargaan karena harga diri, hak untuk hidup dan hak
untuk berkembang.

Demikian pembagian etika lingkungan, Keduanya memiliki beberapa perbedaan-


perbedaan seperti diatas. Tetapi bukan berarti munculnya etika lingkungan ini memberi
jawab langsung atas pertanyaan mengapa terjadi kerusakan lingkungan. Namun paling
tidak dengan adanya gambaran etika lingkungan ini dapat sedikit menguraikan norma-
norma mana yang dipakai oleh manusia dalam melakukan pendekatan terhadap alam ini.
Dengan demikian etika lingkungan berusaha memberi sumbangan dengan beberapa norma
yang ditawarkan untuk mengungkap dan mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.

4
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Persoalan dan isu-isu Lingkungan Hidup

Masalah sekitar lingkungan hidup baru mulai disadari sepenuhnya dalam tahun 1960-an.
Sekaligus disadari bahwa masalah itu secara langsung atau tidak langsung disebabkan oleh
bisnis modern, khususnya oleh cara berproduksi dalam industri yang berlandaskan ilmu
dan teknologi maju. Sejak permulaan industri akhir abad ke 18, sudah terdengar banyak
keluhan tentang pengaruh negatif dari industri atas lingkungan hidup. Masalah sekitar
lingkungan mengakibatkan timbulnya kota - kota yang suram dan kotor. Tempat
penghunian yang ada disekitar pabrik - pabrik diasosiasikan dengan suasana asap, jelaga,
dan bau tak sedap.

Menurut Jacson (1993), dewasa ini menusia hidup berada dalam empat krisis besar, yaitu :

1. Masalah populasi penduduk Pertumbuhan penduduk membawa konsekuensi


bertambahnya kebutuhan pangan, sandang, dan papan.
Selain itu, manusia yang bertambah banyak membutuhkan pula penambahan ruang hidup
di muka bumi ini, sedangkan pada kenyataannya luas perumukaan bumi tetap. Akibatnya,
dapat terjadi suatu ketimpangan antara kebutuhan dan ketersediaan alam. Manusia
cenderung mendahulukan kepentingan jangka pendek daripada kepentingan jangka
panjang.

2. Masalah sumber daya alam Setiap sumber daya alam di muka bumi in pasti memiliki
manfaat bagi umat manusia. Pemanfaatannya bergantung pada umat manusia itu sendiri.
Manusia harus memiliki rasa kesadaran dan tanggung jawab untuk menjaga kelestariannya
agar dapat dimanfaatkan sepanjang masa. Pelestarian berbagai jenis sumber daya alam
merupakan bagian dari pelestarian lingkungan. Sumber daya alam merupakan bagian dari
lingkungan. Dalam memanfaatkan sumber daya alam, harus menggunakan cara-cara yang
bijaksana dan bertanggung jawab. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan sumber daya alam
tidak merata di permukaan bumi, dan adanya sumber daya alam yang dapat diperbarui dan
tidak dapat diperbarui.
 
3. Masalah pencemaran lingkungan Pencemaran adalah keadaan suatu zat atau energi dan
unsur lain yang diintroduksikan ke dalam suatu lingkungan oleh kegiatan manusia, baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat menyebabkan gangguan baik terhadap
kesejahteraan maupun kesadaran.
Berbagai macam jenis penyakit yang bersifat akut seringkali oleh masalah pencemaran
lingkungan. Pencemaran akan bertambah tidak hanya disebabkan oleh berkembangnya
penduduk paad daerah yang sempit peruntukannya untuk per orang, tetapi juga disebabkan
oleh hasil buangannya yang meningkatkan setiap tahun.

4. Iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) Kemajuan teknologi yang meningkat secara
cepat dan terus-menerus tanpa perencanaan yang mantap dan matang akan membuka
kemungkinan makin meningkatkan pencemaran lingkungan. Pada hakikatnya teknologi
dapat membawa kesejahteraan bagi manusia tetapi teknologi dapat pula mengancam
keselamatan manusia dan membawa bencana.

5
3.2. Lingkungan hidup dan ekonomi

Lingkungan hidup sebagai “the commons”. Di zaman modern, bisnis dikendalikan begitu
saja, lingkungan dianggapnya sebagai milik umum sehingga perusahaan bebas saja
melakukan bisnisnya meskipun bisnis tersebut dapat memperburuk keadaan lingkungan.

The commons adalah ladang umum yang dulu dapat ditemukan dalam banyak daerah
pedesaan di Eropa dan dimanfaatkan secara bersama-sama oleh
semua penduduknya (pengertian ini mirip dengan “tanah hak ulayak” di be
 berapa daerah di Indonesia).

The commons juga sering diartikan sebagai padang rumput yang dipakai oleh semua
penduduk kampung sebagai tempat pengangonan ternak. Dalam zaman modern, sistem
tersebut sudah tidak bisa digunakan lagi. Bagi masyarakat yang bersangkutan hal tersebut
merupakan suatu kejadian perubahan sosial ekonomi yang besar, karena menjadi awal
mula kepemilikan tanah dalam kuantitas besar oleh orang kaya. Kemudian pada abad ke-
12 the commons dihapuskan dan diganti dengan nama enclosure (pemagaran).
 
Menurut Hardin, masalah lingkungan hidup dan masalah kependudukan dapat
dibandingkan dengan proses menghilangnya the commons. Disini tidak ada solusi teknis,
solusi teknis hanya bersifat sementara dan tidak menangani masalahnya pada akarnya.
Jalan keluar yang efektif terletak pada bidang moral, yakni dengan membatasi kebebasan.
Solusi ini memang bersifat moral karena pembatasan kebebasan harus dilaksanakan
dengan adil. The tragedy of the commons dapat dipandang sebagai kebalikannya dari the
invisible hand menurut Adam Smith.

Adam Smith berpendapat bahwa kemakmuran umum dengan sendirinya akan terwujud,
jika semua orang mengejar kepentingan diri masing-masing dalam konteks lingkungan
hidup, tidak akan dihasilkan kemakmuran umum, melainkan justru kehancuran bersama.
Mau tidak mau perlu kita akui bahwa lingkungan hidup dan komponen-komponen di
dalamnya tetap terbatas, walupun barangkali tersedia dalam kuantitas besar.Sumber daya
alampun ditandai dengan kelangkaan. Jika komponen-komponen lingkungan hidup
mempunyai harga ekonomis, maka lingkungan hidup tidak lagi merupakan eksternalitas
untuk ekonomi. Eksternalitas dalam ekonomi maksudnya adalah faktor-faktor yang
sebenarnya bersifat ekonomis, tapi tetap tinggal diluar perhitungan ekonomis.

Pembangunan berkelanjutan, Jika krisis lingkungan dipertimbangkan dengan serius, bagi


ekonomi masih ada suatu konsekuensi lain yang sulit dihindarkan, sedangka ekonomi
selalu menekankan perlunya pertumbuhan.

Pada tahun 1972 the Club of Roma menerbitkan buku Limits to Growt yang membuktikan
bahwa pertumbuhan ekonomi terus-menerus tidak mungkin dicocokkan dengan keadaan
terbatas dari sumber daya alam. Buku ini banyak memicu diskusi tentang perlunya
membatasi pertumbuhan ekonomi. Karena, kapasitas alam untuk menampung tekanan
polusi udara , air, dan sebagainya tidak dapat diimbangi dengan teknologi baru. Karena
faktor itulah pembatasan pertumbuhan ekonomi harus dilakukan.

6
3.3. Dasar-dasar Etika tanggung jawab perusahaan pada upaya Pelestarian
Lingkungan Hidup
Hasil analisa kita sampai sekarang adalah bahwa hanya manusia mempunyai
tanggung jawab moral terhadap lingkungannya walaupun manusia termasuk alam dan
sepenuhnya dapat dianggap sebagai sebagian dari alam namun hanya ialah yang
sanggup melampaui status alaminya dengan memikul tanggung jawab. Isi tanggung
jawab dalam konteks ekonomi dan bisnis adalah melestarikan lingkungan hidup atau
memanfaatkan sumber daya alam sedemikian rupa hingga kualitas lingkungannya tidak
dikurangi tetapi bermutu sama seperti sebelumnya.
1. Hak dan Deontologi

Dalam sebuah artikel terkenal yang untuk pertama kali terbit pada 1974, William T.
Blackstone mengajukan pikiran bahwa setiap manusia berhak atas lingkungan
berkualitas yang memungkinkan dia untuk hidup dengan baik.
Ia menyebutnya the right to to a livable environment. Lingkungan yang berkualitas
tidak saja merupakan sesuatu yang sangat diharapkan, tetapi juga sesuatu yang
harus direalisasikan karena menjadi hak setiap manusia.. Manusia berhak atas
lingkungan yang berkualitas karena mempunyai hak moral atas segala sesuatu yang
perlu untuk hidup dengan pantas sebagai manusia, artinya yang memungkinkan dia
memenuhi kesanggupannya sebagai mahluk yang rasional dan bebas. Jika kita
mempunyai hak atas lingkungan yang berkualitas, bisa saja hak-hak ini
mengalahkan hak lain.

Menurut Blackstone, hal itu kini menjadi aktual dengan hak-hak ekonomis yang
didasarkan atas hak milik pribadi. Dalam konteks ekonomi pasar bebas, setiap
orang berhak untuk memakai miliknya guna menghasilkan keuntungan. Tetapi hak
atas lingkungan yang berkualitas bisa saja mengalahkan hak seseorang untuk
memakai miliknya dengan bebas. Jika perusahaan memiliki tanah sendiri, tetap
tidak boleh membuang limbah disitu, karena dapat mencemari lingkungan yang
tidak pernah menjadi milik pribadi begitu saja. Dengan banyak cara lain lagi hak
milik pribadi dari beberapa orang bisa dibatasi atau malah dikalahkan oleh hak
seluruh masyarakat atau lingkungan berkualitas. Pandangan hak ini akhirnya
berdasarkan teori deontologi yang menegaskan bahwa manusia selalu harus
diperlakukan juga sebagai tujuan pada dirinya dan tidak pernah sebagai sarana
belaka.

2. Utilitarianisme
Teori utilitarianisme dapat dipakai juga guna menyediakan dasar moral bagi
tanggung jawab kita untuk melestarikan lingkungan hidup. Malah utilitariansme
bisa menunjuk jalan keluar bagi beberapa kesulitan yang dalam hal ini ditimbulkan
oleh pandangan hak. Menurut utilitarianisme, suatu perbuatan (atau aturan) adalah
baik, kalau membawa kesengangan paling besar untuk jumlah orang besar atau
dengan kata lain kalau memaksimalkan manfaat.

7
Kiranya sudah jelas pelestarian lingkungan hidup membawa keadaan paling
menguntungkan untuk seluruh umat manusia, termasuk juga generasi-generasi
yang akan datang. Jika kelompok terbatas misalnya, para pemegang hak
penguasaan hutan (HPH) mengeksploitasi alam dengan seenaknya dan dengan
demikian memperoleh untung banyak, hal itu justru bisa mengakibatkan kondisi
yang membawa penderitaan besar bagi banyak orang. Jika kita tidak melanjutkan
pembangunan berkelanjutan kita akan merugikan semua generasi setelah kita.
Perhitungan ekonomis tidak boleh dibatasi pada keuntungan untuk
kelompokmkecil atau saat sekarang saja.

Dalam konsep utilitarianisme, sudah menjadi jelas bahwa lingkungan hidup tidak
lagi boleh diperlukukan sebagai suatu eksternalitas ekonomis. Perhitungan cos
benefit pada dasarnya menjalankan suatu pendekatan utilitarian, tetapi kalau begitu
dampak atas lingkungan tidak diperhitungakan dalam biaya manfaat,pendekatan
itu menjadi tidak etis, apalagi jika kerusakan dibebankan pada orang lain.

3. Keadilan

Pendasaran bagi tanggung jawab untuk untuk melestarikan lingkungan hidup dapat
dicari juga dalam tuntutan etis untuk mewujudkan keadilan. Kalau begitu keadilan
distributuf, artinya keadilan yang mewajibkan kita untuk membagi dengan adil.
Sebagaimana sudah kita lihat, lingkungan hidup menyangkut tentang kelangkaan
dan karena itu harus “di bagi” dengan adil.

Perlu dianggap tidak adil, bila kita memanfaatkan alam demikian rupa, sehingga
orang lain misalnya generasi-generasi yang akan datang tidak bisa lagi memakai
alam untuk memenuhi kebutuhan mereka dengan baik. Dibawah ini kami
menyajikan tiga cara, tetapi tidak mustahil ada cara lain lagi untuk mengaitkan
keadilan dengan masalah lingkungan hidup.
 
a) Persamaan
Jika bisnis tidak melestarikan lingkungan, akibatnya untuk semua orang tidak
sama. Dengan cara mengeksploitasi alam ini para pemilik perusahaan termasuk
pemegang saham justru akan maju, tetapi terutama orang kurang mampu akan
dirugikan. Dalam studi-studi ekonomi, sudah sering dikemukakan bahwa
kemungkinan buruk dari kerusakan lingkungan hidup terutama dirasakan oleh
orang miskin. Mereka pertama-tama terkena, bila terjadi kemarau berkepanjangan
atau banjir akibat kerusakan lingkungan. Atau kita lihat saja bagaimana keadaan
diperkampungan kumuh yang mengelilingi daerah industri. Hal-hal semacam itu
harus dinilai tidak adil, karena menurut keadilan distributif semua orang harus
diperlakukan sama, jika tidak ada cara relevan untuk memperlakukan dengan cara
berbeda.
b) Prinsip Penghematan
Adil Dalam rangka pembahasannya tentang keadilan distributif,John Rawls pun
berbicara tentang masalah lingkungan hidup, tetapi ia mengaitkannya bukan

8
dengan keadaan sekarang, melainkan dengan generasi-generasi yang akan datang.
Kita tidak berlaku dengan adil, bila kita mewariskan lingkungan yang rusak
kepada generasi-generasi sesudah kita. Untuk itu ia merumuskan the just saving
principle, “prinsip penghematan adil”. Artinya, kita harus menghemat dalam
memakai sumber daya alam, sehingga masih tersisa cukup bagi generasi-generasi
yang akan datang. Waktu Rawls merumuskan prinsip ini agaknya ia terutama
memikirkan sumber daya alam yang tidak bisa diperbarui seperti batu bara, gas,
logam, dan minyak bumi. Tetapi sumber daya alam semacam itu mau tidak mau
kita habiskan, bila kita pakai terus. Kalau kita mengekstraksi minyak bumi
sekarang, tidak mungkin kita serentak juga menyimpannya untuk semua generasi
yang akan datang. Keadilan hanya menuntun bahwa kita meninggalkan sumber-
sumber energi alternatif bagi generasi-generasi sesudah kita. Tetapi prinsip
penghematan adil lebih mendesak untuk diterapkan pada integritas alam.
Keadilan Sosial Masalah lingkungan hidup dapat disoroti juga dari sudut keadilan
social. Pelaksanaan keadilan individual semata-mata tergantung pada kemauan
baik atau buruk dari individu tertentu. Secara tradisisonal keadilan social hamper
selalu dikaitkan dengan kondisi kaum buruh dalam industrialisasi abad ke-19 dan
ke-20. Pelaksanaan keadilan di bidang kesempatan kerja, pendidikan, pelayanan
kesehatan dan sebagainya. Hal yang sejenis berlaku juga dalam konteks
lingkungan hidup. Masalah lingkungan hidup menyangkut masa depan kita semua.
Jika ada kesadaran umum, bersama-sama akan dicapai banyak kemajuan.
 
3.4. Prinsip etika dalam lingkungan

1. Sikap hormat terhadap alam. Hormat terhadap alam merupakan suatu prinsip dasar
bagi manusia sebagai bagian dari alam semesta seluruhnya
2. Prinsip tanggung jawab. Tanggung jawab disini bukan saja bersifat individu
melainkan juga kolektif yang menuntut manusia untuk mengambil prakarsa, usaha,
kebijakan dan tindakan bersama secara nyata untuk menjaga alam semesta beserta
isinya
3. Prinsip solidaritas . Merupakan prinsip yang membangkitkan rasa solider, perasaan
sepenangungan dengan alam dan dengan makhluk hidup lainnya sehingga
mendorong manusia untuk menyelamatkan lingkungan
4. Prinsip kasih sayang dan kepedulian. Prinsip satu arah, menuju yang lain tanpa
mengharapkan balasan, tidak didasarkan kepada kepentingan pribadi tapi semata-
mata untuk alam
5. Prinsip “No Harm”. Yaitu tidak merugikan atau merusak, karena manusia
mempunyai kewajiban moral dan tanggung jawab terhadap alam, paling tidak akan
mau merugikan alam secara tidak perlu
6. Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan Alam. Pola konsumsi dan produksi
manusia modern harus dibatasi. Prinsip ini muncul didasari karena selama ini alam
hanya sebagia objek eksploitasi dan pemuas kepentingan hidup mansia
7. Prinsip keadilan. Prinsip ini berbicara terhadap akses yang sama bagi semua
kelompok dan anggota masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan peneglolaan
sumber daya alam dan pelestarian alam, dan dalam ikut menikmati manfaat sumber
daya alam secara lestari
8. Prinsip demokrasi. Rinsip ini didasari terhadap berbagai jenis perbedaan
keanekaragaman sehingga prinsip ini terutama berkaitan dengan pengambilan

9
kebijakan didalam menentukan baik-buruknya, rusak-tidaknya suatu sumber daya
alam
9. Prinsip integritas moral. Prinsip ini menuntut pejabat publik agar mempunyai sikap
dan perilaku moral yang terhormat serta memegang teguh untuk mengamankan
kepentingan publik yang terkai dengan sumber daya alam

3.5. Contoh Kasus

KASUS PT GALUH CEMPAKA

PT Galuh Cempaka bergerak dalam bidang pertambangan intan, PT tersebut


membuang limbah industri ke aliran sungai yang dapat membahayakan bagi
kesehatan dan keselamatan masyarakat sekitar.
Menurut data yang didapatkan dari siaran pers WALHI Kalimantan selatan,
pencemaran yang dilakukan oleh PT. Galuh Cempaka tersebut mengakibatkan
tingkat keasaaman air sungai mencapai ph 2,97.
Hal ini sangat bertentangan dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah Kalimantan Selatan, yaitu tingkat ph normal air sungai sebesar
6 hingga 9 ph. Selain itu efek dari penambangan tersebut mengancam ketahanan
pangan dikota Banjarbaru. Lumbung padi kota banjarbaru terancam dengan
aktivitas penambangan PT Galuh Cempaka.
Dampak lingkungan ini juga menuruni fungsi sungai sebagai pengatur tata air,
minimal pada tiga sungai di kelurahan palam. Penyebabnya tak lain pengelolaan
tambang yang carut marut dimana perencanaan pertambangan tidak
mengakomodir kepentingan masyarakat sekitar dan terkesan arogan.
Setelah ditelusuri ternyata dokumen AMDAL yang dibuat PT Galuh Cempaka
cacat hukum dan pada implementasinya juga tidak dijalankan. Dengan kata lain
dokumen amdal hanya sebagai persyaratan administrasi belaka. Dampak langsung
yang terjadi adalah penurunan kualitas air yang menyebabkan rusaknya fungsi
biologis. Hal ini terlihat dari ikan-ikan yang mati, tidak mengalirnya air secara
normal bahkan dua sungai tidak berfungsi. Belum lagi genangan air banjir yang
mengakibatkan terendamnya ribuan hektare sawah masyarakat yang berakibat
pada keterlambatan panen untuk musim tanam. Jika hal ini terus dibiarkan dapat
mengakibatkan penurunan kualitas air yang akan mengancam kepunahan biota air.
Sungai yang tidak berfungsi sebagai pengatur tata air akan mengakibatkan krisis
yang lebih jauh dan berdampak besar berupa krisis ketahanan pangan yang dapat
mengakibatkan krisis ekonomi. Masalah ini dianggap sebagai kejahatan korporasi
lingkungan karena sudah jelas melanggar UU yang telah ditatapkan, yaitu UU No
23 Tahun 1997, Tentang pengelolaan Lingkungan Hidup,
Bab VI Pasal 20 ayat 1 “Tanpa suatu keputusan izin, setiap orang dilarang
melakukan pembuangan limbah ke media lingkungan hidup. Kejahatan lingkungan
adalah kejahatan yang dilakukan oleh orang atau kelompok atau Badan hukum
yang bersifat merusak dan mencemari lingkungan. Dalam kacamata krimonologi,
 kejahatan lingkungan memiliki perbedaan dengan kejahatan konvensional. Ciri
utama dari kejahatan ini adalah dilakukan oleh perusahaan-perusahaan (korporasi)
dalam menjalankan usahanya. Permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh
perusahaan PT Galuh Cempaka seakan menjadi benalu yang menguras sumber

10
kekayaan alam, dan sekaligus memberikan dampak kerusakan bagi lingkungan
yang akhirnya akan memberikan kerugian yang sangat besar bagi kehidupan
masyarakat di Indonesia.

Solusinya
Menurut saya pribadi, kenapa kasus tersebut bisa terjadi ?,
karena kurangnya kontrol dari pemerintah terhadap perusahaan-perusahaan yang
mengadakan eksploitasi di bumi nusantara ini. Selain itu, pelaksanaan kententuan
hukum yang berlaku terhadap pelaku kejahatan lingkungan terasa masih setengah-
setengah. Pelaku kejahatan lingkungan tidak mendapatkan stigma masyarakat yang
berat dan melekat. Karena apa yang dilakukan oleh pelaku kejahatan tidak
memberikan dampak secara langsung melainkan secara lamban namun sangat
fatal. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang
kejahatan lingkungan itu sendiri. Meskipun sudah jelas dicantumkan dalam UU
tentang pelanggaran yang berkaitan dengan lingkungan, tetapi masih banyak dari
masyarakat yang tidak mengetahui tolak ukur untuk menentukan apakah suatu
kejahatan masuk ke dalam kategori kejahatan lingkungan atau tidak. Masyarakat
baru akan sadar ketika telah jatuh korban dan munculnya berbagai masalah yang
diakibatkan oleh pencemaran lingkungan tersebut, seperti masalah penyakit kulit
yang terjadi pada kasus PT Galuh Cempaka. Seharusnya untuk menangani
permasalahan ini peran pemerintah sangat dibutuhkan karena dalam karakteristik
kejahatan korporasi, pembuktian apakah suatu perusahaan melakukan kejahatan
atau tidak, hanya bisa dilakukan oleh pemerintah atau Badan Hukum yang
bersangkutan. Penting untuk melakukan upaya rehabilitasi dari kerusakan
lingkungan yang terjadi. Sehingga kasus ini juga bisa dijadikan pembelajaran bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara untuk melindungi warga Negara dan
kepentingan ekonomi, sosial dan lingkungan hidupnya.

11
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada umumnya manusia bergantung pada keadaan lingkungan disekitarnya yaitu

berupa sumber daya alam yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari.Sumber daya alam

yang utama bagi manusia adalah tanah, air, dan udara.

Tanah merupakan tempat manusia untuk melakukan berbagai kegiatan.Air sangat


diperlukan oleh manusia sebagai komponen terbesar dari tubuh manusia.Untuk menjaga
keseimbangan, air sangat dibutuhkan dengan jumlah yang cukup banyak dan memiliki
kualitas yang baik. Selain itu, udara merupakan sumber oksigen yang alami bagi
pernafasan manusia. Lingkungan yang sehat akan terwujud apabila manusia dan
lingkungannya dalam kondisi yang baik.

Saran

Apabila ingin terus bergantung pada lingkungan sekitar yang terjaga dan terlestari maka
peran masyarakat haruslah terlihat dalam merawat dan menjaga etika-etika dalam menjaga
lingkungan sekitar sesuai dengan aturan dan norma negara dalam berbisnis dan harus tahu
larangan-larangan apa saja yang tak boleh dilanggar dan apa saja hal-hal buruk dalam
beretika bisnis.

12
DAFTAR PUSTAKA

Putra, T. (2018) Etika Bisnis Dan Pelestarian Lingkungan Hidup, Academia.edu. Available
at:https://www.academia.edu/36820999/ETIKA_BISNIS_DAN_PELESTARIAN_LINGK
UNGAN_HIDUP (Accessed: December 2, 2022).

Restu (2021) Pengertian, Manfaat Dan Tujuan bisnis Yang Perlu kamu ketahui, Gramedia
Literasi. https://www.gramedia.com/literasi/tujuan-bisnis/ (Akses: November 20, 2022).

Qothrunnada, K. (n-a) Bisnis: Pengertian, Tujuan, Jenis Dan Contohnya, detikfinance.


https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-6049917/bisnis-pengertian-tujuan-jenis-
dan-contohnya (Akses: November 20, 2022).

Paradigma Filsafat Etika Lingkungan dalam Menentukan Arah Politik Hukum


Lingkungan. Said, M.Y. & Nurhayati, Y.(2020) . Available at:
https://www.researchgate.net/publication/339072950_PARADIGMA_FILSAFAT_ETIKA
_LINGKUNGAN_DALAM_MENENTUKAN_ARAH_POLITIK_HUKUM_LINGKUN
GAN (Accessed: Desember 3, 2020).

13
1

Anda mungkin juga menyukai