Oleh :
Erly Purnama Sari
( 21622010100760 / 2 Akuntansi)
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sangatta
Alamat : Jl. Margo Santoso Dalam, No.171, RT.41, Sangatta Utara.
Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur 75683
Telepon : (0549) 2027764
Email : admin@stienusantara.ac.id
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat pertolongan dan
rahmat-Nya kami berhasil menyelesaikan makalah " Pacaran dalam Islam ” ini.
Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia. Dan kami juga berterima kasih kepada dosen kami, yaitu Ibu Novita
Rahayu,S.Pd., M.Pd , selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia, karena telah
memberi kami tugas pembuatan makalah ini. Kami sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai Konsep Pacaran dalam Islam.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat dipahami dan berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Demikian yang dapat kami
sampaikan. Sekali lagi, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan lupa
ajukan kritik dan saran dan pembaca.
Penyusun
,
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB II Pembahasan...............................................................................................5
3.1 Kesimpulan......................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cinta kepada lawan jenis merupakan hal yang fitrah bagi manusia. Karena
cintalah, keberlangsungan hidup manusia bisa terjaga. Oleh sebab itu, Allah Ta
’ala menjadikan wanita sebagai perhiasan dunia dan kenikmatan bagi penghuni
surga. Islam sebagai agama yang sempurna juga telah mengatur bagaimana
menyalurkan fitrah cinta tersebut dalam syariatnya yang rahmatan lil ‘alamin.
Topik ini penting untuk dibahas karena pacaran merupakan hal yang sudah
biasa dilakukan oleh sebagian besar orang terutama di kalangan para remaja pada
umumnya, baik yang bertujuan untuk menikah ataupun hanya sebagai wadah
untuk menikmati masa muda mereka, di mana mereka sebenarnya ada yang tidak
tahu bagaimana hukum pacaran menurut agama atau ada yang sudah mengetahui
4
namun tetap melakukannya karena mengikuti tren atau bahkan takut gengsi
dengan temannya karena tidak mempunyai pacar. Selain itu, akibat dari
“pacaran” juga tidak jarang yang menimbulkan konflik dan juga merugikan
berbagai pihak, diantara-Nya adalah putus sekolah, hamil di luar nikah,
pernikahan dini, aborsi bahkan ada juga yang sampai bunuh diri.
Oleh karena itu, topik pacaran ini menjadi bahasan utama agar kita dapat
mengetahui dan memahaminya sesuai norma agama dan ketentuan-ketentuan di
dalam agama Islam.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
c. Mengetahui bagaimana pacaran yang benar sesuai kaidah norma agama yang
berlaku di Islam
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pacaran dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “pacar”, yang
kemudian diberi akhiran–an. Terdapat beberapa pengertian pacaran dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, yaitu :
Dari definisi tersebut, pacaran hanya merupakan sikap batin, namun bagi
para remaja sikap batin ini disusul dengan tingkah laku berdua-duaan, saling
memegang, dan seterusnya. Dalam praktiknya, istilah pacaran dengan tunangan
sering dirangkai menjadi satu. Muda-mudi yang pacaran, jika ada kesesuaian lahir
batin, dilanjutkan dengan tunangan. Sebaliknya, mereka bertunangan biasanya
diikuti dengan pacaran. Pacaran di sini, dimaksudkan sebagai proses mengenal
pribadi masing-masing.
a) Menurut Guerney dan Arthur (Dacey & Kenney, 1997) pacaran adalah
aktivitas sosial yang membolehkan dua orang yang berbeda jenis kelaminnya
untuk terikat dalam interaksi sosial dengan pasangannya yang tidak ada
hubungan keluarga.
b) Menurut Erickson (dalam Santrock, 2003) pengalaman romantis pada masa
remaja dipercaya memainkan peran yang penting dalam perkembangan
identitas dan keakraban. Pacaran pada masa remaja membantu individu dalam
membentuk hubungan romantis selanjutnya dan bahkan pernikahan pada masa
dewasa.
6
2.2 Indikator Berpacaran
1. Globalisasi
Globalisasi pada masa sekarang ini tidak dapat lagi dibendung.
Globalisasi yang paling mempengaruhi para remaja sekarang adalah
globalisasi akibat berkembangnya internet. Dari situlah para remaja
mendapat dorongan untuk mencontoh budaya bangsa barat yang tidak
sesuai diterapkan di Indonesia seperti konsumtif, hedonisme dan gonta-
ganti pasangan hidup. Sehingga mendorong para remaja untuk berpacaran
di usia dini.
2. Membuktikan diri cukup menarik
Pada saat ini, para remaja sudah melewati batas bergaul yang
telah di tetapkan oleh orang tua. Mereka sudah mengenal pacaran sejak
awal masa remaja. Pacar, bagi mereka merupakan salah satu bentuk gengsi
yang membanggakan. Selain itu, pacar merupakan sesuatu yang dapat
membuktikan bahwa mereka cukup menarik dan patut untuk mendapat
perhatian dar lingkungan sekelilingnya.
3. Adanya pengaruh kawan
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan merupakan salah satu
bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka
di mata teman-temannya. Akan tetapi, jika tidak dapat dikendalikan,
pergaulan itu akan menimbulkan kekecewaan. Sebab kawan dari kalangan
tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup tertentu pula seperti halnya
berpacaran. Apabila si remaja berusaha mengikuti tetapi tidak sanggup
memenuhinya maka remaja tersebut kemungkinan besar akan di jauhi oleh
teman-temannya.
a. Prestasi sekolah
8
tertular barang sedikit. Atau pacaran dengan orang yang sangat peduli
sama orang lain dan penolong, maka kita yang tadinya cuek bisa saja
tertular. Begitu pula pada kelakuan yang negatif.
e. Kekerasan fisik
Koalisi Anti kekerasan di Alabama menyebutkan bahwa satu dari
tiga anak mengalami kekerasan fisik selama pacaran usia dini. Bentuknya
seperti mendorong, memukul, mencekik, dan membunuh. Kejahatan
tersebut sangat tertutup karena pihak korban ataupun pelaku tidak
mengakui adanya masalah selama hubungan kencan. Penyebab kekerasan
fisik pada remaja di antaranya kecemburuan, sifat posesif, dan
temperamen dari pasangan si anak remaja. Pelaku, misalnya, mengontrol
cara berpakaian si anak. Hal itu sebenarnya adalah bentuk kekerasan, yang
sering kali dilihat oleh si anak sebagai bentuk perhatian.
f. Kekerasan seksual
Pemerkosaan dalam pacaran adalah bentuk kekerasan seksual
dalam pacaran. Komisi Nasional Anti kekerasan terhadap Perempuan
(Komnas Perempuan) Indonesia mengategorikan kekerasan jenis itu
sebagai kekerasan dalam pacaran (KDP). KDP secara seksual terjadi
ketika seseorang diserang secara seksual oleh orang lain yang dikenal dan
dipercaya, seperti teman kencan. Kekerasan seksual dapat juga terjadi saat
korban mabuk di suatu pesta, misalnya. Pesta menjadi ajang yang paling
mudah bagi pelaku untuk mengincar remaja dengan lebih dahulu
memberikan narkoba, kemudian menjadikannya korban kekerasan seksual.
g. Menguras harta
Orang yang pacaran akan selalu berkorban untuk pacarnya, bahkan
uang yang seharusnya untuk ditabung bisa habis untuk membelikan hadiah
untuk pacarnya.
h. Cenderung menjadi pribadi yang rapuh
Anak remaja yang mulai pacaran sejak usia dini lebih banyak
mengalami sakit kepala, perut dan pinggang. Mereka juga lebih banyak
depresi dibanding rekan seusianya yang belum pernah pacaran. Seseorang,
10
yang mengenal cinta lebih dini cenderung menjadi pribadi yang rapuh,
sakit-sakitan, merasa tidak aman dan mudah depresi, contohnya remaja,
akan memiliki alarm rasa sakit yang lebih tinggi, terutama jika remaja itu
menjalin hubungan yang buruk dengan pasangannya.
i. Kehamilan dan penularan penyakit menular seksual
Anak yang berpacaran di usia dini mengarah pada kemungkinan
yang lebih besar untuk melakukan hubungan seksual. Hal itu sangat
memungkinkan terjadinya kehamilan dan penularan penyakit menular
seksual (PMS). Menurut The Centers for Disease Control (CDC),
kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur
yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS.
1. Hubungan Mahram
Yang dimaksud dengan hubungan mahram, seperti antara ayah dan
anak perempuannya, kakak laki-laki dengan adik perempuannya atau
sebaliknya. Oleh karena yang mahram berarti sah-sah saja untuk berduaan
(dalam artian baik) dengan lawan jenis.
Sebab di dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 22 – 24 yang
berbunyi:
ْ َواَل تَ ْن ِكحُوا َما نَ َك َح آبَاُؤ ُك ْم ِمنَ النِّ َسا ِء ِإاَّل َما قَ ْد َسلَفَ ۚ ِإنَّهُ َكانَ فَا ِح َشةً َو َم ْقتًا َو َسا َء َسبِياًل * ُح ِّر َم
ت َعلَ ْي ُك ْم
فَِإ ْن لَ ْم تَ ُكونُوا َد َخ ْلتُ ْم بِ ِه َّن فَاَل ُجنَا َح َعلَ ْي ُك ْم َو َحاَل ِئ ُل َأ ْبنَاِئ ُك ُم الَّ ِذينَ ِم ْن َأصْ اَل بِ ُك ْم َوَأ ْن تَجْ َمعُوا بَ ْينَ اُأْل ْختَ ْي ِن
a) Mahram muabbad
12
Allah berfirman:
dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina dan barang siapa
melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat,
(yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari Kiamat dan dia
akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang
yang bertaubat, dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan
mereka diganti oleh Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun,
Maha Penyayang.” (Q. S. al-Furqân: 68-70)
Artinya: “Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang
lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara
sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan
ucapkanlah perkataan yang baik,”(Al Ahzaab:32)
4. Melemahkan Iman
Sudah dari akarnya bahwa pacaran itu dosa. Setiap orang yang
berbuat dosa, ada iblis yang menemaninya. Meniupkan berbagai rayuan
15
5. Merugikan Waktu
“Wahai generasi muda, barang siapa di antara kalian telah mampu seta
berkeinginan menikah. Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat
menundukkan pandangan mata dan memelihara kemaluan. Dan barang
siapa di antara kalian belum mampu, maka hendaklah berpuasa, karena
puasa itu dapat menjadi penghalang untuk melawan gejolak nafsu.” (H.
R. Bukhari, Muslim, Ibnu Majjah, dan Tirmidzi).
9. Menyebabkan kebodohan
Perbedaan hakiki antara pacaran dengan ta’aruf adalah dari segi tujuan dan
manfaat. Jika tujuan pacaran lebih kepada kenikmatan sesaat, zina, dan maksiat.
Taaruf jelas sekali tujuannya yaitu untuk mengetahui kriteria calon pasangan.
Dalam upaya ta’aruf dengan calon pasangan, pihak pria dan wanita
dipersilakan menanyakan apa saja yang kira-kira terkait dengan kepentingan
masing-masing nanti selama mengarungi kehidupan. Tapi tentu saja semua itu
19
harus dilakukan dengan adab dan etikanya. Tidak boleh dilakukan cuma berdua
saja. Harus ada yang mendampingi dan yang utama adalah wali atau keluarganya.
Jadi, taaruf bukanlah bermesraan berdua, tapi lebih kepada pembicaraan yang
bersifat realistis untuk mempersiapkan sebuah perjalanan panjang berdua. ta'aruf
adalah proses saling kenal mengenal pra nikah dengan dilandasi ketentuan syar'i.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Dalam ayat tersebut jelas disebutkan bahwa tujuan dari taaruf ialah untuk
saling mengenal baik antara wanita maupun pria dan antara satu bangsa dan
bangsa lainnya. Karena semakin baik pengenalan seseorang maka semakin
terbuka peluang untuk saling memberi manfaat serta meningkatkan ketakwaan
kepada Allah SWT.
Dalam Islam, pernikahan bukan semacam transaksi gelap dan tidak jelas,
seperti orang membeli kucing dalam karung. Pasangan yang menikah justru harus
saling mengenal dan saling menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Dalil perlunya melihat calon istri/suami antara lain tiga Hadits berikut ini :
“Dari Abu Hurairah RA bahwa Nabi SAW bertanya kepada seseorang yang
hendak menikahi wanita, “Apakah kamu sudah pernah melihatnya?” “Belum,”
jawabnya. Nabi SAW bersabda, ‘Pergilah melihatnya dahulu.’” (HR. Muslim)
20
Berikut ini adalah kaidah sesuai syariah yang harus dipatuhi saat ta’aruf :
yang mungkin ada pada dirinya. Maka dengan begitu, tujuan inti dari melihat
malah tidak akan tercapai.
Namun mazhab Maliki berpendapat kalau pun bukan izin dari wanita
yang bersangkutan, setidaknya harus ada izin dari pihak walinya. Hal itu agar
jangan sampai tiap orang merasa bebas memandang wanita mana saja dengan
alasan ingin melamar (Shalih Abdussami’ Al-Abi Al-Azhari, Jawahirul Iklil,
jilid 1 hal. 275).
Jumhur ulama sepakat bahwa batasan yang boleh dilihat dalam taaruf
adalah bagian tubuh yang bukan aurat.
Bila calon suami ingin melihat calon istrinya, maka dia hanya boleh
melihat wajah dan kedua tangannya hingga pergelangan. Sedangkan bila calon
istri ingin melihat calon suaminya, maka batasan auratnya adalah antara pusar
dan lututnya.
Pria boleh melihat calon pasangan lebih dari sekali, sebab bisa saja
penglihatan yang pertama akan berbeda hasilnya dengan penglihatan kedua,
ketiga dan seterusnya.
Oleh karena itu, pada prinsipnya asalkan bertujuan mulia dan terjaga
dari fitnah, dibolehkan melihat calon istri beberapa kali, hingga si pria betul
merasa mantap dengan pilihan.
Untuk hal-hal yang lebih dalam, terkait dengan aib dan cacat, apabila
dirasa kurang etis untuk dibicarakan secara langsung, maka masing-masing
pihak baik suami atau istri boleh mengirim utusan untuk melihat secara
langsung.
Dan demikian pula sebaliknya, calon istri boleh mengirim kakak atau
adiknya yang laki-laki untuk mendapatkan informasi lebih detail tentang sang
calon suami.
calon istri, dibolehkan untuk melihat langsung wajahnya dengan cara yang
saksama, bukan cuma sekadar curi-curi pandang atau melihat fotonya. Islam
telah memerintahkan seorang calon suami untuk mendatangi calon istrinya
secara langsung, bukan melalui media foto, lukisan, atau video. Karena pada
hakikatnya wajah seorang wanita itu bukan aurat.
َ ََو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖ ٓه اَ ْن خَ ل
ۗ ًق لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َواجًا لِّتَ ْس ُكنُ ْٓوا اِلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َّم َو َّدةً َّو َرحْ َمة
Allah telah menjadikan rasa cinta dalam diri manusia baik pada laki -
laki maupun perempuan. Dengan adanya rasa cinta, manusia bisa hidup
berpasang-pasangan. Adanya pernikahan tentu harus didahului rasa cinta.
Seandainya tidak ada cinta, pasti tidak ada orang yang mau membangun
rumah tangga. Seperti halnya hewan, mereka memiliki insting seksualitas
tetapi tidak memiliki rasa cinta, sehingga setiap kali bisa berganti pasangan.
Hewan tidak membangun rumah tangga. Menyatakan cinta sebagai kejujuran
hati tidak bertentangan dengan syariat Islam. Karena tidak ada satu pun ayat
atau hadis yang secara eksplisit atau implisit melarangnya. Islam hanya
memberikan batasan-batasan antara yang boleh dan yang tidak boleh dalam
hubungan laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri.
25
BAB lll
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Daftar Pustaka
Lufaefi, 24 Mei 2021, “ Hukum Pacaran dalam Islam, Penting Diketahui Orang
Muslim” [Online] ( https://akurat.co/hukum-pacaran-dalam-islam-penting-diketahui-
orang-muslim , diakses tanggal 25 Oktober 2021)
https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Pacaran&mobileaction=toggle_view_desktop
Addina Zulfa Fa'izah, 27 Agustus 2021, “ Apa Itu Taaruf? Ketahui Pengertian,
Manfaat, Beserta Tahapannya” [Online] ( https://m.merdeka.com/trending/apa-
itu-taaruf-ketahui-pengertian-manfaat-beserta-tahapannya-kln.html, diakses
tanggal 27 Oktober 2021)
Silmi Adawiya, 8 Januari 2020, “ Tafsir Surat Annisa Ayat 22-24: Siapa Saja
Mahram yang Tidak Boleh Dinikahi?” [ Online]
(https://bincangmuslimah.com/kajian/tafsir-surat-annisa-ayat-22-24-siapa-saja-
mahram-yang-tidak-boleh-dinikahi-27994/, diakses 5 November 2021)
Sabar Aliansyah Panjaitan, 2 Juli 2021, “ Pengertian Taaruf dalam Islam dan Tata
Cara Pelaksanaannya” [Online]
(https://ramadan.tempo.co/read/1479040/pengertian-taaruf-dalam-islam-dan-tata-
cara-pelaksanaannya, diakses 27 Oktober 2021)
Shofia Nida, 17 Juli 2020,” Adab dan tata cara taaruf sesuai syariat Islam”
[Online] (https://m.brilio.net/wow/adab-dan-tata-cara-taaruf-sesuai-syariat-islam-
200717b.html, diakses 29 Oktober 2021)
Kristina, 4 November 2021,” Surat Ar Rum Ayat 21, Tanda Kebesaran Allah
SWT Dalam Pernikahan” [Online] (https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-
5794971/surat-ar-rum-ayat-21-tanda-kebesaran-allah-swt-dalam-pernikahan,
diakses 5 November 2021)