1
PERMASALAHAN LINGKUNGAN LOKAL, NASIONAL DAN GLOBAL
Cara mengutip modul ini sesuai dengan kaidah - kaidah ilmiah yang berlaku
Diterbitkan oleh :
2
KATA PENGANTAR
Dalam proses pembelajaran Pelatihan Pengenalan Saka Kalpataru, terdapat 5 (lima) modul
yang digunakan sebagai bahan ajar minimal yang terdiri dari : (1) Permasalahan Lingkungan
Lokal, Nasional dan Global (2) Pengantar Saka Kalpataru (3) Krida 3R (4) Krida Perubahan
Iklim dan (5) Krida Konservasi Keanekaragaman Hayati.
Modul tersebut dirancang sebagai bahan ajar standar, yang muatannya hanya pokok - pokok
materi yang penting dan intinya saja. Diharapkan para Tenaga Pengajar dapat memperluas
dan memperdalamnya dalam proses pembelajaran.
Dengan diterbitkannya modul ini, kami menyadari masih banyak kekurangan yang
memerlukan perbaikan dan penyempurnaan, kami senantiasa mengharapkan masukan dan
evaluasi demi meningkatkan kualitas bahan diklat dan kualitas penyelenggaraan.
Akhirnya kami sampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Saudari Jo Kumala Dewi,
sebagai penulis modul ini atas segala bantuan dan kerjasamanya dalam penulisan modul ini.
Semoga modul ini dapat bermanfaat kepada para pengguna dan mendapat ridho dari Tuhan
Yang Maha Kuasa, Amin.
3
DAFTAR ISI
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Berbagai fenomena alam yang terjadi akhir - akhir ini berbicara tentang semakin
terdegradasinya kualitas lingkungan hidup negara kita. Mulai dari kebakaran lahan dan
hutan, banjir bandang, longsor, angin puting beliung, musim kering atau hujan yang
berkepanjangan dan tidak dapat diprediksi. Menurut para ahli, berbagai kejadian tersebut
terkait erat dengan pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim.
Secara umum dapat dikatakan bahwa penyebab berbagai bencana alam dan lingkungan,
bukanlah alam itu sendiri, namun dikarenakan perilaku manusia yang kurang sadar dan
peduli terhadap lingkungannya.
Fakta menunjukkan bahwa indeks perilaku peduli lingkungan masyarakat Indonesia masih
dibawah rata - rata. Indeks PPLH yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup
tahun 2012 Tentang Perilaku Peduli Lingkungan sangat rendah dengan poinnya yaitu 0,57
dari kisaran skor 1 – 10.
B. Deskripsi Singkat.
Modul ini menguraikan tentang permasalahan lingkungan global, nasional dan lokal serta
kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungannya. Selain itu juga menguraikan
sekilas sejarah lahirnya kebijakan lingkungan hidup di Indonesia.
C. Tujuan Pembelajaran.
1. Kompetensi Dasar.
5
2. Indikator Keberhasilan.
Peserta mampu :
Kerangka materi pembelajaran meliputi pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut :
d. Rangkuman.
e. Pertanyaan.
c. Rangkuman.
e. Pertanyaan.
6
BAB II
Indikator keberhasilan : Setelah mengikuti pembelajaran ini Peserta Diklat diharapkan dapat menjelaskan Permasalahan
lingkungan yang sangat mendasar di lingkup negara dan daerah sendiri.
Lingkungan Hidup adalah pengetahuan dasar tentang bagaimana makhluk hidup berfungsi
dan bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain dengan lingkungan mereka.
Lingkungan hidup merupakan bagian dari kehidupan manusia, bahkan, manusia menjadi
salah satu komponen dari lingkungan hidup itu sendiri. Kehidupan manusia juga sangat
bergantung pada kondisi lingkungan hidup, tempat ia tinggal, dengan demikian,
lingkungan hidup sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia.
Lingkungan hidup menjadi kajian ilmu pengetahuan diawali dari ahli seorang Biologi
bernama Ernest Haeckel. Pada tahun 1860, Ernest Haeckel memperkenalkan istilah
lingkungan hidup atau ekologi. Istilah ekologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos dan
logos. Oikos berarti rumah, sedangkan logos berarti ilmu. Berawal dari konsep ekologi
yang diperkenalkan oleh Ernest Haeckel tersebut mendorong banyak ahli untuk lebih
memperdalam konsep tentang lingkungan hidup.
Menurut pakar Lingkungan Hidup, Emil Salim, lingkungan hidup diartikan sebagai benda,
kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruang yang kita tempati dan
mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia. Definisi lingkungan hidup
menurut Emil Salim dapat dikatakan cukup luas. Apabila batasan tersebut disederhanakan,
ruang lingkungan hidup dibatasi oleh faktor -faktor yang dapat dijangkau manusia,
misalnya faktor alam, politik, ekonomi dan sosial.
Otto Soemarwoto berpendapat bahwa lingkungan hidup merupakan semua benda dan
kondisi yang ada dalam ruang kita tempati dan mempengaruhi kehidupan kita. Menurut
batasan tersebut secara teoritis ruang yang dimaksud tidak terbatas jumlahnya. Adapun
secara praktis ruang yang dimaksud selalu dibatasi menurut kebutuhan yang dapat
ditentukan.
7
Pengertian Lingkungan Hidup berdasarkan Undang - Undang Republik Indonesia Nomor
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan LH adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain.
Pembangunan berkelanjutan sebagai upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek
lingkungan hidup, sosial dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin
keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan dan mutu
hidup generasi masa kini dan masa depan.
Masalah lingkungan merupakan isu nyata yang mulai menjadi perbincangan dalam
Konferensi PBB Juni tahun 1972 mengenai lingkungan hidup yang dilaksanakan di
Stockholm. Dan untuk pertama kali dunia internasional dalam Konferensi Tingkat Tinggi
Bumi di Rio de Janeiro, Brasil pada tahun 1992, melahirkan gagasan tentang
Pembangunan Berkelanjutan, yang dijabarkan lebih lanjut di Johannesberg, Afrika Selatan
pada tahun 2002. Kebijakan pembangunan berkelanjutan ini ditekankan pada
keberlanjutan ekonomi, sosial dan lingkungan hidup dalam satu nafas dan dilaksanakan
secara simultan. Dua puluh tahun kemudian, KTT Bumi Rio+20 tahun 2012 yang
dilaksanakan di Rio de Janeiro, kembali memperkuat komitmen global terhadap agenda
pembangunan berkelanjutan tersebut, salah satunya tentang prinsip Common But
Differentiated Responsibilities (CBDR) bagi pembangunan berkelanjutan.
Isu yang berkembang dari pertemuan tingkat global ini adalah pentingnya aksi untuk
mengubah perilaku unsustainable patterns of production and consumption dalam
8
mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Untuk itulah ditetapkan progam Sustainable
Development Goals melanjutkan program Millenium Development Goals.
Seiring dengan petambahan penduduk dan perkembangan berbagai industri, maka isu
lingkungan telah menjadi masalah serius yang dihadapi oleh manusia. Permasalahan
lingkungan dapat dikategorikan dalam masalah lingkungan lokal, nasional, regional dan
global. Pengkategorian tersebut berdasarkan pada dampak dari permasalahan lingkungan,
apakah dampaknya hanya lokal, nasional, regional atau global.
1. Pemanasan Global.
Pemanasan global atau global warming menjadi isu global mutakhir terkait lingkungan
hidup dimana pencemaran dan pengrusakan terhadap lingkungan dianggap sebagai
faktor penyebab hilangnya sifat kealamiahan bumi akibat pemanasan global. Dunia pun
menyadari untuk melakukan upaya keras mengingat semakin terancamnya eksistensi
kehidupan manusia. Oleh karena itu perlu upaya yang terkoordinasi secara
internasional untuk menghadapi isu lingkungan internasional.
Perubahan iklim sebagai isu global saat ini sudah menjadi salah satu ancaman yang
paling serius terhadap pembangunan berkelanjutan. Dampaknya tidak saja merusak
mutu lingkungan, tetapi juga membahayakan kesehatan manusia, keamanan pangan,
kegiatan ekonomi, pengelolaan sumber daya alam, dan sarana fisik kehidupan. Dalam
menyikapi perubahan iklim diperlukan pemahaman tentang proses tersebut, penyebab
sampai dampaknya terhadap manusia dan lingkungan. Dengan pemahaman yang baik,
dapat direncanakan upaya - upaya penyesuaian, yang dikenal dengan istilah adaptasi
dan upaya pencegahan, yang dikenal dengan istilah mitigasi. Partisipasi aktif anak dan
pemuda perlu dikedepankan dalam pembinaan sumberdaya manusia yang diharapkan
dapat mendukung aksi global dalam mengatasi perubahan iklim. Isu perubahan iklim
sebagai isu global menuntut kepedulian dan penanganan yang melibatkan seluruh
pihak secara global.
Isu lingkungan global lainnya adalah kerusakan lapisan ozon yang menjadi masalah di
tahun - tahun terakhir ini. Karena lapisan ozon berfungsi sebagai penyerap sebagian
besar sinar ultra violet yang berbahaya bagi manusia, maka apabila lapisan ozon rusak
jumlah sinar ultra violet yang mencapai bumi akan meningkat dan ini akan memberikan
efek buruk kepada kesehatan manusia dan ekologi. Meningkatnya jumlah sinar ultra
violet yang mencapai bumi menimbulkan kekhawatiran terhadap efek buruk pada
kesehatan manusia seperti meningkatnya kanker kulit melanoma yang bisa
menyebabkan kematian, meningkatnya kasus katarak pada mata dan kanker mata,
menurunnya kekebalan pada manusia (imun) dan efek buruk terhadap tumbuhan darat
dan ekologi air seperti penurunan produksi tanaman jagung, kenaikan suhu udara dan
kematian pada hewan liar, dll.
4. Hujan Asam.
Di Amerika dan Eropa, hujan asam sudah lebih dahulu menjadi masalah, dimana
terdapat laporan mengenai air danau yang menjadi asam, berkurangnya luas hutan,
matinya ikan - ikan, dan lain - lain akibat hujan asam. Hal yang sama juga dialami
Jepang. Hujan asam yang sebelumnya menjadi masalah di negara - negara maju, kini
juga semakin menjadi masalah besar di negara - negara berkembang akibat
industrialisasi. Akibat hujan asam ini air di atas bumi seperti air danau dan air sungai
10
menjadi asam dan ini akan memberikan pengaruh kepada pengembangan dan
pemanfaatan sumberdaya alam, memberikan pengaruh kepada berbagai jenis ikan,
memberikan pengaruh kepada hutan karena tanah menjadi asam, juga secara langsung
menempel pada bangunan kayu atau warisan budaya yang menyebabkan rusaknya
bangunan tersebut. Rentang pengaruh hujan asam ini luas, bisa mencapai wilayah 500
– 1000 km dari sumber lepasan materi penyebab hujan asam dan karena itu gejala ini
melingkupi wilayah yang luas, melampaui batas - batas negara. Dampak lanjutan dari
isu hujan asam ini berpengaruh pada penurunan keanekaragaman hayati, yang
memiliki potensi besar bagi manusia dalam kesehatan, pangan maupun ekonomi.
Masalah pencemaran air disebabkan banyak hal, antara lain yang berasal dari aktivitas
manusia baik dari buangan rumah tangga maupun industri. Limbah yang berasal dari
rumah tinggal, rumah sakit, rumah makan, kantor, hotel, tempat ibadah, pasar,
pertokoan dan lainnya yang volumenya semakin meningkat dari hari kehari.
Meningkatnya jumlah penduduk membuat limbah yang dihasilkan oleh aktivitas rumah
tangga menjadi meningkat. Tak ayal jika pencemaran air yang terjadi pun semakin
tinggi. Di beberapa daerah di Indonesia masih memiliki kebiasaan yang buruk yakni
membuang kotoran di sungai yang mana sungai tersebut adalah sumber air yang
digunakan warga sebagai pemasok kebutuhan dari konsumsi dan kebersihan.
Selain pencemaran air, banyak juga peristiwa kekeringan yang terjadi karena sumber air
tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan air baik untuk manusia maupun makhluk hidup
yang lain. Penyebab hal ini bisa jadi berkaitan dengan aktivitas penebangan liar atau
pemanfaatan hutan yang tidak terkendali. Selain dapat menyebabkan gangguan
terhadap kesehatan manusia, persediaan pangan pun akan terancam akibat kekeringan
semacam ini.
Pencemaran udara menjadi masalah nasional terutama di kota - kota besar, seperti
Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar dll. Peneliti Perubahan Iklim dan Kesehatan
Lingkungan dari Universitas Indonesia, dari studi yang dilakukannya di tahun 2010
menempatkan gangguan pernapasan sebagai penyakit yang paling banyak diderita oleh
warga Jakarta. Hampir 60% warga Jakarta mengidap gangguan pernapasan akibat polusi
udara. Dan 70 - 85% pencemar udara di 40 kota di Indonesia berasal dari kegiatan
transportasi, (jumlah kendaraan). Resiko pencemaran di Jakarta masih akan tinggi
sampai 5 tahun ke depan karena kebutuhan akan kendaraan dan penggunaan bahan
bakar minyak masih meningkat hingga 2030.
Masalah kebakaran hutan dan lahan walaupun terjadi hanya dibeberapa lokasi di negara
Indonesia tapi karena luasan dampaknya, dapat dikatakan juga sebagai masalah
nasional. Demikian pula halnya dengan masalah sampah yang dari waktu ke waktu
permasalahannya semakin rumit dan dampaknya semakin menyeluruh. Mulai dari
meningkatnya volume timbulan sampah, sistem pengumpulan sampah, pengangkutan
sampah, pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya, tempah penampungan yang
terbatas, sampai pada pengelolaan akhir sampah di TPA yang mencemari lingkungan
sekitarnya.
Saat ini banjir sudah menjadi isu tahunan hampir di seluruh provinsi. Air hujan yang
tidak dapat terserap ke dalam tanah dengan baik maupun tidak dapat mengalir ke laut
dengan baik merupakan sebab dari banjir yang bukan lagi hal asing bagi banyak wilayah
di Indonesia. Berbagai kerugian mulai dari kesehatan hingga materi yang bisa
diakibatkan oleh banjir yang setiap tahun pasti terjadi di beberapa tempat termasuk di
ibukota. Longsor terjadi akibat tanah yang terkikis akibat tanah yang tidak lagi mampu
menahan laju air hujan misalnya. Banyak orang yang harus kehilangan tempat tinggal,
harta benda, atau bahkan sanak keluarga akibat kejadian yang kebanyakan tidak bisa
diduga ini.
12
D. Permasalahan Lingkungan Lokal.
Isu lingkungan lokal merupakan isu yang sangat kuat karena kompleksitas
permasalahannya menyangkut aspek - aspek krusial dan permasalahan lingkungan dan
dampak yang ditimbulkan dari permasalahan lingkungan tersebut mengakibatkan
dampak sangat dirasakan bagi daerah lokal.
Beberapa isu lingkungan lokal antara lain : kebakaran hutan, yang disebabkan oleh
keserakahan manusia yang hanya ingin mengambil keuntungan dengan membuka lahan
baru, tanpa memikirkan dampak yang terjadi. Dampak kebakaran terhadap sosial,
budaya dan ekonomi : hilangnya mata pencaharian masyarakat di dan sekitar hutan,
produktivitas menurun, terganggunya kesehatan dll. Isu lainnya adalah sampah, yang
sangat meresahkan warga dikarenakan tempat pembuangan yang belum juga tertata
rapi sangat menggangu, serta kurang nya kesadaran masyarakat dalam memperlakukan
sampah, membuang sampah tidak pada tempatnya. Sungai, parit, tepi jalan masih
menjadi sasaran yang salah, sehingga berdampak pada kesehatan lingkungan sekitar.
Penebangan liar hutan, pengerukan tanah berlebihan, erosi pantai, dan intrusi air laut
yang dialami daerah-daerah tertentu menjadi isu lingkungan lokal.
Kearifan lokal dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menjadi satu
hal penting dalam penanganan permasalahan lingkungan lokal. Kearifan lokal merupakan
seperangkat pengetahuan yang dikembangkan oleh suatu kelompok masyarakat
setempat (komunitas) yang terhimpun dari pengalaman panjang menggeluti alam dalam
ikatan hubungan yang saling menguntungkan kedua belah pihak (manusia dan
lingkungan) secara berkelanjutan dan dengan ritme yang harmonis.
Adanya pola hidup yang konsumtif dapat mengikis norma - norma kearifan lokal di
masyarakat. Untuk menghindari hal tersebut maka norma - norma yang sudah berlaku di
suatu masyarakat yang sifatnya turun menurun dan berhubungan erat dengan
kelestarian lingkungannya perlu dilestarikan.
Kearifan lokal suatu daerah atau tempat berbeda - beda. Misalnya untuk menjaga
kelestarian hutan di Desa Rumbio Kecamatan Kampar Propinsi Riau dengan cara
membuat hutan larangan adat, yaitu melestarikan hutan bersama -sama di dalam
masyarakat tersebut dan masyarakat dilarang menebang di hutan larangan adat
tersebut. Jika dilanggar akan dikenakan denda seperti, beras 100 kg atau berupa uang
sebanyak Rp 6 juta.
Berbeda dengan desa Claket, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto ada kearifan lokal
dalam melestarikan sumber air yaitu dengan upacara “bersih desa”, yaitu berjalan
bersama-sama seluruh warga desa sambil membawa makanan menuju sumber mata air
Claket. Setelah sampai pada sumber mata air, diadakan acara “Selamatan” seluruh
warga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas karunia-Nya berupa sumber air
sehingga dapat memberi penghidupan seluruh warga yang sehari sebelumnya tempat
tersebut dibersihkan terlebih dahulu dan ditanami pohon.
Hampir sama seperti di Jawa, untuk menjaga kelestarian hutan di Bali khususnya di Desa
Penglipuran bentuk kearifan lokal masarakat setempat yaitu adanya konsep “Hutan Due”
yang telah disahkan pada awig - awig (peraturan) desa. Konsep “Hutan Due” yang
berarti hutan yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat. Kayu atau pun hasil hutan
yang ada di hutan itu hanya bisa digunakan untuk keperluan upacara adat. Jika ada
orang yang mengambil hasil hutan pada hutan tersebut untuk kepentingan pribadi tanpa
sepengetahuan aparat desa, maka akan dikenakan sangsi sesuai awig - awig yang telah
disepakati.
Sedangkan untuk masarakat Bali pada umumnya untuk melestarikan hutan dengan cara
mengadakan perayaan hari Tumpek Pengatag yang diadakan setiap 210 hari sekali. Pada
upacara ini mengajarkan pada umat manusia bahwa kita wajib bersyukur atas harmoni
14
yang membantu kita tinggal dalam alam kehidupan kini. Menghormati dan menghargai
bumi dan seisinya, khususnya tanaman yang ada, memberi isyarat dan makna mendalam
agar manusia mengasihi dan menyayangi alam dan lingkungan yang telah berjasa
menopang hidup dan penghidupannya.
Kearifan lokal terkait pelestarian pesisir dan laut dapat dilihat dari masyarakat di Desa
Haruku, Maluku yang dikenal dengan Buka Sasi Lompa yaitu sebuah larangan yang
berada di hampir semua desa adat di Maluku untuk memanen Ikan Lompa (Trisina
baelama) salah satu spesies ikan sardin kecil yang hidup di desa Haruku setelah 5 - 7
bulan ikan tersebut terlihat. Kegiatan sasi dilakukan untuk menjaga keberlangsungan
kehidupan Ikan Lompa yang hidup mirip dengan Ikan Salmon yaitu hidup di perairan
darat di sungai dan di laut.
1. Kalimantan yang terkenal dengan potensi alam dan potensi wisata alam kini
keadaanya sangat memperihatinkan. Kerusakan lingkungan sudah menjadi
pemandangan biasa dimana - mana. Eksploitasi tambang yang berlebihan, perubahan
fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit, kebakaran hutan serta sejumlah isu
lingkungan lainnya dituding menjadi penyebab utama. Apalagi akhir - akhir ini
Kalimantan diterpa dengan bencana kebakaran hutan dan lahan yang sangat
berdampak negatif.
2. Kota Semarang yang merupakan ibukota provinsi Jawa Tengah dapat digolongkan
sebagai kota metropolitan. Secara umum masalah lingkungan yang terjadi di kota
Semarang antara lain penyebaran air payau (intrusi air laut), longsor dan limbah cair,
banjir dan rob. Penyebaran air payau di kota Semarang semakin luas dan kadar garam
semakin tinggi. Pemanfaatan air tanah di kawasan pantai yang dilakukan berlebihan
tanpa perhitungan akan menyebabkan air laut begitu mudah meresap ke darat.
Penurunan kualitas air tanah bukan hanya karena mengandung garam, tetapi juga
dari jumlah kolid yang ikut, sehingga air berwarna merah kecoklatan. Akibatnya
beberapa sumur pompa dan bahkan sumur bor menjadi tidak layak untuk minum.
Banjir yang terjadi di Kota Semarang pada umumnya disebabkan karena tidak
terkendalinya aliran sungai, akibat kenaikan debit, pendangkalan dasar badan sungai
dan penyempitan sungai karena sedimentasi, adanya kerusakan lingkungan pada
15
daerah hulu (wilayah atas kota Semarang) atau daerah tangkapan air (recharge area)
serta disebabkan pula oleh ketidak seimbangan input-output pada saluran drainase
kota. Persoalan yang juga sering muncul adalah terjadi air pasang laut (rob) di
beberapa bagian di wilayah perencanaan yang menjadi langganan genangan akibat
rob.
3. Di Kota Bandung sampai Januari 2016, seiring dengan pertambahan jumlah penduduk
yang hampit mencapai 2,5 juta jiwa, jumlah sampah yang dihasilkan juga meningkat
menjadi 1.500 hingga 1.600 ton setiap harinya. Sampah tersebut terutama dari sisa
makanan dan sisanya sebesar 200 ton per hari merupakan sampah plastik.1
4. Isu lokal lainnya terkait dengan permasalahan udara adalah pencemaran udara, dari
hasil penilaian Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sepanjang
tahun 2014 memiliki tingkat kualitas udara yang buruk. Hal ini disebabkan Jakarta
Utara yang menjadi jalur lalu lintas Bandara Internasional Soekarno - Hatta dan
Pelabuhan Tanjung Priok, sehingga polusi di wilayah ini sangat tinggi, mobil besar
macam tronton lalu lalang menuju pelabuhan. Selain jalur padat, Jakarta Utara juga
memiliki keterbatasan ruang terbuka hijau, saat ini baru 5% area ruang terbuka hijau
di wilayah ini.
E. Rangkuman.
Sementara di tingkat nasional kebakaran hutan, banjir, kekeringan menjadi salah satu
dari permasalahan lingkungan nasional yang banyak terjadi di negara kita di Indonesia.
Ditingkat lokal permasalahan lingkungan dari setiap wilayah tentunya berbeda -beda, di
beberapa tempat yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tinggi masalah sampah dan
air bersih menjadi permasalahan lingkungan utama, sementara wilayah seperti bandara
1
http://regional.liputan6.com/read/2416636/setiap-hari-200-ton-sampah-plastik-banjiri-kota-bandung
16
dan pelabuhan serta industri umumnya mengalami permasalahan lingkungan berupa
pencemaran udara.
F. Pertanyaan.
17
BAB III
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN
Indikator keberhasilan : Setelah mengikuti pembelajaran ini Peserta Diklat diharapkan dapat menjelaskan macam –
macam kebijakan PPLH.
Di era tahun 1980an tuntutan terhadap kebijakan - kebijakan resmi negara yang pro
lingkungan semakin meluas dan tercermin dalam bentuk perundang -undangan yang
harus ditaati oleh semua pemangku kepentingan (stakeholder). Tahun 1982 Indonesia
menetapkan berlakunya Undang - Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan -
Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (UULH 1982). Inilah produk hukum
pertama yang dibuat di Indonesia, setelah sebelumnya dibentuk satu kantor kementerian
tersendiri dalam susunan anggota Kabinet Pembangunan III, 1978 - 1983. Menteri
Negara Urusan Lingkungan Hidup yang pertama adalah Prof. Dr. Emil Salim yang
berhasil meletakkan dasar - dasar kebijakan mengenai lingkungan hidup dan akhirnya
dituangkan dalam bentuk undang - undang pada tahun 1982. Undang - Undang Nomor 4
tahun 1982 ini selanjutnya sekarang menjadi Undang - Undang Nomor 32 tahun 2009.
18
B. Peraturan - Peraturan di Bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
a. Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu
sendiri, kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lain.
19
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan
penegakan hukum.
d. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh -
menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas
dan produktivitas lingkungan hidup.
f. Sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya
hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan membentuk kesatuan ekosistem.
Elemen mitigasi lain yang menjadi perhatian dan memiliki posisi penting di Indonesia
adalah program REDD+ yang menekankan perlunya dukungan pendanaan yang cukup
dan dapat diprediksi sumber - sumbernya, termasuk dukungan teknis kepada Negara -
negara berkembang. Dengan demikian, diperlukan perhatian lebih khusus dan
mendalam terhadap keberlangsungan program REDD+ di Indonesia. REDD+ ini
sendiri berperan sangat penting
Dalam program REDD+ ini Indonesia telah dalam mengurangi emisi yang diakibatkan
oleh sektor kehutanan. Untuk itu diperlukan upaya bersama seluruh dunia, antara lain,
21
dengan memperkuat sektor kehutanan dan segera merealisasi pendanaan REDD+
berperan sangat aktif dan signifikan dalam pengimplementasiannya. Hal ini sudah
dibuktikan dengan komitmen Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang sangat tinggi
dalam upaya melindungi hutan yang ada di wilayah NKRI. Komitmen Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono tersebut diarus diutamakan ke dalam strategi pembangunan
nasional yang bertajuk Sustainable Growth with Equity yang didukung oleh empat pilar
utama, yaitu pro - job, pro - poor, pro - growth dan pro - environtment. Bahkan,
pemerintah telah menetapkan 7% pertumbuhan ekonomi sambil melakukan 26%
penurunan emisi.
Selain sangat mendukung perpanjangan dari komitmen Protokol Kyoto periode kedua,
Indonesia juga dalam posisinya sangat mendorong negara - negara maju agar
menjadikan isu perubahan iklim menjadi agenda bersama yang lebih nyata dampak
penurunan emisinya. Hal ini juga dapat dilihat dari komitmen Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono yang membuat dunia terkesan dengan Komitmen Susilo Bambang
Yudhoyono untuk menurunkan 41% emisi karbon di Indonesia sebelum 2020. Namun,
syaratnya, dunia internasional mendukung Indonesia. Keberhasilan ini ditunjukan pada
bulan Mei 2011, satu pemerintahan negara sahabat merespons konkret dengan
menyediakan dukungan dana bertahap 1 miliar dolar AS. Sejumlah program bantuan
serupa diprakarsai oleh donor bilateral, sebagai upaya internasional mengurangi emisi
karbon dari perusakan hutan, dalam program Reducing Emissions from Deforestation
and Forest Degradation (REDD+).
23
Sampah yang dikelola berdasarkan Undang - Undang ini terdiri atas :
C. Sampah Spesifik.
Setiap rumah tangga wajib paling sedikit melakukan pemilahan sampah rumah
tangga sebelum diangkut ke TPS dan/atau TPS 3R.
Penanggung jawab dan/atau pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial,
kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, fasilitas lainnya
dan kegiatan keramaian sesaat, wajib melaksanakan pengelolaan sampah.
Setiap pengembang bangunan gedung untuk fungsi hunian dengan ketinggian lebih
dari 4 (empat) lantai wajib dilengkapi cerobong gravitasi pengumpulan sampah.
Produsen wajib mencantumkan label dan tanda yang berhubungan dengan
pengurangan dan penanganan sampah pada kemasan dan/atau produk yang
dihasilkan dan/atau beredar di daerah.
Produsen wajib mengelola kemasan dan/atau produk yang tidak dapat atau sulit
terurai oleh proses alam.
Setiap orang wajib melaksanakan pengurangan sampah dengan cara :
24
b. Menggunakan kemasan dan/atau produk yang dapat dimanfaatkan kembali
dan/atau mudah terurai secara alam;
c. Menggunakan kemasan dan/atau produk yang ramah lingkungan; dan
d. Memanfaatkan kembali sampah secara aman bagi kesehatan dan lingkungan.
Dalam penjelasan, dijelaskan bahwa Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang
Ketentuan - ketentuan Pokok Kehutanan, ternyata belum cukup memberikan landasan
hukum bagi perkembangan pembangunan kehutanan, oleh karena itu dipandang perlu
mengganti undang - undang tersebut, sehingga dapat memberikan landasan hukum
yang lebih kokoh dan lengkap bagi pembangunan kehutanan saat ini dan masa yang
akan datang. Oleh karena itu tahun 1999 produk hukum Kehutanan kembali
diperbaharui dengan dikeluarkannya Undang - Undang Nomor : 41 tahun 1999 disertai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor
34 tahun 2002 dimana Undang - Undang ini mencakup pengaturan yang luas tentang
hutan dan kehutanan, termasuk sebagian menyangkut konservasi sumberdaya alam
hayati dan ekosistemnya.
Kebijakan pemerintah merupakan suatu hal yang akan di lakukan maupun tidak di
lakukan pemerintah dengan tujuan tertentu, demi kepentingan bersama dan
merupakan bagian dari keputusan pemerintah itu sndiri. Dalam kepustakaan
internasional biasa di sebut publik policy. Kebijakan publik ini akan tetap terus
berlangsung, selagi pemerintah suatu negara masih ada untuk mengatur suatu
keidupan bersama. Berdasarkan yang tertuang dalam konsep demokarasi modern,
kebijakan dari pemerintah atau negara, bukan hanya berisi tentang argumentasi
maupun suatu pendapat para aparatur wakil rakyat belaka, namun opini dari publik
atau biasa di sebut publik opinion.
C. Rangkuman.
Kebijakan perlindungan lingkungan hidup di Indonesia mulai berkembang sejak tahin 1982
dengan lahirnya Undang - Undang yang mengatur pengelolana lingkungan, kebijakan
tersebut berkembang dengan lahirnya peraturan lainnya yang mendukung upaya untuk
mengatasi permasalahan lingkungan.
25
D. Pertanyaan.
26
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Permasalahan lingkungan sampai kapanpun pasti akan terjadi, hal ini sejalan dengan
pertumbuhan penduduk yang langsung maupun tidak langsung membutuhkan kekayaan
alam. Namun manusia juga tidak akan berhenti pasrah untuk melindungi keberadaan
lingkungan yang terus berubah dari aslinya dengan perangkat – perangkat kebijakan,
teknologi maupun sentuhan kepedulian kepada lingkungan itu sendiri.
Semua perangkat tersebut mempunyai peran masing – masing dan kekuatan masing –
masing termasuk peran dan kekuatan generasi muda yang peduli lingkungan mempunyai
pengaruh yang sangat besar dalam menjaga kelestarian lingkungan, salah satunya
kegiatan Pramuka yang memang dari awalnya sudah mempunyai janji yang kuat akan
kepedulian dengan lingkungan yaitu adanya dasa dharma.
B. Tindak Lanjut.
Tindak lanjut yang perlu dilakukan adalah menyamakan persepsi tentang lingkungan di
semua stake holder baik di pemerintahan, swasta atau masyarakat, sehingga dalam
membuat kebijakan yang terkait dengan lingkungan tidak saling berselisihan satu sama
yang lainnya malahan harusnya saling mendukung.
27
PUSTAKA
28
TIM PENYUSUN MODUL
2. Windarti, S. Pd.
6. Waliyah, SE.
8. Alfred Chaniago.
29
30