PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunitas secara dramatis berbeda-beda dalam kekayaan spesiesnya, jumlah spesies yang
mereka miliki. Mereka juga berbeda dalam hubungannya dalam kelimpahan relative spesies.
Beberapa komunitasv terdiri dari beberapa spesies yang umum dan beberapa spesies yang jarang,
sementara yang lainnya mengandung jumlah spesies yang sama dengan spesies yang semuanya
umum ditemukan.
Kelimpahan relative spesies di dalam suatu komunitas mempunyai dampak yang sangat
besar pada ciri umumnya. Sesungguhnya, istilah keanekaragaman spesies yang digunakan oleh
para ahli ekologi, mempertimbangkan kedua komponen keanekaragaman : kekayaan spesies dan
kelimpahan relative. (Campbell.2004).Vegetasi merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan dalam
arti luasnya. Pada umumnya, tumbuhan terdiri dari beberapa golongan antara lain pohon yaitu
berupa tegakan dengan ciri-ciri tertentu. Kemudian dapat diketemukan semak belukar dan lain-
lain tergantung dari ekosistem yang diamati. Tumbuhan bawah merupakan tumbuhan yang
termasuk bukan tegakan atau pohon namun berada di bawah tegakan atau pohon (Odum, 1993).
Hutan merupakan sumber daya alam yang merupakan suatu ekosistem, di dalam ekosisitem
ini, terjadi hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan tempat
tumbuh dari tumbuhan meupakan suatu lingkungan tempat tumbuh dari tumbuhan merupakan
suatu sistem yang kompleks, dimana berbagai faktor saling beinteraksi dan saling berpengatuh
terhadap masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu respon tumbuhan terhadap faktor
lingkungan dimana tumbuhan tersebut akan memberikan respon menurut batas toleransi yang
dimiliki oleh tumbuhan tersebut terhadap faktor-faktor lingkungan tersebut (Indriyanto, 2006).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
- Apa yang dimaksud dengan komunitas?
- Bagaimanakah konsep komunitas dan sifatnya?
C. Tujuan
Irwan (2003), lebih lanjut menjelaskan komunitas sebagai kumpulan dari berbagai populasi
yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu
sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan
dengan individu dan populasi.
Komunitas pada prinsipnya terbentuk dari berbagai hasil interaksi di antara populasi-populasi
yang ada (Arif, 2009). Di alam terdapat bermacam-macam komunitas. Komunitas ini dapat dibagi
dalam dua bagian yaitu komunitas akuatik (lautan, danau, sungai dan kolam) dan komunitas
terestrial (hutan, padang rumput, padang pasir, dan lain-lain.)
Muchtar (2009), menjelaskan komunitas sebagai kumpulan dari berbagai populasi yang hidup
pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
Ada tiga gagasan utama yang terlibat dalam definisi komuniats (Ngurah Rai, 1999):
a. Sifat minimum komunitas adalah hadirnya bersama beberapa spesies dalam suatu daerah.
b. Bahwa komunitas menurut beberapa ilmuwan adalah kumpulan kelompok spesies yang sama
terjadi berulang dalam ruang dan waktu. Ini berarti bahwa ada tipe komunitas yang memiliki
komposisi relatif tetap.
c. Ada sementara ilmuwan yang mengatakan bahwa komunitas memiliki kecenderungan menuju
ke arah stabilitas dinamik, dan bahwa keseimbangan ini cenderung dipulihkan jika terganggu, jadi
komunitas menunjukkan homeostasis.
Konsep dasar dalam komunitas tumbuhan, dimana istilah tumbuhan dapat didefinisikan
sebagai suatu organisme hidup yang mempunyai kemampuan menangkap energi sinar matahari
dan mengubahnya menjadi energi kimia dalam bentuk senyawa-senyawa organik.
Istilah tumbuhan itu ditujukan terhadap semua makhluk hidup, baik mereka itu bersel satu
ataupun bersel banyak, asalkan mereka itu memiliki butiran-butiran hijau daun (kloroplas) yang
didalamnya terdapat zat hijau daun (klorofil). Jadi, suatu tumbuhan dapat berkisar mulai dari
bentuk bakteri hingga organisme-organisme yang nampak sebagai pohon-pohon raksasa misalnya
Rasamala (Syamsurizal,2000).
Dalam analisa komunitas, dikenal istilah keanekaragaman spesies. Dalam menentukan
indeks keragaman tersebut, ada beberapa metode analisa yang dapat digunakan, antara lain Indeks
Margalelef, Indeks Simpson, Indeks Menhenick, Indeks Brillouin, dan Indeks Shanon. Sedangkan
Contoh komunitas :
Mangrove merupakan komunitas tumbuhan berkayu yang khas terdapat di sepanjang pantai
terlindung atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove sering
pula disebut sebagai hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau atau hutan bakau.
Mangrove berfungsi menjebak dan menahan sedimen, merendam badai pantai dan energy
gelombang, memberi perlindungan bagi juvenile ikan dan biota avertebrata dan mengasimilasi
2. Kelompok kedua berpandangan bahwa tumbuhan secara individual adalah sebagai satu-
satunya unit yang nyata di alam. Komunitas tumbuhan, dimana tumbuhan individu hidup bersama,
menurut paham ini tidak dapat secara jelas ditentukan sebagai unit. Salah satu pendukung dari
pandangan ini adalah Gleason yang mengajukan konsep komunitas tumbuhan yang disebut
sebagai konsep individualistik komunitas tumbuhan. Menurut pandangan ini penutup vegetasi
dipandang sebagai bentuk kontinum, yang berarti komunitas itu terdiri dari kombinasi tumbuhan
yang berubah secara kontinu.
Gleason menganggap benar bahwa komunitas tumbuhan eksestensinya tergantung pada kekuatan
selektif lingkungan tertentu, dan lingkungan berubah secara tetap dalam ruang dan waktu.
Karenanya, menurut pandangan ini tak ada dua komunitas yang serupa atau mempunyai hubungan
yang erat, dan masing-masing bersifat individualistik.
Walter mempunyai pandangan yang terletak diantara dua pendapat di atas. Pemunculan
kelompok tanaman serupa atau kombinasi spesies serupa dalam habitat serupa hampir tidak dapat
diingkari. Ini berarti komunitas nyata dapat dikenal, dan dengan demikian dapat dikaji. Komunitas
sedemikian dapat dengan mudah ditentukan batasnya pada tiap batas yang berbeda.
Secara lebih sederhana Barbour et al.,1987 (dalam Ngurah Rai, 1999) mengelompokkan
pandangan terhadap komunitas menjadi dua yakni (1) Pandangan Organismik, dan
10 | E k o l o g i T u m b u h a n . k e l o m p o k V I I I
(2) Pandangan Kontinum. Pandangan organismik menyatakan spesies dalam asosiasi
mempunyai batas distribusi serupa sepanjang aksis horizontal, dan banyak dari mereka muncul
sampai melimpah secara maksimal pada titik sama (noda). Ekotom (batas) antara asosiasi yang
berdekatan adalah sempit, dengan sangat sedikit adanya tumpang tindih pada kisaran-kisaran
spesies, kecuali untuk beberapa taksa umum yang didapatkan dalam banyak asosiasi. Pandangan
kontinum menyebutkan bahwa tidak adanya bentuk dominan taksa tunggal, dan juga hadirnya dan
kelimpahan kelompok spesies tidak berubah secara tajam sepanjang gradien lingkungan, oleh
karena itu noda-noda tidak diketemukan.
Adanya gambaran tentang perbedaan dalam komunitas vegetasi/ komunitas akibat adanya
perubahan floristik komunitas tumbuhan yang berkaitan dengan unidireksional dalam kalimat.
B. Struktur dan sifat-sifat komunitas
Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi
jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau
diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies
tetumbuhan yang menempati suatu habitat.
Hasil analisis komunitas tumbuhan diajikan secara deskripsi mengenai komposisi spesies
dan struktur komunitasnya. Struktur suatu komunitas tidak hanya dipengaruhi oleh hubungan
antarspesies, tetapi juga oleh jumlah individu dari setiap spesies organisme. Hal yang demikian itu
menyebabkan kelimpahan relatif suatu spesies dapat mempengaruhi fungsi suatu komunitas,
bahkan dapat memberikan pengaruh pada keseimbangan sistem dan akhirnya berpengaruh pada
stabilitas komunitas itu sendiri (Heddy, dkk., 1986).
Struktur komunitas tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif.
1. Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas menggambarkan
kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme.
2. Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif. Frekuensi kehadiran merupakan nilai
yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di dalam suatu habitat. Densitas (kepadatan)
dinyatakan sebagai jumlah atau biomassa per unit contoh, atau persatuan luas/volume, atau
persatuan penangkapan.
Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah
yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan. Suksesi-suksesi terjadi
sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitasnya dan memerlukan waktu.
11 | E k o l o g i T u m b u h a n . k e l o m p o k V I I I
Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam tingkat
ini komunitas sudah mengalami homoestosis
berdasarkan perilaku fisiologi dan keturunan, sesuatu jenis tumbuhan dapat memiliki sifat-
sifat sebagai berikut :
1. Evapotranspirator, adalah kemampuan tumbuhan menguapkan air ke udara lingkungannya
2. Pengumpul unsur-unsur hara tertentu yang potensial bersifat racun bagi pertumbuhan jenis suatu
tumbuhan lain.
3. Pengahasil senyawa allelokimia
4. Penyelenggara berbagai relung ekologi (Ecological niches).
(Soemarwoto, 1983).
C. Keanekaragaman atau diversitas Jenis
Soetjipta, 1993 (dalam Ngurah Rai, 1999), menyebutkan ada lima ciri komunitas yang telah
diukur dan dikaji adalah:
1. Keragaman spesies, dapat dipermasalahkan spesies hewan dan tumbuhan yang manakah yang
hidup dalam suatu komunitas tertentu. Deskripsi spesies semacam ini merupakan ukuran
sederhana bagi kekayaan spesies atau keragaman spesies/ diversitas spesies.
2. Bentuk dan struktur pertumbuhan. Tipe komunitas dapat diberikan dengan kategori utama bentuk
pertumbuhan: pohon, perdu atau lumut selanjutnya ciri ini dapat di rinci ke dalam kategori bentuk
pertumbuhan lebih kecil misalnya pohon yang berdaun lebar dan pohon berdaun jarum. Bentuk
pertumbuhan ini dapat menentukan stratifikasi.
3. Dominansi, dapat diamati bahwa tidak semua spesies dalam komunitas sama penting
menentukan sifat komunitas. Dari beratus spesies yang mungkin ada di dalam suatu komunitas,
secara nisbi hanya beberapa saja yang berpengaruh mampu mengendalikan komunitas tersebut.
Spesies dominan adalah spesies yang secara ekologik sangat berhasil dan yang mampu
menentukan kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhannya.
4. Kelimpahan nisbi. Proporsi spesies yang berbeda dalam spesies dapat ditentukan.
5. Struktur tropik. Hubungan makanan spesies dalam komunitas akan menentukan arus energi dan
bahan dari tumbuhan ke herbivora ke karnivora.
12 | E k o l o g i T u m b u h a n . k e l o m p o k V I I I
Barbour et al, 1987 (dalam Ngurah Rai, 1999) menyebutkan ada delapan sifat atau atribut
komunitas tumbuhan seperti tampak pada tabel di bawah ini.
- Tanggapan terhadap
perubahan klimatik
- Evolusi
13 | E k o l o g i T u m b u h a n . k e l o m p o k V I I I
4. Diversitas spesies 8. Kreasi dan pengendalian
lingkungan mikro
- Kekayaan
- Kerataan
(Syafei. 1990)
14 | E k o l o g i T u m b u h a n . k e l o m p o k V I I I
Pemberian komunitas berdasarkan pada fisiognomi, life form, tumpang tindih niche,
adalah berguna karena kemungkinana perbandingan stand yang terpisah jauh yang mempunyai
persamaan floristik atau tidak.
15 | E k o l o g i T u m b u h a n . k e l o m p o k V I I I
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu
yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
Komunitas tumbuhan adalah seluruh populasi tumbuhan yang hidup bersama pada suatu daerah.
Populasi tumbuhan ini secara genetik terdiri dari individu-individu spesies tumbuhan dan secara
ekologi mereka adalah anggota dari ekosistem. Ekosistem tumbuhan terdiri dari kumpulan spesies
tumbuhan yang bersama-sama membentuk suatu masyarakat tumbuhan yang disebut komunitas.
Struktur komunitas
a. Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas menggambarkan
kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme.
b. Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif.
Sifat komunitas berdasarkanerilaku fisiologi dan keturunannya :
a. Evapotranspirator, adalah kemampuan tumbuhan menguapkan air ke udara lingkunganny
b. Pengumpul unsur-unsur hara tertentu yang potensial bersifat racun bagi pertumbuhan jenis suatu
tumbuhan lain
c. penghasil senyawa allelokimia
d. penyelenggara berbagai relung ekologi (Ecological niches).
16 | E k o l o g i T u m b u h a n . k e l o m p o k V I I I
DAFTAR PUSTAKA
17 | E k o l o g i T u m b u h a n . k e l o m p o k V I I I