Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunitas secara dramatis berbeda-beda dalam kekayaan spesiesnya, jumlah spesies yang
mereka miliki. Mereka juga berbeda dalam hubungannya dalam kelimpahan relative spesies.
Beberapa komunitasv terdiri dari beberapa spesies yang umum dan beberapa spesies yang jarang,
sementara yang lainnya mengandung jumlah spesies yang sama dengan spesies yang semuanya
umum ditemukan.

Kelimpahan relative spesies di dalam suatu komunitas mempunyai dampak yang sangat
besar pada ciri umumnya. Sesungguhnya, istilah keanekaragaman spesies yang digunakan oleh
para ahli ekologi, mempertimbangkan kedua komponen keanekaragaman : kekayaan spesies dan
kelimpahan relative. (Campbell.2004).Vegetasi merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan dalam
arti luasnya. Pada umumnya, tumbuhan terdiri dari beberapa golongan antara lain pohon yaitu
berupa tegakan dengan ciri-ciri tertentu. Kemudian dapat diketemukan semak belukar dan lain-
lain tergantung dari ekosistem yang diamati. Tumbuhan bawah merupakan tumbuhan yang
termasuk bukan tegakan atau pohon namun berada di bawah tegakan atau pohon (Odum, 1993).

Hutan merupakan sumber daya alam yang merupakan suatu ekosistem, di dalam ekosisitem
ini, terjadi hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan tempat
tumbuh dari tumbuhan meupakan suatu lingkungan tempat tumbuh dari tumbuhan merupakan
suatu sistem yang kompleks, dimana berbagai faktor saling beinteraksi dan saling berpengatuh
terhadap masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu respon tumbuhan terhadap faktor
lingkungan dimana tumbuhan tersebut akan memberikan respon menurut batas toleransi yang
dimiliki oleh tumbuhan tersebut terhadap faktor-faktor lingkungan tersebut (Indriyanto, 2006).

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
- Apa yang dimaksud dengan komunitas?
- Bagaimanakah konsep komunitas dan sifatnya?

1|Ekologi Tumbuhan.kelompok VIII


- Bagaimanakah keanekaragaman dan klasifikasi komunitas?

C. Tujuan

Adapaun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :


- Mengetahui pengertian komunitas
- Mengetahui konsep komunitas dan sifatnya
- Mengenal keanekaragaman dan klasifikasi komunitas

2|Ekologi Tumbuhan.kelompok VIII


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunitas
Komunitas dalam arti ekologi mengacu kepada kumpulan populasi yang terdiri dari spesies
yang berlainan, yang menempati suatu daerah tertentu (Ngurah Rai, dkk. 1999). Setiap komunitas
tidak harus menempati daerah yang luas, artinya komunitas dapat mempunyai ukuran berapa pun.
Misalnya dalam suatu aquarium yang terdiri dari ikan, siput, hydrilla sebagai komponen biotik,
serta air, bebatuan sebagai komponen abiotik dapat disebut sebagai suatu komunitas. Komunitas
tumbuhan di daerah trofik biasanya bersifat rumit dan tidak mudah diberi nama menurut satu atau
dua spesies yang paling berkuasa sebagaimana yang umum di daerah yang beriklim sedang.

Irwan (2003), lebih lanjut menjelaskan komunitas sebagai kumpulan dari berbagai populasi
yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu
sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan
dengan individu dan populasi.
Komunitas pada prinsipnya terbentuk dari berbagai hasil interaksi di antara populasi-populasi
yang ada (Arif, 2009). Di alam terdapat bermacam-macam komunitas. Komunitas ini dapat dibagi
dalam dua bagian yaitu komunitas akuatik (lautan, danau, sungai dan kolam) dan komunitas
terestrial (hutan, padang rumput, padang pasir, dan lain-lain.)
Muchtar (2009), menjelaskan komunitas sebagai kumpulan dari berbagai populasi yang hidup
pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.

3|Ekologi Tumbuhan.kelompok VIII


Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu
dan populasi. Dalam komunitas, semua organismee merupakan bagian dari komunitas dan antara
komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya.
Dalam tingkatan komunitas ciri, sifat dan kemampuannya lebih tinggi dari populasi misalnya
dalam hal interaksi. Dalam komunitas bisa terjadi interaksi antar populasi, tidak hanya antar
individu atau spesies seperti pada populasi. Hubungan antar populasi ini menggambarkan berbagai
keadaan yaitu bisa saling menguntungkan sehingga terwujud suatu hubungan timbal balik yang
positif bagi kedua belah pihak (mutualisme). Sebaliknya bisa juga terjadi hubungan salah satu
pihak dirugikan (parasitisme) (Arif, 2009).
Apabila suatu komunitas sudah terbentuk, maka populasi-populasi yang ada haruslah hidup
berdampingan atau bertetangga satu sama lainnya. Dalam biosistem komunitas ini berasosiasi
dengan komponen abiotik membentuk suatu ekosistem.
Ada beberapa definisi tentang komunitas yang disampaikan oleh beberapa ahli ekologi sebagai
berikut (Ngurah Rai, 1999).
1. Danseraeu
Danseraeu mendefinisikan komunitas adalah organisasi organisme secara spatial dan temporal
dengan perbedaan derajat integrasi, dan yang jelas komunitas mempunyai level organisasi yang
lebih kompleks dari organisme sendiri.
2. Walter
Walter menyampaikan bahwa komunitas tumbuhan sebagai suatu kombinasi spesies yang tetap
yang terdapat secara alami, dan dalam keseimbangan ekologi baik diantara tumbuhan sendiri
maupun dengan lingkungannya.
3. Oosting
Oosting membuat definisi kerja tentang komunitas tumbuhan yaitu: komunitas adalah
kumpulan (aggregration) berbagai organisme hidup yang mempunyai hubungan timbal balik
(mutual relationship) baik diantara mereka sendiri maupun dengan lingkungannya.
4. Mc Nauchton & Wolf
Mc Nauchton & Wolf mendeskripsikan populasi yang terjadi bersamaan dalam ruang dan
waktu, secara fungsional berhubungan satu sama lain membentuk unit ekologi yaitu komunitas.
5. Odum

4|Ekologi Tumbuhan.kelompok VIII


Odum (1993) mendeskripsikan tentang komunitas biotik sebagai kumpulan populasi apa saja
yang hidup dalam daerah atau habitat fisik yang telah ditentukan, hal tersebut merupakan satuan
yang diorganisir sedemikian bahwa dia mempunyai sifat-sifat tambahan terhadap komponen
individu dan fungsi-fungsi sebagai suatu unit melalui transformasi-transformasi metabolik yang
bergandengan.
Dalam penjelasan selanjutnya disampaikan bahwa komunitas merupakan istilah yang luas
yang dapat digunakan untuk kumpulan-kumpulan alami dari berbagai ukuran mulai dari biota
sebuah kayu hutan atau lautan yang luas.
Komunitas-komunitas utama adalah mereka yang cukup besar dan kelengkapan dari
organisasinya adalah demikian hingga mereka relatif tidak tergantung dari masukan dan hasil dari
komunitas di dekatnya. Sedangkan komunitas-komunitas minor adalah mereka yang lebih kurang
tergantung kepada kumpulan-kumpulan tetangganya.
6. Kendeigh
Kendeigh (1980), menuliskan bahwa ekologi tumbuhan berhubungan dengan kajian komunitas
tumbuhan atau asosiasi tumbuhan. Satuan dasar di dalam sosiologi tumbuhan adalah asosiasi, yaitu
komunitas tumbuhan dengan komposisi floristik tertentu. Bagi ahli sosiologi tumbuhan, suatu
asosiasi adalah seperti suatu spesies.
Suatu asosiasi terdiri dari sejumlah tegakan, yang merupakan suatu satuan konkrit vegetasi
yang diamati di lapangan. Para ahli ekologi tumbuhan mempergunakan istilah komunitas dalam
suatu artian yang sangat umum, sedangkan istilah asosiasi memiliki suatu arti yang sangat khusus.

Ada tiga gagasan utama yang terlibat dalam definisi komuniats (Ngurah Rai, 1999):
a. Sifat minimum komunitas adalah hadirnya bersama beberapa spesies dalam suatu daerah.
b. Bahwa komunitas menurut beberapa ilmuwan adalah kumpulan kelompok spesies yang sama
terjadi berulang dalam ruang dan waktu. Ini berarti bahwa ada tipe komunitas yang memiliki
komposisi relatif tetap.
c. Ada sementara ilmuwan yang mengatakan bahwa komunitas memiliki kecenderungan menuju
ke arah stabilitas dinamik, dan bahwa keseimbangan ini cenderung dipulihkan jika terganggu, jadi
komunitas menunjukkan homeostasis.

5|Ekologi Tumbuhan.kelompok VIII


Nama komunitas harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat-sifat komunitas tersebut.
Cara yang paling sederhana, memberi nama itu dengan menggunakan kata-kata yang dapat
menunjukkan bagaimana wujud komunitas seperti padang rumput, padang pasir, hutan jati.
Cara yang paling baik untuk menamakan komunitas itu adalah dengan mengambil beberapa
sifat yang jelas dan mantap, baik hidup maupun tidak. Ringkasannya pemberian nama komunitas
dapat berdasarkan :
1. Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup atau indikator lainnya seperti
hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan Dipterocarphaceae, dapat juga berdasarkan sifat
tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil
2. Berdasarkan habitat fisik dari komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas pantai
pasir, komunitas lautan, dan lain-lain
3. Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe metabolisme komunitas.
Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah
hujan yang terbagi rata sepanjang tahun, maka disebut hutan hujan tropis.
Berbeda dengan cara diatas, Alechin (dalam Ngurah Rai, 1999), memberikan penjelasan cara
menentukan komunitas dilapangan yaitu dengan cara melihat persekutuan tumbuhan yang dapat
membentuk kelompok terbuka dan kelompok tertutup. Pada bentuk terbuka, orang dapat
membedakan penempatan tanpa integrasi: tegakan temporal atau permanen atau komunitas,
misalnya pada stand populasi campuran. Pada kelompok tertutup dalam arti terintegrasi atau
terpadu. Namun konsep ini masih banyak memiliki kelemahan.
Jadi, untuk identifikasi komunitas di lapangan, konsep komunitas sedapat mungkin harus tidak
terbatas. Untuk identifikasi semua level skala geografi cukup memakai dasar variasi dalam
homogenitas atau uniformitas penutup vegetasi, dimana variasi ini cukup jelas dengan penglihatan
atau visual (Ngurah Rai, 1999).
Lebih lanjut Ngurah Rai (1999), menjelaskan bahwa ada dua pengertian komunitas, yaitu
komunitas konkrit dan komunitas abstrak. Komunitas konkrit adalah konsep komunitas yang
mengacu kepada tegakan/ stand tumbuhan yang nyata terdapat di lapangan. Sedangkan komunitas
abstrak merupakan konsep komunitas yang memiliki bentuk asosiasi dan sosiasi.
Berdasarkan pandangan individualistik, komunitas tumbuhan terdiri dari kelompok tumbuhan
yang masing-masing mempertahankan individualitasnya. Namun adanya individualitas tumbuhan

6|Ekologi Tumbuhan.kelompok VIII


bukan berarti menghambat adanya hubungan tertentu diantara tumbuhan dalam komunitas.
Hubungan ini menurut Walter digolongkan dalam tiga kelas yaitu :
1. Pesaing Langsung (Direct Competitors), terjadi persaingan terhadap sumber daya lingkungan
yang sama karena menempati strata atas maupun bawah dalam suatu lahan yang sama.
2. Spesies Dependen (Dependent Species), spesies yang hanya dapat hidup pada niche tertentu
hanya dengan hadirnya tumbuhan lain. Sebagai contoh tumbuhan lumut yang hanya dapat tumbuh
pada kondisi mikroklimat tertentu yang dihasilkan oleh tegakan pohon.
3. Spesies Komplementer (Compementary Species), spesies yang tidak saling bersaing dengan
spesies lain karena persyaratan hidup cukup berhasil/ puas dengan menempati strata yang berbeda
atau dengan ritme musiman yang berbeda.
Pemberian nama dalam komunitas dapat berdasarkan pada, yaitu :
1. Bentuk atau struktur utama jenis dominan, bentuk-bentuk hidup atau individu lainnya seperti
hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan Dipterocarphaceae, dapat juga berdasarkan sifat
tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil.
2. Berdasarkan habitat fisik dari komunitas tumbuhan, seperti komunitas hamparan lumpur,
komunitas pantai pasir, komunitas larutan, dll.
3. Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe metabolisme komunitas.
4. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah
hujan yang terbagi rata sepanjang tahun, maka disebut hutan hujan tropik. (Rahardjanto.2001)

Konsep dasar dalam komunitas tumbuhan, dimana istilah tumbuhan dapat didefinisikan
sebagai suatu organisme hidup yang mempunyai kemampuan menangkap energi sinar matahari
dan mengubahnya menjadi energi kimia dalam bentuk senyawa-senyawa organik.
Istilah tumbuhan itu ditujukan terhadap semua makhluk hidup, baik mereka itu bersel satu
ataupun bersel banyak, asalkan mereka itu memiliki butiran-butiran hijau daun (kloroplas) yang
didalamnya terdapat zat hijau daun (klorofil). Jadi, suatu tumbuhan dapat berkisar mulai dari
bentuk bakteri hingga organisme-organisme yang nampak sebagai pohon-pohon raksasa misalnya
Rasamala (Syamsurizal,2000).
Dalam analisa komunitas, dikenal istilah keanekaragaman spesies. Dalam menentukan
indeks keragaman tersebut, ada beberapa metode analisa yang dapat digunakan, antara lain Indeks
Margalelef, Indeks Simpson, Indeks Menhenick, Indeks Brillouin, dan Indeks Shanon. Sedangkan

7|Ekologi Tumbuhan.kelompok VIII


indeks similiaritas biasanya dianalisa dengan indeks equitabilitas (e) dengan nilai kisaran antara
0-1.
Ada tujuh faktor yang mempenagruhi keanekaragaman spesies, yaitu :
1. Heterogenitas Habitat
2. Kompetitis
3. Ekologi Lingkungan
4. predasi
5. Stabilitas Lingkungan
6. Habitat yang produktif
7. Waktu

Contoh komunitas :

Mangrove merupakan komunitas tumbuhan berkayu yang khas terdapat di sepanjang pantai
terlindung atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove sering
pula disebut sebagai hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau atau hutan bakau.
Mangrove berfungsi menjebak dan menahan sedimen, merendam badai pantai dan energy
gelombang, memberi perlindungan bagi juvenile ikan dan biota avertebrata dan mengasimilasi

8|Ekologi Tumbuhan.kelompok VIII


nutrient untuk dikonversi menjadi jaringan tumbuhan, control terhadap erosi, menetralisasi limbah
cair dan sebagai sanctuary kehidupan liar ( Clark, 1982).
Di Kabupaten Supiori, hutan mangrove ditemukan di sepanjang pesisir Distrik Supiori
Timur sampai Distrik Supiori Selatan dan beberapa pulau kecil di Distrik Supiori Selatan.
Pemandangan hutan mangrove yang indah sepanjang pesisir sungai. Tercipta nuansa petualangan
selama perjalanan menyusuri hutan mangrove. Rangkaian perjalanan dari Desa Doubwo melewati
kawasan hutan mangrove. Terdapat begitu banyak burung kakaktua, Nuri, ikan bawal yang
bermain hingga ke permukaan muara sungai. Nuansa transportasi sungai di sepanjang hutan
mangrove.

Pandangan-Pandangan terhadap Komunitas


Pada dasarnya ada dua pandangan tentang komunitas tumbuhan yang saling bertentangan
yang sering dijumpai.
1. Kelompok sarjana yang berpandangan bahwa komunitas tumbuhan adalah unit-unit dengan
karakteristik sosiologi. Sehingga mereka memakai istilah sosiologi tumbuhan atau
Phytocoenology untuk memberi batasan ilmu yang berkaitan dengan komunitas tumbuhan. Ada
juga yang menganggap bahwa komunitas tumbuhan seperti organismee, dan ada yang
memandang sebagai unit yang lebih kompleks yang terdiri dari beberapa lapisan komunitas yang
disebut synusiae. Berikut akan dijelaskan beberapa pandangan para sarjana mengenai komunitas
tumbuhan.
a. Clement mempunyai pandangan bahwa komunitas tumbuhan dianalogikan sebagai
organisme. Komunitas tumbuhan dianggap sebagai unit kesatuan, sehingga pandangan ini juga
disebut titik pandang holistik. Clement memandang komunitas tumbuhan persis seperti
organismee: lahir, tumbuh berkembang menjadi dewasa, bereproduksi, dan kemudian akan mati.
Proses perkembangan suksesi mulai dari perkembangan stadia pioner sampai stadia klimaks stabil
dianggap menggambarkan dari proses lahir sampai dewasa. Sudah tentu padangan ini ada
kelemahannya, yaitu mati atau hilangnya komunitas sesungguhnya tidak bisa disamakan dengan
matinya organisme yang kehilangan fungsi organnya, tetapi matinya komunitas, artinya digantinya
sebagian atau keseluruhan oleh populasi yang baru oleh karena adanya perubahan lingkungan.
b. Braun-Blanquest, juga berpandangan analogi organisme, sehingga aspek klasifikasi
komunitas serupa dengan organisme yang diklasifikasikan ke dalam kelompok taksonomi.

9|Ekologi Tumbuhan.kelompok VIII


Komunitas tumbuhan dapat disamakan dengan spesies, dan komunitas dapat dipandang sebagai
unit dasar klasifikasi vegetasi, karenanya Braun-Blanquest mempunyai titik pandang sistematik.
Beberapa sarjana menekankan adanya diskontinuitas diantara komunitas tumbuhan, sedang
lainnya menekankan adanya kontinuitas dan bentuk transisi dalam vegetasi.
Tekanan pada diskontinuitas menganggap bahwa komunitas masing-masing jelas
terpisah satu sama lain, sehingga setiap komunitas dapat dikelompokkan dalam sistem klasifikasi.
Dalam hal ini tiap komunitas dapat diidentifikasikan sebagai anggota tipe komunitas tertentu
karena adanya spesies karakter yang ditafsirkan sebagai spesies kunci. Tetapi ini ada kelemahnnya,
karena spesies kunci ini akan kehilangan nilai diagnosanya kalau kajian komunitas diperlukan di
luar batas regional aslinya.
Tekanan pada kontinuitas menganggap komunitas tumbuhan bersifat dinamik sehingga
lebih menggangap adanya kontinuitas dalam ruang dan tidak ada batas mutlak antara komunitas
yang berdekatan. Ajaran ini dikenal sebagai ajaran kontinum atau ajaran Wisconsin.

2. Kelompok kedua berpandangan bahwa tumbuhan secara individual adalah sebagai satu-
satunya unit yang nyata di alam. Komunitas tumbuhan, dimana tumbuhan individu hidup bersama,
menurut paham ini tidak dapat secara jelas ditentukan sebagai unit. Salah satu pendukung dari
pandangan ini adalah Gleason yang mengajukan konsep komunitas tumbuhan yang disebut
sebagai konsep individualistik komunitas tumbuhan. Menurut pandangan ini penutup vegetasi
dipandang sebagai bentuk kontinum, yang berarti komunitas itu terdiri dari kombinasi tumbuhan
yang berubah secara kontinu.
Gleason menganggap benar bahwa komunitas tumbuhan eksestensinya tergantung pada kekuatan
selektif lingkungan tertentu, dan lingkungan berubah secara tetap dalam ruang dan waktu.
Karenanya, menurut pandangan ini tak ada dua komunitas yang serupa atau mempunyai hubungan
yang erat, dan masing-masing bersifat individualistik.
Walter mempunyai pandangan yang terletak diantara dua pendapat di atas. Pemunculan
kelompok tanaman serupa atau kombinasi spesies serupa dalam habitat serupa hampir tidak dapat
diingkari. Ini berarti komunitas nyata dapat dikenal, dan dengan demikian dapat dikaji. Komunitas
sedemikian dapat dengan mudah ditentukan batasnya pada tiap batas yang berbeda.
Secara lebih sederhana Barbour et al.,1987 (dalam Ngurah Rai, 1999) mengelompokkan
pandangan terhadap komunitas menjadi dua yakni (1) Pandangan Organismik, dan

10 | E k o l o g i T u m b u h a n . k e l o m p o k V I I I
(2) Pandangan Kontinum. Pandangan organismik menyatakan spesies dalam asosiasi
mempunyai batas distribusi serupa sepanjang aksis horizontal, dan banyak dari mereka muncul
sampai melimpah secara maksimal pada titik sama (noda). Ekotom (batas) antara asosiasi yang
berdekatan adalah sempit, dengan sangat sedikit adanya tumpang tindih pada kisaran-kisaran
spesies, kecuali untuk beberapa taksa umum yang didapatkan dalam banyak asosiasi. Pandangan
kontinum menyebutkan bahwa tidak adanya bentuk dominan taksa tunggal, dan juga hadirnya dan
kelimpahan kelompok spesies tidak berubah secara tajam sepanjang gradien lingkungan, oleh
karena itu noda-noda tidak diketemukan.
Adanya gambaran tentang perbedaan dalam komunitas vegetasi/ komunitas akibat adanya
perubahan floristik komunitas tumbuhan yang berkaitan dengan unidireksional dalam kalimat.
B. Struktur dan sifat-sifat komunitas
Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi
jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau
diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies
tetumbuhan yang menempati suatu habitat.
Hasil analisis komunitas tumbuhan diajikan secara deskripsi mengenai komposisi spesies
dan struktur komunitasnya. Struktur suatu komunitas tidak hanya dipengaruhi oleh hubungan
antarspesies, tetapi juga oleh jumlah individu dari setiap spesies organisme. Hal yang demikian itu
menyebabkan kelimpahan relatif suatu spesies dapat mempengaruhi fungsi suatu komunitas,
bahkan dapat memberikan pengaruh pada keseimbangan sistem dan akhirnya berpengaruh pada
stabilitas komunitas itu sendiri (Heddy, dkk., 1986).
Struktur komunitas tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif.
1. Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas menggambarkan
kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme.
2. Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif. Frekuensi kehadiran merupakan nilai
yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di dalam suatu habitat. Densitas (kepadatan)
dinyatakan sebagai jumlah atau biomassa per unit contoh, atau persatuan luas/volume, atau
persatuan penangkapan.
Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah
yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan. Suksesi-suksesi terjadi
sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitasnya dan memerlukan waktu.

11 | E k o l o g i T u m b u h a n . k e l o m p o k V I I I
Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam tingkat
ini komunitas sudah mengalami homoestosis
berdasarkan perilaku fisiologi dan keturunan, sesuatu jenis tumbuhan dapat memiliki sifat-
sifat sebagai berikut :
1. Evapotranspirator, adalah kemampuan tumbuhan menguapkan air ke udara lingkungannya
2. Pengumpul unsur-unsur hara tertentu yang potensial bersifat racun bagi pertumbuhan jenis suatu
tumbuhan lain.
3. Pengahasil senyawa allelokimia
4. Penyelenggara berbagai relung ekologi (Ecological niches).
(Soemarwoto, 1983).
C. Keanekaragaman atau diversitas Jenis
Soetjipta, 1993 (dalam Ngurah Rai, 1999), menyebutkan ada lima ciri komunitas yang telah
diukur dan dikaji adalah:
1. Keragaman spesies, dapat dipermasalahkan spesies hewan dan tumbuhan yang manakah yang
hidup dalam suatu komunitas tertentu. Deskripsi spesies semacam ini merupakan ukuran
sederhana bagi kekayaan spesies atau keragaman spesies/ diversitas spesies.
2. Bentuk dan struktur pertumbuhan. Tipe komunitas dapat diberikan dengan kategori utama bentuk
pertumbuhan: pohon, perdu atau lumut selanjutnya ciri ini dapat di rinci ke dalam kategori bentuk
pertumbuhan lebih kecil misalnya pohon yang berdaun lebar dan pohon berdaun jarum. Bentuk
pertumbuhan ini dapat menentukan stratifikasi.
3. Dominansi, dapat diamati bahwa tidak semua spesies dalam komunitas sama penting
menentukan sifat komunitas. Dari beratus spesies yang mungkin ada di dalam suatu komunitas,
secara nisbi hanya beberapa saja yang berpengaruh mampu mengendalikan komunitas tersebut.
Spesies dominan adalah spesies yang secara ekologik sangat berhasil dan yang mampu
menentukan kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhannya.
4. Kelimpahan nisbi. Proporsi spesies yang berbeda dalam spesies dapat ditentukan.
5. Struktur tropik. Hubungan makanan spesies dalam komunitas akan menentukan arus energi dan
bahan dari tumbuhan ke herbivora ke karnivora.

D. Karakteristik komunitas Tumbuhan

12 | E k o l o g i T u m b u h a n . k e l o m p o k V I I I
Barbour et al, 1987 (dalam Ngurah Rai, 1999) menyebutkan ada delapan sifat atau atribut
komunitas tumbuhan seperti tampak pada tabel di bawah ini.

1. Fisiognom 5. Daur nutrient

- Arsitek - Kebutuhan nutrien

- Life form - Kapasitas penyimpanan

- Cover, leaf area index (LAI) - Laju kembalinya nutrien ke


tanah
- Fenologi
- Efisiensi penahanan nutrien
pada daur nutrien.

2. Komposisi spesies 6. Perubahan atau


perkembangan
- Spesies karakteristik
- Menurut waktu
- Spesies umum dan kebetulan
- Suksesi
- Arti penting relatif (cover, densitas
dll) - Stabilitas

- Tanggapan terhadap
perubahan klimatik

- Evolusi

3. Pola spesies 7. Produktivitas

- Spatial atau ruang - Biomassa

- Luas niche dan tumpang tindih - Produktivitas bersih tahunan

- Efesiensi produktivitas bersih

- Alokasi produksi bersih

13 | E k o l o g i T u m b u h a n . k e l o m p o k V I I I
4. Diversitas spesies 8. Kreasi dan pengendalian
lingkungan mikro
- Kekayaan

- Kerataan

- Diversitas (dalam stand dan diantara


stand)

(Syafei. 1990)

E. Fisiognomi, Komposisi Spesies, dan Pola Ruang atau Spatial


a. Fisiognomi
Fisiognomi adalah kenampakan eksternal vegetasi, struktur vertikal(arsitektur atau struktur
biomas), dan bentuk pertumbuhan (growth form) taksa dominan. Fisiognomi merupakan sifat yang
muncul pada komunitas.
Struktur vertikal mengacu pada tinggi dan penutupan kanopi tiap lapisan dalam komunitas.
Penutupan kanopi dinyatakan sebagai persentase tanah yang ditutupi oleh kanopi bila kanopi
diproyeksikan kebawah. Penutupan dapat juga dinyatakan sebagai leaf area index (LAI).
b. Komposisi spesies
Komposisi spesies suatu komunitas juga sangat penting, karena komunitas ditentukan atas
dasar floristik. Kelimpahan(abundance), arti penting (importance), atau dominasi tiap spesies
dapat dinyatakan secara numerical, sehingga komunitas dapat dibandingkan atas dasar kesamaan
dan perbedaan spesies.
c. Susunan ruang
Susunan ruang spesies adalah sifat lain komunitas. Individu dalam suatu spesies dapat
tertagih(distribute) secara acak atau mengelompok atau clumped (interaksi positif atau netral ),
atau terlalu memancar atau overdispered (interaksi negatif).
Arti penting interaksi spesies dan interdependensi terhadap komunitas memperkirakan
bahwa komunitas stabil, memperlihatkan lebih banyak terjadinya interaksi spesies pada komunitas
transient/sementara.

14 | E k o l o g i T u m b u h a n . k e l o m p o k V I I I
Pemberian komunitas berdasarkan pada fisiognomi, life form, tumpang tindih niche,
adalah berguna karena kemungkinana perbandingan stand yang terpisah jauh yang mempunyai
persamaan floristik atau tidak.

Kekayaan spesies, kemerataa, dan keanekaragaman/ Diversitas


a. Kekayaan spesies
Kekayaan spesies adalah jumlah spesies dalam area pada suatu komunitas, tiap spesies nampaknya
tidak mempunyai jumlah individu sama.
b. Agihan individu antar spesies disebut kemerataan atau ekuibilitas spesies. Kemerataan menjadi
maksimum jika semua spesies mempunyai jumlah individu yang sama.
c. Diversitas spesies adalah gabungan kekayaan dan kemerataan. Diversitas spesies adalah kekayaan
spesies yang di bobotkan leh kemerataan spesies, dan terdapat rumus untuk menyatakan bilangan
indeks tunggal. Secara biologis, diversitas adalah heterogenitas populasi suatu omunitas.

Daur dan pola alokasi


Enam belas elemen telah dikenal sebagai persyaratan untuk pertumbuhan normal dan
perkembangan tumbuhan tinggi: karbon, hidrogen, fosfor, oksigen, manganese, tembaga,
potassium, sulfur, magnesium, besi, boron, seng, chlorine dan molybdenum.
Komunitas membutuhkan nutrien essensial yan tidak sama dari tamah. Komunitas memiliki
laju/rate pengambilan nutrien ke tanah yang efisiensi daur tumbuhan-tanah-tumbuhan yanh
berbeda. Nutrien dikembalikan ke tanah dalam bentuk jatuhkan serasah.
Komunitas suksesional awal memerlukan sedikit nitrogen tanah yang mengakumulasi sangat
sedikit nutrien di dalam jaringannya dan mengembalikan nutrien dengan cepat ke tanah.
Stabilitas
Stabilitas adalah term yang kompleks dan mencakup beberapa kualitas objek. Komponen
stabilitas yang pertama adalah resistensi, yaitu kemampuan komunitas untuk tetap tak berubah
selama periode stres. Yang kedua adalah daya lenting/Resilience adalah kemampuan komunitas
untuk kembali kebentuk normal setelah terjadi proses gangguan atau stres. Yang ketiga adalah
tinggal-perbedaan/variance maksudnya kemampuan komunitas untuk memperlihatkan
kelimpahan yang tinggi pada beberapa spesies. Yang ke empat adalah kegigihan/persintenc yaitu
kemampuan untuk relatif tak berubah sepanjang waktu.

15 | E k o l o g i T u m b u h a n . k e l o m p o k V I I I
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu
yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
Komunitas tumbuhan adalah seluruh populasi tumbuhan yang hidup bersama pada suatu daerah.
Populasi tumbuhan ini secara genetik terdiri dari individu-individu spesies tumbuhan dan secara
ekologi mereka adalah anggota dari ekosistem. Ekosistem tumbuhan terdiri dari kumpulan spesies
tumbuhan yang bersama-sama membentuk suatu masyarakat tumbuhan yang disebut komunitas.
Struktur komunitas
a. Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas menggambarkan
kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme.
b. Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif.
Sifat komunitas berdasarkanerilaku fisiologi dan keturunannya :
a. Evapotranspirator, adalah kemampuan tumbuhan menguapkan air ke udara lingkunganny
b. Pengumpul unsur-unsur hara tertentu yang potensial bersifat racun bagi pertumbuhan jenis suatu
tumbuhan lain
c. penghasil senyawa allelokimia
d. penyelenggara berbagai relung ekologi (Ecological niches).

16 | E k o l o g i T u m b u h a n . k e l o m p o k V I I I
DAFTAR PUSTAKA

Tanjung, Rahma.2014.Ekologi Tumbuhan: Komunitas


Tumbuhan.http://rahmatanjung.blogspot.com/2014/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html.
Diakses 22 April 2015, 21.10 WITA
Sanjaya,Alit Adi.2010.komunitas (ekologi tumbuhan).
http://alitadisanjaya.blogspot.com/2010/12/komunitas-ekologi-tumbuhan.html. Diakses
22 April 2015, 21.10 WITA

17 | E k o l o g i T u m b u h a n . k e l o m p o k V I I I

Anda mungkin juga menyukai