Pemateri: M. Hasyim
26 Juni 2022
Menurut World Research Institution,
kendati deforestasi di tingkat global amat
mencemaskan keberlanjutan ekosfer,
deforestasi di Indonesia pada tahun
2020 menurun selama empat tahun
berturut-turut (Weisse & Goldman,
2012).
Kemenag mencatat bahwa, hingga April
2022, ada 26.975 pesantren yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia
(www.dataindonesia.id). Dalam konteks
ini, pesantren di Indonesia dari segi
kuantitas memiliki potensi untuk
menyuarakan ekoteologi Islam.
Nilai-nilai religiositas dalam pesantren
yang ditimba langsung dari Al-Qur’an,
hadis, dan turath al-isla>mi>yah dapat
menjadi sarana yang kukuh dalam
mengemban tugas merumuskan
paradigma ekoteologi Islam.
Pesantren yang telah berkiprah sebagai
episentrum pencanangan ekoteologi
Islam dan sebagai pusat transformasi
sosial masyarakat dalam bidang ekologi
di antaranya:
1. Pondok Pesantren Pabelan.
2. Pondok Pesantren Annuqayah.
3. Pondok Pesantren Maslakul Huda.
4. Pondok Pesantren Darunnaja
5. Pondok Pesantren Ath-Thaariq Garut
6. Pondok Pesantren Al-Amin Sukabumi
Terima
Kasih
M. Hasyim
Dalam FGD Riset UINSBY
Langitan, 26 Juni 2022
FGD-3
Pemateri: M. Hasyim
25 Juli 2022
Ekoteologi bertumpu pada premis bahwa
ada kemungkinan untuk mengawinkan
pemahaman tentang Tuhan yang ada
dalam teologi dengan kepedulian
terhadap lingkungan. Ekoteologi dapat
didefinisikan sebagai suatu refleksi
teologis untuk bersikap terhadap
lingkungan.
Di dalam ekoteologi, titik fokus yang
selalu dikaji adalah relasi manusia dan
Tuhan, dan kosmos atau alam. Relasi
segitiga Tuhan-manusia-alam harus
disoroti secara simultan dan secara
seimbang dengan pembacaan ulang
yang diberatkan pada rekonseptualisasi
alam itu sendiri (Mahzumi, 2018).
Menyadari pluralitas interpretasi dalam
Islam, pertanyaan gentingnya apakah
manusia sebagai khalifah memiliki
privilese di muka bumi? Apakah konsep
khalifah, selalu mengarah pada
antroposentrisme dengan segala
implikasi negatifnya bagi kelestarian
alam?
Bagi Bagir dan Martiam (2017: 81),
proyek rekonstruksi ekoteologi Islam
tidak perlu terbentur dan terhenti hanya
pada urusan dikotomi. Ekoteologi Islam
dapat bermanuver secara lebih realistis
dalam meneropong berbagai pandangan
kosmologi Islam.
Hubungan antara manusia sebagai
khalifah dan nonmanusia tidak serta-
merta dipahami sebagai hubungan
dominasi seperti yang disiratkan oleh
Afrasiabi (2003: 283-287). Ibrahim
Özdemir (2003: 25-26) menegaskan
“manusia berada di puncak rantai agung
wujud”, tetapi bukanlah “pemilik alam”.
Terima
Kasih
M. Hasyim
Dalam FGD Riset UINSBY
Langitan, 25 Juli 2022
FGD-5
PENGARUSUTAMAAN
EKOTEOLOGI ISLAM PADA
SANTRI DI PP. LANGITAN TUBAN
MENUJU PESANTREN
PENGGERAK KESADARAN HIJAU
Pemateri: Dr. M. Hasyim, M.Ag
Progres Riset
3. Aksi-aksi Ekologis
Artikel berjudul: