Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

BIOTEKNOLOGI DAN KONSERVASI

Disusun guna memenuhi tugas matakuliah Ekologi Hewan

Dosen Pengampu:
Dr. Diah Mustikasari, S.Pi.,M.Si.

Disusun Oleh:
Kelompok II
Neng Fitri Ramadhani 10421013
Siti Latifah 10421017
Tira Nurfatwa Sarriliani 10421021
Yulia Daniati 10421023

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WANITA INTERNASIONAL
BANDUNG
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dr. Diah Mustikasari, S.Pi.,
M.Si sebagai dosen pengampu mata kuliah Ekologi Hewan yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bandung, 6 Februari 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Hlm
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….. iv
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 2
1.4 Tujuan Penulisan ………………………………………………….......... 2

BAB II: PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Bioteknologi dan Konservasi …........................................... 3
2.2 Peran Penting Bioteknologi bagi Lingkungan………………………… 4
2.3 Peran Penting Bioteknologi dalan Konservasi Hewan………………... 6
2.4 Pengerian GMO………………………………………………………. 6
2.5 Pro dan Kontra GMO pada Hewan…………………………………… 10
2.6 Dampak GMO Terhadap Perubahahan Lingkungan…………………. 13

BAB III: PENUTUP


3.1 Kesimpulan……………………………………………………………... 16

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 17

iii
DAFTAR GAMBAR

Hlm
Gambar 1. …………………………………………………………………. 7

Gambar 2. …………………………………………………………………. 8
Gambar 3. …………………………………………………………………. 9
Gambar 4. …………………………………………………………………. 9

Gambar 5. …………………………………………………………………. 10

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bioteknologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari pemanfaatan
makhluk hidup (bakteri, fungi, virus), maupun produk dari makhluk hidup (enzim,
alkohol,antibiotik, asam organik) dalam proses produksi untuk menghasilkan
barang dan jasa yang dapat digunakan oleh manusia. Dimasa ini, perkembangan
bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu
terapan dan murni lain, seperti biokimia, komputer, biologi molekular,
mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan lain sebagainya. Dengan kata lain,
bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai cabang ilmu
dalam proses produksi barang dan jasa.
Bioteknologi secara umum dianggap sebagai “setiap teknik yang
menggunakan organisme hidup untuk membuat atau memodifikasi suatu produk,
untuk memperbaiki tanaman atau hewan, atau untuk mengembangkan
mikroorganisme untuk kegunaan tertentu”. Bioteknologi modern menawarkan
potensi besar untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas pertanian, kehutanan,
dan perikanan. Gen dari tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme yang tumbuh subur
di hutan, ladang, dan lautan di negara berkembang merupakan bahan baku strategis
untuk pengembangan komersial produk farmasi, pertanian, dan industri baru.
Meskipun kekayaan genetik, khususnya di wilayah tropis seperti hutan hujan,
dulunya merupakan dana perwalian yang relatif tidak dapat diakses, kini kekayaan
genetika dengan cepat menjadi mata uang yang sangat berharga. Bioteknologi
berkembang sangat pesat, terutama di negara negara maju. Kemajuan ini ditandai
dengan ditemukannya berbagai macam teknologi semisal rekayasa genetika, kultur
jaringan, DNA rekombinan, pengembangbiakan sel induk, kloning, dan lain-lain.
Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan kualitas suatu organisme melalui
aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi tersebut dapat memodifikasi fungsi biologis
suatu organisme dengan menambahkan gen dari organisme lain atau merekayasa
gen pada organisme tersebut.
Bioteknologi telah membantu konservasi sumber daya genetik tanaman dan
hewan melalui metode baru untuk mengumpulkan dan menyimpan gen, (seperti

1
benih dan kultur jaringan), deteksi dan eliminasi penyakit pada koleksi bank gen,
identifikasi gen yang berguna, peningkatan teknik untuk penyimpanan jangka
panjang, distribusi plasma nutfah yang lebih aman dan efisien kepada pengguna.
Bioteknologi berkontribusi terhadap konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman
hayati secara berkelanjutan, namun terdapat beberapa wilayah dimana bioteknologi
modern dapat menghambat pembangunan atau menimbulkan kesulitan serius bagi
masyarakat pedesaan.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Bioteknologi dan Konservasi?
b. Bagaimana peran penting Bioteknologi bagi kehidupan bidang lingkungan?
c. Bagaimana peran penting bioteknologi dalam konservasi hewan?
d. Apa yang dimaksud dengan Genetically Modified Organism (GMO)?
e. Bagaimana dampak GMO terhadap perubahan lingkungan?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Mengetahui pengertian bioteknologi dan konservasi
b. Mengetahui peran penting bioteknologi bagi kehidupan bidang lingkungan
c. Mengetahui peran penting bioteknologi dalam konservasi hewan
d. Mengetahui pengertian Genetically Modified Organism (GMO)
e. Mengetahui dampak GMO terhadap oerubahan lingkungan

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bioteknologi dan Konservasi
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk
hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup
(enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.
Bioteknologi juga memiliki teknik pendayagunaan organisme hidup atau bagiannya
untuk membuat,memodifikasi,meningkatkan, atau memperbaiki sifat makhluk
hidup serta mengembangkan mikroorganisme untuk penggunaan khusus.
Konservasi adalah pemeliharaan dan perlindungan sesuatu secara teratur
untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan jalan mengawetkan,
pengawetan dan pelestarian. Konservasi sumber daya alam pengelolaan sumber
daya alam (hayati) dengan pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin
kesinambungan persediaan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas
nilai dan keragamannya, sedangkan konservasi pangan yaitu pengelolaan sumber
daya gizi dengan pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin kesinambungan
persediaan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan
keragamannya (Widianti 2014).
Bioteknologi dapat digolongkan menjadi bioteknologi konvensional
tradisional dan modern.
1. Bioteknologi kovensional merupakan bioteknologi yang memanfaatkan
mikroorganisme untuk memperoduksi alcohol, asam asetat, gula atau bahan
makanan, seperti tempe, tape, oncom,dan kecap. Mikroorganisme dapat
merubah bahan pangan. Proses yang dibantu mikroorganisme, misalnya
dengan fermentasi,hasilnya antara lain tempe, tape, kecap, keju dan yoghurt.
Peroses tersebut dianggap sebagai bioteknologi masalalu. Ciri khas yang
tampak pada biologi konvesional, yaitu adanya penggunaan mahluk hidup
secara langsung dan adanya pengolahan bahan makanan.
2. Bioteknologi modern dengan rekayasa genetika memanfaatkan
keterampilan manusia dalam melakukan manipulasi makhluk hidup agar
dapat digunakan untuk menghasilkan barang yang diinginkan dalam bidang
produksi pangan misalnya tanaman transgenik.
Bioteknologi konensional maupun modern bisa digunakan untuk konservasi
pangan. Penggunaan bioteknologi konvensional digunakan untuk meningkatkan
nilai gizi dan cita rasa suatu bahan pangan, sedangkan bioteknologi modern
berperan sebagai salah satu cara untuk memproduksi suatu bahan pangan dalam
jumlah besar, memperbaiki nilai gizinya menggunakan rekayasa genetika Doppelt
(2005).

3
2.2 Peran Penting Bioteknologi bagi Kehidupan Pada Bidang Lingkungan
Bioteknologi berasal dari kata bios yaitu hidup, teuchos yaitu alat dan logos
yaitu ilmu. Bioteknologi dapat didefinisikan sebagai ilmu dan teknologi terapan
terkait penggunaan sistem biologis yang terdapat pada organisme; penggunaan
organisme hidup itu sendiri untuk membuat kemajuan teknologi serta mengadaptasi
teknologi tersebut ke berbagai bidang. Aplikasi bioteknologi bertujuan untuk
meningkatkan nilai makhluk hidup, menghasilkan produk berbasis sumber daya
alam hati, memanfaatkan makhluk hidup untuk memproduksi barang, sebagai
contoh enzim. Secara garis besar, ruang lingkup bioteknologi digolongkan dengan
warna yaitu:
1. Bioteknologi hijau (Green Biotechnology) mempelajari aplikasi
bioteknologi di bidang pertanian misalnya menghasilkan tanaman tahan
hama, menghasilkan tanaman dengan kandungan gizi tinggi, atau
menghasilkan tanaman dengan kandungan bahan aktif yang berpotensi
sebagai bahan baku obat. Aplikasi bioteknologi pada tumbuhan antara lain
kultur jaringan, domestikasi, dan rekayasa genetika.
2. Bioteknologi merah (Red Biotechnology) mempelajari aplikasi
bioteknologi di bidang kesehatan misalnya pengembangan vaksin dan
deteksi penyakit dengan metode diagnostik molekuler.
3. Bioteknologi biru (Blue Biotechnology) mempelajari aplikasi bioteknologi
pada proses-proses yang terjadi di sekeliling yang terkait akuatik.
4. Bioteknologi putih (White Biotechnology) mempelajari aplikasi
bioteknologi pada industri salah satu dalam memproduksi enzim dengan
menggunakan mikroorganisme.
5. Bioteknologi telah diaplikasikan di hampir setiap bidang seperti kesehatan,
industri makanan, nutrasetika, farmasetika, pertanian, dan bioremediasi :
1) Bidang Medis dan Kesehatan
Bioteknologi medis menggunakan sel hidup dan bahan sel lainnya
untuk menunjang kesehatan manusia. Obat-obatan berbasis
bioteknologi telah diproduksi menggunakan organisme hidup
seperti bakteri, ragi, dan sel hewan atau tumbuhan. Sebagai contoh,
insulin, hormon yang digunakan untuk mengobati diabetes, dibuat
dengan teknologi rekombinasi DNA dengan memasukkan DNA
manusia ke dalam materi genetik dari bakteri seperti E. coli dan
Saccharomyces cerevisiae (Baeshen et al., 2014). Aplikasi
bioteknologi lainnya adalah mengembangkan metode deteksi untuk
penyakit virus seperti COVID-19 dengan menggunakan teknologi
PCR (Aileni et al., 2022).
2) Bidang Pertanian dan Pangan
Bioteknologi pertanian berfokus pada pengembangan tanaman hasil
rekayasa genetika untuk meningkatkan hasil panen, kualitas, dan
ketahanan terhadap penyakit. Modifikasi genetik tanaman telah
dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman yang tahan terhadap

4
hama, kekeringan, dan suhu ekstrim. Bioteknologi juga membuat
mungkin untuk mengembangkan tanaman yang memiliki nilai gizi
yang lebih tinggi dan masa simpan yang lebih lama. Contohnya
adalah gen jamur Bacillus thuringiensis yang dipindahkan ke
tanaman jagung sebagai anti hama (Federici, 2002). Selain itu,
bioteknologi telah memungkinkan pengembangan jenis ternak dan
unggas yang tahan terhadap penyakit dan memiliki produksi daging
dan susu yang lebih baik. Bioteknologi juga berkontribusi pada
pengembangan praktik pertanian yang berkelanjutan yang
mengurangi penggunaan pestisida dan pupuk sehingga mengurangi
kerusakan lingkungan.
Dalam industri makanan, bioteknologi telah berkontribusi
pada pengembangan berbagai produk makanan yang lebih sehat,
lebih bernutrisi, dan memiliki masa simpan yang lebih lama. Salah
satu aplikasi bioteknologi yang paling signifikan dalam industri
makanan adalah pengembangan organisme yang dimodifikasi secara
genetik (GMO). GMO adalah organisme yang bahan genetiknya
telah dimodifikasi menggunakan bioteknologi untuk meningkatkan
sifat-sifat tertentu, seperti peningkatan hasil atau peningkatan
ketahanan terhadap hama dan penyakit. GMO digunakan dalam
produksi berbagai produk makanan, termasuk jagung, kedelai, dan
kapas. Bioteknologi juga membuat mungkin untuk mengembangkan
enzim yang digunakan dalam produksi keju, roti, dan bir (Haroon &
Ghazanfar, 2016).
3) Bidang Kelautan dan Perikanan
Bioteknologi merupakan aplikasi bioteknologi pada sumber daya
perairan contohnya adalah rekayasa genetika udang tahan hama
(virus). Selain itu, bioteknologi kelautan juga meliputi pengelolaan
dan pemanfaatan bahan baku untuk menghasilkan bio-based produk
seperti biodegradable plastik dari rumput laut. Bioteknologi
kelautan juga berfokus pada riset metagenomik pada organisme laut
dalam yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi
pengembangan produk enzim maupun potensi bakteri laut untuk
bioremediasi.
4) Bidang Industri dan Lingkungan
Bioteknologi industri dapat diartikan sebagai penggunaan makhluk
hidup seperti ragi, jamur, bakteri, dan tumbuhan serta enzim untuk
menghasilkan produk yang lebih ramah lingkungan, membutuhkan
sedikit energi, dan menghasilkan lebih sedikit limbah. Beberapa
contoh aplikasi bioteknologi putih (bioteknologi industri) adalah
pemanfaatan enzim sebagai deterjen untuk mencuci pakaian,
pengembangan vegan leather berbahan dasar miselia jamur dan

5
penggunaan mikroorganisme untuk menghasilkan enzim dan bahan
farmasetika.
Bioteknologi lingkungan digunakan dalam pengolahan
limbah dan pencegahan polusi yang dapat membersihkan banyak
limbah secara lebih efisien dibandingkan dengan metode
konvensional. Bioremediasi adalah salah satu aplikasi bioteknologi
yang paling menarik dalam ilmu lingkungan. Bioremediasi adalah
penggunaan mikroorganisme untuk memecah atau menghilangkan
polutan dari lingkungan (Rath, 2012). Bioremediasi digunakan
untuk membersihkan tumpahan minyak, tanah yang terkontaminasi,
dan air limbah. Bioteknologi juga memungkinkan untuk
mengembangkan plastik biodegradable, sehingga mengurangi
jumlah sampah plastik yang berakhir di tempat pembuangan
sampah.

2.3 Peran Penting Bioteknologi Dalam Konservasi Hewan


Memodifikasi materi genetik hewan telah banyak dilakukan dengan tujuan
memiliki berbagai macam manfaat yang bisa diambil, antara lain:
(1) Bidang Sains dan Kedokteran
Hewan yang secara genetika sudah dimodifikasi atau dikenal dengan istilah
Genetically Modified Animal (GMA), seperti pada hewan uji yakni mencit
dapat digunakan untuk penelitian bagaimana fungsi yang ada pada hewan.
Disamping itu juga digunakan untuk memahami dan mengembangkan
perlakuan pada penyakit baik pada manusia mapun hewan.
(2) Pengobatan Penyakit
Beberapa penelitian telah menggunakan protein pada manusia untuk
mengobati penyakit tertentu dengan cara mentransfer gen manusia ke dalam
gen hewan, misalnya domba atau sapi. Selanjutnya hewan tersebut akan
menghasilkan susu yang memiliki protein dari gen manusia yang akan
digunakan untuk penyembuhan pada manusia.
(3) Modifikasi Hasil Produksi Hewan
Beberapa negara melakukan rekayasa genetik pada hewan ternak yang
diharapkan akan menghasilkan hewan ternak yang cepat pertumbuhanya,
tahan terhadap penyakit, bahkan menghasilkan protein atau susu yang
sangat bermanfaat bagi manusia (BSAS, 2011).

2.7 Pengertian GMO


Genetically Modified Organism (GMO) merupakan bagian penting dalam
perkembangan ilmu biologi terutama cabang ilmu bioteknologi. GMO adalah
organisme (dalam hal ini lebih ditekankan kepada tanaman dan hewan) yang
telah mengalami modifikasi genome (rangkaian gen dalam chromosome)
sebagai akibat ditransformasikannya satu atau lebih gen asing yang berasal dari
organisme lain (dari species yang sama sampai divisio yang berbeda). Gen yang

6
ditransformasikan diharapkan dapat mengeluarkan atau mengekspresikan suatu
produk yang bermanfaat bagi manusia.(herlanti, 2014).
Rekayasa genetika adalah gambaran dari bioteknologi yang di dalamnya
meliputi manipulasi gen, kloning gen, DNA rekombinan, teknologi modifikasi
genetik, dan genetika modern dengan menggunakan prosedur identifikasi,
replikasi, modifikasi dan transfer materi genetik dari sel, jaringan, maupun
organ (Karp, 2002; Nicholl, 2002). Sebagian besar teknik yang dilakukan
adalah memanipulasi langsung DNA dengan orientasi pada ekspresi gen
tertentu. Dalam skala yang lebih luas, rekayasa genetika melibatkan penanda
atau marker yang sering disebut sebagai Marker-Assisted Selection (MAS)
yang bertujuan meningkatkan efisiensi suatu organisme berdasarkan informasi
fenotipnya (Lewin, 1999; Klug dan Cummings, 2002). Salah satu dari aplikasi
rekayasa genetika berupa manipulasi genom hewan. Hewan yang sering
digunakan menjadi uji coba adalah mamalia. Mamalia memiliki ukuran genom
yang lebih besar dan kompleks dibandingkan dengan virus, bakteri, dan
tanaman. Sebagai konsekuensinya, untuk memodifikasi genetik dari hewan
mamalia harus menggunakan teknik genetika molekular dan teknologi
rekombinasi DNA yang memiliki tingkat kerumitan yang kompleks dan
mahalnya biaya yang diperlukan dalam penelitian (Murray et al., 1999).
1. Metode Rekayasa Genetika
Beberapa metode yang sering digunakan dalam teknik rekayasa genetika
meliputi pengunaan vektor, kloning, PCR (Polymerase Chain Reaction),
dan seleksi, screening, serta analisis rekombinan. Adapun langkah-langkah
dari rekombinasi genetik meliputi :
(1) Identifikasi gen yang diharapkan;
(2) Pengenalan kode DNA terhadap gen yang diharapkan;
(3) Pengaturan ekpresi gen yang sudah direkayasa; dan
(4) Pemantauan transmisi gen terhadap keturunannya (BSAS, 2011;
Nicholl, 2002).

2. Perkembangan Terbaru Rekayasa Genetika Hewan


1) GlowFish

Gambar 6. GloFish multiwarna (sumber: www.glofish.com).

7
Ikan Bercahaya GloFish merupakan salah satu contoh hewan transgenik
yang direkayasa secara genetiknya. Ikan ini dikembagkan dari Amerika
Serikat yang merekayasa DNA dari ikan zebra (Danio rerio) dengan gen
pengkode protein flourens warna hijau dari gfp (green flourescent
protein). Namun secara fenotip, warna yang dihasilkan bukan hanya
warna hijau saja melainkan warna kuning hingga merah (Pray, 2008).

2) Sapi Transgenik Penghasil Protein Susu

Gambar 7. Sapi Transgenik (sumber : https://shorturl.at/aewE9)

Rekombinan Teknologi transgenik ini telah sukses dilakukan untuk


kepentingan di bidang agrikultur dalam meningkatkan mutu kualitas
pangan. Pada hewan uji yang berupa lembu jarang sekali dilakukan
percobaan transgenik hal ini dikarenakan banyak kendala seperti masa
regenerasinya butuh waktu sekitar 2 tahun. Namun para peneliti
akhirnya bisa menyisipi gen penghasil α-lactalbumin yang berasal dari
manusia. Dari hasil uji produksi susu sebesar 91 ml, ditemukan sekresi
α–lactalbumin dengan konsentrasi 2,4 mg ml-1 (Eyestone, 1999).
Metode yang digunakan adalah melakukan fertilisasi secara in vitro
yang selanjutnya akan dihasilkan zigot. Tahap berikutnya zigot akan
diinjeksi dengan DNA yang mengandung gen α–lactalbumin. Proses
injeksi dengan menggunkan teknik microinjection (Gambar 3).
Selanjutnya zigot dikultur selama 6 atau 7 hari dengan menggunakan
media sintetik yang menyerupai cairan oviduk. Setelah itu akan tumbuh
menjadi embrio dan ditransfer ke rahim lembu untuk proses kehamilan
(Eyestone, 1999).

8
Gambar 8. Proses microinjection (Sumber: UCI)

3) Kelinci Penghasil Bispesifik T-Cell Antibody


Salah satu penyakit pada manusia yang mematikan adalah kanker.
Penyakit ini dapat diatasi dengan meningkatkan antibodi sel T. Sekarang
dengan menggunakan rekayasa genetika, kelinci dapat dipakai sebagai
hewan uji untuk menghasilkan dua macam antibodi spesifik, yakni
molekul CD28 dan r28M yang mampu menginduksi TCR/CD3 yang
mampu membunuh sel kanker. Dengan ditemukannya antibodi
bispesifik ini dapat diharapkan untuk mendapatkan cukup banyak
pengetahuan tentang antibodi bispesifik bagi aplikasi medis (Hovest et
al.,2004).

4) Tikus Transgenik Resisten Terhadap Infeksi Bakteri


Resistensi suatu bakteri terhadap jenis antibiotik merupakan salah satu
masalah yang serius bagi dunia medis dan farmasi. Oleh karena itu
diperlukan suatu hewan ternak yang mampu menghasilkan protein
antibiotik. Namun, dalam hal ini tikus digunakan sebagai uji coba
terlebih dahulu. Salah satu protein penghasil antimikroba adalah
Protegrin-1 (PG-1) yang meru-pakan derivat dari neutrofil. Pada
percobaan ini, digunakan cDNA melalui reverse transkripsi-PCR (RT-
PCR) dengan primer upstream 5′-ATGGAGACCCAGAGAGCCAG-3′
dan primer downstream 5′-TCATCCTCGTCCGACA CAGA-3′.
Adapun gen yang mengkode PG-1 adalah gen PG-1-His (Gambar 4).

9
Gambar 9. Gen PG-1-His yang menghasilkan protein antimikroba
(Protegrin-1)

Setelah dilakukan penyisipan gen, maka tikus transgenik tersebut


diinjeksi dengan bakteri Actinobacillus suis pada paru-parunya.
Sebagai perbandingan dilakukan injeksi pula pada tikus tipe alami
(WT=wild type). Pada percobaan ini dilakukan tiga variasi, dimana
paru-paru tikus diinkubasi dengan media phosphate-buffered
saline(PBS; pH 7,4), paru-paru tikus transgenik (TG), dan paru-paru
tikus tipe alami (WT). Dari percobaan tersebut dihasilkan sesuai dengan
Gambar 5.

Gambar 10. Histopatologi dari jaringan paru-paru berbagai perlakuan setelah


dinjeksi dengan bakteri Actinobacillus suis.

Berdasarkan gambar tersebut, jaringan paru-paru yang diinkubasikan di


media PBS (Gambar a, b, c) menunjukkan hasil penampakkan yang
masih normal. Sementara pada paru-paru tikus transgenik (gambar d, e,
f) menunjukkan adanya penumpukkan neutrofil. Kemudian pada paru-
paru tikus tipe alami (gambar g, h, i) menunjukkan adanya neutrofil dan
makrofag dalam jumlah yang besar, sehingga jaringan tersebut
mengalami kerusakan akibat infeksi bakteri Actinobacillus suis
(Queenie, 2008).

2.8 Pro dan Kontra GMO Pada Hewan


Kontroversi Produk GMO Pelepasan GMO ke lingkungan telah menjadi
kontroversial di seluruh dunia (Amin dan Jahi, 2004; Singh et al., 2006).
Kontroversi tersebut terkait dengan kemungkinan resiko terhadap berbagai aspek
kehidupan masyarakat seperti: kesehatan, lingkungan, agama, budaya, etika,
psikologi, dan lain-lain. Suatu teknologi dapat memberi manfaat yang besar bagi

10
kesejahteraan masyarakat, akan tetapi tidaklah mutlak tanpa resiko, begitu juga
dengan rekayasa genetika.
A. Pro GMO
Penggunaan Organisme yang Dimodifikasi Genetik (GMO) pada hewan
membuka pintu bagi potensi revolusioner dalam peningkatan produksi pangan,
kesehatan hewan, dan keberlanjutan lingkungan. Teknologi ini memberikan
berbagai manfaat yang signifikan. Hewan GMO dapat dirancang untuk memiliki
resistensi terhadap penyakit tertentu. Ini bukan hanya berarti peningkatan kesehatan
hewan, tetapi juga mengurangi kebutuhan akan penggunaan antibiotik yang
berlebihan dalam peternakan. Pengurangan penggunaan antibiotik dapat membantu
mengatasi masalah resistensi antibiotik yang semakin mendesak.

Selain itu, modifikasi genetik dapat digunakan untuk meningkatkan


efisiensi pakan dan pertumbuhan hewan. Hewan yang dirancang untuk memiliki
konversi pakan yang lebih baik atau pertumbuhan yang lebih cepat dapat membantu
memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat di seluruh dunia. Dengan
demikian, teknologi ini dapat mendukung ketahanan pangan global. Aspek
kesehatan hewan juga bisa ditingkatkan melalui peningkatan nutrisi dalam produk
hewani. Misalnya, dapat dikembangkan produk susu yang lebih kaya akan nutrisi
tertentu, memberikan manfaat gizi yang lebih besar kepada konsumen.

Hewan GMO juga bisa dirancang untuk menciptakan produk-produk


farmasi, seperti vaksin atau obat-obatan yang dihasilkan oleh susu hewan. Hal ini
bisa memberikan pendekatan inovatif dalam produksi obat dan vaksin. Dalam
perspektif lingkungan, hewan GMO bisa didesain untuk memiliki dampak yang
lebih rendah pada lingkungan, baik dalam hal emisi gas rumah kaca atau
penggunaan sumber daya alam yang lebih efisien.
Menurut Epstein (2001), sebagian besar efek dari rekayasa genetika yang
mampu mengubah sifat fisik mahluk hidup belum diketahui. Salah satu masalah
utama dalam rekayasa genetika adalah apakah gen yang disisipkan dalam suatu
mahluk hidup akan diwariskan atau tidak diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya ?. Meskipun dengan penggunaan teknologi transgenik diakui memiliki
kemampuan untuk mengekspresikan gen asing dan membuka opsi untuk
memproduksi sejumlah besar produk industri seperti industri farmasi komersial,
tetap saja masih menyisakan kekhawatiran (Singh et al., 2006).

B. Kontra GMO
Kekhawatiran munculnya dampak negatif dari penggunaan GMO di
Indonesia sangat beralasan karena Indonesia telah mengimpor berbagai komoditas
yang diduga sebagai hasil dari rekayasa genetika maupun yang tercemar dengan
GMO yang berasal dari negara-negara yang telah menggunakan teknologi rekayasa
genetika, mulai dari tanaman, bahan pangan dan pakan, obat-obatan, hormon,

11
bunga, perkayuan, hasil perkebunan, hasil peternakan dan sebagainya diduga
mengandung atau tercemar GMO (Agorsiloku, 2006).

Penggunaan Organisme yang Dimodifikasi Genetik (GMO) pada hewan


memunculkan sejumlah kekhawatiran dan pertimbangan etika, kesehatan, dan
lingkungan. Berikut adalah beberapa argumen kontra terkait dengan penggunaan
GMO pada hewan:
1. Dampak Kesehatan Manusia
Banyak pihak menyoroti potensi dampak kesehatan jangka panjang dari
konsumsi produk hewani yang berasal dari hewan GMO. Muncul
kekhawatiran terkait dengan alergenitas dan potensi risiko kesehatan yang
mungkin timbul karena perubahan genetik pada hewan.
2. Risiko Lingkungan
Aspek lingkungan menjadi perhatian penting. Kemungkinan pelarutan
hewan GMO ke dalam ekosistem alam dapat memiliki dampak yang tidak
terduga dan berpotensi merusak keanekaragaman hayati serta menyebabkan
ketidakseimbangan ekologis.
3. Kesejahteraan Hewan
Kontra-GMO pada hewan juga mencakup isu kesejahteraan hewan. Ada
kekhawatiran bahwa manipulasi genetik dapat menghasilkan kondisi hidup
atau karakteristik fisiologis yang merugikan kesejahteraan hewan tersebut.
4. Ketergantungan pada Teknologi
Beberapa kritikus mengkhawatirkan ketergantungan berlebihan pada
teknologi GMO. Ada kekhawatiran bahwa fokus pada hewan GMO dapat
mengurangi dukungan dan investasi pada metode pertanian atau peternakan
lainnya yang lebih alami dan berkelanjutan.
5. Kontaminasi Genetik
Potensi kontaminasi genetik antara hewan GMO dan spesies liar atau hewan
non-GMO merupakan isu serius. Kontaminasi ini bisa memiliki dampak
yang tak terduga dan sulit diatasi.

Sutardi (2007) mengatakan percepatan dan penerapan inovasi teknologi


rekayasa genetika dibidang pertanian seperti Genetically Modified Organism
(GMO), Living Modified Organism (LMO), Genetically Modified Crops (GMC)
dan Genetically Engineered Crops (GEC) telah mengundang pro dan kontra di
tengahtengah kehidupan masyarakat dunia, baik yang terjadi di negara dimana
produk itu dikembangkan maupun di negara-negara pengguna.

Meskipun memiliki banyak manfaat, namun produk GMO memiliki


kontroversi dalam penggunaannya. Terdapat beberapa kalangan yang menolak
GMO atas dasar beberapa alasan. Pertama alasan kesehatan, adanya kekhawatiran
bahwa GMO berpotensi menimbulkan alergi pada manusia. Kedua alasan dampak
lingkungan, produk transgenik dapat mengganggu keseimbangan ekosistem karena

12
dapat membuat hama atau gulma menjadi resisten (tahan) di lingkungan tersebut.
Dan ketiga yaitu aspek kehalalannya, produk GMO dikhawatirkan menjadi haram
apabila gen yang disisipkan berasal dari bagian yang diharamkan, seperti tubuh
manusia atau babi.
Dr. Ir. Anton Apriantono M.S. (Menteri Pertanian periode 2004-2009)
mengatakan bahwa pemerintah bertanggung jawab dalam mengatur dan mengawasi
agar produk hasil rekayasa genetika bisa dipastikan kehalalnya. Pemerintah
memberikan rambu-rambu yang mengatur tentang penentuan halal tidaknya produk
pangan bioteknologi. Maka dari itu, MUI mengeluarkan fatwa mengenai hal ini
yang tertuang dalam Fatwa MUI Nomor 35 Tahun 2013 tentang Rekayasa Genetika
dan Produknya.

1. Pertama, melakukan rekayasa genetika terhadap hewan, tumbuhan, dan


mikroorganisme adalah mubah (boleh), dengan syarat; (a) Dilakukan
untuk kemaslahatan (bermanfaat), (b) Tidak
menimbulkan mudharat (bahaya) bagi manusia maupun lingkungan, (c)
Tidak menggunakan gen atau bagian lain yang berasal dari tubuh manusia.
2. Kedua, tumbuh-tumbuhan hasil rekayasa genetika adalah halal dan boleh
digunakan, dengan syarat; (a) Bermanfaat dan (b) Tidak membahayakan.
3. Ketiga, hewan hasil rekayasa genetika adalah halal, dengan syarat; (a)
Hewannya termasuk dalam kategori ma’kul al-lahm (jenis hewan yang
dagingnya halal dikonsumsi), (b) Bermanfaat dan (c) Tidak membahayakan.
4. Keempat, produk hasil rekayasa genetika pada produk pangan, obat-obatan,
dan kosmetika adalah halal dengan syarat; (a) Bermanfaat, (b) Tidak
membahayakan, dan (c) Sumber asal gen pada produk rekayasa genetika
bukan berasal dari yang haram.
Anton juga menjelaskan bahwa pemerintah tidak hanya memperkuat
rambu-rambu dan kelembagaan, tapi juga memperkuat kemampuan laboratorium
untuk mendeteksi produk hasil rekayasa genetika dan menguji kehalalannya pada
bahan pangan dan produk olahan. Laboratorium harus dilengkapi dengan peralatan
canggih sehingga dapat memeriksa kualitas pangan secara lebih cermat dan akurat.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan banyak kemudahan
dalam mengetahui kehalalan suatu produk. Pengujian ini dapat dilakukan dengan
dua macam deteksi melalui biologi molekuler yaitu deteksi Produk Rekayasa
Genetika (PRG) dan uji kehalalan (kandungan babi) pada bahan pangan dan produk
olahannya menggunakan teknik polymerase chain reaction (PCR).
Jadi, selama produk hasil rekayasa genetika tidak mengandung bahan yang
diharamkan dalam syariah islam maka diperbolehkan untuk mengonsumsinya.
Karena dengan mengonsumsi makanan yang halal dan thayyib (baik)maka akal,
jiwa, dan raga manusia akan senantiasa terjaga sehingga amal ibadah yang
dilakukan bisa optimal dan diterima oleh Allah SWT.

2.9 Dampak GMO Terhadap Perubahan Lingkungan

13
Dampak negatif terhadap lingkungan dari transgenik menjadi perhatian
besar bagi para ilmuwan dan masyarakat. Efek negatif terhadap lingkungan
termasuk peningkatan penggunaan herbisida dan polusi ekosistem perairan.
Mengingat dampak negatif dan perlunya GMO untuk produksi pangan, satu-
satunya cara untuk mengatasi dikotomi ini adalah dengan mengurangi dampak
lingkungan tanpa menghilangkan tanaman yang dimodifikasi. Peringatan awal para
pencinta lingkungan tentang dampak negatif dari tanaman ( GM ) yang dimodifikasi
secara genetik terbukti benar.
1. Peningkatan Penggunaan Herbisida
Budidaya luas tanaman toleran herbisida GM telah mendorong penggunaan
herbisida seperti glifosat. Penjualan herbisida di Kanada telah meningkat
sebesar 234% sejak tanaman RG telah diperkenalkan ( 1994-2020 ).
2. Superweeds (Gulma super)
Penggunaan herbisida spesifik dengan tanaman toleran herbisida GM telah
menyebabkan evolusi dan penyebaran gulma super atau gulma yang tidak
lagi dapat dibunuh oleh herbisida tersebut. Sejak 1996, 57 spesies gulma
telah mengembangkan resistensi terhadap herbisida glifosat.
3. Superpests (Hama Super)
Beberapa serangga telah mengembangkan resistensi terhadap racun pada
tanaman tahan serangga GM. Kasus pertama di Kanada dilaporkan pada
Mei 2019.
4. Kontaminasi
Kontaminasi dari tanaman RG memiliki dampak ekologis, ekonomi dan
sosial yang serius. Aliran gen dari tanaman RG merupakan ancaman bagi
kerabat tanaman liar dan kurus, tanaman dan makanan non-RG, dan
pertanian organik. Ada beberapa peristiwa pelarian di Kanada dengan
kanola GM, rami, gandum, dan babi.
5. Kerugian Keanekaragaman Hayati
Penggunaan beberapa tanaman RG dapat berdampak negatif pada
organisme non-target dan ekosistem tanah dan air. Sebagai contoh,
perluasan jagung dan kedelai toleran herbisida GM, yang kembar dengan
herbisida, telah menghancurkan sebagian besar habitat kupu-kupu raja di
Amerika Utara.
Organisme yang dimodifikasi secara genetik ( GMO ) ketika dikonsumsi
secara langsung atau setelah pemrosesan diberikan sebagai makanan atau pakan
yang dimodifikasi secara genetik ( GM ). Makanan ini mengalami modifikasi
genetik buatan selama fase produksi bahan baku. Sumber bahan baku yang paling
umum untuk makanan RG adalah tanaman RG, yang secara genetik
ditransformasikan untuk melawan penyakit, mentoleransi herbisida atau hama
serangga. Selain itu, sterilitas pria, restorasi kesuburan, penanda visual, dan
karakteristik terkait metabolisme lainnya juga dapat dipengaruhi ( Southgate et al.,
1995 ).

14
Konsekuensi dari budidaya dan penggunaan tanaman RG sebagai makanan
/ pakan dapat dibagi menjadi dua kategori. Pertama, menanam tanaman RG dapat
memiliki dampak yang tidak diinginkan pada kesehatan ekosistem, seperti aliran
gen yang tidak alami ( GF ), keanekaragaman genetik yang berkurang, efek pada
spesies non-target, gulma, efisiensi pestisida dan herbisida yang berkurang,
herbisida dan toksisitas insektisida, dan modifikasi kimia dan kualitas tanah dan air
( Mertens, 2008 ). Demikian pula, penanaman tanaman RG dapat merusak dampak
pada kompleksitas ekosistem dengan mengurangi keanekaragaman hayati ( Lovei
et al., 2010 ). Kedua, penggunaan tanaman RG sebagai makanan manusia dan pakan
ternak dapat mewakili bahaya bagi kesehatan ( Suzie et al., 2008 ).
Menurut “ PLOS Biologi ”, “ karena sebagian besar tanah subur di Bumi
sudah dalam produksi dan yang tersisa hilang akibat urbanisasi, salinisasi,
penggurunan, dan degradasi lingkungan, ekspansi lahan pertanian bukanlah
pendekatan yang layak untuk ketahanan pangan ” ( Ronald, 2014, hal.1 ). Oleh
karena itu, rekayasa tanaman RG untuk tumbuh di tanah berkualitas buruk,
melawan patogen yang mematikan, dan membawa perlindungan terhadap
kerusakan hama diperlukan untuk mempertahankan permintaan makanan dari
populasi yang meningkat. Selama 50 tahun terakhir, populasi tumbuh secara
substansial dan permintaan untuk produksi pangan yang efisien meningkat.
Pengembangan tanaman GM sangat dipercepat dalam 30 tahun terakhir untuk
mencoba dan mempertahankan permintaan global akan makanan. Menurut
Departemen Patologi Tumbuhan dan Pusat Genom, “ di Bangladesh dan India,
empat juta ton beras, cukup untuk memberi makan 30 juta orang, hilang setiap tahun
akibat banjir,” dan tim mereka mereka merekayasa spesies beras dengan gen tahan
banjir ( Ronald, 2014, hal.2 ). Gen tahan banjir ini memungkinkan lebih banyak
tanaman selamat dari banjir dan lebih banyak orang kemudian dapat memakan
tanaman.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bioteknologi sangat penting karena membantu konservasi sumber daya
genetik tanaman dan hewan melalui metode baru untuk mengumpulkan dan
menyimpan gen. Genetically Modified Organism (GMO) merupakan bagian
penting dalam perkembangan ilmu biologi terutama cabang ilmu bioteknologi.
Metode yang sering digunakan dalam teknik rekayasa genetika meliputi
pengunaan vektor, kloning, PCR (Polymerase Chain Reaction), dan seleksi,
screening, serta analisis rekombinan. Penggunaan Organisme yang
Dimodifikasi Genetik (GMO) pada hewan memunculkan sejumlah
kekhawatiran dan pertimbangan etika, kesehatan, dan lingkungan.

16
DAFTAR PUSTAKA
Herlanti, y (2014) ‘Jurnal Pendidikan IPA Indonesia’, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia,
3(1), pp. 28–35. Available at: http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii.

Brookes G, Barfoot P. Dampak lingkungan dari penggunaan tanaman hasil rekayasa


genetika (GM) 1996-2018: dampak terhadap penggunaan pestisida dan emisi
karbon. Makanan Tanaman GM. 2020;11(4):215-241.
Prianto, Y., & Yudhasasmita, S. (2017). Tanaman Genetically Modified Organism
(GMO) dan Perspektif Hukumnya di Indonesia. Al-Kauniyah: Jurnal
Biologi, 10(2). https://doi.org/10.15408/kauniyah.v10i2.5264
Mahrus, O. : (n.d.). Kontroversi Produk Rekayasa Genetika Yang Dikonsumsi
Masyarakat.
Herlanti, Y. (2014). Analisis Argumentasi Mahasiswa Pendidikan Biologi Pada Isu
Sosiosainfik Konsumsi Genetically Modified Organism (GMO). In JPII
(Vol. 3, Issue 1). http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii
Urwatin Wusqo, I. (n.d.). Upaya Mendorong Kemampuan Berfikir Kreatif
Mahasiswa Dalam Inovasi Konservasi Pangan.

17

Anda mungkin juga menyukai