MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bioteknologi
Yang dibina oleh
Dr. Umie Lestari, M.Si dan Indra Kurniawan Saputra, S.Si, M.Si
Disusun oleh:
Kelompok 2
Bella Ayu Ratnasari 170341615026
Fadilah Eka Wuladari 170341615061
Faisal Falah 170341615090
Windhi Agustin R 170341615089
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya berupa kesehatan, waktu, dan
kelancaran sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
Teknologi Pendukung Bioteknologi. Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Dr.
Umie Lestari, M.Si dan Bapak Indra Kurniawan Saputra, S.Si, M.Si selaku dosen
pembimbing. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………… iii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………….. 1
1.3 Tujuan…………………………………………………………… 2
1.4 Manfaat …………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Keterkaitan Bioteknologi dengan Prinsip Bidang Keilmuan…… 3
DAFTAR RUJUKAN…………………………………………………………. 16
DAFTAR GAMBAR
iii
Gambar 1. Keterkaitan Bioteknologi dengan ilmu lainnya.................................... 3
Gambar 2.Cabang Ilmu Biologi yang terkait dengan Bioteknologi…………… 4
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penyusunan makalah
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui keterkaitan antara bioteknologi dengan prinsip-prinsip bidang
keilmuan pendukung.
2. Mengetahui teknologi yang mendukung bioteknologi.
1.4 Manfaat
Manfaat penyusunan makalah adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui keterkaitan antara bioteknologi dengan prinsip-prinsip
bidang keilmuan pendukung.
2. Dapat mengetahui teknologi yang mendukung bioteknologi
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keterkaitan Bioteknologi dengan Prinsip Bidang Keilmuan
Menurut Ahmad (2014)), bioteknologi adalah proses transformasi dengan
memanfaatkan berbagai ilmu pengetahuan seperti biologi, biokimia,
mikrobiologi, biologi molekuler, biofarmasi dan kemajuan rekayasa.
Bioteknologi memanfaatkan sel hidup dalam penelitian yang hasilnya
membawa penemuan baru dan pemecahan masalah di berbagai bidang
kehidupan manusia.
Perkembangan bioteknologi didasarkan pada penerapan beberapa cabang
ilmu terapan dan murni (biologi molekuler, mikrobiologi, biokimia, teknik
kimia, teknik biologi, imunologi, genetika, dan biologi sel), serta
dikelompokan dalam tiga cabang ilmu yaitu ilmu biologi, ilmu kimia, dan
ilmu teknik dalam proses produksi barang dan jasa.
Gambar 1. Keterkaitan Biologi dengan ilmu lainnya yaitu biologi, kimia, dan
teknik atau rekayasa (Nurcahyo, 2011)
3
Seiring perkembangan jaman, bioteknologi semakin berkembang.
Ilmu biologi seperti genetika molekuler, biologi molekuler, mikrobiologi,
biologi sel, biokimia, dan rekayasa memegang peran penting terhadap
perkembangan ini. Gambar 2 menunjukan cabang-cabang ilmu biologi
yang terkait dengan Bioteknologi.
4
b. Inseminasi buatan, memanfaatkan cairan semen untuk mutu genetik
terhadap sapi perah dan sapi potong.
c. Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk memperbanyak
jaringan/sel yang berasal atau yang didapat dari jaringan orisinal
tumbuhan atau hewan setelah terlebih dahulu mengalami pemisahan
(disagregasi) secara mekanis, atau kimiawi (enzimatis) secara in vitro
(dalam tabung kaca).
d. Teknologi DNA rekombinan (recombinant DNA technology) adalah
suatu metode untuk merekayasa genetik dengan cara menyisipkan
(insert) gena yang dikehendaki ke dalam suatu organisme. Transgenik
adalah suatu metode untuk. Rekayasa protein (protein engineering).
2. Mikrobiologi :
a. Pembuatan tempe dengan jamur Rhizopus sp.
b. Pembuatan kecap dengan jamur Aspergillus wentii.
3. Biologi sel menggunakan teknologi plasmid, menghasilkan beberapa
insulin dalam jumlah yang besar.
4. Biokimia
Contoh dari bioteknologi yang terkait dengan biokimia yaitu dalam
pengolahan limbah, proses daur ulang sampah yang telah diuji pada beberapa
sampah tumbuhan atau disebut proses pirolisis, yaitu proses dekomposisi
sampah dengan suhu tinggi pada kondisi tanpa oksigen (anaerob). Cara ini
mengubah sampah menjadi arang, gas (misalnya metana), dan bahan
anorganik. Bahan tersebut dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan bakar.
5. Rekayasa
Contoh penerapan bioteknologi yang berkaitan dengan rekayasa antara
lain :
Antibodi monoclonal, dihasilkan dengan cara menggabungkan sel limfosit
(sel penghasil antibody) dengan sel yang terkena dengan penyakit.
Antibodi monoclonal ini dapat digunakan untuk pengobatan penyakit
kanker serta untuk mencegah keracunan dan mengetahui tanda-tanda
kehamilan.
5
Vaksin hepatitis, dihasilkan dari sel khamir yang telah disisipkan gen virus
akan menghasilkan selubung protein yang akan digunakan untuk membuat
vaksin hepatitis.
Penggabungan protoplasma, dilakukan untuk menghasilkan tanaman
hibrida yang memiliki sifat baru serta dapat mengatasi penyakit.
Hormon insulin, dihasilkan dari gen hormon insulin manusia yang
disisipkan ke DNA bakteri dengan menggunakan enzim. Kemudian, DNA
bakteri disisipkan ke dalam sel bakteri dan bertumbuh menggandakan
bakteri bersama dengan hormon insulin, sehingga dihasilkan jumlah
hormon insulin dengan jumlah yang besar.
2.2 Teknologi Yang Mendukung Bioteknologi
1. Teknologi Bioinformatika dan Biologi Komputasi
Teknologi bioinformatika mengembangkan algoritma, teknik
komputasi dan statistika untuk mengelola dan menganalisis data biologi
dalam menghasilkan sebuah informasi, sedangkan biologi komputasi
melakukan simulasi data biologi berdasarkan asumsi-asumsi dalam
mengembangkan pengetahuan biologi untuk menghasilkan sebuah
hipotesis (Tajuddin, 2011).
Teknologi ini dapat digunakan untuk menganalisis atau
mengetahui komposisi molekul pada untai DNA maupun sistem biologi
suatu organisme yang berhubungan dengan materi genetik. Dapat
diketahui pula apakah gen yang baru diidentifikasi mirip dengan gen-gen
terdahulu yang telah kita teliti sebelumnya, atau yang ada di dalam
database, seperti GenBank, EMBL, dan SWISS-PROT. Sehingga riset-
riset bioteknologi dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan akurat.
Teknologi bioinformatika sangat berjasa dalam proyek genom manusia,
yang berhasil membukukan tiga miliar pasangan basa nukleotida dalam
sistem DNA manusia (Tajuddin, 2011).
Beberapa penelitian yang memanfaatkan teknologi bioinformatika
antara lain adalah pencarian gen target, perkiraan struktur protein, merakit
genom dan struktur protein, perkiraan ekspresi suatu gen, model evolusi
6
suatu organisme, pengukuran keragaman hayati pada spesies, serta analisis
sel yang bermutasi dalam sel kanker (Tajuddin, 2011).
2. Teknologi Antibodi Monoklonal
Teknologi antibodi monoklonal menggunakan sel-sel sistem imunitas
yang membuat protein yang disebut antibodi. Sistem kekebalan kita
tersusun dari sejumlah tipe sel yang bekerja sama untuk melokalisir dan
menghancurkan substansi yang dapat memasuki tubuh kita. Tiap tipe sel
mempunyai tugas khusus. Beberapa dari sel tersebut dapat membedakan
komponen dari sel tubuh sendiri (self) dan sel-sel asing (nonself). Salah
satunya adalah sel limfosit B yang mampu menanggapi masuknya
substansi asing dengan cara menghasilkan antibodi. Antibodi akhirnya
akan mengikat substansi asing dengan keakuratan yang luar biasa
(Tajuddin, 2011).
Teknologi produksi antibodi monoklonal (monoclonal antibody,
McAb), teknik ini mula-mula diperkenalkan oleh Kohler dan Milstein
pada tahun 1975, meliputi pembiakan sel hibridoma penghasil antibodi
yang diperoleh melalui fusi sel limpa (limposit) mencit (tikus putih)
dengan sel mieloma (sel tumor, malignant myeloma cells) (Machmud,
dkk, 2003).
Antibodi dapat dimanfaatkan untuk keperluan deteksi, kuantitasi dan
lokalisasi. Pengukuran dengan pendeteksian menggunakan teknologi ini
relatif cepat, lebih akurat, dan lebih peka karena ketepatannya yang tinggi.
Teknologi antibodi monoklonal saat ini telah digunakan untuk deteksi
kehamilan, alat diagnosis berbagai penyakit infeksi, dan deteksi sel-sel
kanker. Teknologi ini diharapkan tidak hanya dapat digunakan untuk
deteksi kanker, tetapi juga untuk mengobati berbagai jenis kanker dengan
menggandengkan radioisotop atau senyawa sitotoksik pada antibodi
khusus yang mengenali sel-sel kanker. Oleh karena ketepatannya yang
tinggi maka teknologi ini dapat digunakan untuk membunuh sel kanker
tanpa mempengaruhi sel-sel yang sehat di sekitarnya. Selain kegunaannya
untuk sistem diagnosis pada manusia, teknologi ini juga banyak dipakai
7
untuk mendeteksi penyakit-penyakit pada tanaman dan hewan,
kontaminasi pangan, dan polutan lingkungan (Tajuddin, 2011).
3. Teknologi Rekayasa Biokimia
Teknologi rekayasa biokimia adalah pengembangan desain dan
konstruksi unit proses yang berkaitan dengan fungsi selular dan biokimia
suatu molekul maupun organisme. Awalnya, teknologi rekayasa biokimia
bergerak dalam optimasi pertumbuhan mikroorganisme di dalam
bioreaktor (fermentor) pada kondisi aerob, dari skala laboratorium hingga
skala ribuan liter, yang bertujuan untuk memproduksi metabolit, biomassa,
biokimia atau protein.
Teknologi rekayasa biokimia yang paling kuno dan paling dikenal
adalah fermentasi melalui mikroba. Awalnya, produk fermentasi asal
mikroba diperoleh dari serangkaian reaksi yang dikatalisis enzim untuk
menguraikan glukosa. Ketika proses penguraian glukosa untuk
mendapatkan energi, mikroba melakukan reaksi sintesis senyawa
sampingan yang dapat digunakan untuk keperluan manusia, seperti karbon
dioksida untuk mengembangkan roti, etanol untuk produksi minuman
anggur dan bir, asam laktat untuk produksi yoghurt dan susu fermentasi
lainnya, serta asam asetat untuk berbagai jenis-jenis cuka dan acar.
Kultur mikroba dan sel tetap memegang peranan penting dalam
teknologi rekayasa biokimia, termasuk sel tanaman, mamalia maupun sel
hasil rekayasa genetika. Rekayasa biokimia berperan luas pada berbagai
industri bioteknologi, meliputi pertanian, pangan, enzim, limbah, dan
energi. Produk jagung, misalnya dengan teknologi ini kita dapat
mengubahnya menjadi berbagai macam produk baru yang berdaya guna,
seperti bioetanol, pemanis minuman, polimer murah untuk industri, pakan
ternak, produk plastik, kain dan lainnya. Teknologi ini terlibat langsung
dalam pengembangan produk-produk kesehatan, termasuk antibiotik, asam
amino, hormon, vitamin, pelarut-pelarut organik, pestisida, bahan-bahan
pembantu proses pengolahan pangan, pigmen, enzim, inhibitor enzim, dan
berbagai bahan biofarmasi.
8
4. Teknologi Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika yang sering kali sinonim dengan teknologi DNA
rekombinan, pemicu lahirnya bioteknologi molekuler. DNA rekombinan
dikonstruksi dengan menggabungkan materi genetik dari dua atau lebih
sumber yang berbeda atau melakukan perubahan secara terarah pada suatu
materi genetik tertentu. Materi genetik melakukan rekombinasi secara
konstan di alam.
Berikut ini merupakan beberapa contoh rekombinasi dari dua sumber
atau lebih.
a. Rekombinasi yang terjadi saat pindah silang dalam pembentukan
gamet pada proses meiosis.
b. Saat sperma dan ovum melebur pada proses fertilisasi.
c. Saat bakteri melakukan transaksi bahan genetik melalui konjugasi
transformasi atau transduksi.
Rekombinasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
terjadinya keragaman hayati di alam. Materi genetik yang ada di alam
menyajikan suatu bahan mentah evolusi yang dilakukan oleh seleksi alam
atau seleksi buatan yang dilakukan oleh manusia.
Istilah teknologi DNA atau rekayasa genetika secara ringkas dapat
diartikan sebagai teknik molekuler yang tepat dan mampu menggabungkan
molekul DNA tertentu dari sumber-sumber berbeda. Rekombinasi DNA
dilakukan dengan enzim (enzim restriksi dan enzim ligase) yang dapat
melakukan pemotongan dan penyambungan molekul DNA dengan tepat
dan dapat diperkirakan. DNA rekombinan, selanjutnya dimasukkan ke
dalam makhluk sasaran dengan introduksi langsung (transformasi) melalui
virus atau bakteri.
Oleh karena itu, dalam melakukan rekombinasi genetik, seorang
pemulia selain dapat melakukannya melalui penggabungan sel telur dan
sperma (atau serbuk sari dan putik pada tanaman) pada metode pemuliaan
selektif, dapat pula melakukan rekombinasi bahan genetik dengan
ketepatan yang lebih tinggi dengan melakukan pada taraf molekuler.
9
5. Teknologi rekayasa protein
Rekayasa protein adalah desain enzim atau protein baru dengan fungsi
baru atau yang diinginkan. Ini didasarkan pada penggunaan teknologi
DNA rekombinan untuk mengubah sekuens asam amino. Makalah
pertama tentang rekayasa protein diulas dalam sebuah ulasan oleh Ulmer
pada tahun 1983, prospek untuk rekayasa protein, seperti kristalografi
sinar-X, sintesis DNA kimia, pemodelan komputer struktur protein dan
lipat dibahas dan kombinasi informasi struktur kristal dan kimia protein
dengan sintesis gen buatan ditekankan sebagai pendekatan yang kuat untuk
mendapatkan protein dengan sifat yang diinginkan (Ulmer, 1983).
6. Teknologi Biofisika
10
pada abad ke-19, oleh sekelompok ahli fisiologi di Berlin. Sekolah ahli
fisiologi Berlin termasuk Hermann von Helmholtz, Emil DuBois-
Reymond, Ernst von Brücke, dan Carl Ludwig. Pada 1856, Adolf Fick,
salah satu siswa Ludwig, bahkan menerbitkan buku teks biofisika pertama.
Tetapi teknologi dalam fisika belum cukup maju saat ini untuk
mempelajari bentuk kehidupan secara terperinci, seperti pada tingkat
molekuler (Biscof,1995).
11
a. Aplikasi Biosensor
Beberapa aplikasi utama biosensor tercantum di bawah ini:
Pemantauan kadar glukosa pada pasien diabetes
Analisis makanan
Aplikasi lingkungan
Rekayasa protein dan aplikasi penemuan obat
Pengolahan air limbah.
8. Bioteknologi Pangan
Fermentasi
12
Selama proses fermentasi ragi mengekspresikan glukoamilase yang mengubah
pati menjadi glukosa.
Enzim
Rennin (Chymosin)
Enzim rennin adalah komponen aktif dari zat rennet yang digunakan
dalam industri susu. Ini adalah enzim protease yang digunakan untuk produksi
dadih dan keju. Ini hidrolisis ikatan peptida protein kasein susu, maka
denaturasi protein ini menghasilkan pembentukan dadih
α-amilase
Enzim ini digunakan dalam produksi sirup jagung fruktosa tinggi (pemanis
nutrisi). Enzim ini menyediakan proses tiga langkah terus menerus
memberikan hasil yang lebih tinggi. Melalui pemurnian, hasil ini dapat
ditingkatkan hingga 90%. Pada tahun 1986, Grant menyusun sistem untuk
menghasilkan α-amilase melalui rekayasa genetika menggunakan Bacillus
subtilus sebagai tuan rumah. Plasmid bernama pCPC720 digunakan sebagai
vektor. Pada tahun yang sama FDA menyetujui sistem rekayasa genetika ini
untuk mensintesis α-amilase untuk digunakan di tingkat industri.
13
9. Bioteknologi Lingkungan
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :
a. Perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi
semata, tetapi juga pada ilmu terapan dan murni lainnya, seperti
biologi molekuler, mikrobiologi, biokimia, imunologi, genetika,
dan biologi sel.
b. Teknologi yang mendukung bioteknologi yakni teknologi
bioinformatika dan biologi komputasi, teknologi antibody
monoklonal, teknologi sel dan kultur jaringan, teknologi rekayasa
biokimia, teknologi rekayasa genetika, teknologi rekayasa protein,
teknologi biofisika, teknologi biosensor, bioteknologi pangan,
bioteknologi lingkungan
3.2 Saran
15
DAFTAR RUJUKAN
Bischof, Marco (1995). “Some Remarks on the History of Biophysics (and Its
Future).” Current Development of Biophysics (C.L. Zhang et al., Eds.),
Hangzhou University Press: Hangzhou, China. ISBN: 978781035903
Gupta, MN. (1992). Enzyme function in organic-solvents. European Journal of
Biochemistry, Vol. 203, No. 1-2, (January 1992), pp.25-32, ISSN: 0014-
2956
16