Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

“STOIKIOMETRI REAKSI”

Oleh :

KELOMPOK II (DUA)
No. Nama Mahasiswa NIM
1. ASTRIANI SAUH SATAONG 821423026
2. DWI TRIHAPSARI FEBRIAN KADIR 821423029
3. TIARA NAZWANISSA THALIB 821423061
4. SRI OKTAVIANI RIVAI 821423066
5. MUH. NAUFAL RAFLI DADU 821423076

Kelas :C
Program Studi : S1
Fakultas : Olahraga dan Kesehatan

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
HALAMAN PENGESAHAN

PRAKTIKUM KIMIA DASAR

Judul Modul Percobaan : Stoikiometri Reaksi

Kelompok : II (DUA)

Nama Mahasiswa : 1. Astriani Sauh Sataong (821423026)

2. Dwi Trihapsari Febrian Kadir (821423029)

3. Tiara Nazwanissa Thalib (821423061)

4. Sri Oktaviani Rivai (821423066)

5. Muh. Naufal Rafly Dadu (821423076)

Kelas :C

Program Studi : S1

Jurusan : Farmasi

Fakultas : Olahraga dan Kesehatan

Nilai Laporan :

Catatan Asisten Praktikum:

Mengetahui, Gorontalo, September 2023


Asisten Praktikum, Ketua Kelompok

Firly Tiara Nazwanissa Thalib


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum
Kimia Dasar dengan judul percobaan “Stoikiometri Reaksi” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada
praktikum Kimia Dasar. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang alat bahan laboratorium kimia bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang membantu dalam hal menyelesaikan laporan ini. Kami menyadari bahwa
laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan.

Gorontalo, 28 September 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan.................................................................................................2
1.3 Manfaat Percobaan...............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................4
2.1 Dasar Teori...........................................................................................................4
2.2 Uraian Bahan........................................................................................................5
BAB III METODE PRAKTIKUM............................................................................7
3.1 Waktu dan Tempat................................................................................................7
3.2 Alat dan Bahan.....................................................................................................7
3.3 Prosedur Kerja....................................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................12
4.1 Hasil Pengamatan...............................................................................................12
4.2 Pembahasan........................................................................................................16
BAB V PENUTUP.....................................................................................................18
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................18
4.2 Saran....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reaksi kimia biasanya antara dua campuran zat, bukannya antar dua
zat murni. Suatu bentuk yang paling lazim dan campuran adalah arutan reaksi
kimia telah mempengaruhi kehidupan kita. Di alam sebagian besar reaksi
berlangsung dalam larutan air. Sebagai contoh cairan tubuh kita, tumbuhan
maupun hewan, merupakan larutan dari berbagai jenis zat. Dalam tanah pun
reaksi pada umumnya berlangsung dalam lapisan tipis larutan yang
diabsorbsi pada padatan.
Perubahan materi ada dua bentuk yaitu perubahan fisika dan
perubahan kimia. Secara sederhana, perubahan fisika diartikan sebagai
perubahan yang bersifat sementara dan perubahan kimia bersifat kekal. Pada
perubahan ini berlaku hukum kekekalan massa, yaitu massa zat sebelum dan
sesudah reaksi selalu sama. Melalui logika yang benar dapat disimpulkan,
pada reaksi kimia zat pereaksi berubah semua menjadi zat hasil reaksi.
Menurut kenyataan, dalam banyak reaksi, zat pereaksi atau zat hasil reaksi
masih tersisa. Hal ini dapat disebabkan ada zat yang bertindak sebagai
pereaksi pembatas atau terjadi reaksi kesetimbangan (reversible). Perubahan
zat karena suatu peristiwa kimia dinytaakan dengan persamaan reaksi (kimia).
Persamaan reaksi merupakan gambaran zat-zat yang terlibat sebelum dan
sesudah reaksi berlangsung (Sidauruk, 2005).
Stoikiometri juga menyangkut perbandingan atom antar unsur-
unsurdalam suatu rumus kimia, misalnya perbandingan atom H dan atom O
dalammolekul H2O. Kata stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu
stoicheonyang artinya unsur dan metron yang berarti mengukur. Seorang ahli
KimiaPerancis, Jeremias Benjamin Richter (1762-1807) adalah orang yang
pertamakali meletakkan prinsip-prinsip dasar stoikiometri. Menurutnya
stoikiometri adalah ilmu tentang pengukuran perbandingan kuantitatif atau

1
pengukuran perbandingan antar unsur kimia yang satu dengan yang lain
(Kencanawati,2012). Sedangkan menurut (Chang, 2004), Stoikiometri adalah
ilmu yang mempelajari tentang kuantitas dari reaktan dan produk dalam reaksi
kimia. (Rahayu, 2001) menjelaskan bahwa stoikiometri bersumber dari
hukum kekekalan massa yang mempelajari kesetaraan suatu zat dengan zat
lain dalam suatu perubahan kimia. Dalam bentuk yang sederhana, stoikiometri
meliputi kemampuan menentukan koefisien-koefisien dalam suatu reaksi
kimia. Stoikiometri juga menggambarkan hubungan kuantitatif sederhana
dalam kimia yang dijelaskan dengan rumus kimia dan persamaan reaksi.
Sedangkan (Schmidt, 1997) mengemukakan bahwa rumus kimia dan
persamaan reaksi menggambarkan hubungan kuantitatif dua tingkat
yaitutingkat fenomenologis (level makroskopik) dan tingkat partikel
(tingkatmikroskopik). Pada tingkat makroskopik rumus kimia menyatakan
hubunganmassa unsur-unsur yang terkandung dalam senyawa atau
menyatakan perbandingan massa pereaksi dan hasil reaksi dalam suatu
persamaan reaksi. Sedangkan pada tingkat mikroskopik rumus kimia
menyatakan perbandingan atom unsur dalam senyawa atau perbandingan
partikel-partikel yang bereaksi yang dinyatakan dalam suatu persamaan
reaksi.
1.1 Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa mampu memahami salah satu cara termuda untuk mempelajari
stoikiometri beberapa reaksi.
2. Mahasiswa dapat mengamati perubahan reaksi kimia melalui stoikiometri
reaksi.
3. Mahasiswa dapat menentukan temperature optimum beberapa reaksi
stoikiometri.
1.2 Manfaat Percobaan
1. Pemahaman Dasar: Percobaan ini membantu praktikan memahami apa itu
stoikiometri reaksi.

2
2. Keselamatan: praktikan akan belajar tentang prinsip-prinsip keselamatan di
laboratorium kimia, termasuk penggunaan perlindungan diri seperti sarung
tangan, masker, dan juga nursing cup. Ini penting untuk mencegah kecelakaan
dan cedera.
3. Keterampilan Teknis: Melalui percobaan ini, praktikan akan mengembangkan
keterampilan teknis yang diperlukan dalam praktikum kimia, seperti membuat
larutan CuSO4 dan larutan NaOH.
4. Identifikasi Bahan: praktikan akan belajar mengenali berbagai jenis bahan
kimia dan alat laboratorium yang sesuai untuk tugas tertentu. Ini akan
membantu mereka dalam merencanakan dan melaksanakan eksperimen
dengan benar.
5. Pemahaman Reaksi Kimia: Percobaan ini juga dapat membantu praktikan
memahami perubahan reaksi dari larutan CuSO4 dan NaOH. Ini merupakan
dasar yang penting dalam percobaan ini.
6. Pengembangan Kemampuan Problem Solving: praktikan akan menghadapi
tantangan saat melakukan percobaan, seperti menghitung reaksi sisa dan
menentukan temperature suhu dari kedua larutan dalam praktikum ini. Hal ini
akan mengembangkan kemampuan problem solving mereka.
7. Persiapan untuk Karier: Bagi yang tertarik pada karier di bidang ilmu kimia
pemahaman tentang perubahan reaksi kimia melalului stoikiometri reaksi
sangatlah penting untuk kedepannya.
8. Praktikan mengetahui perubahan reaksi kimia dan mentukan temperature suhu
dari larutan CuSO4 dan NaOH.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Laboratorium
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia laboratorium adalah sebuah ruangan
atau gedung yang digunakan untuk penelitian ilmiah, eksperimen dan tes.
Laboratorium tidak hanya termasuk di dalamnya gedung atau ruang dan peralatannya
saja, akan tetapi pengertian laboratorium berkembang seiring dengan kebutuhan
makna tempat pembelajaran bagi konsentrasi keilmuan tertentu. Selain laboratorium
seringkali dimaknai sebagai tempat yang di dalamnya alat-alat pembelajaran,
laboratorium juga dapat berbentuk seperti kampus atau kelas, alam atau
lingkungan, lembaga social kemasyarakatan, dan bahkan masyarakat itu sendiri
(Riyadi, 2019).
Laboratorium merupakan tempat kerja yang memiliki potensi sumber
bahaya yang dapat menimbulkan risiko terjadinya gangguan keselamatan dan
kesehatan kerja seperti kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Pada
laboratorium kimia terdapat bahan-bahan kimia berbahaya yang dapat
menimbulkan terjadinya kecelakaan. Risiko yang ada di laboratorium kimia

4
adalah berkaitan dengan bahan utama yang digunakan yaitu bahan kimia.
Laboratorium ini memiliki banyak potensi bahaya yang dapat menimbulkan dampak
pada kesehatan dan lingkungan sekitar laboratorium (Asmorowati et al., 2020).
Laboratorium kimia adalah ruang untuk melakukan eksperimen dan belajar
tentang reaksi kimia dan sifat-sifat berbagai zat (Burhanuddin et al., 2022).
Laboratorium kimia merupakan salah satu jenis laboratorium yang dianggap cukup
berbahaya (Vendamawan, 2015). Laboratorium kimia merupakan tempat penelitian
dan percobaan yang berpotensi menimbulkan suatu kecelakaan (Ridasta, 2020). Oleh
karena itu perlu adanya penggolongan atau pengelompokan alat bahan untuk
menghindari potensi kecelakaan pada saat praktikum.

Dalam melakukan percobaan di laboratorium atau bekerja dalam laboratorium


terutama laboratorium kimia, seseorang akan selalu dihadapkan pada hal-hal yang
berhubungan dengan bahan-bahan kimia, peralatan yang dapat berbahaya dan
merugikan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan sekitar bila tidak digunakan
dengan baik. Seperti pekerjaan lainnya, bekerja dalam laboratorium kimia
mempunyai resiko kecelakaan kerja. Resiko ini dapat disebabkan karena factor
ketidak sengajaan, ketelodoran dan sebab-sebab lain yang diluar kendali manusia.
Terutama disebabkan karena kesalahan penggunaan alat dan bahan, sehingga menjadi
sangat penting untuk mengetahui setiap kemungkinan bahaya (Setiawati, 2009).
2.1.2 Alat
Ketepatan hasil analisis kimia sangat tergantung pada ketersediaan, serta
kualitas perlengkapan yang digunakan, di samping penjelasan pelaksana tentang
dasar analisa yang dikerjakan dan kecermatan serta ketelitian kerjanya sendiri.
Penindakan perlengkapan pokok yang banyak dipergunakan ialah persyaratan yang
penting demi keselamatan serta berhasilnya pekerjaan analisa kimia. Oleh sebab itu
pengetahuan tentang alat kimia harus diperhatikan (Yos F. da Lopes, 2019).
Pengenalan alat-alat kimia serta metode penggunaannya ialah sesuatu
keharusan untuk orang- orang yang hendak berkecimpung dalam bidang ilmu kimia.

5
Keberhasilan sesuatu praktikum ataupun riset sangat didetetapkan oleh kemampuan
praktikan ataupun periset terhadap alat- alat yang digunakannya. Di dalam
laboratorium terdapat bermacam berbagai perlengkapan mulai dari yang simpel
semacam alat- alat gelas hingga pada perlengkapan yang lumayan rumit (Luh et al.,
2013).
Dalam mengukur suatu zat atau bahan hendaknya menggunakan suatu alat.
Alat yang digunakan untuk mengukur suatu zat kimia adalah gelas ukur. Akan tetapi,
pengukuran dari gelasukur ini penggunaannya tidaklah terlalu teliti. Salah satu contoh
alat praktikum pengukuran yang mempunyai tingkat ketelitian tinggi yaitu pipet ukur.
Namun pengukuran dengan pipet ukur ini tidak terlepas juga dari ketelitian praktikan
(Rohman, 2011).
Pengukuran dengan pipet ukur ini tidak terlepas juga dari ketelitian praktikan
(Rohman, 2011).
Alat-alat laboratorium yang digunakan dalam percobaan bermacam-macam
diantaranya alat pemanas yang terdiri dari pembakar gas, kaki tiga, segitiga perselin,
kasa, gegep, pemanas air, alat-alat perselin (cawan porselindan pinggan porselin).
Selain itu juga digunakan alat-alat gelas. Sebelum digunakan alat-alat gelas harus
diperiksa dan kemudian dibersihkan. Alat-ala tgelas diantaranya gelas wadah,
sedangkan untuk mereaksikan zat digunakangelas ukur, labu ukur (labu takar), pipet
ukur (pipet gondok dan pipet mohr), dan buret. Sedangkan alat-alat lain seperti,
pengaduk gelas, erlenmeyer, corong, semprot, kertas saring, timbangan dan lain-lain.
Alat-alat gelas ini juga memiliki kegunaan dan fungsi masing-masing yang berguna
untuk memudahkan praktikan dalam melaksanakan praktikum (Subroto, 2000).
Alat laboratorium harus diurai agar memudahkan penggunaannya dalam
kegiatan praktikum. Kategorisasi alat laboratorium dapat dilakukan berdasarkan jenis,
fungsi, atau kegunaannya (Supriadi dan Lismawati, 2018).
Pada pengelompokan alat dibagi menjadi tiga kategori, dalam praktikum ini
praktikan mengenal dua kategori alat yaitu kategori 1 dan 2.
1. Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

6
Birokrasi Nomor 03 Tahun 2010 Peralatan kategori 1 adalah peralatan yang cara
pengoperasian dan perawatannya mudah, risiko penggunaan rendah, akurasi/
kecermatan pengukurannya rendah, serta sistem kerja sederhana, pengoperasiannya
cukup dengan menggunakan panduan.
2. Peralatan kategori 2 adalah peralatan yang cara pengoperasian dan
perawatannya sedang, risiko penggunaan sedang, akurasi/kecermatan pengukurannya
sedang, serta sistem kerja yang tidak begitu rumit dan pengoperasiannya memerlukan
pelatihan khusus/tertentu (PERMENPAN RB No. 03, 2010).

Peralatan kategori 3 adalah alat yang cara pengoperasian dan perawatannya


sulit, risiko penggunaan tinggi, akurasi/ kecermatan pengukurannya tinggi, serta
sistem kerja rumit yang pengoperasiannya memerlukan pelatihan khusus/tertentu dan
bersertifikat (PERMENPAN RB No. 03, 2010).
Setiap alat yang akan dioperasikan harus dalam kondisi yang baik yaitu
dengan syarat diantaranya siap untuk dipakai (ready for use), bersih, berfungsi
dengan baik dan terkalibrasi. Adapun dalam penyimpanan dan penataan alat yang
perlu diperhatikan yakni jenis bahan dasar penyusun alat tersebut, alat yang terbuat
dari logam tentunya harus dipisahkan dari alat yang terbuat dari gelas atau porselen,
dalam penyimpanan dan penataan alat aspek bobot benda perlu juga diperhatikan,
janganlah menyimpan alat-alat yang berat di tempat yang lebih tinggi, agar mudah
diambil dan disimpan kembali (Vendamawan, 2015).
2.1.3 Bahan
Selanjutnya untuk bahan laboratorium kimia dikategorikan menjadi dua. yaitu
bahan umum dan bahan khusus. Bahan umum adalah bahan yang penanganannya
tidak memerlukan perlakuan dan persyaratan khusus. Bahan khusus adalah bahan
yang penanganannya memerlukan perlakuan khusus (PERMENPAN RB No. 03,
2010). Setiap bahan kimia memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda-beda. Maka,
dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia harus diperhatikan aspek pemisahan

7
(segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas
penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan
kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko
bahaya (hazard information) (Vendamawan, 2015).
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan bahan di laboratorium; 1)
Aman : bahan disimpan supaya aman dari pencuri. 2) Mudah dicari : Untuk
memudahkan mencari letak bahan, perlu diberi tanda yaitu dengan menggunakan
label pada setiap tempat penyimpanan bahan (lemari, rak atau laci). 1) Mudah
diambil : Penyimpanan bahan diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan,
(Lindawati, 2010)
Menurut Vendamawan, 2015 pada bahan, pengurutan secara alfabetis akan
tepat jika dikelompokkan menurut sifat fisis dan sifat kimianya terutama tingkat
kebahayaannya untuk pengadministrasian. Bahan kimia yang tidak boleh disimpan
dengan bahan kimia lain, harus disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang
terisolasi. Hal ini untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti
api, gas beracun, ledakan atau degradasi kimia. Wadah dan tempat penyimpanan
harus diberi label yang mencantumkan informasi antara lain, nama kimia dan
rumusnya, konsentrasi, tanggal penerimaan, tanggal pembuatan, nama orang yang
membuat reagen, tingkat bahaya, klasifikasi lokasi penyimpanan, nama dan alamat
pabrik. Penyimpanan dan penataan bahan kimia menurut kelompok tingkat
bahayanya meliputi, Penyimpanan dan penataan bahan kimia radioaktif,
Penyimpanan dan penataan bahan kimia reaktif, Penyimpanan dan penataan bahan
kimia korosif, Flammable dan combustible, Penyimpanan dan penataan bahan kimia
beracun (toxic).
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Natrium Bikarbonat (Ditjen POM.1979 : 424)
Nama Resmi : NATRII SUBCARBONAS
Nama Lain : Natrium Bikarbonat
Berat Molekul : 84,01

8
Rumus Molekul : NaHCO3
Rumus Struktur :

Kelarutan : Larut dalam 11 bagian air,praktik tidak larut dalam etanol


(95%) P
Pemerian : Serbuk putih atau hablur monokin kecil buram tidak
berbau rasa asin
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Antaridum
Khasiat : Sebagai antasida untuk mengatasi rasa mulas, gangguan
pencernaan, hingga sakit perut.
2.2.2 Alkohol 70% (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Alkohol, etanol, ethyl alkohol
Berat Molekul : 46,07
Rumus Molekul : C2H6O
Rumus Struktur : H H

H–C–C–H–O

H H

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan


dalam eter P
Pemerian : Cairan tidak berwarna jernih, mudah menguap dan mudah
bergerak. bau khas rasa panas, mudah terbakar dan
memberikan nyala biru yang tidak sedap.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat. Terhindar dari cahaya,
ditempat sejuk jauh dari nyala api.

9
Kegunaan : Desinfektan
Khasiat : Membunuh organisme yang terdapat pada alat
2.2.3 Aquadest (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILATA
Nama Lain : Aquades, Air suling
Nama Kimia : Dihidrogen Oksida
RM/BM : H2O
Rumus Struktur :
H–O-H
Berat Molekul : 18,02 g/mol
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Pemerian : Cairan tidak berwarna jernih, mudah menguap dan mudah
bergerak. bau khas rasa panas, mudah terbakar dan
memberikan nyala biru yang tidak sedap.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
Kegunaan : Agar micro glass dapat menempel dengan kaca preparat
Sehingga sampel tidak bergeser saat diamati.
Khasiat : Sebagai pelarut saat melarutkan. Sebagai penjelas warna
pada indikator. Dalam suatu pembuatan media, maka
peran aquades di sini sangat diperlukan untuk bisa
melarutkan bahan yang nantinya juga akan digunakan.
Aquades juga menjadi sumber air yang nantinya akan
digunakan oleh mikroorganisme untuk bisa tetap hidup.

10
BAB III
METODE PRAKTIKUM
1.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 27 September 2023 Pukul 07.00
sampai 10.00 WITA bertempat di Laboratorium Kimia Farmasi, Jurusan Farmasi,
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
1.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat dalam praktikum ini yaitu terdiri dari spatula, kaca arloji, labu ukur,
gelas kimia, gelas ukur, batang pengaduk, neraca analitik, termometer, dan pipet tetes
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu terdiri dari tisu, aquadest,
CuSO4, dan NaOH
1.3 Prosedur Kerja
a. Pembuktian Hukum Lavoiser
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Timbang Natrium Bikarbonat sebanyak 5 gram.
3. Tuangkan ke dalam erlenmeyer pyrex.

11
4. Siapkan gelas kimia berisi larutan sabun.
5. Set alat dan sambungkan selang waterpass antara Erlenmeyer dan gelas
kimia.
6. Letakkan Erlenmeyer di atas kaki tiga.
7. Panaskan Natrium Bikarbonat di dalam Erlenmeyer dengan menggunakan
bunsen.
8. Amati perubahan yang terjadi.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan dan Perhitungan
4.1.1 Hasil Pengamatan
Massa Senyawa Setelah Penimbangan
No Nama Senyawa Massa
.
1. Natrium Bikarbonat 25 gram
2. Natrium Karbonat 9,688
Massa Senyawa Sesuai Perhitungan
No Nama Senyawa Mol Massa
.
1. NaHCO3 0,2976 0,2976
2. Na2CO3 0,1488 15,7728
3. H2O 0,1488 2,6784
4. CO2 0,1488 6,5472

12
4.1.2 Perhitungan
a. mol Penguraian NaHCO3
NaHCO3 Na2CO3 + H2O + CO2
M: 0,2976 0 0 0
R: 0,2976 0,1488 0,1488 0,1488
S: - 0,1488 0,1488 0,1488
1
Mol NaHCO3 = x 0,2976 = 0,1488
2
1
Mol Na2CO3 = x 0,2976 = 0,1488
2
1
Mol H2O = x 0,2976 = 0,1488
2
1
Mol CO2 = x 0,2976 = 0,1488
2

b. Rumus Penentuan Massa


Massa (Senyawa) = Mol (Senyawa) + Mr (Senyawa)
Massa Na2CO3 = 0,1488 x 106 = 15,7728
Massa H2O = 0,1488 x 18 = 2,6784
Massa CO2 = 0,1488 x 44 = 6,5472
4.2 Pembahasan
Hukum dasar kimia adalah hukum yang digunakan untuk mendasari hitungan
kimia dan hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam persamaan kimia.
Aspek kuantitatif dapat diperoleh dari pengukuran massa, volume, konsentrasi yang
terkait dengan jumlah partikel atom, ion, molekul atau rumus kimia yang terkait
dalam persamaan reaksi kimia. Pada perhitungan kimia secara stoikiometri
memerlukan hukum-hukum dasar yang relevan. Ada beberapa hukum dasar yang
penting diantaranya adalah Hukum Kekekalan Massa, Hukum Perbandingan Tetap,

13
Hukum Perbandingan Berganda, Hukum Perbandingan Volume, dan Hukum
Hipotesis Avogadro.
Pada praktikum modul II tujuan dari diadakanya praktikum ini agar setiap
praktikan mampu memahami hukum-hukum dasar kimia dan dapat membuktikan
penerapan hukum-hukum tersebut.
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan terkait Hukum-Hukum Dasar
Kimia. Adapun alat yang digunakan yaitu erlenmeyer, tabung reaksi, batang
pengaduk, corong, kaca arloji, gelas ukur, pipet tetes, buret, neraca analitik, spatula,
cutter, kaki tiga dan bunsen. Bahan yang digunakan yaitu tisu, soda kue, korek api,
selang waterpass 30 cm, sendal jepit bekas, kertas perkamen dan sabun cuci piring.
Pada praktikum ini kami membuktikan penerapan hukum lavoisier atau
hukum kekekalan massa yang menyatakan bahwa Jumlah massa zat sebelum reaksi,
sama dengan jumlah massa zat setelah reaksi.
Pada percobaan ini diawali dengan menimbang Natrium Bikarbonat
(NaHCO3) menggunakan renaca analitik sebanyak 25 gram. Kemudian dipindahkan
ke labu Erlenmeyer menggunakan spatula dan corong agar tidak tumpah. Lalu
siapkan larutan air sabun menggunakan gelas kimia dicampuri dengan sabun cuci
piring kemudian diaduk menggunakan batang pengaduk untuk melarutkan. Kemudian
membuat penutup labu Erlenmeyer menggunakan sendal jepit bekas yang dipotong
membentuk lingkaran kepala Erlenmeyer untuk menutupi Erlenmeyer yang berisi
soda kue atau Natrium Bikarbonat (NaHCO3). Setelah itu, menyiapkan kaki tiga
untuk memanaskan Natrium Bikarbonat dengan menggunakan Bunsen. Bunsen
adalah peralatan laboratorium umum yang menghasilkan api gas terbuka Tunggal
yang digunakan. Bunsen diletakkan di bawah kaki tiga dan labu Erlenmeyer berisi
Natrium Bikarbonat. Tancapkan selang waterpass di kepala labu Erlenmeyer pada
bulatan sendal jepit yang dibuat agar udara tidak masuk ke dalam erlenmeyer dan
lubang kecil di tengahnya untuk memasukkan selang waterpas, kemudian selang
waterpass disambungkan ke dalam gelas kimia yang berisi larutan air sabun.
Nyalakan Bunsen menggunakan korek api.

14
Kemudian amati reaksi apa yang terjadi. Setelah ditunggu beberapa menit muncullah
gelembung-gelembung pada larutan air sabun yang tersambung dengan Natrium
Bikarbonat (NaHCO3). Setelah gelembung-gelembung habis, matikan Bunsen
menggunakan penutup Bunsen. Lalu dinginkan beberapa menit Erlenmeyer yang
berisi Natrium Bikarbonat. Lalu ditimbang labu Erlenmeyer yang berisi Natrium
Bikarbonat menggunakan neraca analitik. lalu dihitung molekul dan massa dari
masing-masing unsur. Berdasarkan percobaan pemanasan natrium bikarbonat
(NaHCO3) dihasilkan natrium karbonat (NaNO2), uap air (H2O) dan gelembung-
gelembung yang merupakan CO2.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa.
1. Stoikiometri beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah, dalah satunya
dengan metode JOB atau metode Variasi Kontinu.
2. Perubahan reaksi dari larutan CuSO4 dan NaOH yaitu terbentuk endapan
berwarna biru tua dan beberapa warna lainnya sesuai dengan berapa
banyaknya masing-masing larutan yang dicampurkan.
3. Temperature suhu pada kedua larutan tersebut hampir sama.
5.2 Saran
Adapun saran dari praktikan antara lain.

15
1. Praktikan yang mengikuti praktikum dapat menyimak penjelasan dengan baik
agar pada saat praktikum selanjutnya sudah dapat memahami cara kerja dari
alat laboratorium.
2. Praktikan bersikap serius jika berada di dalam laboratorium dan
mendengarkan intruksi dari laboran karena terdapat potensi kerusakan dan
bahaya dari alat bahan laboratorium.
3. Praktikan menggunakan alat pelindung diri lengkap untuk menghindari hal-
hal yang tidak diinginkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Zul, (2009). Kimia Dasar, USU Press, Medan.

Agustina, Khalida, (2010). Pengaruh Penggunaan Media Puzzle Dalam Model


Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Topik Rumus Kimia Terhadap
Aktifitas dan Hasil Belajar Kimia Siswa SMP/MTs, Tesis,
Pascasarjana,
Universitas Negeri Medan, Medan.
Lampiran 1
Dokumentasi Alat dan Bahan
No. Nama Gambar

1. Spatula

2. Kaca Arloji

3. Labu Ukur

4. Gelas Kimia

5. Gelas ukur
6. Batang Pengaduk

7. Neraca Analitik

8. Termometer

9. Pipet Tetes

10. Aquadest

11. CuSO4
12. NaOH
Lampiran 2

Diagram Alir Prosedur Kerja

a. Stoikiometri Reaksi Pengukuran Suhu


CuSO4 dan
NaOH
- Disiapkan alat dan larutan CuSO4 1 M dan NaOH 1 M
- Ditimbang CuSO4 menggunakan neraca analitik sebanyak 4 gram dan NaOH
sebanyak 1 gram
- Dimasukkan ke dalam gelas kimia lalu dituangkan aquadest secukupnya
- Diaduk sampai larut dengan menggunakan batang pengaduk
- Dituangkan larutan CuSO4 dan NaOH ke dalam labu ukur 25 ml kemudian
ditambahkan aquadest sampai garis 25 ml menggunakan pipet tetes lalu diaduk dengan
di goyang-goyangkan
- Dituangkan larutan CuSO4 ke dalam gelas ukur sebanyak 2 ml dan NaOH sebanyak 8
ml
- Dimasukkan termometer ke dalam gelas ukur lalu ditunggu sampai garis merah pada
termometer berubah
- Dilanjutkan dengan CuSO4 3 ml dan NaOH 7 ml, CuSO4 5 ml dan NaOH 5 ml,
CuSO4 7 ml dan NaOH 3 ml, dan terakhir CuSO4 8 ml dan NaOH 2 ml lalu tentukan
suhu dengan menggunakan termometer

Praktikan menentukan
Pengukuran Suhu
CuSO4 dan NaOH
b. Stoikiometri Reaksi Perubahan Warna
CuSO4 dan
NaOH
- Disiapkan alat dan larutan CuSO4 1 M dan NaOH 1 M
- Ditimbang CuSO4 menggunakan neraca analitik sebanyak 4 gram dan NaOH
sebanyak 1 gram
- Dimasukkan ke dalam gelas kimia lalu dituangkan aquadest secukupnya
- Diaduk sampai larut dengan menggunakan batang pengaduk
- Dituangkan larutan CuSO4 dan NaOH ke dalam labu ukur 25 ml kemudian
ditambahkan aquadest sampai garis 25 ml menggunakan pipet tetes lalu diaduk dengan
di goyang-goyangkan
- Dituangkan larutan CuSO4 ke dalam gelas kimia sebanyak 2 ml dan NaOH sebanyak 8
ml kemudian campurkan kedua larutan
- Diamati warna apa yang muncul saat pencampuran
- Dimasukkan termometer ke dalam gelas kimia lalu ditunggu sampai garis merah pada
termometer berubah
- Dilanjutkan dengan CuSO4 3 ml dan NaOH 7 ml, CuSO4 5 ml dan NaOH 5 ml,
CuSO4 7 ml dan NaOH 3 ml, dan terakhir CuSO4 8 ml dan NaOH 2 ml campurkan
kedua larutan dan dicatat warna apa yang muncul

Praktikan menentukan
Perubahan Warna
CuSO4 dan NaOH
Lampiran 3

Dokumentasi Skema Kerja Praktikum

Menimbang CuSO4 Menimbang NaOH menggunakan


menggunakan neraca analitik neraca analitik

Menuangkan aquadest Memindahkan CuSO4 dan NaOH


secukupnya ke gelas kimia ke dalam gelas kimia
Mengaduk larutan CuSO4 dan
NaOH menggunakan batang
pengaduk Menuangkan larutan CuSO4 dan
NaOH ke dalam labu ukur

Mencampurkan larutan tersebut Menambahkan aquadest ke dalam


dengan di goyang-goyangkan labu ukur sampai garis 25 ml
Menuangkan larutan CuSO4 dan Mengukur suhu larutan CuSO4
NaOH ke dalam gelas ukur dan NaOH menggunakan
termometer

Mengukur suhu larutan campuran Mencampurkan kedua larutan


CuSO4 dan NaOH CuSO4 dan NaOH
Menentukan perubahan warna
apa yang terjadi

Anda mungkin juga menyukai