Anda di halaman 1dari 38

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Mata Kuliah Kimia Dasar dengan judul “Pembuatan

Larutan”, disusun oleh :

Nama : Dewi Magfira Sari

NIM : 60400121050

Kelompok : 1 (SATU)
Jurusan : Fisika

Telah diterima dan disahkan oleh Dosen Penanggung jawab/Asisten, maka

dinyatakan diterima.

Gowa, November 2021

Dosen Penanggung Jawab Asisten

Rahmiani Gani, S.Pd., M,Sc. Adilah Dwiyani


NIP: 198104202006042002 NIM: 60500117060
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia membahas mengenai komposisi dan sifat zat atau materi dari skala

atom hingga molekul serta perubahan atau transformasi serta interaksi mereka untuk

membentuk materi yang ditemukan sehari-hari. Tanpa kita sadari sebenarnya kita

sangat akrab dengan kimia dimana bahan kimia ada dimana-mana, kita tidak bisa

hidup tanpa bahan kimia. (Vogel, 1985: 112).

Kehidupan sangat berkaitan dengan kimia misalnya, kehidupan merupakan

gambaran serangkaian proses biokimia. Semua makhluk hidup tersusun atas berbagai

senyawa organik. Kehidupan manusia secara fisik dibangun oleh senyawa-senyawa

kimia, hidup dengan banyak senyawa kimia, dan kualitas kehidupan manusia modern

tergantung pada bahan-bahan kimia (Satyajit, 2009: 10).

Pembelajaran ilmu kimia harus mampu merangsang berfikir, bersifat ilmiah,

dan kreatif serta tanggap dalam praktik-praktik pada kehidupan sehari-hari. Secara

psikologis setiap manusia mempunyai daya ingat, daya fakir dan daya-daya lain yang

dapat dikembangkan dengan latihan-latihan tertentu. Maka dari itu ilmu kimia akan

lebih berpengaruh jika mengetahui gejala-gelaja atau peristiwa-peristiwa yang nyata

daripada bentuk teori misalnya pengukuran suhu. Apabila diterapkan secara nyata

mungkin kita bisa memperkirakan berapa suhu seseorang apabila demam (Jurnal

Inovasi Kimia, Vol. 2, No. 2, 2008 : 323: 329).

Ilmu kimia sangat bergantung pada pengukuran. Sebagai contoh, kimiawan

menggunakan pengukuran untuk membandingkan sifat dari berbagai zat dan untuk

mempelajari perubahan yang terjadi dalam suatu percobaan. Peralatan laboratorium

yang biasa digunakan untuk pengukuran yaitu buret, pipet, tabung volumetrik, labu

1
2

ukur untuk mengukur volume, timbangan untuk mengukur massa, dan termometer

untuk mengukur suhu. Alat-alat ini dapat mengukur sifat-sifat mkroskopik yang

dapat ditentukan secara langsung. Sifat-sifat makroskopik yaitu pada tingkat atom

harus ditentukan dengan metode tidak langsung (chang, 2005: 6).

Laboratorium digunakan sebagai tempat dimana melakukan kegiatan

percobaan, pengukuran, penelitian atau riset ilmiah yang berhubungan dengan ilmu

sains dan ilmu-ilmu lainnya. Laboratorium bisa berupa ruangan yang tertutup seperti
kamar atau ruangan terbuka (Lantanida Journal, Vol. 2, No. 2, 2014: 219)

Laboratorium memiliki fungsi sebagai tempat untuk melakukan kegiatan

praktek percobaan atau eksperimen serta menguji konsep ilmu pengetahuan secara

terkogntrol atau terkendali. Laboratorium kimia juga menjadi pusat pemerolehan

pengetahuan dan pengembangan materi baru untuk digunakan di masa depan serta

pusat pemantauan dan pengendalian bahan kimia yang saat ini digunakan secara rutin

dalam ribuan proses komersial yang mendukung proses pembelajaran yang di

dalamnya terkait dengan pengembangan, pemahaman, keterampilan dan inovasi yang

berkaitan dengan peralatan di laboratorium (Baharuddin, dkk., 2013 : 1).

Alat-alat praktikum sangat dibutuhkan dalam proses penelitian ataupun

praktikum terutama dalam proses praktikum kimia banyak sekali alat-alat yang
digunakan dan mempunyai fungsi masing-masing di dalam bidang keilmuan atau pun

proses penelitian, tentu alat-alat ini sangat dibutuhkan. Alat-alat Laboratorium juga

dapat berbahaya jika terjadi kesalahan dalam prosedur pemakaiannya. Maka

diperlukan pengenalan alat-alat Laboratorium agar pengguanaan alat tersebut dapat

dipergunakan dengan fungsi dan prosedur yang baik dan benar, sehingga kesalahan

yang terjadi dapat diminimalisir. Hal ini penting agar mendapatkan hasil penelitian
3

yang baik dan benar, data–data yang tepat akan meningkatkan kualitas penelitian

seseorang (Koesmadja, 2006 : 41).

Ada beberapa faktor yang sangat penting dalam mengetahui alat-alat yang ada

di Laboratorium, yaitu masalah alat-alat yang digunakan dan adanya ketelitian

praktikan dalam melakukan pengukuran dan perhitungan. Suatu Laboratorium harus

merupakan tempat yang aman bagi para pekerja atau pemakainya yaitu para

praktikan. Aman terhadap kemungkinan kecelakaan fatal maupun sakit atau


gangguan kesehatan lainnya. Hanya didalam Laboratorium yang aman, bebas dari

rasa khawatir akan kecelakaan, dan keracunan seseorang dapat bekerja dengan aman,

produktif, dan efesien (Roeswati, 2004 : 29).

Pengetahuan tentang alat-alat laboratorium tidak cukup untuk melakukan

percobaan atau praktikum dan mendapatkan hasil yang berkualitas. Untuk

menghindari kegagalan percobaan dan terutama menghindari kecelakaan maka

semua praktikan, selain harus mengetahui tentang alat-alat laboratorium juga harus

memiliki pengetahuan tentang teknik dasar di laboratorium (Adisendjaja, 2004 : 8).

Pengetahuan singkat tersebut diharapkan setiap individu dapat memahami

alat-alat laboratorium. Hal inilah yang melatarbelakangi kami untuk melakukan

praktikum pengenalan alat-alat laboratorium. Hal inilah yang melatarbelakangi kami


untuk melakukan praktikum pengenalan alat-alat laboratorium.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Apa nama dan kegunaan alat-alat gelas yang umum di pakai di laboratorium?

2. Apa nama dan kegunaan alat-alat gelas untuk mereaksikan zat yang umum di

pakai di laboratorium?
4

3. Apa nama dan kegunaan alat-alat pengukuran volume yang umum di pakai di

laboratorium?

4. Bagaimana teknik dasar penyaringan dan penimbangan?

C. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah:

1. Mengetahui nama dan penggunaan alat-alat gelas yang umum dipakai di

laboratorium
2. Mengetahui nama dan penggunaan alat-alat gelas untuk mereaksikan zat yang

umum dipakai di laboratorium

3. Mengetahui nama dan penggunaan alat-alat pengukuran volume yang umum

dipakai di laboratorium

4. Mengetahui beberapa teknik penyaringan dan penimbangan


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Ilmu Kimia

Ilmu kimia mempelajari bangun (struktur) materi dan perubahan-

perubahan yang dialami materi ini dalam proses-proses alamiah maupun

dalam eksperimen yang direncanakan. Melalui kimia kita mengenal susunan

zat dan penggunaan bahan-bahan tak bernyawa, baik alamiah atau buatan,

dan mengenal proses penting dalam benda hidup, termasuk tubuh kita sendiri.

perspektif kimiawi dunia di sekitar kita mempesonakan. Perspektif ini dapat

dikembangkan lewat pengamatan dan eksperimen kita sendiri, yang dengan

kuat didasarkan pada keinginan manusiawi untuk memahami dan pencarian

kita akan tatanan (Keenan, 1986: 2).

Ilmu kimia adalah bidang ilmu yang mempelajari tentang materi dan

perubahannya. Sedangkan, materi adalah segala sesuatu yang menempati

ruang dan mempunyai massa. Dari definisi ilmu kimia dan materi, ruang tidak

langsung dapat diartikan bahwa ilmkimia adalah ilmu yang mempelajari

seluruh tentang kehidupan. Dibandingkan dengan bidang ilmu lain kimia

sering terkesan lebih sulit, diantaranya karena beberapa konsepnya bersifat

abstrak. (Chang, 2005: 7).

Ilmu kimia adalah suatu pengetahuan yang memiliki karakteristik

yang khas. Ilmu kimia termasuk ilmu pengetahuan alam, sehingga pada

pembelajarannya diperlukan contoh-contoh objek nyata yang ada di alam dan

sekitarnya. Selain itu ilku kimia merupakan ilmu percobaan yang sebagian

pengetahuannya berasal dari hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium

(Zarwinda, dkk., 2015: 60).

5
6

1. Teknik Pengukuran Volume

Pipet adalah peralatan untuk memindahkan sejumlah tertentu zat cair

dari satu tempat ke tempat lain. Secara umum ada 3 jenis pipet yaitu pipet

tetes (dropping pipette), pipet volume (volumetric pipette), dan pipet ukur
(measuring pipette). Pipet tetes digunakan untuk memindahkan sejumlah

tertentu dimana volumenya tidak diukur. Untuk pengambilan cairan

digunakan karet. Perbedaan pipet tetes ditentukan oleh ujung pipet ada yang

runcing atau panjang (kapiler) dan ada yang besar (biasa). Pipet volume atau

disebut juga pipet gondok, ukurannya tertera di permukaan gelas, digunakan

untuk memindahkan volume tertentu (dengan tepat) cairan. Pipet ukur

digunakan untuk memindahkan sejumlah tertentu volume (dengan teliti)

cairan. Sesuai dengan namanya, pipet ini mempunyai skala ukuran dimana

skala 0 terdapat di bagian atas (Adisendjaja, 2014: 15).

Bola hisap dipasang di bagian pangkal pipet volume/ pipet ukur untuk

memindahkan sejumlah tertentu zat cair. Terdapat tiga titik di bola hisap
dengan simbol huruf A, S dan E dengan fungsi yang berbeda. Titik A

(Aspirate) ditekan untuk mengeluarkan udara dalam bola hisap. Titik S

(Suction) ditekan ketika ujung pipet volume/ pipet ukur telah masuk ke dalam

wadah berisi zat cair, berfungsi untuk menghisap/mengambil zat cair tersebut

dengan jumlah tertentu. Titik E (Empty) digunakan untuk mengeluarkan zat

cair dalam pipet volume/pipet ukur dengan jumlah tertentu (Widodo &

Lusiana, 2010: 54).


7

2. Teknik Titrasi

Teknik ini berperan dalam proses standarisasi larutan. Biasanya

menggunakan alat yang disebut buret yang dilengkapi dengan statif. Berikut

ini langkah-langkah proses titrasi dengan menggunakan buret.

a. Pastikan dalam buret tidak ada gelembung udara, membaca skala awal sebelum

meniter, dan tegak lurus dengan permukaan cairan.


b. Kran diolesi dengan vaselin secukupnya dan bilasii dengan cairan yang akan

digunakan titrasi 3 kali.

c. Isi buret dengan larutan titrasi dan pastikan berada di atas skala nol.

d. Alirkan solusi dengan memutar kran sampai ujung buret terisi penuh.

e. Aturlah tinggi solusi sampai miniskus tepat pada angka nol atau angka lainnya

mulai titrasi, tangan kiri memegang kran sambil memutarnya dan tanggan kanan

memegang erlenmeyer sambil digoyangkan dengan gerakan memutar agar

tetesan titrasi segera sampai titik akhir titrasi (Radit, 2010: 17).

3. Teknik Penyaringan

Teknik Penyaringan menggunakan kertas saring, kertas saring

merupakan media penyaring yang sangat penting, Cara melipat kertas saring
yaitu lipat kertas menjadi dua bagian, lipat lagi separuh bentuk kertas saring

ini menjadi dua bagian lagi sehingga menghasilkan bentuk segitiga. Bentuk

segitiga ini disobek pada sudutnya. Kertas saring kemudian dibuka

sedemikian hingga bagian yang tidak tersobek membentuk suatu kerucut.

Bentuk kerucut ditempatkan pada corong saring. Basahi kertas saring dengan

air dan pastikan duduk pada corong secara sempurna

(Widodo dan Lusiana, 2010: 61).


8

Teknik bertujuan untuk mendapatkan solusi yang lebih murni atau

dengan kata lain untuk memisahkan dengan padatannya atay filtrat dengan

residunya. Teknik ini dapat dilakukan dengan menggunakan kertas saring

atau alat penghisap.

a. Penyaringan tanpa penghisap

1). Ikuti seperti gambar disamping

2). Kertas saring tak boleh melebihi corong


3). Basahi kertas saring dengan aquades dan hindari ada rongga udara

4). Jika ada partikel padat, usahakan cairan dullu disaring dan terakhir suspense

padatnya

5). Kadang-kadang proses cepat dan kertas saring sesuai dengan petunjuk

pelipatan kertas saring (seperti corong)

b. Penyaringan dengan penghisap

1). Pasanglah seperangkat seperti gambar di bawah ini.

2). Erlenmeyer lain yang berisi bahan higroskopik (silica gel)

3). Erlenmeyer c dengan penghidap pompa)

4). Pompa dijalankan jika mulai menyaring (Anonim B, 2010: 3)

4. Teknik Pemanasan
Menurut Mahan (1987: 269), cara memanaskan cairan dalam tabung

reaksi yaitu :

a. Jangan mengarahkan mulut tabung reaksi kepada teman atau diri sendiri.

b. Jepitlah tabung di dekat mulutnya.

c. Miringkan ke arah yang aman, panaskan sambil sesekali digoyang.

d. Goyang terus tabung reaksi beberapa saat setelah api dijauhkan /tidak

dipanaskan lagi.
9

e. Memanaskan cairan dalam gelas kimia atau erlenmeyer harus menggunakan

batang pengaduk atau batu didih. Untuk erlenmeyer, bisa dilakukan dengan cara

memanaskan langsung di atas api (untuk pelarut yang tidak mudah terbakar)

sambil cairannya digoyangkan, sekali-kali diangkat apabila sudah akan mendidih.

5. Teknik Penimbangan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penimbangan yaitu bahan

kimia tidak boleh langsung ditaruh pada piringan neraca, tetapi harus
ditimbang dalam botol timbang, gelas piala, gelas arloji dan sebagainya. Jika

bahan dilarutkan atau direaksikan di dalam wadah itu, maka berat wadah

kosong dcari sesudah bahan dipindahkan (Chadijah, 2012: 174).

Teknik penimbangan yaitu suatu cara yang digunakan untuk

mendapatkan sejumlah sampel sesuai denga takaran yang telah ditentukan.

Satuannya merupakan satuan massa. Selain itu, teknik penimbangan juga

digunakan untuk mengetahui massa/berat suatu benda. Hal-hal yang perlu

dilakukan sebelum menimbang adalah :

a. Kenali jenis timbangan

b. Pilih timbangan sesuai dengan kebutuhan

c. Duduk tepat menghadap timbangan


d. Pastikan posisi timbanngan datar

e. Jika timbangan tidak beroperasi secara normal, panggi teknisi

f. Menimbang bahan yang panas

B. Laboratorium

Laboratorium pendidikan yang selanjutnya disebut laboratorium

adalah unit penunjang akademik pads lembaga pendidikan, berupa ruangan

tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara


10

sistematis untuk kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi daiam skala

terbatas, dengan menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode

keilmuan tertentu, dalam rangka pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan/atau

pengabdian kepada masyarakat. (Permenpan RB No. 03, 2010), sehingga

dimana Laboratorium ini dikelola oleh Teknisi / Laboran yang sekarang

dikenal sebagai Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP).

Laboratorium adalah suatu tempat dimana dilakukan kegiatan


percobaan, pengukuran, penelitian atau riset ilmiah yang berhubungan dengan

ilmu sains dan ilmu-ilmu lainnya. Laboratorium bisa berupa ruangan yang

tertutup seperti kamar atau ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain

(Depdiknas, 2003: 6-7).

Laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori

keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian ujicoba, penelitian dan sebagainya

dengan menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas

dengan kuantitas dan kualitas yang memadai. (Depdiknas, 2002: 12).

Laboratorium adalah tempat sekelompok orang yang melakukan

berbagai macam kegiatan penelitian (riset), pengamatan, pelatihan dan

pengujan ilmiah sebagai pendekatan antara teori dan praktik dari berrbagai
macam disiplin ilmu. Secara fisik laboratorium juga dapat merujuk kepada

suatu ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka (Decaprio Richard, 2013:

16).

Laboratorium harus dilengkapi dengan berbagai sarana prasarana

untuk kebutuhan percobaan. Laboratorium sebagai tempat kegiatan riset,

penelitian, percobaan, pengamatan, serta pengujian ilmiah memiliki banyak

fungsi, yaitu :
11

1. Menyeimbangkan antara teori dan praktik ilmu dan menyatukan antara teori

dan praktik

2. Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi para peneliti, baik dari kalangan

siswa, mahasiswa, dosen, atau peneliti lainnya. Hal ini disebabkan

laboratorium tidak hanya menuntut pemahaman terhadap objek yang dikaji,

tetapi juga menuntut seseorang untuk melakukan eksperimentasi.

3. Memberikan dan memupuk keberanian para peneliti (yang terdiri dari


pembelajar, peserta didik, mahasiswa, dosen dan seluruh praktisi keilmuan

lainnya) untuk mencari hakikat kebenaan ilmiah dari suatu objek keilmuan

dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial.

4. Menambah keterampilan dan keahlian para peneliti dalam mempergunakan

alat media yang tersedia di dalam laboratorium untuk mencari dan

menentukan kebenaran ilmiah sesuai dengan berbagai macam riset ataupun

eksperimentasi yang akan dilakukan.

5. Memupuk rasa ingin tahu kepada para peneliti mengenai berbagai macam

keilmuan sehingga akan mendorong mereka untuk selalu mengkaji dan

mencari kebebaran ilmiah dengan cara penelitian, ujicoba, maupun

eksperimentasi.
6. Laboratorium dapat memupuk dan membina rasa percaya diri para peneliti

dalam keterampilan yang diperoleh atau terhadap penemuan yang didapat

dalam proses kegiatan kerja di laboratorium.

7. Laboratoriun dapat menjadi sumber belajar untuk memecahkan barbagai

masalah melalui kegiatan praktik, baik itu masalah dalam pembelajaran,

masalah akademik, maupun masalah yang terjadi ditengah masyarakat yamg

membutuhkan penanganan dengan uji laboratorium.


12

8. Laboratorium dapat menjadi sarana belajar bagi para siswa, mahasiswa,

dosen, aktivis, peneliti dan lain-lain untuk memahami segala ilmu

pengetahuan yang masih bersifat abstrak sehingga menjadi sesuatu yang

bersifat konkret dan nyata (Richard Decsaprio, 2013: 17-20).

C. Alat-alat Laboratorium

Peralatan laboratorium yang selanjutnya disebut peralatan adalah

mesin, perkakas, perlengkapan, dan alat-alat kerja lain yang secara khusus
dipergunakan untuk pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala

terbatas.

Menurut Khoirul Setiap alat yang akan dioprasikan harus dalam

kondisi yang baik yaitu dengan syarat:

1. Siap untuk dipakai (ready for use)

2. Bersih

3. Berfungsi dengan baik

4. Terkalibrasi.

Peralatan digunakan untuk melakukan suatu kegiatan pendidikan,

penelitian, pelayanan masyarakat atau studi tertentu. Karenanya alat-alat ini

harus selalu siap pakai, agar sewaktu-waktu dapat digunakan.


Dalam penyimpanan dan penataan alat yang perlu diperhatikan:

1. Jenis bahan dasar penyusun alat tersebut. Dengan diketahuinya bahan dasar

dari suatu alat kita dapat menentukan cara penyimpanannya.

2. Alat yang terbuat dari logam tentunya harus dipisahkan dari alat yang terbuat

dari gelas atau porselen.

3. Dalam penyimpanan dan penataan alat aspek bobot benda perlu juga

diperhatikan.
13

4. Janganlah menyimpan alat-alat yang berat di tempat yang lebih tinggi, agar

mudah diambil dan disimpan kembali.

Alat-alat laboratorium yang digunakan dalam percobaan bermacam-

macam diantarannya alat pemanas yang terdiri dari pembakar zat, kaki tiga,

selain itu juga digunakan alat-alat ukur gelas.Sebelum digunakan harus

diperiksa dan kemudian dibersihkan.Untuk mereaksikan zat digunakan gelas

ukur labu ukur (labu takar), pipet tetes dan buret.Sedangkan ala-alat lain
seperti pengaduk gelas, Erlenmeyer, corong semprot, kertas saring,

timbangan dan lain-lain. Alat-alat gelas memiliki kegunaan dan fungsi

masing-masing yang berguna untuk memudahkan praktikan dalam

melaksanakan praktikum ( Subroto, 2000 : 14).

1. Peralatan Gelas

Menurut Khamidinal (2009 : 7-10), adapun alat gelas yang digunakan dalam

laboratorium sebagai berikut :

a. Tabung reaksi

Tabung reaksi terbuat dari gelas, dapat dipanaskan, dipakai sebagai tempat

untuk mereaksikan zat-zat kimia dalam jumlah sedikit. Cara penggunaanya yaitu :
1) Tabung reaksi dipegang pada lehernya, miringkan lebih kurang 60oC lalu diisi

dengan larutan yang akan diperiksa.

2) Bila tabung beserta isinya akan dipanaskan, tabung dipegang dengan penjepit

tabung dan pemansan dilakukan pada daerah 1/3 bagian cairan di bawah.

Mulut tabung harus diarahkan ke tempat yang aman (jangan ke arah muka

sendiri atau muka orang lain).

3) Tabung yang panas tidak boleh didinginkan secara mendadak.


14

b. Corong

Biasanya terbuat dari gelas. Corong yang baik berbentuk kerucut

bersudut 60º, dipakai untuk memasukkan suatu cairan ke dalam suatu tempat

yang mulutnya sempit seperti botol, labu ukur, buret dan sebagainya. Selain

itu corong juga digunakan untuk menyaring. Corong yang tangkainya

berdiameter relative agak besar dipakai untuk memasukkan zat berbentuk

serbuk ke dalam bejana bermulut kecil.


c. Gelas ukur

Dipakai untuk mengukur volumen zat kimia dalam bentuk cair. Alat

ini mempunyai skala, ukurannya bermacam-macam. Gelas ukur merupakan

alat pengukur yang kasar. Tidak untuk pengukuran yang teliti. Larutan yang

akan dititrasi tidak boleh diambil/diukur dengan gelas ukur, tetapi diambil

dengan pipet volume.

d. Gelas beker

Alat ini bukan sebagai alat pengukur. Tanda volume yang ada merupakan

taksiran kasar. Terdapat dalam berbagai ukuran. Digunakan untuk :

1) Wadah sementara larutan/reagent

2) Memanaskan larutan
3) Menguapkan pelarut atau memekatkan

e. Erlenmeyer

Alat ini juga bukan alat pengukur. Digunakan dalam analisis volumetri, untuk

wadah suatu volume tertentu dari suatu larutan. Kadang-kadang dipakai untuk

memanaskan larutan. Ada 2 jenis erlenmeyer yaitu :

1) Erlenmeyer tanpa tutup gelas, dipakai untuk titrasi larutan yang tidak mudah

menguap.
15

2) Erlenmeyer dengan tutup gelas, dipakai untuk titrasi larutan yang mudah

menguap.

f. Labu ukur / labu takar

Suatu bejana dengan leher panjang, sempit dan dasar yang datar. Dilengkapi

dengan tanda batas volumen. Mempunyai kapasitas tampung sesuai dengan ukuran

yang tercantum. Bila pada alat tertulis 20oC dan 100 mL maka alat tersebut dapat

menampung cairan pada 20oC tepat sebanyak 100 mL sampai garis tanda yang
terdapat pada leher alat. Digunakan untuk membuat larutan standar (baku) pada

análisis volumetri. Sering juga dipakai untuk pengenceran sampai volume tertentu.

Jangan digunakan untuk mengukur larutan atau pelarut yang panas. Cara

penggunaannya yaitu :

1) Cuci dengan detergent dan selanjutnya dengan air ledeng.

2) Bila dengan air suling.

3) Bahan cairan atau padatan dimasukkan hati-hati dengan bantuan corong ke

dalam labu ukur.

4) Tambahkan air suling / bahan pengencer lain yang diperlukan melalui corong

tadi sampai kurang lebih 4/5 bagian yang penuh, kemudian gojog sampai

diperoleh campuran yang homogen.


5) Tambahkan lagi pengencer sampai sedikit di bawah garis tanda. Bila

penambahan sampai di atas tanda, berarti terjadi suatu kesalahan yang tidak

bias diperbaiki dan pekerjaan harus diulang dari permulaan.

6) Tambahkan kekurangan pengencer (pelarut) dengan hati-hati memakai pipet

tetes sampai miniskus bagian bawah (untuk larutan yang tidak berwarna)

tetapi segaris dengan baris tanda.


16

7) Bila di atas garis tanda terdapat bintik-bintik pelarut/pengencer maka butir-

butir cairan itu dibersihkan dengan kertas/lap bersih.

8) Labu ukur lalu ditutup dengan tutupnya kemudian labu beserta isinya dibolak-

balik beberapa kali sehingga di dapatkan larutan yang homogen.

g. Pipet volume / pipet gondok

Di bagian tengah dari pipet ini ada bagian yang membesar (gondok),

ujungnya runcing dan pada bagian atas ada tanda goresan melingkar. Tepat sampai
tanda tersebut, volume larutan di dalam pipet sama dengan angka yang tertera pada

pipet tersebut. Alat ini dipakai untuk mengambil dan memindahkan larutan secara

tepat suatu volumen tertentu sesuai kapasitas alat. Pipet volumen merupakan alat

pengukur yang lebih tepat dari gelas ukur. Cara penggunaannya yaitu :

1) Cuci pipet dengan detergent dan selanjutnya dicuci dengan air ledeng.

2) Bilas dengan air suling.

3) Bilas dengan larutan yang akan diambil / dipindahkan.

4) Larutan disedot pelan-pelan dengan bola hisap sampai 1 s/d 2 cm di atas garis

tanda.

5) Pipet diangkat vertikal, bersihkan cairan yang menmpel pada ujung pipet

dengan kertas saring atau lap bersih. Tanda batas volume pada pipet
dipempelkan horizontal dengan mata, lalu cairan dikeluarkan secara pelan-

pelan sampai miniskus bawah tepat pada garis tanda (batas volume).

6) Tuangkan isi pipet ke dalam erlenmeyer atau penampung lain yang

digunakan. Pada waktu menuangkan isinya, pipet harus dalam kedudukan

vertikal. Penuangan isi pipet diatur sedemikian rupa sehingga isi pipet

sejumlah 25 ml ddiperlukan waktu kurang lebih 30 detik. Pada saat-sat

terakhir biarkan ujung-ujung pipet pada sisi dalam penampung selama 15


17

detik, untuk memberikan kesempatan pada zat cair yang masih di dalam pipet

untuk keluar. Sisa zat cair yang tertinggal pada ujung pipet tidak boleh

diikutkan / dikeluarkan baik dengan cara meniup ataupun dengan cara-cara

lain. Bila akan dipakai untuk mengambil/memindahkan zat lain, pipet dicuci

kembali dan selanjutnya sesuai dengan petunjuk cara penggunaanya.

h. Pipet ukur

Berupa tabung gelas yang agak panjang dengan ujung runcing dan
mempunyai skala. Teknik penggunaannya sama dengan pipet volume, hanya isi pipet

dapat dipindahkan sebagiansebagian disesuaikan dengan keperluan. Jumlah cairan

yang dituangkan dapat disesuaikan dengana skala yang ada.

i. Pipet Pasteur / pipet tetes

Pipet ini tidak mempunyai ukuran volume atau skala lainnya. Digunakan

untuk memindahkan sedikit zat cair /larutan yang tidak mempunyai ketelitian tinggi.

j. Buret

Buret berupa tabung gelas panjang dengan pembagian skala dan ujung bawah

dilengkapi dengan kran. Digunakan untuk titrasi / mengukur volume titran yang

dipakai. Berdasarkan tingkat ketelitian/pembagian skalanya, buret ada 2 jenis :


1) Makro buret dengan pembagian skala 0,10 – 0,05 ml.

2) Mikro buret dengan pembagian skala 0,01 ml .

Bentuk buret disamping lurus, ada juga buret yang ujungnya bengkok. Buret

yang ujungnya bengkok digunakan untuk titrasi yang menggunakan pemanas. Cara

penggunaanya yaitu :

1) Cuci dengan sabun / detergent, kemudian cuci dengan air ledeng.

2) Bilas dengan air suling.


18

3) Bilas dengan larutan / titran yang akan dimasukkan ke dalam buret, larutan

pembilas dibuang.

4) Periksa kran buret apakah bocor dan kalau dianggap perlu oleskan vaselin

pada kran buret dengan hati-hati supaya jangan sampai lobang kran

tersumbat.

5) Tempatkan buret pada estándar buret dengan memakai klem buret dan

kemudian buret dibuat vertikal.


6) Dengan memakai corong, buret diisi dengan titran sampai sedikit di atas garis

nol. Dalam pengisian buret harus diusahakan agar tidak ada gelembung udara

sepanjang cairan dalam kolom.

7) Corong dilepas/dipindahkan dan bagian sisi dalam dari buret yang terletak di

atas titran dibersihkan dengan kertas saring yang bersih dan kering.

8) Turunkan permukaan larutan dalam buret perlahan-lahan dengan jalan

membuka kran sampai miniskus bawah zat cair (untuk zat cair yang tidak

berwarna atau zat cair berwarna terang) tepat pada garis nol. Bila lewat

sampai di bawah garis nol, pekerjaan tidak perlu diulang tetapi langsung

dibaca dengan teliti. Pembacaan akan lebih teliti apabila miniskus bawah

tepat ada pada garis skala buret.


9) Buret siap untuk digunakan.

10) Pada waktu menitrasi, kran buret dipegang dengan tangan kiri, sedangkan

Erlenmeyer tempat titrat dipegang dengan tangan kanan dan mengeluarkan isi

buret (titran) tidak boleh terlalu cepat. Dalam pemakaian titran minimum

cairan yang tersisa 20 %.

11) Cara pembacaan skala buret yang dipandang adalah miniskus zat cair. Untuk

zat cair yang tidak berwarna atau berwarna terang, sebagai dasar pembacaan
19

adalah permukaan bawah (miniskus bawah) zat cair. Sedangkan untuk zat cair

yang berwarna gelap sebagai dasar pembacaan permukaan atas zat cair pada

dinding buret. Pada waktu pembacaan skala buret kedudukan buret harus

vertical dilihat dari muka dan samping) mata dan miniskus zat cair harus

dalam satu bidang horizontal. Gunakan kertas hitam putih dan batas garis

hitam putih diletakkan 1-2 mm di bawah miniskus (warna hitam terletak di

bawah). Pembacaan skala buret adalah dua angka di belakang koma. Angka
pertama di belakang koma dibaca dari skala buret dan angka terakhir atas

dasar perkiraan. Segera setelah buret selesai digunakan, harus

dibersihkan/dicuci dan dibilas dengan air suling kemudian disimpan.

k. Botol timbang / weighing bottle

Botol timbang adalah alat laboratorium dengan ukuran yang cukup kecil.

Benda ini seperti wadah bertutup yang digunakan sebagai wadah ketika proses

penimbangan. Bila yang ditimbang adalah zat serbuk mungkin cukup menggunakan

gelas arloji, namun lain halnya kalau yang ditimbang adalah zat cair.

2. Peralatan Non Gelas

Menurut Baharuddin, (2013: 29) peralatan Non gelas yang umum

digunakan yaitu:
a. Rak tabung biasanya digunakan untuk Meletakkan tabung reaksi.

b. Bulb biasanya digunakan membantu mengambil larutan kedalam pipet.

c. Pembakar spiritus sebagai sumber api yang digunakan untuk memanaskan

larutan.

d. Kawat kasa digunakan sebagai Alas gelas kimia atau erlenmeyer pada saat

pemanasan.

e. Klem digunakan bersamaan dengan statif


20

f. Kaki tiga digunakan dalam proses pemanasan

g. Oven digunakan mengeringkan sampel dan menetapkan kadar air

h. Tanur digunakan memanaskan dengan suhu tinggi.


BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

1. Tempat penelitian

Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium organik, fakultas sains dan

teknologi, Universitas Islam Alauddin Makassar.

2. Waktu penelitian

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu 10 November 2021, pada jam

13.00 – 15.00.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Peralatan Gelas yang biasanya dipakai pada saat praktikum Buret

asam dan Buret basah, Neraca Analitik, Erlenmeyer, Labu takar, Klem Basa

dan Klem Asam, Pipet volume, Pipet skala, Gelas kimia, Bunsen, Tabung

reaksi, Pipet tetes. Peralatan Non Gelas diantaranya Hot plate, Statif, Klem

(Basah), Klem (Asam), Bulp, Kawat kasa, Corong, Gunting, Sampel, Kuas,

Penjepit, Tisu dan Korek api.

2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaaan ini adalah air, aquades, kertas saring,

dan spiritus.

C. Prosedur Kerja

1. Teknik Pengukuran

Pengukuran volume dilakukan dengan cara terlebih dahuli bulp

dikempeskan, kemudian menyambungkan bulb dengan pipet volume atau pipet skala

kemudian mengambil cairan dengan cara menekan huruf “S” pada bulb hingga skala

20
21

angka nol (jika menggunakan pipet skala) atau telah mencapai volume yang

ditentukan (jika menggunakan pipet volume), kemudian mengeluarkan dengan cara

menekan huruf “E” pada bulb sesuai volume atau skala yang di inginkan.

2. Teknik Titrasi

Titrasi dilakukan dengan cara merangkai alat terlebih dahulu, kemudian

memasukkan cairan menggunakan corong pada buret. Kemudian mengeluarkan

cairan secara perlahan sedikit demi sedikit sambil erlenmeyer diputar searah jarum
jam untuk mendapatkan hasil titrasi.

3. Teknik Penyaringan

Penyaringan dilakukan dengan cara memasukkan kertas saring yang telah di

gunting dan dilipat menjadi 4 bagian kedalam corong, kemudian menaruh corong

diatas wadah dan mengusahakan agar sedikit mengangkat corong pada saat

melakukan penyaringan. Setelah itu baru kita saring aquades dengan cara

meneteskannya kebagian pinggir kertas saring .

4. Teknik Penimbangan

Penimbanngan dilakukan dengan dua cara secara langsung dan tidak

langsung. Untuk penimbangan secara langsung , terlebih dahulu membersihkan

piringan neraca, kemudian menyambungkan neraca analitik ke stop kontak, tunggu


sampai terkalibrasi ke nol, kemudian menekan tombol on. Setelah itu meletakkan

wadah dan sampel yang ingin ditimbang pada neraca dan mencatat hasil

pengukurannya. Ketika ingin menimbang sampel lain, terlebih dahulu tekan tombol

tar, setelah itu masukkan sampel yang ingin ditimbang. Untuk penimbangan secara

tidak langsung memiliki tahapan yang sama namun wadah kosongnya terlebih dahulu

ditimbang, lalu menimbang kembali wadah dan sampelnya, setelah itu untuk
22

mengetahui nilai massa sampelnya kurangkan massa wadah dan sampel lalu

kurangkan dengan massa wadah kosong untuk mengetahui nilai massa sampel.

5. Teknik Pemanasan

Pemanasan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara

terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan kemudian memasukkan aquades

kedalam tabung reaksi dan gelas kimia, setelah itu menjepit tabung reaksi

dengan penjepit, kemudian melakukan pemanasan secara langsung diatas


pembakar spiritus dengan posisi dimiringkan sambil menggoyangkan agar

pemanasan dapat merata. Pemanasan juga dapat dilakukan dengan cara

meletakkan gelas kimia yang telah berisi aquades di atas hot plate yang

dilapis kawat kasa, setelah itu ketika sudah muncul gelembung kecil barulah

tabung reaksi yang berisi aquades dimasukkan menggunakan penjepit.


23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan hasil percobaan pengenalan

alat-alat laboratorium dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

1. Pengukuran

Tabel 4.1 Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran

No Nama Alat Gambar Fungsi

Untuk memindahkan cairan


1 atau larutan dengan volume
Pipet Volume
tepat sesuai dengan ukuran
yang tertera.

2 Untuk mengambil cairan


Pipet Skala
dengan volume tertentu

Untuk menghimpitkan cairan


3 Labu Takar dan untuk membuat larutan
dengan konsentrasi tertentu.

Untuk meminghisap atau


4 Bulp memompa laarutan yang
akan diukur.

23
24

5 Untuk mengambil cairan


Pipet Tetes
dalam skala kecil.

2. Penyaringan

Tabel 4.2 Alat-alat yang digunakan dalam penyaringan

No Nama Alat Gambar Fungsi

Untuk memisahkan cairan


1 Kertas Saring atau larutan dengan
residunya.

Untuk memasukkan cairan


2 atau larutan ke dalam
Corong
erlenmeyer dan untuk
meletakkan kertas saring.

Untuk digunakan sebagai


wadah hasil penyaringan
3 Erlenmeyer yang hasil penyaringannya
itu disebut fitrat.

Untuk menggunting atau


4 Pipet Tetes
membagi kertas saring.
25

3. Pemanasan

Tabel 4.3 Alat-alat yang digunakan dalam pemanasan

No Nama Alat Gambar Fungsi

Untuk mengukur volume


cairan atau larutan dan
1 Gelas Kimia sebagai media perantara
dalam proses pemanasan
tidak langsung
.

Untuk mereaksikan cairan


2 atau zat kimia dan sebagai
Tabung Reaksi
wadah untuk larutan yang
akan dipanaskan.

Sebagai pemanas yang


3 Bunsen menggunakan spiritus
sebagai bahan bakar.

4 Sebagai alat untuk


Hot Plate
memanaskan larutan/sampel.

Digunakan sebagai alas


5 Kawat kasa dalam memanaskan suatu
cairan pada hot plate.
26

Untuk menjepit tabung


reaksi pada proses
6 Penjepit pemanasan secara tidak
langsung, agar panasnya
tidak mengenai tangan.

Sebagai alat untuk


7 menyalakan Bunsen pada
Korek api
proses pemanasan secara
langsung.

4. Penimbangan

Tabel 4.4 Alat-alat yang digunakan dalam penimbangan


No Nama Alat Fungsi Gambar

Untuk menimbang massa


sejumlah zat kimia atau
1 Neraca Analitik
sampel dalam ukuran yang
kecil.

Digunakan sebagai wadah


2 Gelas kimia kosong untuk meletakkan
sampel.

Sebagai bahan yang


3 Sampel ditimbang atau diukur
massanya.
27

Untuk membersihkan
4 Kuas kotoran-kotoran pada neraca
analitik.

5. Titrasi

Tabel 4.5 Alat-alat yang digunakan dalam Titrasi

No Nama Alat Fungsi Gambar

Untuk mengukur volume


1 suatu larutan asam yang
Buret Asam
akan digunakan pada proses
titrasi.

Untuk mengukur volume


2 suatu larutan basa yang akan
Buret Basa
digunakan pada proses
titrasi.

3 Untuk menjepit buret pada


Klem (asam)
statif.

Memiliki fungsi yang sama


4 dengan klem sebelumya
Klem (basa)
yaitu menjepit buret pada
statif.
28

Untuk menegakkan buret


5 Statif dan tempat menjepitkan
klem.

Untuk menjepit tabung


reaksi pada proses
6 Penjepit pemanasan secara tidak
langsung, agar panasnya
tidak mengenai tangan.

7 untuk menampung larutan


erlemeyer
yang akan dititrasi.

8 Untuk memasukkan larutan


Corong
ke dalam buret.

9 Untuk menuangkan larutan


Gelas kimia
ke dalam buret.

B. Pembahasan

Dalam percobaan ini ada beberapa teknik dasar yang dilakukan dalam

laboratorium, yaitu pengukuran, pemanasan, penyaringan,, dan penimbangan.

1. Pengukuran
29

Pengukuran dalam percobaan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara

mengukur volume larutan atau cairan dan mengetahui bagaimana nama dan cara

menggunakan alat yang digunakan dalam pengukuran. Alat yang digunakan dalam

proses pengukuran adalah pipet volume, pipet skala, labu takar, bulp, dan pipet tetes.

Adapun yang digunakan sebagai bahan adalah air. Dalam melakukan pengukuran

volume dibutuhkan ketelitian yang besar supaya takaran yang ingin kita capai tepat

pada pengukurannya.
2. Penyaringan

Penyaringan dalam percobaan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara

menyaring larutan dari residu-residunya agar menghasilkan filtrat. Dalam percobaan

ini juga bertujuan untuk mengetahui nama dan cara menggunakan alat yang

digunakan dalam proses penyaringan yang diataranya adalah kertas saring, corong,

erlenmeyer, dan gunting. Adapun bahan yang dijadikan sampel dalam penyaringan

adalah aquades.

3. Pemanasan

Pemanasan bertujuan untuk mempercepat reaksi larutan uji dengan larutan

pereaksi dan untuk membuat larutan mencapai suhu yang tepaat. Yang dimana juga

dalam percobaan ini juga untuk mengetahui cara memanaskan laritan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pemanasan secara langsung dilakukan dengan

menggunakan bunsen yang berisi spirtus sebagai alat pembakaran dengan menjepit

tabung reaksi dengan penjepit kayu kemudian diletakkan diatas pembakaran tanpa

perantara suatu alat apapun.pemanasan tidak langsung adalah pemanasan yang

melalui media perantara dimana pemanasannya menggunakan hot plate dan media

perantaranya adalah gelas kimia. Dalam percobaan ini juga bertujuan untuk
30

mengetahui nama, cara, dan fungsi dari alat yang digunakan dalam proses

pemanasan.

4. Penimbangan

Penimbangan dalam percobaan ini bertujuan untuk mengetahui nilai massa

suatu bahan/sampel dan langkah-langkah dalam menimbang suatu bahan/sampel.

Pada percobaan ini juga saya juga mengetahui bahwa sebelum menggunakan neraca
analitik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu membersihkan terlebih

dahulu neraca analitik dengan kuas agar tidak mempengaruhi hasil penimbangan,

mengkalibrasi neraca analitik sebelum digunakan, dan memastikan nilai skalanya

berada pada angka nol sebelum digunakanPenimbangan yang dilakukan dalam

percobaan ini adalah penimbangan secara langsung dan tidak langsung.

Penimbangan langsung adalah penimbangan yang secara langsung

menimbang bahan atau sampel tanpa menimbang terlebih dahulu wadah yang

digunakan. Penimbangan tidak langsung adalah penimbangan yang dilakukan dengan

cara menimbang terlebih dahulu wadah kosong dan mecatat massanya kemudian

mengembalikan kembali timbangan pada angka nol. Setelah itu timbang kembali

sampel dengan wadah pada neraca analitik kemudian catat nilai massanya kemudian
kurangkan dengan nilai massa wadah kosong untuk mendapatkan massa dari

bahan/sampel.

5. Titrasi

Titrasi dalam percobaan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana langkah-

langkah dalam proses titrasi dan untuk mengetahui nama dan fungsi alat yang

digunakan pada proses titrasi. Dimana titrasi adalah suatu proses untuk mengetahui

konsentrasi suatu larutan dengan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Dalam
31

percobaan ini kami menggunakan bahan sampel air sebagai pemula. Pada Dalam

percobaan ini juga bertujuan utuk mengetahui bagaimana cara penggunaan alat pada

proses titrasi, perbedaan antara buret asam, buret basa dan buret coklat yang dimana

perbedaannya terletak pada bagian cara mengeluarkan larutannya. Buret asam

menggunakan sistem kran. Pada buret basa menggunakan sistem bola-bola kecil yang

dicubit untuk mengeluarkan larutanya. Buret coklat digunakan untuk larutan yang

mudah teroksidasi oleh cahaya matahari. .


Untuk melakukan titrasi kita harus mengetahui sifat larutan yang akan

dititrasi. Apabila yang ingin dititrasi berupa larutan basa maka yang menjadi

titrannya adalah larutan asam, begitupula sebaliknya apabila yang ingin dititrasi

berupa larutan asam maka yang menadi titranya adalah larutan basa. Larutan yang

berperan sebagai titran akan ditambahkan secara bertahap tetes demi tetes hingga

menjangkau titik ekuivalen yang dimana ketika konsentrasi asam memiliki jumlah

yang sama dengan konsentrasi basa. Apabila larutan sudah berubah warna maka

proses titrasi dihentikan.


32
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :

1. Alat-alat gelas yang umum digunakan di laboratorium adalah tabung reaksi,

labu takar, gelas ukur, pipet volume, buret, pipet skala, pipet tetes, batang

pengaduk, corong, gelas kimia, dan Erlenmeyer.

2. Alat-alat gelas untuk mereaksikan zat yang umum digunakan di laboratorium

adalah tabung reaksi, gelas kimia dan labu erlenmeyer.

3. Alat-alat gelas untuk mengukur volume yang umum digunakan di

laboratorium adalah gelas ukur, pipet tetes, pipet skala, pipet volume, buret,

dan labu takar.

4. Teknik dasar penyaringan yaitu dengan menggunakan kertas saring untuk

memisahkan padatan dengan cairan atau dengan kata lain untuk memisahkan

residu dengan filtrat. Penimbangan dilakukan untuk mengetahui nilai

besaran. Penimbangan dapat dilakukan secara langsung maupun tidak

langsung.

B. Saran

Sebaiknya pada percobaan selanjutnya, dalam percobaan yang dilakukan di

laboratorium alat-alat yang digunakan tersedia sebanyak praktikan yang terdapat

dalam satu kelompok tersebut. Hal ini dikarekanan agar semua pengetahuan

mengenai penggunaan alat tersebut dapat tersalurkan secara efektif dan semua

praktikan dapat lebih mengerti dan memahami tata cara penggunaannya.

32
DAFTAR PUSTAKA

Adisendjaja, Y H. 2004. Keselamatan dan Keamanan Laboratorium.[Artikel].


Disampaikan pada pelatihan pengelolaan laboratorium guru-guru SMP di
Bandung.
Adisendjaja, Y dkk. 2014. Penuntun Kegiatan Laboratorium Biokimia. Universitas
Pendidikan Indonesia: Bandung.
Ahmad, Rizal. 2013. Akurasi Alat-Alat Ukur Volume Yang Digunakan Dalam
Praktikum dan Penelitian Di Laboratorium Kimia FMIPA Unimed. Jurnal
Agroment Indonesia, 21(2): 39-45.
Baharuddin, dan Aziz Fitria. 2013. Modul Manajemen Laboratorium. Jurusan Kimia
UIN Alauddin Makassar: Gowa.
Chadijah, Sitti. Dasar-Dasar Kimia Analitik . 2012. Alauddin University Press:
Makkassar.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Jilid 1 Edisi ketiga. Erlangga: Jakarta.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar : Konsepkonsep Inti, edisi ketiga. Erlangga:
Jakarta.
Decaprio, Richard. 2013. Tips Mengelola Laboratorium Sekolah IPA, Bahasa,
Komputer, dan Kimia. Diva Press: Yogyakarta.
Depdiknas. 2002. Pedoman Pendayagunaan Peraatan Laboratorium. BSNP: Jakarta.
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia SMA dan MA.
Depdiknas: Jakarta.
Emda, Amna. 2014. Laboratorium sebagai Sarana Pembelajaran Kimia dalam
Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Kerja Ilmiah. Lantanida
Journal, 2(2): 6-7.
Ernawati, D. 2015. Upaya Peningkatan Prestasi Belajar dan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa Kelas XI MIA 7 dengan Menggunakan Metode Pembelajaran di
SMA Negeri 11 Sukharjo. Jurnal Pendidikan Kimia, 4(4) : 2.
Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Kartika: Surabaya.
Hidayanti, Risda. 2011. Kimia Dasar Jilid 1 Edisi ketiga. Erlangga: Jakarta.
Jannah, N. A. 2020. Modul Pengenalan Laboratorium. UIN Raden Intan Lampung:
Lampung.
Keenan, 1986. Kimia Dasar Prinsip Terapan Modern Edisi Keempat. Erlangga:
Jakarta.
Keenan, W. K. 1989. IKimia untuk Universitas. Erlangga: Jakarta.
Khamdinal. 2009. Teknik Laboratorium Kimia. Pustaka Belajar: Yogyakarta.
Khoirul, Utari. 2010. Konsep Dasar Kimia Analaitik. Erlangga: Jakarta.
Koesmadja, 2006.Kimia Dasar. Erlangga: Jakarta.
Mahan, B. 1987. University Chemistry. Cumming Publishing Company:
Massachusetts.
Permendiknas Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Standar Tenaga Laboratorium
Sekolah.
Risma, 2013. Modul Praktikum Kimia Dasar I. Universitas Sriwijaya: Inderalaya.
Roeswati, 2004. Tangkas Kimia. Kartika: Surabaya.
Sari, dkk. 2018. Analisis Profil Manajemen Laboratorium dalam Pembelajaran Kimia
di SMA Wilayah Sumedang. Jurnal Tadris Kimiya, 3(1): 74-75.
Satyajit D. 2009. Kimia untuk Mahasiswwa Farmasi:Bahan Organik, Alam dan
Umum. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

33
34

Sumardjo, Denny. 2012. Pengantar Kimia. Erlangga: Jakarta.


Subroto, Joko. 2000. Buku Pintar Alat-alat Laboratorium. CV Aneka. Solo.
Widodo, Setiyo, Didik dan Lusiana, Ariadi, Retno. 2010. Kimia Analisis Kuantitatif.
Graha Ilmu: Yogyakarta.
Widodo, W. S. 2015. Persiapan Alat dan Bahan Praktikum IPA. Universitas Negeri
Yogyakarta: Yogyakarta.
Vogel. 1985. Buku Teks Analisi Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi
kelima, Bagian I. Jakarta : PT Kalman Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai