FISIKA FARMASI
DISUSUN OLEH :
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai
menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya saya ucapkan kepada Dosen yang telah
membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil, sehingga makalah ini
terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.saya menyadari sekali, didalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-
kekurangannya, baik dari segi tata bahasa.
Jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah-makalah saya di lain waktu. Harapan yang paling besar dari penyusunan
makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang saya susun ini penuh manfaat, baik untuk
pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan
lagi atau mengambil hikmah dari makalah MIKROBIOLOGI D & PARASITOLOGI
“UJI EFEKTIVITAS PENGAWET”
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2. Tujuan Praktikum.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................3
2.1. Teori Umum..................................................................................................................3
2.2. Uraian Bahan..............................................................................................................13
2.3. PROSEDUR KERJA..................................................................................................14
2.4. CARA KERJA...........................................................................................................15
2.5. Pembahasan................................................................................................................24
BAB III PENUTUP....................................................................................................................27
3.1. KESIMPULAN..........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................28
ii
BAB I PENDAHULUAN
Untuk suatu sediaan obat yang dibuat utamanya dalam skala besar, yang melalui
waktu penyimpanan yang panjang, diharapkan suatu ruang waktu daya tahan selama
kurang lebih 5 tahun. Sedian obat sebaiknya berjumlah 3 tahun dalam kasus yang
kurang baik. Obat yang dibuat secara reseptur, sebaiknya menunjukkan suatu
stabilitas untuk sekurang-kurangnya beberapa bulan. Akan tetapi untuk preparat
yang terakhir disusun dengan suatu pembatasan dari waktu penyimpanan.
Sifat khas kualitas yang penting adalah kandungan bahan aktif, keadaan
galeniknya, termasuk sifat yang dapat terlihat secara sensorik, sifat mikrobiologis
dan toksikologisnya dan aktivitasnya secara terapeutik. Skala perubahan yang
diizinkan ditetapkan untuk obat yang terdaftar dalam farmakope. Untuk barang jadi
obat dan obat yang tidak terdaftar berlaku keterangan yang telah dibuat dalam
peraturan yang baik.
Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat
formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu obat atau sediaan
farmasi biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang
lama untuk sampai ke tangan pasien yang membutuhkan.
Penyebab ketidakstabilan sediaan obat ada dua watak, pertama kali adalah
labilitas dari bahan obat dan bahan pembantu sendiri. Yang terakhir dihasilkan dari
bahan kimia dan kimia fisika, untuk lainnya adalah faktor luar seperti
suhu,kelembapan,udara,dan cahaya, menginduksi atau mempercepat reaksi yang
berkurang nilainya.
Faktor-faktor yang telah disebutkan menjadi efektif dalam skala tinggi adalah
bergantung dari jenis galenik dari sediaan dalam obat padat, seperti serbuk, bubuk,
dan tablet.
1
Penjelasan di atas menjelaskan kepada kita bahwa betapa pentingnya kita
mengetahui pada keadaan yang bagaimana suatu obat tersebut aman dan dapat
bertahan lama, sehingga obat tersebut dapat disimpan dalam jangka waktu yang
lama tanpa menurunkan khasiat obat tersebut.
2
BAB II PEMBAHASAN
Stabilitas obat adalah derajat degradasi suatu obat dipandang dari segi kimia.
Stabilitas obat dapat diketahui dari ada tidaknya penurunan kadar selama
penyimpanan (Connors,1986). Tidak tergantung dari karakter jalannya proses
penguraian (perubahan kimia, fisika dan mikrobiologis) adalah untuk
mengetahui waktu yang mana bahan obat atau sistem bahan obat dibawah
persyaratan lingkungan tertentu. Memenuhi tuntutan yang telah dilaporkan,
untuk mendeteksi perbandingan stabilitas maka dipakai 2 metode yaitu (Voight,
1995) :
1. tes daya tahan waktu panjang yang mengantarkan bahwa obat selama
ruang waktu yang diminati disimpan di bawa persyaratan penyimpanan
(suhu, cahaya, udara dan kelembapan) yang dituntut atau diharapkan di
dalam lemari pendingin atau ruang pendingin dan dalam jarak waktu
yang cocok dan pada akhir percobaan dikontrol kandungan bahan obat
atau nilai efektifnya, sifat mikrobiologis, maupun sifat sensoris dan
keadaan galeniknya yang dapat dideteksi dengan metode fisika.
2. tes daya tahan dipercepat dilakukan dibawah pembebanan panas, dengan
ini digunakan membuat peraturan kinetika
reaksi, lagi pula penguraian dipelajari pada suhu yang lebih tinggi
daripada suhu ruang dan kemudian diekstrapolasikan pada suhu
penyimpanan. Degradasi kimia konstituen dalam sebuah produk obat sering
menyebabkan kerugian dalam potensi, misalnya, hidrolisis cincin b-laktam
hasil benzilpenisilin dalam aktivitas antimikroba yang lebih rendah. dalam
contoh beberapa produk degradasi dari obat mungkin degradasi beracun
suatu eksipien dapat menimbulkan masalah stabilitas fisik atau
mikrobiologis. Pada umumnya, reaksi kimia berlangsung lebih mudah dalam
keadaan cair daripada dalam keadaan padat sehingga masalah stabilitas
serius lebih umum ditemui dalam obat cair (Walter,1994).
3
Stabilitas farmasi harus diketahui untuk memastikan bahwa pasien
menerima dosis obat yang diresepkan dan bukan hasil ditemukan degradasi
efek terapi aktif. farmasi diproduksi bertanggung jawab untuk memastikan ia
merupakan produk yang stabil yang dipasarkan dalam batas-batas tanggal
kedaluwarsa. apoteker komunitas memerlukan pengetahuan tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi stabilitas bahwa ia benar dapat menyimpan obat-
obatan, pemilihan wadah yang tepat untuk mengeluarkan obat tersebut,
mengantisipasi interaksi ketika pencampuran beberapa bahan obat,
persiapan, dan menginformasikan kepada pasien setiap perubahan yang
mungkin terjadi setelah obat telah diberikan (Parrot, 1978).
Dalam mempertimbangkan stabilitas kimia farmasi yaitu untuk
mengetahui urutan reaksi, yang diperoleh secara eksperimental dengan
mengukur laju reaksi sebagai fungsi dari konsentrasi obat merendahkan.
Urutan keseluruhan reaksi adalah jumlah dari eksponen istilah konsentrasi
tingkat ekspresi. Urutan sehubungan dengan tiap reaktan itu eksponen dari
istilah konsentrasi individu dalam tingkat ekspresi (Parrot,1978).
Solusi tingkat reaksi biasanya dinyatakan dalam satuan perubahan
konsentrasi per periode waktu. Misalnya, mol per liter per jam, dan laju
reaksi kimia yang terjadi dalam larutan biasanya sebanding dengan
konsentrasi spesies reaksi (Martin, 1971).
Reaksi orde nol di mana tingkat adalah independen dari konsentrasi
reaktan. Laju reaksi ditentukan oleh faktor lain, seperti penyerapan cahaya
dalam reaksi fotokimia atau tingkat difusi dalam reaksi permukaan tertentu
(Parrot, 1978).
Dimana K adalah konstanta laju orde nol, yang memiliki dimensi
konsentrasi dibagi oleh misalnya waktu mol per liter per jam.
Persamaan diferensial di atas pada hasil integrasi
C = -Kot + Co
Dimana C adalah konsentrasi awal Orde Reaksi satu.
4
Reaksi orde pertama adalah satu di mana laju reaksi berbanding lurus
dengan konsentrasi zat bereaksi. matematis, hal ini dapat dinyatakan sebagai
(Parrot, 1978).
Log C = Pada umumnya penentuan kestabilan suatu zat obat dapat
dilakukan dengan cara kinetika kimia. Cara ini tidak memerlukan waktu
yang lama sehingga praktis digunakan dalam bidang farmasi. Hal-hal yang
penting diperhatikan dalam penentuan kestabilan suatu zat dengan cara
kinetika kimia adalah (Anonim, 2010) :
a. Kecepatan reaksi
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi
c. Tingkat reaksi dan cara penentuannya.
Beberapa prinsip dan proses laju yang berkaitan dimaksudkan dalam
rantai peristiwa ini :
1. Kestabilan dan tak tercakup proses laju umumnya adalah suatu yang
menyebabkan ketidak aktifan obat melalui penguraian obat, atau
melalui hilangnya khasiat obat karena perubahan bentuk fisik dan
kimia yang kurang diinginkan dari obat tersebut.
2. Disolusi, disini yang diperhatikan terutama kecepatan berubahnya
obat dalam bentuk sediaan padat menjadi bentuk larutan molekular.
3. Proses absorbsi, distribusi, dan eliminasi beberapa proses berkaitan
dengan laju absorbsi obat ke dalam tubuh, laju distribusi obat dalam
tubuh dan laju pengeluaran obat setelah proses distribusi dengan
berbagai faktor, seperti metabolisme, penyimpanan dalam organ
tubuh lemak, dan melalui jalur-jalur penglepasan.
4. Kerja obat pada tingkat molekular obat dapat dibuat dalam bentuk
yang tepat dengan menganggap timbulnya respon dari obat
merupakan suatu proses laju.
5
Konstanta K yang ada dalam hukum laju yang digabung dengan reaksi
elementer, disebut konstanta laju spesifik untuk reaksi itu. Setiap perubahan dalam
kondisi reaksi seperti temperatur, pelarut atau sedikit perubahan dari suatu komponen
yang terlibat dalam reaksi akan menyebabkan hukum laju reaksi mempunyai harga yang
berbeda untuk konstanta laju spesifik. Secara eksperimen, suatu perubahan konstanta
laju spesifik berhubungan terhadap perubahan dalam kemiringan garis yang diberikan
oleh persamaan laju. Variasi dalam konstanta spesifik merupakan kebermaknaan yang
fisik yang penting, karena perubahan dalam konstanta ini menggambarkan suatu
perubahan pada tingkat molekul sebagai akibat variasi dalam kondisi reaksi
(Martin,1983).
Stabilitas obat adalah suatu pengertian yang mencakup masalah kadar obat yang
berkhasiat. Batas kadar obat yang masih tersisa 90 % tidak dapat lagi atau disebut
sebagai sub standar waktu diperlukan hingga tinggal 90 % disebut umur obat. Orde
reaksi dapat ditentukan dengan beberapa metode, diantaranya (Martin, 1983)
1. Metode substitusi Data yang terkumpul dari hasil pengamatan jalannya suatu
reaksi disubstitusikan ke dalam bentuk integral dari persamaan berbagai orde
reaksi. jika persamaan itu menghasilkan harga K yang tetap konstan dalam
batas-batas variasi percobaan, maka reaksi dianggap berjalan sesuai dengan orde
tersebut.
6
2. Metode grafik Plot Data dalam bentuk grafik dapat digunakan untuk mengetahui
orde reaksi tersebut. Jika konsentrasi di plot terhadap t dan didapat garis lurus,
reaksi adalah orde nol. Reaksi dikatakan orde pertama bila log (a-x) terhadap t
menghasilkan garis lurus. Suatu reaksi orde kedua akan memberikan garis lurus
bila 1/ (a-x) diplot terhadap t (jika konsentrasi mula-mula sama). Jika plot 1 /(a-
x)² terhadap t menghasilkan garis lurus dengan seluruh reaktan sama konsentrasi
mula-mulanya,reaksi adalah orde ketiga.
3. Metode waktu paruh Dalam reaksi orde nol, waktu paruh sebanding dengan
konsentrasi awal, a. Waktu paruh reaksi orde pertama tidak bergantung pada a;
waktu paruh untuk reaksi orde kedua, dimana a = b sebanding dengan 1/a dari
dalam reaksi orde ketiga, dimana a = b = c, sebanding dengan 1/a². Umumnya
berhubungan antar hasil di atas memperlihatkan waktu paruh suatu reaksi
dengan konsentrasi seluruh reaktan sama.
Ada beberapa pendekatan untuk kestabilan dari preparat-preparat farmasi yang
mengandung obat-obat yang cenderung mengurai dengan hidrolisis. Barangkali
paling nyata adalah reduksi atau eliminasi air dari sistem farmasi. Bahkan bentuk-
bentuk sediaan padat yang mengandung obat-obat labil air harus dilindungi dari
kelembaban atmosfer. Ini dapat dibantu dengan menggunakan suatu penyalut
pelindung tahan air menyelimuti tablet atau dengan menutup dan menjaga obat
dalam wadah tertutup kuat (Martin,1983).
7
b. Perubahan keadaan distribusi Melalui efektivitas gravitasi pada cairan sistem
berfase banyak memungkinkan terjadi munculnya pemisahan, yang mula-mula
terasakan hanya sebagai pergeseran tingkat dispersitas yang dapat dilihat secara
mikroskopis, tetapi dalam stadium yang lebih maju dapat juga dilihat secara
makroskopis sebagai sedimentasi atau pengapungan.
c. Perubahan konsistensi dan agregat Sediaan obat semi padat seperti salep dan
pasta selama penyimpanannya seringkali mengeras kemudia yang dalam kasus
ekstrim mengarahnya padda suatu kerugian daya penerapannya.
d. Perubahan perbandingan kelarutan Pada sistem dispersi monokuler misalnya
larutan bahan obat dapat menyebabkan terlampauinya produk kelarutan, dengan
demikian terjadi pemisahan (pengendapan) dari bahan terlarut melampaui
perubahan konsentrasi yang disebabkan oleh penguapan bahan pelarut atau
melalui perubahan suhu.
e. Perubahan perbandingan hidratasi Melalui pengambilan atau pelepasan dari
cairan perbandingan hidratasi senyawa dipengaruhi dan denggan demikian
menentukan sifat. Contoh yang jelas nyata adalah pencairan ataumenjadi
kotornya ekstrak disebabkan oleh higroskopisitas yang besar dari sediaan ini.
Kestabilan dari suatu zat merupakan dari suatu zat merupakan faktor yang harus
diperhatikan dalam formulai suatu sediaan farmasi. Hal itu penting mengingat
sediaannya biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan juga memerlukan
waktu yang lama sampai ke tangan pasien yang membutuhkannya. Obat yang
disimpan dalam jangka waktu yang lama dapat mengalami penguraian dan
mengakibatkan hasil urai dari zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat
membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi kestabilan suatu zat hingga dapat dipilih suatu kondisi
pembuatan sediaan yang tepat sehingga kestabilan obat terjaga (Anonim, 2010).
8
Untuk obat tertentu, satu bentuk kristal atau polimorf mungkin lebih stabil
daripada lainnya, hal ini penting supaya obat dipastikan murni sebelum diprakarsai
oleh percobaan uji stabilitasnya dan suatu ketidakmurnian mungkin merupakan
katalisator pada kerusakan obat atau mungkin menjadikan dirinya tidak akan stabil
mengubah kestabilan fisik bahan obat dan suatu kestabilan obat yang sempurna
(Martin, 1983).
Interkonveksi bentuk hidrat dan anhidrat dari Ampicilin dapat memiliki efek
yang berkaitan pada laju pelarutan dari formulasi berarti berkaitan juga dengan
ketersediaan hayati. Bentuk dari anhidrat lebih larut dibandingkan dengan berat
murni kelarutannya pada suhu 37˚C telah ditentukan bagian fungsi dari pil untuk ke
suatu bentuk kristal (Martin, 1983).
Stabilitas kimia obat sangat penting karena menjadi kurang efektif karena
mengalami degradasi. Stabilitas kimia obat sangat penting karena menjadi kurang
efektif karena mengalami degradasi. Dekomposisi obat juga dapat menghasilkan
racun oleh produk-produk yang berbahaya bagi pasien. Dekomposisi obat juga
dapat menghasilkan Racun oleh produk-produk yang menggila bagi Pasien.
Ketidakstabilan mikrobiologis produk obat yang steril juga bisa berbahaya.
Ketidakstabilan mikrobiologis produk obat yang steril juga bisa berbahaya
(Anonim, 2010).
9
Ada dua hal yang menyebabkan ketidakstabilan obat, yang pertama adalah
labilitas dari bahan obat dan bahan pembantu, termasuk struktur kimia masing-
masing bahan dan sifat kimia fisika dari masing-masing bahan. Yang kedua adalah
faktor-faktor luar, seperti suhu, cahaya, kelembaban, dan udara, yang mampu
menginduksi atau mempercepat reaksi degradasi bahan. Skala kualitas yang penting
untuk menilai kestabilan suatu bahan obat adalah kandungan bahan aktif, keadaan
galenik, termasuk sifat yang terlihat secara sensorik, secara miktobiologis,
toksikologis, dan aktivitas terapetis bahan itu sendiri. Skala perubahan yang
diijinkan ditetapkan untuk obat yang terdaftar dalam farmakope. Kandungan bahan
aktif yang bersangkutan secara internasional ditolerir suatu penurunan sebanyak
10% dari kandungan sebenarnya (Voight, 1994).
10
Pada masa lalu juga banyak perusahaan Farmasi mengadakan evaluasi mengenai
kestabilan sediaan Farmasi dengan pengamatan selama 1 tahun atau lebih sesuai
dengan waktu normal yang diperlukan dalam penyimpanan dan dalam penggunaan.
Metode seperti itu memakan waktu dan tidak ekonomis. Penelitian yang dipercepat
pada temperature tinggi juga banyak dilakukan oleh banyak perusahaan, tetapi
kriterianya sering merupakan criteria buatan yang tidak didasarkan pada prinsip-
prinsip dasar kinetic. Contohnya, beberapa perusahaan menggunakan aturan bahwa
penyimpanan cairan pada 37o mempercepat penguraian 2 kali lajunya poada
temperature normal, sementara perusahaan lain mengandaikan bahwa kondisi
tersebut mepercepat penguraian dengan 20 kali laju normal, Telah dibuktikan bahwa
koefisien temperatur buatan dan kestabilan tidak dapat diterapkan pada sediaan-
sediaan cair dan sediaan Farmasi yang lain. Perkiraan waktu penyimpanan harus
diikuti dengan analisis yang dirancang secara hati-hati untuk bermacam-macam
bahan dalam tiap produk jika hasilnya cukup berarti (Martin, 1993).
Apabila bentuk sediaan dari suatu obat diubah, misalnya dengan dilarutkan
dalam suatu cairan, diserbuk ataupun ditambahkan bahan-bahan penolong lain, atau
juga dilakukan modifikasi terhadap kondisi lingkungan dari obat itu sendiri, yaitu
misalnya dengan mengubah-ubah kondisi penyimpanan dan lain sebagainya, maka
dengan demikian stabilitas obat yang bersangkutan mungkin juga akan terpengaruh
(Connors, 1992).
11
Laju atau kecepatan suatu reaksi diartikan sebagai ± dc / dt. Artinya terjadi
penambahan(+) atau pengurangan konsentrasi ( C ) dalam selang waktu (dt).
Menurut hukum aksi massa,laju suatu reaksi kimia sebanding dengan hasil kali dari
konsentrasi molar reaktan yangmasing-masing dipangkatkan dengan angka yang
menunjukkan jumlah molekul dari zat-zatyang ikut serta dalam reaksi. Reaksi yang
dimaksud adalah (Martin, 1990) :
aA + bB + ……..= Produk
c
C Orde nol k=
t
2,302 C0 2,302 C0
Orde I k= log atau k = log
t c t c 0−X
X
Orde II k=
C 0 ( C 0−X ) t
Dimana:
k = tetapan kecepatan reaksi
Co = konsentrasi mula-mula zat
C = konsentrasi zat pada waktu t
X = jumlah obat yang terurai pada waktu t
C = Co – X = konsentrasi mula-mula jumlah yang terurai pada waktu t
12
2.2. Uraian Bahan
13
Efek samping : mual, diare ruam, kadang-kadang terjadi kolitis karena
antibiotik Dosis : Oral dewasa 250-500 mg tiap 8 jam, infeksi saluran
nafas berat/berulang 3 gram tiap 12 jam, infeksi salura
kemih 3 gram diulang setelah 10-12 jam.
14
2.4. CARA KERJA
15
4. Data pengamatan hasil absorban
16
17
Perhitungan :
1. Suhu 30˚C
13,7492
13,7492
Menit ke-0 =
1000
= 0,0137492 mg
390,5994
Menit ke-15 =
1000
= 0,3905994 mg
58,6048
Menit ke-30 =
1000
= 0,0586048 mg
14,0651
Menit ke-45 =
1000
= 0,0140651 mg
58,6048
Menit ke-60 =
1000
= 0,0586048 mg
27,3322
Menit ke-75 =
1000
= 0,0273322 mg
128,7312
Menit ke-90 =
1000
= 0,1287312 mg
18
2. Suhu 40˚C
9,6427
Menit ke-0 =
1000
= 0,0096427 mg
38,3882
Menit ke-15 =
1000
= 0,0383882 mg
121,7817
Menit ke-30 =
1000
= 0,1217817 mg
81,0326
Menit ke-45 =
1000
= 0,0810326 mg
414,6066
Menit ke-60 =
1000
= 0,4146066 mg
99,0380
Menit ke-75 =
1000
= 0,0990380 mg
87,3503
Menit ke-90 =
1000
= 0,0873503 mg
3. Suhu 50˚C 425,3467
425,3467
Menit ke-0 =
1000
= 0,4253467 mg
450,9333
Menit ke-15 =
1000
= 0,4509333 mg
315,4369
Menit ke-30 =
1000
= 0,3154369 mg
19
375,4369
Menit ke-45 =
1000
= 0,3754369 mg
368,4875
Menit ke-60 =
1000
= 0,3684875 mg
422,1878
Menit ke-75 =
1000
= 0,4221878 mg
316,0507
Menit ke-90 =
1000
= 0,3160507 mg
4. Suhu 60˚C
323,0001
Menit ke-0 =
1000
= 0,3230001 mg
345,4279
Menit ke-15 =
1000
= 0,3454279 mg
352,0615
Menit ke-30 =
1000
= 0,3520615 mg
421,5561
Menit ke-45 =
1000
= 0,4215561 mg
365 ,9604
Menit ke-60 =
1000
= 0,3659604 mg
306,8900
Menit ke-75 =
1000
= 0,3068900 mg
359,9586
Menit ke-90 =
1000
= 0,359,9586 mg
20
Nilai a, b, r Amoxicillin :
21
Perhitungan :
1. Suhu (K) = 273 + suhu (˚C)
a. Suhu 25˚C = 273 + 25
= 298˚K
b. Suhu 30˚C = 273 + 30
= 303˚K
c. Suhu 40˚C = 273 + 40
= 313˚K
d. Suhu 50˚C = 273 + 50
= 323˚K
e. Suhu 60˚C = 273 + 60
= 333˚K
2. Nilai 1/T (x)
1
a. Suhu 25˚C =
298
22
= 3,35570 X 10-3
1
b. Suhu 30˚C =
303
= 3,30033 X 10-3
1
c. Suhu 40˚C =
313
= 3,19488 X 10-3
1
d. Suhu 50˚C =
32 3
= 3,09597 X 10-3
1
e. Suhu 60˚C =
33 3
= 3,00300 X 10-3
23
3. Nilai k
a. Nilai k untuk orde 2 adalah B = k
b. Perhitungan untuk suhu 25˚C Untuk dapat nilai k pada suhu
25˚C, maka diregresikan antara x dan log k. Didapatkan nilai :
a = -10.6856
b = 3033.606
r = 0.18037 Y =
4. Nilai log k (log dari nilai k) Perhitungan Waktu paruh (t 1/2) dan waktu
kadaluarsa (t90):
= 25000 ppm
1
1 t1/2 =
C0.K
1
=
25000 X 0.31221
1 C0.K
t90 = X
9 K
1 25000
= X
9 0.31221
25000
=
2.80989
= 8897,14 menit
= 148,28 jam
24
= 6,17 hari
2.5. Pembahasan
Stabilitas obat adalah kemampuan suatu obat untuk
mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang
dimilikinya pada saat dibuat (identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian)
dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan
penggunaan sehingga mampu memberikan efek terapi yang baik dan
menghindari efek toksik. Salah satu aktivitas yang paling penting dalam
kerja preformulasi adalah evaluasi kestabilan fisika dan kimia dari zat
obat murni. Adalah perlu bahwa pengkajian awal ini dihubungkan
dengan menggunakan sampel obat dengan kemurnian yang diketahui.
25
Faktor utama lingkungan dapat menurunkan stabilitas
diantaranya temperatur yang tidak sesuai, cahaya, kelembaban, oksigen
dan mikroorganisme. Beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi
stabilitas suatu obat adalah ukuran partikel, pH, kelarutan, dan bahan
tambahan kimia.
26
Pada percobaan ini dilarutkan dry sirup amoxicillin dengan air
sebanyak 60 ml. Saring terlebih dahulu sirup amoxicillin kemudian
masukkan hasil saringan sirup amoxicillin ke dalam vial sebanyak 10 ml.
Kemudian ambil vial-vial tersebut masukkan dalm oven pada suhu 30˚C,
40˚C , 50˚C dan 60˚C. Pada menit ke 0, 30, 15, 30, 45, 60, 75, dan 90
menit di ambil 1 vial dan di ukur absorbannya pada spektrofotometer.
27
BAB III PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa:
28
DAFTAR PUSTAKA
Lachman, Leon. 1994.Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jilid III. Edisi III.
https://www.academia.edu/8665817/STABILITAS_OBAT
29