Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Suatu sediaan obat yang dibuat utamanya dalam skala besar, yang melalui waktu penyimpanan
yang panjang, diharapkan suatu ruang waktu daya tahan selama kurang lebih 5 tahun. Sedian
obat sebaiknya berjumlah 3 tahun dalam kasus yang kurang baik. Obat yang dibuat secara
reseptur, sebaiknya menunjukkan suatu stabilitas untuk sekurang-kurangnya beberapa bulan.
Akan tetapi untuk preparat yang terakhir disusun dengan suatu pembatasan dari waktu
penyimpanan.

Sifat khas kualitas yang penting adalah kandungan bahan aktif, keadaan galeniknya, termasuk
sifat yang dapat terlihat secara sensorik, sifat mikrobiologis dan toksikologisnya dan aktivitasnya
secara terapeutik. Skala perubahan yang diizinkan ditetapkan untuk obat yang terdaftar dalam
farmakope. Untuk barang jadi obat dan obat yang tidak terdaftar berlaku keterangan yang telah
dibuat dalam peraturan yang baik.

Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu
sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu obat atau sediaan farmasi biasanya diproduksi
dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang lama untuk sampai ke tangan pasien yang
membutuhkan.

Penyebab ketidakstabilan sediaan obat ada dua watak, pertama kali adalah labilitas dari bahan
obat dan bahan pembantu sendiri. Yang terakhir dihasilkan dari bahan kimia dan kimia fisika,
untuk lainnya adalah faktor luar seperti suhu, kelembapan, udara, dan cahaya, menginduksi atau
mempercepat reaksi yang yang berkurang nilainya. Faktor-faktor yang telah disebutkan menjadi
efektif dalam skala tinggi adalah bergantung dari jenis galenik dari sediaan dalam obat padat,
seperti serbuk, bubuk, dan tablet.

Penjelasan di atas menjelaskan kepada kita bahwa betapa pentingnya kita mengetahui pada
keadaan yang bagaimana suatu obat tersebut aman dan dapat bertahan lama, sehingga obat
tersebut dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama tanpa menurunkan khasiat obat tersebut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Umum

Tidak tergantung dari karakter jalannya proses jalannya penguraian (perubahan kimia, fisika dan
mikrobiologis) adalah terpenting untuk mengetahui waktu yang mana bahan obat atau sistem
bahan obat dibawah persyaratan lingkungan tertentu. Memenuhi tuntutan yang telah dilaporkan.
Untuk mendeteksi perbandingan stabilitas maka dipakai 2 metode yakni (1) tes daya tahan waktu
panjang yang mengantarkan bahwa obat selama ruang waktu yang diminati disimpan di bawa
persyaratan penyimpanan (suhu, cahaya, udara dan kelembapan) yang dituntut atau diharapkan
di dalam lemari pendingin atau ruang pendingin dan dalam jarak waktu yang cocok dan pada
akhir percobaan dikontrol kandungan bahan obat atau nilai efektifnya, sifat mikrobiologis,
maupun sifat sensoris dan keadaan galeniknya yang dapat dideteksi dengan metode fisika. (2) tes
daya tahan dipercepat dilakukan dibawah pembebanan panas, dengan ini digunakan membuat
peraturan kinetika reaksi, lagi pula penguraian dipelajari pada suhu yang lebih tinggi daripada
suhu ruang dan kemudian diekstrapolasikan pada suhu penyimpanan (Voight, 1995).

Degradasi kimia konstituen dalam sebuah produk obat sering menyebabkan kerugian dalam
potensi, misalnya, hidrolisis cincin b-laktam hasil benzilpenisilin dalam aktivitas antimikroba
yang lebih rendah. dalam contoh beberapa produk degradasi dari obat mungkin degradasi
beracun suatu eksipien dapat menimbulkan masalah stabilitas fisik atau mikrobiologis. Pada
umumnya, reaksi kimia berlangsung lebih mudah dalam keadaan cair daripada dalam keadaan
padat sehingga masalah stabilitas serius lebih umum ditemui dalam obat cair (Walter, 1994).

Stabilitas farmasi harus diketahui untuk memastikan bahwa pasien menerima dosis obat yang
diresepkan dan bukan hasil ditemukan degradasi efek terapi aktif. farmasi diproduksi
bertanggung jawab untuk memastikan ia merupakan produk yang stabil yang dipasarkan dalam
batas-batas tanggal kedaluwarsa. apoteker komunitas memerlukan pengetahuan tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi stabilitas bahwa ia benar dapat menyimpan obat-obatan, pemilihan
wadah yang tepat untuk mengeluarkan obat tersebut, mengantisipasi interaksi ketika
pencampuran beberapa bahan obat, persiapan, dan menginformasikan kepada pasien setiap
perubahan yang mungkin terjadi setelah obat telah diberikan (Parrot, 1978).

Dalam mempertimbangkan stabilitas kimia farmasi yaitu untuk mengetahui urutan reaksi, yang
diperoleh secara eksperimental dengan mengukur laju reaksi sebagai fungsi dari konsentrasi obat
merendahkan. urutan keseluruhan reaksi adalah jumlah dari eksponen istilah konsentrasi tingkat
ekspresi. Urutan sehubungan dengan tiap reaktan itu eksponen dari istilah konsentrasi individu
dalam tingkat ekspresi (Parrot, 1978).
Solusi tingkat reaksi biasanya dinyatakan dalam satuan perubahan konsentrasi per periode waktu,
misalnya, mol per liter per jam, dan laju reaksi kimia yang terjadi dalam larutan biasanya
sebanding dengan konsentrasi spesies reaksi sebagai berikut ( Martin, 1971).

Rate = =C

Orde reaksi Nol

Reaksi orde nol di mana tingkat adalah independen dari konsentrasi reaktan. Laju reaksi
ditentukan oleh faktor lain, seperti penyerapan cahaya dalam reaksi fotokimia atau tingkat difusi
dalam reaksi permukaan tertentu (Parrot, 1978).

Tingkat urutan nol adalah sebagai berikut

Dimana K adalah konstanta laju orde nol, yang memiliki dimensi konsentrasi dibagi oleh
misalnya waktu mol per liter per jam.

Persamaan diferensial di atas pada hasil integrasi

C = -Kot + Co

Di mana C adalah konsentrasi awal

Orde Reaksi Satu

Reaksi orde pertama adalah satu di mana laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi zat
bereaksi. matematis, hal ini dapat dinyatakan sebagai (Parrot, 1978).

Log C =

Pada umumnya penentuan kestabilan suatu zat obat dapat dilakukan dengan cara kinetika kimia.
Cara ini tidak memerlukan waktu yang lama sehingga praktis digunakan dalam bidang farmasi.
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam penentuan kestabilan suatu zat dengan cara kinetika
kimia adalah (Anonim, 2010) :

a. Kecepatan reaksi

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi

c. Tingkat reaksi dan cara penentuannya.

Beberapa prinsip dan proses laju yang berkaitan dimaksudkan dalam rantai peristiwa ini :

1. Kestabilan dan tak tercakup proses laju umumnya adalah suatu yang menyebabkan ketidak
aktifan obat melalui penguraian obat, atau melalui hilangnya khasiat obat karena perubahan
bentuk fisik dan kimia yang kurang diinginkan dari obat tersebut.
2. Disolusi, disini yang diperhatikan terutama kecepatan berubahnya obat dalam bentuk
sediaan padat menjadi bentuk larutan molekular.

3. Proses absorbsi, distribusi, dan eliminasi beberapa proses berkaitan dengan laju absorbsi
obat ke dalam tubuh, laju distribusi obat dalam tubuh dan laju pengeluaran obat setelah proses
distribusi dengan berbagai faktor, seperti metabolisme, penyimpanan dalam organ tubuh lemak,
dan melalui jalur-jalur penglepasan.

4. Kerja obat pada tingkat molekular obat dapat dibuat dalam bentuk yang tepat dengan
menganggap timbulnya respon dari obat merupakan suatu proses laju.

Konstanta K yang ada dalam hukum laju yang digabung dengan reaksi elementer, disebut
konstanta laju spesifik untuk reaksi itu. Setiap perubahan dalam kondisi reaksi seperti
temperatur, pelarut atau sedikit perubahan dari suatu komponen yang terlibat dalam reaksi akan
menyebabkan hukum laju reaksi mempunyai harga yang berbeda untuk konstanta laju spesifik.
Secara eksperimen, suatu perubahan konstanta laju spesifik berhubungan terhadap perubahan
dalam kemiringan garis yang diberikan oleh persamaan laju. Variasi dalam konstanta spesifik
merupakan kebermaknaan yang fisik yang penting, karena perubahan dalam konstanta ini
menggambarkan suatu perubahan pada tingkat molekul sebagai akibat variasi dalam kondisi
reaksi (Martin, 1983) .

Konstanta laju yang didapat dari reaksi-reaksi yang mengandung sejumlah langkah molekularita
yang berbeda merupakan fungsi konstanta laju spesifik untuk berbagai bentuk langkah. Setiap
perubahan dalam sifat-sifat dari suatu langkah yang disebabkan modifikasi pada kondisi reaksi
itu atau pada sifat-sifat dari molekul yang terlibat dalam langkah-langkah ini, akan menyebabkan
perubahan harga konstanta laju keseluruhan. Pada saat variasi dalam konstanta laju keseluruhan
dapat digunakan untuk memberikan informasi yang berguna mengenai suatu reaksi, segala
sesuatu yang mempengaruhi konstanta laju spesifik akan mempengaruhi laju yang lainnya, maka
sulit untuk memberikan arti variasi dalam konstanta laju keseluruhan untuk reaksi ini (Martin,
1983).

Stabilitas obat adalah suatu pengertian yang mencakup masalah kadar obat yang berkhasiat.
Batas kadar obat yang masih tersisa 90 % tidak dapat lagi atau disebut sebagai sub standar waktu
diperlukan hingga tinggal 90 % disebut umur obat. Orde reaksi dapat ditentukan dengan
beberapa metode, diantaranya (Martin, 1983) :

1) Metode substitusi

Data yang terkumpul dari hasil pengamatan jalannya suatu reaksi disubstitusikan ke
dalam bentuk integral dari persamaan berbagai orde reaksi. jika persamaan itu
menghasilkan harga K yang tetap konstan dalam batas-batas variasi percobaan, maka
reaksi dianggap berjalan sesuai dengan orde tersebut.
2) Metode grafik

Plot data dalam bentuk grafik dapat digunakan untuk mengetahui orde reaksi tersebut.
Jika konsentrasi di plot terhadap t dan didapat garis lurus, reaksi adalah orde nol. Reaksi
dikatakan orde pertama bila log (a-x) terhadap t menghasilkan garis lurus. Suatu reaksi
orde kedua akan memberikan garis lurus bila 1/ (a-x) diplot terhadap t (jika konsentrasi
mula-mula sama). Jika plot 1 /(a-x)² terhadap t menghasilkan garis lurus dengan seluruh
reaktan sama konsentrasi mula-mulanya,reaksi adalah orde ketiga.

3) Metode waktu paruh

Dalam reaksi orde nol, waktu paruh sebanding dengan konsentrasi awal, a. Waktu paruh
reaksi orde pertama tidak bergantung pada a; waktu paruh untuk reaksi orde kedua,
dimana a = b sebanding dengan 1/a dari dalam reaksi orde ketiga, dimana a = b = c,
sebanding dengan 1/a². Umumnya berhubungan antar hasil di atas memperlihatkan
waktu paruh suatu reaksi dengan konsentrasi seluruh reaktan sama.

Ada beberapa pendekatan untuk kestabilan dari preparat-preparat farmasi yang mengandung
obat-obat yang cenderung mengurai dengan hidrolisis. Barangkali paling nyata adalah reduksi
atau eliminasi air dari sistem farmasi. Bahkan bentuk-bentuk sediaan padat yang mengandung
obat-obat labil air harus dilindungi dari kelembaban atmosfer. Ini dapat dibantu dengan
menggunakan suatu penyalut pelindung tahan air menyelimuti tablet atau dengan menutup dan
menjaga obat dalam wadah tertutup kuat (Martin, 1983).

Ketidakstabilan yang terpenting adalah secara fisika :

a. Perubahan struktur Kristal

Banyak bahan obat menunjukkan sifat polimorf artinya mereka berkemampuan muntuk
muncul dalam modifikasi yang berlainan. Selama penyimpanan dapat berlangsung
perubahan polimorf, yang disebabkan perubhan lingkungan dalam sediaan obat yang
tidak dapat dilihat secara orgaleptik, tetapi umumnya menyebabkan perubahan dalam
sikap pelepasan dan sikap rebsorbsinya (Ansel, 1985).

b. Perubahan keadaan distribusi

Melalui efektivitas gravitasi pada cairan sistem berfase banyak memungkinkan terjadi
munculnya pemisahan, yang mula-mula terasakan hanya sebagai pergeseran tingkat
dispersitas yang dapat dilihat secara mikroskopis, tetapi dalam stadium yang lebih maju
dapat juga dilihat secara makroskopis sebagai sedimentasi atau pengapungan (Ansel,
1985).
c. Perubahan konsistensi dan agregat

Sediaan obat semi padat seperti salep dan pasta selama penyimpanannya seringkali
mengeras kemudia yang dalam kasus ekstrim mengarahnya padda suatu kerugian daya
penerapannya (Ansel, 1985).

d. Perubahan perbandingan kelarutan

Pada sistem dispersi monokuler misalnya larutan bahan obat dapat menyebabkan
terlampauinya produk kelarutan, dengan demikian terjadi pemisahan (pengendapan) dari
bahan terlarut melampaui perubahan konsentrasi yang disebabkan oleh penguapan bahan
pelarut atau melalui perubahan suhu (Ansel, 1985).

e. Perubahan perbandingan hidratasi

Melalui pengambilan atau pelepasan dari cairan perbandingan hidratasi senyawa


dipengaruhi dan denggan demikian menentukan sifat. Contoh yang jelas nyata adalah
pencairan atau menjadi kotornya ekstrak disebabkan oleh higroskopisitas yang besar dari
sediaan ini (Ansel, 1985).

Kestabilan dari suatu zat merupakan dari suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan
dalam formulai suatu sediaan farmasi. Hal itu penting mengingat sediaannya biasanya diproduksi
dalam jumlah yang besar dan juga memerlukan waktu yang lama sampai ke tangan pasien yang
membutuhkannya. Obat yang disimpan dalam jangka waktu yang lama dapat mengalami
penguraian dan mengakibatkan hasil urai dari zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat
membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi kestabilan suatu zat hingga dapat dipilih suatu kondisi pembuatan sediaan yang
tepat sehingga kestabilan obat terjaga (Anonim, 2010).

Untuk obat tertentu, satu bentuk kristal atau polimorf mungkin lebih stabil daripada lainnya, hal
ini penting supaya obat dipastikan murni sebelum diprakarsai oleh percobaan uji stabilitasnya
dan suatu ketidakmurnian mungkin merupakan katalisator pada kerusakan obat atau mungkin
menjadikan dirinya tidak akan stabil mengubah kestabilan fisik bahan obat dan suatu kestabilan
obat yang sempurna (Martin, 1983).

Interkonveksi bentuk hidrat dan anhidrat dari Ampicilin dapat memiliki efek yang berkaitan pada
laju pelarutan dari formulasi berarti berkaitan juga dengan ketersediaan hayati. Bentuk dari
anhidrat lebih larut dibandingkan dengan berat murni kelarutannya pada suhu 37º C telah
ditentukan bagian fungsi dari pil unuk ke suatu bentuk Kristal (Martin, 1983).
Dahulu untuk mengevaluasi kestabilan suatu sediaan farmasi dilakukan pengamatan pada kondisi
dimana obat tersebut disimpan. Misalnya pada temperatur kamar. Ternyata metode ini
memerlukan waktu yang lama dan tidak ekonomis. Sekarang waktu mempercepat analisis dapat
dilakukan test stabilitas dipercepat yaitu dengan mengamati perubahan konsentrasi pada suhu
tinggi. Dengan membandingkan dua harga K pada temperatur yng berbeda dapat dihitung energi
aktivasinya sehingga K pada suhu kamarpun dapat dihitung. Harga K pada suhu kamar dapat
juga dihitung dari grafik antara log 1 dengan 1/T. Dengan demikian batas kadaluarsa suatu
sediaan farmasi dapat diketahui dengan tepat (Martin, 1983).

Stabilitas kimia obat sangat penting karena menjadi kurang efektif karena mengalami degradasi.
Stabilitas kimia obat sangat penting karena menjadi kurang efektif karena mengalami degradasi.
Dekomposisi obat juga dapat menghasilkan racun oleh produk-produk yang berbahaya bagi
pasien. Dekomposisi obat juga dapat menghasilkan Racun oleh produk-produk yang menggila
bagi Pasien. Ketidakstabilan mikrobiologis produk obat yang steril juga bisa berbahaya.
Ketidakstabilan mikrobiologis produk obat yang steril juga bisa berbahaya (Anonim, 2010).

Metode Penentuan Orde Reaksi

 Metode Substitusi

 Metode Grafik

 Metode Waktu Paro

1. Metode Substitusi

• Data yang terkumpul dari hasil pengamatan jalannya suatu reaksi disubstitusikan ke
dalam bentuk integral dari berbagai orde reaksi.

• Jika menghasilkan k yang konstan, maka reaksi dianggap berjalan sesuai orde tersebut

• Metode Substitusi :

Hitung k pada setiap t; masukkan ke dalam persamaan: Metode ini memakan waktu
2. Metode Grafik

• C vs t ----- linear ----- orde 0

• Log C vs t ----- linear ----- orde 1


• 1/C vs t ----- linear ----- orde 2

Metode yang praktis, cepat, tepat: Metode Grafik

3. Metode Waktu Paro (Jarang digunakan)

• Orde 0 ------ t ½ = Do / 2k

• Orde 1 ------ t ½ = 0.693 / k

• Orde 2 ------ t ½ = 1/Do.k

Stabilitas adalah faktor penting kualitas, keamanan dan kemanjuran dari produk obat. Sebuah
produk obat, yang tidak cukup stabil, dapat mengakibatkan perubahan fisik (seperti kekerasan,
menilai pembubaran, pemisahan fase dll) serta karakteristik kimia (pembentukan risiko tinggi
dekomposisi zat).

Stabilitas obat adalah kemampuan suatu obat untuk mempertahankan sifat dan karakteristiknya
agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat (identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian)
dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan sehingga mampu
memberikan efek terapi yang baik dan menghindari efek toksik.

Suatu sediaan farmasi dalam hal ini adalah obat sangat perlu diketahui kestabilannya, disebabkan
oleh biasanya obat diproduksi dalam jumlah yang sangat banyak dan memerlukan waktu yang
lama untuk sampai ketangan pasien (masyarakat), sehingga dikhawatirkan dalam jangka waktu
yang lama tersebut, obat ini akan mengalami penguraian yang mana zat urai tersebut dapat
bersifat toksik sehingga dapat membahayakan jiwa pasien.

Pada umumnya penentuan kestabilan suatu zat obat dapat dilakukan dengan cara kinetika kimia.
Cara ini tidak memerlukan waktu yang lama sehingga praktis digunakan dalam bidang farmasi.
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam penentuan kestabilan suatu zat dengan cara kinetika
kimia adalah :

a. Kecepatan reaksi

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi, seperti suhu, kekuatan ion dan
pengaruh pH

c. Tingkat reaksi dan cara penentuannya.

Tujuan dari uji stabilitas obat sendiri yaitu untuk menentukan umur simpan dari suatu sediaan
obat dan obat yang beredar tersebut stabil dalam jangka waktu yang lama yang disimpan dalam
suhu kamar.
Faktor yang mempengaruhi stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil sifat fisika dan
kimia. Faktor utama lingkungan dapat menurunkan stabilitas diantaranya temperatur yang tidak
sesuai, cahaya, kelembaban, oksigen dan mikroorganisme. Beberapa faktor lain yang juga
mempengaruhi stabilitas suatu obat adalah ukuran partikel, pH, kelarutan, dan bahan tambahan
kimia.

Pada uji stabilitas obat terdapat beberapa pereaksi penguraiaan obat yaitu :

a. Reaksi hidrolisis yaitu reaksi oleh air yang dapat dikatalisis oleh ion hidrogen (asam) atau
ion hidroksil (basa). Usaha penstabilannya yaitu :

1. Mengatahui pH dimana stabilitas maksimumnya

2. Penggunaan larutan dapar pada konstanta seminimal mungkin

3. Penyimpanan dilakukan pada temperatur kamar

4. Menggunakan pelarut bahan air

b. Reaksi oksidasi yaitu penguraian karena interaksi obat dengan oksigen atau terbentuk
radikal-radikal bebas. Usaha penstabilannya yaitu :

1. Mengganti udara dengan gas inert

2. Pelarut bebas logam

3. Menghindari cahaya

4. Menyimpan pada suhu rendah

c. Reaksi isomerisasi yaitu suatu perubahan suatu zat kimia menjadi isomer optis atau
geometrisnya. Usaha penstabilannya yaitu :

1. Gunakan bentuk aktifnya

2. Cari pH stabil maksimum

3. Memperhatikan jenis buffer yang digunakan

4. Kekuatan ion, gunakan zat-zat yang mudah terion

5. Pelarut

6. penyimpanan

d. Reaksi fotolisis yaitu penguraiaan obat oleh cahaya. Usaha penstabilannya yaitu :

1. Sifat molekul obat itu sendiri


2. pH suatu sediaan

3. intensitas penyinaran

4. suhu, kemasan serta sumber radiasi

e. Reaksi polimerisasi yaitu proses bergabungnya dua atau lebih molekul obat menjadi struktur
yang lebih rumit. Usaha penstabilannya yaitu :

1. Gunakan pH dan larutan buffer yang sesuai

2. Penggunaan pelarut dan kekuatan ion

3. Cahaya dan temperatur yang sesuai

Sehingga untuk menjaga kestabilan obat, obat harus disimpan sehingga terhindar dari
pencemaran dan peruraian, terhindar dari pengaruh udara, panas dan cahaya. Obat yang mudah
menyerap lembab harus disimpan dalam wadah tertutup rapat berisi kapur tohor. Keadaan
kebasahan udara dinyatakan dengan tekanan uap air relatif, yaitu perbandingan antara tekanan
uap di udara dengan tekanan uap maksimum pada temperatur tersebut.

T1/2 adalah periode penggunaan dan penyimpanan yaitu waktu dimana suatu produk tetap
memenuhi spesifikasinya jika disimpan dalam wadahnya yang sesuai dengan kondisi atau waktu
yang diperlukan untuk hilangnya konsentrasi setengahnya. Sedangkan T90 adalah waktu yang
tertera yang menunjukkan batas waktu diperbolehkannya obat tersebut dikonsumsi karena
diharapkan masih memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.

Spektrofotometri UV-Vis adalah gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible.


Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya Visible.
Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai
sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator.

Alasan menggunakan suhu yang tinggi karena bila kita ingin mengetahui batas kestabilan
suatu obat (batas kadaluarsanya), maka obat harus disimpan pada jangka waktu yang lama
sampai obat tersebut berubah, hal ini tentu tidak bisa dilakukan karena keterbatasan waktu,
sehingga kita menggunakan suhu yang tinggi karena uji kestabilan obat dapat dipercepat dengan
menggunakan perubahan suhu atau menggunakan suhu yang tinggi. Semakin tinggi suhunya
maka akan semakin cepat bahan obat tersebut untuk terurai.

Aplikasi stabilitas obat dalam bidang farmasi yakni kestabilan suatu zat merupakan faktor
yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting
mengingat suatu sediaan biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu
yang lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan dosis yang diterima pasien
berkurang. Adakalanya hasil urai tersebut bersifat toksis sehingga membahayakan jiwa pasien.
Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor mempengaruhi kestabilan suatu zat sehingga dapat
dipilih kondisi pembuatan sediaan yang tepat sehingga kestabilan obat terjaga.

Anda mungkin juga menyukai