Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN SEMISOLID DAN STERIL

“Uji Stabilitas Sediaan Sistem Dispersi”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

1. NI MADE SURIYANTI G 701 14 076


2. MAWAIZAH G 701 14 130
3. FITRAYANTI RUKMANA G 701 14 001
4. DEWI MASITA G 701 14 160
5. AGUM GAUTAMA P.N G 701 14 037
6. NAWIRA G 701 14 106
7. RENI PUJI LESTARI G 701 14 194

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017

Makalah Teknologi Farmasi Sediaan Semisolid dan Steril 1 | P a g e


KATA PENGANTAR

Syukur Astungkara atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan
yang Maha Esa yang mana atas izinya sehingga pada akhirnya penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini sebagai salah satu tugas pada
matakuliah Teknologi Farmasi Sediaan Semisolid dan Steril di Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam (FMIPA) Universitas Tadulako.

Melalui kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang tak


terhingga kepada semua pihak yang telah membantu baik secara materi maupun
moril, sehingga makalah ini tersusun dengan tepat waktu. Terutama kepada
teman-teman mahasiswa.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan karena seperti kira ketahui bahwa kesempurnaan hanyalah milik
sang Pencipta. Maka penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun.

Palu, 11 April 2017

Kelompok 1

Makalah Teknologi Farmasi Sediaan Semisolid dan Steril 2 | P a g e


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................... 1

KATA PENGANTAR ........................................................................... 2

DAFTAR ISI .......................................................................................... 3

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................... 4

I.1 Latar Belakang ......................................................................... 4

I.2 Rumusan Masalah .................................................................... 5

1.3 Tujuan Penyusunan .................................................................. 5

BAB II ISI .............................................................................................. 6

II.1 Pengertian stabilitas sediaan farmasi ......................................... 6

II.2 Pengertian sistem dispersi ........................................................ 6

II.3 Uji stabilitas sediaan sistem dispersi ......................................... 7

II.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas sediaan sistem

Dispersi ..................................................................................... 10

II.5 Point yang dapat menjadi penilai kestabilan sediaan suspensi..

....................................................................................................... 10

BAB III PENUTUP ............................................................................... 14

III.1Kesimpulan ............................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 15

Makalah Teknologi Farmasi Sediaan Semisolid dan Steril 3 | P a g e


BAB 1

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Stabilitas dalam arti luas dapat didefinisikan sebagai ketahanan suatu


produk sesuai dengan batas-batas tertentu selama penyimpanan dan
penggunaanya atau umur simpan suatu produk dimana produk tersebut masih
mempunyai sifat dan karakteristik yang sama seperti pada waktu pembuatan.
Banyak faktor yang mempengaruhi stabilitas dari sediaan farmasi, antara lain
stabilitas bahan aktif, interaksi antara bahan aktif dengan bahan tambahan,
proses pembuatan bentuk sediaan, kemasan, cara pengemasan dan kondisi
lingkungan yang dialami selama pengiriman, penyimpanan, penanganan dan
jarak waktu antara pembuatan dan penggunaan. Faktor lingkungan seperti
temperatur, radiasi cahaya dan udara (khususnya oksigen, karbon dioksida dan
uap air) juga mempengaruhi stabilitas. Demikian pula faktor formulasi seperti
ukuran partikel, pH, sifat dari air dan sifat pelarutnya dapat mempengaruhi
stabilitas (Osol et al, 1980).

Stabilitas sediaan farmasi merupakan salah satu kriteria yang amat


penting untuk suatu hasil produksi yang baik. Ketidakstabilan produk obat
dapat mengakibatkan terjadinya penurunan sampai dengan hilangnya khasiat
obat, obat dapat berubah menjadi toksik atau terjadinya perubahan penampilan
sediaan (warna, bau, rasa, konsistensi dan lain-lain) yang akibatnya merugikan
bagi si pemakai. Ketidakstabilan suatu sediaan farmasi dapat dideteksi melalui
perubahan sifat fisika, kimia serta penampilan dari suatu sediaan farmasi.
Besarnya perubahan kimia sediaan farmasi ditentukan dari laju penguraian obat
melalui hubungan antara kadar obat dengan waktu, atau berdasarkan derajat
degradasi dari suatu obat yang jika dipandang dari segi kimia, stabilitas obat
dapat diketahui dari ada atau tidaknya penurunan kadar selama penyimpanan.
Secara fisiologis, larutan obat harus diformulasikan sedekat mungkin ke pH
stabilitas optimumnya karena besarnya laju reaksi hidrolitik

Makalah Teknologi Farmasi Sediaan Semisolid dan Steril 4 | P a g e


dipengaruhi/dikatalisis oleh gugus hidroksi (Ansel, 1989; Lachman et al,
1994).

Umumnya obat-obat yang kelarutannya kecil dalam air merupakan


suatu problem dalam industri farmasi. Berbagai pendekatan telah dilakukan
untuk meningkatkan kelarutan, kecepatan disolusi dan Ketersediaan hayati
suatu obat. Salah satunya dengan teknologi dispersi padat yang pernah
dilaporkan memberikan hasil yang baik. Dengan dispersi padat bahan obat
yang sukar larut dalam air akan di dispersikan kedalam suatu matrik yang
mudah larut sehingga akan mengurangi ukuran partikel, memungkinkan terjadi
nya kompleksasi dan terbentuknya polimorfi yang lebih mudah larut. Peristiwa
ini akan dapat meningkatkan kelarutan, mempercepat proses disolusi dan
meningkatkan ketersediaan hayati suatu obat (Chiou & Riegelman, 1971).

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan stabilitas sediaan farmasi?


2. Apa yang dimaksud dengan sistem dispersi?
3. Bagaimana cara uji stabilitas sediaan sistem dispersi?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi stabilitas sediaan sistem
dispersi?
5. Apa saja point yang dapat menjadi penilai kestabilan sediaan suspensi?

1.3 Tujuan penyusunan


1. Mengetahui yang dimaksud dengan stabilitas sediaan farmasi.
2. Mengertahui yang dimaksud dengan sistem dispersi.
3. Mengetahui cara uji stabilitas sediaan sistem dispersi.
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas sediaan sistem
dispersi.
5. Mengetahui point yang dapat menjadi penilai kestabilan sediaan suspensi.

Makalah Teknologi Farmasi Sediaan Semisolid dan Steril 5 | P a g e


BAB II

ISI

2.1 Pengertian stabilitas sediaan farmasi

Stabilitas sediaan farmasi merupakan salah satu kriteria yang amat


penting untuk suatu hasil produksi yang baik. Ketidakstabilan produk obat
dapat mengakibatkan terjadinya penurunan sampai dengan hilangnya khasiat
obat, obat dapat berubah menjadi toksik atau terjadinya perubahan
penampilan sediaan (warna, bau, rasa, konsistensi dan lain-lain) yang
akibatnya merugikan bagi si pemakai. Ketidakstabilan suatu sediaan farmasi
dapat dideteksi melalui perubahan sifat fisika, kimia serta penampilan dari
suatu sediaan farmasi. Besarnya perubahan kimia sediaan farmasi ditentukan
dari laju penguraian obat melalui hubungan antara kadar obat dengan waktu,
atau berdasarkan derajat degradasi dari suatu obat yang jika dipandang dari
segi kimia, stabilitas obat dapat diketahui dari ada atau tidaknya penurunan
kadar selama penyimpanan. Secara fisiologis, larutan obat harus
diformulasikan sedekat mungkin ke pH stabilitas optimumnya karena
besarnya laju reaksi hidrolitik dipengaruhi/dikatalisis oleh gugus hidroksi
(Ansel, 1989; Lachman et al, 1994).

2.2 Pengertian sistem dispersi

Sistem dispersi adalah sistem dimana suatu zat tersebar merata (fase
terdispersi) di dalam zat lain (fase pendispersi atau medium). Atau dispersi
pangan adalah sistem pangan yang terdiri dari satu atau lebih fase terdispersi
atau fase diskontinyu dalam suatu fase kontinyu. Larutan adalah keadaan
dimana zat terlarut (molekul, atom, ion) terdispersi secara homogen dalam zat
pelarut. Larutan bersifat stabil dan tak dapat disaring. Diameter partikel zat
terlarut lebih kecil dari 10-7 cm. Contoh : larutan gula, larutan garam. Dalam
larutan dikenal juga kelarutan (solubility) yaitu jumlah maksimum zat yang
dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut/larutan pada suhu tertentu. Jadi
jika suatu zat dilarutkan pada suatu pelarut/ larutan dan ternyata telah

Makalah Teknologi Farmasi Sediaan Semisolid dan Steril 6 | P a g e


melewati batas kelarutan larutan tersebut maka sebagian zat akan terlarut dan
sebagian lagi akan mengendap Sistem terdispersi terdiri dari partikel-partikel
kecil yang dikenal sebagai fase terdispersi yang terdistribusi secara merata
keseluruh medium kontinu atau medium dispersi. Bahan-bahan yang
terdispersi bisa saja memiliki ukuran partikel berdimensi atom atau molekul
sampai partikel yang dapat diukur dengan satuan milimeter. Oleh karena itu,
cara paling mudah untuk menggolongkan sistem dispersi adalah berdasarkan
diameter dari partikel rata-rata dari bahan yang terdispersi. Umumnya, sistem
dispersi digolongkan menjadi tiga, yaitu:

1) Dispersi Molekular atau biasa disebut larutan


2) Dispersi Koloidal
3) Dispersi Kasar
(Martin, 2008.)

Tabel berikut menjelaskan tentang perbedaan dispersi molekular,


koloidal dan dispersi kasar.
Tabel perbandingan antara larutan, koloid, dan suspensi
Larutan (Dispersi Koloid (Dispersi Suspensi (Dispersi
Molekuler) Koloid) Kasar)

I.3 Cara uji stabilitas sediaan dispersi


Setiap formula dispersi padat ketoprofen-urea masing-masing sebanyak
1,5 gram dimasukkan ke dalam botol kaca berwarna coklat ukuran 60 mL,
sebanyak 9 botol untuk 3 formula. Botol kemudian disimpan dalam oven pada
suhu (40±2) oC selama 1, 2 dan 3 bulan. Uji stabilitas dispersi padat
ketoprofen-urea dilakukan secara kimia dan fisika. Uji stabilitas secara kimia
dilakukan dengan mengukur kadar senyawa aktif (ketoprofen) yang masih
tersisa pada kurun waktu tertentu dengan menggunakan spektrofotometer UV,
sedangkan uji stabilitas secara fisika dilakukan dengan uji organoleptis (warna,

Makalah Teknologi Farmasi Sediaan Semisolid dan Steril 7 | P a g e


bentuk dan bau) ( Journal Salman Umar; Monica Selfia2; dan Rieke Azhar,
2014).
Ketoprofen atau asam 2-(3-benzoilfenil) propionat merupakan suatu
obat anti inflamasi nonsteroid yang digunakan secara luas untuk mengurangi
nyeri, dan inflamasi yang disebabkan oleh beberapa kondisi seperti,
osteoarthritis dan rheumatoid arthritis. Ketoprofen praktis tidak larut dalam air
.Kecepatan disolusi dan ketersediaan hayatinya rendah. Berbagai upaya untuk
meningkatkan ketersediaan hayati ketoprofen pada pemberian oral telah
banyak dilakukan dalam bentuk dispersi padat (Parfitt, 1999).
Salah satu pembawa inert yang dapat digunakan pada sistem dispersi
padat adalah urea. Urea merupakan polimer yang larut dalam 1 bagian air dan
12 bagian etanol. Urea bekerja menghambat pembentukan kristal pada fase
transformasi bersamaan dengan meningkatnya laju disolusi dari obat. Untuk
meningkatkan kecepatan melarut ketoprofen maka dibuat dispersi padat dengan
pembawa inert urea denngan menggunakan metoda pelarutan. Dispersi padat
ketoprofen-urea merupakan jenis sedian obat yang baru. Karena itu, diperlukan
uji kestabilan terhadap sediaan tersebut. Parameter stabilitas yang diukur
meliputi kadar ketoprofen yang masih tersisa setelah 3 bulan penyimpan, dan
hasilnya digunakan untuk menentukan usia guna sediaan obat. Uji stabilitas
diperlukan untuk menjamin keamanan dan khasiat obat selama penggunaan
(Agoes, 2001).
Pengujian dilakukan menggunakan uji dipercepat selama 3 bulan pada
suhu 40oC . Parameter kinetika reaksi penguraian ketoprofen yang meliputi
orde reaksi dan tetapan laju reaksi juga ditentukan dengan metode grafik (
Journal Salman Umar; Monica Selfia2; dan Rieke Azhar, 2014).
Evaluasi Serbuk Sistem Dispersi Padat Ketoprofen –Urea
 Penentuan distribusi ukuran partikel
Distribusi ukuran partikel ditentukan dengan metoda mikroskop
okulomikrometer. Mikroskop sebelum digunakan dikalibrasi terlebih
dahulu. Lalu sejumlah serbuk didispersikan dalam paraffin cair dan
diteteskan pada kaca objek. Kemudian diletakkan dibawah mikroskop,

Makalah Teknologi Farmasi Sediaan Semisolid dan Steril 8 | P a g e


amati ukuran partikel serbuk dan hitung jumlah partikelnya sebanyak
500 partikel (Martin., et al, 1993).
 Spektrofotometer IR
Uji dilakukan terhadap sampel sistem dispersi padat ketoprofen-urea.
Sampel digerus sampai menjadi serbuk dengan pellet KBr, lalu
dipindahkan kecetakan die dan sampel tersebut kemudian dikempa ke
dalam suatu cakram pada kondisi hampa udara. Spektrum serapan
direkam pada bilangan gelombang 4000 - 400 cm-1 (Watson, 2009).
 Differential Thermal Analysis (DTA)
Analisis dilakukan menggunakan alat DTA. Suhu pemanasan dimulai
dari 30oC sampai 300oC dengan kecepatan pemanasan 10oC per menit.
Analisis diferensial termal berdasarkan pada perubahan kandungan
panas akibat perubahan temperatur dan titrasi termometrik. Dalam DTA
(Differential Thermal Analysis), panas diserap atau diemisikan oleh
sistem kimia bahan yang dilakukan yang dilakukan dengan pembanding
yang inert (Alumina, Silikon, Karbit atau manik kaca) dan suhu
keduanya ditambahkan dengan laju yang konstan (Gennaro, 1985).
Penetapan profil disolusi dari serbuk dispersi padat ketoprofen-urea Uji
disolusi serbuk dilakukan menurut metoda keranjang pada (USP, 2007).
Wadah labu silinder diisi dengan medium disolusi dapar fosfat pH 7.4
sebanyak 1000 mL kemudian dipanaskan dengan suhu 37 ± 0.5 oC
dengan bantuan penangas air. Serbuk uji yang setara dengan 50 mg
ketoprofen dimasukan kedalm keranjang yang telah dilapisi filter,
dicelupkan ke dalam wadah silinder, dan diputar dengan kecepatan 50
rpm. Kemudian larutan disolusi dipipet 5 mL pada menit ke 5, 10, 15,
30, 45, dan 60. Setiap pemipetan diganti dengan medium disolusi yang
suhunya sama sehingga volume medium disolusi selalu tetap. Serapan
larutan yang telah dipipet dari medium disolusi diukur pada panjang
gelombang serapan maksimum. Kadar ketoprofen yang terdisolusi pada
setiap pemipetan dapat dihitung dengan menggunakan kurva kalibrasi.

Makalah Teknologi Farmasi Sediaan Semisolid dan Steril 9 | P a g e


2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas sediaan sistem dispersi

Umumnya obat-obat yang kelarutannya kecil dalam air merupakan


suatu problem dalam industri farmasi. Berbagai pendekatan telah dilakukan
untuk meningkatkan kelarutan, kecepatan disolusi dan Ketersediaan hayati
suatu obat. Salah satunya dengan teknologi dispersi padat yang pernah
dilaporkan memberikan hasil yang baik. Dengan dispersi padat bahan obat
yang sukar larut dalam air akan di dispersikan kedalam suatu matrik yang
mudah larut sehingga akan mengurangi ukuran partikel, memungkinkan
terjadi nya kompleksasi dan terbentuknya polimorfi yang lebih mudah larut.
Peristiwa ini akan dapat meningkatkan kelarutan, mempercepat proses
disolusi dan meningkatkan ketersediaan hayati suatu obat (Chiou &
Riegelman, 1971).

2.5 Point yang dapat menjadi penilai kestabilan sediaan suspensi


Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung
partikel obat yang terbagi secara halus disebarkan secara merata dalam
pembawa obat dimana obat tersebut menunjukkan kelarutan yang sangat
minimum. Beberapa suspensi resmi diperdagangkan dalam bentuk siap pakai,
ada juga yang tersedia dalam bentuk serbuk kering (dry syrup) untuk
disuspensikan dalam cairan pembawa (umumnya berupa air), salah satu
contohnya adalah suspensi antibiotika yang biasa ditemukan dalam bentuk
dry syrup.
Dispersi kasar terbagi ke dalam 3 kelompok:
a) Mixtura untuk pemakaian oral.
b) Lotio untuk pemakaian luar.
c) Sediaan Injeksi.
Suatu suspensi dalam bidang farmasi adalah suatu dispersi kasar
dimana partikel zat padat yang tidak larut terdispersi dalam suatu medium
cair. (martin, 1993 : 1124).

Makalah Teknologi Farmasi Sediaan Semisolid dan Steril 10 | P a g e


Menurut (FI edisi III, 1995) suspensi adalah sediaan yang mengandung
bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan
pembawanya.
Suatu suspensi yang dapat diterima mempunyai kualitas tertentu yang
diinginkan :
1. Zat yang tersuspensi (disuspensikan) tidak boleh cepat
mengendap.
2. Partikel-partikel tersebut walaupun mengendap pada dasar
wadah tidak boleh membentuk suatu gumpalan padat tapi
harus dengan cepat terdispersi kembali menjadi suatu
campuran homogen bila wadahnya dikocok.
3. Suspensi tersebut tidak boleh terlalu kental untuk dituang
dengan mudah dari botolnya.

Terdapat banyak pertimbangan dalam pengembangan dan pembuatan


suatu suspensi farmasetik yang baik. Di samping khasiat terapeutik, stabilitas
kimia dari komponen-komponen formulasi, kelanggengan sediaan dan bentuk
estetik dari sediaan. Ada sifat lain yang lebih spesifik untuk suspensi farmasi:

 Suatu suspensi farmasi yang dibuat dengan tepat mengendap secara


lambat dan harus rata kembali bila dikocok.
 Zat yang tersuspensi (disuspensikan) tidak boleh cepat mengendap.
 Partikel-partikel tersebut walaupun mengendap pada dasar wadah tidak
boleh membentuk suatu gumpalan padat tapi harus dengan cepat
terdispersi kembali menjadi suatu campuran homogen bila wadahnya
dikocok.
 Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel
dari suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan.
 Suspensi harus bisa dituang dari wadah dengan cepat dan homogen.
(Ansel, 2005).

Makalah Teknologi Farmasi Sediaan Semisolid dan Steril 11 | P a g e


Terdapat beberapa point yang dapat menjadi penilai kestabilan sediaan
suspensi yaitu :

I. Volume sedimentasi Adalah Suatu rasio dari volume


sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume mula mula dari
suspensi (Vo) sebelum mengendap.
𝑣𝑖
𝐹=
𝑣𝑜
II. Derajat flokulasi. Adalah Suatu rasio volume sedimentasi akhir
dari suspensi flokulasi (Vu) terhadap volume sedimentasi akhir
suspensi deflokulasi (Voc).
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑢𝑠𝑝𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑓𝑙𝑢𝑘𝑜𝑙𝑎𝑠𝑖
Β=
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑢𝑠𝑝𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑓𝑙𝑢𝑘𝑜𝑙𝑎𝑠𝑖
III. Metode reologi Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan
redispersibilitas, membantumenemukan perilaku pengendapan,
mengatur vehicle dan susunan partikel untuktujuan
perbandingan.
IV. Perubahan ukuran partikel Digunakan cara Freeze-thaw cycling
yaitu temperatur diturunkan sampai titikbeku, lalu dinaikkan
sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat
dilihatpertumbuhan kristal, yang pokok menjaga tidak terjadi
perubahan ukuran partikeldan sifat kristal. (Hoirul, 2010)
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :
a. Ukuran partikel Hubungan antara ukuran partikel
berbanding terbalik dengan luas penampangnya.
Semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas
penampangnya, sedangkan semakin besar luas
penampang partikel daya tekan ke atas cairan akan
semakin memperlambat gerakan partikel untuk
mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan
tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran
partikel.

Makalah Teknologi Farmasi Sediaan Semisolid dan Steril 12 | P a g e


b. Kekentalan (Viscositas) Kekentalan suatu cairan
mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan
tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya
makin turun (kecil). Tapi perlu diingat bahwa
kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar
mudah dikocok dan dituang.
c. Jenis dan jumlah zat pensuspens.
d. Sifat/muatan partikel. Persyaratan zat pensuspensi
antara lain :
1) Pada konsentrasi yang digunakan tidak
memberikan efek terapi.
2) Secara kimia relative inert pada jarak pH yang
luas.
3) Memberikan dispersi yang kental pada
konsentrasi rendah.
4) Viskositas tidak berubah selama waktu
penyimpanan.
V. Harus mempunyai afinitas terhadap medium dispersi. Dua
parameter yang berguna yang bisa diturunkan dari penyelidikan
sedimentasi adalah volume sedimentasi dan derajat flokulasi.
Volume sedimentasi (F) didefinisikan sebagai perbandingan dari
volume akhir dari endapan (Vu) terhadap volume awal dari
suspensi (Vo) sebelum mengendap. Derajat Flokulasi adalah
rasio volume awal akhir sediaan suspensi flokulasi dengan
volume akhir sediaan suspensi deflokulasi.

Makalah Teknologi Farmasi Sediaan Semisolid dan Steril 13 | P a g e


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Stabilitas sediaan farmasi merupakan salah satu kriteria yang amat penting
untuk suatu hasil produksi yang baik. Ketidakstabilan produk obat dapat
mengakibatkan terjadinya penurunan sampai dengan hilangnya khasiat obat,
obat dapat berubah menjadi toksik atau terjadinya perubahan penampilan
sediaan (warna, bau, rasa, konsistensi dan lain-lain) yang akibatnya
merugikan bagi si pemakai. Setiap formula dispersi padat ketoprofen-urea
masing-masing sebanyak 1,5 gram dimasukkan ke dalam botol kaca berwarna
coklat ukuran 60 mL, sebanyak 9 botol untuk 3 formula. Botol kemudian
disimpan dalam oven pada suhu (40±2) oC selama 1, 2 dan 3 bulan. Uji
stabilitas dispersi padat ketoprofen-urea dilakukan secara kimia dan fisika.
Uji stabilitas secara kimia dilakukan dengan mengukur kadar senyawa aktif
(ketoprofen) yang masih tersisa pada kurun waktu tertentu dengan
menggunakan spektrofotometer UV, sedangkan uji stabilitas secara fisika
dilakukan dengan uji organoleptis (warna, bentuk dan bau).

Makalah Teknologi Farmasi Sediaan Semisolid dan Steril 14 | P a g e


DAFTAR PUSTAKA

Agoes G. (2001). Studi stabilitas sediaan farmasi. Bandung: Teknologi Farmasi


Program Pasca Sarjana, Institut Teknologi Bandung.

Ansel H.C. (1989). Pengantar bentuk sediaan farmasi, (edisi 4). Penerjemah
Farida Ibrahim, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 155-164

Chiou W.L., & Riegelman, S. (1971). Pharmaceutical Applications of Solid


Dispersion System. J. Pharm. Sci, Vol 60, No. 9, 1281- 1302.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia edisi


(IV), Jakarta.

Friedrich, H , Nada, A, & Bodmeimer,R. (2005). Solis State and Dissolution Rate
Characterization of CoGround Mixtures of Nifedipine and Hydrophilic
Carries. Drug Development and Industrial Pharmacy, 31, 719-728.

Gennaro, A. R. (1985). Remington pharmaceutical sciences. (17th ed). Easton:


Mack Publishing Company.

Journal Salman Umar; Monica Selfia2; dan Rieke Azhar. 2014. STUDI
KESTABILAN FISIKA DAN KIMIA DISPERSI PADAT KETOPROFEN –
UREA. Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang.

Lachman, L., Lieberman, H. A., Kanig, J. L. (1994). Teori dan praktek farmasi
industri,(Edisi III), Penerjemah S. Suyatmi., Universitas Indonesia, Jakarta.

Martin, A., Swarbrick, J., & Cammarata, A. (1993). Farmasi Fisik. (edisi 3).
Jakarta: UI Press.

Osol A., Alfonso R.G., Melvin R.G., Stewart C.H. & Robert E.K. (1980). Remington's
pharmaceutical sciences, l6th ed, Mack Publishing Company, Easton-
Pensivania, 104- 135, 244-262

Watson, D. G. (2009). Analisis farmasi , (edisi 2), penerjemah Winny R.Syarief.


Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC.

Makalah Teknologi Farmasi Sediaan Semisolid dan Steril 15 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai