Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA
STABILITAS

OLEH :
NAMA : WIEDYA ALFITRYA ZAMRI
NIM : 2001088
KELAS : S1-2B

DOSEN PENGAMPU : DR.GRESSY NOVITA, M.Farm.apt

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
PEKANBARU
2021
I. Tujuan Praktikum
1. Menentukan order reaksi penguraian asetosal
2. Menghitung konstanta kecepatan reaksinya ( Log k)
3. Menentukan profil pH - stabilitas (grafik log k vs pH)

II. Tinjauan Pustaka


Stabilitas merupakan suatu keadaan dimana suatu sediaan
ataupun suatu barang tetap sama baik dalam segi bentuk maupun
dalam segi fisika dan kimianya dari awal diproduksi disuatu papbrik
atau disuatu tempat produksi tetap sama keadaannya hingga mencapai
masa yang sudah mencapai batasnya. Stabilitas obat adalah
kemampuan suatu produk untuk mempertahankan sifat dan
karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat
(identitas, kekuatan, kemurnian, kualitas) dalam batasan yang
ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan (shelf-
life).
Stabilitas kimia meliputi degradasi formulasi obat, kehilangan
potensi (bahan aktif), kehilangan bahan-bahan tambahan (pengawet,
antioksidan, dan lainnya). Stabilitas mikrobiologi meliputi
perkembangbiakan mikroorganisme pada sediaan non steril, sterilisasi,
dan perubahan fektivitas pengawet (Jenkins, 1957 : 73).
Adapun efek-efek tidak diinginkan yang potensial dari
ketidakstabilan produk farmasi yaitu hilangnya zat aktif, naiknya
konsentrasi zat aktif, bahan obat berubah, hilangnya keseragaman
kandungan, menurunnya status mikrobiologi, hilangnya kekedapan
kemasan, modifikasi faktor hubungan fungsional, serta faktor
lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan cahaya (Joshita, 2008 : 8).
Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan
dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting
mengingat suatu sediaan biasanya diproduksi dalam jumlah besar dan
memerlukan waktu yang lama untuk sampai ke tangan pasien yang
membutuhkan. Obat yang disimpan dalam jangka waktu lama dapat
mengalami penguraian dan mengakibatkan dosis yang diterima pasien
berkurang. Adanya hasil uraian zat tersebut bersifat toksik sehingga
dapat membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui
faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan sutau zat sehingga dapat
dipilih pembuatan sediaan yang tepat sehingga kestabilan obat terjaga
(Anonim, 2015 : 13).
Sejumlah besar zat kemoterapi modern ini adalah asam lemah
atau basa lemah. kelarutan zat-zat ini dapat dengan mudah atau nyata
dipengaruhi oleh pH lingkungan. Melalui pemakaian hukum aksi
massa , kelarutan obat – obat asam – asam lemah maupun basa – basa
lemah dapat diramalkan, sebagai fungsi pH, dengan derajat ketetapan
yang besar. Dalam memilih pH lingkungan untuk kelarutan yang
memadai ada beberapa faktor yang lainnya yang perlu diperhatikan.
pH memenuhi persyratan kelarutan tidak harus bertentangan
dengan persyaratan produk lain. Jika pH kritis untuk menjaga
kelarutan obat , sistem tersebut harus dapar dalam kisaran pH yang
diinginkan, dapar harus aman secara biologis, mempunyai sedikit atau
tidak mempunyai efek merusak terhadap stabilitas produk akhir
(Lachman, 1994 : 1523).
Proses laju merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan bagi
setiap orang yang berkaitan dengan bidang kefarmasian, mulai dari
pengusaha obat sampai ke pasien. Pengusaha obat harus dengan jelas
menunjukkan bahwa bentuk obat atau sediaan yang dihasilkannya
cukup stabil sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup
lama dimana obat tidak berubah menjadi zat tidak berkhasiat atau
racun. Ahli farmasi harus mengetahui ketidakstabilan potensial obat
yang dibuatnya. Dokter dan penderita harus diyakinkan bahwa obat
yang digunakannya akan sampai pada tempat pengobatan dalam
konsentrasi yang cukup untuk mencapai efek pengobatan yang
diinginkan (Martin, 1993 724).
Ada beberapa pendekatan untuk kestabilan dari preparat-
preparat farmasi yang mengandung obat-obat yang cenderung
mengurai dengan hidrolisis.Barangkali paling nyata adalah reduksi
atau eliminasi air dari sistem farmasi.Bahkan bentuk-bentuk sediaan
padat yang mengandung obat-obat labil air harus dilindungi dari
kelembaban atmosfer. Ini dapat dibantu dengan menggunakan suatu
penyalut pelindung tahan air menyelimuti tablet atau dengan menutup
dan menjaga obat dalam wadah tertutup kuat (Ansel, 1989 : 157).
Ada dua hal yang menyebabkan ketidakstabilan obat, yang
pertama adalah labilitas dari bahan obat dan bahan pembantu,
termasuk struktur kimia masing-masing bahan dan sifat kimia fisika
dari masing-masing bahan. Yang kedua adalah faktor-faktor luar,
seperti suhu, cahaya, kelembaban, dan udara, yang mampu
menginduksi atau mempercepat reaksi degradasi bahan.
Skala kualitas yang penting untuk menilai kestabilan suatu
bahan obat adalah kandungan bahan aktif, keadaan galenik, termasuk
sifat yang terlihat secara sensorik, secara miktobiologis, toksikologis,
dan aktivitas terapetis bahan itu sendiri. Skala perubahan yang
diijinkan ditetapkan untuk obat yang terdaftar dalam farmakope.
Kandungan bahan aktif yang bersangkutan secara internasional
ditolerir suatu penurunan sebanyak 10% dari kandungan sebenarnya
(Voight, R., 1994).
Suatu obat kestabilannya dapat dipengaruhi juga oleh pH,
dimana reaksi penguraian dari larutan obat dapat dipercepat dengan
penambahan asam (H+) atau basa (OH-) dengan menggunakan
katalisator yang dapat mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi dan
tidak mempengaruhi hasil dari reaksi. (Ansel, 1989).
Kestabilan dari suatu zat merupakan faktor yang harus
diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal itu
penting mengingat sediaannya biasanya diproduksi dalam jumlah yang
besar dan juga memrlukan waktu yang lama untuk sampai ketangan
pasien yang membutuhkannya. Obat yang disimpan dalam jangka
waktu yang lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan
hasil urai dari zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat
membahaykan jiwa pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhi kestabilan suatu zat hingga dapat
dipilih suatu kondisi dimana kestabilan obat tersebut optimum.
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).
Stabilitas fisik dan kimia bahan obat baik dan tersendiri
dengan bahan – bahan dari formulasi yang merupakan kriteria paling
penting untuk menentukan suatu stabilitas kimia dan farmasi serta
mempersatukannya sebelum memformulasikan menjadi bentuk-bentuk
sediaan. (Ansel, 1989)
Stabilitas farmasi harus diketahui untuk memastikan bahwa
pasien menerima dosis obat yang diresepkan dan bukan hasil
ditemukan degradasi efek terapi aktif. farmasi diproduksi bertanggung
jawab untuk memastikan ia merupakan produk yang stabil yang
dipasarkan dalam batas-batas tanggal kadaluwarsa.
Apoteker komunitas memerlukan pengetahuan tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi stabilitas bahwa ia benar dapat menyimpan
obat-obatan, pemilihan wadah yang tepat untukmengeluarkan obat
tersebut, mengantisipasi interaksi ketika pencampuran beberapa bahan
obat, persiapan, dan menginformasikan kepada pasien setiap
perubahan yang mungkinterjadi setelah obat telah diberikan (Parrot,
1978).
Urutan keseluruhan reaksi adalah jumlah dari eksponen istilah
konsentrasi tingkat ekspresi. Urutan sehubungan dengan tiap reaktan
itu eksponen dari istilah konsentrasi individu dalam tingkat ekspresi
(Parrot,1978).
Reaksi orde pertama adalah satu di mana laju reaksi
berbanding lurus dengan konsentrasi zat bereaksi. matematis, halini
dapat dinyatakan sebagai (Parrot, 1978)
Log C = Pada umumnya penentuan kestabilan suatu zat obat
dapat dilakukan dengan cara kinetika kimia. Cara ini tidak
memerlukan waktu yang lama sehingga praktis digunakan dalam
bidang farmasi. Hal-hal yang penting diperhatikan dalam penentuan
kestabilan suatu zat dengan cara kinetika kimia adalah (Anonim, 2010)
a. Kecepatan reaksi
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi
c. Tingkat reaksi dan cara penentuannya

III. Alat dan Bahan


Alat
- Spektrofotometer UV-Visible
- Penangas air
- Alat-alat gelas
- Termometer
Bahan
- Asetosal + CH3COOH
- Asam salisilat
- Larutan dapar fosfat 0,1 M berbagai pH
- Larutan FeCl3 4%

IV. Cara Kerja


A. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum asam salisilat
dalam larutan dapar :
1. Timbang 50 mg asam salisilat lalu larutkan dalam 50 ml larutan
dapar pH 2,4 atau 8,0. (larutan induk)
2. Masukkan larutan tersebut ke dalam kuvet lalu ukur absorban
atau serapan maksimumnya pada panjang gelombang 400-800
nm.
B. Pembuatan kurva kalibrasi asam salisilat dalam larutan dapar
1. Dari larutan induk diatas buat serial konsentrasi larutan asam
salisilat didalam larutan dapar dengan kadar masing-masing 5,
7, 9, 11 dan 13 mg/ml sebanyak 10 ml.
2. Pipet masing-masing 1 ml larutan diatas lalu tambahkan 5 ml
larutan FeCl3 4% (yang dibuat dalam pelarut air) lalu ukur
absorban masing-masing larutan pada panjang gelombang
serapan maksimum yang saudara peroleh dari poin A (biasanya
540 nm).
3. Lalu isi data konsentrasi dan absorban yang diperoleh ke
dalam tabel berikut:
Data kurva kalibrasi
Panjang gelombang serapan maksimum : 540µm
Konsentrasi (mg/ml) Absorban
150 0,244
200 0.367
250 0.493
300 0.645
350 0.793
4. Dari data tabel kurva kalibrasi, tentukan persamaan regresi
atau liniernya dan buat grafik antara konsentrasi terhadap
absorban (kurva kalibrasi).
y = a+bx
C. Percobaan Kinetika Stabilitas Asetosal
Data Kinetika pada pH 8

Waktu (menit) Absorban Konsentrasi Log C 1/C


0 0.141
10 0.205
20 0.280
30 0.427
40 0.494
50 0.620
60 0.722
Kondisi pH Asam:
1. Didalam labu ukur 100 ml, masukkan larutan dapar pH 2,4 sampai
tanda batas lalu panaskan dalam penangas air sampai suhu 55°C.
2. Timbang 200 mg asetosal lalu masukkan ke dalam labu ukur,
larutkan dengan sempurna dengan cara membolak balik labu.
3. Kemudian masukkan labu ukur ke dalam penangas air bersuhu
50°C, catat waktu (t=0).
4. Ambil sampel pada waktu 0, 15, 30, 45, 60, 75 dan 90 menit
sebanyak 1 ml lalu tambahkan 5 ml FeCl3 4% kemudian ukur
absorbannya pada panjang gelombang 540 nm. Sebagai larutan
blangko pipet 1 ml larutan dapar dan 5 ml FeCl3 4%.
5. Setiap pengambilan sampel 1 ml, ganti larutan dalam labu ukur
dengan larutan dapar pH 2,4 sebanyak 1 ml agar volume sampel
tetap 100 ml.
6. Catat absorban sampel pada masing-masing waktu pengambilan
sampel, lalu tentukan jumlah (mg) asam salisilat yang terbentuk
sebagai hasil penguraian asetosal persatuan waktu dengan
menggunakan persamaan linier yang didapat dari kurva kalibrasi.
7. Tentukan nilai C, log Ct dan 1/C (orde 0, 1 dan 2) lalu lakukan
pengolahan data berikut,
Pengolahan data:
1. Tentukan order reaksi penguraian aspirin dengan menggunakan
metoda grafik (buat persamaan terintegrasi)
2. Hitung harga konstanta kecepatan reaksi pada masing-masing
pH menggunakan persamaan untuk orde reaksi tersebut
3. Buat kurva profil pH-stabilitas antara pH vs log k
4. Diskusikan pengaruh pH terhadap stabilitas asetosal didalam
larutan dan tentukan pH stabilitas maksimum.
Kondisi pH Basa:
1. Didalam labu ukur 100 ml, masukkan larutan dapar pH 8,0 sampai
tanda batas lalu panaskan dalam penangas air sampai suhu 55°C.
2. Timbang 200 mg asetosal lalu masukkan ke dalam labu ukur,
larutkan dengan sempurna dengan cara membolak balik labu.
3. Kemudian masukkan labu ukur ke dalam penangas air bersuhu
50°C, catat waktu (t=0).
4. Ambil sampel pada waktu 0, 10, 20, 30, 40, 50 dan 60 menit
sebanyak 1 ml lalu tambahkan 5 ml FeCl3 4% kemudian ukur
absorbannya pada panjang gelombang 540 nm. Sebagai larutan
blangko pipet 1 ml larutan dapar dan 5 ml FeCl3 4%.
5. Setiap pengambilan sampel 1 ml, ganti larutan dalam labu ukur
dengan larutan dapar pH 8,0 sebanyak 1 ml agar volume sampel
tetap 100 ml.
6. Catat absorban sampel pada masing-masing waktu pengambilan
sampel, lalu tentukan jumlah asam salisilat yang terbentuk dalam
satuan miligram sebagai hasil penguraian asetosal persatuan waktu
dengan menggunakan persamaan linier yang didapat dari kurva
kalibrasi.
7. Tentukan nilai C, log Ct dan 1/C (orde 0, 1 dan 2) lalu lakukan
pengolahan data berikut,
Pengolahan data:
1. Tentukan order reaksi penguraian aspirin dengan menggunakan
metoda grafik (buat persamaan terintegrasi)
2. Hitung harga konstanta kecepatan reaksi pada masing-masing
pH menggunakan persamaan untuk orde reaksi tersebut
3. Buat kurva profil pH-stabilitas antara pH vs log k
4. Diskusikan pengaruh pH terhadap stabilitas asetosal didalam larutan
dan tentukan pH stabilitas maksimum
V. Hasil
a. Perhitungan pembuatan larutan dapar pH 8%
Jumlah larutan yang dibuat 500ml
1. perhitungan kalium hidrogen phospat 0,2 M 200ml dalam 500ml
500 ml
Volume= ×50 ml=125 ml
200 ml
Mg KH2PO4 = V x N x BE
= 125 x 0,2 x 138,8
= 3.470 mg
= 3,47 gram

2. Perhitungan NaOH 0,2 N dalam 500ml


500 ml
Volume= × 46,1 ml=115,25 ml
200 ml
Mg NaOH= V x N x BE
= 115,25 x 0,2 x 40
= 922 mg
= 0,922 gram
b. Perhitungan konsentrasi panjang gelombang asam salisilat larutan
induk:
50 mg
=1 mg /ml=1000 μg ml=1000 ppm
50 ml
• Dari larutan induk diatas buat serial konsentrasi larutan asam salisilat
didalam larutan dapar dengan kadar masing-masing 5, 7, 9, 11 dan 13
µg/ml sebanyak 10 ml.
1. Konsentrasi 150 ppm 2. Konsentrasi 200 ppm
V 1× M 1=V 2 × M 2 V 1× M 1=V 2 × M 2
V 1× 1000 ppm=10 ml ×150 ppm V 1× 1000 ppm=10 ml × 200 ppm
V 1=1,5 ml V 1=2 ml

3. Konsentrasi 250 ppm 4. Konsentrasi 300 ml


V 1× M 1=V 2 × M 2 V 1× M 1=V 2 × M 2
V 1× 1000 pp m=10 ml × 250 ppm V 1× 1000 ppm=10 ml × 300 ppm
V 1=2,5 ml V 1=3 ml
5. Konsentrasi 350 ml
V 1× M 1=V 2 × M 2
V 1× 1000 ppm=10 ml × 350 ppm
V 1=3,5 ml

Perhitungan FeCl 4%
4
FeCl 4 %= ×100 ml=4 gram
100
Konsentrasi (mg/ml) Absorban
150 0,244
200 0.367
250 0.493
300 0.645
350 0.793
Kurva

Kurva Kalibrasi
0.9
0.8
0.7 f(x) = 0.002752 x − 0.1796
R² = 0.997588980121731
0.6
Axis Title

0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
100 150 200 250 300 350 400

Diperoleh Persamaan : y = 0,0028x -0,1796


R2 = 0,9976
Data Kinetika PH 8
Waktu Absorban Konsentrasi Log C 1/C
(menit)
0 0.141 11.45 1.058805487 0.08733624
10 0.205 13.73571429 1.137851249 0.07280291
20 0.28 16.41428571 1.215221989 0.06092254
30 0.427 21.66428571 1.335744375 0.04615892
40 0.494 24.05714286 1.381244047 0.0415677
50 0.62 28.55714286 1.455714754 0.03501751
60 0.722 32.2 1.507855872 0.0310559

Perhitungan :
Waktu 0 Menit , Absorban 0,141 Waktu 40 Menit , Absorban 0.494
y=bx+ a y=bx+ a
y=0,0028 x−0,1796 y=0,0028 x−0,1796
y +0,1796 y +0,1796
x= x=
0,0028 0,0028
0,141−0,1796 0,494−0,1796
x= x=
0,0028 0,0028
x=114,5 µg /ml=0,1145 mg/ml=11,45 mgx=240,57
/100 ml µg/ml=0 , 24057 mg /ml=24,057 mg /100 m
Log Ct = Log 11,45 = 1.058805487 Log Ct = Log 24.057 =
1 1 1.381244047
= =0.08733624
Ct 11,45 1 1
= =0.0415677
Ct 24.057
Waktu 10 Menit , Absorban 0,205 Waktu 50 Menit , Absorban 0,62
y=bx+ a y=bx+ a
y=0,0028 x−0,1796 y=0,0028 x−0,1796
y +0,1796 y +0,1796
x= x=
0,0028 0,0028
0,205−0,1796 0,62−0,1796
x= x=
0,0028 0,0028
x=137,35 µg /ml=0,13735 mg/ml=13,735x=285,57
mg/100 mlµg/ml=0 , 28557 mg /ml=28.557 mg/100 m
Log Ct = Log 13,735 =
1.137851249
1 1 Log Ct = Log 28.557 =
= =0.07280291
Ct 13,735 1.455714754
1 1
= =0.03501751
Ct 28.557
Waktu 20 Menit , Absorban 0.28 Waktu 60 Menit , Absorban 0.722
y=bx+ a y=bx+ a
y=0,0028 x−0,1796 y=0,0028 x−0,1796
y +0,1796 y +0,1796
x= x=
0,0028 0,0028
0,28−0,1796 0,722−0,1796
x= x=
0,0028 0,0028
x=164,14 µg /ml=0,16414 mg/ml=16,414x=322
mg/100
µgml
/ml=0 , 322mg/ml=32.2 mg/100 ml

Log Ct = Log 16,414 = Log Ct = Log 32.2 = 1.507855872


1.215221989 1 1
= =0.0310559
1 1 Ct 32.2
= =0.06092254
Ct 16,414
Waktu 30 Menit , Absorban 0.427
y=bx+ a
y=0,0028 x−0,1796
y +0,1796
x=
0,0028
0,427−0,1796
x=
0,0028
x=216,64 µg /ml=0 ,21664 mg/ml=21,664 mg/100 ml

Log Ct = Log 21,664 =


1.335744375
1 1
= =0.04615892
Ct 21.664
Kurva Orde 0
35
30 f(x) = 0.355484693877551 x + 10.4895408163265
25
Konsentrasi

R² = 0.99065295046741
20
15
10
5
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu

Series2 Linear (Series2)

Kurva Orde 1
1.6
1.4 f(x) = 0.0076746436593655 x + 1.0686803718607
1.2 R² = 0.987692083712694
Konsentrasi

1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu

Series2 Linear (Series2)

Kurva Orde 2
0.1
0.08
f(x) = − 0.000942023870941484 x + 0.0818123906851353
Konsentrasi

0.06 R² = 0.950487126593436
0.04
0.02
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu

Series2 Linear (Series2)

Orde 0 Orde 1 Orde 2


a = 10,489 a = 1,0687 a = 0,0818
b = 0,3555 b = 0,0077 b = -0,0009
r = 0,9907 r = 0,9877 r = 0,951

Jadi, orde reaksi Asam Salisilat pada PH 8 berada pada orde nol,
dikarenakan memiliki nilai R yang paling mendekati 1
Penentuan harga K pada PH 8
Nilai Konstanta Laju Reaksi (K) pada orde Nol = b
Sehingga K = 0,3555
1
Co
1 2 0,10 ×Co
t = t 90=
2 Ko Ko
1 Co 0,10 ×11,45
t = t 90=
2 2× Ko 0,3555
1 11,45 t 90=3,22081575
t =
2 2× 0,3555
1
t =16,1040788
2

VI. Pembahasan
Pada percobaan kali ini penentuan stabilitas asetosol
menggunakan metoda grafik berdasarkan nilai konstanta kecepatan
reaksi. Digunakan spektofotometer UV-Visible untuk mengetahui
serapan maksimum pada panjang gelombang.
Pada penentuan panjang gelombang serapan maksimum asam
salisilat dalam larutan dapar, didapatkan dengan melarutkan 50 mg
asam salisilat didalam 50 ml larutan dapar. Pada pembuatan kurva
kalibrasi, selanjutnya menghitung kadar masing-masing dari 150, 200.
250, 300, dan 350 ppm. Dan didapatkan masing-masing yaitu 1,5 ml:
2 ml: 2,5 ml: 3 ml: dan 3,5 ml yang kemudian dimasukkan ke dalam
labu ukur 10 ml dan ditambah aquadest sampai tanda batas. Lalu
masing-masing larutan diatas dipipet dan ditambahkan dengan 5 ml
larutan FeCl3 4%. Didapat absroban tiap konsentrasi 0,244: 0,367:
0,493: 0,645: 0,793 dengan persamaan regresi y=0,0028x-0,1796=
R2 = 0,9976.
Stabilitas diartikan bahwa obat (bahan obat sediaan obat),
disimpan pada kondisi penyimpanan tertentu didalam kemasan
penyimpanan dan pengangkutan tidak menunjukan perubahan sama
sekali atau berubah dalam batas-batas yang diperbolehkan. Stabilitas
produk sediaan farmasi dapat didefinisikan sebagai suatu rancang
bangun formulasi tertentu dalam kemasan spesifik, yang ditunjukkan
untuk mempertahankan spesifikasi fisika kimia, mikrobiologi
terapetik dan toksikologi. Rancang bangun ini diupayakan mampu
menjamin bahwa yang diperoleh pengumpulan data sampel
produkobat terkemas (Connoret al, 1992 : 129).
Stabilitas fisik dan kimia bahan obat baik tersendiri maupun
bersama-sama dengan bahan-bahan formulasi merupakan kriteria yang
paling penting untuk berhasilnya suatu produk obat.Penyelidikan
stabilitas obat dengan macam-macam bahanfarmasetiknya juga
penting untuk menentukan stabilitas kimia dan fisika serta
mempersatukannya sebelum memformulasinya menjadi bentuk-
bentuk sediaan (Ansel, 1989 : 59-60).
Stabilitas fisika adalah mengevaluasi perubahan sifat fisika
dari suatu produk yang tergantung waktu (periode penyimpanan).
Contoh dari perubahan fisika antara lain migrasi (perubahan) warna,
perubahan rasa, perubahan bau, perubahan tekstur atau penampilan.
Evaluasi dari uji stabilitas fisika meliputi: pemeriksaan organoleptis,
homogenitas, pH, bobot jenis (Vadas, 2010). Stabilitas kimia suatu
obat adalah lamanya waktu suatu obat untuk mempertahankan
integritas kimia dan potensinya seperti yang tercantum pada etiket
dalam batas waktu yang ditentukan (Attwood dan Florence, 2008).
FeCl 4% pada percobaan ini fungsinya adalah agar
mempermudah dalam membaca nilai absorbansi pada spektofotometer
UV-Visible. Berdasarkan hukum lambert-beer, absorbansi akan
berbanding lurus dengan konsentrasi karna harganya 1 cm dapat
diabaikan dengan suatu tetapan. Artinya konsentrasi makin tinggi
maka absrobansi yang dihasilkan samkin tinggi, begitupun sebaliknya.
Hubungan antara absorbansi terhadap konsentrasi akan linear
apabila nilai absrobansi larutan antara 0,2-0,8 atau sering disebut
dengan daerah berlaku hukum lambert-beer.
Jika absorbansi diperoleh lebih besar maka hubungan
absorbansinya tidak linear lagi. Dari kurva kalibrasi yang didapatkan
praktikum, dapat dilihat bahwa nilai absroban yang di dapat berkisar
pada rentang 0,244 – 0,793. Hal ini menandakan bahwa nilai absorban
yang didapat sangat sesuai dengan hukum lambert-beer dari segi
rentang nilai absorbansi kurva yang didapat.
Selanjutnya dilakukan percobaan profil stabilitas asetosal,
pada percpbaan ini asetosal dipanaskan dengan suhu 50’C bertujuan
agar asetosal mudah terurai menjadi asam asam salisilat dan asam
asetat. Adapun nilai absorban itu penting karena berkaitan dengan
orde reaksi, waktu paruh, dan waktu kadaluarsa dari suatu obat.
VII. Kesimpulan
1. Asetosal mudah terurai menjadi asam salisilat dan asetat.
2. Dalam percobaan kali ini digunakan asam salisilat karena asam
salisilat adalah adam bifungsional yang mengandung 2 gugus yaitu
–OH dan –COOH sehingga dapat mengalami reaksi bolak balik
dalam keadaan adam atau basa.
3. Digunakan larutan FeCl 4% karena dapat memberi warna pada
spektofotometer UV-Visible.
4. Persamaan regresi kurva kalibrasi yaitu :
y = 0,0028x -0,1796
5. larutan dapar yang dibuat adalah dapar ftalat asam yang berfungsi
untuk menstabilkan zat.
6. Stabilitas suatu zat sangat penting mengingat suatu sediaan dalam
jumlah besar dan butuh waktu yang lama untuk sampai ketangan
pasien dan obat yang disimpan dalam waktu lama dapat mengalami
penguraian sehingga mengakibatkan dosis yang diterima pasien
berkurang.

Daftar Pustaka
Ansel C. Howard. 1989. “Pengantar Bentuk Sedian Farmasi Edisi
Keempat”. UI-Press : Jakarta.
Anonim. 2015. “Penuntun Praktikum Farmasi Fisika”. UMI : Makassar.
Ansel C. Howard. 1989. “Pengantar Bentuk Sedian Farmasi Edisi
Keempat”. UI-Press : Jakarta.
Jenkins. 1957. “Farmasi Fisika”. UGM Press : Yogyakarta.
Voigt, R. 1995. ”Buku Pelajaran Teknologi Farmasi”. UGM Press :
Yogyakarta.
Joshita. 2008. “Obat-Obat untuk Paramedis”. UI Press : Jakarta.
Lachman. 1994. “Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi 3”. UI-
Press, Jakarta.
Voigt, R. 1995. ”Buku Pelajaran Teknologi Farmasi”. UGM Press:
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai