Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

“HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA”

Oleh :

KELOMPOK II (DUA)
No. Nama Mahasiswa NIM
1. ASTRIANI SAUH SATAONG 821423026
2. DWI TRIHAPSARI FEBRIAN KADIR 821423029
3. TIARA NAZWANISSA THALIB 821423061
4. SRI OKTAVIANI RIVAI 821423066
5. MUH. NAUFAL RAFLI DADU 821423076

Kelas :C
Program Studi : S1
Fakultas : Olahraga dan Kesehatan

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
HALAMAN PENGESAHAN

PRAKTIKUM KIMIA DASAR

Judul Modul Percobaan : Hukum-Hukum Dasar Kimia

Kelompok : II (DUA)

Nama Mahasiswa : 1. Astriani Sauh Sataong (821423026)

2. Dwi Trihapsari Febrian Kadir (821423029)

3. Tiara Nazwanissa Thalib (821423061)

4. Sri Oktaviani Rivai (821423066)

5. Muh. Naufal Rafly Dadu (821423076)

Kelas :C

Program Studi : S1

Jurusan : Farmasi

Fakultas : Olahraga dan Kesehatan

Nilai Laporan :

Catatan Asisten Praktikum:

Mengetahui, Gorontalo, September 2023


Asisten Praktikum, Ketua Kelompok

Aprillyanto Suleman S.Pd Tiara Nazwanissa Thalib


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum
Kimia Dasar dengan judul percobaan “Hukum-Hukum Dasar Kimia” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada
praktikum Kimia Dasar. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang alat bahan laboratorium kimia bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang membantu dalam hal menyelesaikan laporan ini. Kami menyadari bahwa
laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan.

Gorontalo, 19 September 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan.................................................................................................2
1.3 Manfaat Percobaan...............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................4
2.1 Dasar Teori...........................................................................................................4
2.2 Uraian Bahan........................................................................................................5
BAB III METODE PRAKTIKUM............................................................................7
3.1 Waktu dan Tempat................................................................................................7
3.2 Alat dan Bahan.....................................................................................................7
3.3 Prosedur Kerja....................................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................12
4.1 Hasil Pengamatan...............................................................................................12
4.2 Pembahasan........................................................................................................16
BAB V PENUTUP.....................................................................................................18
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................18
4.2 Saran....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kimia merupakan ilmu pengetahuan yang termasuk rumpun Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA). Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan
bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat,
transformasi, dinamika dan energetika zat (DEPDIKNAS, 2003). Ilmu kimia
memiliki dua dimensi yaitu kimia sebagai produk dan kimia sebagai proses. Kimia
sebagai produk berupa sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta, konsep,
hukum, dan teori. Kimia sebagai proses berupa kerja ilmiah yang dilakukan di
laboratorium (Susiwi, 2007).
Ilmu Kimia merupakan bagian ilmu pengetahuan alam yang mempelajari materi
yang meliputi susunan, sifat dan perubahan materi serta energi yang menyertai
perubahan energi. Dalam mempelajari hukum dasar dan perhitungan kimia terdapat
suatu konsep yangmenghubungkan suatu satuan dengan satuan kimia yang lain, yang
disebut dengan konsep mol.Mol adalah satuan yang digunakan untuk menyatakan
jumlah partikel suatu zat. Konsep mol membantu dan mempermudah kita dalam
melakukan perhitungan kimia dan penentuan rumus kimia zat. Hukum-hukum dasar
kimia tersebut adalah Hukum Lavoiser (Hukum Kekekalan Massa), Hukum Proust
(HukumPerbandingan Tetap), Hukum Dalton (Hukum Perbandingan Berganda),
Hukum Boyle, HukumGay-Lussac, Hukum Boyle-Gay Lussac, Hukum Avogadro.
Hukum-hukum dasar kimia itu merupakan pijakan kita dalam mempelajari dan
mengembangkan ilmu kimia selanjutnya. (Alfian,zul, 2009).
Hukum dasar kimia merupakan salah satu materi kimia bersifat abstrak dan
matematis sehingga untuk memahami materi hukum dasar kimia masih dianggap
sulit oleh siswa. Materi ini sangat penting karena konsep-konsep dalam hukum
dasar kimia akan digunakan sebagai dasar dalam mempelajari materi perhitungan
kimia. Konsep hukum-hukum dasar kimia merupakan konsep hafalan dan

1
memerlukan pemahaman. Untuk itu di perlukan model pembelajaran yang dapat
meningkatkan pemahaman serta dapat memecahkan suatu permasalahan pada
materi kimia.
Kemampuan pemecahan masalah merupakan faktor yang sangat penting
yang harus dicapai oleh siswa dalam pembelajaran kimia bersifat abstrak dan
matematis. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa Indonesia dapat
dilihat dari hasil PISA (Programme for International Student Assessment) dan
TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study). Hasil PISA
tahun 2009 Indonesia hanya menduduki rangking 61 dari 65 peserta dengan ratarata
skor 371, sementara rata-rata skor internasional adalah 496 (Kompasiana,
2011). Gagne, Yekovish dan Yekovish (1993) dalam Bintaria (2018) menunjukan
bahwa siswa yang memiliki pemahaman konsep yang baik memungkinkan
dengan cepat mengenali aturan yang berhubungan dan konsep untuk masalah
yang sulit. Hal ini berarti untuk memecahkan masalah dengan baik maka seorang
harus memiliki koheren, struktur, dan pengetahuan konseptual yang tinggi dari
suatu masalah.(Agustina, Khalida, 2010).

1.2 Tujuan Percobaan


1. Mahasiswa mampu memahami hukum-hukum dasar kimia.
2. Mahasiswa dapat membuktikan penerapan hukum-hukum dasar kimia dalam
reaksi kimia.
1.3 Manfaat Percobaan
1. Pemahaman Dasar: Percobaan ini membantu praktikan memahami hukum
dasar kimia, yaitu hukum lavoisier, hukum Proust, hukum Dalton, Gay
Lussac, dan hukum Avogadro.
2. Keselamatan: praktikan akan belajar tentang prinsip-prinsip keselamatan di
laboratorium kimia, termasuk penggunaan perlindungan diri seperti sarung
tangan, masker, dan juga nursing cup. Ini penting untuk mencegah kecelakaan
dan cedera.

2
3. Keterampilan Teknis: Melalui percobaan ini, praktikan akan mengembangkan
keterampilan teknis yang diperlukan dalam praktikum kimia, seperti membuat
larutan air sabun, memotong sendal jepit seperti ukuran atas erlenmeyer.
4. Identifikasi Bahan: praktikan akan belajar mengenali berbagai jenis bahan
kimia dan alat laboratorium yang sesuai untuk tugas tertentu. Ini akan
membantu mereka dalam merencanakan dan melaksanakan eksperimen
dengan benar.
5. Pemahaman Reaksi Kimia: Percobaan ini juga dapat membantu praktikan
memahami reaksi hukum kimia dasar. Ini merupakan dasar yang penting
dalam percobaan ini.
6. Pengembangan Kemampuan Problem Solving: praktikan akan menghadapi
tantangan saat melakukan percobaan, seperti menghitung reaksi sisa dalam
praktikum ini. Hal ini akan mengembangkan kemampuan problem solving
mereka.
7. Persiapan untuk Karier: Bagi yang tertarik pada karier di bidang ilmu kimia
pemahaman unruk hukum dasar kimia sangatlah penting untuk kedepannya.
8. Praktikan mengetahui dan membuktikan adanya hukum kekekalan massa.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori

3
2.1.1 Laboratorium
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia laboratorium adalah sebuah ruangan
atau gedung yang digunakan untuk penelitian ilmiah, eksperimen dan tes.
Laboratorium tidak hanya termasuk di dalamnya gedung atau ruang dan peralatannya
saja, akan tetapi pengertian laboratorium berkembang seiring dengan kebutuhan
makna tempat pembelajaran bagi konsentrasi keilmuan tertentu. Selain laboratorium
seringkali dimaknai sebagai tempat yang di dalamnya alat-alat pembelajaran,
laboratorium juga dapat berbentuk seperti kampus atau kelas, alam atau
lingkungan, lembaga social kemasyarakatan, dan bahkan masyarakat itu sendiri
(Riyadi, 2019).
Laboratorium merupakan tempat kerja yang memiliki potensi sumber
bahaya yang dapat menimbulkan risiko terjadinya gangguan keselamatan dan
kesehatan kerja seperti kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Pada
laboratorium kimia terdapat bahan-bahan kimia berbahaya yang dapat
menimbulkan terjadinya kecelakaan. Risiko yang ada di laboratorium kimia
adalah berkaitan dengan bahan utama yang digunakan yaitu bahan kimia.
Laboratorium ini memiliki banyak potensi bahaya yang dapat menimbulkan dampak
pada kesehatan dan lingkungan sekitar laboratorium (Asmorowati et al., 2020).
Laboratorium kimia adalah ruang untuk melakukan eksperimen dan belajar
tentang reaksi kimia dan sifat-sifat berbagai zat (Burhanuddin et al., 2022).
Laboratorium kimia merupakan salah satu jenis laboratorium yang dianggap cukup
berbahaya (Vendamawan, 2015). Laboratorium kimia merupakan tempat penelitian
dan percobaan yang berpotensi menimbulkan suatu kecelakaan (Ridasta, 2020). Oleh
karena itu perlu adanya penggolongan atau pengelompokan alat bahan untuk
menghindari potensi kecelakaan pada saat praktikum.

Dalam melakukan percobaan di laboratorium atau bekerja dalam laboratorium


terutama laboratorium kimia, seseorang akan selalu dihadapkan pada hal-hal yang
berhubungan dengan bahan-bahan kimia, peralatan yang dapat berbahaya dan

4
merugikan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan sekitar bila tidak digunakan
dengan baik. Seperti pekerjaan lainnya, bekerja dalam laboratorium kimia
mempunyai resiko kecelakaan kerja. Resiko ini dapat disebabkan karena factor
ketidak sengajaan, ketelodoran dan sebab-sebab lain yang diluar kendali manusia.
Terutama disebabkan karena kesalahan penggunaan alat dan bahan, sehingga menjadi
sangat penting untuk mengetahui setiap kemungkinan bahaya (Setiawati, 2009).
2.1.2 Alat
Ketepatan hasil analisis kimia sangat tergantung pada ketersediaan, serta
kualitas perlengkapan yang digunakan, di samping penjelasan pelaksana tentang
dasar analisa yang dikerjakan dan kecermatan serta ketelitian kerjanya sendiri.
Penindakan perlengkapan pokok yang banyak dipergunakan ialah persyaratan yang
penting demi keselamatan serta berhasilnya pekerjaan analisa kimia. Oleh sebab itu
pengetahuan tentang alat kimia harus diperhatikan (Yos F. da Lopes, 2019).
Pengenalan alat-alat kimia serta metode penggunaannya ialah sesuatu
keharusan untuk orang- orang yang hendak berkecimpung dalam bidang ilmu kimia.
Keberhasilan sesuatu praktikum ataupun riset sangat didetetapkan oleh kemampuan
praktikan ataupun periset terhadap alat- alat yang digunakannya. Di dalam
laboratorium terdapat bermacam berbagai perlengkapan mulai dari yang simpel
semacam alat- alat gelas hingga pada perlengkapan yang lumayan rumit (Luh et al.,
2013).
Dalam mengukur suatu zat atau bahan hendaknya menggunakan suatu alat.
Alat yang digunakan untuk mengukur suatu zat kimia adalah gelas ukur. Akan tetapi,
pengukuran dari gelasukur ini penggunaannya tidaklah terlalu teliti. Salah satu contoh
alat praktikum pengukuran yang mempunyai tingkat ketelitian tinggi yaitu pipet ukur.
Namun pengukuran dengan pipet ukur ini tidak terlepas juga dari ketelitian praktikan
(Rohman, 2011).
Pengukuran dengan pipet ukur ini tidak terlepas juga dari ketelitian praktikan
(Rohman, 2011).

5
Alat-alat laboratorium yang digunakan dalam percobaan bermacam-macam
diantaranya alat pemanas yang terdiri dari pembakar gas, kaki tiga, segitiga perselin,
kasa, gegep, pemanas air, alat-alat perselin (cawan porselindan pinggan porselin).
Selain itu juga digunakan alat-alat gelas. Sebelum digunakan alat-alat gelas harus
diperiksa dan kemudian dibersihkan. Alat-ala tgelas diantaranya gelas wadah,
sedangkan untuk mereaksikan zat digunakangelas ukur, labu ukur (labu takar), pipet
ukur (pipet gondok dan pipet mohr), dan buret. Sedangkan alat-alat lain seperti,
pengaduk gelas, erlenmeyer, corong, semprot, kertas saring, timbangan dan lain-lain.
Alat-alat gelas ini juga memiliki kegunaan dan fungsi masing-masing yang berguna
untuk memudahkan praktikan dalam melaksanakan praktikum (Subroto, 2000).
Alat laboratorium harus diurai agar memudahkan penggunaannya dalam
kegiatan praktikum. Kategorisasi alat laboratorium dapat dilakukan berdasarkan jenis,
fungsi, atau kegunaannya (Supriadi dan Lismawati, 2018).
Pada pengelompokan alat dibagi menjadi tiga kategori, dalam praktikum ini
praktikan mengenal dua kategori alat yaitu kategori 1 dan 2.
1. Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 03 Tahun 2010 Peralatan kategori 1 adalah peralatan yang cara
pengoperasian dan perawatannya mudah, risiko penggunaan rendah, akurasi/
kecermatan pengukurannya rendah, serta sistem kerja sederhana, pengoperasiannya
cukup dengan menggunakan panduan.
2. Peralatan kategori 2 adalah peralatan yang cara pengoperasian dan
perawatannya sedang, risiko penggunaan sedang, akurasi/kecermatan pengukurannya
sedang, serta sistem kerja yang tidak begitu rumit dan pengoperasiannya memerlukan
pelatihan khusus/tertentu (PERMENPAN RB No. 03, 2010).

Peralatan kategori 3 adalah alat yang cara pengoperasian dan perawatannya


sulit, risiko penggunaan tinggi, akurasi/ kecermatan pengukurannya tinggi, serta

6
sistem kerja rumit yang pengoperasiannya memerlukan pelatihan khusus/tertentu dan
bersertifikat (PERMENPAN RB No. 03, 2010).
Setiap alat yang akan dioperasikan harus dalam kondisi yang baik yaitu
dengan syarat diantaranya siap untuk dipakai (ready for use), bersih, berfungsi
dengan baik dan terkalibrasi. Adapun dalam penyimpanan dan penataan alat yang
perlu diperhatikan yakni jenis bahan dasar penyusun alat tersebut, alat yang terbuat
dari logam tentunya harus dipisahkan dari alat yang terbuat dari gelas atau porselen,
dalam penyimpanan dan penataan alat aspek bobot benda perlu juga diperhatikan,
janganlah menyimpan alat-alat yang berat di tempat yang lebih tinggi, agar mudah
diambil dan disimpan kembali (Vendamawan, 2015).
2.1.3 Bahan
Selanjutnya untuk bahan laboratorium kimia dikategorikan menjadi dua. yaitu
bahan umum dan bahan khusus. Bahan umum adalah bahan yang penanganannya
tidak memerlukan perlakuan dan persyaratan khusus. Bahan khusus adalah bahan
yang penanganannya memerlukan perlakuan khusus (PERMENPAN RB No. 03,
2010). Setiap bahan kimia memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda-beda. Maka,
dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia harus diperhatikan aspek pemisahan
(segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas
penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan
kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko
bahaya (hazard information) (Vendamawan, 2015).
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan bahan di laboratorium; 1)
Aman : bahan disimpan supaya aman dari pencuri. 2) Mudah dicari : Untuk
memudahkan mencari letak bahan, perlu diberi tanda yaitu dengan menggunakan
label pada setiap tempat penyimpanan bahan (lemari, rak atau laci). 1) Mudah
diambil : Penyimpanan bahan diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan,
(Lindawati, 2010)
Menurut Vendamawan, 2015 pada bahan, pengurutan secara alfabetis akan
tepat jika dikelompokkan menurut sifat fisis dan sifat kimianya terutama tingkat

7
kebahayaannya untuk pengadministrasian. Bahan kimia yang tidak boleh disimpan
dengan bahan kimia lain, harus disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang
terisolasi. Hal ini untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti
api, gas beracun, ledakan atau degradasi kimia. Wadah dan tempat penyimpanan
harus diberi label yang mencantumkan informasi antara lain, nama kimia dan
rumusnya, konsentrasi, tanggal penerimaan, tanggal pembuatan, nama orang yang
membuat reagen, tingkat bahaya, klasifikasi lokasi penyimpanan, nama dan alamat
pabrik. Penyimpanan dan penataan bahan kimia menurut kelompok tingkat
bahayanya meliputi, Penyimpanan dan penataan bahan kimia radioaktif,
Penyimpanan dan penataan bahan kimia reaktif, Penyimpanan dan penataan bahan
kimia korosif, Flammable dan combustible, Penyimpanan dan penataan bahan kimia
beracun (toxic).

BAB III

8
METODE PRAKTIKUM
1.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 21 September 2023 Pukul 07.00
sampai 10.00 WITA bertempat di Laboratorium Kimia Farmasi, Jurusan Farmasi,
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
1.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat dalam praktikum ini yaitu terdiri dari Erlenmeyer, tabung reaksi,
batang pengaduk, corong, kaca arloji, gelas ukur, pipet tetes, buret, neraca analitik,
spatula, cutter, kaki tiga dan Bunsen.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu terdiri dari tisu, soda kue,
korek api, selang waterpass 30 cm, sendal jepit bekas, kertas perkamen dan sabun
cuci piring.
1.3 Prosedur Kerja
a. Pembuktian Hukum Lavoiser
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Timbang Natrium Bikarbonat sebanyak 5 gram.
3. Tuangkan ke dalam Erlenmeyer pyrex.
4. Siapkan gelas kimia berisi larutan sabun.
5. Set alat dan sambungkan selang waterpass antara Erlenmeyer dan gelas
kimia.
6. Letakkan Erlenmeyer di atas kaki tiga.
7. Panaskan Natrium Bikarbonat di dalam Erlenmeyer dengan menggunakan
Bunsen.
8. Amati perubahan yang terjadi.

BAB IV

9
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1
No Nama Senyawa Massa
.
1. Natrium Bikarbonat 25 gram
2. Natrium Karbonat

4.2 Pembahasan
Laboratorium kimia merupakan sebuah tempat yang digunakan untuk Melakukan
suatu percobaan dan penelitian yang disebut praktikum. Praktikum dilaboratorium
sangat dibutuhkan untuk mempelajari ilmu-ilmu kimia secara nyata dan diperlukan
untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam melakukan suatu
percobaan, kita tentunya harus mengetahui alat- alat yang digunakan tersebut
disesuaikan dengan tujuan percobaan.
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan terkait Pengenalan dan Penggunaan
Alat Bahan Laboratorium Kimia. Adapun alat yang digunakan yaitu gelas beker,
erlenmeyer, gelas ukur, batang pengaduk, tabung reaksi, rak tabung reaksi, corong,
spatula, buret, pipet ukur, pipet gondok, lumpang dan alu, pipet tetes, kaca arloji, dan
neraca analitik. Bahan yang digunakan yaitu kapur tulis.

10
Sebagian besar alat-alat yang dipakai dalam praktikum kimia adalah alat yang
terbuat dan gelas. Selain itu ada pula alat yang terbuat dari porselin, kayu, alat listrik,
dan logam.
Gelas ukur adalah silinder gelas berskala, bermulut berar dan bercucuk yang
berfungsi sebagai alat ukur volume larutan atau zat cair yang tepat, untuk sampel
bahan cair dengan ketelitian rendah. Standar deviasinya kira-kira 1% dari volume
yang sebenarnya. Prinsip kerja alat ini yaitu dengan menuangkan larutan atau zat
kimia secara berhenti-hati.
Erlemeyer merupakan alat gelas yang berfungsi sebagai tempat menampung
bahan kimia untuk Sementara,tempat menghomogenkan larutan, dan menampung
titran pada raat titrasi. Erlemeyer ada yang berskala dan ada yang tidak berskala. Ada
2 jenis erlemeyer yaitu erlemeyer tanpa gelas dan erlemeyer dengan tutup gelas.
Gelar beker adalah bejana dari gelas berbentuk silinder bercucuk yang berfungsi
sebagai penampung sampel atau sementara atau bisa digunakan sebagai penyimpan
zat sementara. Alat ini ada yang berskala dan ada yang tidak berskala.
Kaca arloji merupakan alat yang terbuat dari kaca bening yang terdiri dari
berbagai ukuran diameter. Kaca arloji berfungsi untuk mengeringkan padatan dalam
disikator,sebagai tempat saat menimbang bahan kimia dan sebagai penutup gelas
kimia saat memanaskan kimia.
Pipet gondok merupakan alat gelas yang berfungsi untuk mempermudah proses
pengukuran dan pengambilan cairan yang tepat dan akurat. Di bagian tengah dari
pipet ini ada bagian yang membesar (gondok), ujungnya runcing dan pada bagian atas
ada tanda goresan melingkar. Tepat sampai tanda tersebut, volume larutan di dalam
pipet sama dengan angka yang tertera pada pipet tersebut. Alat ini dipakai untuk
mengambil dan memindahkan larutan secara tepat suatu volume tertentu sesuai
kapasitas alat. Pipet volume merupakan alat pengukur yang lebih tepat dari gelas
ukur.
Batang pengaduk merupakan sebuah peralatan laboratorium yang digunakan
untuk mencampur bahan kimia dan caran untuk keperluan laboatorium. Selain untuk

11
mencampur larutan. fungsi batang pengaduk juga adalah untuk membantu dekantasi
larutan, menginduksi kristalisasi dan memecahkan emulsi pada suatu ekstraksi.
Tabung reaksi, adalah peralatan gelas yang umum ada di laboratorium berbentuk
tabung sebesar kira-kira jari tangan manusia dewasa, terbuat dari kaca atau plastik,
terbuka di bagian atasnya, biasanya alasnya berbentuk huruf-U. Tabung reaksi besar
khusus untuk mendidihkan cairan disebut labu didih. Tabung reaksi berfungsi untuk
tempat mereaksikan dua larutan/bahan kimia atau lebih, serta sebagai tempat
mengembangbiakan mikroba dalam media cair.
Rak tabung reaksi merupakan salah satu dari instrumen peralatan laboratorium
non-gelas yang digunakan untuk menyimpan atau menata beberapa tabung reaksi.

Corong adalah sebuah benda berbentuk kerucut dengan bentuk lubang di ujung
benda yang lebar dan lubang sempit dan panjang di ujung lainnya. Corong berfungsi
sebagai alat bantu untuk menuangkan cairan dari suatu tempat ke tempat lainnya,
seperti menuangkan bahan bakar ke dalam jeriken
Pipet ukur adalah salah satu alat laboratorum yang di gunakan untuk
memndahkan cairan. Pipet ukur berfungsi untuk memindahkan cairan atau larutan ke
dalam wadah dengan berbagai ukuran volume.
Pipet Pasteur atau pipet tetes merupakan jenis pipet yang digunakan untuk
memindahkan larutan dari suatu wadah ke wadah lain dengan jumlah yang sangat
sedikit dan dengan tingkat ketelitian pengukuran volume yang sangat rendah.
Umumnya pipet tetes digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu wadah ke
wadah yang lain.
pompa pipet digunakan untuk membantu pipet ukur dalam menyedot cairan,
kemudian cairan yang telah diukur dipindahkan ke wadah lainnya.
Lumpang batu memiliki fungsi sebagai tempat menumbuk. Dalam kehidupan
sehari-hari, lumpang digunakan untuk menumbuk padi, kopi ataupun bahan makanan
yang perlu ditumbuk lainnya. Nama alat yang digunakan untuk menumbuk
disebut dengan Alu.

12
Neraca analitik adalah jenis neraca yang dirancang untuk mengukur massa kecil
dalam rentang sub-miligram. Piringan pengukur neraca analitik berada dalam kotak
transparan berpintu sehingga tidak berdebu dan angin di dalam ruangan tidak
mempengaruhi operasional penimbangan. Neraca analitik adalah jenis neraca yang
dirancang untuk mengukur massa kecil dalam rentang sub-miligram. Piringan
pengukur neraca analitik berada dalam kotak transparan berpintu sehingga tidak
berdebu dan angin di dalam ruangan tidak mempengaruhi operasional penimbangan.
Neraca analitik berfungsi untuk menimbang bahan atau zat yang akan digunakan
sebelum melakukan suatu percobaan yang membutuhkan suatu penimbangan.
Spatula adalah bilah lebar, rata, fleksibel yang digunakan untuk mencampur,
menyebarkan, dan mengangkat bahan termasuk makanan, obat-obatan, plester, dan
cat. Dalam aplikasi medis, "spatula" juga dapat digunakan secara sinonim
dengan penekan lidah.
Oven laboratorium adalah peralatan umum yang dapat ditemukan di elektronik,
pemrosesan bahan, forensik, dan laboratorium penelitian. Oven ini umumnya
memberikan kontrol suhu yang tepat dan suhu yang seragam selama proses
pemanasan. Fungsi oven laboratorium adalah memanaskan atau mengeringkan
peralatan laboratorium atau objek-objek lainnya.

13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa.
1. Alat-alat kimia memiliki nama, fungsi, jenis serta kegunaan yang berbeda-
beda.
2. Bahan-bahan kimia memiliki nama, simbol, jenis, manfaat dan cara
penggunaan serta toksisitas yang berbeda-beda
3. Alat dan bahan di laboratorium kimia memiliki cara penanganan dan
perlakuan yang berbeda-beda
5.2 Saran
Adapun saran dari praktikan antara lain.
1. Praktikan yang mengikuti praktikum dapat menyimak penjelasan dengan baik
agar pada saat praktikum selanjutnya sudah dapat memahami cara kerja dari
alat laboratorium.
2. Praktikan bersikap serius jika berada di dalam laboratorium dan
mendengarkan intruksi dari laboran karena terdapat potensi kerusakan dan
bahaya dari alat bahan laboratorium.
3. Praktikan menggunakan alat pelindung diri lengkap untuk menghindari hal-
hal yang tidak diinginkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Asmorowati, D. S., Sumarti, S. S., & Kristanti, I. I. (2020). Perbandingan metode


destruksi basah dan destruksi kering untuk analisis timbal dalam
tanah di sekitar laboratorium kimia FMIPA UNNES. Indonesian
Journal of Chemical Science, 9(3).

BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah: Standar
Kopentensi dan Kopetensi Dasar SMA/MA. Jakarta

Burhanuddin, B., Andayani, Y., Junaidi, E., Hadisaputra, S., & Hakim, A. (2022).
Pengelolaan Laboratorium Kimia Sekolah Di Kota Mataram. Jurnal
Pengabdian Inovasi Masyarakat Indonesia

Chang, R. 2005. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.

Day, R.A. Jr and, A. L. Underwood. 1998. “Analisis Kimia Kualitatif”. Edisi Kelima.
Penerbit Erlangga. Jakarta.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Kemdiknas

Ginting, T. 2000. Penuntun Kimia Dasar I. Unsri, Palembang.

Griffin, Brian., (2005), Laboratory Design Guide Third Edition, Elsevier, Great
Britain.http://simatupangnovachem.blog spot.com/2012/11/strategi
pengelolaanlaboratorium-kimia.html

Khasani. 1990. Prosedur Alat-Alat Kimia. Liberty, Yogyakarta.

Lindawati. (2010), Strategi Inventaris Alat dan Bahan.

Pamungkas, E. 2014. Laporan Praktikum Biokimia Perairan Pengenalan Alat Dan


Bahan Praktikum. Semarang.

Permenpan RB RI Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi Nomor 03 Tahun 2010 Tentang Jabatan Fungsional
Pranata Laboratorium Pendidikan dan Angka Kreditnya (2010)

Riyadi, A. (2019). Desain Pengembangan Laboratorium Dakwah: Studi


Kasus UIN Walisongo Semarang. Jurnal Komunikasi Islam, 09(2).

Rohman, T. , 2011. Penanganan Bahan Kimia dengan Alat Gelas Kimia Serta
Penanganan Karbon Akibat Kontak dengan Bahan Kimia.
Makalah Seminar Pada Pelatihan Dosen Biokimia, Banjarbaru.

Suriantika, C, et al., 2013. Laporan Praktikum Mikrobiologi "Sterilisasi Dan


Pengenalan Peralatan Mikrobiologi". Universitas Muhammadiyah
Prof. Dr. Hamka

Setiawati. 2009. Biokimia I. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Subroto, J. 2000. “Buku Pintar Alat Laboratorium”. Aneka : Solo.

Vendamawan, R. (2015). Pengelolaan laboratorium kimia. Metana, 11(02).

Yos F. da Lopes, W. B. (2019). Modul : Pengenalan Peralatan Peralatan


Laboratorium Kimia. Module, 1-6
Lampiran 1
Dokumentasi Alat dan Bahan
No. Nama Gambar

1. Spatula

2. Kaca Arloji

3. Corong

4. Gelas Kimia

5. Gelas ukur
6. Batang Pengaduk

7. Cutter

8. Erlenmeyer

9. Bunsen

10. Kaki Tiga

11. Soda Kue


12. Korek Api

13. Selang Waterpass 30 cm

14. Kertas Perkamen

15.
Sendal Jepit

16. Sabun Cuci Piring


Lampiran 2

Diagram Alir Prosedur Kerja

a. Pembuktian Hukum Lavoiser


Air Sabun
- Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
- Dilubangi sendal jepit menggunakan cutter dengan ukuran lubang mengukitu ukuran
kepala Erlenmeyer kemudian lubangi Tengah bulatan.
- Dituangkan air ke dalam gelas kimia, campurkan dengan sabun cuci piring, kemudian
aduk menggunakan batang pengaduk.
- Ditimbang soda kue sebanyak 25 gram menggunakan neraca analitik.
- Dimasukkan soda kue yang sudah ditimbang ke dalam Erlenmeyer menggunakan
corong.
- Ditutupi Erlenmeyer dengan bulatan sendal jepit.
- Dimasukkan selang waterpass ke lubang sendal dan gelas kimia yang berisi larutan air
sabun.
- Diletakkan Erlenmeyer di atas kaki tiga.
- Diletakkan gelas kimia di atas tumpukan barang agar seimbang dengan kaki tiga.
- Diletakkan Bunsen di bawah kaki tiga kemudian dipanaskan.
- Diamati reaksi apa yang terjadi.
- Ditimbang Erlenmeyer yang berisi soda kue menggunakan neraca analituik jika
gelembung pada larutan gelas kimia habis
- Dimatikan Bunsen, kemudian hitung massa senyawa setelah menimbangan.

Praktikan membuktikan
terbentuknya Na2CO3,
H2O dan CO
Lampiran 32
Lampiran 3

Dokumentasi Skema Kerja Praktikum

Melubangi sendal jepit dengan


Membuat larutan air sabun
ukuran kepala erlenmeyer

Mengisi Erlenmeyer dengan soda Menimbang soda kue


kue menggunakan neraca analitik
Menyambungkan selang
waterpass antara Erlenmeyer dan
gelas kimia Menyalakan Bunsen lalu
diletakkan di bawah kaki tiga

Mematikan Bunsen jika Mengamati reaksi apa yang


gelembung sudah habis terjadi
Mendinginkan Erlenmeyer Menimbang Erlenmeyer berisi
sebelum ditimbang soda yang habis di reaksikan
menggunakan neraca analitik

Anda mungkin juga menyukai