Anda di halaman 1dari 89

MODUL PRAKTIKUM

ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA


(105N1113)

Nama Mahasiswa : Chintya


NIM :
Kelas Praktikum :
Kelompok :

OLEH:
TIM DOSEN ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA

LABORATORIUM BIOFARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
PENGESAHAN

Modul Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia ini telah direvisi oleh tim
untuk memenuhi kebutuhan praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia.

Tim Penyusun Modul Praktikum

Firzan Nainu, S.Si., M.Biomed., Ph.D., Apt.


Sukamto S. Mamada, S.Si., M.Sc., Apt.
Nur Inda Yanti. S.Si., M.Si.

Makassar, 31 Agustus 2017


Mengesahkan,
Ketua Tim Penyusun Wakil Dekan Bidang Akademik dan
Modul Praktikum Pengembangan

Firzan Nainu, M.Biomed., Ph.D., Apt. Subehan, S.Si., M.Pharm.Sc., Ph.D., Apt.
NIP. 19820610 200801 1 012 NIP. 19750925 200112 1 002

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 2 )


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan
kemampuan kepada Tim Penyusun, sehingga Modul Praktikum Anatomi dan
Fisiologi Manusia ini dapat terselesaikan dengan baik.
Modul praktikum ini disusun untuk menjadi acuan dalam pelaksanaan
praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia baik untuk dosen, asisten dosen
maupun praktikan. Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia adalah salah satu
praktikum yang ada di Fakultas Farmasi Unhas dan menjadi bagian tak
terpisahkan dari mata kuliah Anatomi dan Fisiologi Manusia. Dalam
penyelenggaraan mata kuliah tersebut, beberapa metode pembelajaran
diberlakukan, di antaranya kuliah dengan metode tatap muka dan praktikum di
laboratorium.
Setelah teori-teori diberikan dalam kegiatan perkuliahan di dalam kelas,
mahasiswa/i akan diajak mengaplikasikan langsung teori yang ada ke dalam
bentuk pengerjaan nyata dalam bentuk praktikum. Metode ini diharapkan dapat
memperkaya khasanah berpikir para mahasiswa/i dalam memahami kasus-
kasus yang terkait dengan topik anatomi dan fisiologi manusia.
Pada akhirnya, tak ada gading yang tak retak. Kami memohon masukan
dari berbagai pihak jika dalam modul ini terdapat kekeliruan. Kami juga
mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang
telah membantu penyelesaian modul praktikum ini.

Makassar, September 2017

Tim Penyusun

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 3 )


DAFTAR ISI

MODUL PRAKTIKUM .................................................................................... 1

PENGESAHAN .............................................................................................. 2

KATA PENGANTAR....................................................................................... 3

DAFTAR ISI ................................................................................................... 4

BAGIAN I IDENTITAS MATA KULIAH ........................................................... 5

BAGIAN II PENDAHULUAN ........................................................................... 6

II.1. Deskripsi Umum Praktikum ................................................................... 6

II.2. Organisasi Materi Praktikum ................................................................. 7

II.3. Tata Tertib Praktikum ............................................................................ 7

BAGIAN III MODUL – MODUL PERCOBAAN ............................................... 9

III.1. Modul I: Pengenalan Hewan Coba ........................................................ 9

III.2. Modul II: Sistem Saraf ......................................................................... 20

III.3. Modul III: Anatomi dan Fisiologi Jantung dan Pembuluh Darah .......... 32

III.4. Modul IV: Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan........................... 45

III.5. Modul V: Sistem Muscularis; Bobot Badan, Suhu Badan, dan LPT .... 54

III.6. Modul VI: Darah dan Komponennya ................................................... 67

III.7. Modul VII: Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan......................... 78

BAGIAN IV LAMPIRAN – LAMPIRAN .......................................................... 86

IV.1. LAMPIRAN 1: FORMAT PELAPORAN ............................................... 86

IV.2. LAMPIRAN 2: RUBRIK PENILAIAN .................................................... 86

IV.3. LAMPIRAN 3: JADWAL MINGGUAN PRAKTIKUM ............................ 88

IV.4. LAMPIRAN 4: CARA PENGUTIPAN PUSTAKA DALAM LAPORAN .. 89

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 4 )


BAGIAN I
IDENTITAS MATA KULIAH

NAMA MATA KULIAH : Anatomi dan Fisiologi Manusia


JUMLAH SKS : 3 SKS
SEMESTER : 1
NAMA DOSEN : Firzan Nainu, S.Si., M.Biomed., Ph.D., Apt.
PENGASUH Sukamto S. Mamada, S.Si., M.Sc., Apt.
Nur Inda Yanti, S.Si., M.Si.

DESKRIPSI SINGKAT : Mata kuliah (MK) Anatomi dan Fisiologi


MATA KULIAH Manusia adalah MK dengan 2 metode
pembelajaran utama yakni perkuliahan di kelas
(2 SKS) dan praktikum di laboratorium (1 SKS).
Mata kuliah ini menjadi prasyarat MK
Farmakologi Toksikologi I. MK ini terdiri atas 14
topik perkuliahan dan 2 kali ujian. Praktikum
diadakan untuk memberi praktikan pemahaman
dan keterampilan tambahan terkait teori-teori
yang telah didapatkan dalam kelas.
SASARAN BELAJAR : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa/i
diharapkan dapat memiliki pengetahuan tentang
anatomi dan fisiologi manusia yang akan
menjadi bekal untuk mata kuliah lanjutan di
bidang farmakologi dan toksikologi.

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 5 )


BAGIAN II
PENDAHULUAN

II.1. Deskripsi Umum Praktikum


Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia memberikan pengetahuan
kepada mahasiswa mengenai anatomi dan fisiologi tubuh manusia dengan
melihat secara langsung setiap penyusun anatomis tubuh menggunakan
hewan coba berupa mencit, tikus, kelinci, dan lalat buah; memberikan
keterampilan kepada mahasiswa tentang penanganan hewan coba serta
membangun karakter mahasiswa untuk dapat bertanggung jawab terhadap
tugasnya masing-masing (seperti tanggung jawab sebagai koordinator alat,
koordinator bahan, dan sebagainya), membangun karakter untuk dapat bekerja
sama satu dan lainnya, serta keterampilan kominikasi dengan baik melalui
latihan menjelaskan ide, gagasan dan ppengetahuannya. Dengan kemampuan
keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh dari mata kuliah ini, mahasiswa
diharapkan dapat memenuhi kompetensi seorang farmasis kelak saat mereka
bekerja dalam pelayanan kefarmasian.
Mata kuliah ini merupakan mata kuliah dasar yang dibutuhkan untuk
dapat mengikuti dengan baik mata kuliah lanjutannya yaitu patofisiologi,
farmakologi dan toksikologi. Pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi
manusia dapat mengantar mahasiswa mengetahui keadaan fisiologis tubuh
sehingga memudahkannya untuk dapat mengerti dengan baik proses
terjadinya suatu keadaan patologis pada tubuh, mengetahui proses
metabolisme obat, organ yang berperan serta bagaimana obat-obatan dapat
mempengaruhi fungsi fisiologi dan keadaan patologis pada tubuh.

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 6 )


II.2. Organisasi Materi Praktikum

Pengenalan
Hewan Coba

Sistem Saraf

Sistem
Kardiovaskuler

Sistem
Pernafasan

Muscular, BB, Suhu


Badan dan LPT

Sistem Imun

Sistem
Pencernaan

II.3. Tata Tertib Praktikum


1. Praktikan hanya boleh melakukan praktikum sesuai jadwal yang telah
ditentukan, kegiatan yang dilakukan di luar waktu yang telah ditentukan
dikomunikasikan dengan baik dengan dosen penanggung jawab dan
laboran.
2. Praktikan dan mahasiswa penelitian dilarang merokok, makan atau minum
di ruang utama laboratorium.
3. Pada waktu bekerja di laboratorium, praktikan dan mahasiswa penelitian
diwajibkan memakai jas praktikum bersih, alat keselamatan kerja (masker
dan handscoon) dan tanda pengenal berupa papan nama.
4. Tiap selesai praktikum, alat-alat dan meja praktikum serta laboratorium
harus dibersihkan.
5. Praktikan diwajibkan memelihara alat laboratorium dan menggunakan
bahan sesuai batas kewajaran.
6. Kerusakan alat harus segera dilaporkan kepada asisten atau dosen yang
mengawas praktikum.
7. Timbangan harus diverifikasi sesuai prosedur tetapnya sebelum digunakan

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 7 )


8. Bila dalam laboratorium terdapat sesuatu yang berbahaya, segera melapor
ke asisten/dosen yang bertugas dan bila dalam praktikum menemui
kesulitan, mintalah petunjuk asisten/dosen yang bertugas.
9. Tiap praktikan bertanggung jawab atas kebersihan bahan dan menjaga
bahan dari kontaminasi.
10. Tiap selesai praktikum praktikan diwajibkan mengembalikan bahan ke
tempatnya semula. Bacalah baik-baik label wadah. Bahan yang kurang/
habis supaya dilaporkan kepada asisten atau laboran.
11. Hewan coba yang digunakan segera dikembalikan ke kandang setiap
selesai praktikum, hewan yang mati dilaporkan kepada laboran.
12. Praktikan diwajibkan memeriksa dan mencocokkan alat-alat dengan
daftarnya setiap mulai dan selesai praktikum bila ternyata tidak cocok
(pecah/hilang) segera melapor kepada asisten atau laboran.

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 8 )


BAGIAN III
MODUL – MODUL PERCOBAAN

III.1. Modul I: Pengenalan Hewan Coba


A. Urgensi Percobaan
Pengenalan hewan coba merupakan fondasi awal dalam praktikum
anatomi dan fisiologi manusia. Dalam praktikum ini mahasiswa akan
diperkenalkan hewan coba berupa Mencit (Mus musculus), Tikus
(Rattus novergicus), Kelinci (Oryctolagus cuniculus), dan Lalat buah
(Drosophila repleta). Mahasiswa juga akan diajarkan mengenai
keterampilan dalam memegang hewan coba, pemberian perlakuan
melalui berbagai rute seperti oral, parenteral, intravena, dan
subkutan. Selain itu, di dalam percobaan ini akan diajarkan cara
membuat bahan obat, cara konversi dosis, memelihara hewan
percobaan dan cara mematikannya. Setalah melewati percobaan ini
diharapkan mahasiswa mampu memahami dan menerapkannya
dalam praktikum selanjutnya sehingga meningkatkan efisiensi dan
efektifitas selama praktikum berlangsung.

B. Deskripsi Singkat Percobaan


Percobaan pengenalan hewan coba memberikan pelatihan dan
pengenalan kepada mahasiswa dalam penanganan hewan coba
menggunakan teknik yang sesuai. Hewan coba akan dibagikan per
kelompok untuk mengamati bentuk anatomi dan fisiologi hewan
coba untuk dibandingkan dengan manusia. Percobaan ini bertujuan
untuk memberikan pengetahuan teoritik dan keterampilan praktik
penanganan hewan coba di laboratorium.

C. Sasaran Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menangani hewan coba, mengenal rute-rute
pemberian obat pada hewan coba.
2. Mahasiswa mampu mengkonversi dosis obat dari dosis manusia
ke hewan coba ataupun seblaiknya.
3. Mahasiswa terampil memberikan kode pada hewan coba.

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 9 )


4. Mahasiswa mengetahui cara memelihara dan mematikan hewan
coba.

D. Alokasi Waktu Praktikum


180 menit per minggu per semester

E. Tempat Praktikum
Laboratorium Biofarmasi

F. Teori/Prinsip Dasar
Penanganan Hewan Coba
1. Mencit (Mus musculus)
Mencit merupakan hewan coba yang sering dan banyak
digunakan di dalam laboratorium dalam berbagai macam
praktikum. Hewan ini termasuk jenis mamalia dan mudah
ditangani serta bersifat penakut, fotofobik dan cenderung
berkumpul sesamanya. Lama hidup mencit biasanya selama 1-2
tahun, dengan berat dewasa mencit berkisar 20-60 gram. Cara
membedakan jenis kelamin pada mencit cukup mudah dengan
memperhatikan bagian duburnya. Mencit jantan memiliki testis
dan penis yang mudah dilihat dan dibedakan. Sedangkan untuk
mencit betina tidak terlihat adanya testis atau penis pada
duburnya.
2. Tikus (Rattus norvegicus)
Tikus berukuran lebih besar jika dibandingkan dengan mencit dan
begitu pula dengan berat badannya yang berkisar 200-400 g
untuk ukuran dewasa. Tikus pada umumnya juga sering dijadikan
hewan coba di laboratorium dan memiliki karakteristik tidak begitu
bersifat fotofobik dan tidak begitu cenderung berkumpul dengan
sesamanya. Lama hidup tikus biasanya selama 2-3 tahun.
3. Kelinci (Oryctolagus cuniculus)
Kelinci merupakan hewan coba yang memiliki karakteristik
tenang, namun agresif jika dalam keadaan bahaya. Untuk ukuran
dewasa, berat badan kelinci dapat berkisar 1,5-3 kg dengan lama
hidup pada umumnya bisa sampai 5-7 tahun. Untuk membedakan
apakah kelinci tersebut jantan atau betini dapat dilihat dari jenis

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 10 )


kelamin dan bobot badannya. Kelinci jantan memiliki bentuk penis
mirip tabung berwarna merah muda pada bagian dekat ekornya
dan bobot badan yang cenderung lebih ringan jika dibandingkan
kelinci betina. Sedangkan kelinci betina memiliki gandukan
bercelah di atas anusnya dan bobot badannya lebih berat
dibanding kelinci jantan.
4. Lalat Buah (Drosophila melanogaster)
Drosophila melanogaster merupakan jenis lalat buah yang telah
digunakan selama bertahun-tahun dalam kajian genetika dan
perilaku hewan. Lalat ini sering kita jumpai pada buah-buahan
busuk. Lalat buah memiliki tiga bagian tubuh utama yaitu kepala,
toraks dan abdomen. Ciri umum dari lalat buah ini ialah warna
tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh
bagian belakang. Drosophila melanogaster memiliki ukuran 3-5
mm. Untuk membedakan lalat buah jantan dan betina dapat
dengan memperhatikan hal sebagai berikut:
Jantan Betina
Ukuran tubuh lebih kecil Ukuran tubuh lebih besar
Sayap lebih pendek Sayap lebih panjang
Terdapat sisir kelamin Tidak terdapat sisir kelamin
(sex comb) (sex comb)
Ujung abdomen tumpul dan Ujung abdomen runcing dan
lebih hitam bergaris-garis

Bekerja dengan Hewan Percobaan


1. Setiap praktikan dan juga peneliti yang bekerja menggunakan
hewan percobaan diwajibkan memahami prinsip-prinsip dasar
penanganan hewan percobaan sebelum melakukan penanganan
ataupun intevensi ke hewan percobaan.
2. Hewan percobaan diperlakukan dengan kasih sayang dan tidak
diperkenankan disakiti kecuali untuk tujuan praktikum atau
percobaan.
3. Cara memperlakukan hewan percobaan:

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 11 )


a. Kelinci
Jangan sekali-kali memegang telinga kelinci karena syaraf dan
pembuluh darahnya dapat terganggu.
b. Tikus dan Mencit
Peganglah pada ekornya, tetapi hati-hati jangan sampai hewan
tersebut membalikkan tubuhnya dan menggigit anda. Karena
itu selain ekornya, pegang juga bagian leher belakang (kulit
tengkuk) dengan ibu jari dan jari telunjuk.
c. Lalat Buah
Kondisi ideal untuk Drosophila melanogaster ialah pada suhu
sekitar 25°C - 28°C, suhu di mana siklus hidup pada lalat buah
dapat berjalan optimal, serta pengaruh ketersediaan makanan
dan intensitas cahaya dapat mempengaruhi laju pertumbuhan
pada lalat buah.

Memberi Kode Hewan percobaan


Seringkali diperlukan penanda tertentu untuk mengidentifikasi hewan
yag terdapat dalam satu kelompok atau kandang, sehingga hewan-
hewan percobaan perlu sekali diberi kode. Gunakan larutan asam
pikrat 10% dalam air dan sebuah sikat atau kuas.

Luka Gigitan Hewan


Imunisasi tetanus disarankan bagi semua orang yang berhubungan
dengan hewan percobaan. Luka yang bersifat abrasive atau luka
agak dalam karena gigitan hewan atau alat-alat yang telah
digunakan untuk percobaan hewan harus diobati secepatnya
menurut cara-cara pertolongan pertama apda kecelakaan. Apabila
korban gigitan belum pernah mendapat kekebalan terhadap tetanus,
ia harus mendapat imunisasi sebagai profilaksis.

Memusnahkan Hewan Percobaan


1. Cara terbaik untuk mematikan hewan percobaan ialah dengan
memberikan anestetik over dosis. Injeksi barbiturate (Natrium
Pentobarbital 300 mg/ml) secara intravena untuk kelinci dan
anjing; secara intraperitoneal atau intrathorachical untuk marmut,
tikus dan mencit; atau dengan inhalasi menggunakan kloroform,

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 12 )


karbondioksida, nitrogen, dan lain-lain dalam wadah tertutup
untuk semua jenis hewan tersebut.
2. Mematikan hewan percobaan juga dapat dilakukan dengan cara
disembelih, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik dan
dibungkus lagi degan kertas diletakkan di dalam tas plastik,
ditutup dan disimpan dalam lemari pendingin atau langsung
diabukan.

Pemberian Obat pada Hewan Percobaan


1. Pemberian per oral
a. Kelinci
Cairan diberikan dengan bantuan kateter yang dilengkapi
dengan mouth block, yaitu pipa kayu yang berbentuk silinder
dengan panjang sekitar 12 cm, diameter luar 3 cm, dan
diameter dalam 7 mm. Mouth block dipasang ketika hewan
dalam posisi duduk. Pada saat memasangnya, tekan rahang
hewan denagn ibu jari dan telunjuk. Celupkan kateter ke dada
esophagus melalui lubang mouth block. Kateter dimasukkan
sekitar 20-25 cm (kateter ditandai pada 25 cm). Untuk
memeriksa apakah kateter masuk osefagus dan bukan pada
trachea, celupkan ujung luar kateter ke dalam air, Jika timbul
gelembung udara, berarti kateter tidak masuk ke esofagus.
b. Tikus atau mencit
Permberian obat dalam bentuk suspensi, larutan, atau emulsi
dilakukan dengan bantuan jarum suntik yang ujungnya tumpul
atau berbentuk bola (spoit oral).
2. Pemberian intravena
a. Kelinci
Bulu-bulu telinga disekitar pembuluh darah vena dicabut, lalu
diolesi dengan alkohol, xylol atau dipanasi sedikit dengan api.
Tekan pembuluh darah tersebut di pangkal telinga (dekat
kepala). Jarum suntik bersama obatnya dimasukkan pelan-
pelan searah dengan letak pembuluh vena. Gunakan jarum

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 13 )


yang panjangnya 0,5 inci dengan ukuran 26 gauge. Setelah
penyuntikan, bekas suntikan ditekan dengan kapas bersih.

G. Peralatan
1. Spoit 1 mL
2. Spoit 3 mL
3. Kanula tikus dan kanula mencit
4. Kateter
5. Mouth block
6. Kandang individu
7. Lap kasar/ lap halus

H. Bahan
1. Na CMC / Aqua pro injection (API)
2. Hewan coba
3. Eter
4. Alkohol
5. Kapas

I. Referensi dan Bahan Bacaan


1. D.R. Laurence & A.L. Bacharach. 1981. “Evaluation of Drug
Activities” Pharmacometries.
2. https://flyindonesia.wordpress.com/

J. Tugas Pendahuluan
1. Jelaskan urgensi penggunaan hewan coba di laboratorium!
2. Tuliskan klasifikasi hewan coba berikut:
a. Mencit
b. Tikus
c. Kelinci
d. Lalat buah
3. Uraikan dengan singkat dan jelas istilah berikut ini!
a. In-vitro
b. In-vivo
c. Uji pra-klinik
d. Uji klinik
4. Jelaskan minimal 5 jenis rute pemberian obat!

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 14 )


Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 15 )
Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 16 )
K. Laporan Praktikum

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 17 )


Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 18 )
Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 19 )
III.2. Modul II: Sistem Saraf
A. Urgensi Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang
anatomi dan fisiologi dari sistem saraf melalui pengamatan terhadap
hewan coba berupa Lalat Buah (Drosophila melanogaster) yang
didesain menderita epilepsi. Melalui percobaan ini mahasiswa
diharapkan mengetahui efek-efek perangsangan dan penekanan
dari sistem saraf pusat dan otonom sehingga mahasiswa mampu
mengkaitkan dan menjelaskan secara teoritik pengetahuan tentang
sistem saraf. Setelah memahami dengan baik percobaan ini dapat
memudahkan dalam penentuan target pengobatan dan menjelaskan
secara ilmiah penyakit-penyakit yang berkaitan dengan regulasi
sistem saraf.

B. Deskripsi Singkat Percobaan


Dalam percobaan ini digunakan hewan coba Lalat Buah (D.
melanogaster). Hewan coba dikelompokkan menjadi dua yaitu w118
dan orego R yang memiliki genotip yang berbeda. Hewan yang telah
didesain epilepsi dengan mengguanakan Penthylentetrazole (PTZ)
selanjutnya diamati kemampuan pergerakan dan kesadarannya dan
dibandingkan dengan lalat normal. Percobaan ini bertujuan untuk
memperlihatkan secara langsung efek perangsangan dan
penekanan sistem saraf pusat, sehingga mahasiswa dapat
menghubungkan pengetahuan teoritis yang mereka miliki dengan
hasil pengamatannya secara langsung.

C. Sasaran Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu mengamati dan membedakan secara
langsung efek yang timbul akibat perangsangan dan penekanan
sistem saraf baik SSP maupun SSO (saraf simpatis dan
parasimpatis)
2. Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan antara epilepsi dan
sistem saraf pusat
3. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana cara Lalat buah di
desain epilepsi

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 20 )


4. Mahasiswa mampu menjelaskan efek-efek perangsangan dan
penekanan dari sistem saraf pusat dan otonom dari Lalat buah
5. Mahasiswa mampu menyampaikan gagasan dan idenya dengan
baik pada saat diskusi bersama dengan teman kelompok dan
asistenya

D. Alokasi Waktu Praktikum


180 menit per minggu per semester

E. Tempat Praktikum
Laboratorium Biofarmasi

F. Teori/Prinsip Dasar
Sistem Saraf Pusat
Sel saraf merupakan sel yang sangat khusus yang dapat
menghantarkan dan memicu rangsangan listrik secara hayati.
Mereka berkomunikasi dengan sesama sel saraf lain melalui jaringan
kerja yang rumit dan dapat mengatur berbagai jaringan hingga
organ. Sel saraf dapat terangsang atau dihambat karena membran
sel saraf memiliki permeabilitas yang mudah berubah karena
pengaruh neurotansmiter endogen atau obat.

Sistem saraf memiliki dua divisi, yaitu sistem saraf pusat (SSP)
terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang dan sistem saraf tepi
(SST) yang terdiri dari serat-serat saraf yang membawa infromasi
antara SSP ke bagian tubuh lainnya (perifer). Sistem saraf tepi terdiri
atas divisi aferen dan eferen. Divisi eferen yang membawa informasi
dari SSP menuju perifer terbagi menjadi dua divisi yaitu parasimpatis
dan simpatis. Efek yang ditimbulkan oleh saraf parasimpatis
dan simpatis pada umumnya berlawanan, kecuali pada organ
kelamin pria saling menunjang yaitu ereksi danejakulasiserta
pada saliva memperbanyak dan mengentalkan.

Semua sel tubuh memperlihatkan potensial membrane, yaitu


pemisahan muatan positif dan negative di kedua sisi membran.
Potensial ini berkaitan dengan distribusi tak merata Na+, K+, dan
anion protein intrasel antara cairan intrasel (CIS) dan cairan

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 21 )


ekstrasel (CES), dan perbedaan permeabilitas membrane plasma
terhadap ion-ion tersebut.

Dua jenis sel, sel saraf dan sel otot mengalami perkembangan
sedemikian sehingga dapat memanfaatkan potensial membrane.
Kedua sel tersebut dapat mengalami perubahan cepat sesaat pada
potensial membrannya. Sel saraf dan sel otot dianggap sebaga
“jaringan peka rangsang” sebab jika tereksitasi, keduanya
mengubah potensial istirahatnya untuk menghasilkan sinyal listrik.
Sel saraf menggunakan sinyal-sinyal listrik ini untuk menerima,
memproses, memulai, dan menirimkan pesan. Di sel otot, sinyal
listrik ini memicu kontraksi.

Ion-ion yang berperan dalam potensial aksi adalah:

Kation Anion

Na+ Cl-

K+ HCO3-

Ca2+ HPO42-

H+ SO42-

Mg2+ -

Istilah-istilah dalam potensial aksi adalah sebagai berikut:


1. Polarisasi: membrane mengalami polarisasi sebesar -70 mV,
yaitu keadaan dimana membrane mengalami fase istirahat.
2. Depolarisasi: penurunan potensial membrane negative;
membrane menjadi kurang terpolarisasi apabila dibandingkan
dengan potensial istirahat. Selama depolarisasi potensial
membrane bergerak mendekati 0 mV, menjadi kurang negative
(sebagai contoh, perubahan dari -70 mV menjadi -60 mV.
3. Repolarisasi: membrane kembali ke potensial istirahat setelah
mengalami depolarisasi.
4. Peningkatan besar potensial membrane negative; membrane
menjadi lebih terpolarisasi dibandingkan potensial istirahat.

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 22 )


Selama hiperpolarisasi potensial membrane menjahi 0 Mv
menjadi lebih negatif.

Epilepsi
Salah satu penyakit yang dapat menggambarkan adanya gangguan
pada sistem saraf yaitu Epilepsi. Epilepsi merupakan kondisi dimana
sistem impuls listrik mengalami disfungsional akibat gangguan
sistem polarisasi, depolarisasi, repolarisasi sehingga regulasi dari
ion-ion kation dan anion yang berperan dalam potensial aksi menjadi
tidak seimbang. Pada kondisi Epilepsi kelainan pada sistem saraf
dapat diketahui melalui pengamatan terhadap sistem pergerakan
dari animal model yang dibuat epilepsi. Secara umum, epilepsi dapat
terjadi karena menurunnya potensial membran sel syaraf akibat
proses patologik dalam otak, gaya mekanik, atau toksik, yang
selanjutnya menyebabkan terlepasnya muatan listrik dari sel saraf
tersebut.

Beberapa penyelidikan menunjukkan peranan asetilkolin sebagai zat


yang merendahkan potensial membran prosinaptik dalam hal
terlepasnya muatan listrik yang terjadi sewaktu-waktu saja sehingga
manisfestasi klinisnya pun muncul sewaktu-waktu. Bila asetilkolin
sudah cukup tertimbun dipermukaan otak, maka pelepasan muatan
listrik sel-sel syaraf kortikal dipermudah. Asetilkolin diproduksi oleh
sel-sel syaraf kolinergik dan merembes keluar dari permukaan otak.
Pada kesadaran awas waspada lebih banyak asetilkolin yang
merembes keluar dari permukaan otak daripada selama tidur. Pada
jejak otak lebih banyak asetilkolin daripada dalam otak sehat. Pada
tumor cerebri atau adanya sikatriks setempat pada permukaan otak
sebagai gejala sisa dari meningitis, encephalitis, kontusio atau
trauma lahir, dapat terjadi penimbunan setempat dari asetilkolin.

Pada epilepsi idiopatik, tipe grandmal, secara primer muatan listrik


dilepas oleh nuclei intralaminerase talami, yang dikenal juga sebagai
inti centrecephalic. Inti ini merupakan terminal lintasan asendens
spesifik atau lintasan asendens ekstralemsnikal. Input korteks

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 23 )


cerebri melalui lintasan ini menentukan derajat kesadaran. Bilamana
tidak ada sama sekali input, maka timbullah koma. Perangsangan
talamokortikal yang berlebihan ini menghasilkan kejang seluruh
tubuh dan sekaligus menghalangi sel-sel syaraf yang memelihara
kesadaran menerima impuls aferen dari luar sehingga hilang
kesadaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian dari substansia


retikularis dibagai rostral dari mesensepalon yang dapat melakukan
blokade sejenak terhadap inti-inti intralaminar talamik sehingga
kesadaran hilang sejenak tanpa disertai kejang-kejang pada otot
skeletal, yang dikenal dengan petit mal.

Sehingga pada kondisi epilepsi dapat diamati gangguan impuls pada


perangsangan sistem saraf melalui pergerakan dari animal model
yang dibuat epilepsi.

G. Peralatan
1. Vial lalat buah
2. Kanula
3. Gelas ukur
4. Timbangan analitik
5. Labu ukur
6. Spoit injeksi 1 mL

H. Bahan
1. Lalat buah wild type
2. Lalat buah mutan bss1
3. Bahan makanan lalat buah
4. Penthylentetrazole (PTZ)
5. NaCMC/ Aqua Pro Injeksi
6. Epinefrin
7. Propranolol
8. Fisiostigmin
9. Atropin

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 24 )


I. Prosedur Kerja
1. Persiapan
a. Siapkan dan pelihara lalat buah w118 dan lalat buah Oregon R
Pastikan lalatnya disimpan pada suhu ruang, 250C.
b. Perbanyak lalat buah w118 dan Oregon R.
c. Segera sebelum percobaan, siapkan sejumlah vial makanan
lalat yang baru dengan 10 lalat untuk setiap vial. Tandai
dengan kertas label beda warna untuk membedakan masing-
masing vial.
d. Sebelum melakukan percobaan, lalat buah di puasakan selama
12 jam dengan memindahkan lalat kedalam vial yang berisikan
larutan glukosa 10%
2. Uji epilepsi/kejang
a. Gunakan 1 vial lalat buah W118 per kelompok untuk kelompok
ganjil; tiap vial berisi 10 ekor lalat buah.
b. Perlakuan pada setiap kelompok dengan aturan sebagai
berikut:
 Kelompok I  kontrol negatif (Aqua Pro Injeksi)
 Kelompok III  PTZ dengan dosis 8 mg
 Kelompok V  PTZ dengan dosis 32 mg
 Kelompok VII  PTZ dengan dosis 128 mg
c. Gunakan 1 vial lalat buah oregon R per kelompok untuk
kelompok genap; tiap vial berisi 10 ekor lalat buah.
d. Perlakuan pada setiap kelompok dengan aturan sebagai
berikut:
 Kelompok II  kontrol negatif (Aqua Pro Injeksi)
 Kelompok IV  PTZ dengan dosis 8 mg
 Kelompok VI  PTZ dengan dosis 32 mg
 Kelompok VIII  PTZ dengan dosis 128 mg
e. Pegang vial dari ujung atas dan goncangkan sekuat-kuatnya
dengan lengan. Lalat buah yang telah diberikan PTZ akan
berjatuhan ke dasar vial karena kejang/epilepsi.

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 25 )


f. Amati hasil yang diperoleh dari beberapa perlakuan dan
pastikan lalat yang telah lebih lama pulih digunakan terlebih
dahulu.

Pengujian Sistem Saraf Otonom


1. Hewan coba dibagi menjadi 5 kelompok. Setiap kelompok terdiri
atas 3 ekor mencit.
2. Mencit dipuasakan selama 8 jam sebelum perlakuan.
3. Lakukan penimbangan untuk mengetahui bobot mencit.
4. Perlakuan pada setiap kelompok dengan aturan sebagai berikut.
a. Kelompok I  kontrol negatif (aqua pro injection)
b. Kelompok II  simpatomimetik (epinefrin injeksi dosis 0.01
mg/kg BB)
c. Kelompok III  simpatolitik (propranolol injeksi dosis 1-5 mg/kg
BB)
d. Kelompok IV  parasimpatomimetik (fisostigmin injeksi dosis
0.02 mg/kg BB)
e. Kelompok V diberi parasimpatolitik (atropin injeksi dosis 0.04-1
mg/kg BB)
5. Amati efek farmakodinamik yang muncul meliputi:
a. Frekuensi diuresis
b. Frekuensi defekasi
c. Grooming
6. Pengamatan efek dilakukan selama 30 menit sejak obat diberikan
sesuai tabel pengamatan di bawah.
7. Cantumkan data yang didapatkan dalam tabel dan lakukan
pembahasan untuk menarik kesimpulan.

J. Referensi dan Bahan Bacaan


1. Sherwood Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.
Jakarta. EGC Penerbit Buku Kedokteran.
2. Arhur C. Guyton dan John E. Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Jakarta. EGC Penerbit Buku Kedokteran.

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 26 )


3. Evelyn Pearce. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.
Jakarta. Gramedia.

K. Tugas Pendahuluan
1. Jelaskan pengertian sistem saraf pusat, otonom, dan epilepsi!
2. Gambarkan dan jelaskan anatomi dan fisiologi dari sistem saraf!
3. Tuliskan perbedaan efek perangsangan dan penekanan sistem
saraf simpatis dan parasimpatis
4. Jelaskan hubungan antara epilepsi dengan efek perangsangan
dan penekanan sistem saraf dan bagaimana lalat didesain
epilepsi!
5. Jelaskan mekanisme potensial aksi!
6. Mengapa digunakan Lalat buah sebagai Animal Model pada
percobaan sistem saraf?

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 27 )


Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 28 )
L. Laporan Praktikum

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 29 )


Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 30 )
Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 31 )
III.3. Modul III: Anatomi dan Fisiologi Jantung dan Pembuluh Darah
A. Urgensi Percobaan
Percobaan anatomi dan fisiologi jantung dan pembuluh darah sangat
penting guna memberikan pengetahuan bentuk anatomis jantung
dan pembuluh darah, dan fungsi fisiologisnya dan perannya dalam
pengaturan homeostasis dalam tubuh manusia. Terdapat banyak
sekali penyakit degeneratif dengan prevalensi yang cukup tinggi
yang berkaitan dengan fungsi jantung dan pembuluh darah sehingga
pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi manusia sangat berguna
dalam mengantarkan mahasiswa untuk berlajar materi kuliah pada
jenjang selanjutnya.

B. Deskripsi Singkat Percobaan


Dalam percobaan ini, mahasiswa akan melakukan beberapa hal
mulai dari menyiapkan peralatan, selanjutnya mengikuti responsi,
melakukan pengukuran kecepatan denyut jantung, pengamatan
bunyi jatung dan pengukuran teknan darah. Setelah memperoleh
data, mahasiswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya dan
asistennya. Percobaan ini bertujuan untuk memberikan pengetahun
kepada mahasiswa tentang fungsi fisiologis jantung dan pembuluh
darah melalui pengukuran kecepatan denyut jantung, bunyi jantung
dan tekanan darah manusia.

C. Sasaran Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu dan terampil mengukur kecepatan denyut
jantung.
2. Mahasiswa mampu mengukur tekanan darah dan
membandingkan tekanan darah pada posisi yang berbeda.
3. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dan cara penggunaan
alat EKG.
4. Mahasiswa dapat bekerja sama dan melakukan pembagian tugas
dalam kelompoknya dengan baik dan terkoordinir.
5. Mahasiswa mampu menyampaikan gagasan dan idenya dengan
baik pada saat diskusi bersama dengan teman kelompok dan
asistennya.

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 32 )


D. Alokasi Waktu Praktikum
180 menit per minggu per semester

E. Tempat Praktikum
Laboratorium Biofarmasi

F. Teori/Prinsip Dasar
Organ yang berperan dalam sistem peredaran darah meliputi
jantung, arteri, vena, kapiler, pembuluh limfa dan darah serta limfa.
Jantung berfungsi sebagai pompa mekanis, memompakan darah
melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh; sedangkan darah
berfungsi untuk pertukaran zat-zat di dalam tubuh, baik berupa gas,
uap air, elektrolit, zat organik maupun vitamin, hormon dan lain-lain.

Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan


dengan basisnya di atas dan puncaknya di bawah. Apexnya miring ke
sebelah kiri. Berat jantung ± 300 gram. Jantung berada di dalam
thorax antara kedua paru-paru dan di belakang sternum dan lebih
condong ke kiri daripada ke kanan.

Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri


bila darah dipompa ke luar jantung. Denyut ini mudah diraba,
misalnya arteri radialis di sebelah depan pergelangan tangan, arteri
temporalis di atas tulang temporal atau arteri dorsalis di belakang
mats kaki. Yang teraba bukan darah yang dipompa oleh jantung
masuk ke dalam aorta melainkan gelombang tekanan yang

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 33 )


dialihkan dari aorta dan merambat lebih cepat daripada darah itu
sendiri. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat berbeda-
beda, dipengaruhi oleh pekerjaan, makanan, umur dan emosi.

Aliran darah dipengaruhi oleh kerja jantung, diameter


penampang pembuluh darah, resistensi aliran, elastisitas pembuluh
darah, viskositas darah dan volume darah. Aliran darah dalam
pembuluh ini menyebabkan timbulnya tekanan darah. Tekanan
darah normal pada manusia adalah sekitar 120 mmHg/80 mmHg
adalah tekanan darah sistole yaitu tekanan darah pada waktu
jantung berkontraksi maksimai, sedangkan 80 mmHg adalah
tekanan darah diastole yakni tekanan darah di mana terjadi relaksasi
pada waktu darah mengisi ventrikel jantung.

Elektrofisiologi Jantung
Potensial aksi pada jantung disebabkan adanya interaksi kompleks
beberapa mekanisme ionik yang berbeda. Perubahan terpenting
dalam perpindahan ion yang menimbulkan potensial aksi adalah
penurunan arus K+ keluar disertai oleh arus Na+ yang konstan dan
peningkatan arus Ca2+ masuk.

Paruh pertama disebabkan oleh menutupnya saluran K +, sedangkan


paruh kedua disebabkan oleh terbukanya saluran Ca 2+ tipe T. Jika
Ambang telah tercapai maka fase naik pada potensial aksi
disebabkan oleh pembukaan saluran Ca2+ tipe L, sedangkan fase
turun disebabkan oleh membukanya saluran K+.

Potensial aksi pada otot jantung mempunyai lima fase yaitu:


1. Fase 0 (upstroke, fast depolarization)
a. Disebabkan oleh arus ion Na+ kedalam sel (INa) melalui
activation gate (m gate)
b. Pada saat potensial membran (Vm) mencapai 30 mV-40 mV
terjadi proses inaktifasi saluran Na+, inactivation gate (h gate)
mulai tertutup
c. Proses inaktifasi saluran Na+ mendasari masa refrakter

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 34 )


2. Fase 1 (early repolarization)
a. Merupakan repolarisasi awal yang berlangsung singkat
b. Terjadi akibat inaktifasi saluran Na+ dan aktifasi saluran K+
c. Terjadi pergerakan K+ keluar sel yang berlangsung singkat (Ito,
transient outward current)
d. Fase ini sangat menonjol pada potensial aksi di serabut
Purkinje
3. Fase 2 (plateau)
a. Merupakan fase yang paling panjang
b. Terjadi akibat INa, ICa dan IK, IK1 dan Ito
c. ICa masuk melalui saluran Ca2+ tipe L dan T
d. ICa berperan dalam proses kontraksi jantung dengan memicu
pelepasan Ca2+ intrasel di retikulum sarkoplasma (Ca2+-
induced Ca2+ release)
e. Modifikasi ICa melalui saluran Ca2+ dengan obat-obatan dapat
mengurangi atau meningkatkan kontraksi otot jantung
4. Fase 3 (fast repolarization)
a. Merupakan fase yang paling panjang
b. Fase ini terjadi bila arus K+ keluar sel melebihi masuknya arus
Ca2+ (ICa)
c. Ito menentukan lamanya fase 2 atau awal fase 3, terutama
pada atrial
d. IK1 (inwardly rectified), memegang peranan paling penting
pada proses repolarisasi
5. Fase 4 (resting membrane potential)
a. Potensial membran istirahat berkisar antara -80 mV sampai -90
mV pada otot ventrikel, lebih positif pada otot atrium, nodus AV
dan nodus SA
b. Ditentukan oleh pergerakan ion K+ keluar sel, dan aktifitas
pompa Na+-K+ (Na+-K+ pump)

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 35 )


Elektrokardiogram (EKG)
EKG adalah rekaman dari sebagian aktivitas listrik yang diinduksi di
cairan tubuh oleh impuls jantung yang mencapai permukaan tubuh,
bukan rekaman langsung aktivitas listrik jantung yang sebenarnya.

EKG adalah rekaman kompleks yang mencerminkan penyebaran


keseluruhan aktivitas di seluruh jantung sewaktu depolarisasi dan
repolarisasi. EKG bukan rekaman satu potensial aksi di sebuah sel
pada suatu saat. Rekaman di setiap saat mencerminkan jumlah
aktivitas listrik di semua sel otor janrung yang sebagian mungkin
mengalami potensial aksi sementara yang lain mungkin belum
diaktifkan.

Rekaman EKG mencerminkan perbandingan dalam voltase yang


terdeteksi oleh elektroda-elektroda di dua titik berbeda di permukaan
tubuh, bukan potensial aksi sebenarnya.

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 36 )


G. Peralatan
1. Stetoskop
2. Sphigmomanometer
3. Elektrokardiogram (EKG)

H. Prosedur Kerja
1. Penentuan kecepatan jantung
Denyut jantung dapat diraba pada daerah tubuh tertentu di
mana terdapat arteri yang superfisial, seperti arteri carotid, arteri
temporalis, arteri axillaris, dan arteri radialis dengan
menempatkan jari tangan pada bagian-bagian tersebut. Hitung

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 37 )


kecepatan denyut jantung pada posisi-posisi berikut:
a. Berbaring
b. Duduk
c. Berdiri
d. Setelah latihan ringan (lari di tempat ± 20 langkah)
e. Setelah latihan lebih berat (lari di tempat ± 50 langkah)
2. Bunyi jantung

Kedua bunyi jantung, yakni sistolik dan diastolik, dapat


didengarkan dengan menempatkan stetoskop pada:
a. Ruang antar rusuk (intercostal) kiri ke lima untuk bunyi sistolik
b. Ruang antar rusuk kiri kedua untuk bunyi diastolik
Dengarkan bunyi jantung dan berikan pemerian dari bunyi
yang saudara dengar.
3. Tekanan darah
Tekanan darah ditentukan dengan cara perabaan denyut nadi atau
dengan cara auskultasi. Kedua cara ini menggunakan ban yang
dililitkan dengan rapih pada lengan atas. Ban diikat sedemikian
sehingga tabung-tabung karet mergarah ke bagian bawah.
Lengan disandarkan pada meja.
a. Cara perabaan denyut nadi

Tutuplah sekrup pentil pada bola karet yang dipegang


dengan tangan kanan. Dengan ibu jari targan kiri, rabalah
nadi pada pergelangan tangan yang akan diukur tekanannya.
Berangsur-angsur kembangkan ban dengan rnemompa bola
karet dan perhatikan tekanan pada saat denyut nadi
menghilang. Naikkan tekanan 10 mmHg lagi di atas tekanan
tadi. Kini turunkan tekanan berangsur-angsur dengan cara
perlahan-lahan membuka sekrup pentil. Tekanan manometer
di saat munculnya kembali denyut nadi untuk pertama kali
adalah tekanan sistolik yang diukur.

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 38 )


b. Cara auskultasi
Setelah mengikatkan ban pada lengan atas, tempatkan bel
stetoskop pada pada percabangan arteri brachial menjadi arteri
ulnaris dan arteri radialis.
Naikkan tekanan dalam ban, sehingga aliran dalam arteri
radialis dan arteri ulnaris dihambat. Kini turunkan tekanan
berangsur-angsur dengan membuka sekrup pentil, dan catat
tekanan di mana bunyi terdengar untuk pertama kalinya. Ini
merupakan tekanan sistolik. Turunkan terus tekanan dalam
ban, sampai pada suatu saat bunyi tidak terdengar lagi.
Tekanan yang terbaca pada saat bunyi hilang ini adalah
tekanan diastolik.
4. Catat data yang diperoleh dari seluruh kelas. Bahaslah data
tersebut.

I. Referensi dan Bahan Bacaan


1. Sherwood Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.
Jakarta. EGC Penerbit Buku Kedokteran.
2. Arhur C. Guyton dan John E. Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Jakarta. EGC Penerbit Buku Kedokteran.
3. Evelyn Pearce. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.
Jakarta. Gramedia.

J. Tugas Pendahuluan
1. Jelaskan istilah-istilah sistem kardiovaskular berikut!
a. Cardiac output
b. Heart rate
c. Preload
d. Resistensi perifer
e. Stroke volume
f. Afterload
2. Jelaskan sistem konduksi jantung!
3. Apa yang dimaksud dengan EKG? Jelaskan siklus mekanis
jantung dengan perubahan aktivitas listrik (EKG)!

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 39 )


4. Jelaskan cara pemasangan EKG dan makna gelombang-
gelombang yang terdapat pada EKG!
5. Apa yang di maksud sistol dan diastol? Sebutkan faktor faktor
yang mempengaruhi tekanan darah!

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 40 )


Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 41 )
K. Laporan Praktikum

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 42 )


Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 43 )
Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 44 )
III.4. Modul IV: Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan
A. Urgensi Percobaan
Respirasi adalah proses penyediaan oksigen dan pembuangan
karbondioksida. Timbulnya penyakit pada system respirasi dapat
menggangu ketersediaan oksigen bagi tubuh. Oleh sebab itu,
percobaan system respirasi akan menjelaskan tentang anatomi dan
fisiologi system respirasi sehingga kedepannya dapat memberikan
dasar patofisiologi timbulnya penyakit dan langkah-langkah
penanganan penyakit seperti pemberian obat-obatan.

B. Deskripsi Singkat Percobaan


Probandus dari masing-masing kelompok yang terdiri atas 1 orang
laki-laki dan 1 orang perempuan serta penderita asma (jika ada) diuji
fungsi parunya menggunakan Wet Spirometer dengan melihat
volume tidal, kapasitas volume, volume cadangan ekspirasi dan
volue cadangan insiprasi. Hasil yang diperoleh dibandingkan antar-
probandus.

C. Sasaran Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu mengenal anatomi sistem respirasi.
2. Mahasiswa mampu mengenal fungsi sistem respirasi serta organ-
organ penyusunnya.

D. Alokasi Waktu Praktikum


180 menit per minggu per semester

E. Tempat Praktikum
Laboratorium Biofarmasi

F. Teori/Prinsip Dasar
Respirasi dapat didefinisikan sebagai gabungan aktivitas berbagai
mekanisme yang berperan dalam proses suplai oksigen ke seluruh
tubuh dan pembuangan karbondioksida.

Jalan pernafasan yang mengantarakan udara ke paru-paru adalah


hidung, pharings, larings, trachea, bronchus dan bronchioles.Saluran
respirasi dari hidung sampai bronchioles dilapisi membran bersilia
ketika udara masuk melalui rongga hidung, maka udara itu disaring,

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 45 )


dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan fungsi
utama dari mukosa respirasi, yang terdiri dari epitel toraks bertingkat
bersilia dan bersel goblet (sel yang banyak mengandung retikulum
endoplasma, badan golgibentuk mangkuk, vesikel yang
menghasilkan mukus), dan kelenjar serosa (menghasilkan sekret
berupa cairan enter yang biasanya berupa enzim dan disebut
sereus).

Laring terdiri dari cincin tulang rawan yang dihubungkan dengan


otot-otot dan mengandung pita suara. Di antara pita suara itu
terdapat ruang berbentuk segitiga yang bermuara ke dalam trachea
dan cinamakan glotis. Glotiss merupakan antara saluran respirasi
bagian atas bawah meskipun laring terutamadianggap berhubungan
dengan fonasi tetapi fungsinya sebagai organ terlindung jauh lebih
penting.

Trachea disokong oleh cincin tulang broncus analog dengan


sebatang pohon. Oleh karena itu, dinamakan trachea branch.
Tempat percabangan trachea menjadi cabang utama bronchus kiri
dan cabang utama bronkus kanan dinamakan kanna yang banyak
mengandung saraf can dapat menimbulkan bronchuspasmo hebat
dan batuk kalau saraf-saraf tersebut terangsang.

Cabang bronkus kanan dan cabang bronkus kiri tidak simetris.


Bronkus kanan lebih pendek, lebih besar dan merupakan lanjutan
trakea yang arahnya hampir vertikal. Bronkus kiri lebih panjang,
lebih sempit dan merupakan trakea dengan sudut yang lebih lancip.
Keanehan anatomis ini mempunyai makna klinik penting.

Setiap Alveolus dalam keloripok Sakus Alvedaris yang menyerupai


anggur membentuk Sakus Terminalis dipisahkan dari Alveolus di
dekatnya oleh dinding tipis atau Septa. Lubang kecil pada dinding ini
dinamakan pori-pori Khon. Lubang ini yang memungkinkan
komunikasi antara Sakus Alveolaristerminalis. Alveolus hanya
mempunyai satu lapisan saja yang garis tengahnya lebih besar

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 46 )


dibandingkan dengan tebal garis tengah sel garis merah. Dalam
setiap paru-paru terdapat 300 juta Alveolus dengan luas oermukaan
total seluas sebuah lapangan tenis.

G. Peralatan
1. Wet Spirometer
2. Alat bedah (gunting, pisau, pinset)
3. Toples
4. Papan bedah
5. Benang
6. Penggaris
7. Kertas gambar

H. Bahan
1. Eter
2. Larutan NaCI 0,9%
3. Kapas

I. Prosedur Kerja
1. Anatomi dan Fisiologi Saluran Pernapasan Manusia
a. Gambarlah diagram sistem respirasi mulai dari rongga hidung
sampai bronkiolus, bronkiolus terminal, ronkiols respiratorius,
duktus aveolaris, pori-pori Kohn
b. Sediakan alat Wet Spirometer untuk menentukan uji fungsi
paru dengan melihat volume tidal, kapasitas volume, volume
cadangan ekspirasi dan volue cadangan insiprasi
c. Probandus yang digunakan tiap kelompok yaitu 1 orang laki-
laki dan 1 orang wanita. Serta penderita asma (jika ada)
d. Ukur uji fungsi parunya kemudian dibandingkan
2. Saluran pernapasan mencit.
a. Sediakan 1 (satu) ekor mencit tiap kelompok
b. Mencit dibius dengan cara dimasukkan ke dalam toples,
kemudian masukkan kapas yang dibasahi eter
c. Mencit dibedahdari bagian perut dan dadanya, diamati paru-
paru, larinx, trakea dan bronkusnya, kemudian digambar

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 47 )


J. Referensi dan Bahan Bacaan
1. Price, Sylvia Anderson. Patofisiotogi, Konsep Klinik Proses
proses Penyakit, dkk. hal 492, gambar 30-1 dan 30-2
2. Sherwood Lauralee, Edisi 2, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem,
Penerbit Buku Kedokteran
3. Arhur C. Guyton M.D dan John E. Hall, Ph.D..,2008. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran
4. Evelyn Pearce, 2009, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Pt.
Gramedia, Jakarta

K. Tugas Pendahuluan
1. Jelaskan menurut anda definisi pernapasan!
2. Jelaskan secara singkat tentang organ-organ sistem respirasi
beserta fumgsimya!
3. Sebutkan macam-macam volume dan kapasitas pulmonal
beserta rumusnya!
4. Kenapa paru-paru kanan dan kiri memiliki ukuran yang berbeda!
5. Bagaimana proses penghantaran O2 dari alveolus ke dalam sel
tubuh?
6. Apa yang dimaksud dan sebutkan fungsi dari pori-pori kohn dan
surfaktan di alveolus?
7. Setelah melakukan pengukuran spirometri, Noni mendapatkan
hasil yaitu FRC= 2300 mL, RV= 1200 mL, dan IC= 3300 mL.
Berapakah Vital Capacity (VC) yang dimiliki oleh Noni?

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 48 )


Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 49 )
Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 50 )
L. Laporan Praktikum

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 51 )


Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 52 )
Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 53 )
III.5. Modul V: Sistem Muscularis; Bobot Badan, Suhu Badan, dan LPT
A. Urgensi Percobaan
Percobaan sistem muscularis, bobot badan, suhu tubuh, dan luas
permukaan tubuh (LPT) sangat penting sebagai dasar pengetahuan
mahasiswa untuk melakukan perhitungan dosis, memeriksa
kebenaran dosis pemberian obat dan mengetahui hal-hal yang
mempengaruhi suhu tubuh.

B. Deskripsi Singkat Percobaan


Dalam percobaan ini, mahasiswa akan melakukan beberapa hal
mulai dari menyiapkan peralatan, melakukan pengukuran dan
perhitungan tinggi badan, berat badan, luas permukaan tubuh dan
suhu tubuh.

C. Sasaran Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana otot bekerja dengan
tendon untuk menggerakkan tubuh
2. Mahasiswa mampu dan terampil melakukan perhitungan luas
permukaan tubuh berdasarkan persamaan Du Bois
3. Mahasiswa mampu melakukan pengambilan data dan
menganalisis data yang diperoleh
4. Mahasiswa dapat bekerja sama dan melakukan pembagian tugas
dalam kelompoknya dengan baik dan terkoordinir
5. Mahasiswa mampu menyampaikan gagasan dan idenya dengan
baik pada saat diskusi bersama dengan teman kelompok dan
asistenya

D. Alokasi Waktu Praktikum


180 menit per minggu per semester

E. Tempat Praktikum
Laboratorium Biofarmasi

F. Teori/Prinsip Dasar
Sistem Muscularis
Ilmu yang mempelajari tentang otot disebut myologi. Jaringan
otot merupakan jaringan yang ditandai adanya miofibril-miofibril

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 54 )


pada sel-sel penyusunnya dan mampu bekerja secara mekanik
melalui proses kontraksi dan relaksasi. Jaringan otot yang
terdiri atas otot polos, otot jantung dan otot rangka penting bagi
tubuh karena fungsinya, diantaranya sebagai alat gerak aktif,
menyimpan glikogen dan menentukan postur tubuh.

Sel otot memiliki struktur filamen dalam sitoplasma, bentuk


selnya memanjang agar dapat melangsungkan perubahan sel
menjadi pendek dan menyebabkan gerakan. Otot rangka
bertindak tidak hanya untuk menghasilkan gerakan tapi juga
untuk menghentikan gerakan, seperti menahan gravitasi untuk
mempertahankan postur tubuh.

Otot rangka adalah reservoir utama asam amino yang


mempertahankan sintesis protein di jaringan lain. Namun,
setelah usia 30 tahun, sekitar 0,5-1% massa otot hilang per
tahun pada manusia, dan semakin menurun setelah berusia 65
tahun. Kehilangan progresif massa otot pada usia lanjut
merupakan aspek penting dari kelemahan yang sering disebut
sebagai sarcopenia, dan sebagian besar bertanggung jawab
atas penurunan berat badan, kelemahan dan gangguan
pergerakan yang teramati pada orang tua.

Selain perubahan morfologis pada otot, sarcopenia juga


dikaitkan dengan peningkatan jumlah jaringan adiposa. Pada
individu muda dan tua, kehilangan massa otot yang cepat
adalah akibat dari otot yang tidak digunakan, beberapa
penyakit sistemik atau puasa. Sebaliknya, sarcopenia adalah
proses yang lamban, di mana sebagian massa otot hilang
setiap tahun setelah dewasa.

Meskipun pemeliharaan massa otot dan kekuatan dibutuhkan


untuk kinerja optimal, penurunan kekuatan tiga kali lebih besar

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 55 )


daripada penurunan massa otot selama penuaan, hal ini
menunjukkan bahwa massa otot dan kekuatan diatur secara
independen. Kehilangan kekuatan otot yang terkait dengan
usia tidak dapat dijelaskan semata-mata oleh hilangnya
‘kuantitas' dan 'kualitas' massa otot.

Bobot Badan, Suhu Badan, dan Luas Permukaan Tubuh


Dosis obat yang disetarakan oleh farmakope-farmakope, umumnya
berdasarkan usia dan bobot badan. Orang dewasa umumnya
dianggap mempunyai bobot badan 70 kg. Wanita dengan
perawakan lebih kecil dan massa tubuh yang mengandung lebih
banyak lemak, umumnya lebih rendah bobot badannya dari pria.
Idealnya pria memerlukan lemak sebanyak 15% atau kurang,
sedangkan wanita memiliki lemak 20% atau kurang.

Pendapat mutakhir menganjurkan dosis obat dihitung


berdasarkan luas permukaan tubuh dengan menggunakan
persamaan Du Bois. Selain mengenai dosis obat, berat badan
berhubungan erat dengan tingkat kesehatan seseorang. Berat
badan merupakan komposisi tubuh yang merupakan persentasii
berta tubuh yang terdiri atas jaringan non lemak dan lemak. Dengan
adanya perhitungan berat badan merupakan langkah awal untuk
mengevaluasi status kesetaan seseorang. Hal tersebut dapat
diketahui dengan menghitung indeks Massa Tubuh (IMT).

Manusia termasuk mahluk hidup yang homoiotherm yaitu yang


suhunya dapat diatur konstan meskipun pada suhu lingkungan yang
berubah-ubah. Tentu saja yang dimaksud hanya rongga tubuh
(~370C). Anggota tubuh dan kulit seperti sebagai poikilotherm
(keadaan suhu tubuh yang bergantung pada suhu lingkungan).
Seperti yang sering kita temui bahwa manusia biasanya tinggal di
lingkugan yang lebih dingin daripada suhu tubuh mereka, tetapi
mereka tetap melangsungkan kehidupan di daerah tersebut. Hal
tersebut dikarenakan mereka terus-menerus menghasilkan panas

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 56 )


secara internal yangmembantu daam mempertahankan suhu tubuh.
Produksi panas akhirnya bergantung pada oksidasi bahan bakar
mtabolik yang berasal dari makanan. Peningkatan suhu akan
mempercepat reaksi – reaksi kimia sel, sedangkan penurunan suhu
akan memperlambat reaksi - reaksi kimia tersebut.

Tugas pengaturan suhu (thermoregulation) adalah mempertahankan


kestabilan suhu tubuh yang ideal (~37°C) meskipun terdapat
perubahan suhu yang disebabkan oleh pengambilan, pembentukan
dan pemberian panas.

Hipotalamus adalah pusat pengaturan suhu. Di sini terdapat reseptor


suhu, mencatat suhu tubuh. Hipotalamus memperoleh informasi
tambahan dan reseptor suhu kulit dan sumsum tulang belakang. Di
pusat pengaturan suhu dari hipotalamus suhu tubuh sesungguhnya
dibandingkan dengan suhu tubuh ideal. Jika teriadi penyimpangan
akan diatur.

Jika suhu tubuh meningkat di atas nilai ideal (misalnya pada aktivitas
tubuh), maka aliran darah kulit dan dengan demikian pengangkutan
panas dari rongga tubuh menuju kulit meningkat; di sini volume
darah/waktu tidak hanya mengangkut lebih banyak panas/waktu
tetapi juga menurunkan pertukaran aliran batik panas antara arteri dan
vena. Selain itu aliran balik vena dari vena yang lebih dalam
dialihkan ke vena permukaan. Selain itu sekresi keringat
ditingkatkan, yang mendinginkan permukaankulit sehingga
menghasilkan gradien temperatur yang penting untuk
pembebasan panas.

lika suhu tubuh menurun di bawah nilai ideal, maka tidak hanya
pemberian panas dihambat tetapi juga produksi panas dinaikkan;
mekanisme utamanya adalah pergerakan tubuh dan tubuh yang
gemetar. Suhu tubuh bayi yang baru lahir sangat mudah menurun
karena perbandingan antara luas permukaan dan volume tubuh
besar. Di sini pembentukan panas tanpa terjadi gemetar (dalam

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 57 )


jaringan lemak) adalah kemungkinan lain pengaturan suhu.
Pengaturan ini terjadi melalui reseptor dingin di kulit pada saat
lingkungan lebih dingin, sebelum suhu dalam tubuh menurun.

Adapun rumus IMT, yaitu:


𝐵𝐵
𝐼𝑀𝑇 =
𝑇(𝑀2 )
Keterangan:
IMT : Indeks Massa Tubuh
BB : Berat Badan (kg)
T : Tinggi badan (cm)

Adapun persamaan Du Bois, yaitu:

𝑊 ×𝐻
𝑆= √
3600

Keterangan:
S : Luas Permukaan Tubuh (m2)
W : Berat Badan (kg)
H : Tinggi Badan (cm)

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 58 )


Nomogram untuk penentuan LPT dari berat badan dan tinggi badan.

G. Peralatan
1. Meteran badan
2. Timbangan badan
3. Thermometer
4. Penggaris
5. Kertas grafik nomogram

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 59 )


H. Bahan
1. Drosophila melanogaster usia muda dan tua
2. Selotip
3. Skala uji lokomotor
4. Alkohol 70 %
5. Kapas
6. Air es
7. Gelas

I. Prosedur Kerja
1. Prosedur uji lokomotor
g. Persiapan
 Disiapkan Drosophila melanogaster
yang akan digunakan
 Dilakukan anestesi pada Drosophila
melanogaster dengan menggunakan
CO2
 Dipisahkan Drosophila melanogaster
sebanyak 10 ekor
 Dimasukkan ke dalam vial kemudian
vial disusun seperti pada gambar dan diselotip
 Ditunggu sampai semua lalat kembali sadar sebelum
dilakukan pengujian
h. Uji lokomotor
 Vial dihentakkan sampai semua lalat berada pada dasar vial
 Dibiarkan lalat memanjat dinding vial selama 15 detik dan
direkam
 Dilihat spot lalat disetiap segmen pada detik ke-15 dan
dicatat
2. Prosedur percobaan bobot badan dan luas permukaan tubuh
a. Timbanglah bobot badan dan ukurlah tinggi badan tiap anggota
kelas
b. Catat datanya dalam tabel yang mengandung data sbb:
 Bobot badan

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 60 )


 Tinggi badan
 Umur
 Jenis kelamin
 Luas permukaan tubuh menurut perhitungan
 Luas permukaan tubuh menurut kutipan
c. Hitung luas permukaan rata-rata
 Seluruh kelas
 Wanita saja
 Pria saja
d. Perhitungan luas permukaan tubuh adalah berdasarkan
persamaan Du Bois.
3. Prosedur percobaan Suhu Tubuh :
a. Berbaringlah horisontal
 Tempatkan thermometer (yang telah dibersihkan dengan
alkohol di bawah lidah).
 Tutup mulut,

 Setelah 5-10 menit lakukan pembacaan thermometer,

 Kini bernafaslah 2 menit melalui mulut terbuka, lalu lakukan


lagi pembacaan setelah 5-10 menit.

 Berkumurlah dengan air es selama 1 menit,

 Langsung tempatkan kembali thermometer di bawah


lidah dan lakukan pembacaan suhu setelah 5-10 menit.
b. Berbaringlah horizontal

 Mulut ditutup, bernafas hanya melalui hidung

 Keringkan ketiak dan tempatkan thermometer di bawah


ketiak, lengan membujur pada sisi badan

 Lakukan pembacaan setelah 10 menit.


c. Catat data yang diperoleh oleh seluruh kelas dalam tabel yang
juga menyatakan umur, jenis kelamin, tinggi badan, bobot
badan, suhu kamar dan jam pengamatan.
d. Hitung rata-rata dan deviasi baku untuk setiap percobaan dari
seluruh kelas. Diskusikan pengamatan-pengamatan Saudara!

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 61 )


J. Referensi dan Bahan Bacaan
1. Sherwood Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.
Jakarta. EGC Penerbit Buku Kedokteran.
2. Arhur C. Guyton dan John E. Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Jakarta. EGC Penerbit Buku Kedokteran.
3. Evelyn Pearce. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.
Jakarta. Gramedia.

K. Tugas Pendahuluan

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 62 )


Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 63 )
L. Laporan Praktikum

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 64 )


Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 65 )
Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 66 )
III.6. Modul VI: Darah dan Komponennya
A. Urgensi Percobaan
Darah dan komponennya (eritrosit, leukosit, dan trombosit)
memainkan peran penting dalam menjamin keberlangsungan hidup
manusia. Pemahaman terhadap percobaan ini akan membantu
praktikan dalam menjelaskan kondisi-kondisi patologis yang
berkaitan dengan gangguan darah.

B. Deskripsi Singkat Percobaan


Dalam percobaan ini, mahasiswa akan melakukan perhitungan
jumlah eritrosit dan leukosit pada sampel yang tersedia. Perhitungan
dilakukan secara manual menggunakan kamar hitung. Setelah
menentukan jumlah eritrosit dan leukosit, mahasiswa akan
melakukan perbandingan dengan jumlah normal total komponen
darah.

C. Sasaran Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menyiapkan seluruh proses sebelum
perhitungan leukosit dan eritrosit
2. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan leukosit dan eritrosit
menggunakan metode kamar hitung.
3. Mahasiswa mampu menginterpretasikan data hitung leukosit ke
ke dalam kondisi klinis.

D. Alokasi Waktu Praktikum


180 menit per minggu per semester

E. Tempat Praktikum
Laboratorium Biofarmasi

F. Teori/Prinsip Dasar
Perhitungan leukosit dan eritrosit dimulai dengan penambahan
pereaksi kimiawi yang akan memudahkan perhitungan menggunakan
kamar hitung. Proses perhitungan dilakukan menggunakan
mikroskop.

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 67 )


G. Peralatan
1. Hitung leukosit
 Pipet leukosit 20 µL
 Kamar hitung Improved Neubauer dan kaca penutup
 Pipet Pasteur
 Mikroskop
2. Hitung eritrosit
 Pipet eritrosit 20 µL
 Kamar hitung Improved Neubauer dan kaca penutup
 Pipet Pasteur
 Mikroskop

H. Bahan
A. Hitung leukosit
 Larutan Turk
- Asam asetat glasial 3 mL
- Gentian violet 1 mL
- Akuades 1000 mL
 HCl 1%
 Asam asetat 2%
B. Hitung eritrosit
 Larutan Hayem
- Na2SO4 2,5 g
- NaCl 0,5 g
- HgCl2 0,25 g
- Akuades ad 100 mL
 Larutan Gowers
- Na2SO4 12,5 g
- Asam asetat glasial 33,3 mL
- Akuades ad 200 mL
 Larutan formal sitrat
 Formalin 40% 10 mL
Larutan sodium sitrat 0,109 M 1000 mL

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 68 )


I. Prosedur Kerja
1. Hitung leukosit
i. Proses pengenceran
 Darah diisap dengan menggunakan pipet leukosit
sampai mencapai tanda 0,5
 Bersihkan ujung pipet leukosit
 Isaplah larutan pengencer sampai tanda 11 yang
tertera pada pipet leukosit (pengenceran 20 kali)
 Letakkan pipet leukosit di antara ibu jari dan jari
telunjuk.
 Homogenkan selama ± 3 menit. Proses ini akan
meng-hemolisis eritrosit sehingga tidak
mengganggu saat diadakan perhitungan leukosit.
ii. Proses pengisian kamar hitung
 Bersihkan kaca penutup dengan alkohol 70% dan
keringkan.
 Letakkan kaca penutup di atas kamar hitung secara
hati-hati.
 Siapkan pipet leukosit berisi darah yang telah
dihomogenkan sebelumnya.
 Buang 3-4 tetes pertama dan masukkan tetesan
selanjutnya ke dalam kamar hitung.
 Setelah pengisian kamar hitung, biarkan selama 3
menit sebelum memulai proses perhitungan.
 Ulangi pengisian kamar hitung jika a) cairan yang
dimasukkan memenuhi parit kamar hitung b) masih
ada area kamar hitung yang belum terisi c)
ditemukan gelembung udara di dalam kamar hitung.
iii. Proses perhitungan leukosit
 Letakkan kamar hitung di bawah mikroskop.
 Untuk mencari daerah yang akan dihitung, gunakan
pembesaran kecil.
 Lakukan perhitungan leukosit dengan lensa objektif
10x dan lensa okuler 40x.

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 69 )


 Perhitungan leukosit dilakukan dengan menghitung
seluruh leukosit yang terdapat pada ke-4 bidang
hitung (bidang hitung 1, 2, 3, 4) (lihat gambar 1).
 Lakukan perhitungan dengan mengawalinya pada
sudut kiri bawah pada setiap bidang hitung. (lihat
arah panah pada gambar 2)
 Jika terdapat leukosit yang menyinggung garis atas
sebelah kanan atau bawah, maka TIDAK dihitung.
Sebaliknya, jika leukosit terlihat menyinggung garis
batas atas atau kiri, maka HARUS dihitung (lihat
gambar 2).
 Setelah didapatkan jumlah leukosit yang dihitung
pada ke-4 bidang hitung, lakukan perhitungan total
jumlah leukosit dengan menggunaan rumus:

Jumlah leukosit/mm3 = 50 x total jumlah leukosit

 Interpretasikan data total leukosit yang Anda miliki


ke dalam kondisi klinis.
2. Hitung eritrosit
i. Proses pengenceran
 Darah diisap dengan menggunakan pipet eritrosit
sampai mencapai tanda 0,5
 Bersihkan ujung pipet eritrosit
 Isaplah larutan Hayem sampai tanda 101 yang
tertera pada pipet eritrosit (pengenceran 200 kali)
 Letakkan pipet eritrosit di antara ibu jari dan jari
telunjuk.
 Homogenkan selama ± 3 menit.
ii. Proses pengisian kamar hitung
 Bersihkan kaca penutup dengan alkohol 70% dan
keringkan.
 Letakkan kaca penutup di atas kamar hitung secara
hati-hati.

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 70 )


 Siapkan pipet eritrosit berisi darah yang telah
dihomogenkan sebelumnya.
 Buang 3-4 tetes pertama dan masukkan tetesan
selanjutnya ke dalam kamar hitung.
 Setelah pengisian kamar hitung, biarkan selama 2
menit sebelum memulai proses perhitungan.
 Ulangi pengisian kamar hitung jika a) cairan yang
dimasukkan memenuhi parit kamar hitung b) masih
ada area kamar hitung yang belum terisi c)
ditemukan gelembung udara di dalam kamar hitung.
iii. Proses perhitungan eritrosit
 Letakkan kamar hitung di bawah mikroskop.
 Untuk mencari daerah yang akan dihitung, gunakan
pembesaran kecil.
 Lakukan perhitungan eritrosit dengan lensa objektif
10x dan lensa okuler 40x.
 Perhitungan eritrosit dilakukan dengan menghitung
seluruh eritrosit yang terdapat pada area A, B, C, D,
E pada bidang hitung nomor 5 (lihat gambar 1).
 Lakukan perhitungan dengan mengawalinya pada
sudut kiri bawah pada setiap bidang hitung. (lihat
arah panah pada gambar 2)
 Jika terdapat eritrosit yang menyinggung garis atas
sebelah kanan atau bawah, maka TIDAK dihitung.
Sebaliknya, jika eritrosit terlihat menyinggung garis
batas atas atau kiri, maka HARUS dihitung (lihat
gambar 2).
 Setelah didapatkan jumlah eritrosit yang dihitung
pada ke-4 bidang hitung, lakukan perhitungan total
jumlah eritrosit dengan menggunaan rumus:

Jumlah leukosit/mm3 = 10.000 x total jumlah eritrosit

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 71 )


 Interpretasikan data total eritrosit yang Anda miliki
ke dalam kondisi klinis.

Gambar 1. Kamar hitung Improved Neubauer

Gambar 2. Cara perhitungan sel pada kamar hitung Improved Neubauer

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 72 )


J. Referensi dan Bahan Bacaan
1. Gandasoebrata, R. 2004. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian
Rakyat. Jakarta
2. Arief, M. 2009. Penuntun Praktikum Hematologi. Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.

K. Tugas Pendahuluan
1. Jelaskan fungsi leukosit, eritrosit dan trombosit dalam darah!
2. Jelaskan perbedaan jenis-jenis leukosit!
3. Sebutkan jumlah normal leukosit dan eritrosit pada manusia
dewasa!
4. Jelaskan penurunan dari angka 50 (pada rumus perhitungan
leukosit) dan 10.000 (pada rumus perhitungan eritrosit)!
5. Jelaskan 1 kondisi yang disebabkan oleh penurunan jumlah
eritrosit/leukosit/trombosit!
6. Jelaskan 1 kondisi yang disebabkan oleh peningkatan jumlah
eritrosit/leukosit/trombosit!

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 73 )


Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 74 )
L. Laporan Praktikum

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 75 )


Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 76 )
Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 77 )
III.7. Modul VII: Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan
A. Urgensi Percobaan
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang anatomi dan
fisiologis sistem pencernaan, mulai dari mulut hingga rektum serta
memberikan keterampilan kepada mahasiswa dalam mengamati
secara langsung anatomi setiap organ penyusun sistem pencernaan
dengan membedah hewan percobaan.

B. Deskripsi Singkat Percobaan


Dalam percobaan ini, mahasiswa akan melakukan beberapa hal
mulai dari mengikuti responsi, mematikan hewan coba, melakukan
pengamatan letak, bentuk, dan ukuran setiap organ penyusun
sistem pencernaan, mencatat dan melaporkan hasil pengamatannya
sambil berdiskusi dengan asistennya masing-masing. Percobaan ini
bertujuan untuk memperlihatkan secara langsung letak, bentuk dan
ukuran organ penyusun sistem pencernaan sehingga mahasiswa
dapat menghubungkan pengetahuan teoritis yang mereka miliki
dengan hasil pengamatannya secara langsung.

C. Sasaran Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu dan terampil melakukan pembiusan,
mematikan dan membedah hewan percobaan.
2. Mahasiswa mampu mengamati dan membedakan secara
langsung setiap bagian organ penyusun sistem pencernaan.
3. Mahasiswa dapat bekerja sama dan melakukan pembagian tugas
dalam kelompoknya dengan baik dan terkoordinir.
4. Mahasiswa mampu menyampaikan gagasan dan idenya dengan
baik pada saat diskusi bersama dengan teman kelompok dan
asistennya.

D. Alokasi Waktu Praktikum


180 menit per minggu per semester

E. Tempat Praktikum
Laboratorium Biofarmasi

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 78 )


F. Teori/Prinsip Dasar
Saluran pencernaan merupakan sistem saluran yang dimulai dari
mulut sampai ke anus. Rongga mulut terjadi proses pencernaan
secara mekanik dan kimiawi serta penyerapan dengan mekanisme
difusi pasif (transport pasif) dan transport konfektif (pori).

Esofagus mempunyai panjang kira kira 25 cm, diameter 2,5 cm,


pH cairannya 5 - 6, tidak terdapat enzim maupun absorpsi.

Lambung atau disebut juga gaster panjangnya 20 cm, diameter


15 cm. pH lambung 1 - 3,5. Terdapat tiga mekanisme absorpsi
yaitu difusi pasif, transport konvektif dan kemungkinan transport
aktif. Dengan bantuan asam lambung otot lambung berfungsi
mencampur dan menghaluskan makanan.

Bagian berikutnya adalah usus halus terbagi atas 3 bagian yaitu


duodenum, jejunum dan ileum dan tidak terdapat perbedaan antara
ketiganya. Makanan atau senyawa obat berpindah perlahan-lahan
dari satu bagian ke bagian berikutnya, secara umum tidak
terdapat perbedaan yang berarti diantara ketiganya.

Duodenum panjangnya sekitar 25 cm diameter 5 cm, terdapat vili-


vili, pH cairan 6,5 - 7,6 terdapat enzim-enzim tripsin, kimotripsin,
amilase, maltase, lipase, nuklease dan empedu yang disekresi 250
- 1100 ml/hari. Dalam duodenum terdapat beberapa mekanisme
absorpsi yaitu difusi pasif, transport konvekstif, transport aktif,
transport difusi terfasilitasi, pasangan ion dan pinositosis.

Jejenum panjangnya 300 cm, diameter 5 cm. Terdapat makrovili


dan mikrovili yang lebih banyak dar duodenum, pH 6,3 - 7,3;
enzimnya erepsin, amitosa, maltosa, laktosa, sukrosa yang
disekresi 3000 ml/hari. Mekanisme absorpsi yaitu difusi pasif,
transport konvektif, transport aktif, transport difusi terfasilitasi.

Ileum panjangnya 300 cm, diameter 2,5 - 5 cm, terdapat makrovili


dan mikrovili yang lebih banyak dari duodenum, pH 6,3 — 7,3,

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 79 )


enzimnya lipase, nukleose, nukleotidase dan enterokinase.
Mekanisme absorpsi yaitu difusi pasif, transport konvektif, transport
aktif, transport difusi terfasilitasi, pasangan ion dan pinositosis.

Kolon panjangnya 150 cm, diameter 5 cm, tidak terdapat makrovili


dan mikrovili, pH 7,9 - 8,0; mekanisme absorpsi yaitu difusi pasif,
transport konvektif.

Rektum panjangnya 15 - 19 cm, diameter 2,5 cm,. tidak terdapat


makrovili dan mikrovili, pH 7,5 - 8,0; mekanisme absorpsi yaitu difusi
pasif, transport konvektif, dan pinositosis.

G. Peralatan
1. Alat bedah (gunting, pisau, pinset)
2. Toples
3. Papan bedah
4. Benang godam
5. Jarum pentul
6. Mistar

H. Bahan
1. Eter
2. Larutan NaCI 0,9%
3. Kapas
4. Hewan Coba yang digunakan adalah Mencit jantan dan betina
dengan Bobot badan Lebih dari 20 gram.

I. Prosedur Kerja

1. Sediakan 1 (satu) ekor mencit tiap kelompok

2. Mencit dibius dengan cara dimasukkan kedalam toples, kemudian


masukkan kapas yang dibasahi eter

3. Mencit dibedah, kemudian diukur panjang esofagus, lambung,


usus 12 jari, jejunum dan ileum serta usus besarnya

J. Referensi dan Bahan Bacaan


1. Sherwood Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.
Jakarta. EGC Penerbit Buku Kedokteran.

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 80 )


2. Arhur C. Guyton dan John E. Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Jakarta. EGC Penerbit Buku Kedokteran.
3. Evelyn Pearce. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.
Jakarta. Gramedia.

K. Tugas Pendahuluan
1. Gambarlah struktur antomi sistem pencernaan manusia dari mulut
hingga rektum berdasarkan pustaka yang ada dan beri
keterangan!
2. Jelaskan fungsi setiap organ penyusun saluran pencernaan!
3. Jelaskan cara melakukan pembiusan pada mencit dan jelaskan
cara lain mematikan hewan percobaan!
4. Jelaskan minimal 3 jenis penyakit terkait sistem saluran
pencernaan!

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 81 )


Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 82 )
L. Laporan Praktikum

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 83 )


Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 84 )
Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 85 )
BAGIAN IV
LAMPIRAN – LAMPIRAN

IV.1. LAMPIRAN 1: FORMAT PELAPORAN


Laporan dibuat secara singkat terdiri atas :
A. Tabel pengamatan
B. Pembahasan
C. Daftar pustaka

IV.2. LAMPIRAN 2: RUBRIK PENILAIAN

Penilaian Persentase
Nilai Harian
- Kehadiran : 10%
- Keaktifan : 10% 50%
- Tugas pendahuluan : 10%
- Laporan : 20%
Nilai diskusi panel 30%
Nilai ujian 20%
Total 100%

Lembar Penilaian Laporan


Nama :
Golongan :
Tugas :
Tanggal :
Skor Skor yang
No. Aspek yang Dinilai
Maksimal Diperoleh
1. Sistematika laporan 4
2. Kelengkapan laporan 4
3. Kejelasan dan keruntutan penulisan 4
Kebenaran konsep ide yang
4. 4
dipaparkan
Kejelasan pembahasan berdasarkan
5. 4
data
6. Kebaruan pustaka yang digunakan 4
Skor Maksimal = 24/24 x 100 = 100

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 86 )


RUBRIK PENILAIAN LAPORAN KELOMPOK

A. Sistematika laporan
4 = laporan dibuat sesuai sistematika penulisan, jelas dan benar
3 = laporan dibuat dengan benar tetapi kurang jelas
2 = laporan dibuat kurang benar dan kurang jelas
1 = laporan dibuat dengan sistematika yang salah
B. Kelengkapan laporan
4 = laporan dibuat secara lengkap sesuai petunjuk pembuatan laporan
3 = laporan dibuat tanpa kesimpulan
2 = laporan dibuat tanpa diskusi, kesimpulan, daftar pustaka
1 = laporan dibuat tidak lengkap (mencakup 3 unsur saja)
C. Kejelasan laporan
4 = laporan jelas, dapat dipahami, ditulis secara runtut
3 = laporan jelas, tetapi penulisan kurang runtut
2 = laporan kurang jelas, kurang sesuai dengan keruntutan penulisan
1 = laporan tidak jelas, tidak sesuai dengan keruntutan penulisan
D. Kebenaran konsep
4 = konsep/ide yang dipaparkan tepat, benar, dan sesuai dengan teori
3 = konsep/ide yang dipaparkan sesuai dengan teori tetapi kurang jelas
2 = konsep/ide yang dipaparkan kurang tepat
1 = konsep/ide yang dipaparkan tidak tepat
E. Kejelasan pembahasan berdasarkan data
4 = Jelas, ilmiah dan berhubungan
3 = Ada Jelas, kurang ilmiah (tidak didukung pustaka), dan berhubungan
2 = Kurang jelas dan kurang ilmiah
1 = Tidak jelas
F. Kebaruan pustaka
4 = Pustaka 3 tahun terakhir dan memiliki koneksi yang sangat dibutuhkan
dalam pembahasan
3 = Pustaka 5 tahun terakhir dan memiliki koneksi yang sangat dibutuhkan
dalam pembahasan
2 = Pustaka 5 tahun terakhir dan memiliki koneksi yang cukup luas dan
tidak detail/tidak berhubunngan langsung
1 = Pustaka sudah lama

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 87 )


IV.3. LAMPIRAN 3: JADWAL MINGGUAN PRAKTIKUM

Minggu Ke- Agenda

I Asistensi Umum Praktikum

II Pengenalan Hewan Coba

III Asistensi Percobaan I

IV Sistem Saraf

V Sistem Kardiovaskuler

VI Sistem Pernafasan

VII Ujian Tengah Semester

VIII Asistensi Percobaan II

IX Muscular, BB, dan LPT

X Sistem Imun

XI Sistem Pencernaan

XII Ujian Pasif

XIII Ujian Aktif

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 88 )


IV.4. LAMPIRAN 4: CARA PENGUTIPAN PUSTAKA DALAM LAPORAN
Memuat contoh cara pengutipan pustaka dengan benar (mengacu pada
pedoman penulisan skripsi S1)

Editing Notes:
1. Ukuran Kertas : A4
2. Margin : Normal (kiri 3.54 cm x kanan 2.54 cm x atas 2.54 cm
x bawah 2.54 cm)
3. Font : Arial
4. Ukuran Font : 12
5. Spasi : 1.5

Mohon juga diperhatikan


1. Tidak ada batasan jumlah halaman per modul praktikumnya tetapi
diusahakan dibuat seefisien mungkin.
2. Jumlah maksimal modul yang mendapatkan kompensasi biaya adalah
10 modul.
3. Seluruh alat-bahan yang digunakan yang digunakan dalam kegiatan
praktikum hendaklah dicantumkan dengan jelas (termasuk
kuantitasnya misalnya besarnya jumlah sampel/bahan yang boleh
digunakan dalam kegiatan praktikum) karena jumlah tersebut akan
menjadi acuan dalam proses perencanan praktikum

Anatomi dan Fisiologi Manusia ( 89 )

Anda mungkin juga menyukai