HEMATOLOGI
SEMESTER AKHIR 2019/2020
ANEMIA MAKROSITIK
DISUSUN OLEH
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya, saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Anemia Makrositik ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah Hematologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang anemia mikrositik bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Usmar selaku dosen bidang studi
hematologi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Chintya Jessica
i
DAFTAR ISI
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2
8. Agar mengetahui pencegahan dari anemia mikrositik.
9. Agar mengetahui pengobatan dari anemia mikrositik.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
sabit, sel darah merah memiliki hemoglobin yang bentuknya abnormal. Sehingga
mengurangi jumlah oksigen dalam sel.
6. Anemia Aplastik
Anemia yang terjadi karena pembuatan darah merah terganggu. Pada anemia
aplastik, terjadi penurunan produksi sel darah (eritrosit, leukosit dan trombosit).
Anemia aplastik disebabkan oleh bahan kimia, obat-obatan, virus dan terkait
dengan penyakin-penyakit lain.
2.3. Pengertian Anemia Mikrositik
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi
tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi berkurang, yang pada akhirnya
pembentukan hemoglobin berkurang (Marizal, 2007).
2.4. Gejala Anemia Mikrositik
Penderita anemia mikrositik akan mengalami tanda-tanda sebagai berikut
(Supandiman,2003):
5
d. Anemia sideroblastik (gangguan protoporfirin)
2.6. Patofisiologi Anemia Mikrositik
Patofisiologi anemia mikrositik (Kohgo,2008):
a. Tahap 1 (tahap prelaten), dimana yang terjadi penurunan hanya kadar feritin
(simpanan besi).
b. Tahap 2 (tahap laten), dimana feritin dan saturasi transferin turun (tetapi Hb
masih normal).
c. Tahap 3 (tahap def. besi), dimana feritin, saturasi transferin dan Hb turun
(eritrosit menjadi mikrositik hipokrom).
2. Anemia pada penyakit kronis
Anemia ini biasanya bersifat sekunder, dalam arti ada penyakit primer yang mendasarinya.
Perbedaan anemia ini dengan anemia defisiensi besi tampak pada feritin yang tinggi dan
TIBC yang rendah.
3. Anemia sideroblastik
Terjadi karena adanya gangguan pada rantai protoporfirin. Menyebabkan besi yang ada di
sumsum tulang meningkat sehingga besi masuk ke dalam eritrosit yang baru terbentuk dan
menumpuk pada mitokondria perinukleus.
4. Thalasemia
Terjadi karena gangguan pada rantai globin. Thalasemia dapat terjadi karena sintesis hb
yang abnormal dan juga karena berkurangnya kecepatan sintesis rantai alfa atau beta yang
normal.
2.7. Etiologi Anemia Mikrositik
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan besi, gangguan
absorbsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan kronik (Murray,2003):
1. Faktor nutrisi
kurangnya jumlah besi atau bioavailabilitas ( kualitas ) besi dalam asupan
makanan misalnya ; makanan banyak serta, rendah daging, rendah vitamin C.
6
prematuritas, anak dalam masa petumbuhan dan kehamilan
4. Perdarahan kronik
saluran cerna ; tukak peptic, konsumsi NSAID, salisilat, kanker kolon, kanker
lambung, divertikulosis, infeksi cacing tambang, hemoroid
7
b) Terapi besi parenteral biasa digunakan untuk pasien yang tidak bisa
mentoleransi penggunaan besi oral. Besi-sorbitol-sitrat diberikan secara injeksi
intramuskular Ferri hidroksida-sukrosa diberikan secara injeksi intravena
lambat atau infus
c) Pengobatan Lain Diet, diberikan makanan bergizi tinggi protein terutama yang
berasal dari protein hewani Vitamin C diberikan 3 x 100mg per hari untuk
meningkatkan absorpsi besi Transfusi darah, pada anemia def. Besi dan
sideroblastik jarang dilakukan (untuk menghindari penumpukan besi pada
eritrosit)
2. Anemia pada penyakit kronik. Tidak ada pengobatan khusus yang mengobati penyakit
ini, sehingga pengobatan ditujukan untuk penyakit yang mendasarinya. Jika anemia
menjadi berat, dapat dilakukan transfusi darah dan pemberian eritropoietin.
3. Anemia sideroblastik. Penatalaksanaan anemia ini dapat dilakukan dengan veneseksi
dan pemberian vit b6 (pyridoxal fosfat). Setiap unit darah yang hilang pada veneseksi
mengandung 200-250 mg besi.
4. Thalasemia. Transfusi darah dapat dilakukan untuk mempertahankan kadar Hb >10
g/dL. Tetapi transfusi darah yang berulang kadang mengakibatkan penimbunan besi,
sehingga perlu dilakukan terapi kelasi besi
8
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Anemia mikrositik adalah suatu keadaan kekurangan besi (Fe) dalam tubuh yang
mengakibatkan pembentukan eritrosit atau sel darah merah mengalami ketidakmatangan
(imatur). Sel darah merah yang terbentuk ukurannya lebih kecil dari normal dan
hemoglobin dalam sel darah merah berjumlah sangat sedikit penyakit ini disebut juga
defisiensi zat besi. Defisiensi besi merupakan penyebab terpenting suatu anemia
mikrositik, dengan ketiga indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) berkurang dan sediaan apus
darah menunjukkan eritrosit yang kecil (mikrositik) dan pucat (hipokrom).
3.2. Saran
9
Daftar Pustaka
Depkes. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Depkes RI
Husaini, MA. 1999. Anemia Gizi. Jakarta:Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan Puslitbang.
Supandiman, I Sumatri. 2003. Pedoman Diagnosis dan Terapi Hematologi Onkologi Medik.
Bandung: Q-Communication.
10