Anda di halaman 1dari 34

UNIVERSITAS INDONESIA

KINGDOM MONERA:
FILUM SCHIZOPHYTA & FILUM CYANOPHYTA
TUGAS MATAKULIAH BAHAN ALAM LAUT

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Katrin, M.Si., Apt.

MEILIZA EKAYANTI
1406663931

PROGRAM STUDI MAGISTER HERBAL


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
2015

DAFTAR ISI

BAB 1. Pendahuluan ....................................................................................

BAB 2. Isi dan Pembahasan ........................................................................

1. Pengertian Schizophyta ...............................................................

1.1 Pembagian Kelas Schizophyta ...............................................

1.2 Ciri-Ciri Bakteri .......................................................................

1.3 Struktur Bakteri ......................................................................

1.3.1 Struktur dasar sel bakteri ...............................................

1.3.2 Struktur tambahan sel bakteri .......................................

1.4 Bentuk Bakteri ........................................................................

1.4.1 Bentuk kokus .................................................................

1.4.2 Bentuk Basil ...................................................................

1.4.3 Bentuk Spiral .................................................................

1.5 Ukuran Bakteri .......................................................................

1.6 Alat Gerak ..............................................................................

1.7 Reproduksi Bakteri .................................................................

1.8 Cara Memperoleh Nutrisi .......................................................

1.8.1 Autotrof ..........................................................................

1.8.2 Heterotrof ....................................................................... 10


1.9 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri ................. 10
1. 10 Peranan Bakteri .................................................................. 11
1. 11 Simbiotik Bakteri ................................................................. 12
1. 12 Isolasi Bakteri Laut .............................................................. 12
2. Pengertian Cyanophyta ................................................................ 15
2.1 Ciri-Ciri Cyanobakteri ............................................................. 16

2.2 Bentuk Kloroplas Ganggang .................................................. 17


2.3 Pigmen pada Ganggang ........................................................ 18
2.4 Reproduksi ............................................................................. 18
2.4.1 Seksual .......................................................................... 18
2.4.2 Aseksual ........................................................................ 18
2.5 Perkembangbiakkan Cyanobakteri ........................................ 18
2.6 Ordo-Ordo pada Cyanophyta ................................................. 19
2.6.1 Ordo Chroococcales ...................................................... 19
2.6.2 Ordo Pleurocapsales ..................................................... 19
2.6.3 Ordo Oscillatoriales........................................................ 20
2.6.4 Ordo Nostocales ............................................................ 21
2.6.5 Ordo Stigonematales ..................................................... 21
2.7 Peranan dalam Perairan ........................................................ 21
2.8 Toksin Cyanobakteri .............................................................. 22
2.9 Budidaya Cyanobakteri Spirulina sp. .................................... 22
2. 10 Metode Isolasi dan Purifikasi Cyanobakteri ......................... 24
BAB 3. Kesimpulan dan Saran ..................................................................... 26
Daftar Pustaka ............................................................................................. 27

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Domain Kingdom Monera ...........................................................

Gambar 2. Struktur Gram Positif dan Negatif ...............................................

Gambar 3. Pohon Phylogenetik ...................................................................

Gambar 4. Berbagai Bentuk Bakteri dan Analisa SEM ................................

Gambar 5. Reproduksi Aseksual (Kiri) dan Seksual (Kanan) .......................

Gambar 6. Memperoleh Nutrisi secara Autotrof ........................................... 10


Gambar 7. Memperoleh Nutrisi secara Heterotrof ........................................ 14
Gambar 8. Isolat Metabolit Sekunder dari Marine Streptomyces sp ............ 14
Gambar 9. Skema Isolasi Senyawa dari Marine Streptomyces sp .............. 15
Gambar 10. Cyanobakteri dan Pembentukan Streptolit ............................... 17
Gambar 11. Skema Nitrofiksasi pada Bakteri dan Cyanobakteri .................. 17
Gambar 12. Heterokis dan Akinet pada Cyanobakteri ................................. 17
Gambar 13. Chroococcus, Myoricytis dan Gleocapsa.................................. 19
Gambar 14.Pleurocapsa .............................................................................. 20
Gambar 15. Spirulina sp............................................................................... 20
Gambar 16. Nostoc dan Anabaena .............................................................. 24
Gambar 17. Kultur Spirulina sp. pada masing-masing Perlakuan ................ 24
Gambar 18. Struktut Imipinem ..................................................................... 25

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Domain Kingdom Monera ...............................................................

Tabel 2. Struktur Gram Positif dan Negatif ................................................... 23

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Isolasi dan Karakterisasi senyawa metabolit sekunder dari bakteri


laut Streptomyces sp.
Lampiran 2. Produksi Protein Sel Tunggal (PST) Sprulina sp. sebagai Super
Food dalam Upaya Penanggulangan Gizi Buruk dan Kerawanan
Pangan di Indonesia.
Lampiran 2. Method for Isolation and Purification of Cyanobacteria

BAB I
PENDAHULUAN

Tubuh manusia mengandung setidaknya lebih dari tujuh puluh lima juta sel, dengan
mayoritas dari kehidupan dibentuk dari suatu single sel yang menunjukkan fungsi yang
berbeda-beda. Kebanyakan sel-sel sangatlah kecil sehingga tidak bisa dilihat dengan mata
telanjang dan membutuhkan alat bantu lain untuk melihatnya yaitu dengan mikroskop. Ahli
biologi telah mengamati hampir lebih dari 1600 jaringan tumbuhan yang telah dibagi menjadi
suatu kompartemen atau sel-sel. Pada tahun 1839, Matthias Jakob Scleidden dan Theodor
Schwann menujukkan bahwa semua makhluk hidup dibentuk dari sel-sel, teori tersebut yang
kemudian menngangkat Biologi seluler modern.
Bakteria tidaklah berhubungan dengan hidup manusia sebagai makhluk hidup, namun
bakteria sangat diperlukan dalam kehidupan manusia dan kehidupan alam. Beberapa bakteri
merupakan penyebab dari suatu penyakit atau patogen, beberapa bakteri lain memberian
suatu manfaat tertentu yang baik untuk kesehatan. Berdasarkan klasifikasinya bakteri terdapat
pada kingdom monera. Bahan alam laut mengenai kindom ini khususnya pada filum
Schizophyta dan filum Cyanophyta belum banyak dilkakukan penelitian dikarenakan
berukuran mikro dan proses untuk memperolehnya juga sulit.
Kingdom monera meliputi bakteri dan alga hijau-biru yang keduanya merupakan
mikroskopis, uniseluler, prokariotik dimana material genetiknya tidak terorganisasi dengan
inti. Beberapa organel lain ditemukan pada eukariotik dan merupakan kelompok dari
kingdom lain. Nutrisi diperoleh kebanyakan absorpsi (heterotrof) dari sel inang atau
organisme, sedangkan adapula yang memperoleh nutrisi secara autotrof berupa fotosintetis
dan kemosintesis. Reproduksinya adalah secara aseksual dengan fragmentasi atau fission.

BAB II
PEMBAHASAN

Kingdom monera dapat dibagi menjadi dua divisi yaitu Scizophyta dan Cyanophyta.
Divisi dalam dalam taksonomi sama dengan Filum. Beberapa ahli botani menyebutkan bahwa
Divisi lebih digunakan untuk taksonomi, sedangkan penggunakan Filum lebih digunakan
oleh ahli kehutanan. Pada Kingdom monera yang termasuk didalamnya adalah kelompok
bakteri yang dengan sel pokariotik. Bakteri juga digolongkan pada dua tipe bakteri
berdasarkan habitat dan klasifikasi lainnya, yaitu Eubakteria dan Archaebakteria dimana
dapat ditunjukkan pada Tabel 1. Dimana Archaebakteri dapat bersifat Halofilik yaitu berada
pada kadar garam tinggi (Halobacterium), Metanogenik adalah hidup di lingkungan kurang
Oksigen (Methanobacterium), Termoasidofilik yaitu hidup di daerah bersulfur dan berkawah
(Sulfobolus).

Sedangkan, Klasifikasi Eubakteria berdasarkan nutrisi dibagi menjadi

autotroph dan heterotroph (Gambar 3 dan 4) serta berdasarkan kebutuhan oksigen yaitu
Aerob (Nitrobacter) dan Anaerob (Lactobacillus).
Tabel 1. Perbedaan Archaebakteri dan Eubakteri
No.

Sebagai Pembeda

Arkhaebakteri

Eubakteri

1.

Dinding sel

Peptidoglikan

Polimer karbohidrat dan


protein

2.

Habitat

Tempat yang ekstrim, misalnya:


Lava atau dasar laut.

Habitat dimana saja

3.

Membran lipid

Berbagai macam lipid

Fosfolipid

4.

Sensitifitas terhadap antibiotik

Tidak sensitif

Sensitif

5.

Gen penyandi protein

Ada

Tidak ada

6.

Contoh

Methanobacterium
sulfobolus

Nitrosomonas
E. coli

Makhluk hidup seluler baik yang bersel tunggal (uniseluler) maupun yang bersel
multiseluler berdasarkan sifatnya dikelompokkan menjadi dua tipe sel, antara lain ada
tidaknya endomembrane yaitu sel prokariotik dan eukariotik. Sel prokariotik, merupakan tipe
sel yang tidak memiliki endomembran sehinga sel tipe ini memiliki materi inti yang tidak

dibatasi oleh sistem membrane. Sel prokariotik terdapat pada bakteri dan ganggang biru.
Sedangkan, sel eukariotik, inti tampak jelas karena dibatasi oleh sistem membran.

Gambar 1. 3 Domain Kingdom Monera

Bakteri merupakan salah astu organisme yang memiliki sel tipe prokariotik. Bagian luar
sel bakteri terdiri dari kapsula, dinding sel, dan membrane plasma. Kapsula yaitu bagian yang
paling luar berupa lender untuk melindungi sl. Bahan kimia yang menyusunnya adalah
polisakarida. Dinding sel terdiri dari berbagai bahan seperti, karbohidrat, protein, dan
beberapa garam anorganik serta berbagai asam amino. Berdasarkan struktur dinding selnya
dikelompokkan menjadi bakteri Gram negatif dan Gram positif.

Gambar 2. Struktur Gram Positif dan Negatif

1. Pengertian Schizophyta
Nama ilmiah untuk divisi diambil dari kata yang menunjukkan suatu ciri khas yang
berlaku untuk seluruh warganya, ditambah dengan akhiran- phyta, maka kelompok ini
yang cirri khas seluruh warganya adalah berkembang biak dengan cara membelah diri,
dinamakan schizophyta atau tumbuhan membelah, yang berasal dari bahasa latin yaitu
schizere atau bahasa yunani schizein adalah membelah dan phyton (yunani) yaitu
tumbuhan.

Schizophyta merupakan kelompok tumbuhan dengan tingkat perkembangan


filogenetik yang paling rendah dari segi evolusi yang merupakan kelompok yang paling
tua dan primitif. Divisi tumbuhan membelah, selain berkembang biak dengan cara
membelah, juga mempunyai ciri ciri tubuh hanya terdiri atas sebuah sel saja, protoplas
belum terdiferensiasi dengan jelas, sehingga inti belum tampak nyata, demikian pula
plastidanya.

Gambar 3. Pohon Phylogenetik

1.1 Pembagian kelas schizophyta


Tumbuhan belah dibagi menjadi dua kelas yaitu :
1. Bakteri (Bakteria atau Schizomycetes)
Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih
tersebar luas dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain. Bakteri memiliki
ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat
tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan dan ada juga yang
merugikan, bakteri memiliki ciri ciri yang membedakannya dengan makhluk
hidup lain. Bakteri adalah organisme uniseluler dan prokariot serta umumnya
tidak memiliki klorofil dan berukuran renik (mikroskopis).

2. Ganggang biru, ganggang belah atau ganggang lendir (cyanophyceae,


schizophyceae, atau myxophyceae)

1.2 Ciri-Ciri Bakteri


Bakteri merupakan organisme uniselluler, tidak memiliki membrane inti sel atau
prokariotik. Umumnya, bakteri tidak memiliki klorofil dan memiliki ukuran tubuh
yang bervariasi, memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam. Bakteri hidup bebas
atau parasite dan dapat hidup dilingkungan ekstrim, seperti pada mata air panas,
kawah atau gambut dinding selnya tidak mengendung peptidoglikan. Bakteri juga
hidup kosmopolit diberbagai lingkungan dinding selnya mengandung peptidoglikan.

1.3 Struktur Bakteri


1.3.1

Struktur dasar sel bakteri

Dinding sel tersusun dari peptidoglikan yaitu gabungan protein dan


polisakarida (ketebalan peptidoglikan membagi bakteri menjadi bakteri gram
positif bila peptidoglikannya tebal dan bakteri gram negatif bila
peptidoglikannya tipis).

Membran plasma adalah membran yang menyelubungi sitoplasma


tersusun atas lapisan fosfolipid dan protein.

Sitoplasma adalah cairan sel.

Ribosom adalah organel yang tersebar dalam sitoplasma, tersusun atas


protein dan RNA.

Granula penyimpanan, karena bakteri menyimpan cadangan makanan


yang dibutuhkan.

1.3.2

Struktur tambahan bakteri

kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan diluar dinding sel pada jenis
bakteri tertentu, bila lapisannya tebal disebut kapsul dan bila lapisannya tipis
disebut lapisan lendir. Kapsul dan lapisan lendir tersusun atas polisakarida
dan air.

Flagelum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral
yang menonjol dari dinding sel.

Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang
menonjol dari dinding sel, pilus mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek,
kaku dan berdiameter lebih kecil dan tersusun dari protein dan hanya
terdapat pada bakteri gram negatif. Fimbria adalah struktur sejenis pilus
tetapi lebih pendek daripada pilus.

Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma


dan mengandung pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk proses
fotosintesis. Klorosom hanya terdapat pada bakteri yang melakukan
fotosintesis.

Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan berfotosintesis.

Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri gram
positif dan terbentuk didalam sel bakteri jika kondisi tidak menguntungkan
bagi kehidupan bakteri. Endospora mengandung sedikit sitoplasma, materi
genetik, dan ribosom. Dinding endospora yang tebal tersusun atas protein
dan menyebabkan endospora tahan terhadap kekeringan, radiasi cahaya,
suhu tinggi dan zat kimia. Jika kondisi lingkungan menguntungkan
endospora akan tumbuh menjadi sel bakteri baru.

1.4 Bentuk Bakteri


1.4.1

Bentuk Kokus

monokokus yaitu berupa sel bakteri kokus tunggal

Diplokokus yaitu dua sel bakteri kokus berdempetan

Tetrakokus yaitu empat sel bakteri kokus berdempetan berbentuk segi


empat

Sarkina yaitu delapan sel bakteri kokus berdempetan membentuk kubus.

Streptokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan


membentuk rantai

Stapilokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan seperti
buah anggur

1.4.2

Bentuk Basil

Monobasil yaitu berupa sel bakteri basil tunggal

Diplobasil yaitu berupa dua sel bakteri basil berdempetan

Streptobasil yaitu beberapa sel bakteri basil berdempetan membentuk


rantai.

1.4.3

Bentuk Spiral

Spiral yaitu bentuk sel bergelombang

Spiroseta yaitu bentuk sel seperti sekrup


Vibrio yaitu bentuk sel seperti tanda baca koma

Gambar 4. Berbagai bentuk bakteri dan pengamatan pada SEM (Sumber:


http://classes.midlandstech.edu/carterp/courses/bio225/chap04/lecture2.htm)

1.5 Ukuran Bakteri


ukuran tubuhnya hanya mencapai beberapa micron (micron = 0.001 mm),
paling besar sekitar 100 . Hingga hampir terlihat dengan mata telanjang, tetapi ada
pula yang kurang dari 1 yang terkecil kira kira 0,1 . Untuk melihat bakteri
bakteri ini memerlukan mikroskop electron untuk dapat melihatnya.

1.6 Alat Gerak Bakteri


Alat gerak pada bakteri berupa flagellum atau bulu cambuk adalah struktur
bebentuk batang atau spiral yang menonjol dari dinding sel. Flagellum
memungkinkan bakteri bergerak menuju kondisi lingkungan yang menguntungkan
dan menghindar dari lingkungan yang merugikan bagi kehidupannya. Flagellum
memiliki jumlah yang berbeda-beda pada bakteri dan letak yang berbeda-beda pula,
yaitu:
1. Monotrik

: bila hanya berjumlah satu

2. Lofotrik

: bila banyak flagellum disatu sisi

3. Amfitrik

: bila banyak flagellum dikedua ujung

4. Peritrik

: bila tersebar diseluruh permukaan sel bakteri

1.7 Reproduksi Bakteri

Gambar 5. Reproduksi Aseksual (Kiri) dan Reproduksi Seksual (Kanan)

Bakteri dapat berkembang biak secara aseksual dengan membelah diri


(pembelahan biner) pada lingkungan yang tepat atau sesuai. Reproduksi bakteri dapat
berlangsung dengan sangat cepat. Pada keadaan optimal, beberapa jenis bakteri dapat
membelah setiap 20 menit. Anda bisa menghitung jumlah bakteri hasil reproduksi
dalam waktu 1 jam atau 1 hari, dengan rumus 2n (n jumlah pembelahan). Pada
kondisi yang kurang menguntungkan, sel-sel bakteri dapat mempertahankan diri
dengan pembentukan spora (endospora). Endospora artinya spora yang terbentuk di
dalam bakteri. Akan tetapi, ada pula jenis bakteri yang akan mati karena perubahan
faktor lingkungan. Faktor lingkungan ini adalah cahaya matahari yang terus-menerus,
kenaikan suhu, kekeringan, dan adanya zat-zat penghambat dan pembunuh bakteri,
seperti antibiotika dan desinfektan.

Pada bakteri terjadi pertukaran materi genetik dengan sel pasangannya. Oleh
karena itu, perkembangbiakan bakteri yang terjadi dengan cara ini disebut
perkembangbiakan paraseksual. Perkembangbiakan parasekual bakteri dapat terjadi
dengan tiga cara, yaitu transformasi, konjugasi, dan transduksi.

Transformasi, adalah pemindahan potongan materi genetik atau DNA dari


luar ke sel bakteri penerima. Dalam proses ini, tidak terjadi kontak langsung
antara bakteri pemberi DNA dan penerima.

Konjugasi, yaitu pertukaran materi genetik dengan cara membentuk


bangunan/ jembatan/selubung untuk menyalurkan materi genetiknya, atau
reproduksi bakteri yang belum diketahui jenis kelaminnya.

Transduksi, adalah pemindahan DNA dari sel pemberi ke sel penerima


dengan perantaraan virus. Dalam hal ini, protein virus yang berfungsi sebagai
cangkang digunakan untuk pembungkus dan membawa DNA bakteri pemberi
menuju sel penerima.

1.8 Cara Memperoleh Nutrisi


1.8.1

Autotrof
Organisme yang mampu membuat makanannya sendiri dari bahan anorganik
yang tersedia di alam. Bahan-bahan anorganik tersebut diolah dan diubah
menjadi bahan organik yang dibutuhkan oleh organisme untuk kelangsungan
hidupnya. Contoh organisme autotrof adalah tumbuhan hijau. Tumbuhan hijau
adalah organisme yang mampu membuat makanannya sendiri melalui proses
fotosintesis. Fotosintesis adalah proses pembentukan senyawa organik dari
senyawa anorganik dengan bantuan cahaya. Reaksi fotosintesis terjadi di
dalam klorofil ditunjukkan pada Gambar 6. Hasil fotosintesis berupa glukosa
(karbohidrat) yang digunakan sendiri oleh tumbuhan. Glukosa yang dihasilkan
akan diubah menjadi zat tepung atau pati dan disimpan sebagai cadangan
makanan. Cadangan makanan inilah yang dapat dikonsumsi manusia dan
hewan. Tidak semua tumbuhan hijau yang dapat melakukan fotosintesis
merupakan organisme autotrof. Ada tumbuhan tertentu yang mendapatkan
makanan dengan cara menguraikan organisme lain, walau tumbuhan tersebut
mempunyai klorofil, contohnya kantong semar, Utricularia sp, dan Drosera sp.
Tumbuhan ini termasuk dalam golongan organisme heterotrof.

Gambar 6. Memperoleh Nutrisi secara Autotrof

1.8.2

Heterotrof
Organisme yang tidak dapat membuat makanannya sendiri. Oleh karena itu,
untuk memenuhi kebutuhan makanannya, organisme ini bergantung pada
organisme lain. Organisme heterotrof meliputi konsumen dan dekomposer.

Gambar 6. Memperoleh Nutrisi secara Heterotrof

1.9 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri


Pertumbuhan pada bakteri mempunyai arti perbanyakan sel dan peningkatan
ukuran populasi. .Faktorfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri atau
kondisi pertumbuhan optimum adalah:
1. Suhu
2. Derajat keasaman atau pH
3. Konsentrasi garam
4. Sumber nutrisi
5. Zat-zat sisa metabolism
6.

Zat kimia

1.10 Peranan Bakteri


Dalam kehidupan manusia bakteri mempunyai peranan yang menguntungkan
maupun merugikan. Bakteri yang menguntungkan adalah sebagai berikut :
1. Pembusukan (penguraian sisa-sisa mahluk hidup contohnya Escherichia colie).
2. Pembuatan makanan dan minuman hasil fermentasi contohnya Acetobacter
pada pembuatan asam cuka, Lactobacillus bulgaricus pada pembuatan
yoghurt, Acetobacter xylinum pada pembuatan nata de coco dan Lactobacillus
casei pada pembuatan keju yoghurt.
3. Berperan dalam siklus nitrogen sebagai bakteri pengikat nitrogen yaitu
Rhizobium leguminosarum yang hidup bersimbiosis dengan akar tanaman
kacang-kacangan dan Azotobacter chlorococcum.
4. Penyubur tanah contohnya Nitrosococcus dan Nitrosomonas yang berperan
dalam proses nitrifikasi menghasilkan ion nitrat yang dibutuhkan tanaman.
5. Penghasil antibiotik contohnya adalah Bacillus polymyxa (penghasil antibiotik
polimiksin B untuk pengobatan infeksi bakteri gram negatif, Bacillus subtilis
penghasil antibioti untuk pengobatan infeksi bakteri gram positif,Streptomyces
griseus penghasil antibiotik streptomisin untuk pengobatan bakteri gram
negatif termasuk bakteri penyebab TBC dan Streptomyces rimosus penghasil
antibiotik terasiklin untuk berbagai bakteri.
6. Pembuatan zat kimia misalnya aseton dan butanol oleh Clostridium
acetobutylicum
7. Berperan dalam proses pembusukan sampah dan kotoran hewan sehinggga
menghasilkan

energi

alternatif

metana

berupa

biogas.

Contohnya

methanobakterium
8. Penelitian rekayasa genetika dalam berbagai bidang.sebagai contoh dalam
bidang kedokteran dihasilkan obat-obatan dan produk kimia bermanfaat yang
disintesis oleh bakteri, misalnya enzim, vitamin dan hormon.
Bakteri yang merugikan adalah sebagai berikut :
1. Pembusukan makanan contohnya Clostridium botulinum
2. Penyebab penyakit pada manusia contohnya Mycobakterium tuberculosis (
penyebab penyakit TBC ), Vibrio cholerae ( penyebab kolera atau muntaber ),

Clostridium tetani (penyebab penyakit tetanus ) dan Mycobakterium leprae


(penyebab penyakit lepra )
3. Penyebab penyakit pada hewan contohnya Bacilluc antrachis ( penyebab
penyakit antraks pada sapi )
4. Penyebab penyakit pada tanaman budidaya contohnya Pseudomonas
solanacearum (penyebab penyakit pada tanaman tomat, lombok, terung dan
tembakau) serta Agrobakterium tumafaciens (penyebab tumor pada tumbuhan)

1.11 Simbiotik Bakteri


Mitokondria

dan

fotosintetik

seperti

plastida

(organel

kloroplas)

pada

sel eukariotik sekarang dipahami sebagai


hasil dari endosimbiosis, dimana sel archaea
diperoleh bakteri melalui fagositosis, tetapi
tidak mencerna dan bakteri tidak menjadi
bagian

dari

metabolisme

Archeon

ini.

Fotosintesis telah berevolusi hanya sekali


dalam sejarah bumi (pada Cyanobakteri),
dan semua organisme fotosintetik diperoleh
plastida mereka melalui endosimbiosis dari
Cyanobakteri

(endosimbiosis

primer,

ditunjukkan pada Gambar disamping) atau


melalui endosimbiosis dengan eukariota tersebut. sendiri diperoleh dari plastida
Cyanobakteri (endosimbiosis sekunder).

1.12 Isolasi Bakteri Laut (Streptomycin sp)


Artikel jurnal mengenai Isolasi bakteri Streptomycin ini merupakan penelitian
dari Muhamad Bahi di Banda Aceh, Indonesia yang berjudul Isolasi dan
Karakterisasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Bakteri Laut Streptomyces sp.
Streptomyces merupakan salah satu genus dalam kelas bakteri yang banyak terdapat
baik di daratan maupun di lautan. Genus Streptomyces ini sangat potensial sebagai
sumber bahan antibiotika yang berasal dari mikroorganisme. Dalam penelitian ini,
sebanyak empat senyawa metabolit sekunder telah berhasil diisolasi dan

dikarakterisasi dari marine Streptomyces sp. B5798 yaitu asam p-hidroksifenilasetat


(2), asam indole-3-karboksilat (3), asam indole-3-asetat (4), dan Macrolactin A (5).
Dua diantaranya merupakan senyawa trivial yaitu asam indole-3-karboksilat (3) dan
asam indole-3-asetat (4). Asam p-hidroksifenilasetat (2) merupakan produk
degradasi dari 3,4-dihidroksibenzaldehid pada mikroorgamisme yang merupakan
prekursor dari obat anti-Parkinson. Macrolactin A (5) menunjukkan aktivitas
sitotoksik terhadap A. Salina. Elusidasi struktur senyawa hasil isolasi ditentukan
berdasarkan data spektroskopi dan spektrometri massa.

Sampel bakteri Streptomyces sp. B5798 dan lokasi penelitian


Strain Streptomyces sp. B5798 diperoleh dari koleksi Dr. E. Helmke, AlfredWegener Institute of Polar and Marine Research, Bremerhaven, Germany.
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium kimia organik, Institute of Organic
and Biomoleculare Chemistry, University of Goettingen, Germany.

Pengukuran spektra NMR dan MS


Spektra 1H dan 13C NMR masing-masing diukur dengan menggunakan alat
Varian Unity 300 (300,145 MHz) dan Varian Inova 600 (599,7 MHz) dimana
TMS digunakan sebagai standar internal. Sedangkan spektra spektrometri massa
(SM) diukur dengan menggunakan alat spektrometri massa (SM) Finnigan MAT
95 (70 eV).

Fermentasi dan isolasi


Subkultur agar Streptomyces sp.B5798 diinokulasi dalam 25 L medium kultur
M2+ pada pH 7,8 yang terlebih dahulu medium kulturnya disterilisasi pada suhu
105 C dengan autoklav selama 2 jam, dan kultur tersebut difermentasi selama 5
hari pada suhu 28 C. Shaker-kultur dipanen pada hari ke-5 dan disaring dengan
celite menggunakan penyaring tekan sehingga diperoleh filtrat berwarna coklat
pekat. Filratnya kemudian dilewatkan pada kolom resin XAD-16 dan dielusi
dengan pelarut metanol dan diperoleh ekstrak kasar metanol. Sedangkan
campuran celite dan biomassa diekstraksi dengan pelarut etilasetat, sehingga
diperoleh ekstrak kasar etilasetat. Hasil kromatografi lapis tipis (KLT) kedua
ekstrak kasar dari kedua fase metanol dan etilasetat menunjukkan pola noda
yang sama, sehingga kedua ekstrak fase organik tersebut digabung, dan
diuapkan pelarutnya dengan rotary evaporator pada tekanan rendah. Residu
yang diperoleh sebanyak 6,20 g kemudian dihilangkan lemak (defating) dengan

pelarut sikloheksana. Ekstrak yang diperoleh selanjutnya difraksinasi secara


kromatografi kolom terhadap silika gel 60 F254 dengan menggunakan sistem
gradien pelarut diklorometana dan metanol (0 sampai 50% MeOH). Subfraksi
pertama yang mengandung lemak tidak dipisahkan lebih lanjut. Subfraksi kedua
dan ketiga masing-masing dimurnikan secara terpisah menggunakan kolom
Sephadex LH-20 dan pelarut metanol. Hasil pemurnian dengan kolom Sephadex
LH-20 dari masing-masing subfraksi ke-2 dan ke-3 diperoleh asam phidroksifenilasetat (2, 1,4 mg) dari subfraksi ke- 2, dan senyawa trivial asam
indole-3-karboksilat (3) dan asam indole-3-asetat (4). Subfraksi ke-4 dimurnikan
dengan kolom Sephadex (MeOH) dan kolom RP-18 (15% v/v MeOH/air)
sehingga diperoleh macrolactin A (5, 2,5 mg). Struktur dari masing-masing
senyawa isolat dari setiap subfraksi tersebut ditunjukkan pada Gambar 7.
Sedangkan proses isolasi dan pemurnian masing-masing fraksi tersebut
ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 7. Isolat metabolit sekunder dari Marine Streptomyces sp. B5978

Gambar 8. Skema isolasi senyawa dari Marine Streptomyces sp. B5978

2. Pengertian Cyanophyta
Filum Cyanophyta disebut juga sebagai Cyanobakteri atau alga hijau-biru dengan
ukuran lebih besar daripada bakteri pada Filum Schizophyta dan merupakan uniseluler
dan berkoloni atau filamentous. Cyanobakteri terdapat pada dua genus yaitu Nostoc dan
Oscillatoria, terdapat di air tawar, air laut, dan pada permukaan yang lembab.
Cyanobakteri membentuk simbiosis mutualisme dengan Fungi untuk membentuk Lichen,
Cyanobakteri menyediakan nutrisi organik untuk Fungi dan sebaliknya, Fungi
menyediakan nutrisi anorganik untuk Cyanobakteri.

Gambar 8. Cyanobakteri (kiri) dan Pembentukan Cyanobakteri menjadi Stromatolit (kanan)

Cyanobakteri merupakan organisme prokariotik dan karenanya tidak terikat membran


organel. Lebih erat kaitannya dengan bakteri daripada alga lain.. Habitatnya adalah di
laut, air tawar dan habitat darat. Cyanophyta merupakan komponen penting dalam siklus
nitrogen dan produsen. Cyanophyta [dalam bahasa Yunani, siano = biru-hijau, dan myx =
lendir], uniseluler, berserabut, dan bentuk-bentuk kolonial, dan sebagian besar tertutup
dalam sarung mucilaginous baik secara individual maupun di koloni. Sebagian besar dari
biru-hijau planktonik terdiri dari anggota Chroococcaceae keluarga coccoid (misalnya,
Anacystis atau sama dengan Microcystis, Gomphosphaeria atau sama dengan
Coelosphaerium,

dan

Coccochloris)

dan

keluarga

berserabut

Oscillatoriaceae,

Nostocaceae, dan Rivulariaceae (misalnya, Oscillatoria, Lyngbya, Aphanizomenon [3-6


m], Anabaena).
Cyanobakteri ditemukan di hampir semua habitat yang bisa dibayangkan, dari
samudera ke air tawar ke batu sampai tanah. Mereka bisa bersel tunggal atau koloni.
Koloni dapat membentuk filamen ataupun lembaran. Cyanobakteri termasuk uniselular,
koloni, dan bentuk filamen. Beberapa koloni filamen memiliki kemampuan untuk
berdiferensiasi menjadi tiga tipe sel yang berbeda: sel vegetatif adalah yang normal, sel

fotosintesis pada kondisi lingkungan yang baik, dan tipe heterokista yang berdinding tebal
yang mengandung enzim nitrogenase. Setiap individu sel umumnya memiliki dinding sel
yang tebal, lentur, dan Gram negatif. Cyanobakteri tidak memiliki flagela. Mereka
bergerak dengan meluncur sepanjang permukaan. Kebanyakan Cyanobakteri ditemukan
di air tawar, sedangkan lainnya tinggal di lautan, terdapat di tanah lembab, atau bahkan
kadang-kadang melembabkan batuan di gurun. Beberapa bersimbiosis dengan lumut
kerak, tumbuhan, berbagai jenis protista, atau spons dan menyediakan energi bagi inang.

2.1 Ciri-Ciri Cyanobakteri


Warna umum dari Cyanobakteri adalah hijau (kebanyakan hidup di air tawar), kecuali
Trichodesmium Eritreum (berwarna merah dan banyak terdapat di laut ). Kelompok
Cyanobakteri tertentu memfiksasi N2 dari atmosfer, kelompok filamen punya
hetericyst dan adapula yang tanpa heterokis. Kelompok uniseluler, pada umumnya
tidak memiliki alat gerak. Sebagian besar dinding selnya diselaputi lendir. Jenis-jenis
tertentu sering mengalami blooming alga.

Gambar 9. Skema Nitrofiksasi pada Bakteri dan Cyanobakteri

Gambar 10. Heterokis dan Akinet pada Cyanobakteri (Sumber: www.studyblue.com)

2.2 Bentuk Kloroplas Ganggang


Bulat

: Chroococcum

Mangkuk

: Chlorella & Chlamydomona

Sabuk

: Ulothrix

Cakram

: Vaucheria & Chara

Jala

: Oedogonium

Spiral

: Spirogyra

2.3 Pigmen pada Ganggang


Klorofil (klorofil a, b, c, d)
Karoten
Santofil (keemasan)
Fukosantin (coklat)
Fikobilin
Fikoeritrin (merah)
Fikosianin (biru)

2.4 Reproduksi
2.4.1

Seksual
Penyatuan gamet yg berbeda jenis, Oogami, Isogami dan Anisogami.

2.4.2

Aseksual

Pembelahan biner pada ganggang unisel.


Contohnya : Chlorella dan Euglena.

Fragmentasi pada ganggang berbentuk benang.


Conyohnya : Spirogyra, Laminaria dan Sargassum

Pembentukan spora
Contohnya: Chlamydomonas dan Ulothrix

2.5 Perkembangbiakkan Cyanobakteri


Perkembangbiakan dilakukan dengan pembelahan sel, fragmentasi, dan pembentukan
spora.
Pembelahan Sel
Melalui cara pembelahan sel dapat langsung terpisah atau tetap bergabung
membentuk koloni, misalnya Gloeocapsa.
Fragmentasi
Fragmentasi terutama pada ganggang yang berbentuk filament, misalnya:
Oscillatoria. Pada filament yang panjang , bila salah satu selnya mati, maka
sel mati itu membagi filament menjadi dua atau lebih . masing-masing
potongan disebut hormogonium. Bila hormogonium terlepas dari filament
induk maka akan menjadi individu baru, misalnya pada Plectonema
boryanum.
Spora
Pada keadaan yang kurang menguntungkan akan terbentuk spora yang
sebenarnya merupakan sel vegetative, spora ini membesar dan tebal karena
penimbunan zat makanan. Ganggang hijau biru dapat bergerak dengan
gerakan meluncur, tetapi gerakan ini sangat lambat, sekitar 250 mikrometer
permenit. Ganggang hijau biru tidak berflagela.

2.6 Ordo-Ordo pada Cyanophyta


Cyanophyta memiliki satu kelas, yaitu Kelas Cyanophyceae Kelas, Cyanophyceae,
dapat dibagi menjadi lima ordo, yaitu Chroococcales, Pleurocapsales, Oscillatoriales,
Nostocales, Stigonematales.
2.6.1

Ordo Chroococcales
Ordo Chroococcales tidak menghasilkan spora,

uniseluler dan berkoloni.

Reproduksi dengan cara pembelahan sel untuk uniseluler dan Fragmentasi


untuk yang berkoloni. Terdapat pada famili Chroococcaceae dan nama
genusnya antara lain adalah; Chrococcus, Gloecapsa, merismopedia,
mycrocystis.

Gambar 11. Chroococcus, Mycrocystis dan Gleocapsa

2.6.2

Ordo Pleurocapsales
Ordo Pleurocapsales uniseluler atau kecil termasuk bentuk kolonial. Beberapa
bahkan mungkin terdiri dari sel-sel Parenchymatous alas terlampir pendek
bercabang cabang atau filamen. Penyebaran adalah dengan pembelahan sel
dan endospores. Termasuk pada genera; Cyanocystis Chamaesiphon dan
Pleurocapsa.

Gambar 12. Pleurocapsa

2.6.3

Ordo Oscillatoriales
Ordo

Oscillatoriales

tidak

menghasilkan

spora,

hampir

seluruhnya

berfilament, sebagian mempunyai heterokis, sebagian lagi tidak. Reproduksi


secara umum adalah Fragmentasi, heterokisa (bila diawali dengan kodisi
nutrien yang tinggi). Terdapat tiga famili, yaitu:
Oscillatoriceae
Tidak punya heterokis. Contoh genus: Oscillatoria, Lyngbya, Spirulina,
Athrosphira.

Gambar 13. Spirulina sp. (Sumber: http://algae.ihb.ac.cn/english/algaeDetail.aspx?id=440)

Nostocaceae
Mempunyai heterokis dan memproduksi heterokisa (contoh genus: Nostoc,
anabaena).
Rivulariaceae
Sebagian memproduksi heterokisa (contoh genus : Rivularia, Gleothrichi).
Berserat termasuk yang Oscillatoriales Cyanobakteri yang menyebar
terutama oleh pembentukan hormogonia. Setiap percabangan di filamen
adalah palsu, dan tidak heterokiss maupun heterokises.
2.6.4

Ordo Nostocales
Berserat termasuk yang Nostocales Cyanobakteri yang menyebar terutama
oleh pembentukan hormogonia. Setiap percabangan adalah palsu, dan
keduanya heterokiss dan heterokises dapat dihasilkan. Termasuk genera:
Nostoc,

Anabaena,

Cylindrospermum,

Aphanizomenon,

Scytonema,

Gloeotrichia, dan Rivularia.

Gambar 14. Nostoc dan Anabaena (Sumber:


http://student.nu.ac.th/u46410908/lesson3.htm)

2.6.5

Ordo Stigonematales
Berserat termasuk yang Stigonematales Cyanobakteri yang menyebar terutama
oleh pembentukan hormogonia. Bercabang adalah benar dan heterokiss dan

heterokises dapat berdua akan diproduksi. Termasuk genera: Stigonema,


Hapalosiphon, dan Fisherella.

2.7 Peranan dalam Perairan

Produsen Primer

Sumber makanan ikan dan manusia

Beberapa spesies ganggang hijau biru dapat dimanfaatkan sebagai sumber


makanan alternative, misalnya Spirulina sp.

Jika terjadi blooming ikan mati, perairan tercemar, produksi racun. Blooming
mycrocystis dipengaruhi oleh berlebihnya kandungan fosfor yang didukung
Pula oleh suhu yang tinggi.

Beberapa spesies ganggang hijau-biru yang bersimbiosis dapat menambat


(fiksasi) nitrogen bebas, sehingga menambah kesuburan tanah (Anabaena azollae).

2.8 Toksin Cyanobakteri


Penyakit akibat Cyanobakteril toksin bervariasi sesuai dengan jenis toksin, jenis
air atau air dan yang terkait dengan pemaparan (minum, kulit kontak, dll). Manusia
akan terpengaruh dengan berbagai gejala, termasuk iritasi kulit, keram perut, muntah,
mual, diare, demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, sakit otot dan sendi, blisters dari
mulut dan kerusakan hati. Berenang di air yang mengandung Cyanobakteril toksin
menderita reaksi alergi, seperti asma, mata iritasi, rashes, dan blisters sekitar mulut
dan hidung. Binatang, burung, dan ikan juga dapat keracunan oleh tingginya tingkat
produksi toksin-Cyanobakteri.

Hepatotoksin (yang mempengaruhi hati) yang diproduksi oleh beberapa jenis


dari Cyanobakteri, misalnya: Microcystis, Anabaena, Oscillatoria, Nodularia,
Nostoc, Cylindrospermopsis dan Umezakia.

Neurotoksin (yang mempengaruhi sistem saraf) yang diproduksi oleh beberapa


jenis dari Aphanizomenon dan Oscilatoria.

Cyanobakteri

dari

spesies

Cylindroapermopsis

Raciborski

Mei

juga

menghasilkan racun alkaloids, gastrointestinal menyebabkan gejala ginjal atau


penyakit pada manusia. Tidak semua spesies Cyanobakteri ini toksin dan
kemungkinan ada namun tidak dikenal sebagai toksin.

2.9 Budidaya Cyanobakteri (Spirulina sp.)


Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk membudidayakan Spirulina sp. dengan
metode kultur. Pemenuhan kebutuhan nutrien untuk Spirulina sp. sangat bergantung
pada ketersediaannya dalam medium kultur. Komposisi nutrien yang lengkap dan
konsentrasi nutrien yang tepat menentukan produksi biomassa dan kandungan gizi
mikroalga. Jenis pupuk yang banyak dipilih masyarakat dalam kultur Spirulina sp.
adalah jenis PA (Pro Analisis) yang sudah distandarkan seperti pupuk Walne,
Guillard, dll. Mahalnya harga pupuk jenis PA menjadi dasar pencarian pupuk
alternatif pada kultur Spirulina sp. yang mampu menghasilkan nutrisi serta kepadatan
sel yang tinggi, dengan harga yang ekonomis dan mudah diperoleh oleh masyarakat.
Salah satu contohnya adalah media ekstrak tauge (MET).
Isolat Spirulina sp. diperoleh dari Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo.
Media dasar air laut yang digunakan diperoleh dari perairan Pantai Kenjeran
Surabaya. Kemudian salinitas air laut dibuat 20 dengan menambahkan aquades.
Sedangkan pupuk yang ditambahkan pada media kultur Spirulina sp. terdiri dari
kombinasi konsentrasi Media Ekstrak Tauge (MET) dengan pupuk urea dan kontrol
berupa pupuk walne.
Pembuatan Media Ekstrak Tauge (MET) dilakukan dengan merebus 500 gram
tauge kacang hijau dalam 2500 ml aquades yang mendidih selama 1 jam, kemudian
disaring dengan kassa dan kapas. Konsentrasi MET yang digunakan yaitu: 2%, 4%,
dan 6% dibuat dari larutan stok (v/v). MET yang telah dibuat kemudian
dikombinasikan dengan pupuk urea komersil yang berbentuk serbuk, dengan dosis 80
ppm, 100 ppm, dan 120 ppm pada media dasar air laut.
Tabel 2. Kombinasi MET dengan Pupuk Urea
Pupuk

Keterangan

P1

MET 2% pupuk urea 80 ppm

P2

MET 2% pupuk urea 100 ppm

P3

MET 2% pupuk urea 120 ppm

P4

MET 4% pupuk urea 80 ppm

P5

MET 4% pupuk urea 100 ppm

P6

MET 4% pupuk urea 120 ppm

P7

MET 6% pupuk urea 80 ppm

P8

MET 6% pupuk urea 100 ppm

P9

MET 6% pupuk urea 120 ppm

P10

Pupuk walne

Starter Spirulina sp. dibuat dengan menumbuhkan Spirulina pada media air laut
hingga mencapai fase pertumbuhan eksponensial. Setelah itu diinokulasikan ke dalam
media perlakuan P1 sampai dengan P10 sebanyak 10% dari volume media kultur.
Pemanenan Spirulina sp. dilakukan saat kultur mencapai fase eksponensial dan fase
stasioner melalui metode filtrasi menggunakan plankton net dengan mesh size 0,060
mm. Spirulina sp. yang diperoleh kemudian dianalisis kandungan protein dengan
metode Kjeldhal. Parameter pengamatan dalam penelitian ini meliputi pengukuran
OD (Optical density) Spirulina sp. menggunakan spektrofotometer serta pengukuran
kualitas air yang meliputi suhu, salinitas dan pH yang dilakukan setiap 24 jam.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah konsentrasi MET dan pupuk urea yang
dapat menghasilkan kadar protein tertinggi adalah 4% MET dan 100 ppm urea.
sedangkan fase pertumbuhan yang dapat menghasilkan kadar protein tertinggi adalah
fase stasioner pada perlakuan P5 dengan kadar protein sebesar 20,557.

Gambar 15. Kultur Spirulina sp. pada masing-masing perlakuan

2.10 Metode Isolasi dan Purifikasi Cyanobakteri


Penelitian ini dilakukan oleh Michael J. ferris and C. F. Hirsch di Department
of Fermentation Microbiology, Merck Sharp & Dohme Research Laboratories,
Rahway, New Jersey. Keberadaan morfologi yang beragam dari Cyanobakteri di
berbagai habitat darat dan air, sehingga bekerja dengan bakteri ini dibatasi dan
menjadi kesulitan dalam menghadapi isolasi dan pemurniannya. Teknik yang
biasanya digunakan untuk mengisolasi Cyanobakteri mungkin sangat membatasi
jumlah spesies Cyanobakteril yang dapat dengan mudah dibudidayakan. Agar, yang
secara rutin digunakan sebagai agen pemadatan media bakteriologi adalah diketahui
mengandung kotoran dan beberapa di antaranya diduga bertanggung jawab untuk
pengamatan berulang yang agar adalah penghambatan terhadap pertumbuhan
beberapa Cyanobakteri. Pendekatan yang berbeda telah digunakan dalam upaya
untuk menurunkan atau menghilangkan efek pertumbuhan penghambatan agar. Ini

telah termasuk penggunaan konsentrasi rendah agar, prosedur agar-cuci,sterilisasi


terpisah agar dan solusi nutrisi dan substitusi agarosa atau agen pemadat alternatif
lainnya. Mungkin aspek yang lebih sulit berurusan dengan Cyanobakteri adalah
pekerjaan sering sulit dan memakan waktu yang terlibat dalam upaya untuk
menghasilkan budaya axenic kontras dengan tingkat keberhasilan yang rendah.
Berbagai pendekatan telah diambil untuk mencoba mengembangkan metode yang
lebih efisien untuk memurnikan Cyanobakteri yang terkontaminasi. Hal ini termasuk
pemisahan

mekanisme

dari

Cyanobakteri

dan

bakteri

kontaminan

oleh

mikromanipulasi, diferensial filtrasi dan transfer berulang sel. Lain pendekatan telah
melibatkan penggunaan agen yang dinilai relatif tidak berbahaya untuk Cyanobakteri
tetapi beracun untuk kontaminan bakteri. Agen digunakan telah disertakan fenol,
natrium hipoklorit, deterjen, natrium sulfida, UV atau radiasi gamma, suhu tinggi
dan antibiotik. Filter fiber glass dapat berfungsi untuk menggantikan agen pemadat
organik dan imipenem itu, relatif baru, spektrum luas, P-lactam antibiotik yang
menghambat biosintesis bakteri peptidoglikan, lebih efektif daripada beberapa
antibiotik P-laktam lainnya untuk mengurangi jumlah kontaminan bakteri
heterotrofik hadir dengan budaya baru diisolasi dari Cyanobakteri, membantu dalam
produksi budaya axenic.
Kesimpulannya adalah semakin besar kapasitas imipenem untuk mengurangi
angka bakteri kontaminan dan kemampuan untuk Cyanobakteri mentolerir inkubasi
dengan itu dalam gelap muncul untuk membuat imipenem unggul antibiotik 1-laktam
lain yang memiliki telah digunakan dalam upaya untuk menghasilkan budaya axenic
dari Cyanobakteri. Spektrum antibakteri yang sangat luas imipenem memungkinkan
untuk menjadi lebih umum berguna dalam menghilangkan berbagai bakteri
heterotrofik yang berbeda yang mungkin ditemui dalam upaya untuk menghasilkan
axenic Cyanobakteri. Imipenem efektif dalam memproduksi axenic dari morfologi
yang berbeda pada Cyanobakteri yang diisolasi dari berbagai air tawar, laut, dan
lingkungan darat dan selama 5 tahun dapat memproduksi lebih dari 500 axenic dari
Cyanobakteri. Axenic yang diperoleh sekitar 80% dari waktu dengan satu
pengobatan imipenem.

Gambar 16. Struktur Imipenem

BAB III
KESIMPULAN & SARAN
3.1 Kesimpulan
Bakteri merupakan organisme uniselluler, tidak memiliki membrane inti sel atau
prokariotik. Umumnya, bakteri tidak memiliki klorofil dan memiliki ukuran tubuh yang
bervariasi, memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam. Bakteri hidup bebas atau
parasite dan dapat hidup dilingkungan ekstrim, seperti pada mata air panas, kawah atau
gambut dinding selnya tidak mengendung peptidoglikan. Bakteri juga hidup kosmopolit
diberbagai lingkungan dinding selnya mengandung peptidoglikan. Bakteri memiliki sifat
yang menguntungkan dan merugikan.
Organisme prokariotik lain adalah Cyanobakteri dan karena tidak terikat membran
organel sehingga lebih erat kaitannya dengan bakteri daripada alga lain.. Habitatnya
adalah di laut, air tawar dan habitat darat. Cyanophyta merupakan komponen penting
dalam siklus nitrogen dan produsen. Merupakan uniseluler, berserabut, dan bentuk-bentuk
kolonial, dan sebagian besar tertutup dalam sarung mucilaginous baik secara individual
maupun di koloni. Sebagian besar dari biru-hijau planktonik terdiri dari anggota
Chroococcaceae keluarga coccoid (misalnya, Anacystis atau sama dengan Microcystis,
Gomphosphaeria atau sama dengan Coelosphaerium, dan Coccochloris) dan keluarga
berserabut Oscillatoriaceae, Nostocaceae, dan Rivulariaceae (misalnya, Oscillatoria,
Lyngbya, Aphanizomenon [3-6 m], Anabaena).

3.2 Saran
Dalam menanggulangi toksin akibat Cyanobakteri saran yang harus dilakukan adalah
mengurangi gizi build-up (eutrophication) di danau dan waduk, terutama oleh manajemen
yang lebih baik dari sistem pembuangan limbah dan pengendalian pencemaran oleh
pupuk (termasuk pupuk) dari pertanian. Mendidik staf dan kesehatan di sektor air, serta
masyarakat, tentang risiko minum, mandi atau olahraga air di air mungkin mengandung
densities tinggi dari Cyanobakteri. Perawatan air untuk menghapus organisme dan toxins
dari pasokan air minum, jika sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Alberts, B., D. Bray, J. Lewis, M. Raff, K. Roberts and J.D. Watson. 1989. Cell Molecular
Biology Concepts and Experiments. John Wiley and Sons: Inc. (Asia).
Campbell, N. A., J. B. Reece, L.G. Mitchell. 2002. Biologi. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Case,

C.L. & Johnson, T.R. 1984. Laboratory Experiments


Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. California.

in

Microbiology.

Karleskint, G., Turner, R. and Small, J.W. 2013. Introduction to Marine Biology, 4th edition.
Thomson Brooks/Cole, Belmont CA.
Nybakken, J.W. and Bertness, M.D. 2004. Marine Biology an Ecological Approach, 6th
edition. Pearson Benjamin Cummings, San Francisco CA.
Sumich, J.L. and Morrissey, J.F. 2004. Introduction to the Biology of Marine Life, 8th edition.
Jones and Bartlett Publishers, Sudbury MA..

http://www.cabrillo.edu/~ncrane/bio1c/botPDFs/Cyanobakteri.pdf
http://www.ucmp.berkeley.edu/bakteria/cyanolh.html
http://www-cyanosite.bio.purdue.edu/
http://www.dscc.edu/sites/default/files/bwilliams/Handouts/07%20Monera.pdf
http://www.botany.hawaii.edu/bot201/alga/cyanophyta%20lecture%20notes.htm

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai