Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memeberikan segala rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya. Sehingga, kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Analisis Kuantitatif” secara tepat waktu. Meskipun kami menyadari masih banyak terdapat
kesalahan didalamnya. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih Ibu Heny K. ST, MT selaku
pengampu mata kuliah ini dan yang telah memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat dan edukasi
mengenai pengertian analisi kuantitatif, metode pengelompokan dalam analisis kuantitatif.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk kemudian makalah kami ini dapat kami perbaiki dan menjadi lebih baik lagi.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Kami juga
yakin bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan kritik serta saran
dari pembaca, untuk menjadikan makalah ini lebih baik ke depannya.

Semarang, 17 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................4
2.1 Pengertian Analisa Kuntitatif..............................................................................................................4
2.2 Cara Pembagian Metode Analisa Kuantitatif......................................................................................4
BAB III.....................................................................................................................................................14
PENUTUPAN..........................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kimia analitik merupakan analisis cuplikan bahan untuk menegetahui susunan kimia dan
strukturnya. Kimia analitik ini berhubungan dengan teori dan praktek dari metode-metode
yang dipakai untuk menetapkan komposisi bahan. Kimia analitil bisa dibagi menjadi bidang-
bidang yang disebut analisis kualitatid dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif berkaitan
dengan identifikasi zat-zat kimia, mengenai unsur atau senyawa yang ada didalam suatu
sampel. Sedangkan analisis kuantitati berkaitan dengan penetapan jumlah suatu zat tertentu
yang terkandung dalam suatu sampel (Day dan Underwood, 2002).
Kimia analitik merupakan ilmu kimia yang mendasari analisis dan pemisahan sampel.
Analisis dapat bertujuan untuk menentukan jenis komponen apa saja yang terdapat dalam
suatu sampel (kualitatif), dan juga menentukan berapa banyak komponen yang ada dalam
suatu sampel (kuantitatif). Tidak semua unsur atau senyawa yang ada dalam sampel dapat
dianalisis secara langsung, sebagian besar memerlukan proses pemisahan terlebih dulu dari
unsur yang mengganggu. Karena itu cara-cara atau prosedur pemisahan merupakan hal
penting juga yang dipelajari dalam bidang ini.
Dibandingkan dengan cabang ilmu kimia lainnya seperti kimia anorganik, organik, fisik
dan biokimia, maka kimia analitik mempunyai penerapan yang lebih luas. Kimia analitik
tidak saja dipakai di cabang ilmu kimia lainnya, tapi juga dipakai luas dalam cabang ilmu
pengetahuan lain seperti ilmu lingkungan, kedokteran, pertanian, kelautan dan sebagainya.
Demikian juga di bidang industri, profesi, kesehatan dan bidang lainnya kimia analitik
memberikan peranan yang tidak sedikit.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian analisa kuantitatif?
2. Bagaimana cara pembagian metode analisa kuantitatif?
3. Bagaimana tahapan analisa kuantitatif?
4. Bagaimana teknik pemisahan kuantitatif?
5. Bagaimana perbedaan analisa kualitatif dan kuantitatif?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian analisa kuantitatif.
2. Mengetahui cara pembagian metode analisa kuantitatif.
3. Mengetahui tahapan analisa kuantitatif.
4. Mengetahui teknik pemisahan kuantitatif.
5. Mengetahui perbedaan analisa kualitatif dan kuantitatif.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Analisa Kuntitatif


Analisa Kuntitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berdasarkan pada
filsafat positivistik, digunkan untuk meneliti pada polulasi atau sampel tertentu. Teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisa data bersifat kuantitatif/statistic dengan tujuan
untuk menguji hipotesisi yang telah ditetapkan (Sugiyono,2017).
Metode kuantitatif sering juga disebut metode tradisional, positivistic, ilmiah/scientific
dan metode discovery. Metode kuantitatif sering juga disebut metode tradisional, karena
metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk
penelitian.Metode ini disebut sebagai metode positivistic karena berlandaskan pada filsafat
positivism. Metode ini disebut sebagai metode ilmiah karena metode ini telah memenuhi
kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit, empiris, objektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode
ini juga disebut metode discovey karena dengan metode ini dapat ditemukan dan
dikembangkan berbagai iptek baru.

2.2 Cara Pembagian Metode Analisa Kuantitatif


Cara analisis kuantitatif dibedakan menjadi dua, yaitu cara klasik dan cara modern atau
instrumental. Cara klasik ialah cara yang telah lama dikenal sejak perkembangan ilmu kimia,
sedangkana cara modern berkembang setelah adanya cara klasik (W. Harjadi: 1986).
Sudah dibicarakan bahwa sebenarnya pembagian tersebut kurang tepat, seperti halnya
penggunaan kata “instrumen” untuk nama lain dari cara modern yang menggambarkan
bahwa dalam cara tersebut digunakan alat (intrumen) sehingga menimbulkan kesan seolah-
olah cara klasik tidak menggunkan alat. Padahal setiap analisa pasti menggunakan alat, tetapi
karena sudah lazim penggunaan cara diatas, kita juga dapat menggunakan pembagian itu (W.
Harjadi: 1986).
Ada yang membedakan cara klasik dan cara instrumental atas dasar lain, yaitu cara klasik
ialah cara-cara yang didasarkan pada penggunaan reaksi-reaksi kimia dan disebut cara-cara
stoikiometri, sedang cara instrumental didasarkan pada pengukuran besaran fisik untuk
menentukan jumlah zat atau komponen yang dicari dan disebut cara-cara non-stoikiometrik.
Atau secara lain dikatakan, bahwa metode klasik didasrkan pada interaksi materi dengan
materi, sedangkan metode instrumental didasarkan pada interaksi energi dengan materi.
A. Pembagian Metode Klasik
1. Gravimetri
Disini analat direaksikan, dan hasil reaksi ditimbang untuk menentukan jumlah
zat/komponen yang dicari itu. Sebagai contoh dapat disebut misalnya penentuan Ag
dalam suatu bahan. Bahan itu direaksikan sehingga terbentuk endapan garam perak
dan endapan itu setelah dimurnikan lalu ditimbang. Misalkan bentuk yang ditimbang
itu ialah AgCl, maka dari hasil timbang itu dapat dihitung banyaknya Ag dalam
batuan.
Tidak semua cara gravimetric didasarkan pada pembentukan endapan, ada juga yang
didasarkan pada pengusiran suatu komponen sebagai gas, lalu hasil reaksi itu
ditimbang. Misalnya, penentuan karbonat dapat dilakukan dengan penambahan asam,
sehingga karbonat terurai menjadi gas CO2 Lalu gas CO2 ini ditangkap dan ditimbang.
Atau penentuan kadar air, bahan yang ditentukan kadar airnya dipanaskan atau
divakumkan, berat air dianggap sama dengan selisih berat sebelum dan sesudah
pengeringan itu.
2. Volumetri
Disini analat direaksikam dan jumlahnya dihitung dari volume larutan pereaksi atau
volume suatu hasil reaksi. Dalam volumetri dibedakan menjadi:
a. Gasometri, yaitu analat direaksikan sehingga terbentuk suatu gas atau terpakai
pereaksi berbentuk gas. Jumlah zat/komponen yang dicari dihitung dari volume
gas terdebut. Contoh gasometri ialah penentuan karbonat seperti contoh di atas,
dimana CO2 yang terjadi ditangkap dan diukur volumenya. Contoh lain ialah
penentuan nitrat, yaitu dengan mereduksinya dengan Hg dalam ruangan tertutup,
lalu mengukur volume NO yang dihasilkan berdasarkan reaksi:
2HNO3 + 3H2SO4 + 6Hg 2NO + 3Hg2SO4 + 4H2O
b. Titrimetri, yait analat direaksikan dengan suatu pereaksi sedemikian rupa,
sehingga jumlah zat-zat yang direaksikan itu tepat saling menghabiskan, sehingga
tidak ada yang sisa. Untuk mudahnya kita ambil contoh penentuan jumlah asam
dalam larutan cuka. Sejumlah larutan asam ini direaksikan dengan NaOH. NaOH
ditambahkan sebagai larutan sedikit-dikit sampai terlihat tanda bahwa asam tepat
habis. Pada saat itu penambahan NaOH dihentikan dan volume larutan yang
digunkan diukur (larutan ditambahkan dengan menggunakan buret). Disamping
itu, konsentrasi larutan NaOH sudah diketahui, jadi jumlah NaOH yang terpakai,
dan selanjutnya jumlah asam yang dicari dapat dihitung.
Untuk penambahan larutan secara sedikit-dikit digunakan buret, yaitu suatu tabung
gelas yang diberi tanda tera untuk volume dan cerat untuk mengatur cairan yang
dikeluarkan agar dapat mengalir cepat atau menetes lambat sesuai dengan kebutuhan.
Dengan mencatat letak miniskus larutan dalam buret sebelum titrasi dan setelah
pelaksanaannya dapat diketahui volume yang terpakai. Agar teliti, maka diameter
tabung harus benar-benar merata sepanjang buret, disamping itu, bagian dalam buret
harus harus bersih dari kotoran bersifat lemak atau minyak sehingga cairan dapat
membasahi dinding dalam secara merata. Bila tidak, maka ada cairan yang tertinggal
sebagai tetes yang menempel setelah miniskus turun. Volume tetes-tetes tersebut tak
mungkin diketahui sehingga volume yang terpakai sebenarnya juga tidak mungkin
diketahui dengan pasti. Lihat gambar 7.1

Suatu cara titrasi yang jauh lebih teliti dari cara di atas
ialah yang disebut titrasi gravimetric. Burret disini bukan untuk mengukur volume
larutan yang ditambahkan tetapi jumlah larutan yang terpakai diperoleh dengan
menimbang buret sebelum dan sesudah titrasi, sehingga diketahui berat larutan yang
terpakai. Buret demikian dinamakan buret timbang. Gambar 7.2 menunjukkan dua
buah buret timbang. Buret ialah benda yang terbuat dari gelas diberi tanda skala
secara kasar (La Mer, Friedman). Lebih praktis buret yang kedua yang terbuat dari
plastik, pemakaiannya dengan menekan tubuh botol sehingga cairan menyemprot ke
luar.
Keuntungan titrasi gravimetri dibandingkan dengan titrasi volumetri ialah:
a. Ketelitian lebih tinggi karena mudah menimbang sampai berat 0.1 mg yang setar
dengan volume 0.0001 ml, sedang dengan buret volumetri biasa, ketelitian hanya
sampai 0.01 ml;
b. tidak dapat terjadi kesalahan karena pengaliran seperti pada buret volumetric yang
kurang bersih;
c. perubahan temperature yang mempengaruhi penimbangan, tetapi berpengaruh
pada pengukuran volume karena pemuaian cairan dan gelas tidak sama;
d. untuk titrasi rutin, penggunaan buret timbang plastic sangat menguntungkan
karena jauh lebih murah, lebih mudah dibawa kemana-mana, tidak gampang
pecah, dan sebagainya.
Sebaliknya harus diingat, bahwa untuk pengukuran yang sangat teliti harus
diperhitungkan tekanan udara dan dikoreksi.
B. Metoda Instrumental
Dalam cara instrumental disebutkan interaksi materi-energi. Energi ada bermacam-macam,
anatar lain : cahaya, listrik, panas; maka cara-cara instrumental juga bermacam-macam
menurut macam energi yang digunakan , dan dalam penggunaan energy tertentu, masih
banyak lagi kemungkinan metoda analisanya. Beberapa contoh di bawah menunjukkan
keragaman itu.
1. Analisa Berdasarkan Penggunaan Energi Sinar
Dibedakan cara-caranya berdasar absopsi cahaya dan berdasar emisi sinar.
a. Kalorimetri dan Spektrofotometri Absorpsi
Cara-cara ini didasarkan pada pengukuran fraksi cahaya yang diserap analat.
Prinsipnya: seberkas sinar dilewatkan pada analat, setelah melewati analat intensitas
cahaya berkurang sebanding dengan banyaknya molekul analat yang menyerap
cahaya itu. Intensitas cahaya sebelum dan sesudah melewati bahan diukur dan dari
situ dapat ditentukan jumlah bahan yang bersangkutan.
Dalam spektrofotometri, sinar yang digunakan merupakan suatu berkas yang
panjang gelombangnya tidak berbeda banyak satu dari yang lain (mendekati
monokromatis), sedang dalam kolometri perbedaan panjang gelombang dapat cukup
besar (lebih polikromatis).
Kolorimetri berarti pengukuran warna yang berarti bahwa dalam kolorimetri sinar
yang digunkan ialah sinar di daerah tampak (visible spectrum). Sebaliknya,
spektrofotometri tidak terbatas pada penggunaan sinar di darah tampak, tetapi dapat
juga sinar UV dan sinar IM. Maka timbul istilah-istilah spektrofotometri UV,
spektrofotometri tampak, dan spektrofotometri IM.
Dalam hubungan ini dapat disebut juga Spektrofotometri Absorpsi Atomik
(AAS), yang terutama berguna untuk penentuan unsur-unsur logam Dalam hal ini
sinar dilewatkan pada analat yang diatomkan dengan jalan menguapkan larutan dalam
api dengan temperatur tinggi, dan selanjutnya panas api itu menguraikan ikatan kimia
unsur yang bersangkutan, sehingga atom-atomnya terbentuk.
b. Cara-cara Fluoresensi dan Emisi
Disini berlaku kebalikan dari cara-cara di atas, yaitu bukan penyerapan sinar,
tetapi yang diukur pancaran sinar dan analat. Intensita pancaran sebanding sengan
jumlah analat. Kita kenal antara lain:
1) Fotometri nyala (Flame Photometry), dimana larutan analat dipanaskan
dipanaskan dalam api, sehingga atom-atomnya tereksitasi dan memancarkan
sinar. Intensitas pancaran ini langsung diukur. Cara ini terutama berguna untuk
unsur-unsur logam.
2) Spektrografi, dimana analat dieksitasi dengan energy yang jauh lebih besar
daripada nyala. Pancaran ini diuraikan oleh monokromator, kemudian direkam
pada film, intensitas (kehitaman) garis-garis sebanding dengan jumlah unsur yang
bersangkutan. Energi eksitasi di sini ialah listrik.
Dalam cara flurosensi, analat dieksitasi oleh sinar. Analat disinari sehingga sinar
diserap dan mengeksitasi atom-atom atau molekul analat. Energi yang diserap itu
kemudian dipancarkan kembali dalam bentuk sinar. Pada umunya sinar dipancarkan
dengan panjang gelombang yang lebih besar daripada sinar yang diserap Dalam
Spektroskopi Fluoresensi Sinar-X (X-Ray Flourescence Spectroscopy) analat disinari
dengan sinar X atau sinar katoda, maka timbul pancaran yang bersifat sinar-X. Cara
ini merupakan analisa unsur, bukan persenyawaan. Dalam flouresensi molekul, analat
disinari dengan sinar UV (350 mµ atau sedikit lebih pendek), maka molekul-molekul
analat memancarkan kembali sinar, yang sebagian terdapat dalam daerah tampak.
Di samping itu, ada pula analisa berdasar penyinaran yang mengakibatkan analat
memancarkan electron, cara ini disebut Spektroskopi Fotoelektron (Photo-electro
Spectroscopy).
Dalam cara aktivasi radioaktif, analat disinari dengan sinar radioaktif. Misalnya
dalam Analisa Aktivasi Neuron (Neutron Activation Analysis), analat disinari
dengan/dan menyerap neutron dan berubah menjadi radioaktif, sehingga terrurau
dengan memancarkan sinar γ . Intensitas pancaran γ menunjukkan banyaknya unsur
yang menjadi radioaktif itu.

2. Analisa Berdasar Penggunaan Energi Bukan Sinar


Analisa berdasar penggunaan energy lain banyak sekali macam ragamnya. Tidak perlu
dibicarakan di sini sekarang. Cukup kiranya untuk dimengerti, bahwa banyak sekali
analisa yang dapat digunakan. Semua analisa mempunyai ciri-ciri sendiri yang cocok
untuk bahan-bahan tertentu atau keadaan tertentu. Tidak ad acara yang dapat diterapkan
begitu saja pada segala persoalan analisa.

2.3 Tahapan Analisa Kuantitatif


Cara-cara tersebut di atas pada dasarnya ialah pengukuran jumlah zat. Sebenarnya
pengukuran jumlah zat hanyalah merupakan satu bagian dari analisa, sehingga untuk tahap
pengertian lebih baik dari keseluruhan analisa dan cara-cara modern, harus disinggung tahap-
tahap selengkapanya yang meliputi:
a. Pengambilan contoh (sampling): tahap ini penting sekali, karena contoh yang keliru tidak
akan menggambarkan bahan yang sesungguhnya, sehingga hasil analisa juga tidak
banyak artinya.
b. Macam-macam pengerjaan contoh: misalnya mengeringkan, menumbuk halus,
melarutkan, mengatur pH, mengoksidasi atau mereduksi, dan sebagainya.
c. Pemisahanan bahan-bahan penggaggu atau isolasi komponen yang dianalisa, kadang-
kadang komponen yang dianalisa perlu dipisahkan dahulu dari sebagian atau semua
komponen lain, karena mungkin komponen-komponen lain itu akan bereaksi serupa
sehingga yang terukur tidak hanya jumlah komponen yang dianalisa saja. Tahap isolasi
atau pemisahan ini sering kali merupakan bagianyang paling sulit dalam analisa. Tahap
ini tidak diperlukan, kalu pengukuran jumlah komponen menggunakan cara yang
spesifik.
Ketiga tahap diatas itulah yang menyebabkananalisa komponen yang sama tetapi berasal
dari bahan berbeda, menjadi sangat berbeda pula. Misalnay menentukan kadar Fe dalam
hemoglobin, daun, tanah, air laut, air sungai tidak akan sama caranya, karena “matriks”,
yaitu lingkungan Fe dalam bahan-bahan tersebut, berbeda-beda: kation dan anion yang
menyertainya berbeda-beda. Misalnya dalam hemoglobin, besi terikat dalam
persenyawaan organic, dalam air laut atau air sungai kemungkinan besar terikat sebagai
persenyawaan anorganik dan lain sebagainya.
d. Pegukuran jumlah komponen: inilah sebenarnya yang merupakan analisa kuantitatif yang
akan kita bicarakan selanjutnya, yang di atas kita beda-bedakan menjadi cara klasik dan
instrumental itu.
e. Perhitungan dan penafsiran hasil (W. Harjadi: 1986)
Sedangkan sumber lain mengatakan tahap-tahap analisi kuantitatif yaitu:
1. Sampling
 Pengambilan sampel yang dapat mewakili materi keseluruhan yang sebenarnya.
 Diubah menjadi sampel laboratorium yang lebih kecil baik bentuk maupun
jumlahnya

2. Pengubahan sampel ke dalam bentuk yang sesuai dengan pengukuran


a. Pengeringan sampel
 Dilakukan untuk sampel dalam wujud padat.
 Dilakukan untuk menghilangkan kadar air yang ada dalam sampel
Metode pengukuran kadar air:
1) Pengeringan menggunakan oven (Thermogrsvimetri)Apa
Berat air yang diuapkan (Wa)=
 Berat sebelum pengeringan (Wz+Wo) – berat setelah pengeringan
(Wz=Wo)
Kadar air (g/g)=
 Berat air yang diupkan dibagi berat sampel sebelum pengeringan dikali
100%
Wa
 x 100%
Wz+Wo−Wo
Kesalahan yang biasa sering terjadi :
 Apabila suhu oven lebih kecil dari yang seharusnya 105-110°C, tidak
semua air akan teruap (kadar air kecil)
 Apabila suhu oven lebih besar dari yang seharusnya 105-110 ° C, tidak
hanya air yang teruap tetapi juga kandungan sampel yang mudah
menguap seperti alohol juga ikut menguap (kadar air besar)
 Tidak terkalibrasinya neraca analitik dan oven.
2) Destilasi (Thermovolumteri)
 Uap yang dihasilkan dari pendinginan destilasi akan mencair kembali dan
hitung berapa volumenya untuk menghitung kadar air.
 Sekitar 1 jam tidak ada penambahan volume lagi.
 Kadar air (V/g):
 Volume air yang dihasilkan dibagi dengan berat sampel awal dikali 100%
Va
100%
( Wz+Wo )−Wo
 Syarat zat kimianya harus lebih tinggi titih didihnya dari pada air, tidak
bercampur dengan air,, berat jebis lebih rendah dari air. Contoh : toluene,
benzene, xylene, tertaklorethilen, xylol.
 Kelebihan destilasi daripada pengeringan dengan menggunkan oven:
 Dapat digunkan untuk sampel dengan kadar air sangat kecil
 Waktu pengerjaan relative singkat
 Hasil analisa lebih akurat
 Terhindarnya teroksidasi senyawa lemak dan dekomposisi gula
(karamelisasi)
b. Penimbangan atau pengukuran volume sampel
Dalam analisis kuantitatif sampel yang dianalisis harus diketahui secara uantitatif
berat atau volumenya sebelum dilakukan pegukuran.
c. Pelarutan sampel
Dalam pelarutan sampel harus dipilih pelarut yang dapat melarutkan sampel
secara sempurna. Pelarut yang biasa digunakan dikelompokkan menjadi air
pelarut organic, pelarut asam (asam encer, asam kuat, asam campuran) serta
peleburan.
d. Pemisahan senyawa pengganggu
Terjadi jika senyawa yanga ada dalam campuran memiliki sifat fisika atau sifat
kimia yang berbeda. Maka unsur atau senyawa pengganggu harus dipisahkan dari
sampel yang dianalisis.
3. Pengukuran
4. Penghitungan dan interpretasi data.

2.4 Teknik Pemisahan Kuntitatif


Dalam pemisahan kuantitatif dibagi menjadi tujuh teknik, yaitu:
1. Pengayakan
Teknik ini digunakan untuk sampel heterogen khususnya pada campuran dalam fasa
padat yang didasari pada perbedaan ukuran partikel. Pemisahan ini menggunakan ayakan
yang memiliki pori atau lubang tertentu yang dinyatakan dalam satuan mesh. Contoh
pemisahan ini yaitu memisahkan pasair dari batu kerikil.
2. Flotasi (Pengapungan)
Pemisahan ini digunakan untuk sampel dalam fasa padat yang didasari pada sifat
permukaan dari senyawa atau partikel. Sistem kerjanya senyawa atau partikel yang suka
air akan tetap berada ada fasa air sedangkan untuk senyawa atau partikel yang tidak suka
air akan menempel pada gelembung udara dan akan naik ke permukaan sehingga dapat
dipisahkan.
3. Filtrasi
Pemisahan ini digunakan untuk campuran heterogen yang mengandung cairan dan
partikel-partikel padat dengan menggunakan media filter yang hanya akan meloloskan
cairan dan menahan partikel-partikel padat. Dimana filtasi dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Gravitasi
Dengan menggunakan kertas saring yang dimasukkan ke dalam corong pisah.
Digunakan untuk pemisahan yang jumlah partikel cairnya lebih banyak daripada
padatannya. Untuk zat padatnya dinamakan residen dan untuk zat cairnya dinamakan
filtrat.
b. Tekanan
Teknik ini dilakukan dengan menggunakan pompa vacum untuk memisahkan jumlah
partikel padat yang lebih banyak daripada cairannya.
4. Sentrifugasi
Pengendapan adalah proses membentuk endapan yaitu padatan yang dinyatana tidak larut
dalam air walaupun endapan tersebut sebenarnya mempunyai kelarutan sekecil apapun.
Untuk mempercepat proses pengendapan dengan menggunakan gaya sentrifugasi (objek
diputas secara horizontal pada jarak tertentu sehingga partikel-partikel menuju dinding
tabung dan terakumulasi membentuk endapan).
5. Kristalisasi
Teknik ini didasari atas pelepasan pelarut dari zat terlarutnya dalam sebuah campuran
homogen atau larutan sehingga terbentuk kristal dari zat terlarunya. Teknik pemisahan ini
sangat penting dalam industry, karena dapat menghasilkan kemurnian hingga 100%.
Contoh penggunaann teknik ini dalam industry yaitu:
a. Industri garam dapur
b. Industri kaca
c. Industri gula pasir
d. Industri makanan (produk bubuk kopi instan tanpa ampas, sehingga kristal kafein dan
gula dapat larut dengan cepat di air panas)
Proses kristalisasi dapat dilakukan dengan cara:
a. Penguapan (Evaporasi)
b. Pendingi larutan
c. Penambhan antisolvent (pelarut yang tidak melarutkan zat terlarut)
d. Reaksi kimia
e. Perubahan pH sehingga zat terlarut lebih cenderung membentuk kristal daripada
larutan
6. Destilasi
Didasarkan pada perbedaan titik didih atau volatilitas (kecenderungan suatu senyawa
untuk perubahan wujud dari cairan menjadi uap atau gas) dari masing-masing zat
penyusun dari campuran homogen. Apabila volatilitas tinggi maka mudah menguap atau
mendidih sedangkan apabila titik didih tinggi maka susah menguap atau mendidih.
Proses destilasi yaitu:
a. Diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik didih lebih rendah atau
volatilitas tinggi akan menguap terlebih dahulu.
b. Uap tersebut bergerak menuju condenser yaitu pendingin, proses pendinginan terjadi
karena air mengalir ke dalam dinding (bagian luar condenser) sehingga uap yang
dihasilkan akan kembali cair.
c. Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya dapat memisahkan semua senyawa-
senyawa ada dalam campuran homogen tersebut.
Destilasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Destilasi sederhana
Teknik ini digunakan untuk membuat alcohol dima alcohol sendiri dihasilkan melalui
prose fermentasi dari sisa nira (tebu) yag tidak dapat diproses menjadi gula pasir.
Hasil fermentasi adalah alkohol yang masih bercampur secara homogen dengan air.
Atas dasar perbedaan titik didih air(100°C) dan titik didih alkohol (70°C) sehingga
yanga akan menguap terlebih dahulu adalah alkohol. Uap tersebut akan melalui
pendingin dan akan kembali cair.

b. Destilasi bertingkat
Proses pemisahan yang lebih komples terjadi pada minyak bumi. Dalam minyak bumi
banyak terdapat campuran. Atas dasar perbedaan titik didih atau sifat volalitasnya
maka dapat dipisahkan produk-produk dari minyak bumi. Proses ini dikenal dengan
destilasi fraksi, dimana terjadi pemisahan fraksi-fraksi dari bahan bakar.
7. Ekstraksi
Pemisahan zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terdapat pelarut-pelarut tertentu (dua
cairan tidak saling larut seperti air dengan pelarut organik). Contohnya ekstaksi iod yang
ditambahkan pelarut air dan kloroform.

2.5 Perbedaan Antara Analisa Kualitatif dan Analisa Kuantitatif


Dalam beberapa hal kedua cabang analisa kimia mempunyai persamaan tetapi di pihak lain
juga terdapat perbedaan. Persamaan antara lain:
a. Tahap-tahap analisanya sama, hanya berbeda dalam tahap pengukuran yang dalam
analisa kualitatif menjadi tahap identifikasi.
b. Kedua-duanya mengukur suatu sifat tertentu.
c. Kedua-duanya memerlukan ketelitian kerja, kemurnian bahan-bahan, dan kebersihan alat-
alat.
Hal-hal yang khas untuk analisa kuantitatif ialah tuntutan yang menjamin, agar hasil kerja
kuantitatif pula. Reaksi-reaksi yang cocok untuk analisa kualitatif kadang-kadang tidak
cocok untuk analisa kuantitatif. Sifat-sifat tambahan yang pada umumnya perlu dipenuhi
oleh reaksinya ialah:
a. Sempurna, yaitu berlangsung sehingga boleh dikatakan zat yang direaksikan habis.
Secara kesetimbangan ini berarti, bahwa letak kesetimbangan mengarah jauh ke kanan,
(karena konstan kesetimbanagn yang besar, atau digeser ke kanan karena ada kelebihan
pereaksi)
b. Reaksinya tunggal, artinya hanya membentuk satu macam hasil dengan komponenn yang
dianalisa.
c. Harus ada hubungan yang reprodusibel anatara jumlah yang diukur dan sifat yang diukur.
Ketiga syarat tambahan ini sangat mengurangi macam reaksi yang dapat digunakan untuk
analisa kuantitatif.
Di samping syarat-syarat untuk reaksi, kerja kuantitatif juga menambah syarat-syarat dalam
teknik kerja. Seperti dalam analisa kualitatif, harus dihindarkan kombinasi bahan-bahan dan
pengotoran alat-alat, disamping itu dalam analisa pengukuran yang tepat, baik analat maupun
pereaksi-pereaksi tertentu. Misalnya penimbangan analat, pemipetan, pengukuran,
pembacaan buret, dan lain sebagainya harus seteliti mungkin, tidak boleh menjadi kurang,
tetapi juga tidak boleh menjadi terlalu bnayak. Alat-alat pengukuran harus diperlukan dengan
hati-hati agar jangan berubah kapasitasnya, misalnya anak timbangan tidak boleh dipegang
dengn tangan (sebab dapat menjadi kotor dan bertambah berat), benda yang harus ditimbang
tidak harus dihindarkan dari pemanasan karena mungkin mengubah bentuknya dan karena itu
juga mengubah volumenya.
Dalam pembacaan skala atau tanda tera, harus dihindarkan paralaks, sewaktu memegang
pipet dan labu takar harus dihindarkan bagian yang besar untuk mengurangi pengaruh
pemuaian, untuk penimbangan yang teliti maka tekanan udara, gaya tekan ke atas,
kelembaban udara dan sebagainya harus diperhitungkan. Bila memindahkan larutan atau
endapan perlu diusahakan agar seluruh bahan yang diperlukan juga terpindahkan. Boleh
dikatakan bahwa dalam analisa kualitatif cukup kalau tidak terjadi pengotoran, dan tidak
terlalu menjadi soal apakah pereaksi-pereaksi agak sedikit atau agak terlalu banyak, dalam
analisa kuantitatif menghindarkan pengotoran saja belum cukup, tetapi juga harus
diperhatikan pengambilan bahan yang jumlahnya harus tepat. Kecuali itu pada setiap tahap
berikutnya juga tidak boleh terjadi kehilangan bahan (misalnya tumpah atau pemindahan ke
wadah lain secara tidak sempurna).

BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Dari paparan makalah diatas maka ada beberapa hal yang dapat ijadikan kesimpulan, yaitu:
a. Analisa kuantitatif adalah metode analisa yang dilakukan dengan mengumpulkan data
dari pengukuran suatu sampel .
b. Metode analisa kunatitatif ada dua, yaitu:
1. Metode klasik, metode ini terbagi lagi menjadi dua yaitu gravimetri dan volumetri.
Dimana volumetri sendiri dibedakan menjadi dua lagi yaitu gasometri dan titrimetri
2. Metode instrumental, metode ini didasarkan pada perbedaan penggunaan sinar dan
energi bukan sinar. Dimana analisa berdasarkan energy sinar dibedakan caranya
berdasarkan absorpsi cahaya dan berdasarkan emisi sinar.
c. Tahapan analisa kuantitatif yaitu sampling, lalu pengubahan sampel ke dalam bentuk
yang sesuai dengan pengukuran, setelah itu dilakukan pengukuran, dan tahap akhirnya
yaitu penghitungan dan interpretasi data.
d. Teknik pemisahan kuantitatif terbagi menjadi tujuh, yaitu pengayakan, flotasi
(pengapungan), filtrasi, sentrifugasi, kristalisai, destilasi, dan ekstraksi.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai