Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISA KUALITATIF DAN KUANTITATIF

Disusun Oleh:
Nama : Rahmat Ramli romon
Stambuk : 09320230119
Kelas/Kelompok : C4/ 4 (Empat)
Asisten

(NUR FARHANA S.T)

LABORATORIUM KIMIA DASAR


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ada dua aspek penting dalam analisis kualitatif, yaitu pemisahan dan
idenitifikasi. Kedua aspek ini dilandasi oleh kelarutan, kesamaan
pembentukan senyawa kompleks, oksidasi reduksi, sifat peguapan dan
ekstraksi. Sifat-sifat ini sebagai sifat periodik menunjukkan kecenderungan
dalam kelarutan klorida, sulfida, hidroksida, karbonat sulfat, garam-garam
lainnya dari logam. Walaupun analisis kualitatif sudah banyak ditinggalkan,
namun analisis kualitatif ini merupakan aplikasi prinsip-prinsip umum dan
konsep dasar yang telah dipelajari dalam kimia dasar (Sari dan Fajar 2019).
Setelah melakukan analisis kualitatif, diketahui komponen apa atau
pengotor apa yang ada dalam sample tertentu, seringkali diperlukan
informasi tambahan mengenai berapa banyak masing-masing komponen
atau pegotor tersebut. Tujuan utama analisis kuantitatif adalah untuk
mengetahui kuatitas dari setiap komponen yang menyusun analit. Anlisis
kuantitif menghasilkan data numerik yang memilki satuan tertentu. Data
hasil analisis kuantitatif umumnya dinyatakan dala sutuan volume, satuan
berat maupun satuan konsentrasi dengan menggunakan metode analisis
tertentu. Metode analisis ini melibatkan proses kimia berupa gravimetrik dan
volumetrik sedangkan proses fisika proses fisika menggunakan prinsip
interaksi materi dan energi pada proses pengukurannya. Metode umumnya
menggunakan peralatan modern seperti polarimetri,
Analisis kimia kuantitatif yang klasik menyangkut analisis gravimetrik
dan titrimetri. Dalam analisis gravimetri, zat yang akan ditentukan diubah
menjadi bentuk endapan yang sukar larut, selanjutnya dipisahkan dan
ditimbang. Sedangkan anlisis titrimetri yang serig disebut analisis
volumetrik, zat yang akan ditentukan dibiarkan bereaksi degan suatu
pereaksi yang diketahui sebagai larutan standar (baku), kemudian volume
larutan tersebut dapat bereaksi secara sempurna (Handayuni,Dkk 2023).
1.2 Tujuan Percobaan
A. Menentukan adanya kation dan anion dalam suatu sampel
B. Untuk mengetahui kadar asam asetat dalam cuka yang beredar dipasaran
dengan metode volumetrik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kimia Analitik


Kimia analitik merupakan cabang dari ilmu kimia yang mempelajari
teori dan cara-cara melakukan analisis kimia terhadap suatu bahan atau zat
kimia. Pada dasarnya konsep analisis kimia dapat dibagi menjadi 2 bagian:
A.) Analisis Kualitatif yaitu analisis kimia yang berhubungan dengan
identifikasi suatu zat atau bahan yang tidak diketahui.
B.) Analisis Kuantitatif yaitu analisis kimia yang menyangkut penentuan
jumlah zat tertentu yang ada dalam suatu sampel (contoh).
Ada 2 aspek penting dalam analisis kimia cara kualitatif, yaitu pemisahan
dan identifikasi. Kedua aspek ini dilandasi oleh kelarutan, keasaman,
pembentukan senyawa kompleks, oksidasi reduksi, sifat penguapan dan
ekstraksi. Sifat-sifat ini merupakan sifat periodik yang menunjukkan
kecenderungan dalam kelarutan klorida, sulfida, hidroksida, karbonat sulfat
dan garam-garam lainnya dari logam. Oleh karena data kualitatif yang
dihasilkan adalah terbentuknya endapan, warna, gas, maupun data non
numerik lainnya. Umumnya dari analisis kualitatif hanya dapat diperoleh
indikasi kasar dari komponen suatu analit (Astin Lukum 2022).
Pada dasarnya, sebelum suatu bahan dianalisis secara kuantitatif, perlu
dilakukan terlebih dahulu analisis kualitatif terutama bila sampel yang akan
diperiksa sama sekali belum diketahui sebelumnya. Setelah melakukan
analisis kualitatif maka diketahui komponen apa atau pengotor apa dalam
sampel tertentu, hal ini seringkali diperlukan informasi tambahan mengenai
berapa banyaknya masing-masing komponen atau pengotor tersebut. Tujuan
utama analisis kuantitatif adalah untuk mengetahui kuantitas dari setiap
komponen yang menyusun analit. Analisis kuantitif menghasilkan data
numerik yang memiliki satuan tertentu. Data hasil analisis kuantitatif
umumnya dinyatakan dalam satuan volume, satuan berat maupun satuan
konsentrasi dengan menggunakan metode analisis tertentu. Metode analisis
ini melibatkan proses kimia berupa gravimetri dan volumetri sedangkan
proses fisika proses fisika menggunakan prinsip interaksi materi dan energi
pada proses pengukurannya. Metode ini umumnya menggunakan peralatan
moderen seperti polarimeter, spektrofotometer, sehingga sering dikenal
sebagai analisis instrumen.
2.2 Paradigma Kuantitatif dan Kualitatif
Secara tradisional, menurut Brannen (dalam Kasiram, 2010: 202),
terdapat jarak antara penelitian kualitatif dan kuantitatif, di mana masing-
masing memiliki paradigma yang berbeda. Perbedaan antara kedua
paradigma itu, terkait dengan tingkat pembentukan pengetahuan dan proses
penelitian; tingkat epistemologi, tingkat teori, tingkat metode-metode dan
teknik-teknik. Tetapi perbedaan tersebut lazimnya diterapkan pada tingkat
metode (proses pengumpulan data) dan bentuk pencatatan data serta analisis
data. Suatu ketika sangat mungkin, seorang peneliti kuantitatif tidak puas
dengan hasil analisis statistik. Misalnya, data yang di kumpulkan dengan
kuesioner lalu dianalisis dengan analisis statistik, dalam rangka untuk
menemukan hubungan antara dua variabel atau lebih. Ternyata hasilnya
tidak memuaskan, karma tidak ada hubungan. Peneliti bisa saja meragukan
hasilnya, karena hipotesisnya tidak teruji. Untuk itu ia lalu mengadakan
wawancara mendalam untuk melengkapi penelitiannya. Dengan kata lain,
peneliti kuantitatif tersebut juga menggunakan penelitian kualitatif secara
bersama-sama, namun dengan pendekatan kuantitatif Sebagai jenis
penelitian utama. Di waktu yang lain, peneliti kualitatif dimungkinkan juga
menggunakan data kuantitatif, namun yang terjadi pada umumnya tidak
menggunakan analisis kuantitatif bersama-sama dengan analisis
kualitatifnya (Mundir 2019).
Jadi, dapat dikatakan, bahwa kedua pendekatan tersebut dapat digunakan
bersama, apabila desainnya adalah memanfaatkan satu paradigma,
sedangkan paradigma lainya hanya sebagai pelengkap. Dalam banyak hal,
kedua bentuk data tersebut memang diperlukan, namun bukan berarti
kuantitatif menguji kualitatif, atau sebaliknya, melainkan kedua bentuk
tersebut digunakan bersama dan apabila dibandingkan, masing-masing dapat
digunakan untuk keperluan menyusun teori. Perbedaan antara kedua
paradigma itu, terkait dengan tingkat pembentukan pengetahuan dan proses
penelitin (Kasiram, 2010: 204). Penggabungan dua metode yang berbeda
dalam sebuah rangkaian penelitian, memunculkan persoalan jarak antara
paradigma-paradigma pada tingkat epistemologi dan teori. Sebagian besar
uraian metodologi tampaknya sepakat, bahwa sepanjang dua paradigma
yang berbeda dianggap ada, perbedaan yang terpenting adalah cara masing-
masing dalam memperlakukan data.
2.3 Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif berbeda dengan penelitian kualitatif. Penelitian
kuantitatif menghasilkan informasi yang lebih terukur. Hal ini karena ada
data yang dijadikan landasan untuk menghasilkan informasi yang lebih
terukur. Penelititan kuantitatif tidak mempermasalahkan hubungan antara
peneliti dengan subyek penelitian karena hasil penelitian lebih banyak
tergantung dengan instrumen yang digunakan dan terukur variabel yang
digunakan, dari pada intim dan keterlibatan emosi antara peneliti dengan
subyek yang diteliti. Borg dan Gall (1989) mengidentifikasi bahwa
penelitian kuantitatif terdiri dari penelitian eksploratif dan penelitian sebab
akibat (causal). Penelitian eksplioratif lebih menekankan kepada upaya
menggabarkan situasi.
Kerlinger (1986) membedakan penelitian kuantitatif menjeadi penelitian
eksperimen dan penelitian non-eksperimen. Dwengan menggunakan
kerangka yang digunakan 255256 oleh Borg dan Gall, nampaknya Kerlinger
tidak mempertimbangkan penelitian eksploratif sebagai salah satu bentuk
penelitian kuantitatif. Pembahasan ini akan mengkategorikan penelitian
kuantitatif menjadi dua, yaitu penelitian eksploratif dan penelitian causal.
Lebih lanjut penelitian sebab akibat menjadi penelitian eksperimen dan non
eksperimen. Sebagai dikemukakan di atas, meskipun penelitian kuantitatif
berbeda jenisnya, akan tetapi diantara penelitian kuantitatif yang berbeda
tersebut mempunyai beberapa ciri yang sama, yaitu sampel merupakan dasar
dalam menggambil kesimpulan dan kedua ketepatan dalam penggunaan
instrumen dan dalam mengukur variabel merupakan indikator utama untuk
mengukur (Hardani 2020).
A. Penelitian Eksploratif
Penelitian eksploratif merupakan sarana yang efektif untuk
memberikan gambaran keadaan sosial tertentu. Meskipun demikian, para
peneliti yang bertujuan untuk melakukan pembuktian hipotesis
penelitian eksploratif bukan merupakan sarana yang tepat, karena
kecenderungan pada penelitian eksploratif hanya mendeskripsikan
kecenderungan satu variabel tanpa mempertimbangkan atau mengontrol
variabel lainnya. Di lain pihak penelitian yang dimaksud untuk menguji
hipotesis, analisis data tidak hanya dilakukan dengan memperkirakan
hubungan antar dua variabel. Pembuktian hipotesis pada dasarnya 257
didasarkan kepada hubungan non-spurious. Hal ini bisa dilakukan
dengan proses elaborasi yaitu mengontrol beberapa variable lainnya.
Dilain pihak penelitian yang dimaksudkan untuk menguji hipotesa,
analisis data tidak saja dilakukan dengan hanya memperkirakan
hubungan antar dua variabel. Pembuktian hipotesa pada dasarnya
didasarkan pada hubungan non sprious. Hal ini bisa dilakukan dengan
proses elaborasi yaitu mengontrol beberapa variable yang diduga
mempunyai pengaruh terhadap hubungan dua variable yaitu variabel
independen dan variabel dependen (Hardani 2020).
B. Penelitian Kausal
Meskipun ada salah satu bentuk penelitian yang di desain untuk
menjelaskan hubungan antar variabel , tetapi kesimpulan yang bersifat
kausal tidak bisa didasarkan pada simplicity. Artinya bahwa dengan
hanya berdasarkan pada perhitungan statistik yang signifikan kemudian
peneliti bisa mengambil kesimpulan kausalistik dari dua variabel atau
lebih. Kesimpulan tentang hubungan kausalistik dari dua variabel atau
lebih berlangsung melalui empat tahap yaitu : (1) tahap konseptual, (2)
tahap pengukuran variabel, (3) tahap seleksi sampel dan (4) tahap
manipulasi matematis. Keempat tahap ini merupakan satu kesatuan yang
harus dipenuhi kalau kesimpulan kausalistik menjadi tujuan. Oleh karena
itu meskipun penelitian berikut ini tergolong pada penelitian kausal,
namun dalam suatu penelitizn harus mengambil kesimpulan bersifat
kausalistik harus mempertimbangkan keempat tahap tersebut.Tanpa
mempertimbangkan keempat tahap tersebut, peneliti telah mengambil
oversimplified conclusion.
2.4 Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif disebut juga naturalistic inquiry memandang realitas
sosial bersifat unik antara satu dengan lainnya sehingga sulit untuk
melakukan generalisasi tentang keseluruhan kalau hanya didasarkan
sebagian. Oleh karena itu pemahaman keseluruhan diperlukan pendekatan
holistik. Pernyataan tersebut ditentang oleh peneliti kuantitatif dengan
argumen walaupun setiap bagian mempunyai keunikan tersendiri akan tetapi
ada beberapa karakteristik memiliki kesamaan dan dimungkinkan untuk
dilakukan generalisasi. juga berbeda. Borg dan Gall (1989) mengemukakan
ada empat jenis metoda yang dapat digunakan, yaitu:
A. Participant observation Penggunaan metode ini menunjukkan peneliti
bagian dari subjek yang diteliti dengan mengkaji berbagai informasi
selengkap mungkin dari berbagai aspek kehidupan subyek yang diteliti.
Hal ini sesuai dengan asumsi penelitian kualitatif bahwa proses sosial
merupakan bagian dari temuan penelitian
B. Nonparticipant observation Salah satu kelemahan dari metode partisipan
observasi adalah sulitnya menghindari keterlibatan emosi peneliti
terhadap subyek yang diteliti, sehingga keterlibatan tersebut
menyebabkan bias 263 terhadap data yang diungkapkan. Menghindari
hal tersebut dikembangkan metode nonpartisipan observasi.
C. Interview Penggunaan metode ini menunjukkan terjadinya komunikasi
timbal balik antara peneliti dengn subyek yang diteliti. Metode interviu
digunakan untuk mendukung data yang telah dikumpulkan melalui
partisipan observasi dan non partisipan observasi.
D. Documentasi Penggunaan dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan
data dari sumber dokumen dan rekaman. (Hardani 2020).
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat

Gambar 3.1 Tabung Reaksi Gambar 3.2 Rak tabung Gambar 3.3 Pipet
Tetes

Gambar 3.5 Jepit Tabung

Gambar 3.6 Gelas Piala Gambar 3.7 Erlenmeyer


Gambar 3.8 Statif Gambar 3.9 Buret Gambar 3.10 Corong

Gambar 3.11 Labu Ukur

3.2 Bahan
A. Analisa kualitatif
1. DMG (Dimetil glioksima)
2. KCNS
3. NH4OH
4. NaClO4
5. HCl
6. K2Cr2O7
B. Analisa kuantitatif
1. Cuka makan
2. Indikator PP
3. NaOH
4. Aquadest
3.2 Cara Kerja
A. Analisa kualitatif
1. Kation
Pertama-tama kami menyediakan 5 macam larutan dengan tanda
A, B, C, D, dan E. Setelah itu, kami menyediakan 11 tabung reaksi,
dan 5 pereaksi (KCNS, NH4OH + DMG, NaClO4 , HCl + NH40H,
HCl + pemanasan, K2Cr2O7). Lalu pada tabung reaksi masukkan 5
larutan tersebut masing-masing 1ml, dan tambahkan zat pereaksi
sebanyak 3 tetes, pada tabung reaksi 5 dilakukan pemanasan dengan
spritus. Setelah itu dihomogenkan dan diamati perubahan yang
terjadi pada larutan.
2. Anion
Pertama-tama kami menyediakan 6 macam larutan dengan tanda
X, Y, Z, P, Q dan R, Kemudian kami mengerjakan seperti Langkah
awal.
A. Analisa kuantitatif
Pertama-tama kami mengambil sampel (cuka dapur) sebanyak 10 ml,
lalu dimasukkan kedalam labu ukur dan tambahkan aquadest sampai
tanda garis miniskus. Setelah itu pipet larutan tersebut sebanyak 10 ml
dan masukkan kedalam erlen meyer, tambahkan juga indikator PP ke
dalam erlen meyer sebanyak 3 tetes. Kemudian tambahkan larutan
NaOH (0,2 M) kedalam buret (menitar), hingga terjadinya perubahan
warna.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Anda mungkin juga menyukai