Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum Identifikasi Kation dan Anion

DISUSUN OLEH
KELAS : PENDIDIKAN KIMIA B
NAMA : MEYLANI FRISILLIA MAKIDONG
NIM : 441419042

PRODI S1 PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
A. Judul Praktikum :
Identifikasi Kation dan Anion
B. Tujuan Praktikum :
Mahasiswa dapat mengidentifikasi kation dan anion, melalui analisis kualitatif dan
kuantitatif
C. Dasar Teori
Pada dasarnya Konsep analisis kimia dapat dibagi atas 2 bagian, yakni:
1. analisis kualitatif, analisis yang berhubungan dengan identifikasi suatu zat atau campuran
yan tidak diketahui.
2. analisis kuntitatif, analisis kimia yang menyangkut penentuan jumlah zat tertentu yang ada
dalam suatu sample (contoh).
Ada dua langkah utama dalam analisis adalah identifikasi dan estimasi komponen-
komponen suatu senyawa. Langkah identifikasi ini dikenal sebagai analisis kualitatif
sedangkan estimasinya adalah analisi kuantitatif (Svhela, : 145).
Walaupuan analisis kualitatif sudah banyak ditingagalkan, namun analisis kualitatif
ini merupakan aplikasi prinsip-prnsip umum dan konsep-konsep dasar yang telah dipelajari
dalam kimia dasar. Analisis kualitatif digunakan sebelum analisis kuantitatif. Setelah
mengetahui komponen/ pengotor apa melelui analisis kualitatif, barulah dilakukan analisis
kuantitatif. Tujuan utama analisis kauntittatif adalah unutk mengetahui kuantitas (jumlah)
dari setiap komponen yang menyusun analit. Langkah ini terbilang sederhana. Dalam analisis
kualitatif pengamatan visual merupakan hal yang penting. Bila kita dihadapkan pada suatu
larutan yang tidak diketahui, pertanyaan yang timbul adalah “ apakah warnanya? “. Warna
adalah penting, karena beberapa ion anorganik dapat diketahui dari warnanya yang spesifik.
Walau demikian kita tidak boleh menarik kesimpulan secara tepat terutama bila yang
dianalisi berupa larutan yang terdiri atas campuran beberapa ion harus dilakukan dengan hati-
hati agar tidak terjadi kesimpulan yang salah (Underwood : 4).
Analisis kuantitatif menghasilkan data numerik yang memilki satuan tertentu. Data
analisis kuantitatif umumnya dinyatakan dalam satuan volume, berat maupun konsentrasi
dengan menggunakan analisis tertentu. Analisis kuantitatif agak lebih rumit. Analisis
kuantitatif adalah pengukuran banyaknya komponen yang diinginkan Dalam cuplikan yang
dianalisis. Analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu
yang terkandung dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan tesebut, sering kali dinyatakan
sebagai konstituen atau analit, menyusun entah sebagian kecil atau sebagian besar sampel
yang dianalisis jika zat yang dianalisa menyusun lebih 1% dari sampel, maka analit ini
dianggap sebagai konstituen utama (Eckho, 2010).
Analisis kuantitatif dapat diklasifikasikan dengan dasar metode analisis atau
diklasifikasikan berdasarkan skala analisisnya. Klasifikasi itu dapat dibagi atas metode-
metode yang mencakup metode analisis klasik seperti gravimetri atau volumetri dan yang
mencakup instrumentasi canggih, yang kemudian dikenal sebagai tekhnik analisis moderen.
Pada mulanya metode yang baru ini tidak dapat menjamin hasil yang reprodusibel. Untuk
mendapatkan hasil yang reprodusibel maka harus diperoleh contoh yang benar-benar
reprpresentaitif dan bebas dari unsur-unsur pengganggu. Karena unsur-unsur pengganggu
dapat membuat hasil pengukuran yang tidak akurat. Masalah seorang analis yang
berhubungan dengan penarikan sampel dan unsur-unsur pengganggu dapat teratasi dengan
pengetahuan penarikan sampel yang baik, netode pemisahan yang cukup sempurna seperti
ekstraksi pelarut, pertukaran ion dan berbagai metode kromatografi. Namun, dapat dikatakan
bahwa metode-metode isilasi dan pemurnian seperti ini belum cukup banyak. Bila jumlah
contohnya berkisar pada konsentrasi milligram, langkah yang digunakan adalah gravimetric
atau volumetri. Bila komponen yang dianalisa terdapat pada konsentrasi yang sangat rendah,
digunakan metode-metode optik atau spektroskopi seperti UV-visible (Underwood, 1988 :
45).
1. Sistematika analisis kation
Prosedur yang biasa digunakan untuk menguji suatu zat yang tidak diketahui, pertama
kali adalah membuat sample (contoh) yang dianalisis dalam bentuk cairan (larutan).
Selanjutnya terhadap larutan yang dihasilkan dilakukan uji ion-ion yang mungkin ada.
Kesulitan yang lebih besar dijumpai pada saat mengidentifikasi berbagai konsentrasi dalam
suatu campuran untuk ion, biasanya dilakukan pemisahan ion terlebih dahulu melalui proses
pengendapan, selanjutnya dilakukan pelarutan kembali endapan tersebut. Kemudian
diadakan uji-uji spesifik untuk ion-ion yang akan diidentifikasi. Uji spesifik dilakukan
dengan menambahkan reagen (pereaksi) tertentu yang akan memberikan larutan atau
endapan berwarna yang merupakan karakteristik (khas) untuk ion-ion tertentu (Vogel, 1990 :
50).
2. Analisis golongan kation
Pada analisis sistematik dari kation maka golongan logam-logam yang akan diidentifikasi
dipisahkan menurut golongan berikut: - Golongan I, disebut golongan asam klorida terdiri
atas: Pb 2+ , Ag + , Hg 2+ - Golongan II, disebut golongan hidrogen sulfida, terdiri atas: As,
Sn, Sb, Cu, Pb 2+ , Bi 2+ , Hg 2+ , Cd 2+ - Golongan III, disebut golongan amonium sulfida
terdiri atas: Al, Cr, Fe, Zn, MN, Co, dan Ni - Golongan IV, disebut golongan amonium
karbonat, terdiri atas: Ba, Sr, dan Ca - Golongan V, disebut golongna sisa, terdiri atas: Mg,
K, NH 4+(Vogel, 1990 : 45).
3. Analisis golongan anion
Analisis anion dilakukan dengan mengamati perubahan spesifik dari sampel yang diuji
meliputi perubahan warna/terjadinya gas/bau dari sampel yang diuji, atas penambahan asam
sulfat encer atau pekat. Untuk menganalisis anion dalam larutan, maka harus bebas dari
logam berat dengan cara menambah larutan Na 2 CO3 jenuh, lalu dididihkan. Dalam hal ini
logam-logam tersebut akan terlarutkan sebagai garam karbonat, sedangkan anionnya terlarut
sebagai garam natrium (Vogel, 1990 : 47).
4. Analisis kuantitatif fokus kajiannya adalah penetapan banyaknya suatu zat tertentu
(analit) yang ada dalam sampel.
Analisis kuantitatif terhadap suatu sampel terdiri atas empat tahapan pokok: 1.
Pengambilan atau pencuplikan sampel (sampling), yakni memilih suatu sampel yang
mewakili dari bahan yang dianalisis. 2. Mengubah analit menjadi suatu bentuk sediaan yang
sesuai untuk pengukuran. 3. Pengukuran. 4. Perhitungan dan penafsiran pengukuran.
Langkah pengukuran dalam suatu analisis dapat dilakukan dengan cara-cara kimia, fisika,
biologi. Teknik laboratorium dalam analisis kuantitatif digolongkan ke dalam titrimetri
(volumetri), gravimetri dan instrumental. Analisis titrimetri berkaitan dengan pengukuran
volume suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui yang diperlukan untuk bereaksi
dengan analit. Pada cara gravimetri pengukuran menyangkut pengukuran berat. Istilah
analisis instrumental berhubungan dengan pemakaian peralatan istimewa pada langkah
pengukuran ( Underwood, 1988 : 63).
Metode yang baik dalam suatu analisis kuantitatif seharusnya memenuhi kriteria
yaitu: 1. Peka (sensitive), artinya metode harus dapat digunakan untuk menetapkan kadar
senyawa dalam konsentrasi yang kecil. Misalnya pada penetapan kadar zat-zat beracun,
metabolit obat dalam jaringan dan sebagainya. 2. Presisi (Precise), artinya dalam suatu seri
pengukuran (penetapan) dapat diperole hasil yang satu sama yang lain hampir sama. 3.
Akurat (Accurate), artinya metode dapat menghasilkan nilai rata-rata (mean) yang sangat
dekat dengan nilai sebenarnya (true value). 4. Selektif, artinya untuk penetapan kadar
senyawa tertentu, metode tersebut tidak banyak terpengaruh oleh adanya senyawa lain yang
ada. 5. Praktis, artinya mudah dikerjakan serta tidak banyak memerlukan waktu dan biaya.
Syarat ini perlu sebab banyak senyawa-senyawa yang tidak mantap apabila waktu penetapan
terlalu lama. Pemilihan metode yang memenuhi semua syarat di atas hampir tidak mungkin
kita peroleh, sehingga perlu kita pilih kriteria yang sesuai dengan keadaan sampel yang kita
uji. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode analisis adalah tujuan analisis,
macam dan jumlah bahan yang dianalisis, ketepatan dan ketelitian yang diinginkan, lamanya
waktu yang diperlukan untuk analisis, dan peralatan yang tersedia. Misalnya apabila sampel
terlalu kecil kadarnya, maka sensitivitas menjadi dasar pemilihan metode analisis. Kriteria
utama yang perlu diperhatikan dalam suatu analisis adalah ketepatan, ketelitian, dan
selektifitas (Underwood, 1988 : 68).
Analisis kimia kuantitatif yang klasik menyangkut analisis grafimetri dan titrimetri.
Dalam analisis grafimetri, zat yang akan ditentukan diubah ke dalam bentuk endapan yang
sukar larut, selanjutnya dipisah dan ditimbang. Sedangkan analisis titrimetri yang sering
disebut analisis volumetric, zat yang akan ditentukan dibiarkan bereaksi dengan suatu
pereaksi yang diketahui sebagai larutan standar (baku). Kemudian volume larutan tersebut
yang diperlukan untuk dapat bereaksi sempurna tersebut diukur. Selain kedua metode
analisis tersebut diatas, dalam analisis dasar ini akan dipelajari pula metode spektroskopi
absorbsi (Underwood, 1988: 69).
Umumnya klasifikasi kation didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida
dan karbonat dari kation-kation tersebut. Skema dibawah ini memperlihatkan pemisahan-
pemisahan kation-kation dalam golongan I sampai dengan V berdasarkan sifat kimianya
(Vogel, 1990 : 45).
D. Alat dan Bahan
1. Tabel Alat
No Nama Alat Kategori Gambar Fungsi
.

1. Tabung 1 Untuk mereaksikan larutan


Reaksi

2. Pipet Tetes 1 Untuk mengambil atau


memindahkan cairan dalam skala
tetesan kecil

3. Gelas Kimia 1 Untuk Menaruh larutan

4. Bunsen 1 Untuk Memanaskan larutan

5. Rak Tabung 1 Sebagai tempat meletakkan


Reaksi tabung reaksi

2. Tabel Bahan
No Nama Kategori Sifat Fisika Sifat Kimia
. Bahan

1. Larutan KI Khusus - Berwarna putih Merupakan larutan yang


- Berat molekul: 166 g / stabil
mol
- Warna: Putih.
- Titik didih : 1330 ° C
- Titik leleh: 681 ° C

- Keadaan : Padatan Tidak larut dalam air; tidak


2. Larutan Khusus fisik berbentu larut dalam alkohol dan eter
HgCl2 k kristal,  
- Titik : 302 °C  
lebur
- Titik : 384 °C
sublimasi
- Berat : 7,150 (air
Jenis = 1)
- Volatilita : 0%
s
- Gas tak berwarna - Merupakan unsur yang
3. Larutan NH3 Khusus
- Berbau tajam stabil
-Titik didih -33,34oC - Mudah terbakar di udara
- Titik lebur -77,73oC
- Berwarna Putih - Tidak larut dalam basa
4. Larutan CdI2 Khusus - Merupakan logam yang
- Mudah ditempah
aktif
- Titik didih rendah
- Warna : Tidak - Merupakan senyawa yang
5. Larutan Khusus reaktif
berwarna
NaCl - Bereaksi dengan air
- Ph : 11
- Titik Didih : 92oC
- Tekanan Uap : 34
milibar
- Penampilan fisik: - Merupakan senyawa yang
6. Larutan Khusus stabil
Kristal padat tidak
AgNO3 - Larut dalam pelarut polar
berwarna, tidak berbau,
tetapi dengan rasa yang
sangat pahit.
- Masa molar: 169.872
g / mol.
- Titik lebur: 209,7 ºC
- Titik didih: 440 ºC.

- Berwarna putih - Merupakan unsur yang


7. Larutan Khusus stabil
NaBr - Titik leleh : 755oC
- Titik didih : 1390oC

- Berwarna kuning - Merupakan unsur yang


8. Larutan Khusus sangat stabil
Na2S - Titik leleh : 825oC

- -
- Titik didih 0oC - Merupakan pelarut polar
9. Air es Umum
- Bentuk pekat - Bereaksi dengan air
10. Larutan Khusus
H2SO4 - Cairan yang polar - Bereaksi dengan logam
- Sebagai Oksidator
E. Prosedur Kerja
1. Identifikasi Kation ( Pb2+)

Pb2+

. Menambahkan 3 tetes larutan KI


dalam tabung
Reaksi.
Memanaskan diatas bunsen hingga mendidih.
Memasukkan tabung reaksi kedalam es batu.
Mengamati perubahan yang terjadi.

.
Terbentuk endapan berwarna
kuning

2. Identifikasi Kation ( Hg2+)

Hg2+

Memasukkan larutan HgCl2 sebanyak 3 tetes


Ke dalam tabung reaksi
Menambahkan larutan KI sebanyak 5 tetes
Mengamati perubahan yang terjadi

Terbentuk endapan berwarna merah


3. Identifikasi Kation ( Cu2+)

Cu2+

Memasukkan larutan Cu2+ sebanyak 3


tetes ke dalam tabung reaksi
Menambahkan larutan NH3 sebanyak 3 tetes
Mengamati perubahan yang terjadi

Terbentuk endapan berwarna biru

4. Identifikasi Kation ( Cd2+)

Cd2+

Memasukkan larutan CdI2 sebanyak 3


tetes ke dalam tabung reaksi
Menambahkan larutan NH3 tetes per tetes
Mengamati perubahan yang terjadi

Terbentuk endapan berwarna


putih

5. Identifikasi Anion ( Cl-)


Cl-

Memasukkan 3 tetes larutan NaCl di


dalam tabung reaksi
Menambahkan larutan AgNO3 3 tetes
Mengocok larutan tersebut
Mengamati perubahan yang terjadi

Terbentuk endapan berwarna


putih

6. Identifikasi Anion ( Br-)

Br-

Memasukkan larutan NaBr


sebanyak 3 tetes ke dalam tabung reaksi
Menambahkan larutan H2SO4 pekat
sebanyak 3 tetes kemudian di kocok
Memanaskan larutan diatas bunsen

Terbentuk uap berwarna cokelat

7. Identifikasi Anion ( I-)


I-

Memasukkan larutan KI sebanyak 3 tetes kedalam


Menambahkan larutan H2SO4
pekat 3 tetes ketika tabung reaksi
berada dalam es
Megamati perubahan yang terjadi

Terjadi perubahan warna menjadi


kuning kecoklatan

8. Identifikasi Anion (S2-)

S2-

Menambahkan larutan Na2S sebanyak 3 tetes ke dalam


Menambahkan NAgNO3 sebanyak 3
tetes
Memanaskan di atas bunsen
Mengamati perubahan yang terjadi

Endapan hitam akan larut


F. Hasil Pengamatan
No. Perlakuan Hasil
Pengamatan

Identifikasi Kation ( Pb2+).


1. - Menambahkan 3 tetes larutan KI dalam tabung reaksi - Larutan
- Memanaskan diatas bunsen hingga mendidih. berwarna
- Memasukkan tabung reaksi kedalam es batu. kuning
- Mengamati perubahan yang terjadi
- Larutan
berubah warna
menjadi orange

- Terbentuk
endapan
berwarna
kuning
Identifikasi Kation ( Hg2+)
2. - - Memasukkan larutan HgCl2 sebanyak 3 tetes kedalam tabung reaksi - Larutan
- Menambahkan larutan KI sebanyak 5 tetes berwarna
- Mengamati perubahan yang terjadi bening

- Larutan
berwarna
kuning
- Terbentuk
endapan
berwarna
merah
Identifikasi Kation (Cu2+)
3. - Memasukkan larutan Cu2+ sebanyak 3 tetes ke dalam tabung - Larutan
reaksi berwarna bening
- Menambahkan larutan NH3 sebanyak 3 tetes
- Mengamati perubahan yang terjadi - Larutan
berwarna biru
- Terbentuk
endapan
berwarna biru
Identifikasi Kation (Cd2+)
4. - Memasukkan larutan CdI2 sebanyak 3 tetes ke - Larutan
dalam tabung reaksi berwarna putih
- Menambahkan larutan NH3 tetes per tetes
- Mengamati perubahan yang terjadi - Larutan bening
- Terbentuk
endapan
berwarna putih
Identifikasi Anion ( Cl-)
5. - Memasukkan 3 tetes larutan NaCl di dalam tabung reaksi - Larutan bening
- Menambahkan larutan AgNO3 3 tetes - Larutan bening
- Mengocok larutan tersebut - Larutan bening
- Mengamati perubahan yang terjadi - Terbentuk
endapan
berwarna putih
Identifikasi Anion ( Br-)
6. - Memasukkan larutan NaBr sebanyak 3 tetes ke dalam tabung reaksi - Larutan
- Menambahkan larutan H2SO4 pekat sebanyak 3 tetes kemudian di berwarna putih
kocok - Larutan
- Memanaskan larutan diatas bunsen berwarna
cokelat
- Terbentuk uap
berwarna
cokelat
Identifikasi Anion ( I-)
7. - Memasukkan larutan KI sebanyak 3 tetes kedalam tabung reaksi - Larutan
- Menambahkan larutan H2SO4 pekat 3 tetes ketika tabung reaksi berwarna kuning
berada dalam es - Larutan
- Megamati perubahan yang terjadi berwarna cokelat
- Larutan berubah
warna menjadi
kuning
kecoklatan
Identifikasi Anion (S2-)
8. - Menambahkan larutan Na2S sebanyak 3 tetes ke dalam tabung - Larutan
reaksi berwarna putih
- Menambahkan NagNO3 sebanyak 3 tetes - Larutan
- Memanaskan di atas bunsen berwarna cokelat
- Mengamati perubahan yang terjadi - Terbentuk
endapan hitam
kecoklatan
- Endapan tersebut
akan larut
G. Pembahasan
1. Identifikasi Kation (Pb2+)
Pada saat ditambahkan 3 tetes larutan KI dalam tabung reaksi kemudian dipanaskan di
pembakar bunsen kemudian ditaruh di dalam air es maka dari larutan berwarna kuning
terbentuk endapan berwarna kuning pula. Dan diperoleh Pb2+.
2. Identifikasi Kation (Hg2+)
Pada saat dimasukkannya larutan HgCl2 sebanyak 3 tetes kedalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan larutan KI sebanyak 5 tetes maka terjadi perubahan yaitu dari larutan
berwarna bening menjadi endapan berwarna merah. Sehingga menghasilkan Hg2+.
3. Identifikasi Kation (Cu2+)
Pada saat dimasukkannya larutan Cu2+ sebanyak 3 tetes ke dalam tabung reaksi
kemudian menambahkan larutan NH3 sebanyak 3 tetes ke dalam larutan tersebut maka
terjadi perubahan yaitu dari larutan bening menjadi endapan berwarna biru. Sehingga
menghasilkan Cu2+.
4. Identifikasi Kation (Cd2+)
Pada saat dimasukkannya larutan CdI2 sebanyak 3 tetes ke dalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan larutan NH3 tetes per tetes maka terjadi perubahan yaitu dari larutan berwarna
bening terbentuk endapan berwarna putih. Sehingga menghasilkan Cd2+.
5. Identifikasi Anion ( Cl-)
Pada saat dimasukkan 3 tetes larutan NaCl di dalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan larutan AgNO3 3 tetes lalu mengocok larutan tersebut maka terjadi perubahan
yaitu dari larutan bening terebentuk endapan berwarna putih. Dan menghasilkan Cl-.
6. Identifikasi Anion ( Br-)
Pada saat Memasukkan larutan NaBr sebanyak 3 tetes ke dalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan larutan H2SO4 pekat sebanyak 3 tetes kemudian di kocok lalu dipanaskan di
pembakar bunsen. Maka terjadi perubahan dari larutan berwarna putih terbentuk uap
berwarna cokelat. Dan menghasilkan Br-.
7. Identifikasi Anion (I-)
Pada saat dimasukkan larutan KI sebanyak 3 tetes kedalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan larutan H2SO4 pekat 3 tetes ketika tabung reaksi berada dalam es maka terjadi
perubahan dari larutan berwarna kuning menjadi kuning kecoklatan. Dan menghasilkan I-.
8,Identifikasi Anion (S2-)
Pada saat dimasukkannya larutan Na2S sebanyak 3 tetes ke dalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan larutan NagNO3 sebanyak 3 tetes lalu dipanaskan diatas pembakar bunsen.
Maka terjadi perubahan yaitu dari larutan berwarna putih menjadi endapan hitam kecoklatan
dan endapannya larut. Sehingga menghasilkan S2-.
H. Kesimpulan
Dari hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa dari percobaan 1-8 menghasilkan
kation dan anion.
1. Percobaan 1 menghasilkan kation Pb2+.
2. Percobaan 2 menghasilkan kation Hg2+.
3. Percobaan 3 menghasilkan kation Cu2+.
4. Percobaan 4 menghasilkan kation Cd2+.
5. Percobaan 5 menghasilkan anion Cl-.
6. Percobaan 6 menghasilkan anion Br-.
7. Percobaan 7 menghasilkan anion I-.
8. Percobaan 8 menghasilkan anion S2-.
DAFTAR PUSTAKA

Eckho. (2010). Konsep Dasar analisis Kualitatif. (Online) Diakses di: http://eckh
ochems.blogspot.com/2010/04/konsep-dasar-analisis-kualitatif-dan_08.html
Underwood.1988. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Vogel. 1990. Analisis Kuantitatif Makrodan Semi Mikro. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.
https://youtu.be/PCHzVgE5H-g Link vidio praktikum

Anda mungkin juga menyukai