Anda di halaman 1dari 149

1

BAB I
KIMIA ANALISIS

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Capaian Pembelajaran Umum :
Menjelaskan dasar-dasar teori kimia analisis
2. Capaian Pembelajaran Khusus :
2.1 Mendefinisikan kimia analisis
2.2 Menjelaskan pengelompokan kimia analisis berdasarkan :
- jumlah analit
- berat sampel
- metode yang digunakan
2.3 Mendefinisikan Analisis Kualitatif dengan memberikan contohnya
2.4 Mendefinisikan Analisis Kuantitatif dengan memberikan contohnya
2.5 Menjelaskan tahapan dalam analisis kimia

B. PENDAHULUAN
Dalam dunia industri kimia analisis sangat diperlukan, yaitu di antaranya
sebagai informasi kualitas, baik bahan baku maupun produk. Analisis dapat diartikan
sebagai suatu proses pengkajian guna mendapatkan data ataupun kesimpulan dalam suatu
pekerjaan atau mengenai hal tertentu, tetapi dalam hal ini pengertiannya akan dipersempit
bahwa analisis dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan di laboratorium untuk
memeriksa kandungan suatu zat dalam sampel, sedangkan kimia adalah cabang ilmu yang
mempelajari komposisi, struktur, sifat zat atau materi yang juga berhubungan dengan
interaksinya mulai dari skala atom hingga molekul. Dari penjelasan di atas, analisis kimia
diartikan suatu rangkaian pekerjaan untuk memeriksa/ meneliti/ mengetahui/
menentukan kandungan dari suatu sampel bahan dengan tujuan tertentu. Rangkaian
pekerjaan tersebut dapat berupa penentuan kadar suatu komponen, komposisi, struktur,
sifat fisis, sifat kimia,fungsi senyawa dan lain lain.. Secara umum analisis kimia dibagi
menjadi dua bagian, yaitu analisis kimia kualitatif dan analisis kimia kuantitatif.
pembagian ini didasari atas tujuan dari kegiatan analisis itu sendiri. 
2

C. POKOK-POKOK ISI
1. PENGGOLONGAN KIMIA ANALISIS

Kimia analisis merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari bagaimana
menyelidiki suatu zat atau bahan sehingga diketahui susunannya, yaitu jenis
unsur/senyawa yang terdapat di dalamnya serta kadar dari unsur/senyawa tersebut. Dari
uraian tersebut maka kimia analisis dapat dibagi dalam dua bidang yaitu :
1. Analisis Kualitatif, bertujuan untuk mengetahui unsur/senyawa apa yang
tekandung dalam suatu bahan. Misalnya analisis unsur atau seyawa apa yang
terdapat dalam suatu sample air.
2. Analisis Kuantitatif, bertujuan untuk menetapkan kadar unsur/senyawa dalam
suatu bahan. Misalnya menganalisis kesadahan dari sampel air umpan boiler,dan
kandungan asam lemak bebas dalam sampel minyak atau lemak. Zat yang
ditetapkan sering disebut sebagai konstituen yang diinginkan atau analit yang dapat
merupakan sebagian kecil atau sebagian besar dari sample yang dianalisis.
Kimia analisis meliputi pemisahan, identifikasi, dan penentuan jumlah kuantitatif
suatu komponen dalam suatu bahan. Analisis kualitatif dibutuhkan sebelum analisis
kuantitatif dilakukan. Proses pemisahan merupakan bagian yang penting dari kedua
analisis tersebut.
Pengelompokan analisis kimia dapat didasarkan pada persentase analit, yaitu :
1. analisis konstituen utama (major) : jika analit 1% dari sample
2. analisis konstituen kecil (minor : jika analit 0,01-1%
3. analisis konstituen runutan (trace : jika analit kurang dari 0,01%)
Analisis kimia juga dikelompokkan berdasarkan ukuran sampel, yaitu
1. analisis makro, bila sampel lebih dari 0,1 g
2. analisis semimikro, bila sampel beratnya 10-100 mg
3. analisis mikro, bila sampel beratnya 1-10 mg
4. analisis ultramikro, bila sampel beratnya 1 mikrogram
Pada dasarnya metode analisis kuantitatif terbagi dalam 2 golongan :

1. Metode Klasik / Konvensional


Yaitu metoda yang didasarkan pada reaksi-reaksi kimia yang juga disebut metode
stoikiometri. Metode ini terbagi atas :
3

a. Metode Gravimetrik
Yaitu metoda analisis yang didasarkan pada berat endapan.
b. Metode Volumetrik
Yaitu metoda analisis yang didasarkan pada volume
- Gasometrik : Analit direaksikan sehingga terbentuk suatu gas, jumlah zat yang
dicari dihitung berdasarkan volume gas tersebut.
- Titrimetrik : Analit direaksikan dengan suatu pereaksi hingga jumlah zat-zat yang
bereaksi itu ekivalen.
2. Metode Instrumental / Modern
Yaitu metoda yang menggunakan peralatan yang modern yang terdiri dari
a. Electrical methods (metode listrik)
- Pada metode ini parameter yang diukur adalah arus, tegangan, atau hambatan
(resistensi) yang berhubungan dengan konsentrasi dari suatu ion. Yang termasuk metoda
ini adalah voltametri, coulometri, potensiometri, dan konduktometri.
b. Optic Methods (Metode optic)
- visible spectrophotometry
- U V spectrophotometry
- I R spectrophotometry
- Atomic absorption spectrophotometry
c. Emission methods (Metode emisi)
d. X-ray fluorescence Methods
e. Kinetic Methods
f. dll
Analisis kuantitatif terbagi dalam 4 tipe :
1. analisis proksimat : analisis yang tidak memerlukan ketepatan
2. analisis konstituen : analisis suatu unsure/senyawa dalam jumlah yang sangat kecil
3. analisis parsial : analisis terhadap suatu / beberapa unsur/senyawa
4. analisis komplit : analisis semua unsur/senyawa pada suatu bahan

2. TAHAPAN ANALISIS
1. Pengambilan sampel (sampling)
Tahap ini sangat penting, karena contoh yang keliru atau tidak homogen tidak akan
menggambarkan bahan yang sesungguhnya, sehingga hasil analisa kurang akurat.
4

2. Melarutkan sampel
Sebagian besar sampel pada analisis kuantitatif dapat larut dalam air. Untuk analisis
bijih, logam atau alloy dapat dilarutkan dengan :
- pengolahan dengan asam klorida, nitrat, sulfat, atau perklorat
- pelelehan bersama suatu fluks asam atau basa, diikuti dengan pengolahan
dengan air atau asam.
3. Mengubah analit menjadi bentuk yang dapat diukur
Biasanya dilakukan bila di dalam sampel terdapat komponen-komponen pengganggu
yang dapat mengganggu jalannya analisis.. Komponen pengganggu tersebut dapat
dipisahkan terlebih dahulu.
4. Pengukuran
Langkah pengukuran merupakan analisis kimia kuantitatif yang sesungguhnya, yang
terbagi menjadi titrimetri (volumetrik), gravimetrik, dan instrumental.
5. Perhitungan dan Penafsiran Pengukuran
Tahap terakhir dalam suatu analisis adalah perhitungan persentase analit dalam
sample. Untuk analisis titrimetri dan gravimetric perhitungan didasarkan pada
perhitungan stoikiometri.

D. RANGKUMAN
Kimia analisis merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana menyelidiki
atau memeriksa kandungan suatu komponen dalam suatu bahan baik secara kualitatif
maupun secara kuantitatif.

E. TUGAS
1. Apakah yang dimaksud dengan kimia analisis ?
2. Apakah yang dimaksud dengan :
a. analisis kimia kualitatif
b. analisis kimia kuantitatif
berikan contohnya !
3. Tuliskan pembagian kimia analisis berdasarkan jumlah analit, jumlah sample, dan
metode yang digunakan, jelaskan
4. Tuliskan langkah –langkah dalam analisis kimia
5

BAB II
ANALISIS KIMIA DI LABORATORIUM

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Capaian Pembelajaran Umum
Menjelaskan petunjuk kerja di Laboratorium Analisis Kimia
2. Capaian Pembelajaran Khusus
2.1 Menjelaskan petunjuk umum dalam melakukan analisis di laboratorium
2.2 Menjelaskan teknik-teknik laboratorium dan petunjuk-petunjuk keselamatan
laboratorium.
2.3 Menjelaskan peralatan yang digunakan dan cara penggunaannya
2.4 Menguraikan 3 tingkat mutu zat kimia yang digunakan di laboratorium

B. PENDAHULUAN

Teknik labarotorium merupakan kiat-kiat mengenai seluk beluk laboratorium.


Sebelum melakukan praktikum di dalam laboratorium diperlukan pengenalan mengenai
beberapa pengetahuan pokok dan teknik-teknik dalam bekerja di laboratorium untuk
mencegah terjadinya bahaya yang ditimbulkan oleh alat dan bahan dalam laboratorium dan
kesalahan dalam penggunaan peralatan

C. POKOK POKOK ISI


Bekerja di Laboratorium sangat beresiko dengan terpaparnya zat berbahaya dan
bahan kimia yang beracun, karsinogen, korosif, mudah meledak, mudah terbakar dan
terkena berbagai bahaya lainnya.

1. Petunjuk Umum
Di dalam segala hal, kebiasaan bersih dan bekerja rapih harus selalu ditanamkan
sejak dini. Kepatuhan dan disiplin terhadap aturan-aturan berikut sangat berguna dalam
praktek.
1. Meja laboratorium harus dijaga tetap bersih dan selembar lap (katun) harus selalu
tersedia bagi setiap siswa agar apa saja yang tertumpah baik serbuk atau cairan
dapat langsung dibersihkan.
2. Semua peralatan gelas harus betul-betul bersih dan dibilas dengan air suling atau air
6

bebas mineral
3. Dalam keadaan apapun tidak boleh membiarkan meja dipenuhi peralatan. Semua
peralatan yang berhubungan dengan pekerjaan khusus agar dikelompokkan di atas
meja. Hal ini berguna untuk mencegah kekacauan terutama bila pekerjaan harus
diulang (duplo). Alat yang tidak digunakan segera disimpan atau ditaruh di bagian
belakang meja
4. Setiap pereaksi (reagent), larutan, endapan atau apa saja yang disiapkan untuk
pekerjaan selanjutnya. Wadah harus diberi tanda/label agar mudah dikenal dan
wadah diberi tutup yang sesuai guna mencegah kontaminasi.
5. Jangan memboroskan gas atau bahan kimia. Besarnya nyala Bunsen diatur
seperlunya. Matikan bila tidak diperlukan.
6. Perhatikan benar-benar pembuangan zat. Asam kuat, basa kuat tidak boleh dibuang
ke dalam bak buangan kecuali telah diencerkan. Begitu juga untuk zat-zat beracun,
telah disediakan tempat penampungannya.
7. Semua kegiatan praktikum yang melibatkan penggunaan asam pekat, pembebasan
uap atau gas yang bersifat racun, atau berbau tidak enak, sebaiknya dilakuakan di
lemari asam.
8. Botol-botol pereaksi tidak boleh dibiarkan menumpuk di atas meja, bila sudah
dipakai segera dikembalikan ke tempat semula
9. Setiap percobaan harus dikerjakan minimal dua kali (duplo), kecuali jika
pembimbing menentukan lain.
10. Untuk mencatat hasil pengamatan, misalnya data penimbangan, volume titrasi dan
sebagainya, maka setiap siswa harus menyiapkan buku catatan yang diparaf oleh
pembimbing.
11. Setiap siswa harus menjaga keamanan dalam laboratorium, bahaya kebakaran,
bahan kimia beracun.
12. Penggunaan peralatan harus berhati-hati jika ada kesulitan terhadap alat segera
menghubungi pembimbing.

2.Petunjuk Khusus untuk Praktikan


7

1. Pelindung mata (kacamata keselamatan yang meliputi atas, bawah, dan sisi kacamata visor
eyes- lebih disukai) harus dipakai setiap saat di laboratorium yang bekerja dengan bahan
kimia.
2. Laporkan semua kecelakaan atau cedera pada instruktur atau supervisor.
3. Jangan pernah melakukan percobaan yang tidak sah, tidak direncanakan, atau non-
terjadwal. Diskusikan pekerjaan yang tidak biasa dengan instruktur Anda sebelum
melakukannya.
4. Jangan makan, minum atau mencicipi apa-apa (makanan atau bahan kimia) saat Anda
berada di laboratorium. Jangan letakkan pensil, pipets, dll di mulut Anda. Makanan dan
minuman wadah tidak termasuk dalam laboratorium
5. Celana pendek dan rok mini tidak diperbolehkan. Memakai sepatu tertutup, sandal tidak
diperbolehkan di laboratorium. Rambut panjang diikat saat bekerja. Mengenakan jas lab
atau apron sangat dianjurkan.
6. Pakailah sarung tangan yang tepat dan pakaian pelindung saat bekerja dengan bahan
berbahaya.
7. Selalu menggunakan bola hisap (jangan pernah menggunakan mulut ) saat mengisi pipet.
8. Jangan gunakan api terbuka (Bunsen burner) di sekitar zat yang mudah terbakar dan tidak
pernah meninggalkan kompor menyala tanpa pengawasan.
9. Bersihkan semua tumpahan zat segera. Jika Anda tidak yakin tentang prosedur yang tepat
untuk bersih-bersih atau pembuangan, konsultasikan instruktur Anda. Termometer raksa
yang rusak memerlukan pembersihan khusus.
10. Menangani pecahan kaca dengan hati-hati;. Gunakan Pengki dan sapu untuk
membersihkannya. Buang semua kaca pecah dalam kotak sampah.
11. Jangan melakukan uji bau dengan menghirup langsung dari wadah.
12. Dalam kasus terjadi kontak kimia dengan kulit atau mata: cuci daerah yang terkena dengan
air selama 15 menit. Gunakan kran, safety shower. Lepaskan pakaian yang terkontaminasi
segera.
13. Cuci tangan sebelum meninggalkan laboratorium.\
14. Selama hari pertama lab: mencari semua peralatan darurat dan keselamatan yang Anda
mungkin perlu menggunakan beberapa waktu. Ini termasuk: safety shower, pemadam
kebakaran. Cari pintu keluar darurat terdekat dan telepon darurat.
8

3. Peralatan Analisis

1. Tabung Reaksi

Tabung ini digunakan untuk tempat reaksi. Ukuran terbaik


untuk penggunaan umum adalah 15x2 cm dengan kapasitas
total 25 ml. Ada juga yang berukuran 4 ml, dan 8 ml. Tabung
reaksi yang lebih kecil kadang-kadang digunakan untuk uji
khusus.. Harus tersedia sikat tabung reaksi untuk
membersihkan tabung-tabung tersebut.

Gambar 1. Tabung Reaksi

2. Gelas Piala/Gelas kimia/Beakers glass

Gambar 2. Gelas Piala

Gelas piala atau gelas kimia atau beaker glass adalah wadah sederhana untuk mengaduk,
mencampur dan memanaskan cairan yang umum digunakan di banyak laboratorium. Gelas
umumnya berbentuk silinder, dengan alas datar. Kebanyakan juga memiliki moncong kecil
(atau "paruh") untuk membantu menuangkan seperti yang ditunjukkan pada gambar.
Beakers tersedia dalam berbagai ukuran, Standard gelas biasanya memiliki ketinggian
sekitar 1,4 kali diameter. Bentuk rendah umum dengan moncong yang dirancang oleh
John Joseph Griffin dan karena itu kadang-kadang disebut gelas Griffin. Gelas ini
merupakan bentuk yang paling universal dan digunakan untuk berbagai tujuan - dari
menyiapkan larutan, menuangkan cairan supernatan hingga melakukan reaksi sederhana.
Gelas biasanya terbuat dari kaca (saat ini biasanya kaca borosilikat ), tetapi juga bisa dalam
9

logam (seperti stainless steel atau aluminium) atau plastik (terutama polietilena,
polipropilena, PTFE). Beaker glass mempunyai tanda ukuran atau skala, yaitu, ditandai di
sisi dengan garis-garis yang menunjukkan volume yang terkandung. Misalnya, 250 mL
beaker mungkin ditandai dengan garis-garis untuk menunjukkan 50, 100, 150, 200, dan
250 mL volume. Tanda ini tidak dimaksudkan untuk memperoleh pengukuran yang tepat
dari volume ( labu ukur akan menjadi instrumen yang lebih tepat untuk tugas seperti itu),
melainkan sebuah estimasi. Kehadiran moncong berarti bahwa gelas tidak dapat memiliki
tutup. Namun, ketika digunakan, gelas dapat ditutupi oleh kaca arloji untuk mencegah
kontaminasi atau kehilangan isi, tetapi memungkinkan ventilasi melalui paruhnya. Atau,
gelas kimia dapat ditutupi dengan gelas besar lain yang telah terbalik, meskipun kaca arloji
adalah yang lebih baik.
Biasanya gelas kimia berkapasitas 50, 100, 250, 400, 500 ml. hingga 2000 ml. Adanya
paruh pada bibirnya, memudahkan penuangan, batang pengaduk dapat menjulur keluar dari
gelas kimia walaupun gelas kimia ditutup, paruh tersebut merupakan jalan keluar bagi uap
ataupun gas bila gelas piala ditutup dengan kaca arloji. Harus disertakan kaca arloji dengan
ukuran yang sesuai. Untuk penguapan dan reaksi kimia yang bergolak menghasilkan gas,
kaca arloji itu harus ditopang pada mulut gelas piala dengan pertolongan batang kaca
berbentuk V.

3. Erlenmeyer

Gambar 3. Erlenmeyer

Labu erlenmeyer adalah wadah berbentuk kerucut yang leher, sehingga Anda dapat
menahan/memegang labu atau memasang penjepit ataupun menggunakan tutup.
Labu Erlenmeyer digunakan untuk mengukur, mencampur, dan menyimpan cairan.
Bentuknya membuat labu ini sangat stabil. Erlenmeyer adalah salah satu labu atau wadah
gelas yang paling umum dan banyak digunakan pada laboratorium kimia. Kebanyakan
10

erlenmeyer terbuat dari kaca borosilikat sehingga dapat dipanaskan di atas api atau di
autoklaf. Ukuran yang paling umum dari erlenmeyer adalah 250 ml dan 500 ml.
Erlenmeyer dapat ditutup dengan gabus atau stopper atau tempat plastik atau film parafin
atau kaca arloji di atasnya. Erlenmeyer yang umum digunakan untuk titrasi adalah yang
berkapasitas 250 ml. Selain itu ada juga yang berkapasitas 50, 100, 500, atau 1000 ml.
Dengan dipasangnya corong yang batangnya pendek, akan dicegah kehilangan cairan lewat
leher labu dan sementara uap masih bias keluar.

4. Corong
Corong yang baik berpenampung sudut 60 0. Ukuran yang
paling berguna untuk analisis kuantitatif adalah yang
berdiameter 5,5cm, 7 cm dan 9 cm. Batangnya harus
berdiameter dalam sekitar 4 mm dan panjangnya tak lebih dari
15 cm. Untuk mengisi buret dan memindahkan zat padat ke
labu volumetric,
Gambar 4 Corong sebaiknya digunakan corong bergantung pendek dan leher
lebar.
Untuk endapan yang banyak digunakan corong Buchner. Corong ini terdiri dari
corong porselen yang dipasangi lempeng berlubang-lubang. Lempeng ini ditutup dengan
pas oleh kertas saring rangkap. Corong Buchner dipasang pada labu saring dengan suatu
sumbat.

5. Batang Pengaduk

Gambar 5. Batang Pengaduk


11

Batang pengaduk digunakan untuk mengaduk larutan atau suspensi, biasanya dalam gelas
piala. Batang ini merupakan batang kaca yang berdiameter 3-4 mm, sedemikian rupa
sehingga akan menjorok 6-8 cm keluar dari bagian atas gelas piala. Kedua ujung batang ini
ditumpulkan/dibulatkan dengan pemanasan nyala Bunsen. Di samping fungsinya sebagai
pengaduk, batang ini digunakan untuk memindahkan larutan dari bejana ke bejana lain,
dari kertas saring ke bejana atau sebagai pengarah aliran

6. Pipet Ukur

Pipet ukur diberi skala seperti buret, dan digunakan


untuk mengukur volume larutan dengan lebih tepat dari pada
gelas ukur. Tetapi biasanya pipet ukur tidak dipergunakan
apabila digunakan untuk ketepatan yang tinggi.Pipet ukur
digunakan untuk memindahkan cairan yang volumenya
bermacam-macam dan telah ditetapkan sebelumnya. Terbuat
dengan kapasitas 1, 2, 5, 10, 20, 25, 50, dan 100 ml. Dan
yang sering digunakan 10, 25, dan 50 ml. Dalam
menggunakannya, pipet harus dipegang vertical dan tanda
batas sama tingginya dengan mata.
Untuk cairan beracun dan berbahaya lainnya
diharuskan menggunakan karet penghisap untuk pengisian.
Cegahlah agar cairan tidak masuk ke dalam bola karet,
karena menimbulkan kontaminasi pada cairan dan juga dapat
merusak bola karet.
Gambar 6. Pipet Ukur
Tetesan cairan yang menempel di ujung cairan, disingkirkan dengan
membentikkannya dengan suatu permukaan kaca. Kemudian cairan itu dibiarkan mengalir
ke wadah penerima, dengan ujung pipet menyentuh dinding dalam wadah. Ketika pipet
telah kosong, ujung pipet dibiarkan kontak dengan dinding wadah selama 30 detik.
Kemudian ujung pipet dilepaskan dari dinding wadah, cairan yang tersisa dalam ujung
pipet tidak boleh diambil baik dengan meniupnya atau dengan mencelupkan ke dalam
wadah penerima, karena volumenya sudah diperhitungkan waktu kalibrasi. Puipet yang
ujungnya rusak tidak dapat digunakan lagi.
12

7. Pipet volum/transfer

Sebuah pipet volumetrik atau pipet bola


memungkinkan pengukuran volume larutan sangat akurat
(empat angka penting). Pipet ini memiliki lampu besar
dengan porsi yang sempit panjang di atas dengan tanda
ukuran atau skala tunggal seperti yang dikalibrasi untuk
volume tunggal (seperti labu ukur). Pipet ini mempunyai
kapasitas volume 10, 25, dan 50 mL. Pipet volumetrik yang
umum digunakan dalam kimia analitik untuk membuat
larutan laboratorium dari larutan pekat serta menyiapkan
larutan untuk titrasi.
ASTM standar E969 mendefinisikan toleransi standar
untuk pipet volumetrik mentransfer. Toleransi tergantung
pada ukuran: pipet 0,5 ml memiliki toleransi ± 0.006 ml,
sedangkan pipet 50 mL memiliki toleransi ± 0,05 mL.
Contoh khusus pipet volumetrik adalah pipet microfluid
(mampu mengeluarkan sesedikit 10μL) dirancang dengan
ujung cair beredar yang menghasilkan volume diri
membatasi di depan saluran keluar. Pipet ini digunakan
untuk memindahkan larutan yang volumenya diketahui
dengan tepat, dari satu wadah ke wadah yang lain. Pipet ini
diisi dengan menyedot secara perlahan sampai 2 cm di atas
garis batas dengan menggunakan bola isap. Ujung bawah
pipet harus tercelup cukup dalam ke dalam cairan selama
pengisian. Kemudian permukaan cairan diatur sampai tepat
pada tanda batas. Pipet ini mempunyai kapasitas yang biasa
digunakan yaitu 5, 10, 25 ml.
13

8. Botol Cuci/Penyimpan Air Destilat

Gambar 9. Botol Cuci


Botol polietina yang dapat ditekan untuk memaksa air keluar dari ujung paruh.
Kadang-kadang dapat disarankan untuk menyediakan botol cuci tambahan untuk air
panas dan pelarut tertentu. Botol cuci digunakan bila diperlukan untuk aliran air suling
yang terarah, seperti bila membilas dinding dalam bejana kaca sehingga dijamin tidak
ada tetesan larutan contoh yang terikutkan dalam proses.
9. Buret
Buret adalah alat yang digunakan dalam kimia analitik untuk mengeluarkan variabel,
jumlah yang terukur dari larutan kimia. Sebuah buret volumetrik memberikan volume
terukur cairan. Sebuah buret dibedakan dari pipet oleh fakta bahwa kuantitas
disampaikan adalah variabel. Jadi dalam titrasi, salah satu larutan yang ditiadakan
dengan pipet, dan larutan lain yang ditambahkan ke dalamnya dari buret dalam aliquot
dengan ukuran berbeda. Buret dapat ditunjuk untuk digunakan pada suhu tertentu. Jika
digunakan pada suhu lain mereka harus dikalibrasi.
Sebuah buret tradisional terdiri dari tabung kaca bore konstan dengan skala ukuran
tertera di atasnya dan kran di bagian bawah. Laras kran mungkin terbuat dari kaca atau
plastik PTFE. Stopcocks (keran) dengan barel kaca perlu dilumasi dengan vaseline
atau minyak khusus. Burettes diproduksi dengan toleransi yang ditentukan, ditetapkan
sebagai kelas A atau B dan ini juga terukir pada kaca.
14

Gambar 10. Buret

Buret digunakan untuk menghantarkan volume yang diketahui dengan tepat tapi
dapat diubah-ubah, biasanya digunakan untuk titrasi. Keran terbuat dari kaca atau Teflon.
Kran Teflon tidak memerlukan pelumasan, tetapi kran kaca memerlukan pelumasan.
Buret dibersihkan dengan deterjen encer panas digunakan bersama-sama dengan sikat
buret yang panjang. Bila sedang tidak digunakan buret hendak nya diisi dengan air suling
dan ditutupi.
Umumnya buret berkapasitas 50 ml digunakan untuk titrasi. Dalam membaca buret
hendaknya dilakukan dengan teliti. Untuk itu buret dipasang vertikal dan tidak boleh
miring. Larutan yang ada di dalam buret membentuk permukaan cekung yang dinamakan
dengan meniscus. Pada larutan yang encer, warnanya tidak tua, biasanya posisi dasar
meniscuslah yang dibaca. Bila larutan berwarna gelap maka bagian atas meniscus yang
dibaca, misalnya larutan permanganate.
15

Gambar 11. Meniscus


Sebelum titrasi dimulai, harus dipastikan bahwa dalam paruh buret tidak ada gelembung
udara. Gelembung udara tersebut tercatat sebagai cairan yang diteteskan jika gelembung
itu keluar lewat paruh buret sehingga mengurangi ketelitian dalam menentukan volume
titran.
Larutan yang akan dititrasi umumnya ditaruh dalam labu Erlenmeyer, dipolangpalingkan
dengan cara memutar dengan lembut sementara titrannya ditambahkan. Gunakan tangan
kanan untuk memegang kran buret, sedangkan tangan kiri memegang Erlenmeyer.

10. Labu Ukur/ Labu Takar/Labu Volumetri

Labu ukur atau labu takar, atau yang biasa disebut dengan
labu volumetrik (Volumetric Flask) adalah alat yang
berfungsi untuk untuk keperluan pengenceran larutan
sampai dengan volume tertentu sebagaimana tertera dalam
badan labu ukur dan bisa digunakan juga
untuk menyiapkan larutan dalam kimia analitik yang
konsentrasi dan jumlahnya diketahui dengan pasti dengan
keakuratan yang sangat tinggi. Alat ini Sangat cocok
digunakan untuk mengukur sesuatu dengan keakuratan
yang tinggi karena di bagian leher terdapat lingkaran
graduasi, volume, toleransi, suhu kalibrasi dan kelas gelas. 

Gambar 12. Labu Ukur


16

Pada lehernya juga terdapat tanda batas yang menunjukkan volume sebagaimana
tertera pada badan labu takar. Biasanya berwarna transparan, tetapi ada juga yang berwarna
gelap. Biasanya dilengkapi dengan penutup dari bahan tahan bahan kimia seperti polietilen
atau dapat juga dari gelas.Kapasitas yang sering digunakan adalah 50, 100, 250, 500, 1000
ml. Labu ini akan berisi cairan sebanyak volume yang tercantum, yaitu diimana dasar
meniscus cairan berimpit dengan garis batas yang terdapat pada labu tersebut. Labu ini
digunakan untuk membuat larutan dengan volume yang tercantum. Larutan tidak boleh
dipanaskan dalam labu ukur, walaupun terbuat dari pyrex. Labu ukur mempunyai
tutup/sumbat kaca asah atau polietilena, tudung ulir atau tudung cungkil. Larutan basa akan
menyebabkan sumbat kaca tidak dapat dibuka, oleh karena itu larutan basa tidak boleh
menggunakan labu dengan sumbat kaca.

11. Bejana Isap/Erlenmeyer Vakum


Seperti gelas Erlenmeyer biasa, di sebelah atas ada lubang
pipa yang dapat dihubungkan dengan pompa vakum oleh
pipa karet atau pipa plastik. Terbuat dari kaca yang
berdinding tebal, dapat menahan tekanan sampai 5
atmosfer. Digunakan pada saat melakukan filtrasi.

Gambar 13. Bejana Isap

12. Kertas Saring

Gambar 14. Kertas Saring


Umumnya digunakan kertas saring dengan tekstur yang sedang halusnya. Ukuran
kertas saring tergantung pada banyaknya endapan dan bukan pada volume larutan. Tepi
17

atas kertas saring hendaknya 1 cm di bawah mulut corong kaca. Tidak boleh diisi
larutan lebih dari 2/3 volumenya.
Tersedia berbagai jenis kertas saring. Untuk analisis kuantitatif hendaknya digunakan
kertas saring bebas abu. Kertas ini telah diolah dengan asam klorida dan asam fluorida
dalam pembuatannya. Jadi bahan anorganiknya rendah dan meninggalkan sedikit sekali
abu bila dibakar.

13. Kaca Arloji dan Cawan Porselin

Gambar 15. Kaca Arloji dan Cawan Porselen

Alat ini digunakan untuk menimbang zat –zat kimia. Cawan poselin agak berat,
sehingga untuk zat-zat kimia yang beratnya kecil digunakan kaca arloji. Kaca arloji
dan cawan porselin digunakan juga untuk mengeringkan larutan hingga kristal
terbentuk. Sedangkan botol timbangan dilengkapi dengan tutup digunakan untuk
menimbang zat-zat yang higroskopis dan dapat berubah beratnya selama penimbangan.

14. Desikator

Gambar 16. Desikator


18

Zat-zat yang telah dikeringkan dengan pemanasan (dalam oven atau


pemanggangan) tidak terbuka di udara terlalu lama, karena zat tersebut akan menyerap
uap air dari udara. Untuk itu dilakukan penyimpanan di dalam udara kering, yaitu
dalam suatu desikator. Desikator adalah sebuah wadah kaca bertutup yang dirancang
untuk menyimpan objek dalam atmosfer kering. Biasanya desikator diisi dengan zat
pengering seperti kalsium klorida anhidrat, silica gel, kalsium sulfat anhidrat. Butir
butir silica gelmengandung zat indicator, bila berwarna biru, berarti masih mampu
menyerap kelembaban udara. Apabila warnanya merah muda berarti desikan tersebut
telah jenuh dan harus diregenerasi. Proses regenerasi dilakukan dengan cara pengering
di dalam oven pada 105 oC selama 24 jam sampai berwarna biru lagi. Desikator harus
tertutup bila tidak warnanya berubah dengan cepat menjadi merah muda. Bila suatu
objek panas, seperti krus ditaruh dalam sebuah desikator hendaknya ditunggu 5-10
detik agar udara yang panas memuai, baru kemudian ditutup. Ketika membuka kembali
hendaknya digeser sangat perlahan-lahan untuk mencegah masuknya udara secara
mendadak, karena terjadinya kevakuman dalam desikator. Masuknya udara secara
mendadak dapat meniup endapan di dalam krus. Karena adanya kevakuman tersebut
seringkali tutup desikator sulit untuk dibuka, untuk itu bibir desikator diberi pelumas
tipis-tipis misalnya vaselin.

15. Neraca Analitik


Petunjuk Penggunaan Neraca Analitik :
1. Neraca harus diletakkan pada alas yang kokoh, bebas dari getaran mekanis
2. Bahan yang akan ditimbang suhunya harus sama dengan suhu neraca/suhu kamar, jadi
bahan yang panas harus didinginkan terlebih dahulu dalam desikator

3. Tutup pintu timbangan saat menimbang


4. Jangan melebihi beban melebihi kapasitas neraca
5. Bahan-bahan kimia tidak boleh ditaruh langsung di atas piring logam. Jadi harus
menggunakan wadah yang sesuai, seperti beker gelas, kaca arloji, dan sebagainya..
Cairan/ bahan yang mudah menguap atau higroskopis harus ditimbang dalam
wadah tertutup.
6. Benda yang ditimbang harus ditaruh di tengah-tengah piring
19

4. Beberapa Teknik Dasar dalam Laboratorium :


1.         Cara memanaskan cairan
Harus diperhatikan kemungkinan terjadinya bumping (meloncatnya cairan akibat
peningkatan suhu drastis). Cara mencegahnya dengan menambahkan batu didih ke dalam
gelas kimia.
a.       Pemanasan cairan dalam tabung reaksi
      Jangan sampai mengarahkan mulut tabung reaksi kepada praktikan baik diri sendiri
maupun orang lain. Jepit tabung reaksi pada bagian dekat dengan mulut tabung. Posisi
tabung ketika memanaskan cairan agak miring, aduk dan sesekali dikocok.   Pengocokan
terus dilakukan sesaat setelah pemanasan.
b.      Pemanasan cairan dalam gelas kimia dan labu Erlenmeyer
Bagian bawah dapat kontak langsung dengan api sambil cairannya digoyangkan perlahan,
sesekali diangkat bila mendidih.
     2.    Cara membaca volume pada gelas ukur
Masukkan cairan yang akan diukur lalu tepatkan dengan pipet tetes sampai skala
yang diinginkan. Bagian terpenting dalam membaca skala di gelas ukur tersebut adalah
garis singgung skala harus sesuai dengan meniskus cairan. Meniskus adalah garis lengkung
permukaan cairan yang disebabkan adanya gaya kohesi atau adhesi zat cair dengan gelas
ukur.
     3.    Cara menggunakan buret
Sebelum digunakan, buret harus dibilas dengan larutan yang akan digunakan. Cara
mengisinya :
      Kran ditutup kemudian larutan dimasukkan dari bagian atas menggunakan corong
gelas.
      Jangan mengisi buret dengan posisi bagian atasnya lebih tinggi dari mata kita.
Turunkan buret dan statifnya ke lantai agar jika ada larutan yang tumpah dari corong tidak
terpercik ke mata.
      Jangan sampai ada gelembung yang tertinggal di bagian bawah buret. Jika sudah tidak
ada gelembung, tutup kran.
      Selanjutnya isi buret hingga melebihi skala nol, lalu buka kran sedikit untuk mengatur
cairan agar tepat pada skala nol.
20

5. Reagen yang Digunakan


Reagen yang digunakan dapat berupa padat (bubuk, kristal) atau zat cair. Pada
umumnya mutu zat kimia dapat dibedakan dalam :
1. Teknis, zat kimia tersebut agak kasar dan masih mengandung sedikit zat-zat kimia
lain yang dianggap mencemari zat asli, digunakan untuk percobaan yang tidak
memerlukan ketelitian tinggi.
2. Purified, zat kimia ini agak lebih sempurna dari zat kimia teknis dan dapat
digunakan untuk beberapa jenis percobaan dan analisa
3. Extra pure, pro analysa (p.a), ACS, zat kimia tersebut sangat sempurna dan
digunakan untuk analisis yang memerlukan mketelitian yang tinggi, misalnya
analisis kualitas air.
Komposisi zat kimia tercantum di label pada botol penyimpanan zat kimia, hanya
bahan kimia teknis kadang kadang kurang diketahui perinciannya. Pada label biasanya
tercantum :
1. mutu
2. kadar zat-zat impurities
3. peringatan bahaya : korosif, asam, racun, mudah meledak, mudah terbakar dan
sebagainya
4. formula zat kimia yang lengkap (dengan atau tanpa air kristal)
5. berat molekul dan densitas

Larutan-larutan di laboratorium pada umumnya dapat dibedakan sebagai berikut :


1. Larutan Standar primer : Larutan ini sangat teliti dan biasanya harus dibeli dari
pemasok khusus (Merck, Fluka dan sebagainya), dan digunakan hanya untuk
membuat larutan standar atau untuk menstandardisasikan larutan-larutan yang
dibuat di laboratorium.
2. Larutan standar : larutan ini adalah pengenceran dari larutan standar primer atau
larutan yang dibuat di laboratorium, dan telah distandardisasikan dengan larutan
stansdar primer, larutan standar bersifat sangat teliti.
3. Larutan kerja : larutan kerja dibuat di laboratorium, kalau mungkin
distandardisasikan dengan standar primer.
21

D. RANGKUMAN
Petunjuk dan peraturan dalam melakukan pekerjaan di laboratorium harus benar
benar diperhatikan untuk menghindari terjadinya bahaya yang ditimbulkan. Pengetahuan
tentang kegunaan peralatan dan cara menggunakannya harus benar-benar di pahami.

E. TUGAS :

1. Uraikan 3 tingkat mutu zat kimia yang digunakan di laboratorium


2. Gambarkan dan jelaskan cara penggunaannya 5 buah alat dari alat-alat yang telah
dijelaskan di atas !
22

BAB III
ANALISIS KUALITATIF

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
a. Capaian Pembelajaran Umum
Menjelaskan secara umum metode analisis kualitatif
b. Capaian Pembelajaran Khusus
1.1 Menjdefinisikan analisis kualitatif dengan :
- Reaksi kering
- Reaksi basah
1.2 Menjelaskan macam macam reaksi kering
1.3 Menjelaskan zona-zona yang terdapat pada nyala Bunsen
1.4 Menjelaskan uji pendahuluan terhadap larutan
1.5 Menguraikan klasifikasi kation (ion logam) ke dalam golongan-golongan
analitis
1.6 Menjelaskan pengujian untuk anion dalam larutan

B. PENDAHULUAN
Banyak ion-ion terlarut yang kita temui di sekitar kita misalnya pada air laut,
sungai, limbah, ataupun dalam bentuk padatannya seperti pada tanah dan pupuk. Unsur
logam dalam larutannya akan membentuk ion positif atau kation, sedangkan unsur non
logam akan membentuk ion negatif atau anion. Metode yang digunakan untuk menentukan
keberadaan kation dan anion dalam bidang kimia disebut analisis kualitatif. Untuk senyawa
anorganik disebut analisis kualitatif anorganik.
Banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukan analisis kualitatif. Ion-
ion dapat diidentifikasi berdasarkan sifat fisika dan kimianya. Beberapa analisis kualitatif
modern menggunakan sifat fisika seperti warna, spektrum absorpsi, spektrum emisi, atau
medan magnet untuk mengidentifikasi ion pada tingkat konsentrasi yang rendah
(Masterton, dkk., 1990).
Melihat banyaknya penggunaan zat kimia dalam dunia Teknik Kimia, maka analisa
kualitatif sangat berperan penting dalam mengidentifikasi zat atau unsur tersebut dan
23

kegunaannya dalam bidang industri.


C. POKOK POKOK ISI
Analisis kualitatif, khususnya untuk analisis zat anorganik dapat dilakukan untuk
menentukan atau menganalisis kation dan anion. Dalam analisis kualitatif dapat dilakukan
dengan cara :
1. Reaksi Kering
Sejumlah uji yang berguna dapat dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa
melarutkan sample. Reaksi kering tersebut berupa :
a. Pemanasan
Zat ditaruh di dalam tabung pengapian (tabung bola atau tabung reaksi dipanaskan
pada nyala Bunsen. Zat dipanaskan secara perlahan. Pada pemanasan ini dapat terjadi
sublimasi, pelelehan atau penguraian yang disertai perubahan warna, atau dibebaskan
suatu gas yang dapat dikenali dari sifat-sifat khasnya.
b. Uji Pipa Tiup
Nyala Bunsen terang (lubang udara tertutup seluruhnya) kira-kira 5 cm digunakan
untuk uji ini. Zat yang diuji diletakkan pada rongga bongkahan arang dan dipanaskan pada
nyala Bunsen yaitu pada nyala mengoksid dan nyala mereduksi.
c. Uji Nyala
Zat dipanaskan pada nyala Bunsen dan menghasilkan warna yang spesifik.
Berdasarkan gambar 17. Struktur nyala Bunsen tak terang, nyala Bunsen tak terang terdiri
dari tiga bagian :
1. Kerucut biru dalam, ADB yang sebagian besar terdiri dari gas yang tak
terbakar.
2. Ujung terang D( hanya tampak bila lubang udara sedikit ditutup)
3. Selubung luar, ACBD, di mana terjadi pembakaran yang sempurna.
24

Gambar 17. Struktur nyala Bunsen tak terang

1. Temperatur terendah berada pada dasar nyala (a), dimanfaatkan untuk menguji
zat-zat atsiri, untuk menetapkan apakah zat-zat tersebut ikut memberi warna pada
nyala.
2. Bagian terpanas nyala adalah pada zona pelelehan pada b, dan terletak pada kira
kira sepertiga dari tinggi nyala, di tengah-tengah antara selubung luar dan selubung
dalam. Daerah ini digunakan untuk menguji kedapatlelehan zat, dan juga untuk
melengkapi a. dalam menguji keatsirian relatif dari zat-zat atau campuran zat.
3. Zona mengoksid bawah (c) terletak pada batas luar b dan dapat digunakan untuk
mengoksid zat-zat yang terlarut dalam manik boraks, natrium karbonat atau garam
mikroskosmik.
4. Zona mengoksid atas (d) terdiri dari ujung tak terang dari nyala, di sini terdapat
terdapat oksigen yang berlebih dan nyala tak sepanas pada c. Daerah ini dapat
digunakan untuk seua proses oksidasi yang tidak memerlukan suhu tertinggi.
5. Zona mereduksi atas(e) merupakan ujung kerucut biru dalam, kaya akan karbon
yang dapat memijar, daerah ini digunakan untuk mereduksi oksida kerak menjadi
logam.
6. Zona mereduksi bawah (f) terletak pada pinggir selubung, di sebelah kerucut biru,
di sinilah gas-gas pereduksi bercampur dengan oksigen dari udara. Kurang kuat
25

untuk mereduksi dibandingkan dengan e. Zona ini dapat digunakan untuk


mereduksi boraks lelehan atau uji manik-manik yang lain.
Uji nyala dilakukan dengan menggunakan kawat platinum kecil, jika tak tersedia
dapat digunakan kawat chromel (atau nichrome). Salah satu ujungnya diberi pegangan.
Mula-mula kawat ini dibersihkan dengan mencelupkannya ke dalam HCl pekat yang
ditaruh di atas kaca arloji, kemudian memanaskannya pada zona pelelehan dari nyala
Bunsen, kawat akan bersih apabila tidak mem berikan warna pada nyala. Kawat dicelupkan
dalam HCl pekat dalam kaca arloji, lalu ke dalam sedikit zat yang dianalisis agar sedikit
zat dapat menempel pada kawat. Kemudian zat dimasukkan ke dalam zona pengoksid
bawah. Amati warna yang terjadi pada nyala. Zat-zat yang kurang atsiri dipanaskan pada
zona pelelehan, dengan menggunakan perbedaan keatsirian untuk memisahkan suatu
campuran.
d. Uji spektroskopi, Spektra nyala
Cara ini menggunakan peralatan spektroskop. Alat ini digunakan untuk
memisahkan cahaya menjadi warna-warna penyusunnya. Alat ini dapat mengidentifikasi
kation.
e. Uji Manik Boraks
Menggunakan kawat platinum yang ujungnya dibengkokkan menjadi suatu
lingkaran kecil. Lingkaran ini dipanaskan dalam nyala Bunsen sampai membara dan
dengan cepat dibenamkan ke dalam bubuk boraks Na2B4O7.10 H2O. Boraks yang
menempel ditaruh pada bagian terpanas, garam ini membengkak ketika melepaskan air
kristalnya dan kemudian menyusut sebesar lingkaran kawat dengan membentuk manik
mirip kaca, tembus cahaya dan tak berwarna, yang terdiri dari campuran natriummetaborat
dan anhidra borat.
Na2B4O7 2 NaBO2 + B2O3
Manik itu dibasahi dan dibenamkan ke dalam zat yang dihaluskan, sehingga sedikit zat
yang menempel pada manik. Manik dan zat yang menempel mula-mula dipanasi dalam
nyala mereduksi bawah, dibiarkan dingin dan warnanya diamati. Kemudian manik itu
dipanasi dalam nyala mengoksid bawah, dibiarkan dingin dan warnanya diamati.
f. Uji Manik Fosfat
Uji ini dilakukan serupa dengan uji manik boraks, hanya saja digunakan garan
mikroskosmik, natrium ammonium hydrogen fosfat tetrahidrat Na(NH4)HPO4.4H2O.
g. Uji Manik Natrium Karbonat
26

Manik natrium karbonat digunakan dengan melelehkan sedikit natrium karbonat


pada lingkaran kawat natrium karbonat pada lingkaran kawat platinum dalam nyala
Bunsen, diperoleh pentulan putih tak tembus cahaya.
2. Reaksi Basah
Uji reaksi basah dilakukan pada zat-zat dalam larutan. Suatu reaksi diketahui
berlangsung :
a. dengan terbentuknya endapan
b. dengan pembebasan gas
c. dengan perubahan warna
2.1 Analisis Kation
Kebanyakan analisis kualitatif dilakukan dengan cara basah. Kation-kation
diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap reagensia.
Klasifikasi kation yang paling umum didasarkan atas perbedaan kelarutan dari
klorida, sulfida, dan karbonat dari kation tersebut.
Kelima golongan kation dan cirri-ciri khas golongan-golongan ini adalah sebagai
berikut :
Golongan I : Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer yaitu
timbel, merkurium (I), dan perak
Golongan II : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan dengan asan klorida , tetapi
membentuk endapan dengan hydrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion
golongan ini adalah merkurium (II), tembaga, bismut, kadmium, arsenik (II), arsenik
(V), stibium (III), stibium (V), timah (II), dan timah (III)(IV).
Golongan III : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer, atau
hydrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Kation ini membentuk endapan
dengan ammonium sulfida dalam suasana netral. Kation kation tersebut adalah kobalt (II),
nikel(II), besi (II), besi(III), aluminium, zink dan mangan(II).
Golongan IV : Kation golongan ini memebentuk endapan dengan ammonium karbonat
dengan adanya ammonium klorida dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation
tersebut adalah kalsium, strontium, dan barium
Golongan V : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia golongan
sebelumnya. Kation-kation tersebut adalah magnesium, natrium, kalium, ammonium,
litium, dan hydrogen.
Setelah didapat golongannya maka kation-kation tersebut dianalisis dengan
27

melakukan reaksi spesifik dengan pereaksi-pereaksi yang dapat menimbulkan sifat-sifat


khas untuk menentukan kation yang dianalisis.

2.2 Analisis Anion


Anion-anion dapat diidentifikasi dengan cara :
Kelas A : proses yang melibatkan identifikasi produk-produk yang mudah menguap, yang
diperoleh pada pengolahan dengan asam-asam.
a.. Gas dilepaskan dengan asam klorida encer dan asam sulfat encer : karbonat,
bikarbonat, sulfit, tiosulfat, sulfida, nitrit, hipoklorit, sianida, dan sianat.
b. Gas atau uap asam dilepaskan dengan asam sulfat pekat : meliputi zat zat dari (a),
fluorida, heksafluorisilikat, klorida, bromida, iodida, nitrat, klorat (BAHAYA),
perklorat, permanganat (BAHAYA), bromat, borat, heksasianoferat (II),
heksasianoferat(III), tiosianat, format, asetat, oksalat, tartrat, dan sitrat.
Kelas B : Proses yang tergantung pada reaksi-reaksi dalam larutan
a. Reaksi Pengendapan
Sulfat, peroksodisulfat, fosfat, fosfit, hipofosfit, arsenat, arsenit, kromat, dikromat,
silikat, heksafluorosilikat, salisilat, benzoat, dan suksinat.
b. Oksidasi dan reduksi dalam larutan :
maganat, permanganat, kromat, dikromat.
Analisis selanjutnya adalah uji spesifik dengan pereaksi-pereaksi tertentu.
D. RANGKUMAN
Analisis kualitatif adalah analisis kimia untuk menentukan unsur atau senyawa apa
yang ada dalam suatu sampel. Analisis ini terdiri dari reaksi kering, dan reaksi basah.
Berdasarkan analit yang dianalisis, maka analisis

E. TUGAS :
Tuliskan reaksi – reaksi uji spesifik pada kation-kation dalam lima golongan tersebut dan
anion anion pada kelas A dan kelas B.

BAB IV
28

STOIKIOMETRI LARUTAN

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Capaian Pembelajaran Umum
Menyelesaikan perhitungan stoikiometri larutan
2. Capaian Pembelajaran Khusus
2.1 Menjelaskan karakteristik larutan
2.2 Menjelaskan apa yang dimaksud dengan :
- Larutan berair dari spesies molekul
- Larutan berair dari spesies ionic
2.3 Menentukan berat ekivalen pada suatu reaksi kimia
2.4 Menyelesaikan perhitungan stoikiometri dari larutan
2.5 Menyelesaikan perhitungan-perhitungan konsentrasi larutan

B. PENDAHULUAN

Kebanyakan reaksi kimia berlangsung di dalam larutan. Hal ini dikarenakan zat
yang terlarut (solut) dalam pelarut, akan berada dalam keadaan terkecil, sebagai molekul
individu atau ion yang akan meningkatkan kemampuannya untuk bereaksi dengan molekul
atau ion yang lain. Kebanyakan proses kimia dalam tubuh berlangsung dalam larutan;
dengan tidak adanya larutan, maka banyak proses kimia dalam makhluk hidup tidak akan
terjadi. Larutan yang umum dikenal adalah larutan berbentuk cair, seperti es teh dan air
laut, tetapi sebenarnya larutan dapat berupa gas, seperti atmosfer, atau padat, seperti cincin
emas, yang merupakan campuran perak dilarutkan dalam emas.

C. POKOK POKOK ISI

1. LARUTAN
Larutan adalah suatu sistem homogen yang mengandung dua atau lebih zat.
Biasanya larutan dianggap sebagai cairan yang mengandung zat terlarut, misalnya padatan
atau gas. Komponen utama dari larutan biasanya disebut pelarut (solven), dan komponen
minornya dinamakan zat terlarut (solut). Pelarut biasanya berada pada proporsi yang besar
sedangkan solut dalam proporsi yang kecil, sehingga hal ini memungkinkan suatu larutan
terdiri dari beberapa zat terlarut.
29

Banyak campuran umum (seperti beton) adalah komponen -yang heterogen dan
sifat campuran tersebut tidak terdistribusi secara merata di seluruh struktur mereka.
Sebaliknya, larutan yang dikatakan homogen karena mereka memiliki komposisi dan sifat
seragam. Larutan adalah campuran homogen yang intim dan acak dari spesies kimia
berukurann atom, ion, atau molekul. Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau
lebih zat murni yang molekulnya berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur.
Perubahan gaya antarmolekul yang dialami oleh molekul dalam bergerak dari zat terlarut
murni atau pelarut ke keadaan tercampur mempengaruhi baik kemudahan pembentukan
maupun kestabilan larutan. Larutan dapat berada dalam kesetimbangan fasa dengan gas,
padatan, atau cairan lain.
Sewaktu terjadi pelarutan, tarikan di antara partikel dalam fasa asalnya (tarikan
pelarut-dengan-pelarut dan zat terlarut-dengan-zat terlarut) terpecah dan tergantikan,
sekurang-kurangnya sebagian, dengan tarikan baru pelarut-dengan-zat terlarut. Tidak
seperti senyawa, larutan memiliki komponen dalam proporsi tertentu dan tidak dapat
dinyatakan dengan rumus kimia. Persamaan untuk reaksi pelarutan tidak melibatkan
pelarut sebagai reaktan. Persamaan ini menyatakan keadaan awal zat terlarut dalam tanda
kurung di ruas kiri persamaan dan pernyataan pelarut yang digunakan dalam tanda kurung
di ruas kanan. Misalnya, padatan (s) sukrosa dilarutkan dalam air menghasilkan larutan
berair (aqueous, aq) sukrosa
C12H22O11 (s) C12H22O11 (aq)
Meskipun zat terlarut dan pelarut dapat berupa kombinasi fasa padatan, cairan, dan
gas, akan tetapi air cair merupakan pelarut yang paling lazim dan paling penting. Jadi, kita
tekankan larutan berair dengan pengertian bahwa pelarutan juga terjadi dengan pelarut lain.

a. Larutan Berair dari Spesies Molekul


Zat molecular yang memiliki molekul polar mudah dilarutkan dalam air.
Contohnya adalah gula, yang rumusnya Cm(H2O)n. Contoh khasnya ialah sukrosa C12H22O11
(gula pasir), fruktosa C6H12O6 (gula buah), dan ribose C5H10O5, yaitu suatu sub-unit dalam
biomolekul yang disebut asam ribonukleat. Apapun rumus umumnya, gula tidak
mengandung molekul air, tetapi mereka memiliki gugus polar O-H (hidroksil) yang terikat
pada atom karbon, yang merupakan tapak untuk interaksi dwikutub-dwikutub dengan
molekul air. Tarikan ini menggantikan interaksi zat terlarut-zat terlarut, dan setiap molekul
gula yang berair (aquated) bergerak menuju larutan. Banyak zat molecular lainnya
30

mengikuti pola yang sama, asalkan molekul tersebut cukup polar. Zat nonpolar seperti
karbon tetraklorida, oktana, dan minyak serta malam(lilin) tidak larut dalam air.
b. Larutan Berair dari Spesies Ionik (Elektrolit)
Kalium sulfat adalah padatan ionic yang larut dalam air menghasilkan sampai
120g/L pada suhu 250C; yaitu massa maksimum yang dapat dilarutkan dalam 1L pada
250C, yang disebutkan juga kelarutan dalam air. Persamaan kimia untuk reaksi pelarutan
ditulis sebagai berikut:
K2SO4 (s) 2 K+ (aq) + SO42- (aq)
Pelarutan spesies ionic, seperti diberikan pada gambar 6.3, terjadi melalui gaya ion-
dwikutub. Setiap ion negatif dalam dalam larutan dikelilingi oleh molekul air yang
mengarahkan ujung positif dari momen dwikutubnya ke arah ion negatif. Setiap ion positif
dikelilingi oleh molekul air dengan orientasi yang berbeda.
Setiap ion dilarutkan dalam air dan kulit solvasi dari molekul-molekul air yang
mengelilinginya merupakan kesatuan yang dipegangi oleh gaya ion-dwikutub. Ion yang
tersolvasi ini dapat bergerak sebagai kesatuan utuh bila medan listrik diberikan padanya.
Karena larutan hasilnya merupakan penghantar listrik yang baik, K 2SO4 disebut elektrolit
kuat.
Kelarutan dalam air setiap senyawa berbeda-beda. Hanya sedikit (0,0025g)
padatan-padatan barium sulfat yang larut per liter air pada 25 0C menurut reaksi :
BaSO4(s) Ba2+(aq) + SO42-(aq)

Sangat tidak larutnya barium sulfat ini menyatakan bahwa jika cukup banyak ion
barium berair yang dicampurkan dengan ion sulfat berair, yang akan terjadi ialah reaksi
kebalikannya, dan padatan barium sulfat yang akan muncul. Tentu saja, tidak mungkin kita
menyiapkan gelas piala yang hanya berisi ion yang muatannya sejenis. Ion dengan muatan
berlawanan harus ada untuk mempertahankan kenetralan. Namun, dimungkinkan untuk
menyiapkan gelas piala yang mengandung senyawa barium terlarut dalam air (misalnya
barium klorida) dan gelas piala kedua yang berisi senyawa sulfat terlarut dalam air
(misalnya kalium sulfat). Pencampuran kedua larutan ini akhirnya menghasilkan padatan
barium sulfat melalui reaksi :
Ba2+(aq) + SO42-(aq) BaSO4(s)
Yang disebut reaksi pengendapan.
Reaksi pengendapan seperti ini kadang-kadang ditulis sebagai
31

BaCl2(aq) + K2SO4(aq) BaSO4(S) + 2 KCl(aq)


Yang menyiratkan terjadinya pertukaran ion : kedua anion bertukar tempat. Namun
demikian, hal ini tampak menyesatkan, sebab BaCl2, K2SO4, dan KCl semua terdisosiasi
sempurna menjadi ion-ionnya dalam larutan berair. Akan lebih cermat jika reaksi tersebut
dituliskan
Ba2+(aq) + 2 Cl-(aq) + 2 K+(aq) + SO42-(aq) BaSO4(s) + 2K+(aq) + 2 Cl-(aq)
Ion kalium dan klorida muncul pada kedua ruas persamaan itu. Keduanya adalah ion
pengamat, yang menjamin kenetralan tetapi tidak langsung mengambil bagian dalam reaksi
kimia. Pengabaian ion pengamat itu dari persamaan kimia yang balans menghasilkan
persamaan ion bersih.
Ba2+(aq) + SO42-(aq) BaSO4(s)
Persamaan ion bersih hanya mencantumkan ion-ion (dan molekul) yang benar-benar
mengambil bagian dalam reaksi.
Dalam reaksi pelarutan dan pengendapan, ion-ion mempertahankan identitasnya,
dan terutama bilangan oksidasinya tidak berubah. Ion hanya bertukar posisi yang
dimilikinya dalam padatan (dikelilingi oleh ion lain) ke posisi barunya dalam larutan
(dikelilingi oleh molekul pelarut), atau mengalami proses kebalikannya.

Contoh soal :
Suatu larutan berair natrium karbonat dicampur dengan larutan berair kalsium klorida, dan
endapan putih segera terbentuk. Tulislah persamaan ion bersih yang menjelaskan
pengendapan ini.
Penyelesaian
Larutan berair natriumkarbonat mengandung ion-ion Na+(aq) dan SO42-(aq) serta larutan
kalsium klorida mengandung ion-ion Ca2+(aq) dan Cl-(aq). Pencampuran kedua larutan
menyebabkan ion serta Na+(aq) dan Cl-(aq) serta ion Ca2+(aq) dan SO42-(aq) bersentuhan untuk
pertama kali. Endapan terbentuk melalui reaksi
Ca2+(aq) + SO42-(aq) CaCO3(s)
Karena kombinasi ion lainnya menghasilkan natrium klorida, yaitu senyawa yang
diketahui larut dalam air.

2. STOIKIOMETRI REAKSI DALAM LARUTAN


Cabang ilmu kimia yang bertalian dengan hubungan berat antara unsur dengan
32

senyawa dalam reaksi-reaksi kimia disebut stoikiometri.Sebagian besar reaksi kimia yang
terjadi di permukaan bumi, baik dalam makhluk hidup maupun zat anorganik, berlangsung
dalam larutan berair.

a. Berat molekul

Mol adalah jumlah tertentu dari molekul, atom, elektron, dan partikel-partikel
tertentu lainnya. Menurut Komite Internasional untuk Berat dan Ukuran, mol adalah
jumlah suatu substansi yang mengandung sejumlah elemen yang sama dengan jumlah atom
pada 0,012 g. Karbon 12. Dalam system S.I., 1 mol mengandung jumlah molekul yang
berbeda dengan 1 mol dalam Sistem American Engineering. Dalam Sistem S.I., 1 mol
mengandung 6,023 x 1023 molekul atau dinamakan dengan gram mol (g mol). Pada Sistem
American Engineering 1 pound mol (lb mol) mengandung 6,023 x 1023 x 454 molekul.

Massa dalam g.
g mol = --------------------------
Berat molekul

Massa dalam lb
lb mol = --------------------------
Berat molekul

Massa dlm g. = (BM) (g. mol)

Massa dlm lb. = (BM) (lb mol)

Begitu juga untuk kilogram mol (k mol), ton mol dan satuan-satuan lainnya.
Suatu senyawa tersusun lebih dari satu atom, dan berat molekul senyawa
merupakan jumlah dari berat atom yang menyusunnya. Seperti H 2O yang terdiri dari 2
atom Hidrogen dan satu atom Oksigen mempunyai Berat Molekul : (2)(1.008) + 16,000 =
18,02, dengan berat molekul ini, molekul H2O mempunyai jumlah molekul yang sama
dengan jumlah atom karbon 12. Sebagai contoh berat molekul H 2 adalah 2,016 g/gmol,
2,016 lb/lbmol, 2,016 kg/kgmol, 2,016 ton/tonmol dan seterusnya.

b. Berat Ekivalen
Berat ekivalen suatu zat yang terlibat dalam suatu reaksi dan dipakai sebagai dasar
33

untuk titrasi didefinisikan sebagai berikut :

1. Untuk reaksi asam basa, berat ekivalen adalah berat dalam gram dari zat yang
diperlukan untuk menyediakan atau bereaksi dengan 1 mol H+
2. Untuk reaksi redoks, berat ekivalen adalah berat dalam gram dari zat yang diperlukan
untuk menyediakan atau bereaksi dengan 1 mol electron.
3.Untuk reaksi pengendapan dan pembentukan kompleks, berat ekivalen adalah berat
dalam gram dari zat yang diperlukan untuk menyediakan atau bereaksi dengan 1 mol
kation univalent, ½ mol kation divalent, 1/3 mol kation trivalent dan seterusnya.
Berat ekivalen suatu zat disebut ekivalen sama seperti berat molekul disebut mol.
Berat ekivalen dan berat molekul dihubungkan dengan persamaan :

BE = BM/n
.n adalah jumlah mol hydrogen, electron, atau kation univalent yang disediakan
atau dikombinasikan dengannya oleh zat pereaksi.

Reaksi berikut adalah reaksi yang digunakan secara komersial untuk memproduksi
bromine unsur dari garamnya dalam larutan:

2 Br-(aq) + Cl2(aq) 2 Cl-(aq) + Br2(aq)


Andaikan ada 50,0 mL larutan NaBr 0,0600 M. Berapa volume larutan Cl 2 0,0500 M
diperlukan untuk bereaksi sempurna dengan Br- ?
0,0500 L x (0,0600 mol/L) = 3,00 x 10-3 mol Br-
Kemudian, gunakan factor konversi 1 mol Cl2 per 2 mol Br- untuk mencari mol Cl2.

1 mol Cl2
-3 -
Cl2 yang bereaksi = 3,00 x 10 mol Br
2 mol Br-

= 1,50 x 10-3 Cl2

Selanjutnya tentukan volume yang diperlukan untuk klorin berair :

1,50 x 10-3 mol = 3,00 x 10-2 L larutan


34

0,0500 mol/L

Reaksi ini memerlukan 3,00 x 10-2 L, atau 30,0 mL larutan Cl2. Dalam praktiknya,
diperlukan larutan Cl2 berlebih untuk menjamin kesempurnaan konversi ion bromide
menjadi bromine.
Berhubung setiap mol ion bromide yang bereaksi menghasilkan satu mol ion
klorida dalam produknya, jumlah Cl - yang dihasilkan adalah 3,00 x 10-3 mol. Volume
akhir larutan adalah 0,0800 L, sehingga konsentrasi akhir Cl- adalah :

3,00 x 10-3 mol


-
[ Cl ] = = 0,0375 M
0,0800 L

Bila kalium dikromat ditambahkan pada asam hidroksida pekat, ia bereaksi menurut
persamaan

K2Cr2O7(s) + 14 HCl(aq) 2K+(aq) + 2Cr3+(aq)+ 8 Cl-(aq) + 7 H2O(l0 + 3 Cl2(g)

Menghasilkan larutan campuran kromium (III) klorida dan kalium klorida serta
gelembung gas klorin. Andaikan 6,20 g K2Cr2O7 bereaksi dengan HCl pekat dan volume
akhir larutannya 100 mL, hitunglah konsentrasi akhir Cr3+(aq) dan jumlah bahan kimia
klorin yang dihasilkan.
Penyelesaian:
Langkah pertama ialah mengkonversi massa K2Cr2O7 ke jumlah bahan kimia
6,20 g K2Cr2O7 mol
= 0,0211 mol K2Cr2O7
-1
249,19 g mol

Persamaan kimia yang balans menyatakan bahwa 1 mol K2Cr2O7bereaksi menghasilkan 2


mol Cr3+ dan 3 mol Cl-. Penggunaan kedua factor konversi kimia itu menghasilkan

2 mol Cr3+
3+
Mol Cr = 0,0211 mol K2Cr2O7
1 mol K2Cr2O7

= 0,0422 mol Cr3+

3 mol Cr3+
35

Mol Cl2 = 0,0211 mol K2Cr2O7


1 mol K2Cr2O7

= 0,0633 mol Cl2

Karena volume akhir larutan adalah 0,100 L, maka konsentrasi Cr3+(aq) adalah
0,0422 mol
[ Cr3+] = = 0,422 M
0,100 L

3. SISTEM KONSENTRASI
a. Molaritas
Molaritas didefinisikan sebagai jumlah mol solut per liter larutan, atau :
M = n/V
Dengan ketentuan :
M = molaritas
.n = jumlah mol solut
V = volume larutan dalam liter
Untuk :
.n = g/BM
di mana :
n = jumlah mol solut
g = gram solut
BM = berat molekul solut, maka :

M = g
BM x V
Atau :
g = M x V x BM

Pada reaksi antara titran T dengan analit A dengan persamaan sebagaiberikut :


tT + aA produk
maka persamaan untuk reaksi ini adalah :
t x mol A = a x mol T
b. Normalitas
36

Normalitas didefinisikan sebagai jumlah ekivalen solut per liter larutan atau :

N = ek/V
N = normalitas
Ek =jumlah ekivalen
V = volum dalam liter

Ek = g/BE
G = gram solut
BE = berat ekivalen

N= G

BE x V

Hubungan antara normalitas dengan molaritas adalah :


N = nM
Dengan ketentuan n adalah jumlah mol hydrogen, elektron atau kation univalen yang
disediakan atau dikombinasikan dengannya oleh zat yang bereaksi.

Pada reaksi antara titran T dengan analit A dengan persamaan sebagai berikut :
tT + aA produk
maka persamaan untuk reaksi ini adalah :
mek A = mek T
g/BE = V x N
c. Formalitas
Formalitas didefinisikan sebagai jumlah solut per liter larutan
F = nf / V
Dengan ketentuan :
F = formaitas
nf = jumlah berat rumus
V = volume larutan dalam liter
Bila :
.g = gram solut
BR = berat rumus
37

Maka : g

F =
BR x V

e. % w/w
persen berat/berat = gram zat terlarut
100 gram larutan

f.% w/v
persen berat/volume = gram zat terlarut
100 ml larutan

g. % v/v
persen volume/volume = ml zat terlarut
100 ml larutan

h. ppm ( part per million)


didefinisikan sebagai 1 mg solut dalam 1 liter larutan

D. RANGKUMAN
1. Larutan adalah suatu sistem homogen yang mengandung dua atau lebih zat. Biasanya
larutan dianggap sebagai cairan yang mengandung zat terlarut, misalnya padatan atau gas.
2. Komponen utama dari larutan biasanya disebut pelarut (solven), dan komponen
minornya dinamakan zat terlarut (solut).

E. TUGAS-TUGAS :
1. Jelaskan istilah-istilah berikut :
a. berat rumus
b. berat ekivalen
c. larutan standar
d. standardisasi
e. standar primer
f. aliquot
2. Bila diolah dengan dengan asam, timbale(IV) oksida tereduksi menjadi garam timbal(II)
dengan membebaskan oksigen :
2 PbO2(s) + 4HNO3(aq) → 2 Pb(NO3)2(aq)+ 2H2O(l) + O2(g)
Berapa volume larutan asam nitrat 7,91 M secukupnya untuk bereaksi dengan 15,9 g
38

timbal(IV) oksida berdasarkan persamaan tersebut?

3. Tulislah persamaan yang balans untuk reaksi asam-basa yang menghasilkan garam
berikut ini. Namai asam, basa, dan garamnya.
a. CaF2 b. Zn(NO3)2
c. Rb2SO4 d. KCH3COO
e. Na2SO3 f. PbSO4
g. Ca(C6H5COO)2 h. CuCl2

4. Karbondioksida yang dihasilkan (bersama dengan hydrogen) dari oksidasi skala industri
metana dengan bantuan nikel dipindahkan dari campuran gas scrubber yang
mengandung larutan kalium karbonat berair :
CO2(g) + H2O(l) + K2CO3(aq) → 2 KHCO3(aq)
Hitunglah volume karbondioksida (pada suhu 500C dan tekanan 1,00 atm) yang akan
bereaksi dengan 187L larutan kalium karbonat 1,36 M.

5. Hidrogen sulfide dapat dibuang dari gas alam lewat reaksi dengan natrium hidroksida
berlebih. Namai garam yang diproduksi dari reaksi ini.(catatan : Hidrogen sulfide
kehilangan kedua atom hidrogennya dalam reaksi tersebut)

BAB V
39

ANALISIS TITRIMETRI

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Capaian Pembelajaran Umum :
Menyelesaikan perhitungan pada analisis titrimetri
2. Capaian Pembelajaran Khusus :
2.1 Mendefinisikan analisis titrimetri
2.2 Menjelaskan perbedaan titik ekivalen dengan titik akhir
2.3 Menjelaskan reaksi-reaksi yang terjadi pada titrimetri
2.4 Menjelaskan syarat-syarat standar primer
2.5 Mendefinisikan berbagai system konsentrasi
2.6 Menyelesaikan perhitungan penentuan zat pada titrimetri baik titrasi langsung
maupun titrasi tak langsung.

B. PENDAHULUAN

Titrimetri, di mana kita mengukur volume larutan titran yang bereaksi secara
stoikiometri dengan analit, pertama kali muncul sebagai metode analisis pada awal abad
kedelapan belas. Tidak seperti gravimetri, titrimetri awalnya tidak mendapat penerimaan
luas sebagai teknik analitis. Banyak ahli kimia analisis terkemuka akhir abad kesembilan
belas lebih memilih gravimetri daripada titrimetri. Pada awal abad kedua puluh, titrimetri
mulai menggantikan gravimetri sebagai metode analisis yang paling umum digunakan.
Tidak seperti gravimetri, perkembangan titrimetri memerlukan pemahaman stoikiometri
yang lebih dalam.

C. POKOK POKOK ISI

Titrimetri merupakan salah satu metoda dari analisis kimia yang perhitungannya
berdasarkan hubungan stoikiometri sederhana dari reaksi-reaksi kimia. Suatu larutan yang
telah diketahui konsentrasinya dinamakan larutan standar atau larutan baku. Titrasi
adalah suatu proses di mana larutan standar tersebut ditambahkan secara perlahan-lahan
dari sebuah buret pada suatu larutan analit sampai terjadi reaksi yang sempurna dari kedua
larutan tersebut. Volume yang dibutuhkan sampai reaksi berjalan sempurna didapatkan
40

dari perbedaan antara volume awal dan volume akhir pada buret.
Saat di mana jumlah titran ekivalen secara kimia dengan jumlah analit dinamakan
titik ekivalen. Contohnya titik ekivalen pada titrasi NaCl dengan AgNO 3 akan terjadi
setelah 1 mol NaCl bereaksi dengan 1 mol AgNO3. Begitu pula pada titrasi H2SO4 dengan
NaOH, maka titik ekivalen akan tercapai setelah 2 mol basa bereaksi dengan 1 mol asam.

1. Reaksi reaksi dalam Titrasi


a. Asam-basa
Jika HA merupakan asam yang ditentukan dan BOH basanya, reaksinya adalah :
HA + OH- A- + H2O
Dan
BOH + H3O+ B+ + 2 H2O
Titran biasanya merupakan larutan standar elektrolit kuat, seperti natrium hidroksida
dan asam klorida.
b. Oksidasi – reduksi (redoks)
Reaksi reaksi kimia yang menyangkut oksidasi reduksi secara luas digunakan
dalam analisis titrimetri. Misalnya, besi dalam keadaan oksidasi +2 dapat dititrasi dengan
suatu larutan standar serium(IV) sulfat.
Fe2+ + Ce4+ Fe3+ + Ce3+
Pengoksidasi lain yang secara luas digunakan sebagai suatu titran adalah kalium
permanganat (KMnO4). Reaksinya dengan besi (II) dalam larutan asam adalah :
5 Fe2+ + MnO4- + 8 H+ 5 Fe3+ + Mn2+ + 4H2O
c. Pengendapan
Pengendapan anion perak dengan anion halogen merupakan prosedur titrimetri
yang digunakan secara luas. Reaksinya adalah :
Ag+ + X- AgX(s)
Dengan X mungkin ion klorida, bromida, iodida atau tiosianat.
d. Pembentukan Kompleks
Sebuah contoh reaksi yang menghasilkan kompleks stabil adalah antara ion-ion
perak dan sianida :
Ag+ + 2CN- AgCN2-
Reaksi ini merupakan dasar dari cara liebig untuk menentukan sianida. Pereaksi
organic tertentu seperti EDTA membentuk kompleks stabil dengan sejumlah ion metal
41

dan digunakan secara luas untuk menentukan logam-logam secara titrimetri.


2. Titik Ekivalen dan titik Akhir
Titik akivalen dari suatu titrasi adalah titik teoritis yang tidak dapat ditentukan
secara eksperimen. Akan tetapi hal tersebut dapat diperkirakan dengan mengamati
perubahan fisik pada kondisi ekivalen. Perubahan ini dinamakan dengan titik akhir titrasi.
Tentunya sangat diharapkan bahwa titik akhir titrasi berimpit atau sama dengan titik
ekivalen.
Metode umum yang digunakan adalah menggunakan zat tambahan yang dinamakan
indikator, yang akan menghasilkan perubahan fisik pada larutan pada saat atau mendekati
titik ekivalen. Perubahan ini disebabkan adanya perubahan besar konsentrasi relatif dari
analit ataupun titran yang terjadi pada daerah titik ekivalen.
Perubahan indicator meliputi perubahan warna, hilangnya warna, dan timbulnya
atau hilangnya kekeruhan (endapan).
3. Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan suatu proses yang dinamakan standarisasi. Larutan
standar dibagi dalam dua tingkatan :
1. Larutan standar primer
2. Larutan standar sekunder
Syarat-syarat standar primer adalah :
1. Sangat murni
2. Stabil pada udara terbuka
3. Bebas uap air
4. Mudah larut dalam air
5. Mempunyai berat ekivalen yang tinggi
Dalam praktek standar primer yang ideal sukar diperoleh, dan biasanya
diperlukan kompromi antara syarat-syarat di atas. Standar primer secara luas digunakan
untuk larutan basa ialah kalium hidro ftalat, KHC8H4O4 disingkat KHP, asam
sulfamat(HSO3NH2) dan kalium hydrogen iodat (KH(IO3)2. Natrium karbonat (Na2CO3)
dan tris (hidroksimetil) aminometan (CH 2OH)3CNH2) dikenal dengan TRIS atau THAM
merupakan standar primer yang umum untuk asam kuat.
Banyak standar primer yang digunakan untuk reaksi redoks, antara lain natrium
oksalat (Na2C2O4), kalium oksalat (K2C2O4), Cu dan Fe.
Untuk titrasi pengendapan danpembentukan kompleks garam-garam murni
42

biasanya digunakan sebagai standar primer. Natrium atau kalium klorida dapat digunakan
untuk standardisasi larutan perak nitrat. Kalsium klorida (CaCO 3) digunakan sebagai
standar primer untuk larutan-larutan dari pereaksi kompleks asam etilen diamin tetra asetat
(EDTA).
4. Persyaratan Reaksi dalam Analisis Titrimetri
Dari reaksi kimia yang sangat banyak dan terkenal, hanya sedikit yang dapat
digunakan sebagai dasar titrasi. Suatu reaksi harus memenuhi persyaratan tertentu sebelum
digunakan :
1Reaksi harus berlangsung sempurna, sesuai persamaan kimia yang jelas, tidak
ada reaksi samping.
2. Reaksi berjalan cepat dan reversibel
3. Ada petunjuk akhir titrasi (indikator)
5. Alikot
Kadang kada seorang analis menimbang suatu sample yang banyak dari standar
primer atau suatu zat lain, dan melarutkannya dalam sebuah labu volumetric,
kemudian mengambil sebagian dari larutan tersebut dengan pipet ukur/volume.
Bagian yang diambil dengan pipet tersebut disebut dengan suatu alikot, yang biasanya
adalah suatu pecahan yang sederhana. Proses pengenceran ke volume yang diketahui
ini dan pengambilan satu porsi untuk titrasi disebut pengambilan suatu alikot.
6. Titrasi Balik
Dalam analisis titrimetri dikenal istilah titrasi balik, titrasi kembali atau titrasi
tak langsung. Seringkali seorang analis melewati titik akhir dengan menambahkan terlalu
banyak titran dengan volume yang diketahui, dan kemudian melakukan titrasi kembali
dengan larutan kedua. Akan tetapi normalitas dan volume larutan kedua harus diketahui.
Titrasi balik biasanya dilakukan apabila tidak adanya indikator yang sesuai apabila
titrasi dilakukan secara langsung. Adapun persamaan yang digunakan adalah :
Mol zat yang berlebih = mol analit + mol titran
Mek zat yang berlebih = mek analit + mek titran

CONTOH SOAL :

1. Tentukan berat ekivalen (BE) Na2C2O4 sebagai pereduksi dan K2Cr2O7 sebagai
pengoksidasinya, dalam reaksi berikut :
43

3C2O42- + Cr2O72- + 14H+ 2Cr3+ + 6CO2 + 7H2O


Ion oksalat menyediakan dua electron dan ion dikromat memperoleh enem
electron. Maka berat ekivalennya adalah :
Na2C2O4 = BM/2 = 134/2 = 67,00 g/ek
K2Cr2O7 = BM/6 = 294,2/6 = 49,03 g/ek
2. Hitung jumlah mol dan jumlah gram KMnO4 (BM = 158,0) dalam larutan 0,250 M
sebanyak 3,00 liter.
M = n/V
N=MxV
= 0,250 mol/liter x 3,00 liter
= 0,750 mol
g = n x BM
= 0,750 mol x 158,0 g/mol
= 119 gram
3. Suatu sample natrium karbonat murni Na 2CO3 dengan bobot 0,3542 g, dilarutkan dalam air dan
dititrasi dengan suatu larutan asam klorida. Diperlukan larutan sebanyak 30,23 ml untuk
mencapai titik akhir jingga metil, dengan reaksi:

Na2CO3 + 2HCl 2NaCl + H2O + CO2


Hitunglah normalitas asam tersebut :
Mek HCl = mek Na2CO3
BE Na2CO3 = BM/2 = 106,0/2 = 53,00 mg/mek
VHCl x NHCl = mg Na2CO3/BE Na2CO3
354,2
30,23 x NHCl =
106,0/2
=0,2211mek/ml
4. Dalam metode Kjedahl untuk nitrogen, unsur itu diubah menjadi NH 3, yang kemudian
disuling ke dalam asam standar yang volumenya diketahui , Asam itu lebih dari cukup untuk
menetralkan NH3, dan kelebihannya dititrasi dengan basa standar.

Amonia yang berasal dari sample pupuk dengan berat 1,325 g, disuling ke dalam
50 ml H2SO4 0,2030 N, dan diperlukan 25,32 ml NaOH 0,1980 N untuk titrasi
balik. Hitunglah persentase nitrogen (N) dalam sample.
BE N = 14,007 karena 1 N = 1 NH3 = 1 OH-, jadi :
Mek NH3 + mek NaOH = mek H2SO4
44

Mek NH3 + 25,32 x 0,1980 = 50,00 x 0,2030


Mek NH3 = mek N = 50,00 x 0,2030 – 25,32 x 0,1980
Mek NH3 = 5,137
5,137 mek x 14,007 mg/mek
%N= x 100
1325 mg

% N = 5,4

D. RANGKUMAN

Titrasi adalah suatu proses di mana larutan standar tersebut ditambahkan secara
perlahan-lahan dari sebuah buret pada suatu larutan analit sampai terjadi reaksi yang
sempurna dari kedua larutan tersebut.
Berdasarkan reaksinya titrasi dibagi menjadi : titrasi asam basa, titrasi redoks,
titrasi pengendapan dan titrasi pembentukan kompleks.

E. TUGAS :

1. Apakah perbedaan antara titik akhir dengan titik ekivalen


2. Tuliskan syarat-syarat standar primer
3. Diketahui persamaan-persamaan berikut ini belum seimbang :
NaOH + H3PO4 Na2HPO4 + H2O
Cr2O72- + Fe2+ + H+ Cr3+ + Fe3+ + H2O
Ag+ + Br- AgBr(s)
Ca(OH)2 + HCl CaCl2 + H2O
Hitung berat ekivalen dari : NaOH, H3PO4, K2Cr2O7, FeSO4, AgNO3, KBr, Ca(OH)2,
HCl.
4. Hitung molaritas larutan berikut :

a. 4,00 g NaOH dalam 0,500 liter


b. 3,20 g KMnO4 dalam 0,800 liter
5. Sebuah larutan NaOH telah distandardisasikan menggunakan kalium hydrogen ftalat
(KHP) sebagai standar primer. Sebuah sample KHP seberat 0,8426 g memerlukan
42,14 ml NaOH untuk titrasi. Hitung normalitas larutan NaOH.
6. Sebuah sample seberat 0,6234 g yang mengandung ion klorida dititrasi dengan 34,68 ml
0,1156 N larutan AgNO3 .
45

a. Hitung % Cl- dalam sample


b. Apabila semua klorida sebagai NaCl, hitung % NaCl dalam sampel
7. Amonia dari sebuah contoh pupuk seberat 1,235 g disuling ke dalam 50,00 ml 0,1980
H2SO4 dan 24,62 ml 0,1944 N NaOH diperlukan untuk titrasi kembali. Hitung %
nitrogen dalam contoh.

BAB VI
KESETIMBANGAN ASAM BASA

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
46

1. Capaian Pembelajaran Umum


Menjelaskan teori tentang pH dan menyelesaikan perhitungannya
2. Capaian Pembelajaran Khusus
2.1 Mendefinisikan asam dan basa dalam system Bronsted-Lowry dan Lewis.
2.2 Mendefinisikan fungsi pH
2.3 Menyatukan hubungan antara tetapan ionisasi untuk asam dan untuk basa
konyugatnya.

B. PENDAHULUAN
Asam dan basa sudah dikenal sejak zaman dulu. Istilah asam (acid) berasal dari
bahasa Latin acetum yang berarti cuka. Istilah basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang
berarti abu. Basa digunakan dalam pembuatan sabun. Juga sudah lama diketahui bahwa
asam dan basa saling menetralkan.
Senyawa asam dan basa banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum zat
zat yang berasa masam mengandung asam, misalnya asam sitrat pada jeruk, asam cuka, asam
tartrat pada anggur, asam laktat ditimbulkan dari air susu yang rusak. Sedangkan basa umumnya
mempunyai sifat yang licin dan berasa pahit, misalnya sabun, para penderita penyakit maag selalu
meminum obat yang mengandung magnesium hidroksida.
Di alam, asam ditemukan dalam buah-buahan, misalnya asam sitrat dalam buah jeruk
berfungsi untuk memberi rasa limun yang tajam. Cuka mengandung asam asetat, dan asam tanak
dari kulit pohon digunakan untuk menyamak kulit. Asam mineral yang lebih kuat telah dibuat sejak
abad pertengahan, salah satunya adalah aqua forti (asam nitrat) yang digunakan oleh para peneliti
untuk memisahkan emas dan perak.
Kekuatan asam suatu senyawa dapat diukur dengan menggunakan indikator atau pH meter.
Demikian juga dengan basa, kekuatan basa dapat ditentukan dengan indikator dan pH meter. Hal
menyangkut asam basa akan dipelajari dalam pembahasan berikut.

C. POKOK-POKOK ISI
Dalam air murni terdapat sedikit ion hydrogen (H +) dan ion hidroksida (OH-) yang
jumlahnya sama. Hal tersebut timbul dari hasil ionisasi parsial dari air.
H2O(l) H+(aq) + OH-(aq)
47

Asam Biner Asam Oksa Asam Organik


HF, asam florida H2CO3, asam karbonat HCOOH, asam format
HCl, asam klorida H3PO4, asam fosfat CH3COOH, asam asetat
N, asam sianida HNO2, asam nitrit C6H5COOH,asam benzoat
H2S, asam sulfide HNO3, asam nitrat HOOC-COOH, asam oksalat
H2SO3, asam sulfit
H2SO4, asam sulfat
HClO, asam hipoklorit
HClO2, asam klorit
HClO3, asam klorat
HClO4, asam perklorat
______________________________________________________________

Asam merupakan zat yang bila dilarutkan dalam air akan menambah jumlah ion hydrogen
yang sudah ada dalam air murni. Gas hydrogen klorida bereaksi dengan air menghasilkan
asam klorida:
HCl(g) → H+(aq) + Cl-(aq)
Basa didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan akan menambah jumlah ion hidroksida
yang sudah ada dalam air murni. Natrium hidroksida banyak larut dalam air berdasarkan
persamaan
NaOH(s) → Na+(aq) + OH-(aq)
Dan merupakan basa kuat. Amonia adalah basa lainnya, sebagaimana ditunjukkan oleh
produk reaksinya dengan air :
NH3(aq) + H2O(l) → NH4+(l) + OH-(aq)
Bila larutan asam dicampur dengan larutan, terjadilah reaksi netralisasi :
H+(aq) + OH-(aq) ↔ H2O(l)
Ini merupakan kebalikan kebalikan dari reaksi ionisasi air yang telah diperlihatkan
sebelumnya. Jika ion pengamat dimasukkan kembali ke dalam persamaan, misalnya
HCl + NaOH → H2O + NaCl
Asam basa air garam
Menunjukkan bahwa garam dapat didefinisikan sebagai produk (selain air) dari reaksi
asam dan basa.
48

1. ASAM DAN BASA BRONSTED-LOWRY


Suatu asam Bronsted-Lowry didefinisikan sebagai suatu zat yang dapat
memberikan ion hydrogen , dan sebuah basa basa Bronsted-Lowry adalah suatu zat yang
dapat menerima ion hydrogen. Dalam reaksi asam-basa Bronsted-Lowry, ion hydrogen
dipindahkan dari asam ke basa. Sebagai contoh, bila asam asetat dilarutkan ke dalam air :
CH3COOH(aq) + H2O(l) → H3O+(aq) + CH3COO-(aq)
Asam1 Basa2 Asam2 Basa1
Ion hydrogen dipindahkan dari asam asetat ke air. Asam dan basa terdapat sebagai
pasangan asam basa konyugat. CH3COOH & CH3COO- adalah salah satu contohnya,
dimana CH3COO- adalah basa konyugat dari CH3COOH, demikian juga CH3COOH adalah
asam konyugat dari CH3COO-. Dengan cara yang sama, H 3O+ dan H2O juga membentuk
pasangan asam basa konyugat. Kesetimbangan yang tercapai dapat dipandang sebagai
persaingan antara dua basa untuk mendapatkan ion hydrogen. Sebagai contoh, bila
ammonia dilarutkan dalam air
H2O(l) + NH3(aq) → NH4+(aq) + OH-(aq)

Kedua basa NH3 dan OH- bersaing memperebutkan ion-ion hydrogen


Beberapa molekul dan ion dapat berfungsi baik sebagai asam maupun sebagai basa
tergantung dari kondisi reaksi sehingga disebut amfoter. Contoh yang paling umum adalah
air. Air berfungsi sebagai asam dengan memberikan ion hydrogen kepada NH 3(basa
konyugat disini adalah OH-) dan sebagai basa dengan menerima ion hydrogen dari
CH3COOH (asam konyugat di sini adalah H 3O+). Dengan cara yang sama ion hydrogen
karbonat dapat berfungsi sebagai asam :
HCO3-(aq) + H2O(l) → H3O+(aq) + CO2-(aq)

atau sebagai basa:

HCO3-(aq) + H2O(l) →H2CO3(aq) + OH-(aq)

2. ASAM DAN BASA LEWIS


Struktur model Lewis dapat diggunkan untuk menggambarkan perilaku yang lebih
umum dari asam-basa dimana definisi Arrhenius dan Bronsted-Lowry merupakan kasus
49

istimewa. Sebuah basa Lewis merupakan jenis basa yang menyumbangkan sepasang
electron tersebut. Asam dan basa Arrhenius sejauh ini dianggap memenuhi gambaran
tersebut (dengan asam Lewis, yaitu H+, berfungsi sebagai akseptor terhadap berbagai
macam basa Lewis seperti NH3 dan OH-, yaitu donor pasangan electron ). Reaksi lain yang
tidak melibatkan ion hydrogen masih dapat dianggap sebagai reaksi asam basa Lewis.
Salah satu contohnya adalah reaksi antara molekul yang kekurangan electron, BF 3, dengan
molekul yang kaya electron, NH3:

F H F H
I I I I
F ── B + N ── H → F ── B ── N ──H
I I I I
F H F H

Di sini ammonia, sebagai basa Lewis, menyumbangkan pasangan electron bebas kepada
BF3, yaitu asam Lewis atau akseptor electron. Ikatan yang terbentuk merupakan ikatan
kovalen koordinat, dimana kedua elektron di dalamnya diberikan pada basa Lewis oleh
pasangan elektron.
Senyawa kekurangan oktet yang melibatkan unsur golongan III seperti boron dan
aluminium sering merupakan asam Lewis yang kuat, karena atom golongan III dapat
mencapai konfigurasi octet dengan membentuk ikatan kovalen koordinat. Atom dan ion
dari golongan V sampai golongan VII mempunyai pasangan electron bebas yang
diperlukan untuk berfungsi sebagai basa Lewis. Senyawa unsure-unsur golongan pertama
dari periode terakhir juga dapat berfungsi sebagai basa Lewis melalui kenaikan valensi.
Dalam reaksi tersebut, atom pusat menerima pembagian pasangan electron tambahan di
samping kedelapan electron yang di perlukan untuk memenuhi aturan octet. Sebagai
contoh, SnCI4 adalah asam Lewis yang menerima pasangan electron bebas dari ion klorida:

SnCl4(l) + 2 Cl(aq) → [SnCl6]2-(aq)


Cl Cl Cl
50

:Cl : Sn : Cl: + 2 :Cl: → Cl : Sn : Cl


Cl Cl Cl

Setelah reaksi,setiap atom timah dikelilingi oleh 12 elektron valensi dan bukan 8.
Definisi lewis mensitematiskan kimia berbagai macam oksida biner, yang dapat
dianggap sebagai anhidrida asam atau basa. Suatu anhidrida asam didapatkan dengan
mengambil air dari suatu asam okso sampai hanya tertinggal oksidanya; dengan demikian,
CO2 merupakan anhidrida asam karbonat (H2CO3).

Contoh soal :
Apakah anhidrida asam dari asam fosfat (H3PO4) ?
Penyelesaian :
Jika rumus molekul H3PO4 (yang memiliki jumlah atom hydrogen yang ganjil) digandakan,
didapatkan H6P2O8. Iterasi sebesar 3 H2O dari rumus ini menghasilkan P2O5 yang
merupakan rumus empiric tetrafosfor dekaoksida (P4O10). Senyewa ini merupakan
anhidrida asam dari asam fosfat.
Oksida dari kebanyakan unsure nonlogam adalah ahnidrida asam, yang bereaksi dengan
kelebihan air untuk membentuk larutan asam. Meskipun asam okso dan hidroksida adalah
asam atau basa arhenius (melepaskan H+(aq) atau OH-(aq) ke dalam larutan air), ahhidrida
asam dan basa tidak termasuk di dalam klasifikasi ini; mereka sama-sama tidak
mengandung H+ aataupun OH-. Namun demikian anhidrida asam masih merupakan asam
Lewis (ion O2- menyumbang pasangan electron). Reaksi yang terjadi antara anhidrida asam
dan anhidrida basa dengan demikian merupakan reaksi asam-basa Lewis. Sebuah contoh
dari reaksi itu adalah :
CaO(s) + CO2(g) → CaCO3(s)
Di sini basa Lewis memberikan sepasang electron ( satu dari pasangn elektron bebas atom
oksigen ) kepada asam Lewis (CO2) untuk membentuk ikatan kovalen koordinat didalam
ion CO2-3. Reaksi asam-basa Lewis yang sama dapat ditulis untuk pasangan anhidrida
asam-basa yang lain. Sebagai contoh, belerang trioksida beraksi dengan oksidan logam
membentuk sulfat:
MgO(s) + SO3(g) → MgSO4(s)
Perhatikan bahwa reaksi diatas bukan merupakan reaksi redoks (bilangan oksidasinya tidak
berubah). Mereka bukan pula reaksi pelarutan atau pengendapan, bukan pula asam-basa
51

Arrhenius. Namun demikian, mereka dapat dikelompokkan sebagai reaksi asam-basa


menurut Lewis.

3. PERBANDINGAN ANTARA DEFINISI ARRHENIUS, BRONSTED-LOWRY,


DAN LEWIS

Reaksi netralisasi antara HCl dan NaoH:


HCl + NaoH → H2O + NaCl
asam basa air garam

seperti yang sudah diperkenalkan menunjukkan tahapan umum dari definisi ini. Menurut
definisi Arrhenius, HCl adalah asam dan NaOH adalah basa. Menurut definisi Bronsted
Lowry, H3O+ adalah asam dan OH- adalah basa. Menurut Lewis, H+ adsalah asam dan OH-
adalah basa, karena proton menerima sepasang electron bebas yang diberikan oleh OH -
dalam reaksi:
H+ (aq) + OH-(aq) → H2O(ℓ)

4. SIFAT ASAM DAN SIFAT BASA DALAM LARUTAN AIR : SKEMA


BRONSTED LOWRY

Momen dwikutubnya yang cukub besar, air sangat efektif sebagai pelarut , yang mampu
menstabilkan zat terlarut polar dan ionic. Air ikut serta dalam reaksi asam-basa, baik
sebagai reaktan maupun sebagai pelarut. Reaksi-reaksi biokimia yang diperlukan demi
kelangsungan hidup organism e terjadi dalam air dan melibatkan asam, basa, serta senyawa
ionik. Untuk melihat betapa pentingnya reaksi ini, keseluruhan sisanya akan difokuskan
untuk membahas perilaku asm-basa reaksi ionik terkaitnya di dalam larutan air, dimana
definisi asam dan basa Bronsted-Lowry.

5. AUTOIONISASI AIR
Apakah yang terjadi apabila air bertindak baik sebagai asam maupun sebagai basa dalam
reaksi yang sama ? Persamaan kesetimbangan yang di hasilkan adalah
H2O(ℓ) + H2O(ℓ) ↔ H3O+(aq) OH-(aq)

Atau,
2 H2O(l) ↔ H3O+(aq) + OH-(aq)
52

Reaksi ini bertanggung jawab atas terjadinya autonisasi air yang walaupun kecil masih
terukur. Persamaan kesetimbangan yang dihasilkan adalah

[H3O+] [OH-] = Kw

Kw adalah tetapan hasilkali ion untuk air, yaitu 1 x 10-14 pada suhu 250C. Karena
konsentrasi pelarut , dalam hal ini air, tidak berubah secara signifikan dalam suatu larutan
encer, ia tidak diikutkan pada persamaan kesetimbangan. Air murni mengandung ion H3O+
dan OH-, dan oleh Karen anetralitas listrik total, maka banyaknya setiap jenis ion harus
sama. Dengan menggunakan persamaan kesetimbangan akan dihasilkan
[H3O+] = [OH-] = y
Y2 = 1.,0 x 10-14
Y = 1,0 x 10-7
Sehingga di dalam air murni 250C konsentrasi H3O dan OH- keduanya adalah 1,0 x 10-7 M.

6. ASAM DAN BASA KUAT


Larutan asam dalam air mengandung ion H3O+ yang lebih besar daripada ion OH-. Asam
kuat adalah asam yang seluruhnya terionisasi di dalam larutan air. Bila asam kuat HCl
(asam klorida) dilarutkan dalam air, reaksi yang terjadi adalah
HCl(aq) + H2O(ℓ) → H3O+(aq) + Cl-(aq)

Panah tunggal, dan bukan panah ganda, digunakan di sini untuk menunjukkan bahwa
reaksi berlangsung sempurna. Asam kuat lainnya adalah asam perklorat (HClO 4). Jika 0,1
mol dari masing-masing asam ini dilarutkan bersama-sama dalam air yang cukup banyak
untuk menghasilkan 1 L larutan, dihasilkan H3O+(aq) dengan konsentrasi 0,1 M. Sifat
larutan asam-basa ditentukan oleh konsentrasi H3O+(aq)-nya, sehingga kedua asam kuat
tersebut mempunyai kekuatan yang sama dalam air walaupun kemampuannya untuk
menyumbangkan ion hydrogen berbeda. Air dikatakan mempunyai efek perataan pada
golongan asam tertentu (HCl, HBr, HI, H2SO4, HNO3, dan HCl4) sehingga semuanya
bersifat asam kuat bila air merupakan pelarutnya; reaksi asam-asam tersebut dengan air
sejauh ini semuanya bergerak ke kanan pada kesetimbangan, sehingga perbedaan antara
asam-asam tersebut sangat kecil. Konsentrasi H3O+ dalam setiap larutan asam kuat 0,1 M
53

yang menyumbangkan satu ion hydrogen permolekul pasti 0,1 M; konsentrasi OH- adalah
Kw 1,0 x 10-14
-
[OH ] = = = 1,0 x 10-13 M
+
[H3O ] 0,10

Basa kuat didefinisikan dengan cara yang sama, yaitu sebagai basa yang bereaksi
sempurna menghasilkan ion OH-(aq) bila dilarutkan dalam air. Ion amida (NH 2-) dan ion
hidrida (H-) keduanya merupakan asam kuat. Untuk setiap mol per liter masing-masing ion
tersebut yang ditambahkan dalam air dihasilkan 1 mol per liter OH -(aq). Produk lainnya
masing-masing adalah NH3 dan H2:

H2O(l ) + NH-2(aq) → NH3(aq) + OH-(aq)


H2O(l ) + H-(aq) → H2(aq) + OH-(aq)
Basa penting natrium hidroksida, yang berbentuk padat, akan meningkatkan konsentrasi
OH- dalam air bila dilarutkan:
NaOH(s) → Na+(aq) + OH-(aq)
Untuk setiap mol NaOH yang larut dalam air, 1 mol ion OH -(aq) terbentuk, sehingga NaOH
merupakan basa kuat. Basa kuat diratakan dalam larutan air dengan cara yang sama separti
asam kuat diratakan. Jika 0,1 mol NaOH atau NH-2 atau H- dilarutkan dalam sejumlah air
yang cukup membuat 1L larutan, maka dalam setiap kasus:
[OH-] = 0.10 M

1,0 x 10-14
[H3O+] = = 1,0 x 10-13
0,10

Konstribusi OH- dari autoionisasi air dalam hal ini sangat kecil, seperti konstribusi H 3O+
dari sumber tersebut dalam kasus larutan HCl atau HClO 4 0,1M. Tentu saja, jika jumlah
asam atau basa kuat yang ditambahkan kedalam air murni sangat kecil (sebagai contoh, 10-
7
mol L-1), autoionisasi air harus diperhitungkan.

7. FUNGSI pH
Dalam larutan air, konsentrasi dari ion hidronium berkisar dari 10 M sampai 10 -15 M.
Interval ini sebaiknya diperkecil dengan menggunakan skala logaritma keasaman yang
54

disebut sebagai pH dan didefinisikan oleh:


pH = -log10[H3O+]

Air murni pada suhu 250C mempunyai [H3O+] = 1 x 10-7 M, sehingga

pH = -log10 (1,0 x 10-7) = -(-7,00) = 7,00


Larutan 0,1 M HCl mempunyai [H3O+]nn= 0,1 M, sehingga
pH = - log10 (0,10) = - log10(1,0 x 10-1) = -(-1,00) = 1,00
dan pada suhu 250C larutan NaOH 0,1 M mempunyai

1,0 x 10-14
pH = - log10 = - log10 (1,0 x 10-13)
0,10

= - (-13,00) = 13,00

Seperti ditunjukan contoh-contoh berikut, perhitungan pH akan mudah khususnya bila


konsentrasi H3O+ merupakan pangkat dari bilangan 10, karena logaritmanya adalah
bilangan pangkat dari 10 tersebut. Jika tidak, diperlukan kalkulator. Jika pH diketahui,
konsentrasi H3O+ dapat dihitung dengan meletakkan pangkat (- pH) pada angka 10.
Konsentrasi H3O+ umumnya kurang dari 1 M, sehingga fungsi pH ditentukan
dengan tanda negative untuk menghasilkan sebuah bilangan yang bertanda positif. Nilai
pH tinggi menandakan konsentrasi H3O+ yang rendah begitu pula sebaliknya. Pada suhu
250C,
pH < 7 Larutan asam
pH = 7 Larutan netral
pH > 7 Larutan basa
Pada suhu lain, pH air berbeda dari 7. Perubahan satu satuan pH menandakan terjadinya
perubahan sebesar 10 (yaitu, satu orde besaran) dalam konsentrasi H 3O+ dan OH-. pH
diukur secara langsung dengan menggunakan pH meter.

CONTOH SOAL :
a. Sebuah larutan disiapkan dengan melarutkan 0,23 mol NaH (s) dalam sejumlah air yang
cukup untuk membentuk 2,8 L larutan. Hitung pH nya.
55

b. pH jus jeruk pada suhu 250 C adalah 2,85. Hitung [H3O+] dan [

Penyelesaian
a. Karena ion H- adalah basa kuat, dia bereaksi untukmemberikan 0,23 mol OH-
NaH(s) + H2O(l) Na+(aq) + OH- (aq) + H2(g)
Konsentrasinya adalah :
0,23 mol
[OH-] = = 8,2 x 10-2 M
2,8 L

1,0 x 10-14
+
[H3O ] = = 1,22 x 10-13 M
8,2 x 10-2

Maka pHnya adalah :


pH = - log10 (1,22 x 10-13) = 12,91

b. pH = 2,85 = - log10[H3O+]
[H3O+] = 10-2,85
Ini dapat dievaluasi dengan menggunakan kalkulator untuk memberikan :
[H3O+] = 1,4 x 10-13 M

1,0 x 10-14
-
[OH ] = = 7,1 x 10-12
1,4 x 10-3

D. RANGKUMAN
Asam merupakan zat yang bila dilarutkan dalam air akan menambah jumlah ion
hydrogen yang sudah ada dalam air murni, sedangkan basa didefinisikan sebagai zat yang
bila dilarutkan akan menambah jumlah ion hidroksida yang sudah ada dalam air murni.
Sebuah basa Lewis merupakan jenis basa yang menyumbangkan sepasang electron
tersebut, dengan asam Lewis, yaitu H+, berfungsi sebagai akseptor terhadap berbagai
macam basa Lewis seperti NH3 dan OH-, yaitu donor pasangan electron.
56

E. SOAL-SOAL
1. Yang manakah di antara asam berikut ini yang dapat bertindak sebagai asam Bronsted-
Lowry? Berikan rumus basa konyugat Bronsted-Lowry untuk masing-masing di antara
mereka
a. Cl- d. NH3
b. HSO4-(aq) e. H2O
c. NH4+

2. Yang manakah di antara asam berikut ini yang dapat bertindak sebagai asam Bronsted-
Lowry? Berikan rumus basa konyugat Bronsted-Lowry untuk masing-masing di antara
mereka
a. F- d. OH-
b. SO42- e. H2O
c. O2-

3. Tentukan apakah masing-masing oksida berikut bertindak sebagai anhidrida asam atau
anhidrida basa. Tulis rumus kimia dan berikan nama asam atau basa yang terbentuk bila
direaksikan dengan air.
a. MgO c. SO3
b. Cl2O d. Cs2O

4. Tulis rumus kimia dan berikan nama anhidrida yang sesuai untuk masing-masing asam
atau basa berikut dan tentukan apakah merupakan anhidrida asam atau anhidrida basa
a. H3AsO4 c. RbOH
b. H2MoO4 d. H2SO3

5. Konsentrasi H3O+ dalam contoh anggur adalah 2,0 x 10-4 M. Hitung pH anggur

6. Konsentrasi OH- dalam larutan pemutih alat-alat rumah tangga adalah 3,6 x 10 -2 M.
Hitung pH pemutih.

7. Darah manusia normal mempunyai pH 7,35 sampai 7,45. Hitung rentang konsentrasi
H3O+ dan interval konsentrasi OH- dalam darah normal
57

8. Morfin adalah basa lemah dengan Kb 8 x 10-7 . Hitung pH larutan yang dibuat dengan
melarutkan 0,04 mol morfin dalam air 600 mL.

9. Pada 250C pH larutan natrium sianida adalah 11,5 (Ka NaCN 4,93 x 10-10) Hitung
konsentrasi CN- dalam larutan ini .

10. Sebanyak 75 ml larutan HClO4 0,046 M direaksikan dengan 150 mL KOH (aq) 0,023 M.
Apakah pH campuran yang dihasilkan lebih besar, lebih kecil atau sama dengan 7 ?

BAB VII
TITRASI ASAM BASA

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Capaian Pembelajaran Umum
Menyelesaikan perhitungan titrasi asam basa
2. Capaian Pembelajaran Khusus
2.1 Menghitung pH pada titrasi asam basa dengan volume titran yang diketahui
2.2 Membuat grafik volume titran terhadap pH
2.3 Menjelaskan cara kerja larutan dapar
2.4 Menjelaskan titrasi karbonat bikarbonat
58

2.5 Menjelaskan titrasi asam poliprotik


2.6 Menguraikan penerapam dari titrasi asam basa

B. PENDAHULUAN

Titrasi asam-basa sering disebut juga dengan titrasi netralisasi. Dalam titrasi ini,
kita dapat menggunakan larutan standar asam dan larutan standar basa. Pada prinsipnya,
reaksi yang terjadi adalah reaksi netralisasi yaitu :

H+ + OH- → H2O

Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen sebagai asam dengan ion hidroksida
sebagai basa dan membentuk air yang bersifat netral. Berdasarkan konsep lain reaksi
netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan
penerima proton (basa).

Dalam menganalisis sampel yang bersifat basa, maka kita dapat menggunakan
larutan standar asam, metode ini dikenal dengan istilah asidimetri. Sebaliknya jika kita
menentukan sampel yang bersifat asam, kita akan menggunkan lartan standar basa dan
dikenal dengan istilah alkalimetri.

C. POKOK POKOK ISI


Titrasi asam-basa sering juga disebut dengan asidimetri alkalimetri atau titrasi
penetralan. Titrasi ini didasarkan pada reaksi asam basa :
1. asam kuat – basa kuat
2. asam kuat – basa lemah
3. asam lemah – basa kuat
4. asam kuat – garam dari asam lemah
5. basa kuat – garam dari basa lemah
1. Titrasi Asam Kuat – Basa Kuat
Asam kuat dan basa kuat terdisosiasi sempurna dalam air pada titik ekivalen, pH
yang dihasilkan sekitar 7.
Contoh perhitungan untuk membuat grafik titrasi :
59

50 ml HCl 0,1 M dititrasi dengan 0,1 M NaOH. Hitung pH pada permulaan titrasi dan
setelah penambahan 10, 50, dan 60 ml titran.
a. pH mula-mula HCl yang terdisosiasisempurna :
[H3O] = 0,1
pH = 1
b. pH setelah penambahan 10 ml basa :
H3O+ = 50 ml x 0,1 mmol/ml = 5 mmol
OH- = 10 ml x 0,1 mmol/ml = 1 mmol
Bila reaksi berjalan lengkap maka terdapat H3O+ berlebih sebanyak 5 mmol-1
mmol = 4 mmol dalam 60 ml larutan :
[H3O+] = 4 mmol/60 ml = 6,67 x 10-2 mmol/ml
pH = - log (6,67 x 10-2) = 1,18
c. pH pada titik ekivalen :
[H3O+] = [OH-] = 1 x 10-7
pH = 7,00
d. pH setelah penambahan 60 ml basa :
OH- = 60 ml x 0,1 mmol/ml = 6 mmol
OH- berlebih = 6 mmol- 5 mmol = 1 mmol dalam 110 ml larutan
[OH-] = 1 mmol/110 ml = 9,1 x 10-3 mmol/ml
pOH = - log 9,1 x 10-3 = 2,04
pH = 14 – 2,04 = 11,96

Dari perhitungan di atas maka dapoat dibuat grafik antara volume larutan dengan pH :

2. Titrasi Asam Lemah – Basa Kuat


Contoh perhitungan untuk membuat grafik pH vs volume titran :
50 ml 0,1 M larutan sebuah basa lemah HB, dengan Ka = 1 x 10 -5 dititrasi dengan 0,1 M
NaOH. Hitung pH pada permulaan titrasi dan setelah penambahan 10, 50, 60 ml titran.
a. pH pada permulaan titrasi
Karena HB terdisosiasi secara lemah, dan menghasilkan satu B - dan satu H3O+ pada
disosiasi :
HB + H2O H3O+ + B-
Asumsi :
60

[H3O+]  [B-]
[HB] = 0,1 - [H3O+]  0,1
substitusikan ke dalam :
[H3O+][B-]
Ka =
[HB]

maka :
[H3O+]2
Ka = = 1 x 10-5
0,1

[H3O+]2 = 1 x 10-6

[H3O+] = 1 x 10-3
pH = 3,00

b. pH setelah penambahan 10 ml basa


mmol HB- = 50 ml x 0,1 M = 5
mmol OH- = 10 ml x 0,1 M = 1
asumsi reaksi berlangsung lengkap :
HB sisa = 5 mmol - 1 mmol = 4 mmol
B- yang dihasilkan = 1 mmol
[HB] = 4 mmol/60 ml - [H3O+]  4/60
[B-] = 1 mmol/60 ml + [H3O+]  1/60

substitusi ke dalam persamaan Ka :

[H3O+] (1/60)
= 1,0 x 10-5
4/60

[H3O+] = 4 x 10-5
pH = 5 - log 4,0 = 4,40

c. pH pada titik ekivalen


Volume NaOH yang ditambahkan = 50 ml
Mmol NaOH = 50 ml x 0,1 M = 5 mmol
61

Mmol B- yang terbentuk = 5 mmol


Volume total = 50 ml + 50 ml = 100 ml

[B-] + H2O HB + OH-


asumsi :
[HB]  [OH-]
disubstitusikan ke dlam persamaan untuk Kb :
[HB] [OH-]
= Kb = 1,0 x 10-9
[B-]

[OH-]2
= 1,0 x 10-9
0,05

[OH-] = 7,1 x 10-6

pOH = 5,15 pH = 8,85

d. pH setelah penambahan 60 ml basa

Volume total = 60 ml + 50 ml = 110 ml


OH-sisa = (60 ml - 50 ml) x 0,1 M
= 1 mmol
[OH-] sisa = 1 mmol/110 ml = 9,1 x 10-3
pOH = 2,04
pH = 11,96

3. INDIKATOR ASAM BASA (INDIKATOR pH)


Definisi untuk indikator asam basa adalah zat yang dapat berubah warna apabila pH
lingkungannya berubah.
Hal ini disebabkan :
1. Indikator asam-basa ialah asam organic lemah dan basa organic lemah, jadi dalam
larutan mengalami kesetimbangan pengionan.
2. Molekul-molekul indikator tersebut mempunyai warna yang berbeda dengan ion-
ionnya.
3. Letak trayek pH pada pH tinggi atau rendah, atau di tengah tergantung dari besar
kecilnya Ka atau Kb dari indikator yang bersangkutan.
62

P – nitrofenol merupakan indikator asam lemah dengan disosiasi sebagai berikut :

Indikator fenolftalein merupakan asam dwiprotik dan tak berwarna. Mula-mula zat ini
berdisosiasi menjadi suatu bentuk tak berwarna dan kemudian dengan kehilangan proton
kedua, menjadi ion dengan system konyugasi, timbullah warna merah.
63

Jingga metil, suatu indikator lain yang banyak digunakan adalah suatu basa dan
berwarna kuning dalam bentuk molekulnya. Penambahan ion hydrogen akan menghasilkan
kation yang berwarna merah muda.

Tabel 1. Indikator Asam-Basa

Indikator Perubahan Warna dgn Jangkauan pH


Meningkatnya pH

Asam pikrat Tak berwarna ke kuning 0,1 - 0,8


Biru Timol Merah ke kuning 1,2 - 2,8
2,6 Dinitrofenol Tak berwarna ke kuning 2,0 - 4,0
Kuning Metil Merah ke kuning 2,9 - 4,0
Biru Bromftimol Kuning ke biru 3,0 - 4,6
Jingga Metil Merah ke kuning 3,1 - 4,4
Hijau Bromkresol Kuning ke biru 3,8 - 5,4
Merah Metil Merah ke kuning 4,2 - 6,2
Lakmus Merah ke biru 5,0 - 8,0
Ungu Metil Ungu ke hijau 4,8 - 5,4
p- Nitrofenol Tak berwarna ke kuning 5,6 - 7,6
Ungu bromkresol Kuning ke ungu 5,2 - 6,8
Biru Bromtimol Kuning ke biru 6,0 - 7,6
Merah netral Merah ke kuning 6,8 - 8,0
Merah fenol Kuning ke merah 6,8 - 8,4
p-  Naftoftalein Kuning ke merah 7,0 - 9,0
Fenolftalein Tak berwarna ke merah 8,0 - 9,6
Timolftalein Tak berwarna ke biru 9,3 - 10,6
Kuning Ralizarin Kuning ke lembayung 10,1 - 12,0
1,3,5- Trinitrobenzen Tak berwarna ke jingga 12,0 - 14,0
64

4. pH Larutan pada Titik Ekivalen

1. Larutan garam (dalam titrasi asam oleh basa dan sebaliknya)


a. Asam kuat dan basa kuat, larutan garamnya mempunyai pH 7 sehingga indikator
yang dipakai berkisar 7
b. Asam kuat dan basa lemah, larutan garamnya mempunyai pH < 7, sehingga
indikator yang dipakai mempunyai trayek pH di bawah 7
c. Asam lemah dan basa kuat, larutan garamnya mempunyai pH yang tinggi. Indikator
yang cocok mempunyai trayek pH > 7
2. Larutan Asam Lemah dan Garam
Yaitu dalam titrasi garam asam lemah oleh asam kuat sehingga pH larutan rendah.
Indikatornya mempunyai trayek di bawah 7

3. Larutan Basa Lemah dan Garam


Yaitu dalam titrasi garam basa lemah oleh basa kuat, maka pH larutan tinggi sehingga
indikator yang digunakan mempunyai trayek pH di atas 7.

5. Larutan Dapar
Dalam praktek analisis kualitatif maupun kuantitatif, kadang kadang kita
diharuskan untuk menjaga konsentrasi ion hydrogen (ion hidronium) atau dengan kata lain
menjaga pH tersebut agar tidak berubah selama jalannya analisis.
Jika ldiperlukan pH larutan sebesar 0 – 2 maka kita cukup menambahkan asam
kuat sedangkan kalau pH yang akan kita pertahankan sebesar 12-14 kita dapat
menambahkan basa kuat secukupnya ke dalam larutan tersebut. Tetapi untuk pH yang
harus kita pertahankan sebesar 2 – 12 kita harus menambahkan larutan buffer (larutan
dapar),bukan dengan penambahan basa kuat atau asam kuat.
Biasanya larutan dapar berupa asam lemah dan garamnya atau basa lemah dan
garamnya. Untuk dapar berupa asam lemah dan garamnya. Untuk dapar berupa asam
lemah dan garamnya kita misalkan dengan CH3COOH dan CH3COONa.
Seperti garam garam yang lain, CH3COONa berdisosiasi hampir sempurna di
dalam air :
CH3COONa CH3COO- + Na+
Sedangkan disosiasi asam asetat :
65

CH3COOH + H2O CH3COO- + H3O+


Hampir dapat diabaikan, karena selain asam asetat sendiri merupakan asam lemah, juga hal
ini disebabkan karena adanya ion-ion asetat (CH 3COO-) dalam jumlah yang banyak yang
berasal dari disosiasi CH3COONa, yang akan menggeser kesetimbangan ke arah
pembentukan CH3COOH yang tak terdisosiasi (ke arah kiri). Larutan ini akan mempunyai
pH tertentu yang bertahan baik sekali walaupun ditambah dengan asam atau basa dalam
jumlah yang sangat banyak.
Jika suatu asam kita tambahkan, ion hidrogennya akan bergabung dengan ion asetat
CH3COO- + H3O+ CH3COOH + H2O
Maka konsentrasi ion hidronium di dalam larutan tidak akan berubah, yang terjadi adalah
berkurangnya ion asetat dalam larutan membentuk CH3COOH yang terdisosiasi.
Sedangkan jika suatu basa kita tambahkan, maka ion hidroksil (OH -) dari larutan
tersebut akan bereaksi dengan asam asetat :
CH3COOH + OH- CH3COO- + H2O
Sehingga konsentrasi ion hidroksil tak akan berubah, yang terjadi hanya jumlah ion asetat
akan bertambah, sementara sementara jumlah asam asetat berkurang. Jadi larutan tersebut
menunjukkan ketahanan tertentu baik terhadap asam maupun terhadap basa.
6. Titrasi Karbonat
Campuran karbonat dan hidroksida atau karbonat dan bikarbonat, dapat ditentukan
dengan titrasi yang menggunakan indikator fenolftalein dan metil orange. Reaksi yang
terjadi bila ion karbonat dititrasi dengan suatu asam kuat :
CO32- + H3O+ HCO3- + H2O

HCO3- + H3O+ H2CO3 + H2O


Fenolftalein dengan jangkauan pH 8,0 - 9,6 merupakan indikator yang cocok untuk titik
akhir pertama, sedangkan metil orange dengan jangkauan pH 3,1 - 4,4 cocok untuk titik
akhir kedua. Sehingga untuk grafik dari titrasi karbonat terdapat dua patahan :
66

Gambar 18. Kurva Titrasi Na2CO3 dengan HCl


Pada table berikut dijelaskan hubungan antara volume asam yang digunakan
sampai kedua titik akhir untuk komponen tunggal maupun campuran.
NaOH secara lengkap bereaksi dalam tahap pertama, NaHCO 3 hanya bereaksi
dalam tahap kedua dan Na2CO3 bereaksi dalam kedua tahap dengan menggunakan volume
titran yang sama dalam kedua tahap. Campuran NaOH dan NaHCO 3 tidak diperhatikan
karena kedua senyawa ini bereaksi :
HCO3- + OH- CO32- + H2O

Gambar 19. Kurva pH dengan HCl pada Titrasi Karbonat Bikarbonat


67

Tabel 2. Hubungan Volume pada Titrasi Karbonat

Hubungan untuk Milimol


Zat
Identifikasi Zat yang ada
kualitatif

V2 = 0 M x V1
NaOH
V1 = V2 M x V1
Na2CO3
V1 = 0 M x V2
NaHCO3
V1 > V2 NaOH : M (V1 – V2)
NaOH + Na2CO3
Na2CO3 : M x V2
V1 < V2
NaHCO3 : M(V2 - V1)
NaHCO3 + Na2CO3
Na2CO3 : M x V1

7. Titrasi Asam Poliprotik


Sebuah asam yang hanya memberikan satu proton disebut asam monoprotik.
Asam karbonat, H2CO3 yang memberikan dua ion hydrogen disebut asam diprotik;
H3PO4 merupakan asam tripotik. Secara umum asam yang memberikan dua proton
atau lebih disebut asam poliprotik. Asam fosfat dan beberapa asam amino merupakan
asam poliprotik yang penting.
68

Gambar 20. Kurva Titrasi Asam Fosfat

Pada gambar A adalah awal titrasi, B, merupakan setengah jalan menuju titik
ekivalen pertama; C, titik ekivalen pertama; D, setengah jalam ke titik ekivalen ke dua; E
titik ekivalen kedua; F, setengah jalan menuju titik ekivalen ketiga; G, titik ekivalen ketiga

7. Penerapan Titrasi Asam Basa

Penerapan yang paling banyak dilakukan adalah penentuan zat-zat anorganik,


organic, dan biologis, bersifat asam atau basa yang dilakukan secara langsung. Secara tak
langsung, didahului oleh reaksi pengubahan zat yang akan dianalisa menjadi asam atau
basa, kemudian dititrasi dengan asam atau basa.

8.1 Penentuan Unsur


Penentuan Nitrogen secara Kjedahl
Cara ini digunakan untuk penentuan kadar protein, dan sudah merupakan cara baku
untuk biji-bijian, daging dan bahan biologis lain. Adapun metoda yang digunakan pada
cara ini adalah sebagai berikut :
a. Tahap Digestion (pencernaan), bahan dioksidasi dengan asam sulfat pekat panas,
di sini nitrogen diubah menjadi ion ammonium.
69

Protein + oksidator NH4+ + CO2 + H2O + dll


b. Penambahan basa kuat
NH4+ + OH- H2O + NH3
c. Destilasi, proses ini membebaskan gas amoniak serta memindahkannya ke dalam
destilat.
d. Hasil destilasi ditampung dalam HCl baku yang tertentu jumlahnya untukmengikat NH3.
NH3 + HCl berlebih NH4Cl
e. Destilat dititrasi dengan NaOH baku untuk menentukan kelebihan asam HCl.
HCl sisa + NaOH NaCl + H2O

Penentuan Sulfur
Unsur ini dapat ditentukan dalam senyawa zat organic dengan mereaksikan oksigen
dengan bahan sehingga terjadi pembakaran, dengan mengubah sulfur menjdi SO 2 dan SO3.
Hasil reaksi yang berbentuk gas ini dialirkan ke persenyawaan yang encer H 2O2 sehingga
terjadi oksidasi antara SO2 dan SO3. Kemudian asam sulfat itu dititrasi dengan basa :
H2SO4 + 2 OH- SO42- + 2 H2O

Boron
Unsur ini dapat ditentukan dalam senyawa organic dengan pembakaran di
dal;am suatu bom nikel untuk mengubah boron menjadi asam borat. Asam borat terlalu
lemah untuk dititrasi, tetapi penambahan manitol membentuk asam kuat yang dapat
dititrasi dengan NaOH dalam air.

8.2 Analisis Bahan Anorganik


Garam amonium
Bahan didestilasi seperti dalam analisis Kjedahl setelah penambahan basa kuat
berlebih; destilat lalu ditampung dan dititrasi seperti dalam analisis Kjedahl.
Nitrat dan nitrit
Penentuan bahan-bahan ini didahului dengan reduksinya menjadi ammonium lalu
penambahan basa kuat berlebih dan destilasi, dan seterusnya titrasi seperti cara Kjedahl.
70

Untuk mereduksi dipakai logam campuran Devarda (50% Cu, 45% Al, 5% Zn) atau dapat
juga dipakai campuran Arnd (60% Cu, 40% Mg)
8.3 Analisis Bahan Organik
1. Gugus Asam Karboksilat
2. Gugus amina
3. Gugus ester
4. Gugus hidroksil
5. Gugus Karbonil
8.4 Penentuan Garam
Kandungan garam total suatu larutan dapat ditentukan dengan melewatkan
larutan tersebut pada tabung penukar ion, sehingga garamnya diubah menjadi asam-atau
basa sesuai dengan penukar ionnya. Jumlah asam atau basa ekivalen dengan garam dan
jumlahnya ditentukan dengan titrasi .
CONTOH SOAL
1. Sebuah sample kalium hidro ftalat yang tidak murni sebesar 2,1283 g memerlukan
42,58 ml larutan basa dari 0,1084 N untuk titrasinya sampai titik akhir fenolftalein.
Hitung persentase KHP (BE 204,2) di dalam sample.
Mek titran = mek analit
V x N = g/BE
.g KHP = 42,58 ml x 0,1084 mek/ml x 204,2 mg/mek
= 942,52 mg
% KHP = 942,52/2128,3 x 100
= 44,29
2. Sebuah sample seberat 0,7550 g yang mungkin mengandung NaOH, Na2CO3, NaHCO3,
atau campuran NaOH + Na2CO3 atau Na2CO3 + NaHCO3 dititrasi dengan 0,1102 M
HCl dengan menggunakan dua indikator. Pada titik akhir pertama (pp) diperlukan 41,55
ml HCl, kemudian pada titik akhir kedua(m.o) diperlukan 13,22 ml HCl.
a. Apakah sample tersebut ?
b. Hitung % masing-masing.
Jawab :
a. Karena V1 > V2, maka sample adalah campuran NaOH + NaHCO3
b. Volume yang digunakan untuk Na2CO3 pada titrasi kedua adalah 12,83 ml.
Volume yang sama digunakan untuk titrasi pertama untuk Na 2CO3. Maka
71

volume titran yang digunakan untuk NaOH adalah : 40,38 – 12,83 = 27,55 ml
12,83 x 0,1062 x 106
% Na2CO3 = x 100 = 23,17
623,4
27,55 x 0,1062 x 40,00
% NaHCO3 = x 100 = 18,77
623,4

D. RANGKUMAN
Titrasi asam basa adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi asam basa atau
netralisasi antara analit dengan titran, yaitu reaksi antara ion hidrogen dengan ion
hidroksida yang membentuk air.
Titrasi asam-basa sering juga disebut dengan asidimetri alkalimetri atau titrasi
penetralan. Titrasi ini didasarkan pada reaksi asam basa :
1. asam kuat – basa kuat
2. asam kuat – basa lemah
3. asam lemah – basa kuat
4. asam kuat – garam dari asam lemah
5. basa kuat – garam dari basa lemah

E. TUGAS
2. Apakah yang dimaksud dengan titrasi asam-basa
3. Apakah yang dimaksud dengan larutan dapar
4. Jelaskan dengan reaksinya bagaimanakah cara kerja larutan HNO2 + NaNO2 untuk
mempertahankan pH apabila dimasukkan asam dan basa
5. Tuliskan beberapa penerapan dari titrasi asam basa

6. 40,00 ml 0,1100 M HCl diencerkan sampai 100 ml dengan air dan dititrasi dengan
0,1 M NaOH. Hitung pH setelah penambahan volume (ml) titran berikut : a. 0,00
b. 10,00 c. 22,00 d. 40,00 e. 43,95 f. 44,00 g. 44,05 h. 50,00. Gambarkan kurva
titrasi , pilihlah indikator yang sesuai

7. 40,00 ml 0,0900 M NaOH diencerkan sampai 100 ml dan dititrasi dengan 0,1000
M HCl. Hitung pH setelah penambahan volume titran (ml) berikut :
72

8. a. 0,00 b. 10,00 c. 18,00 d. 30,00 e. 35,95 f. 36,00 g. 36,05 h. 40.00.


Gambarkan kurva titrasi dan pilihlan indikator yang sesuai.

9. Sebuah sample seberat 0,9205 g campuran karbonat memerlukan 18,73 ml 0,1124


M HCl untuk titrasi sampai titik akhir pertama (pp) dan 34,67 ml HCl untuk titik
akhir kedua (mo). Tentukan sample tersebut dan hitung persen masing-masing.

10. Dalam penentuan nitrogen menurut Kjedahl unsurnya diubah menjadi NH 3, yang
kemudian disuling ke dalam asam standar berlebih dan terukur. Kelebihan asam
dititrasi kembali dengan basa standar. Amonia dari sebuah contoh pupuk seberat
1,510 g disuling ke dalam 50,00 ml 0,1992 N H 2SO4, dan kelebihannya dititrasi
dengan 27,54 ml NaOH 0,2055 N. Hitung % Nitrogen (N) dalam sample

BAB VIII
REAKSI REDOKS

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Capaian Pembelajaran Umum
Menyelesaikan persamaan reaksi redoks
2. Capaian Pembelajaran Khusus
73

1.1 Menentukan bilangan oksidasi atom-atom dalam senyawa


1.2 Membalanskan persamaan untuk reaksi-reaksi redoks dalam larutan air,
dengan menggunakan metode setengah reaksi
B. PENDAHULUAN
C. POKOK POKOK ISI
1. Bilangan Oksidasi
Istilah ionik dan kovalen digunakan sampai sekarang seolah-olah mereka
menyatakan perpindahan sempurna satu atau beberapa electron dari satu atom ke atom
lain, atau pemakaian bersama pasangan electron di antara atom-atom dalam molekul. Pada
kenyataannya, kedua jenis ikatan tersebut merupakan idealisasi dan jarang terjadi. Kita
dapat dengan mudah menentukan muatan fiktif yang sederhana pada atom dalam suatu
molekul dan menyebutnya bilangan oksidasi, asalkan hokum kekekalan muatan tetap
diperhatikan. Bilangan oksidasi dipilih sedemikian rupa, sehingga bilangan oksidasi tepat
sama dengan muatan ion. Berikut ini ketentuan dalam penentuan bilangan oksidasi:
1. Jumlah bilangan oksidasi atom dalam molekul netral adalah nol, dan bilangan oksidasi
ion sama dengan muatan ion
2. Atom logam alkali mempunyai bilangan oksidasi +1, atom alkali tanah +2 dalam
senyawanya
3. Fluorin selalu mempunyai bilangan oksidasi -1 dalam senyawanya. Halogen lain
memiliki bilangan oksidasi -1 dalam senyawanya, terkecuali halogen-halogen tersebut
disertai oksigen bersama-sama dengan halogen lain, maka halogen dapat mempunyai
bilangan oksidasi positif.
4. Hidrogen ditentukan mempunyai bilangan oksidasi +1 dalam senyawanya, kecuali
dalam hidrida logam seperti LiH; di sini ketentuan nomor 2 didahulukan sehingga
hydrogen mempunyai bilangan oksidasi -1
5. Oksigen ditentukan mempunyai bilangan okidasi -2 dalam senyawanya. Ada dua
perkecualian : dalam senyawa dengan fluorin, ketentuan nomor 3 didahulukan, dan dalam
senyawa yang mengandung ikatan O-O, perjanjian nomor 2 dan 4 didahulukan. Jadi
bilangan oksidasi oksigen dalam OF2 ialah +2; dalam peroksida (seperti H2O2 dan Na2O2)
adalah -1. Dalam superoksida (seperti KO2 ), bilangan oksidasi oksigen ialah -1/2

Ketentuan nomor 1 bersifat fundamental karena ia menjamin kekekalan muatan:


jumlah total electron harus tetap selama reaksi kimia. Aturan ini juga membuat bilangan
74

oksidasi atom dari unsure-unsur netral semua nol. Ketentuan 2 sampai 5 didasarkan pada
asas bahwa dalam senyawa ionik bilangan oksidasi harus sama dengan muatan ion itu.
Ingat bahwa bilangann oksidasi pecahan, meskipun tidak lazim, dibolehkan dan dalam
kenyataannya diperlukan supaya konsisten dengan perangkat ketentuan ini.
Dengan bekal ketentuan ini, kita dapat mnenentukan bilangan oksidasi atom-atom
dalam begitu banyak senyawa. Terapkan perjanjian 2 sampai 5 di atas, dengan
memperhatikan pengecualian yang ada, kemudian tentukan bilangan oksidasi pada unsure
lain sedemikian rupa sehingga ketentuan nomor 1 dipatuhi. Perhatikan bahwa ketentuan 1
tidak berlaku hanya pada ion bebas tetapi juga pada komponen yang menyusun padatan ion
itu. Klorin memiliki bilangan oksidasi -1 tidak hanya sebagai ion C1-bebas saja melainkan
dalam pasatan ion AgC1 dan dalam senyawa kovalen CH3C1. Kita perlu mengenali spesiek
ionik yang lazim (terutama ion molecular) dan mengetahui muatan total yang dibawanya.
Tabel 3.1 memuat nama dan rumus sejumlah anion yang lazim. Pengamatan pada tabel
tersebut menunjukkan bahwa beberapa unsur menunjukkan bahwa beberapa unsur
menunjukkan berbagai bilangan oksidasi dalam senyawa. Dalam Ag2S, sulfur muncul
sebagai ion sulfide dan mempunyai bilangan oksidasi -2, tetapi dalam Ag2SO4, sulfur
muncul sebagai bagian dari ion sulfat (SO4-2). Dalam hal ini,
(bilangan oksidasi S) + [4 x (bilangan oksidasi O)] = muatan total ion
X + [4(-2)] = -2
Bilangan oksidasi S = x =+6
Satu cara yang paling mudah untuk menyatakan bilangan oksidasi atom ialah
dengan menuliskannya di atas lambing atom yang bersangkutan dalam rumus senyawanya:
+1 -2 +1-1 0 +6-2
N2O LiH O2 SO42-
Contoh Soal :
Tentukan bilangan oksidasi atom dalam senyawa dan ion kimia berikut ini : NaCl, ClO-,
Fe2(SO4)3, SO2, I2, KMnO4, CaH2.
Penyelesaian :
+1 -1
NaCl Dari ketentuan 2 dan 3.
+1 -2
CIO – Dari ketentuan 1 dan 5.
+3+6-2
75

Fe2(SO4)3 Dari ketentuan 1 dan 5. Ini dipecahkan dengan mengenali keberadaan gugus
sulfat (SO42-) .
+4-2
SO4 Dari ketentuan 1 dan 5.
0
I2 Dari ketentuan 1. I2 adalah unsur.
+1+7-2
KMnO4 Dari ketentuan 1, 2, dan 5.
+2-1
CaH2 Dari ketentuan 1 dan 2 (kasus hidrida logam).

2. Reaksi Oksidasi Reduksi


Dalam reaksi reduksi oksidasi, electron berpindah antar spesies-spesies yang
bereaksi sewaktu mereka berkombinasi membentuk produk. Pertukaran ini sebagai
perubahan bilangan oksidasi reaktan : bilangan oksidasi spesies yang memberikan electron
meningkat, sedangkan spesies yang menerima electron menurun. Suatu prototype reaksi
redoks ialah magnesium dengan oksigen. Bila reaksi ini dilaksanakan dengan sempurna,
produknya ialah magnesium oksida:
2 Mg(s) + O2(s) → 2 MgO(s)
Magnesium dioksidasi dalam proses ini, memberikan electron seraya bilangan oksidasinya
meningkat dari 0 (dalam unsur Mg) menjadi +2 (dalam MgO). Oksigen, yang menerima
electron-elektron ini dikatakan tereduksi; bilangan oksidasinya menurun dari 0 menjadi -2.
Perpindahan electron (e-) dapat dinyatakan dengan tanda panah :

2 Mg(s) + O2(g) → 2 MgO(s)

Anak panah mengarah menjauhi spesies yang sedang dioksidasi (memberikan electron)
dan menuju ke spesies yang direduksi (menerima electron).

2 atom Mg x 2 elektron per atom Mg =


2 atom oksigen per unit rumus x 2 elektron peratom oksigen
Semula istilah oksidasi hanya merujuk kepada reaksi dengan oksigen. Sekarang istilah ini
digunakan untuk menjelaskan setiap proses yang bilangan oksidasinya spesiesnya
76

meningkat, meskipun oksigen tidak terlibat dalam reaksi. Misalnya, bila kalsium
bergabung dengan klorin membentuk kalsium klorida.

Ca(s) + Cl2(g) → CaCl2

Kalsium dioksidasi dan klorin direduksi.


Reaksi oksidasi reduksi merupakan reaksi paling penting dalam kimia, biokimia,
dan industry. Pembakaran batubara, gas alam, dan bensin (untuk kalor dan tenaga)
merupakan reaksi redoks, demikian pula produksi logam seperti besi dan alumunium dari
bijih oksidasinya serta produksi bahan kimia seperti asam sulfat dari sulfur, udara, dan air.
Tubuh manusia memetabolisasi gula melalui reaksi redoks untuk memperoleh energy,
produk reaksinya berupa cair dan gas karbon dioksida.

3. MENYEIMBANGKANKAN PERSAMAAN REDOKS


Reaksi oksidasi-reduksi, derajat oksidasi beberapa senyawa berubah. Anggap reaksi antara
tembaga dan larutan perak nitrat dalam air:

Cu(s) + 2 Ag+(ag) → Cu2+(ag + 2 Ag(s)

Ion nitrat adalah penonton yang tidak ikut serta dalam reaksi, sehingga mereka diabaikan
dalam persamaan netto. Dua electron dipindahkan dari setiap tembaga yang bereaksi ke
sepsang ion perak. Tembaga (donor electron) dioksidasi,dan ion perak (akseptor electron)
direduksi. Reaksi oksidasi-reduksi ini terjadi bila sepotong tembaga ditempatkan dalam
larutan perak nitrat dalam air atau dalam larutan garam perak lainnya. Logam perak mulai
melapisi tembaga, konsentrasi ion perak menurun, dan endapan biru muncul dalam
larutan dan konsentrasinya naik dengan berjalannya waktu.
Amatlah berguna untuk menganggap persamaan kimia ini sebagai penggambaran
jumlah setengah-reaksi oksidasi dan reduksi, dimana electron (?) muncul sevara eksplisit.
Oksidasi tembaga ditulis sebagai:

Cu(s) → Cu2+(aq) + 2 e -

Dan reduksi ion perak sebagai:


77

Ag+(aq) + e- → Ag(s)

Dalam persamaan netto, electron tidak boleh muncul secara eksplisit. Dengan demikian,
persamaan kedua harus dikalikan 2 sebelum dijumlahkan dengan yang pertama, sehingga
electron saling menghilangkan di kedua sisi. Seperti sebelumnya, ini memberikan:

Cu(s) + 2 Ag+(aq) → Cu2+(aq) + 2 Ag(s)

Persamaan kimia untuk pembakaran butana dalam oksigen (sebuah reaksi redoks)
dibalanskan melalui alas an logis, dengan memperhitungkan kenyataan bahwa jumlah mol
atom dari setiap unsure adalah sama sebelum dan sesudah reaksi. Banyak reaksi redoks
lebih sulit dibalanskan daripada ini, sehingga penting mempunyai sebuah prosedur. Yang
didasarkan pada setengah reaksi, dan menerapkannya ke reaksi yang terjadi dalam larutan
asam atau basa dalam air. Dalam reaksi ini, air dan H 3O+ (larutan a H3sam) atau OH-
(larutan basa) biasa berpartisipasi baik sebagai reaktan atau sebagai produk, sehingga perlu
untuk melengkapi persamaan yang sesuai serta menyetarakannya.
Sebagai contoh, marilah kita lengkapi dan balanskan persamaan kimia pelarutan
tembaga(III) sulfide dalam larutan asam nitrat dalam air:

CuS(s) + NO3-(aq) → Cu2+(aq) + SO42- (aq) + NO(g)

Tahap 1 Tulis dua setengah-reaksi yang belum dibalanskan, satu untuk


spesies yang dioksidasi serta hasilnya satu untuk spesies yang direduksi
serta hasilnya.
Di sini setengah-reaksi yang belum dibalanskan dan yang mengandung CuS
Cus → Cu2 + SO42-
Tahap 2 Masukkan koefisien untuk membuat jumlah atom semua unsure kecuali
oksigen dan hydrogen sama di kedua sisi setiap persamaan.
Dalam kasus ini tembaga, belerang, dan nitrogen sudah di balanskan pada
kedua setengah-reaksi, sehingga tahap ini telah diselesaikan.
Tahap 3 Balanskan oksigen dalam menambahkan H2O disalah satu sisi dari setiap
setengah-reaksi.
78

CuS + 4 H2O → Cu2+ + SO42-


NO3- → NO + 2 H2O

Tahap 4 Balanskan hydrogen. Untuk larutan asam, tambahkan H3O ke setiap sisi
setengah-reaksi yang “kekurangan” hydrogen dan H2O yang sama ke sisi
lain. untuk larutan basa, tambahkan H2o ke setiap sisi setengah-reaksi yang
“kekurangan” hydrogen dan OH- yang sama ke sisi yang lain.
Ingat bahwa tahap ini tidak mengganggu kesetaraan oksigen yang telah
dicapai dalam tahap 3. Dalam kasus ini (larutan asam) hasilnya adalah:
CuS + 12 H2O → Cu2+ + SO42- + 8 H3O+
NO3- + 4 H3O+ → NO + 6 H2O
Tahap 5 Balanskan muatan dengan memasukkan e- (electron) sebagai reaktan atau
produk di setiap setengah-reaksi
CuS + 12 H2O → Cu2+ + SO42- + 8 H3O+ 2 e- (oksidasi)
NO3- + 4 H3O+ + 3 e- → NO + 6 H2O (reduksi)
.
Tahap 6 Kalian kedua setengah-reaksi dengan bilangan yang dipilih untuk membuat
jumlah electron yang diberikan oleh oksidasi sama dengan jumlah yang
diperlukan pada reduksi. Kemudian, tambahkan kedua setengah-reaksi,
yang menghilangkan electron. Jika H3O+ , OH- , atau, H2O muncul di
kedua sisi persamaan akhir, hilangkan duplikatnya.
Disini setengah-reaksi harus dikalikan 3 (sehingga dihasilkan 24 elektron)
dan setengah-reaksi reduksi dikalikan 8 (sehingga 24 elektron yang sama
dipakai)

3 CuS + 36 H2O → 3 Cu2+ + 3 SO2-4 + 24 H3O+ + 24 e-


8 NO + 32 H3O+ + 24 e- → 8 NO + 48 H2O
___________________________________________________
3 CuS + 8 NO-3 + 8 H3O+ → 3 Cu2+ + 3 SO42- + 8 NO + 12 H2O

Prosedur ini menyeimbangkankan persamaan yang sangat sulit diseimbangkankan


dengan pengamatan. Untuk larutan basa, perhatikan untuk menambahkan H 2O dah OH-,
79

daripada H3O+ dan H2O, pada Tahap 4.


D.RANGKUMAN
E. TUGAS
1. Lengkapi dan seimbangkan persamaan berikut untuk reaksi-reaksi yang berlangsung
dalam larutan asam.
a. VO2+(aq) + SO2(g) → VO2+(aq) + SO42-(aq)
b. Br2(l) + SO2(g) → Br-(aq) + SO42-(aq)
c. Cr2O72-(aq) + Np4+(aq) → Cr3+(aq) + NpO22+(aq)
d. HCOOH(aq) + MnO4-(aq) → CO2(g) + Mn2+(aq)
e. MnO4-(aq) + H2S(aq) → Mn2+(aq) + SO42-(aq)

2. Lengkapi dan seimbangkan persamaan berikut untuk reaksi-reaksi yang berlangsung


dalam larutan basa
a. Cr(OH)3(s) + Br2(aq) → CrO42-(aq) + Br-(aq)
b. ZrO(OH)2(s) + SO32-(aq) → Zr(s) + SO42-(aq)
c. HPbO2-(aq) + Re(s) → Pb(s) + ReO4-(aq)
d. HXeO4-(aq) → XeO64-(aq) + Xe(g)
e. N2H4(aq) + CO32-(aq) → N2(g) + CO(g)

3. Uraikan persamaan berikut ini menjadi setengah reaksi oksidasi dan reduksi yang
diseimbangkan.
a. 2 H3O+(aq) + H2O2(aq) + 2 Fe2+(aq) → 2 Fe3+(aq) + 4 H2O(l)
b. H3O+(aq) + H2O(l) + 2 MnO4-(aq) + 5 SO2(aq) → 2 Mn2+(aq) + 5 HSO4(aq)
c. 2 ClO2-(aq) + 4 H3O+(aq) → CO(g) + N2(g) + 3 H2O(g)

4. Asam nitrit (HNO2) terdisproporsionasi dalam larutan asam menjadi ion nitrat (NO3-)
dan nitrogen oksida (NO). Tulis persamaan yang seimbang untuk reaksi ini.
80

BAB IX
TITRASI REDOKS

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Capaian Pembelajaran Umum
Menjelaskan teori tentang titrasi redoks dan menyelesaikan perhitungannya
2. Capaian Pembelajaran Khusus
2.1 Menjelaskan macam-macam titrasi redoks
2.2 Menghitung berat ekivalen dalam reaksi redoks
2.3 Menyelesaikan perhitungan untuk titrasi redoks
81

B. PENDAHULUAN
Reaksi redoks secara luas digunakan dalam analisa titrimetri baik untuk zat
anorganik maupun organik. Reaksi redoks dapat diikuti dengan perubahan potensial,
sehingga reaksi redoks dapat menggunakan perubahan potensial untuk mengamati titik
akhir satu titrasi. Selain itu cara sederhana juga dapat dilakukan dengan menggunakan
indikator. Berdasarkan jenis oksidator atau reduktor yang dipergunakan dalam titrasi
redoks, maka dikenal beberapa jenis titrimetri redoks seperti iodometri, iodimetri danm
permanganometri.

C. POKOK POKOK ISI

Titrasi redoks adalah penentuan kadar suatu cuplikan yang bertindak sebagai
reduktor atau oksidator berdasarkan reaksi reduksi dan oksidasi.
1. PERMANGANOMETRI

Titrasi permanganometri digunakan untuk penentuan suatu cuplikan yang bertindak


sebagai reduktor dengan menggunakan permanganat (titran) sebagai oksidator.
Permanganometri banyak digunakan untuk penentuan kadar besi, antimony(III), arsen,
hydrogen peroksida, timah putih, nitrit, oksalat, dan lain lain.

Kalium Permanganat

Kalium permanganat merupakan suatu pereaksi yang mudah diperoleh, tidak


mahal, dan tidak memerlukan suatu indicator, kecuali kalau digunakan untuk larutan-
larutan yang encer. Permanganat mengalami reaksi kimia yang bermacam-macam, karena
mangan dapat berada dalam keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7:
Reaksi yang terjadi dalam larutan yang sangat asam (0,1 N atau lebih)
MnO4- + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O
Sedangkan untuk reaksi dengan keasaman rendah :
MnO4- + 4H+ + 3e MnO2(s) + 2H2O
Reaksi yang paling lazim dijumpai di laboratorium adalah reaksi yang pertama, yaitu
reaksi dalam larutan yang paling asam. Permanganat bereaksi dengan cepat dengan banyak
zat pereduksi menurut reaksi pertama, namun untuk beberapa zat memerlukan pemanasan
atau katalis untuk mempercepat reaksi.
Dalam suasana basa atau basa lemah akan terbentuk endapan coklat MnO 2 yang
82

mengganggu sehingga untuk menghilangkannya dilakukan penyaringan. Sebagai asam


biasanya digunakan H2SO4, sedangkan HCl kurang baik untuk titrasi ini karena akan
mengganggu jalannya analisa, begitu juga dengan HNO3 yang bersifat sebagai oksidator
juga.
Dalam mempersiapkan larutan permanganat dianjurkan untuk melarutkan kristal,
kemudian pemanasan untuk memusnahkan zat pereduksi dan penyaringan lewat asbes atau
kaca masir untuk menyingkirkan MnO2. Larutan ini kemudian distandarkan , dan disimpan
dalam botol gelap, tertutup rapat dan terlindung dari cahaya.

Standardisasi
Larutan KMnO4 dapat disatandarisasi dengan standar primer yaitu : arsen(III)
oksida, natrium oksalat, dan besi.
a. Arsen (III) Oksida
Senyawa As2O3 merupakan standar primer yang bagus sekali untuk larutan
permanganat. Stabil, tidak higroskopis dan mudah diperoleh dalam derajat kemurnian yang
tinggi. Oksida ini dilarutkan dalam NaOH, larutan diasamkan dengan HCl dan dititrasi
dengan permanganat :
5HasO2 + 2 MnO4- + 6H+ + 2 H2O 2 Mn2+ + 5H3AsO4
Reaksi ini perlahan pada temperatur kamar, kecuali ditambahkan suatu katalis. Kalium
iodida (KI), kalium iodat (KIO3) dan ion monoklorida (ICl), merupakan katalis-katalis
yang dapat digunakan.

b. Natrium Oksalat
Na2C2O3 merupakan standar primer yang baik untuk larutan pemanganat dalam
larutan asam. Larutan ini dapat diperoleh dengan derajat kemurnian yang cukup tinggi,
stabil pada pengeringan, dan tidak mudah menguap. Reaksi dengan permanganat lambat
pada suhu kamar, sehingga dilakukan pemanasan pada 60 0C. Walaupun pada suhu ini
reaksi masih lamban(terlihat dari adanya warna violet yang mantap pada beberapa saat)
tetapi dengan terbentuknya Mn2+ yang bertindak sebagai katalis yang disebut dengan
otokatalitik yaitu katalis yang terbentuk dari reaksi itu sendiri, maka reaksi pada akhirnya
berjalan dengan cepat (terlihat dengan hilangnya warna violet).
5C2O42- + 2 MnO4- + 16 H+ 2Mn2+ + 10CO2 + 8 H2O
Pada titrasi ini permanganat ditambahkan secara cepat ke dalam larutan yang
83

diasamkan pada temperatur kamar. Setelah reaksi mendekati lengkap maka larutan
dipanaskan pada 600C, kemudian titrasi dilengkapi pada temperatur ini. Hal ini dilakukan
untuk menghindari pembentukan peroksida :
O2 + H2C2O4 H2O2 + 2 CO2
Hal ini dapat mengurangi volume permanganat yang semestinya diberikan, karena
sebagian oksalat telah terurai menjadi peroksida.

c. Besi

Kawat besi dengan derajat kemurnian yang tinggi dapat digunakan sebagai standar
primer. Besi ini dilarutkan dalam HCl dan besi (III) yang dihasilkan selama proses
pelarutan direduksi menjadi besi(II). Pada waktu dititrasi dengan permanganat ion klorida
dalam kuantitas yang berarti ikut dioksidasi bersama basi (II). Oksidasi ion klorida oleh
permanganat berlangsung lambat pada suhu kamar, namun dengan adanya besi reaksi
berlangsung cepat. Meskipun besi (II) merupakan zat pereduksi yang lebih kuat daripada
ion klorida, ion klorida ini teroksidasi secara serempak dengan besi. Suatu larutan
campuran mangan(II) sulfat, asam sulfat dan asam fosfat yang disebut sebagai larutan
‘pencegah’ atau larutan Zimmermann-Reinhardt dapat ditambahkan ke dalam larutan asam
klorida sebelum dititrasi dengan permanganat. Asam fosfat menurunkan konsentrasi ion
besi(III) dengan pembentukan kompleks, sehingga membantu untuk memaksa agar reaksi
berjalan lengkap, dengan menghilangkan warna kuning yang ditimbulkan besi(III) dalam
media klorida. Terbentuknya kompleks fosfat tidak berwarna membuat titik akhir menjadi
lebih jelas.

Penetapan dengan Permanganat


Penetapan besi dalam bijih besi merupakan salah satu penerapan paling penting
dari titrasi permanganat. Bijih besi tersebut adalah hematite (Fe 2O3), magnetit (Fe3O4),
goetit (Fe2O3.H2O), limonit (2Fe2O3. 3H2O), siderit (FeCO3), Pirit (FeS2). Sebelum
dilakukan titrasi bijih-bijih tersebut dilarutkan terlebih dahulu dalam asam. Asam yang
paling baik untuk melarutkan bijih tersebut adalah asam klorida.
Selain untuk menetukan besi, larutan permanganat digunakan untuk penentuan
berbagai logam seperi stibium(III), Arsen(III), Brom, hydrogen peroksida, besi(II),
molybdenum(III), nitrit, oksalat, timah (II), titanium(III), Tungsten(III), Uranium(IV),
84

Vanadium(IV).
Larutan permanganat dapat juga digunakan untuk titrasi tak langsung seperti
penentuan timbel dan mangan. Karena logam-logam ini sukar dilarutkan dalam asam
ataupun basa. Apabila dititrasi secara langsung reaksi zat padat dengan suatu pereduksi
sangat lambat. Jadi sample diolah terlebih dahulu dengan dengan zat pereduksi yang telah
diketahui kuantitasnya dan dipanaskan agar reaksi lengkap. Kemudian kelebihan zat
pereduksi dititrasi dengan permanganat standar. Zat pereduksi yang digunakan antara lain
As2O3 dan Na2C2O3.

2. IODIMETRI DAN IODOMETRI

Iodimetri adalah titrasi di mana analit bertinfdak sebagai reduktor langsung dititrasi
dengan larutan iodium (titrasi langsung).
Analit : reduktor oksidator + e
Titran : I2 + 2e 2 I-
Sedangkan iodometri merupakan titrasi dimana analit bertindak sebagai oksidator, mula-
mula direaksikan dengan ion iodida berlebih, kemudian iodium yang terjadi dititrasi
dengan larutan tiosulfat.
Analit (oksidator) + KI I2
I2 + 2 Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6
Para analis cenderung menggunakan istilah iodometri langsung untuk iodimetri,
sedangkan yang tidak langsung dinamakan dengan iodometri tak langsung.
Iodometri langsung digunakan untuk penentuan antimony, arsen,
belerang(sulfida, sulfit), timah putih, ferosanida, tiosulfat dan yang paling penting
adalah penentuan vitamin C. Iodometri tak langsung digunakan untuk penentuan bijih
tembaga, besi, arsen, antimony, glukosa,dan lain-lain. Salah satu iodometri yang banyak
digunakan adalah reaksi Malaprade yang digunakan untuk penentuan senyawa-senyawa
organic seperti gliserol dan etilen glikol.

Larutan Titer Iodium

Iodium sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam larutan yang mengandung
ion iodida (KI) dimana iodium membentuk kompleks triodida :
I2 + I- I3
85

Untuk mengurangi penguapan dan meningkatkan kelarutan , maka ditambahkan KI


berlebih. Larutan titer iodium dibuat dengan melarutkan iodium ke dalam larutan KI pekat,
kemudian diencerkan ke dalam air. Larutan ini distandardisasi dengan As 2O3 atau Na2S2O3
yang telah distandarisasi kemudian disimpan dalam botol coklat gelap untuk mencegah
penguraian oleh cahaya matahari.

Larutan Titer Na-Tiosulfat

Larutan standar yang sering digunakan dalam iodometri ialah Na-tiosulfat, yang biasanya
tersedia dalam bentuk Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandardisasi dengan
penimbangan secara langsung tetapi harus distandardisasi dengan standar prmer, karena
Na2S2O3 tidak stabil, karena adanya bakteri yang menyebabkan kekeruhan. Biasanya air
yang digunakan dididihkan terlebih dahulu dan seringkali boraks atau Na 2CO3
ditambahkan sebagai bahan pengawet. Untuk menstandardisasi larutan Na-tiosulfat
digunakan K2Cr2O7, KIO3, KBrO3, dan tembaga murni.

Indikator Kanji

Warna larutan iod 0,1 N cukup tua sehingga iod dapat bertindak sebagai
indikatornya sendiri. Iod juga memberikan warna ungu atau lembayung pada pelarut
seperti karbon tetraklorida dan kloroform, dan kadang-kadang digunakan untuk
menunjukkan titik akhir. Tetapi lebih sering digunakan larutan kanji, karena biru tua
warna kompleks pati-iod berperan sebagai uji kepekaan terhadap iod.
Larutan kanji mudah terurai oleh baklteri, suatu proses yang dapat dihambat dengan
sterilisasi atau penambahan zat pengawet.Hasil penguraian bakteri dapat menyebabkan iod
berubah menjadi merah. Pengawet yang digunakan antara lain merkurium(II) iodida, asam
borat atau asam furoat. Kondisi yang menimbulkan hidrolisis atau koagulasi hendaknya
dihindari . Kepekaan indicator berkurang dengan naiknya temperatur dan oleh hadirnya
beberapa bahan organic seperti metil dan etil alcohol.

Penentuan Kadar Air Cara Karl Fischer

Metoda ini digunakan untuk penentuan kadar air dari bahan padat dan pelarut organic :
Analit ditambah pereaksi Karl Fischer (terdiri dari iodium, SO2, piridin, methanol).
86

Iodium membentuk kompleks dengan piridin bereaksi dengan air tersebut.


C5H5N.I2 + C5H5N.SO2 + C5H5N + H2O C5H5N.HI + C5H5NSO3
Metanol mengikat C5H5N.SO2 agar tidak bereaksi dengan air,
C5H5N.SO2 + CH3OH C5H5N(H).SO4CH3
Titik akhir titrasi ditandai oleh kelebihan kompleks piridin iod (C5H5N.I2) setelah air habis
bereaksi. Tanpa menggunakan indikator dengan perubahan warna kuning menjadi coklat.

3. BROMATOMETRI DAN BROMOMETRI

BROMATOMETRI
Merupakan titrasi redoks dimana analit(reduktor) langsung dititrasi dengan larutan
KBrO3 (oksidator). KBrO3 merupakan oksidator kuat dalam suasana asam, yang tereduksi
menjadi bromida. Titrasi digunakan untuk menentukan arsen(III), antimony(III),
besi(II), sulfida organic dan disulfida.
Kalium bromat KBrO3 adalah suatu zat pengoksid yang kuat :
BrO3- + 6H+ + 6e Br- + 3H2O
Reaksi dengan arsen(III) :
BrO3- + 3 HAsO2 Br- + 3 HAsO3
Biasanya larutan itu mengandung asam klorida 1 M. Titik akhir titrasi ditandai oleh
munculnya brom berwarna kuning, menurut reaksi :
BrO3- + 5 Br- + 6H+ 3 Br2 + 3 H2O
Tetapi kadang-kadang reaksi di atas kurang begitu sempurna sehingga masih dibutuhkan
zat organik yang dapat bereaksi dengan brom, sehingga terjadi perubahan warna. Terdapat
tiga indicator untuk titrasi ini : alfa naftiflavon, kuning kuinolina, p-etoksikrisoidina.
Kalium Bromat tersedia dalam kemurnian yang tinggi dan larutannya stabil.
Larutan titer dapat dibuat langsung dengan melarutkan zat yang telah ditimbang.
Kemudian ditambahkan KI lalu dititrasi dengan Na2S2O3 dalam suasana asam dengan
indikator kanji.

BROMOMETRI

Penetapan kadar suatu zat berdasarkan atas reaksi dari zat itu dengan brom. Reaksi
tersebut dapat berupa reaksi substitusi, adisi, oksidasi. Bromometri digunakan secara luas
untuk penentuan zat-zat terutama dalam bidang farmasi. Analit direaksikan dengan brom
87

berlebih dalam suasana asam . Kelebihan brom direaksikan dengan KI berlebih , lalu
iodium yang terjadi dititrasi dengan larutan titer tiosianat menggunakan indikator kanji,
hingga warna biru hilang .
Analit + Br2 (berlebih) produk
Br2 (sisa) + 2 KI (berlebih) 2 KBr + I2
I2 + 2 Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6

Larutan Titer

Larutan Brom tidak stabil , maka larutan bromat lebih disukai sebagai titer dan
pembuatannya lebih praktis. Larutan Brom dibuat dengan melarutkan KBrO 3 dan KBr lalu
distandardisasi secara iodometri.

4. CERIMETRI
Merupakan penetapan suatu analit (reduktor) dengan menggunakan larutan
serium(IV) sulfat sebagai titran (oksidator) dalam suasana asam, karena dalam suasana
netral akan terjadi endapan serium hidroksida atau garamnya.
Analit dalam asam sulfat encer dititrasi dengan Ce(SO4)2 menggunakan
indikator ferroin. Perubahan warna indikator pada titik akhir, yaitu dari merah menjadi biru
pucat. Bila encer, dari merah jambu menjadi tidak berwarna.
Larutan Ce(IV) dapat dipergunakan untuk penentuan besi, arsen,
antimony, oksalat, ferosianida, titanium, krom, vanadium, molybdenum, uranium,
oksida timbal, dan mangan.
Larutan Titer Cerium(IV) Sulfat
Larutan ini dibuat dengan melarutkan sejumlah serium(IV) sulfat, lalu
dibakukan dengan As2O3, Na-oksalat, dan besi murni.
Keuntungan larutan Ce(IV) :
1. Hanya ada satu keadaan oksidasi
Ce4+ + e Ce3+
2. Merupakan suatu pereaksi oksidasi yang sangat kuat
3. Larutan dalam asam sulfat dari ion Ce(IV) sangat stabil
4. Suatu garam serium(IV) ammonium nitrat dapat digunakan sebagai standar primer.
5. Warnanya yang kuning tidak menimbulkan kesukaran dalam titrasi
88

6. Dapat digunakan untuk titrasi besi dalam HCl tanpa larutan pencegah Ziimmerman-
Reinhart

Tabel 3. Standar Primer untuk Reaksi Redoks

Standar Reaksi
Lar. Utk primer
distandardisasika
n

KMnO4 As2O3 5H3AsO3+2MnO4-+6H+ 2 Mn2++ 5H3AsO4 + 3 H2O


KMnO4 Na2C2O4 5C2O42_+ 2MnO4 + 16H+ 2Mn2+ +10CO2 + 8H2O
KMnO4 Fe 5Fe2+ + MnO4- + 8H+ 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O
Ce(SO4)2 Fe Fe2+ + Ce4+ Fe3+ + Ce3+
K2Cr2O7 Fe 6Fe2+ +Cr2O72_+14H+ 6Fe3+ + 2Cr3+ + 7H2O
Na2S2O3 K2Cr2O7 Cr2O72- + 6I- +14H+ 2Cr3+ + 3I2 + 7H2O
I2 + 2S2O32- 2I- + S4O6
Na2S2O3 Cu 2Cu2+ + 4I- 2CuI(s) + I2
2-
I2 + 2S2O3 2I- + S4O62-
I2 As2O3 HAsO2 +I2+ 2H2O H3AsO4 + 2I- + 2H+

CONTOH SOAL
1. Sebuah sampel mengandung arsenat dan beratnya 3,523 g dilarutkan dan
diencerkan sampai tepat 250 ml dalam botol ukur. Aliquot sebanyak 50 ml diambil
dan dititrasi dengan 33,84 ml 0,1 N larutan I2
Reaksi :
HAsO2 + I2 + 2H2O H3AsO4 + 2I- + 2H+
Hitung % arsen dalam sample !
Penyelesaian :
Berat arsenat dalam alikot :
(50/250) x 3523 = 704 mg
Pada reaksinya As kehilangan 2e
BE As = BM/2 = 74,92/2 = 37,46 mg/meq
33,84 ml x 0,1 meq/ml x 37,46 mg/meq
89

% As = = 19,18
704 mg

2. 50 ml larutan yang mengandung etilen glikol direaksikan dengan 50 ml 0,03 M


asam periodat, dan larutan dibiarkan selama 1 jam. Larutan kemudian dibuffer pada
pH 8 dengan NaHCO3, lalu ditambah KI berlebih. I2 yang dibebaskan dititrasi
dengan 25,38 ml 0,0602 N larutan arsen.
Hitung berat etilen glikol dalam larutan semula.
Mek EG + mek arsen = mek KIO4
Mek EG + 25,38 x 0,0602 = 50 x 0,03010 x 2
Mek EG = 1,572
BE EG = BM/2 = 62,068 /2 = 31,034 mg/mek
Berat etilen glikol = 1,572 mek x 31,034 mg/mek
= 48,79 mg

D. RANGKUMAN
Titrasi redoks adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi reduksi oksidasi antara
analit dengan titran. Titrasi redoksi dibagi menjadi : permanganometri, iodometri, iodimetri,
bromometri, bromatometri dan cerimetri.
E. TUGAS

1. Tuliskan dan jelaskan macam-macam titrasi redoks


2. Suatu contoh tembaga oksida berat 2,031 g dilarutkan dalam asam, pH diatur, dan
ditambahkan KI berlebih untuk membebaskan I2. I2 dititrasi dengan 29,68 ml
0,1058 N Na2S2O3. Htung % CuO dalam contoh
3. Asam askorbat (vit. C, BM= 176,126) adalah suatu pereduksi yang bereaksi sebagai
berikut :
C6H8O6 C6H6O6 + 2H+ + 2e
Vitamin ini dapat ditetapkan dengan oksidasi dengan suatu larutan std. Iod. Suatu
sample air jeruk 200,0 ml diasamkan dengan asam sulfat, ditambahkan 10,00 ml I 2
0,0400 M. Setelah reaksi berjalan lengkap,kelebihan I2 dititrasi dengan Na2S2O3
0,0100 M. Ternyata dibutuhkan 30,23 ml. Hitung berapa mg asam askorbat/ml air
jeruk !
4. Aluminium dalam sample seberat 0,2000 g diendapkan dengan 8-hidroksikuinolina,
ditambahkan 2 g KI dan I2 yang dibebaskan dititrasi dengan Na2S2O3 0,1000N.
90

Ternyata dibutuhkan 25,00 ml. Hitunglah persentase Al2O3 dalam sample.

BAB X
TITRASI PENGENDAPAN

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Capaian pembelajaran umum
Menyelesaikan perhitungan untuk titrasi pengendapan
2. Capaian pembelajaran khusus
2.1 Mendefinisikan titrasi pengendapan
2.2 Menguraikan macam-macam argentometri
2.3 Menguraikan contoh titrasi non argentometri
2.4 Menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
2.5 Menyelesaikan perhitungan untuk titrasi pengendapan
91

B. PENDAHULUAN
Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari
garam yang tidak mudah larut antara titran dan analit. Hal dasar yang diperlukan dari titrasi
jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran
ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang mengganggu titrasi, dan titik akhir
titrasi yang mudah diamati.
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi
pengendapan antara ion halida ( Cl-, I-, Br- ) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya
disebut sebagai argentometri, yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida dengan
menggunakan larutan standar perak nitrat AgNO3.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara
titrant dan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl
dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl - dari analit membentuk garam yang
tidak mudah larut.

C. POKOK POKOK ISI :

Titrasi pengendapan atau presipitimetri adalah suatu titrasi yang pada reaksinya
membentuk endapan. Contoh reaksinya :
AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3
Semakin kecil kelarutan endapan maka makin sempurna reaksinya. Titrasi ini juga sering
dinamakan dengan argentometri, karena sebagian besar titrasi inimenggunakan larutan
perak nitrat (AgNO3)
1. ARGENTOMETRI

Argentometri terbagi dalam tiga macam metoda berdasarkan indikator yang


digunakan untuk penentuan titikakhir :
a. Metoda Mohr
Pada metode ini akan terbentuk endapan berwarna. Indikator yang digunakan
adalah K2CrO4 dengan AgNO3 sebagai titran. Titran ini digunakan untuk menentukan
garam klorida dengan titrasi langsung, dan menentukan garam perak dengan titrasi tak
langsung. Pada titik akhir titrasi akan terbentuk endapan perak kromat (AgCrO 4) yang
berwarna merah kecoklatan.
b. Metoda Volhard
92

Pada metoda ini akan terbentuk endapan kompleks berwarna. Metoda ini didasarkan pada
pengendapan perak tiosianat dalam larutan asam nitrat, dengan menggunakan ion besi(III)
sebagai indikator dan KSCN atau NH4SCN sebagai titran.
Ag+ + SCN- AgSCN
Fe2+ + SCN- FeSCN2+ (merah)
Metoda Volhard digunakan untuk penentuan perak, klorida, bromida, iodida,
oksalat, karbonat dan arsenat.
c. Metoda Fajans
Pada metoda ini indikator yang digunakan adalah indikator adsorbsi. Salah satu
indikator adsorbsi yang paling terkenal adalah Flurescein. Fluorescein adalah sebuah
asam organic lemah yang dilambangkan dengan HFl. Jika fluorescein ditambahkan ke
dalam bejana titrasi, anion Fl- tidak diserap oleh AgCl selama klorida berlebih. Akan tetapi
bila ion perak dalam keadaan berlebih, ion Fl- ditarik ke permukaan partikel yang
bermuatan positif.
(AgCl). Ag+ Fl-

Agregat yang dihasilkan berwarna merah muda.


Metoda Fajans digunakan untuk penentuan klorida, bromida, iodida, dan lain
sebagainya.

Tabel 4. Beberapa Indikator Adsorbsi

Indikator Ion yang Dititrasi Titran

Diklorofluorescein Cl- Ag+


Fluorescein Cl- Ag+
Eosin Br-, I-, SCN- Ag+
Torin SO42- Ba2+
Hijau Bromkresol SCN- Ag+
Lembayung metal Ag+ Cl-
Rodemina 6 G Ag+ Br-
Ortokrom Pb2+ CrO42-
93

Biru bromfeno Hg22+ Cl-

2.2 Presipitimetri yang Bukan Argentometri


Presipitimetri tidak hanya meliputi pembentukan endapan dengan Ag+, tetapi juga
dengan logam –logam lain.

Tabel 5. Presipitimetri yang Bukan Argentometri

Ion yang Ditentukan Titran Indikator

SO42- Pb(NO3)2 Ditizon


Pb(NO3)2 Eritrosin B
PO43- Ba(ClO4)2 Torin
BaCl2 Alizarin merah S
C2O42- Pb(Ac)2 Dibromofluorescein
Cl-, Br- Pb(Ac)2 Diklorofluorescein
Pb(Ac)2 Fuorescein
Hg2(NO3)2 Biru bromfenol

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelarutan

a. Suhu
Kebanyakan garam anorganik, bertambah kelarutannya bila suhu dinaikkan , Untuk
itu pada proses pengendapan titrasi dan pencuci dilakukan dengan larutan panas .
b. Pelarut
Kebanyakan garam organic lebih larut dalam pelarutan organic .hal ini
Dapat digunakan untuk memisahkan dua zat yang di dalam air cukup larut .
c. Pengaruh Ion Sama
Sebuah endapan biasanya lebih larut dalam air murni dibandingkan dalam sebuah
larutan yang mengandung salah satu ion dari endapan. Dalam larutan perak klorida,
perkalian konsentrasi ion-ion perak dan klorida tidak dapat melampaui harga Kspnya.
Adanya ion yang sama dapat menyebabkan pengendapan sempurna. Seorang analis
seringkali menambahkan pereaksi pengendap sedikit berlebih untuk meyakinkan
kesempurnaan endapan.
94

Pengaruh ion yang sama terhadap kelarutan suatu endapan ditunjukkan dalam
perhitungan berikut.
Hitung kelarutan molar dari CaF2 dalam : (Ksp = 4 x 10-11)
a. air
b. 0,01 M CaCl2
c. 0,01 M NaF
Penyelesaian :
a. Keseimbangan :
CaF2(p) Ca2+ + 2F-
Misalkan s = kelarutan molar CaF2, kesetimbangan massa adalah :
[Ca2+] = s
[F- ] = 2s
karena :
[Ca2+] [F-] = Ksp
(s) (2s)2 = 4 x 10-1
maka : s = 2,1 x 10-4 mol/liter
b. Dalam 0,01 M CaCl2 kesetimbangan massa adalah :
[Ca2+] = 0,01 + s
[F- ] = 2s
Maka : (0,01 + s) (2s)2 = 4 x 10-11
Karena s < 0,01, ini menjadi :
4s2 = 4 x 10-9
s = 3,2 x 10-5 mol/liter
c. Dalam 0,01 M NaF, kesetimbangan massa adalah :
[Ca2+] = s
[F-} = 0,01 + 2s
Maka : (s) (0,01 + 2s)2 = 4 x 10-11
Karena 2s < 0,01, sehingga :
S = 4 x 10-7 mol/liter
d. Pengaruh pH
Kelarutan garam dari asam lemah tergantung dari pH larutan. Garam-garam
tersebut antara lain adalah : oksalat, sulfida, hidroksida, karbonat dan fosfat. Ion hydrogen
bereaksi dengan anion garam untuk membentuk asam lemah, dengan demikian
95

meningkatkan kelarutan garam


e. Pengaruh Kompleks
Kelarutan suatu garam yang sedikit larut tergantung pada konsentrasi dari zat-zat
yang membentuk kompleks dengan kation garam.
f. Pengaruh Hidrolisa
Kation atau anion dari sebuah garam dapat mengalami hidrolisa yang akan
meningkatkan kelarutan.
g. Pengaruh Ion Aneka Ragam
Pengaruh ion aneka ragam, garam netral , atau aktivitas dapat meningkatkan
kelarutan suatu garam.
CONTOH SOAL
Sebuah sample seberat 0,8165 g, yang mengandung ion klorida dianalisis dengan cara
volhard. Sampel dilarutkan dalam air dan 50 ml AgNO 3 0,1214 M ditambahkan untuk
mengendapkan ion klorida. AgNO3 yang berlebih dititrasi dengan 11,76 ml 0,1019 M
KSCN. Hitung % klorida dalam sample.
Penyelesaian :
Mmol AgNO3 = mmol Cl- + mmol KSCN
50 x 0,1214 = mmol Cl- + 11,76 x 0,1019
mmol Cl- = 4,872
4,872 mmol x 35,453 mg/mmol
% Cl- = x 100
816,5 mg

= 21,15

D. RANGKUMAN
Titrasi pengendapan adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi pembentukan
endapan antara analit dengan titran. Kebanyakan titrasi ini adalah titrasi argentometri,
karena kebanyak titrasi pengendapan menggunakan titran AgNO3. Metoda argentometri
dibagi menjadi metoda Mohr, Fajans, dan Adsorpsi.

E. TUGAS
1. Tuliskan macam-macam metoda argentometri, jelaskan!
2. Jelaskan prinsip kerja indikator adsorbsi sehingga dapat digunakan untuk
penentuan titik akhir
96

3. Tuliskan presipitimetri yang bukan argentometri


4. 0,1752 g standar primer AgNO3 dilarutkan dalam 502,3 g air destilasi. Hitung molaritas
dari ion Ag+ dalam larutan.

5. Larutan standar di atas, digunakan untuk mentitrasi 25,171 g larutan KSCN. Titik
akhir dicapai setelah ditambahkan 23,765 g larutan AgNO 3. Hitung molaritas dari
larutan KSCN.
6. Larutan pada a dan b digunakan untuk menentukan BaCl2.2H2O dalam 0,7120 g
sample. 20,102 g AgNO3 ditambahkan pada larutan contoh dan kelebihan AgNO 3
dititrasi kembali dengan larutan KSCN. Hitung % BaCl2.2H2O dalam contoh.
7. Suatu contoh yang mengandung Cl- seberat 0,7439 g dilarutkan dalam air. 50 ml 0,1007
AgNO3 ditambahkan secara berlebih dan kelebihan AgNO 3 dititrasi dengan 7,86 ml 0,0996
larutan KSCN
Hitung % Cl- dalam sample !
8. Hitung tetapan hasilkali kelarutan dari kelarutan yang diketahui :
a. AgBr, 0,118 mg/liter
b. Cu(OH)2, 3,59 x 10-6 g/100 ml
c. Ag2CrO4, 2,63 mg/100 ml

9. Hitung kelarutan molar berikut ini :

a. BaSO4 dalam 0,002 M K2SO4


b. MgF2 dalam 0,1 M NaF
c. Ag2CrO4 dalam 0,01 M K2CrO4
10. Hitung kelarutan molar berikut ini :
a. Fe(OH)2 pada pH 11
b. Cu(OH)2 pada pH 12
97

BAB XI
TITRASI PEMBENTUKAN KOMPLEKS

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Capaian Pembelajaran Umum
Menyelesaikan perhitungan-perhitungan berdasarkan teori untuk titrasi komkpleks
2. Capaian Pembelajaran Khusus
1.1 Mendefinisikan senyawa kompleks
1.2 Menjelaskan macam-macam ligan
1.3 Mendefinisikan titrasi kompleks
1.4 Menjelaskan macam-macam titrasi kompleks
1.5 Menyelesaikan perhitungan untuk titrasi kompleks
98

B. PENDAHULUAN
Pereaksi untuk titrasi kompleksometri sangat banyak digunakan untuk menitrasi
ion-ion logam dalam larutan. Kebanyakan dari pereaksi ini adalah zat-zat anorganik yang
mengandung beberapa gugus elektron yang dapat berikatan kovalen dengan ion logam,
misalnya EDTA. Penentuan kesadahan dalam analisis air merupakan analisis kompleks
yang banyak dilakukan, terutama pada industri yang menggunakan utilitas boiler dalam
prosesnya.

C. POKOK POKOK ISI

1. ION KOMPLEKS

Senyawa atau ion kompleks terbentuk dari suatu reaksi ion logam yaitu kation
dengan suatu anion dari molekul netral. Ion logam di dalam kompleks disebut atom pusat
dan kelompok yang terdekat dengan atom pusat yang disebut dengan ligan. Jumlah ikatan
yang terbentuk oleh atom pusat disebut bilangan koordinasi dari logam itu.
Reaksi ion perak dengan ion sianida untuk membentuk ion kompleks Ag(CN) 2-
yang sangat stabil :
Ag+ + 2CN- Ag(CN)2-
Reaksi pembentukan kompleks ini dianggap suatu reaksi asam-basa Lewis dengan ligan
bertindak sebagai basa, dengan menyumbangkan sepasang electron kepada kation, yang
merupakan asamnya.

Tabel 6. Beberapa Kompleks yang Khas

BIL.
LOGAM LIGAN KOMPLEKS
KOORDINASI
LOGAM

Ag+ NH3 Ag(NH3)2+ 2


Hg2+ Cl- HgCl2 2
Cu2+ NH3 Cu(NH3)42- 4
Ni2+ CN- Ni(CN)42- 4
Co2+ Co(H2O)62+ 6
H2O
Co3+ Co(NH3)63+ 6
99

Cr3+ NH3 Cr(CN)63- 6


Fe3+ CN- Fe(CN)63- 6
CN-

2. LIGAN

Ligan-ligan seperti I-, NH3, CN- hanya mempunyai satu atom donor pasangan
electron. Ligan demikian disebut monodentat atau unidentat. Ligan yang mempunyai dua
gugus yang membentuk dua ikatan dengan atom sentral disebut ligan bidentat, lebih dari
dua ikatan disebut polidentat.
Contoh bidentat :
- Etilendiamin (donornya ialah kedua atom N, H3N – CH2CH2 – NH3
- 8-hidroksikuinolin (donornya ialah atom N dan O
Misalkan Cu2+ berkompleks dengan 2 buah ligan etilendiamin tersebut

Lingkaran demikian dinamakan lingkaran kelat/cincin kelat.


Cincin heterosiklik yang terbentuk oleh interaksi suatu ion logam dengan dua atau
lebih gugus fungsional dalam ligan dinamakan cincin kelat, molekul organiknya
dinamakan pereaksi pembentuk kelat. Kompleksnya dinamakan kelat atau senyawa
kelat.

EDTA
Ligan yang polidentat bila mengkompleks suatu ion logam akan membentuk
lingkaran kelat lebih dari satu. Pengkelat yang sangat terkenal dalam analisa kimia adalah
EDTA (Ethylene Diamin Tetra Acetic Acid)
100

HOOCCH2 HOOCCH2
N – CH2 – CH2 - N
HOOCCH2 HOOCCH2

EDTA adalah ligan yang heksadentat, mempunyai enam buah atom donor
pasangan electron yaitu melalui kedua atom N dan empat atom O.
Selain digunakan dalam analisis kimia khususnya analisis secara kompleksometri ,
EDTA banyak sekali digunakan sebagai pengawet bahan pngan berupa minyak dan lemak,
sebagai penawar keracunan Pb, dan sebagai tambahan / zat aditif pada deterjen sintetis.

3. KESADAHAN AIR

Secara alami air mengandung garam-garam yang berasal dari batu dan tanah yang
dilaluinya. Air yang mengandung jumlah yang signifikan dari ion ion Ca2+, Mg2+, Fe3+ dan
Fe2+ serta logam-logam bermuatan dua lainya dinamakan air sadah.

Ca2+ dan Mg2+ merupakan sumber yang paling umum yang menyebabkan kesadahan.
Kandungan ion-ion ini menimbulkan masalah baik di industry maupun di rumah tangga.
Ion-ion Ca2+ dan Mg2+ dapat menyebabkan sabun tidak berbuih, pipa tersumbat, dan boiler
tersumbat.

Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan
beberapa masalah, antara lain menyebabkan pengendapan mineral yang menyumbat
101

saluran pipa dnkran. Selain itu, juga menyebakan pemborosan sabun di rumah tangga dan
air sadah yng dicampur sabun dapat menggumpal dan cepat dihilangkan.

Air sadah bila digunakan untuk mencuci tidak dapat bersih karena lemak/kotoran
dalam pakaian belum seluruhnya lepas, ini disebabkan karena air sadah dapat
menggumpalkan sabun cuci dimana sabun cuci seharusnya bertugas menggumpalkan
lemak/kotoran. Hal ini terjadi karena ion Ca dan Mg dapat menggantikan ion Na, didalam
molekul sabun cuci sehingga sabun akan mengendap didalam air.

Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila


dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa
apabila dicampur dengan sabun, sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak akan
terbentuk busa. Disamping itu, kesadahan juga merupakan petunjuk yang penting dalam
hubungannya dengan usaha untuk memanipulasi nilai pH.
Secara lebih rinci kesadahan dibagi dalam dua tipe, yaitu: (1) kesadahan umum
(”general hardness” atau GH) dan (2) kesadahan karbonat (”carbonate hardness” atau
KH). Disamping dua tipe kesadahan tersebut,  dikenal pula tipe kesadahan yang lain yaitu
yang disebut sebagai  kesadahan total atau total hardness. Kesadahan total merupakan
penjumlahan dari GH dan KH.  Kesadahan umum atau “General Hardness” merupakan
ukuran yang menunjukkan jumlah ion kalsium (Ca++) dan ion magnesium (Mg++) dalam air.
Ion-ion lain sebenarnya ikut pula mempengaruhi nilai GH, akan tetapi pengaruhnya
diketahui sangat kecil dan relatif sulit diukur sehingga diabaikan.
GH pada umumnya dinyatakan dalam satuan ppm (part per million/ satu  persejuta
bagian) kalsium karbonat (CaCO3), tingkat kekerasan (dH), atau dengan menggunakan
konsentrasi molar CaCO3. Satu satuan kesadahan Jerman atau dH sama dengan 10 mg CaO
(kalsium oksida) per liter air.  Kesadahan pada umumnya menggunakan satuan ppm
CaCO3, dengan demikian satu satuan Jerman (dH) dapat diekspresikan sebagai 17.8 ppm
CaCO3.  Sedangkan satuan konsentrasi  molar dari 1 mili ekuivalen  = 2.8 dH = 50 ppm. 
Berikut adalah kriteria selang kesadahan yang biasa dipakai:
-   0 - 4 dH, 0 -   70 ppm : sangat rendah (sangat lunak)
-   4 - 8 dH, 70 – 140 ppm : rendah (lunak)
-   8 – 12 dH, 140 – 210 ppm : sedang  
-   12 – 18 dH, 210 – 320 ppm : agak tinggi (agak keras)
-   18 – 30 dH, 320 – 530 ppm : tinggi (keras)
102

Dalam kaitannya dengan proses biologi, GH lebih penting peranananya


dibandingkan dengan KH ataupun  kesadahan total.  Apabila ikan atau tanaman dikatakan
memerlukan air dengan kesadahan tinggi (keras)  atau rendah (lunak), hal ini pada
dasarnya mengacu kepada GH.  Ketidaksesuaian GH akan mempengaruhi transfer
hara/gizi dan hasil sekresi melalui membran dan dapat mempengaruhi kesuburan,  fungsi
organ dalam (seperti ginjal), dan pertumbuhan.  Setiap jenis  ikan memerlukan  kisaran 
kesadahan (GH)  tertentu untuk hidupnya. Pada umumnya, hampir semua jenis ikan dan
tanaman dapat beradaptasi dengan kondisi GH lokal, meskipun demikian,  tidak demikian
halnya dengan proses pemijahan.  Pemijahan bisa gagal apabila dilakukan pada nilai GH
yang tidak tepat.
Kesadahan karbonat atau KH merupakan besaran yang menunjukkan kandungan
ion bikarbonat (HCO3-) dan karbonat (CO3–) di dalam air. KH sering disebut sebagai
alkalinitas yaitu suatu ekspresi dari  kemampuan air untuk mengikat kemasaman (ion-ion
yang mampu mengikat H+). Oleh karena itu, dalam sistem air tawar, istilah kesadahan
karbonat, pengikat kemasaman, kapasitas pem-bufferan asam, dan alkalinitas sering
digunakan untuk menunjukkan hal yang sama.  Dalam hubungannya dengan kemampuan
air mengikat kemasaman, KH berperan sebagai agen pem-buffer-an yang berfungsi untuk
menjaga kestabilan pH.
 KH pada umumnya sering dinyatakan sebagai derajat kekerasan dan diekspresikan
dalam CaCO3 seperti halnya GH. Kesadahan karbonat dapat diturunkan dengan merebus
air yang bersangkutan, atau dengan melalukan air melewati gambut. Untuk menaikkan
kesadahan karbonat dapat dilakukan dengan menambahkan natrium bikarbonat (soda kue),
atau kalsium karbonat.  Penambahan kalsium karbonat akan menaikan sekaligus baik KH
maupun GH dengan proporsi yang sama.
Mineral yang merupakan sumber primer ion kalsium dalam air diantara mineral-
mineral yang berperan adalah gips, CaSO4.2H2O; anhidratnya, CaSO4; dolomite, CaMg
(CO3)2; kalsit dan argonite yang merupakan modifikasi yang berbeda dari CaCO3. Air yang
mengandung karbon dioksida mudah melarutkan kalsium dari mineral-mineral karbonat.
CaCO3 +   CO2   +   H2O                                 Ca2+     +          2HCO3-
Reaksi sebaliknya  berlangsung bila CO2 hilang dari perairan. karbondioksida yang
masuk keperairan melalui keseimbangan dengan atmosfer tidak cukup besar
konsentrasinya untuk melarutkan kalsium dalam perairan alami, terutama air tanah.
Pernafasan mikroorganisma, penghancur bahan organik dalam air, dan sediment berperan
103

sangat besar terhadap kadar CO2 dan HCO3- dalam air. Hal ini merupakan faktor penting
dalam proses kimia perairan dan geokimia.
Ion kalsium, bersama-sama dengan magnesium dan kadang-kadang kesadahan air,
baik yang bersifat kesadahan tetap. Kesadahan sementara disebabkan oleh bikarbonat
dalam air dan dapat dihilangkan dengan jalan mendidihkan air tersebut karena terjadi
reaksi:
Ca2+     +2 HCO3-                                CaCO3                  +    CO2    +    H2O
Sedangkan kesadahan tetap disebabkan oleh adanya kalsium atau sulfat yang
proses  pelunakannya melalui proses kapur – soda abu, proses zeolit, dan proses resin
organik. Air sadah juga tidak menguntungkan/mengganggu proses pencucian
menggunakan sabun. Bila sabun digunakan pada air sadah, mula-mula sabun harus
bereaksi terlebih dahulu dengan setiap ion kalsium dan magnesium yang terdapat dalam air
sebelum sabun dapat berfungsi menurunkan tegangan permukaan. Hal ini bukan saja akan
banyak memboroskan pengunaan sabun, tetapi gumpalan-gumpalan yang terjadi akan
mengendap sebagai lapisan tipis pada alat-alat yang dicuci sehingga mengganggu
pembersihan dan pembilasan oleh air.
Air sadah mengakibatkan konsumsi sabun lebih tinggi, karena adanya hubungan
kimiawi antara ion kesadahan dengan molekul sabun menyebabkan sifat detergen sabun
hilang. Kelebihan ion Ca2+ serta ion CO32-+ (salah satu ion alkaliniti) mengakibatkan
terbentuknya kerak pada dinding pipa yang disebabkan oleh endapan kalsiumkarbonat
CaCO3. Kerak ini akan mengurangi penampang basah pipa dan menyulitkan pemanasan air
dalam ketel, serta mengurangi daya koagulasi yang melalui dalam pipa dengan
menurunnya  turbulensi.
Ion kalsium, Ca2+ mempunyai kecenderungan relatif kecil untuk membentuk ion
kompleks. Dalam kebanyakan sistem perairan  air tawar, jenis kalsium yang pertama-tama
larut yang ada adalah Ca2+, oleh karena itu konsentrasi HCO3- yang sangat tinggi, pasangan
ion, Ca2+ – HCO3- dapat  terbentuk dalam jumlah yang cukup banyak. Hal yang sama
dalam air yang kandungan sulfatnya tinggi pasangan ion Ca2+ – SO42- dapat terjadi.
Tidak seperti halnya dengan kalsium yang densitas muatan dari ion  Ca2+   relatif
lebih kecil dibandingkan dengan lainnya, maka densitas muatan ion Mg2+ jauh lebih besar
dan ikatan yang lebih kuat dengan air untuk melakukan hidrasi. Magnesiun dalam air
terutama terdapat sebagai ion Mg2+ HCO3- dan Mg2+ SO42- terjadi bila konsentrasi
bikarbonat dan sulfat yang tinggi.
104

Mineral-mineral seperti dolomit adalah paling umum dalam air.


CaMg (CO3)2 + 2 CO2 +2 H2O                      Ca2+ + Mg2+ + 4 HCO3-
Pelunakan adalah penghapusan ion-ion tertentu yang ada dalam air dan dapat,
bereaksi dengan zat-zat lain hingga distribusi air dan penggunaannya terganggu.
Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+, juga oleh
Mn2+, Fe2+ dan semua kation yang bermuatan dua. Air yang kesadahannya tinggi biasanya
terdapat pada air tanah di daerah yang bersifat kapur.
Sebagai kation kesadahan, Ca2+ selalu berhubungan dengan anion yang terlarut
khususnya anion alkaliniti : CO 32- , HCO3- dan OH-. Ca2+ dapat bereaksi dengan HCO3-
membentuk garam yang terlarut tanpa terjadi kejenuhan. Sebaliknya reaksi dengan CO 32-
akan membentuk garam karbonat yang larut sampai batas kejenuhan di mana titik jenuh
berubah dengan nilai pH. Bila titik jenuh dilampaui, terjadi endapan garam kalsium
karbonat CaCO3 dan membuat kerak yang terlihat pada dinding pipa atau dasar ketel.
Namun, pada proses pelunakan ini keadaan harus dibuat sehingga sedikit jenuh, karena
dalam keadaan tidak jenuh terjadi reaksi yang mengakibatkan karat terhadap pipa. Kerak
yang tipis akibat keadaan sedikit jenuh itu justru melindungi dinding dari kontak dengan
air yang tidak jenuh (agresip). Ion Mg 2+ akan bereaksi dengan OH- membentuk garam yang
terlarut sampai batas kejenuhan dan mengendap sebagai Mg(OH)2 bila titik kejenuhan
dilampaui.
Ion Ca2+ dan Mg2+ diendapkan sebagai CaCO3 dan Mg(OH)3 menurut reaksi
keseimbangan kimiawi sebagai berikut :
Mg2+  +     2 OH-        →                  Mg(OH)2
Ca2+   +    C032-            →             CaCO3
CO32-  berasal dari karbondioksida CO2 dan bikarbonat HCO3- yang sudah terlarut
dalam air sesuai dengan reaksi berikut :
CO2      +    OH-           →                HCO3-         
HCO3+   +   OH-             →               CO32-   +   H2O
Kesadahan yang terlalu tinggi akan menambah nilai pH larutan sehingga daya kerja
aluminat tidak efektif karena ion aluminium yang bersifat amfoter akan mengikuti
lingkungannya dimana akan terbentuk senyawa aluminium yang sukar mengendap.
Apabila kesadahan terlalu rendah secara simultan alkalinitas juga cenderung rendah ini
akan mengganggu penyusunan ikatan antara koloida dengan aluminat dimana gugus
hidrofobik koloida akan tetap melayang dan sukar bereaksi dengan koagulan
105

mengakibatkan massa atom relatif ringan sehingga sukar mengendap.


Kesadahan ini umumnya dihilangkan menggunakan resin penukar ion. Resin
pelunak air komersial dapat digunakan dalam skala kecil, meskipun demikian tidak efektif
digunakan untuk sekala besar.  Resin adalah zat yang punya pori yang besar dan bersifat
sebagai penukar ion yang berasal dari polysterol, atau polyakrilat yang berbentuk granular
atau bola kecil dimana mempunyai struktur dasar yang bergabung dengan grup fungsional
kationik, non ionik/anionik atau asam. Sering kali resin dipakai untuk menghilangkan
molekul yang besar dari air misalnya asam humus, liqnin, asam sulfonat. Untuk regenerasi
dipakai garam alkali atau larutan natrium hidroksida, bisa juga dengan asam klorida jika
dipakai resin dengan sifat asam. Dalam regenerasi itu dihasilkan eluen yang mengandung
organik dengan konsentrasi tinggi. Untuk proses air minum sampai sekarang hunya dipakai
resin dengan sifat anionik.
Resin penukar ion sintetis merupakan suatu polimer yang terdiri dari dua bagian
yaitu struktur fungsional dan matrik resin yang sukar larut. Resin penukar ion ini dibuat
melalui kondensasi phenol dengan formaldehid yang kemudian diikuti dengan reaksi
sulfonasi untuk memperoleh resin penukar ion asam kuat.
Sedangkan untuk resin penukar ion basa kuat diperoleh dengan
mengkondensasikan phenilendiamine dengan formaldehid dan telah ditunjukkan bahwa
baik resin penukar kation dan resin penukar anion hasil sintesis ini dapat digunakan untuk
memisahkan atau mengambil garam – garam.
Pada umumnya senyawa yang digunakan untuk kerangka dasar resin penukar ion
asam kuat dan basa kuat adalah senyawa polimer stiren divinilbenzena. Ikatan kimia pada
polimer ini amat kuat sehingga tidak mudah larut dalam keasaman dan sifat basa yang
tinggi dan tetap stabil pada suhu diatas 150oC.
Polimer ini dibuat dengan mereaksikan stiren dengan divinilbenzena, setelah
terbentuk kerangka resin penukar ion maka akan digunakan untuk menempelnya gugus ion
yang akan dipertukarkan.
Resin penukar kation dibuat dengan cara mereaksikan senyawa dasar tersebut
dengan gugus ion yang dapat menghasilkan (melepaskan) ion positif. Gugus ion yang biasa
dipakai pada resin penukar kation asam kuat adalah gugus sulfonat dan cara pembuatannya
dengan sulfonasi polimer polistyren divinilbenzena (matrik resin).
Resin penukar on yang direaksikan dengan gugus ion yang dapat melepaskan ion
negatif diperoleh resin penukar anion. Resin penukar anion dibuat dengan matrik yang
106

sama dengan resin penukar kation tetapi gugus ion yang dimasukkan harus bisa melepas
ion negatif, misalnya –N (CH3)3+ atau gugus lain atau dengan kata lain setelah terbentuk
kopolimer styren divinilbenzena (DVB), maka diaminasi kemudian diklorometilasikan
untuk memperoleh resin penukar anion.
Gugus ion dalam penukar ion merupakan gugus yang hidrofilik (larut dalam air).
Ion yang terlarut dalam air adalah ion – ion yang dipertukarkan karena gugus ini melekat
pada polimer, maka ia dapat menarik seluruh molekul polimer dalam air, maka polimer
resin ini diikat dengan ikatan silang (cross linked) dengan molekul polimer lainnya,
akibatnya akan mengembang dalam air.
Mekanisme pertukaran ion dalam resin meskipun non kristalisasi adalah sangat
mirip dengan pertukaran ion- ion kisi kristal. Pertukaran ion dengan resin ini terjadi pada
keseluruhan struktur gel dari resin dan tidak hanya terbatas pada efek permukaan. Pada
resin penukar anion, pertukaran terjadi akibat absorbsi kovalen yang asam. Jika penukar
anion tersebut adalah poliamin, kandungan amina resin tersebut adalah ukuran kapasitas
total pertukaran.
Dalam proses pertukaran ion apabila elektrolit terjadi kontak langsung dengan resin
penukar ion akan terjadi pertukaran secara stokiometri yaitu sejumlah ion – ion yang
dipertukarkan dengan ion – ion yang muatannya sama akan dipertukarkan dengan ion – ion
yang muatannya sama pula dengan jumlah yang sebanding.
Material penukar ion yang utama berbentuk butiran atau granular dengan struktur
dari molekul yang panjang (hasil co-polimerisasi), dengan memasukkan grup fungsional
dari asam sulfonat, ion karboksil. Senyawa ini akan bergabung dengan ion pasangan
seperti Na+, OH− atau H+. Senyawa ini merupakan struktur yang porous. Senyawa ini
merupakan penukar ion positif (kationik) untuk menukar ion dengan muatan elektrolit
yang sama (positif) demikian sebaliknya penukar ion negatif (anionik) untuk menukar
anion yang terdapat di dalam air yang diproses di dalam unit “Ion Exchanger”.
Proses pergantian ion bisa “reversible” (dapat balik), artinya material penukar ion
dapat diregenerasi. Sebagai contoh untuk proses regenerasi material penukar kationik
bentuk Na+ dapat diregenerasi dengan larutan NaCl pekat, bentuk H+ diregenerasi dengan
larutan HCl sedangkan material penukar anionik bentuk OH− dapat diregenerasi dengan
larutan NaOH (lihat buku panduan dari pabrik yang menjual material ini).
Regenerasi adalah suatu peremajaan, penginfeksian dengan kekuatan baru terhadap
resin penukar ion yang telah habis saat kerjanya atau telah terbebani, telah jenuh.
107

Regenerasi penukaran ion dapat dilakukan dengan mudah karena pertukaran ion
merupakan suatu proses yang reversibel yang perlu diusahakan hanyalah agar pada
regenerasi berlangsung reaksi dalam arah yang berkebalikan dari pertukaran ion.   

4. KOMPLEKSOMETRI

Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks


antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat pembentuk kompleks yang
banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilendiamina
tetraasetat (dinatrium EDTA). Senyawa ini dengan banyak kation membentuk kompleks
dengan perbandingan 1 : 1, beberapa valensinya:

M++ + (H2Y)= (MY)= + 2 H+

M3+ + (H2Y)= (MY)- + 2 H+

M4+ + (H2Y)= (MY) + 2 H+

Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling


mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks
atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak
hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks,
sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Contoh reaksi titrasi
kompleksometri :

Ag+ + 2 CN- Ag(CN)2

Hg2+ + 2Cl- HgCl2

Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik
melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit
terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui
reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral.

Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi


108

pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi


dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat
kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri
yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA.
Gugus-yang terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat
dinyatakan oleh persamaan :

M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O

Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan
salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat
yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus
karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom
koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina
tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen - penyumbang dan empat atom
oksigen penyumbang dalam molekul.

Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah
besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang
agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks
logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam yang
ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua
ion logam yang ada dalam larutan tersebut.

Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg, Ca, Cr, dan
Ba dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri
mempergunakan indikator yang juga bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja
kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri.
Indikator demikian disebut indikator metalokromat. Indikator jenis ini contohnya adalah
Eriochrome black T; pyrocatechol violet; xylenol orange; calmagit; 1-(2-piridil-azonaftol),
PAN, zincon, asam salisilat, metafalein dan calcein blue

Satu-satunya ligan yang lazim dipakai pada masa lalu dalam pemeriksaan kimia
adala ion sianida, CN-, karena sifatnya yang dapat membentuk kompleks yang mantap
dengan ion perak dan ion nikel. Dengan ion perak, ion sianida membentuk senyawa
kompleks perak-sianida, sedagkan dengan ion nilkel membentuk nikel-sianida. Kendala
yang membatasi pemakaian-pemakaian ion sianoida dalam titrimetri adalah bahwa ion ini
109

membentuk kompleks secara bertahap dengan ion logam lantaran ion ini merupakan ligan
bergigi satu.

Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna


sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat
digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna harus
sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks
dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik
(khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks-indikator logam itu harus memiliki
kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna
yang tajam. Namun, kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks
logam-EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam
dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima,
kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus sedemikian
sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu, terhadap
pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir,
penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10
dengan indikator eriochrome black T. Pada pH tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap,
sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide.

Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari dengan
penggunaan bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang mengandung baik
oksigen maupun nitrogen secara umum efektif dalam membentuk kompleks-kompleks
yang stabil dengan berbagai macam logam. Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam
air, dapat diperoleh dalam keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam
melakukan percobaan kompleksometri. Namun, karena adanya sejumlah tidak tertentu air,
sebaiknya EDTA distandarisasikan dahulu misalnya dengan menggunakan larutan

kadmium. M adalah kation (logam) dan (H2Y)= adalah garam dinatrium edetat.

Kestabilan dari senyawa kompleks yang terbentuk tergantung dari sifat kation dan
pH dari larutan, oleh karena itu titrasi dilakukan pada pH tertentu. Pada larutan yang terlalu
alkalis perlu diperhitungkan kemungkinan mengendapnya logam hidroksida.
Penetapan titik akhir titrasi digunakan indikator logam, yaitu indikator yang dapat
membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Ikatan kompleks antara indikator dan
110

ion logam harus lebih lemah dari pada ikatan kompleks antara larutan titer dan ion logam.
Larutan indikator bebas mempunyai warna yang berbeda dengan larutan kompleks
indikator. Indikator yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah:
Kompleksometri adalah titrasi yang didasarkan atas pembentukan senyawa
kompleks yang larut dari reaksi antara analit dengan titran.

a. Metoda dalam Kompleksometri


Titrasi Langsung
Digunakan untuk menganalisis hampir semua ion logam dan dengan mengatur pH
yang diinginkan untuk reaksi kompleksnya maka titrasi akan berlangsung dengan baik.
Titrasi ini menggunakan indikator metalokromatik. Kesadahan total air (kalsium dan
magnesium) dapat ditentukan dengan titrasi langsung dengan EDTA, menggunakan
indikator Eriochrom Black-T atau Calmagite.

Titrasi Kembali
Digunakan apabila reaksi antara kation dengan EDTA lambat atau apabila
indikator yang sesuai tidak ada. Pada titrasi ini EDTA berlebih ditambahkan dan
kelebihannya dititrasi dengan standar magnesium dengan menggunakan indikator
Calmagite. Titrasi ini digunakan untuk menentukan logam dalam endapan seperti Pb di
dalam PbSO4 dan Ca dalam CaC2O4.

Titrasi Penggantian
Digunakan apabila tidak ada indikator yang sesuai untuk ion logam yang
ditentukan. Analit yang mengandung ion logam (missal:M 2+) ditambah larutan kompleks
magnesium-EDTA yang relatif lemah.
M2+ + MgY2- MY2- + Mg2+
Mg2+ yang digantikan tersebut dititrasi dengan larutan standar EDTA dengan
menggunakan indikator Calmagite.

Penentuan Tak Langsung


Digunakan untuk penentuan Sulfat dan Fosfat. Sulfat ditentukan dengan
penambahan berlebih ion barium sehingga membentuk endapan BaSO4. Kelebihan Ba2+
111

kemudian dititrasi dengan EDTA.


b. Titrasi yang Melibatkan Ligan Unidentat

Titrasi Klorida dengan Merkurium


Titrasi ini merupakan titrasi yang menggunakan larutan merkurium(II) nitrat atau
merkurium (II) perklorat untuk menentukan klorida. Indikator yang digunakan adalah
natrium prusida (Na2Fe(CN)5NO. Senyawa ini membentuk endapan putih merkurium (II)
nitroprusida dan titik akhir diambil dengan munculnya kekeruhan putih dalam larutan yang
homogen. Selain itu titran merkurium(II) digunakan juga untuk menentukan bromida,
tiosianat, dan sianida.

Titrasi Sianida dengan Ion Perak


Merupakan suatu titrasi yang melibatkan suatu ligan unidentat dan suatu ion logam
yang disebut juga dengan titrasi Liebig yaitu titrasi sianida dengan perak nitrat. Dasar
reaksi dari metode ini adalah pembentukan kompleks Ag(CN)2- yang sangat stabil.
2 CN- + Ag+ Ag(CN)2-
Titik akhir didasarkan pada munculnya kekeruhan yang disebabkan oleh pengendapan
perak sianida :
Ag+ + Ag(CN)2- 2 AgCN
Atau :
Ag+ + Ag(CN)2- 2 Ag[Ag(CN)2]
Kadang – kadan terdapat kesulitan untuk melihat endapan perak sianida. Dalam modifikasi
Deniges terhadap metoda Liebig, ion iodida ditambahkan sebagai indikator. Endapan
perak klorida mudah tampak. Untuk menghindari pengendapan terlalu dini dari perak
iodida maka ditambahkan ammonia.
c. Indikator Titrasi Kompleks
Indikator untuk titrasi kompleks merupakan asam atau basa lemah organic yang
dapat membentuk khelat dengan ion logam dan warna kelat tersebut berbeda dengan warna
indikator bebas.
1. Eriochrome Blact T
Merupakan indikator metalokromatik yang paling banyak digunakan pada
penentuan lebih dari 24 macam logam.
112

2. Calmagite
Daerah kerja calmagite mencakup pH 8,1 – 12,4 dan warna indikator bebasnya
biru.

3. Arsenazo
Indikator ini dipakai untuk Ca maupun Mg. Selain itu juga digunakan untuk
penentuan Th(IV)

4. NAS
Penggunaan NAS cukup luas, antara lain digunakan untuk penentuan Cu, Co(II),
113

Cd, Ni, Zn, Al.

D. RANGKUMAN
Titrasi Pembentukan ion komppleks atau kompleksometri merupakan titrasi yang
didasarkan pada titrasi pembentukan kompleks antara analit dengan titran. Titrasi ini
kebanyakan menggunakan larutan titran EDTA (etilen diamin tetra asetat).Penentuan
kesadahan air merupakan titrasi kompleks yang paling terkenal dan digunakan secara luas
untuk penentuan kualitas air.

E. TUGAS :
1. Jelaskan beserta contoh bagian-bagian dari senyawa/ion kompleks
2. Gambarkan senyawa kompleks dengan ligan bidentat
3. Apakah yang dimaksud dengan kompleksometri
4. Tuliskan macam-macam kompleksomteri
5. Tuliskan 4 buah indikator pada titrasi kompleks
6. Suatu sample CaCO3 murni seberat 0,2284 g dilarutkan dalam asam klorida dan larutan itu
diencerkan menjadi 250,0 ml dalam sebuah labu volumetric. Suatu alikot sebanyak 50 ml
memerlukan 41,36 ml larutan EDTA untuk mentitrasinya. Hitung molaritas EDTA
7. Suatu sample air sebanyak 250 ml yang mengandung Ca 2+ dititrasi dengan 14,76 ml EDTA
dalam soal 3.6. Hitung derajat kesadahan air dalam ppm. (1 ppm = 1 mg/lt)
8. Suaru sample seberat 0,7056 g yang mengandung NaCN dilarutkan dalam air dan kemudian
ditambahkan ammonia pekat dan larutan KI secukupnya. Larutan itu membutuhkan 20,48 ml
AgNO3 0,1015 M untuk titrasi. Hitung % NaCN dalam sample.
114

BAB XII
GRAVIMETRIK

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
a. Capaian Pembelajaran Umum
Menjelaskan teori gravimetri dan menyelesaikan perhitungan untuk gravimetri
b. Capaian Pembelajaran Khusus
1.1 Mendefinisikan analisis gravimetric
1.2 Menguraikan langkah-langkah dalam analisis gravimetric
1.3 Menjelaskan tahapan-tahapan dalam pembentukan endapan
1.4 Menjelaskan tahapan-tahapan dalam pembakaran endapan
1.5 Menghitung faktor gravimetrik
1.6 Menyelesaikan perhitungan-perhitungan dalam gravimetric

B. PENDAHULUAN
Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan yang
paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Analisis
gravimetri adalah analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat konstan)-nya. Dalam
analisis ini, unsur atau senyawa yang dianalisis dipisahkan dari sejumlah bahan yang
dianalisis. Bagian terbesar analisis gravimetri menyangkut perubahan unsur atau gugus
dari senyawa yang dianalisis menjadi senyawa lain yang murni dan mantap (stabil),
sehingga dapat diketahui beratnya tetapnya. Berat unsur atau gugus yang dianalisis
selanjutnya dihitung dari rumus senyawa atau berat atom penyusunnya.
Saat ini sudah semakin luas aplikasinya, misalnya pada penentuan fraksi-fraksi
115

dari minyak bumi, penentuan kadar air dari berbagai produk seperti hasil pertanian, minyak
bumi, minyak goreng, dan gas alam, elektrogravimetri, dan thermal gravimetri. Dilihat dari
betapa pentingnya analisa gravimetri, maka untuk itu dilakukan percobaan analisa
gravimetri ini.

C. POKOK POKOK ISI


1. ANALISIS GRAVIMETRIK SECARA UMUM
Analisis gravimetric merupakan salah satu bagian dari analisis kimia. Langkah
pengukuran pada cara gravimetriK adalah pengukuran berat atau berdasarkan
penimbangan, dalam hal ini penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang dianalisis
direaksikan. Hasil reaksi ini dapat berupa
- sisa bahan
- suatu gas
- suatu endapan
Berdasarkan hasil yang ditimbang, cara gravimetrik dibedakan menjadi :
- Cara evolusi
- Cara pengendapan
Dalam cara evolusi bahan direaksikan sehingga timbul gas; caranya dapat dengan
memanaskan bahan tersebut atau mereaksikannya dengan suatu pereaksi. Pada umunya
yang dicari adalah banyaknya gas yang terjadi, di mana cara ini dapat dibedakan menjadi :
1. Cara Langsung
Gas yang terjadi ditimbang setelah diserap oleh suatu bahan. Yang ditimbang adalah bahan
penyerap ini, sebelum dan sesudah penyerapan, selisihnya merupakan berat gas yang
dicari.
2. Cara Tidak langsung
Analit ditimbang sebelum dan sesudah reaksi, selisihnya merupakan berat gas.
Cara evolusi biasanya digunakan untuk penentuan kadar air. Dalam penentuan
kadar air seringkali ditemui kesulitan yaitu berupa kesalahan-kesalahan, sehingga harus
diketahui dulu bagaimana cara air terikat pada suatu bahan.
Macam-macam Kandungan Air
a. Air yang Terikat Secara Fisik
Untuk menghilangkan air yang terikat secara fisik diperlukan suhu yang rendah.
Umumnya 1000 – 1500 C, kadang-kadang cukup hanya membiarkan bahan di udara bebas.
116

1. Air Terlarut
Yaitu air dalam bahan padat yang seakan-akan larut dalam bahan tersebut
2. Air Oklusi
Yaitu air yang terkurung dalam rongga-rongga di antara butiran-butiran zat padat, atau
rongga-rongga dalam kristal
3. Air Adsorpsi
Yaitu air yang terikat pada permukaan.

b. Air yang Terikat Secara Kimia


Air yang terikat secarta kimia mempunyai jumlah yang tertentu, menurut suatu
perbandingan berat yang tergantung dari macam bahan. Karena ikatannya yang kuat
sehingga dibutuhkan suhu yang tinggi untuk melepaskannya.
1. Air Kristal atau Air Hidratasi
Yaitu air yang terikat sebagai molekul atau ion-ion dalam kristal. Air ini berbentuk
H2O. Contohnya : CuSO4.5H2O dan BaCl2.2H2O.
2. Air Konstitusi
Yaitu air yang merupakan bagian molekul zat padat yang bersangkutan tetapi tidak
berbentuk H2O, akan tetapi bila padatan itu terurai akan terbentuk H 2O. Contohnya gula,
NaHCO3.
Dalam cara pengendapan, analit direaksikan sehingga terbentuk endapan yang
kemudian ditimbang. Atas dasar cara pembentukan endapan, maka cara pengendapan
dibagi menjadi :
1. Gravimetri
Endapan dibentuk dari reaksi analit dengan suatu pereaksi. Endapan biasanya
berupa senyawa.
2. Elektrogravimetri
Endapan dibentuk secara elektrokimia, yaitu analit dielektrolisa sehingga
membentuk endapan berupa logam.
Pada bab ini yang akan dibahas lebih lanjut adalah cara gravimetri.
Analisis gravimetric merupakan analisis kuantitatif dengan cara mengisolasi dan
menimbang unsur atau senyawa yang dianalisis. Analit secara fisik dipisahkan dari semua
komponen lainnya dari contoh maupun dari solvennya. Pada metoda gravimetrik
117

pemisahan ini dilakukan dengan cara mengendapkan unsur atau senyawa yang dianalisis.
Pengendapan dilakukan dengan mereaksikan unsur atau senyawa tersebut dengan suatu zat
pengendap yang akan menghasilkan suatu zat dengan kelarutan yang kecil. Kemudian
diulakukan penyaringan endapan, pencucian, pengeringan, pembakaran sehingga
didapatkan zat yang stabil untuk selanjutnya dilakukan penimbangan.
Persyaratan yang harus dipenuhi agar cara gravimetrik dapat berhasil adalah :
3. Proses pemisahan harus cukup sempurna hingga kuantitas analit yang tidak
mengendap secara analitik tidak ditemukan.
4. Zat yang ditimbang harus mempunyai susunan tertentu dan mempunyai
kemurnian yang cukup tinggi.
2. STOIKIOMETRI
Dalam prosedur gravimetrik suatu endapan ditimbang dan dari harga ini berat
analit dalam contoh dihitung. Persentase analit adalah :

%A = berat A x 100
berat contoh
Untuk menghitung berat analit dari berat endapan digunakan suatu factor gravimetric.
Faktor ini didefinisikan sebagai jumlah gram analit dalam g dari endapan. Perkalian berat
endapan P dengan factor gravimetric memberikan jumlah gram analit di dalam contoh.
Berat A = berat P x factor gravimetric
Maka :
Berat P x factor gravimetrik
%A = x 100
berat contoh

Tabel 7. Beberapa Faktor Gravimetrik

Zat yang Dihitung Zat yang Dicari Faktor


Gravimetrik

AgCl Cl Cl/AgCl
BaSO4 S S/BaSO4
BaSO4 SO3 SO3/BaSO4
Fe2O3 Fe 2Fe/Fe2O3
118

Fe2O3 FeO 2FeO/Fe2O3


Fe2O3 Fe3O4 2Fe2O3/3 Fe2O3
Mg2P2O7 MgO 2 MgO/ Mg2P2O7
Mg2P2O7 P2O5 P2O5/ Mg2P2O7
PbCrO4 Cr2O3 Cr2O3/2 PbCrO4
K2PtCl6 K 2K/ K2PtCl6

3. METODA ANALISIS GRAVIMETRIK

Langkah-langkah metoda analisis gravimetric adalah sebagai berikut :


1. Pengendapan
2. Penyaringan
3. Pencucian
4. Pengeringan
5. Penimbangan
6. Perhitungan
1. Pengendapan
Apabila tetapan hasil kali kelarutan suatu senyawa dilampaui dan pengendapan mulai
terjadi, maka sejumlah partikel kecil disebut inti telah terbentuk. Pengendapan selanjutnya
akan berlangsung pada partikel-partikel yang terbentuk semula ini, dengan makin
bertumbuhnya partikel dalam ukurannya, sehingga cukup besar untuk turun ke dasar
larutan. Distribusi ukuran partikel endapan ditentukan oleh kecepatan aktif dari proses
sebagai berikut :
1. Pembentukan inti (nukleasi)
2. Pertumbuhan inti
Dari kedua proses di atas diharapkan laju nukleasi lebih kecil dibandingkan dengan
laju pertumbuhan inti. Sehingga dihasilkan sedikit partikel dengan ukuran yang realtif
besar. Material yang demikian akan lebih mudah disaring dan lebih murni keadaannya
dibandingkan dengan keadaan partikel kecil.
Pada peristiwa pengendapan dapat terjadi proses kopresipitasi yaitu proses yang
membawa serta suatu zat yang biasanya terlarut, pada waktu pengendapan dari endapan
yang diinginkan. Selain itu dapat juga terjadi proses post presipitasi yaitu proses
terdepositnya suatu zat pengotor setelah pengendapan dari zat yang diinginkan.
119

2. Teknik Pencucian dan Penyaringan Endapan


Dalam prosedur gravimetrik zat yang diinginkan dipisahkan dalam bentuk
endapan, endapan ini harus bebas dari zat pengotor yang tidak diharapkan, untuk
kemudian dikeringkan dan ditimbang. Penyaringan dilakukan dengan corong dan kertas
saring, maupun krus saringan.
Bermacam-macam jenis kertas saring yang dapat digunakan. Untuk analisa
kuantitatif harus digunakan kertas yang berkualitas bebas abu. Kertas ini telah dikerjakan
dengan asam-asam klorida dan fluorida selama dibuat sehingga berkadar zat anorganik
rendah dan apabila dibakar akan meninggalkan abu dalam jumlah yang dapat diabaikan.
(untuk kertas berdiameter 11 cm mempunyai kadar abu 0,13 mg)

Gambar 22. Melipat Kertas Saring

Suatu endapan biasanya dicuci dengan air ataupun dengan larutan pencuci tertentu,
sebelum dikeringkan dan ditimbang. Pencucian biasanya dilakukan bersamaan pada tahap
penyaringan. Di sini endapan dipisahkan dari cairan induknya dalam bentuk yang padat.
Pada waktu endapan ada dalam kertas saring,maka endapan dapat dicuci dengan
melewatkan larutan pencuci melalui saringan. Tetapi cara tersebut kurang efektif untuk
menghilangkan kotoran dlam endapan. Cara yang lebih efektif adalah dengan menuangkan
terlebih dahulu cairan induk ke dalan saringan. Endapan diusahakan sebanyak mungkin
tertinggal dalam gelas kimia. Endapan yang tertinggal tersebut diaduk dengan cairan
pencuci, selanjutnya larutan pencuci tersebut dituangkan ke dalam saringan meninggalkan
120

endapan. Pencucian ini dapat diulang sesering mungkin

3. Pembakaran Endapan
Setelah kertas saring mongering di corong, maka bagian atas kertas dilipat untuk
membungkus endapan dengan sempurna. Dengan sangat hati-hati untuk menghindari
sobeknya kertas basah , endapan dan kertas saringnya tersebut dipindahkan ke dalam
krus.
Langkah-langkah pembakaran endapan adalah sebagai berikut :.

3.1 Pengeringan Endapan dan Kertas Saring.


Dapat dilakukan pada suhu 1000C-1250C di dalam tanur. Jika pembakaran harus
segera diikuti dengan pengeringan maka dilakukan pada suatu pembakar. Tempatkan krus
yang ditutup pada kedudukan miring dalam segitiga terbuat dari porselin dan tempatkan
api kecil di bawah krus. Harus dihindari pemanasan ya ng terlalu kuat, nyala api tidak
boleh menyentuh krus.
3.2 Peng-arangan Kertas
Setelah endapan dan kertas kering sama sekali, tutup krus dibuka sedikit agar udara
dapat masuk, kemudian pemanasan ditingkatkan untuk pengurangan kertas. Besarkan
sedikit nyala apinya dan tempatkan kembali di bawah dasar krus. Kertas menjadi lapuk
tetapi tidak boleh terbakar dengan nyala. Jika kertas terbakar, maka segera tutup krus
untuk memadamkannya.
3.3 Membakar Habis Karbon dari Kertas
Setelah kertas diarangkan dengan sempurna, dan bahayanya berkobar menjadi api
telah dilalui, maka besarnya nyala api dapat ditingkatkan sampai dasar krus menjadi
merah. Hal ini dilakukan dengan berangsur-angsur. Sisa karbon dan ter organic dibakar
habis pada tahap ini. Pemanasan dilanjutkan hingga pembakaran sempurna, yang terbukti
dari hilangnya zat berwarna gelap. Sebaiknya sekali-sekali krus diputar agar semua bagian
dipanasi dengan sempurna.
3.4 Pembakaran Tahap Akhir
Untuk mengakhiri pembakaran, letakkan krus tegak dengan mengambil tutupnya
untuk memasukkan udara dan memanaskan pada suhu yang ditentukan untuk endapan
tertentu. Pembakaran dilanjutkan hingga krus mencapai berat yang stabil, yaitu hingga
121

selisih antara dua penimbangan kurang dari 0,5 mg.

4. BAHAN-BAHAN PENGENDAP ORGANIK

Selain bahan-bahan anorganik, terdapat juga sejumlah zat organik yang digunakan
sebagai bahan pengendap untuk ion-ion anorganik, kation maupun anion. Kebanyakan
pengendap organik tergolong pembentuk kelat tak bermuatan. Beberapa contoh pengendap
organik yang sering digunakan untuk analisis gravimetrik :

1. 8- Hidroksikuinolin

Sekitar 20 kation dapat diendapkan dengan zat ini, sehingga kurang spesifik.
Kelarutan endapan berbeda menurut kationnya. Di samping itu pH juga sangat
mempengaruhi kelarutan karena reaksi pengendapannya melepaskan ion-ion H+.
Karenanya dengan mengatur pH, dapat dihindarkan kontaminasi endapan.

2. α- Nitroso β-naftol
122

Senyawa ini merupakan salah satu pereaksi organic selektif yang pertama-tama
ditemukan.

3. Dimetil Glioksim

Pereaksi ini tak ada tandingannya dalam sifatnya sebagai pereaksi yang spesifik,
dalam larutan hanya Pd (palladium) y7ang diendapkan sedangkan dalam larutan yang agak
basa hanya Ni yang mengendap

5. PENGGUNAAN ANALISIS GRAVIMETRI

Selain untuk menganalisis zat-zat organic, cara gravimetric juga digunakan dalam
analisis zat-zat organik, seperti penentuan kolesterol dalam padi-padian dan laktosa dalam
susu.
Penentuan kadar air yang banyak dilakukan, menggunakan cara gravimetrik.
Bahan-bahan makanan baik dari hewan maupun tumbuh-tumbuhan dianalisis kadar airnya
dengan cara gravimetrik.
123

CONTOH SOAL
Sebuah sampel garam klorida seberat 0,6025 g telah dilarutkan dalam air dan kloridanya
diendapkan dengan perak nitrat berlebih. Endapan perak klorida disaring, dicuci,
dikeringkan dan diketahui beratnya 0,7134 g. Hitung % klorida dalam sampel.
Misalkan g = gram Cl dalam sampel
Ag+ + Cl- → AgCl(p)
Karena 1 mol Cl memberikan 1 mol AgCl
Mol Cl = mol AgCl
g/35,45 = 0,7134/143,32
g = 0,7134 x 35,45/143,32
% Cl = berat Cl/berat sampel x 100

0,7134 x (35,45/143,32)
=
0,6025

= 29,29

C. RANGKUMAN

Gravimetri merupakan metoda analisis kuantitatif yang perhitungannya


berdasarkan berat endapan.

Langkah-langkah metoda analisis gravimetri :


1. Pengendapan
2. Penyaringan
3. Pencucian
4. Pengeringan
5. Penimbangan
6. Perhitungan

D. TUGAS :
1. Definisikan analisis gravimetrik
2. Uraikan macam-macam air yang terikat pada suatu bnahan
124

3. Uraikan langkah-langkah dalam gravimetrik


4. Jelaskan tahap-tahap dalam pembentukan endapan
5. Jelaskan tahap-tahap dalam pemanggangan / pembakaran endapan
6. Hitung factor gravimetrik : zat yang ditimbang ditulis di muka, kemudian adalah zat
yang ditentukan :
KClO4 : K2O
PbCrO4 : Cr2O3
CaCO3 : CO2
AgCl : KClO4
7. Timbel dalam sebuah sampel seberat 0,6342 g suatu bijih diendapkan sebagai PbSO 4.
Endapan dikeringkan dan ternyata beratnya 0,4381 g. Hitung % Pb dalam bijih dan %
sebagai PbO.
8. Belerang dalam sebuah sampel seberat 0,8423 diubah menjadi sulfat dan sulfatnya
diendapkan sebagai BaSO4. Endapan ternyata beratnya 0,3148 g setelah dicuci dan
dibakar. Hitung % belerang dalam sampel dan hitung % sebagai SO3.
9. Sebuah sampel seberat 0,6000 g yang terdiri dari CaC2O4 dan MgC2O4 dipanaskan pada
5000C untuk mengubah kedua garam menjadi CaCO 3 dan MgCO3. Sampel kemudian
beratnya 0,4650 g. Jika sampel dipanaskan lagi 9000C yang hasilnya adalah CaO dan
MgO. Berapakah berat campuran oksida ?
10. Sebuah campuran yang mengandung hanya AgCl dan AgBr beratnya 0,4682 g. Telah
diperlakukan dengan Cl2 sehingga mengubah AgBr menjadi AgCl. Contoh sekarang
beratnya 0,3604 g. Hitung % AgBr dalam sampel semula.
125

BAB XIII
ANALISIS AIR

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Capaian Pembelajaran Khusus
Menjelaskan tentang metode analisis air
2. Capaian Pembelajaran Umum
2.1 Menjelaskan metode analisis sifat fisika dari air
2.2 Menjelaskan metode analisis sifat kimia dari air
2.3 Menjelaskan tes mikrobiologi dari air.

B. PENDAHULUAN
Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan fungsinya bagi
kehidupan tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain. Air bersih dan air murni merupakan
bahan yang sangat penting juga langka dengan semakin majunya iptek, masyarakat dan peradaban
industri. Sebaliknya berkat perkembangan iptek, mutu air pun secara bertahap dapat diperbaiki.
Analisis air bertujuan untuk menentukan kualitas air. Kualitas air didefinisikan
sebagai kadar parameter air yang dianalisis secara teliti sehingga menunjukkan mutu dan
126

karakteristik air. Mutu dan karakteristik air ditentukan oleh jenis dan sifat-sifat bahan yang
terkandung didalamnya. Bahan-bahan tersebut baik yang padat, cair maupun gas, terlarut
maupun yang tak terlarut secara alamiah mungkin sudah terdapat dalam air dan diperoleh
selama air mengalami siklus hidrologi. Dengan demikian mutu dan karakteristik air
ditentukan oleh kondisi lingkungan dimana air berada.
Untuk mendapatkan air yang berkualitas maka dilakukan pengolahan secara kimia, fisika,
dan biologi. Untuk menentukan kualitas air maka dilakukan analisis air baik untuk sifat fisika,
kimia,dan biologinya.

2. POKOK-POKOK ISI :
2.1 Analisis Sifat Fisika Air
a. Suhu
Suhu air ialah derajat panas air yang dinyatakan dalam satuan panas derajat
Celcius (0C). Suhu air ditentukan dengan menggunakan termometer atau termistor.

b. Warna
Warna ialah warna nyata dari air yang dapat disebabkan oleh adanya ion metal
(besi dan mangan), humus, plankton, tumbuhan air dan limbah industri, yang tidak
menggunakan zat warna tertentu setelah dihilangkan kekeruhannya, yang dinyatakan
dalam satuan warna skala Pt-Co.
c. Kekeruhan
Kekeruhan ialah sifat optik dari suatu larutan, yang menyebabkan cahaya yang
melaluinya terabsorbsi dan terbias dihitung dalam satuan mg/L SiO2. Air dikatakan keruh
bila mengandung material yang nampak membentuk suspensi. Kekeruhan dapat
disebabkan oleh alga yang mati maupun yang hidup atau oleh organisme lain, yang
kebanyakan penyebabnya bersama-sama dengan Lumpur dan tanah liat. Kekeruhan
dinyatakan dalam satuan Turbidity Unit (tu) dan diukur dengan membanding secara
nefelometri air sample dengan larutan standar formazin.
d. Kejernihan
Kejernihan ialah dalamnya lapisan air yang dapat ditembus oleh sinar matahari
yang dinyatakan dalam satuan cm. Uji ini dilakukan dengan mengukur jarak antara
permukaan air dengan benda (keping secchi) yang masih terlihat dengan mata dan pada
saat cahaya matahari cukup
127

Gambar 23. Keping Secchi

e. Residu Total
Residu yang tersisa setelah penguapan contoh dan dilanjutkan dengan pengeringan
pada suhu tertentu secara merata dan dinyatakan dalam satuan mg/L. Pemeriksaan residu
total dilakukan dengan cara menimbang berat contoh yang telah dikeringkan pada suhu
103-1050C hingga diperoleh berat tetap.
f. Residu Tersuspensi
Yaitu berat zat padat dalam air yang tertahan pada penyaring dengan kertas saring
yang berpori sebesar 0,45 m dan dikeringkan pada suhu tertentu secara merata yang
dinyatakan dalam satuan mg/L.Pemeriksaan residu tersuspensi dilakukan dengan cara
menimbang berat residu di dalam contoh yang tertahan pada kertas saring yang berpori
103-1050C hingga diperoleh berat tetap.
g. Residu Terlarut
Yaitu berat zat padat yang dapat lolos melalui saringan yang berpori sebesar 0,45
m dan dikeringkan pada suhu tertentu secara merata dan dinyatakan dalam satuan mg/L.
Pemeriksaan residu terlarut dilakukan dengan cara menimbang berat residu yang
lolos melalui kertas saring yang berpori < 45 m dan telah dikeringkan pada suhu 103-
1050C.
h. Derajat Keasaman (pH)
Yaitu logaritma negatif dari aktivitas ion hydrogen dalam suatu larutan. Aktivitas
ion hydrogen dalam air diukur secara potensiometri dengan elektroda gelas. Elektroda ini
akan menghasilkan perubahan tegangan yang disebabkan oleh aktivitas ion hideogen
128

sebesar 59,1 mv/pH unit pada suhu 250C.


i. Daya Hantar Listrik (DHL)/Konduktivitas
Yaitu kemampuan dari larutan yang menghantarkan arus listrik yang dinyatakan
dalam mho/cm, kemampuan tersebut tergantung pada kadar zat terlarut yang mengion di
dalam air, pergerakan ion, valensi dan suhu.DHL diukur dengan elektroda konduktometer
dengan menggunakan larutan KCl sebagai larutan baku pada suhu 250C.

2.2 Analisis Sifat Kimia Air


a. Salinitas/Kegaraman
Merupakan residu terlarut dalam air, apabila semua bromida dan iodida dianggap
sebagai khlorida. Pada penentuan ini digunakan metode argentometri atau salinometri.
Salinometri merupakan cara mengukur salinitas dengan alat salinometer.
b. Klorositas
Yaitu kadar klor dalam satuan g/L yang digunakan pada perhitungan salinitas.
Perhitungannya sama dengan salinitas.
c. Kesadahan
Kesadahan total yatu jumlah ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang dapat ditentukan melalui
titrasi dengan EDTA sebagai titran dan menggunakan indikator Eriochrome Black T.
d. Alkalinitas
Alkalinitas merupakan kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa
penurunan nilai pH larutan. Sama halnya dengan buffer, alkalinitas merupakan pertahanan
air terhadap pengasaman. Alkaliniti adalah hasil reaksi-reaksi terpisah dalam larutan
hingga merupakan sebuah analisa makro yang menggabungkan beberapa reaksi.
Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion-ion karbonat, bikarbonat, hidroksida,
borat, silikat dan lain-lain. Alkalinitas dapat ditentukan dengan titrasi asam-basa yaitu
dengan mentitrasi sample air dengan asam-asam kuat yaitu asam sulfat dan asam klorida.
e. Fe
Besi adalah salah satu elemen yang selalu dapat ditemui pada hampir semua badan
air, besi yang ada di dalam air dapat bersifat :
- terlarut sebagai Fe2+ dan Fe3+
- tersuspensi sebagai koloidal (diameter < 1 m) atau lebih besar, seperti Fe2O3, FeO,
FeOOH, Fe(OH)3 dan sebagainya.
- Tergabung dengan zat organis atau zat padat yang inorganic (seperti tanah liat)
129

Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe lebih besar dari 1 mg/l, tetapi di dalam
air tanah kadar Fe dapat jauh lebih tinggi. Konsentrasi Fe yang tinggi dapat menodai
pakaian dan peralatan dapur.
Penentuan kadar besi di air dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan
spektrofotometer.
f. Nitrogen; amoniak
Nitrogen dapat ditemui hampir di setiap badan air dalam bermacam-macam
bentuk, seperti : NH3, N2, NO2-, NO3-. Biasanya senyawa-senyawa nitrogen tersebut adalah
senyawa terlarut.
Analisa Kjedahl merupakan analisa untuk nitrogen Kjedahl yaitu jumlah N-organis
dan N-amoniak bebas. Analisa Kjedahl pada umumnya dilaksanakan pada sample air yang
diduga mengandung zat organis seperti air buangan penduduk , industri, dan air sungai
(tidak pada air sumur dan air PAM). Selain analisa Kjedahl nitrogen, amoniak dapat
dianalisa dengan cara Nessler, cara titrimetris. Dan cara elektroda khusus.

g. Nitrat, nitrit
Analisa nitrat cukup sulit, karena rumit dan peka terhadap berbagai jenis gangguan.
Namun ada beberapa cara analisa yang tersedia antara lain :
- analisa spektrofotometer pada panjang gelombang 220 nm
- Analisa dengan elektroda khusus (dan pH meter)
- Analisa dengan brusin untuk air dengan kadar 0,1 – 2 mg NO3-N/l.
- Analisa dengan kromotropik untuk air dengan kadar 0,1 – 5 mg NO3-N/l
- Analisa dengan reduksi menurut Devarda untuk air dengan kadar NO3-N > 2 mg/l
- Analisa kolorimetris khusus baginitrit.
h. Fosfat
Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat,
polifosfat dan fosfat organis. Berdasarkan sifat fisis teradapat fosfat terlarut, fosfat
tersuspensi, dan fosfat total yaitu jumlah fosfat terlarut dengan fosfat tersuspensi.
Jenis analisa untuk fosfat terdiri dari 4 tahapan :
1. Penyaringan pendahuluan pada filter membran untuk memisahkan fosfat terlarut
dengan yang tersuspensi
2. Hidrolisa pendahuluan untuk mengubah polifosfat menjadi ortofosfat
3. Peleburan (digesti)pendahuluan dengan asam sulfat untuk megubah semua
130

polifosfat serta fosfat organis mejadi ortofosfat


4. analisis ortofosfat dengan menggunakan metoda asam asorbik yaitu dengan
menggunakan spektrofotometer.
i. COD
Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia adalah jumlah
oksigen (mg. O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 l
sample air, di mana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxygen
agent)
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organis yang
secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut di dalam air.
Sebagian besar zat organis melalui tes COD ini dioksidasi oleh larutan K2Cr2O7
dalam keadaan asam yang mendidih :

DE
2- +
CaHbOc + Cr2O7 + H CO2 + H2O + Cr3+
Zat organis Ag2SO4

Warna kuning warna hijau

Selama reaksi yang berlangsung + 2 jam ini, uap direfluk dengan alat kondensor,
agar zat organis volatile tidak lenyap keluar.
Perak sulfat Ag2SO4 ditambahkan sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi.
Sedang merkuri sulfat ditambahkan untuk menghilangkan gangguan klorida yang pada
umumnya ada di dalam air buangan.
Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organis habis teroksidasi maka zat
pengoksidasi K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah direfluk. K2Cr2O7 yang tersisa di dalam
larutan tersebut digunakan untuk menentukan berapa oksigen yang telah terpakai. Sisa
K2Cr2O7 tersebut ditentukan melalui titrasi dengan ferro ammonium sulfat (FAS), di mana
reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut :

6 Fe2+ + Cr2O72- + 14 H+ 6 Fe3+ + 2 Cr3+ + 7 H2O

Indikator ferroin digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi yaitu di saat
131

warna hijau biru larutan berubah menjadi coklat merah. Sisa K 2Cr2O7 dalam larutan
blanko adalah K2Cr2O7 awal, karena diharapkan blanko tidak mengandung zat organis yang
dapat dioksidasi oleh K2Cr2O7.

j. BOD
Biological Oxygen Demand atau kebutuhan oksigen biologis adalah suatu analisa
empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses mikrobiologis yang benar-
benar terjadi di dalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
bakteri untuk menguraikan / mengoksidasi hampir semua zat organis yang terlarut dan
sebagian zat-zat organis yang tersuspensi dalam air.
Penentuan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air
buangan penduduk atau industri sehingga dapat dirancang system pengolahan biologis bagi
air yang tercemar tersebut. Penentuan BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organis.
Penentuan BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organis dengan oksigen di
dalam air, dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik. Sebagai hasil
oksidasi akan terbentuk karbon dioksida, air dan amoniak. Reaksi oksidasi dapat dituliskan
sebagai berikut :

CnHaObNC + (n + a/4 – b/2 – 3c/4) O2 nCO2 + (a/2 –3c/2)H2O +c NH3


Zat organis oksigen bakteri

Pada penetapan BOD juga digunakan zat pengoksidasi K 2Cr2O7 namun sisanya dititrasi
dengan tiosulfat.

2.3 Analisis Mikrobiologi


Hampir di setiap badan air, baik air alam maupun air buangan terdapat bakteri-
bakteri. Kecuali pada air tanah yang telah tersaring oleh lapisan geologis tanah, sehingga
semua bakteri yang pada umumnya berukuran 0,5 sampai 3m akan tertahan. Air yang
telah disuling cukup lama atau air yang telah melalui proses desinfeksi secara teratur, juga
bebas akan bakteri yang berbahaya.
Tes mikrobiologi adalah tes untuk mendeteksi adanya sejenis bakteri dan sekaligus
menaksir konsentrasinya. Ada tiga metoda yang tersedia yaitu : satandar plate count (SPC),
metoda dengan tabung fermentasi/metoda most probable number dan metoda penyaringan
132

pada membran. Jenis bakteri yang dianalisis adalah bakteri total, E. Coli (coli tinja), Coli
total.
C. RANGKUMAN
Analisis air bertujuan untuk menentukan kualitas air. Analisis ini terdiri dari analisis secara
fisika, kimia dan mikrobiologi. Analisis secara fisik menentukan suhu, warna, kekeruhan,
kejernihan, alkalinitas, residu total, residu terlarut, residu tersuspensi, daya hantar listrik, derajat
keasaman. Analisis secara kimia, menentukan salinitas, Fe, nitrogen (amoniak), nitrit, nitrat, fosfat,
COD, BOD, sedangkan analisis mikrobiologi adalah menentukan bakteri total, E. Coli, dan Coli
total.

3. TUGAS :
1. Jelaskan klasifikasi air berdasarkan sumbernya
2. Apakah yang dimaksud dengan kekeruhan, konduktivitas, dan residu terlarut
3. Apakah yang dimaksud dengan salinitas, kesadahan dan alkalinitas
4. Jelaskan perbedaan antara COD dan BOD
5. Jelaskan langkah kerja pada metoda SPC.
BAB XIV
ANALISIS MINYAK DAN LEMAK

Protein, karbohidrat dan lemak bersama-sama dengan air merupakan konstituen


utama dalam bahan pangan. Protein dibutuhkan terutama untuk pertumbuhan dan
memperbaiki jaringan tubuh yang rusak. Karbohidrat dan lemak merupakam sumber energi
dalam aktivitas tubuh manusia. Lemak dan minyak sebagai bahan pangan dibagi menjadi
dua golongan, yaitu
1. Lemak yang siap dikonsumsi tanpa dimasak, misalnya : mentega, margarin, dan
lemak yang digunakan dalam kembang gula.
2. Lemak yang dimasak bersama bahan pangan atau sebagai medium penghantar
panas dalam mememasak bahan pangan, misalnya minyak goring, shortening.
Minyak dan lemak termasuk golongan lipid, yaitu lipid netral. Minyak dan lemak
yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya mengandung sejumlah kecil komponen selain
trigliserida, yaitu : lipid kompleks, sterol, asam lemak bebas, lilin, pigmen yang larut
dalam lemak, dan hidrokarbon. Komponen tersebut mempengaruhi warna dan rasa produk
minyak, serta berperan dalam proses ketengikan
133

1. SUMBER MINYAK DAN LEMAK


Lemak dan minyak yang dapat dimakan , dihasilkan oleh alam yang dapat
bersumber dari bahan nabati dan hewani. Dalam tanaman atau hewan , minyak tersebut
berfungsi sebagai sumber cadangan energi.
Minyak dan lemak dapat diklasikfikasikan berdasarkan sumbernya :
1. Bersumber dari tanaman :
a. Biji-bijian palawija : minyak jagung, biji kapas, kacang, wijen, kedele, bunga
matahari
b. Kulit buah tanaman tahunan : minyak zaitun dan kelapa sawit
c. Biji-bijian dari tanaman tahunan : kelapa, coklat, inti sawit.
2.Bersumber dari hewani
a. Susu hewan peliharaan : lemak susu
b. Daging hewan peliharaan : lemak sapi
c. Hasil laut : minyak ikan sardin, minyak ikan paus

2. SIFAT-SIFAT MINYAK DAN LEMAK


2.1 Sifat Fisik
a. Warna
Zat warna dalam minyak terdiri dari 2 golongan yaitu :
1. Zat warna alamiah
2. Warna dari degradasi zat warna alamiah

Zat Warna Alamiah


Zat warna yang termasuk golongan ini terdapat secara alamiah di dalam bahan yang
mengandung minyak dan ikut terekstrak bersama minyak pada waktu proses ekstraksi.
Zat warna tersebut antara lain terdiri dari  dan  karotene, xanthofil, klorofil, dan
anthosyanin. Zat warna ini menyebabkan minyak berwarna kuning, kuning kecoklatan ,
kehijau-hijauan dan kemerah-merahan

Warna dari degradasi zat warna alamiah


-Warna Gelap
Disebabkan oleh proses oksidasi terhadap tokoferol (vit. E). Jika minyak bersumber
dari tanaman hijau, maka zat khlorofil yang berwarna hijau turut terekstrak bersama
134

minyak. Warna gelap juga terjadi selama proses pengolahan.


- Warna Coklat
Pigmen coklat biasanya hanya terdapat pada minyak atau lemak yang berasal dari
bahan yang telah busuk dan memar.
- Warna Kuning
Warna ini timbul selama penyimpanan dan intensitas warna bervariasi dari kuning
sampai ungu kemerah-merahan.

b. Bau Amis
Lemak atau bahan pangan berlemak, seperti mentega, krim, susu bubuk, hati, dan
bubuk kuning telur dapat menghasilkan bau tidak enak yang mirip bau ikan basi. Bau amis
pada mentega, susu bubuk atau krim disebabkan oleh terbentuknya trimetilamin dari
lesitin dalam susu dan mentega.
Adanya tembaga dan besi akan mempercepat pembentukan peroksida lemak dan
peroksida tersebut akan mengoksidasi lesitin. Persenyawaan nitrogen yang berkombnasi
secara kimia dengan minyak dapat menyebabkan bau amis dan mengakibatkan warna
minyak menjadi kuning atau coklat.
c. Odor dan Rasa (Flavour)
Odor dan rasa pada minyak atau lemak selain terdapat secara alami, juga terjadi
karena pembentukan asam-asam yang berantai sangat pendek sebagai hasil penguraian
pada kerusakan minyak atau lemak. Bau khas dari minyak kelapa sawit dikarenakan
terdapat beta ionone, sedangkan bau khas dari minyak kelapa ditimbulkan oleh nonyl
methylketon.
d. Kelarutan
Suatu zat dapat larut dalam pelarut jika mempunyai nilai polaritas yang sama, yaitu
zat polar larut dalam pelarut bersifat polar dan tidak larut dalam pelarut non polar.
Minyak dan lemak tidak larut dalam air, kecuali minyak jarak (castor oil). Minyak dan
lemak hanya sedikit larut dalam alcohol, tetapi akan melarut sempurna dalam etil eter,
karbon disulfida, dan pelarut-pelarut halogen. Ketiga jenis pelarut ini memiliki sifat
nonpolar sebagaimana halnya minyak dan lemak netral. Kelarutan dari minyak dan lemak
ini dipergunakan sebagai dasar untuk mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak.
Dari segi teknik, kelarutan asam-asam lemak ini mempunyai arti sangat penting.
135

Misalnya asam-asam lemak tidak jenuh sangat mudah melarut dalam pelarut organic
dibandingkan dengan asam-asam lemak jenuh. Sifat kelarutan tersebut digunakan sebagai
dasar untuk memisahkan berbagai asam lemak yang tidak jenuh, yaitu dengan proses
kristalisasi.

e. Titik Cair dan Polymorphism


Pengukuran titik cair minyak atau lemak, suatu cara yang lazim digunakan dalam
penentuan atau pengenalan komponen-komponen organic yang murni, tidak mungkin
diterapkan di sini karena minyak atau lemak tidak mencair dengan tepat pada suatu nilai
temperatur tertentu. Polymorphism pada minyak dan lemak adalah suatu keadaan di mana
terdapat lebih dari sartu bentuk kristal. Polymorphism sering dijumpai pada beberapa
komponen yang mempunyai rantai karbon panjang, dan pemisahan kristal yang sangat
sukar. Polymorphism sangat penting untuk mempelajari titik cair minyak atau lemak, asam
lemak beserta ester-esternya. Untuk selanjutna polymorphism mempunyai peranan penting
dalam berbagai proses untuk mendapatkan minyak atau lemek.
f. Titik Didih (Boiling Point)
Titik didih dari asam-asam lemak akan semakin meningkat dengan bertambah
panjangnya rantai karbon asam lemak tersebut.

g. Titik Lunak (Softening Point)


Titik lunak dari minyak atau lemak ditetapkan utnuk mengidentifikasikan minyak
atau lemak tersebut. Cara penetapannya yaitu dengan mempergunakan tabung kapiler yang
diisi dengan minyak. Kemudian dimasukkan ke dalam lemari es selama satu malam,
sehingga minyak akan membeku atau menjadi padat. Setelah satu malam dalam lemari es,
tabung kapiler tadi diikat bersama-sama dengan termometer yang dilakukan di dalam
lemari es, selanjutnya dicelupkan ke dalam gelas piala yang berisi air. Temperatur akan
naik dengan lambat dan temperatur pada saat permukaan dari minyak atau lemak dalam
tabung kapiler mulai naik dinamakan titik lunak.

h. Slipping Point
Penetapan slipping point dilakukan dengan menggunakan suatu silinder kuningan
yang kecil, yaitu diisi dengan lemak padat, kemudian disimpan dalam bak yang tertutup
dan dihubungkan dengan termometer. Bila bak tadi digoyang temperatur akan naik dengan
136

perlahan-lahan. Temperatur pada saat lemak dalam silinder mulai naik atau temperatur
pada saat lemak mulai melincir disebut slipping point.

i. Shot Melting Point


Shot melting point adalah temperatur pada saat terjadi tetesan pertama dari minyak
atau lemak. Pada umumnya minyak atau lemak mengandung komponen-komponen yang
berpengaruh terhadap titik cairnya. Minyak atau lemak pada umumnya mengandung asam
lemak tidak jenuh dalam jumlah yang relatif besar, biasanya berwujud cair pada
temperatur kamar. Bila mengandung asam lemak jenuh yang relatif besar, maka minyak
atau lemak tersebut akan mempunyai titik cair yang tinggi.

j. Berat Jenis
Berat jenis dari minya atau lemak biasanya ditentukan pada temperatur 25 0C tetapi
untuk lemak yang titik cairnya tinggi diukur pada temperatur 400C atau 600C.

k. Indeks Bias
Indeks bias adalah derajat penyimpangan dari cahaya yang dilewatkan pada suatu
medium yang cerah . Indeks bias tersebut pada minyak dan lemak dipakai untuk
pengujian kemurnian minyak. Alat yang digunakan untuk menentukan indeks bias adalah
refraktometer.
Indeks bias akan meningkat pada minyak atau lemak dengan rantai karbon yang
panjang dan juga dengan terdapatnya sejumlah ikatan rangkap. Nilai indeks bias dari asam
lemak juga akan bertambah dengan meningkatnya berat molekul dan naiknya derajat
ketidakjenuhan dari asam lemak tersebut.

l. Titik Asap, Titik Nyala, dan Titik Api


Apabila minyak atau lemak dipanaskan dapat dilakukan penetapan tiotik asap, titik
nyala, dan titik api. Titik asap adalah temperature pada saat minyak atau lemak
menghasilkan asap tipis yang kebiru-biruan pada pemanasan tersebut. Titik nyala adalah
temperature pada saat campuran uap dari minyak dengan udara terbakar. Sedangkan titik
api adalah temperature pada saat dihasilkan pembakaran yang terus menerus, sampai habis
contoh uji. Titik asap, titik nyala, dan titik api adalah kriteria mutu yang penting untuk
minyak goreng.
137

m. Titik Kekeruhan (Turbidity Unit)


Titik kekeruhan ini ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran minyak atau
lemak dengan pelarut lemak. Minyak dan lemak mempunyai kelarutan yang terbatas.
Campuran tersebut kemudian dipanaskan sampai terbentuk larutan yang sempurna.
Kemudian didinginkan dengan perlahan lahan sampai minyak atau lemak dengan
pelarutnya akan terpisah dan mulai menjadi keruh. Temperatur pada waktu mulai
kekeruhan dikenal sebagai titik kekeruhan.
3. SIFAT KIMIA
Sifat Kimia
Reaksi yang penting pada minyak atau lemak adalah reaksi hidrolisa, oksidasi, dan
hidrogenasi.
A. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisa minyak atau lemak diubah menjadi asam-asam lemak bebas
dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat mengakibatkan kerusakan minyak atau lemak
terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak atau lemak tersebut. Reaksi ini akan
mengakibatkan ketengikan hidrolisa yang menghasilkan flavor dan bau tengik pada
minyak tersebut.
O O
H2C-O-C-R H2C-O-C-R
O O O
H2C-O-C-R + 3 HOH H2C-O-C-R + 3R-C-OH
O O
H2C-O-C-R H2C-O-C-R
Gliserida Gliserol Asam Lemak
Proses hidrolisa yang disengaja, biasanya dilakukan dengan pemnambahan basa.
Reaksi ini dinamakan reaksi penyabunan. Proses penyabunan banyak digunakan di
industri. Minyak atau lemak dalam ketel dipanasi dengan pipa uap selanjutnya ditambah
alkali (NaOH), sabun yang terbentuk dapat diambil pada lapisan atas larutan yang
merupakan campuran padri larutan alkali, sabun, dan gliserol. Dari larutan ini dihasilkan
gliserol murni melalui penyulingan.

H2COOC-C17H35 H2C-OH
138

H2COOC-C17H35 + 3NaOH/KOH HC-OH + 3C17H35COONa/K

H2COOC-C17H35 H2C-OH
Tristearin Gliserol Na/K stearat

B. Oksidasi
Proses oksidasi dapat berlangsung pabila terjadi kontak antara sejumlah oksigen
dengan minyak dan lemak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik
pada minyak dan lemak. Oksidasi biasanya dimulai denganpembentukan peroksida dan
hidroperoksida selanjutnya asam lemak terurai disertai dengan pembentukan konversi
hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam-asam lemak bebas.

C. Hidrogenasi
Proses hidrogenasi pada industri brtujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap rantai
karbon asam lemak pada minyak atau lemak. Reaksi ini dilakukan dengan menggunakan
hidrogen murni ditambah serbuk nikel sebagai katalisator. Untuk keperluan minyak makan
sebelum dilakukan hidrogenasi minyak harus bebas dari sabun, kering dan mempunyai
kandungan asam lemak bebas dan kandungan fospatida yang rendah.
D. Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dari trigliserida
dalam bentuk ester.
E. Pembentukan Keton
Keton dapat dihasilkan melalui penguraian dengan cara hidrolisa ester.

2.3 ANALISIS MINYAK DAN LEMAK


SIFAT FISIKA
A. Total Minyak atau Lemak
Penetapan minyak atau lemak total dilakukan dengan mengekstraksi bahan yang
diduga mengandungminyak dan lemak. Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan
pelarut eter atau pelarut minyak lainnya. Setelah contoh bebas air dan dihancurkan dengan
139

cara digiling, peralatanyang digunakan adalah soxhlet apparatus. Setelah diekstraksi


pelarut dipisahkan dari minyak dengan cara destilasi.

( B− A ) x 100
Kadar Minyak (%) =
Berat Sampel( g)
 B = berat labu dan ekstraksi minyak (g)
 A= berat labu kosong dan batu didih (g)
B. Kadar Air dan Zat Menguap
a. Cara Hot Plate
Cara ini dapat digunakan untuk berbagai jenis minyak dan lemak termasuk
seperti mentega dan margarine, serta minyak kelapa dengan kadar asam lemak bebas yang
tinggi. Untuk minyak yang diperoleh melalui ekstraksi, cara ini tidak dapat dilakukan.
Sebelum dilakukan pengujian, sample minyak harus diaduk dengan baik karena
air cenderung untuk mengendap. Sample ditimbang dan dimasukkan kedalam gelas piala
yang kering dan telah didinginkan dalam desikator. Kemudian sample dipanaskan diatas
hot plate sambil memutar gelas piala perlahan-lahan dengan menggunakan tangan agar
minyak tidak memercik.pemanasan dihentikan setelah tidak terlihat lagi gelembung gas
atau buih. Pada akhir pemanasan suhu minyak tidak boleh lebih dari 130oC.

( B− A ) x 100
Kadar Air dan Zat Penguap (%) =
Berat Sampel( g)

b. Cara Oven Terbuka (Dry Oven Method)


Cara ini digunakan untuk lemak hewani dan nabati, tetapi tidak digunakan
uuntuk minyak yang mengering atau setengah mengering. Sample diaduk, ditimbang
didalam cawan penguapan, dimasukkan kedalam oven pada suhu 105oC selam 30 menit.
Sample diangkat, didinginkan kemudian ditimbang.

( B− A ) x 100
Kadar Air dan Zat Penguap (%) =
Berat Sampel( g)

c. Cara Oven Hampa Udara (Vacum Oven Method)


Cara ini dapat digunakan untuk semua jenis minyak dan lemak kecuali minyak
140

kelapa atau minyak sejenis yang tidak mengadung ALB lebih dari 1%. Oven yang
dipergunakan pada metode ini adalah oven hampa udara.

d. Berat Jenis
Berat jenis adalah perbandingan berta dan suatu volume sample pada 25 oC
dengan berat air pada volume dan suhu yang sama. Cara ini dapat digunakan untuk semua
minyak dan lemak uang dicairkan. Alat yang digunakan adalah piknometer.
e. Titik Cair
Lemak atau minyak hewani dan nabati merupakan campuran dari gliserida dan
komponen lainnya, sehingga tidak mempunyai titik cair yang tepat, tetapi mencair pada
kisaran suhu tertentu.
Asam lemak menunjukan kenaikkan titik cair dengan semakin panjangnya rantai
karbon. Asam lemak yang derajat ketidakjenuhannya semakin tinggi, mempunyai titik cair
yang semakin rendah.
Minyak yang telah dipisahkan dari kotoran, dimasukkan kedalam tida buah pipa
kapiler berdiameter 1 mm. pipa tersebut dimasukkan kedalam lemari pendingin pada suhu
4-10oC. Setelah 16 jam, dikelurkan dan dimasukkan kedalam air yang suhunya dinaikkan
0,5oC setip menit. Suhu diaman masing-masing tabung menjadi jernih dicatat dan dihitung
rata-ratanya.
f. Titik Lunak
Titik lunak ialah suhu dimana lemak mulai melunak atau mulai mencair
sehingga dapat bergerak atau meluncur didalam tabung kapiler. Cara penentuan ini dapat
dilakukan pada beberapa jenis lemak hasil hidrogenasi minyak kelapa, stearin, dan lain-
lain.
Minyak yang telah dibersihkan dari kotorannya dalam pipa kapiler sampai
minyak naik 10 mm. Setelah itu minyak didinginkan secara tiba-tiba dengan memasukkan
ujung piap kapiler berisi minyak ke dalam potongan es, sehingga minyak didalam kapiler
membeku. Kemudian disimpan didalam lemari pendingin selam 16 jam, pada suhu 9-10 oC.
Pipa kapiler dikelurkan dari lemari pendingin dan diikatkan pada thermometer. Selanjutnya
dicelupkan kedalam gelas piala 600 mL yang berisi air, sehingga ujung pipa kapiler
terletak sedalam 3 cm. Dilakukan pemanasan 1oC setiap menit dan 0,5oC setelah mendekati
titik lunak. Pemanasan diteruskan smapi kolom lemak atau minyak didalam tabung mulai
141

naik, dan dicatat skala thermometer dari masing-masing tabung.

g. Titik Kekeruhan (Turbidity Point)


Titik kekeruhan adalah suhu dimana minyak atau lemak cair berubah menhadi
fase padat. Analisis ini dilakukan untuk menentukan adanya pemalsuan atau pencemaran
oleh bahan asing atau pencampuran minyak.
Sampel minyak atau lemak cair dimasukkan kedalam gelas piala yang berisi
asam asetat glasialatau etil alkohol dan campuran alkohol 92% dan amil alkohol 92%.
Mulanya minyak atau lemak cair sedikit melarut, tetapi dengan pemanasan akan larut
dengan sempurna sehingga membentuk larutan yang jernih. Larutan didinginkan sampai
menghablur. Suhu dimana mulai terlihat adanya kristal-kristal lemak dinyatakan sebagai
titik kekeruhan.
h. Indeks Bias
Indeks Bias suatu zat adalah perbandingan dari sinus sudut sinar jatuh dan sinus
sudut sinar pantul dari cahaya yang melalui zat tersebut. Alat yang digunakan untuk
menentukan indeks bias adalah refraktometer. Semakin panjang rantai karbon dan semakin
banyak ikatan rangkap, indeks biasnay akan semakin besar.
i. Sifat Spektral
Lemak dan minyak mengandung zat-zat warna yang dapat menyerap cahaya
spectrum. Warna ini menentukan mutu minyak dan lemak. Alat yang digunakan untuk uji
ini adalah spektrofotometer.
j. Kelarutan
Minyak atau lemak tidak larut dalam air dingin dan sedikit larut pada alkohol,
terutama minyak dengan berat molekul rendah kecuali minyak jarak. Minyak dan lemak
dapat larut sempurna dalam eter, hidrokarbon, benzene, karbon disulfide, dan pelarut-
pelarut halogen.
Sifat dan daya kelarutan ini digunakan sebagai dasar pada praktek pengujian
analitis dan ekstraksi minyak dengan pelarut. Sifat minyak dan lemak yang larut dalam
pelarut tertentu dipergunakan dalam pengolahan minyak secara komersil.
 SIFAT KIMIA
A. Bilangan Asam
Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas, serta dihitung
berdasarkan berat molekul dan asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan asam
142

dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH 0,1 N uang digunakan untuk mentitrasi
asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak. Indicator yang
digunakan dalam titrasiini adalah fenolftalein.

A x N x 56,1
Bilangan asam =
G
 A= jumlah mL KOH untuk titrasi
 N= normalitas larutan KOH
 G= berat contoh (gram)
 56,1= BM KOH
B. Bilangan Penyabunan
Bilangan Penyabunan adalah jumlah alkali yang dibutuhkan untuk
menyabunkan sejumlah contoh minyak. Bilangan penyabunan dinyatakan dalam jumlah
milligram yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram minyak atau lemak. Besarnya
bilangan penyabunan tergantung dari berat molekul. Minyak yang mempunyai berta
molekul rendah akan mempunyai bilangan penyabunan yang lebih tinggi daripada minyak
yang mempunyai berat molekul tinggi.
Sampel minyak atau lemak cair yang telah dibersihkan dari kotorannya ditimbang
4-5 gram dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer 250 mL, kemudian ditambahkan 50 mL
KOH 0,5 N beralkohol dengan pipet. Labu Erlenmeyer dihubungkna dengan pendingin
tegak dan contoh dididihkan dengan hati-hati sampai semua contoh tersabunkan dengan
sempurna, yaitu jika diperoleh larutan yang bebas dari butir-butir lemak, larutan
didinginkan dan bagian dalam dari pendingin tegal dibilas dengan dengan sedikit air.
Tambahkan 1 mL indicator pp, kemudian dititrasi dengan HCl 0,5 N sampai warna merah
jambu hilang.
Setelah ityu dilakukan titrasi blanko sebagai pembanding.

( A−B) x 28,05
Bilangan Penyabunan =
G
 A= jumlah mL HCl 0,5 N untuk titrasi blanko
 B= jumlah mL HCl 0,5 N untuk titrasi contoh
 G= berat contoh minyak (gram)
 28,05= ½ BM KOH
143

C. Bilangan Ester
Bilangan ester adalah jumlah asam organic yang bersenyawa sebagai ester dan
mempunyai hubungan dengan bilangan asam dan bilangan penyabunan. Bilangan ester
dapat dihitung sebagai Selisih antara bilangan penyabunan dengan bilangan asam.
D. Bahan yang Tidak Tersabunkan
Bahan yang tidak tersabunkan adalah senyawa-senyawa yang sering terdapat
larut dalam minyak dan tidak dapat disabunkan dengan soda alkali. Termasuk di dalamnya
yaitu alkohol suku tinggi, sterol, zat warna dan hidrokarbon.
E. Jumlah Asam Lemak Total
Contoh yang telah ditimbang disabunkan dalam larutan alkohol dengan
menggunakan larutan NaOH atau KOH 0,5 N berlebih. Sabun yang terbentuk dikeringkan
dalam oven pada suhu 105oC-110oC dan jumlah asam dihtung sebagai berat sabun.
F. Asam Lemak Jenuh
Garam Timah Hitam (Pb) dari asam lemak jenuh seperti stearat dan palmitat
tidak larut dalam eter, sedangkan garam timah hitam dari asam lemak tidak jenuh seperti
oleat, linoleat, dan linolenatbersifat larut dalam eter. Perbedaan daya kelarutan ini
digunakan untuk memisahkan asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Tapi cara-
cara tersebut tidak dapat diguankan untuk minyak dan lemak yanh mengandung asam
erukat, oleostearat, minyak kelapa dan kelapa sawit yang mempunyai berat molekul
rendah. Garam timah dari asam-asam tersebut dapat larut dalam eter.
G. Bilangan Hehner
Kebanyakan asam lemak tidak larut dalam air, tetapi lemak yang mengandung
asam lemak dengan boboot molekul yang rendah sedikit lebih larut dalam air, misalnya
lemak susu. Bilangan Hehner ialah persentase dari jumlah asam lemak yang tidak larut
dalam air termasuk bahan yang tidak tersabunkan yang terdapat dalam 100 g minyak atau
lemak.
A x 100
Bilangan Hehner =
G
 A= berat residu pada penentuan bilangan Hehner (g)
 G= berat contoh pada minyak pada penentuan bilangan penyabunan (g)

H. Bilangan Reichert-Meissi
Bilangan ini merupakan jumlah millimeter NaOH 0,1 N yang dipergunakan
144

untukmenetralkan asam lemak yang menguap dan larut dalam air, yang diperoleh dari
penyulingan 5 gram minyak atau lemak pada suatu kondisi tertentu.
Bilangan Reichert-Meissi = 1,1 x (A-B)
 A= jumlah mL NaOH 0,1 N untuk titrasi contoh
 B= jumlah mL NaOH 0,1 N untuk titrasi blanko
I. Bilangan Polenske
Bilangan Polenske adalah jumlah millimeter larutan NaOH 0,1 N yang
dipergunakan untuk menetralkan asam lemak yang menguap dan tidak larut dalam air
tetapi larut dalam alkohol, yang diperoleh dari penyulingan 5 gram minyak atau lemak.
Bilangan Polenske = Jumlah millimeter larutan NaOH 0,1 N untuk titrasi
J. Bilangan Kirschner
Bilangan Kirschner spesipik digunkaan untuk menentukan adanya asam butirat
dan asam kapriat dari suatu lemak. Contoh yang dianalisa berupa destilat dari
hasil analisis bilangan Reichert-Meissi.

A x 121 x ( 100+B )
Bilangan Kirschner =
10000
 A= mL titrasi contoh – mL titrasi blanko
 B= jumlah mL larutan Ba(OH)2 0,1 N yang dibutuhkan untuk menetralkan 100 mL
destilat Reichert-Meissi
K. Bilangan Iod
Asam lemak yang tidak jenuh dalam minyak dan lemak mampu menyerap
sejumlah iod dan membentuk senyawa yang jenuh. Besarnya jumlah iod yang diserap
menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh. Bilangan iod dinyatakan
sebagai jumlah gram iod yangdiserap oleh 100 gram minyak atau lemak.
Metode penentuan bilangan iod dapat dilakukan dengan :
1. Cara Hanus
2. Cara Kaufmann dan Von Hubl
3. Cara Wijs

( B−S ) x N x 12,69
Bilangan Kirschner =
G
145

 B= jumlah mL Na2S2O3 untuk titrasi blanko


 S= jumlah mL Na2S2O3 untuk titrasi contoh
 N= normalitas larutan Na2S2O3
 G= berat contoh (gram)
 12,69= berat atom iodium/10
L. Bilangan Thiocyanogen
Bilangan Thiocyanogen (SCN)2 digunakan untuk mengukur ketidakjenuhan minyak
atau lemak, dan dinyatakan sebagai jumlah ekuivalen dari milligram iod yang
diserap oleh tiap gram minyak atau lemak. Bilangan thiocyanogen ditentukan
berdasarkan sifat selektif dan adisi parsial dari pseudohalogen-thiocyanogen oleh
asam lemak tidak jenuh seperti linoleat dan linolenat tidak sama dengan jumlah iod
yang diserap, dapat ditentukan komposisi minyak atau asam lemka.
Thioccyanogen bersifat tidak stabil, yang menyebabkan reaksi awal berlangsung
agak sukar, larutan thiocyanogen dapat diperoleh dengan mereaksikan plumbo
thicyanat dengan brom. Thiocyanogen ini bereaksi seperti halogen dan akan
berikatan dengan asam lemak tidak jenuh.

( B−S ) x N x 12,69
Bilangan Thiocyanogen =
G
 B= jumlah mL Na2S2O3 untuk titrasi blanko
 S= jumlah mL Na2S2O3 untuk titrasi contoh
 N= normalitas larutan Na2S2O3
 G= berat contoh (gram)
 12,69= berat atom iodium/10
M. Bilangan Diene
Pengujian ini berdasarkan pada reaksi asam lemak dengan pereaksi dienophilik.
Bilangan diene adalah ukuran dari pereaksi dienophilik yang dihitung ekuivalen dengan
jumlah iod yang diserap oleh 100 gram minyak atau lemak.
Hal ini didasarkan pada sintesa dari diene dimana satu ikatan rangkap dari asam
lemak akan mengikat 1 molekul dienophilik. Sebagai pereaksi dienophilik biasanya
digunakan maleat anhibdra karena mudah dihitung dengan titrasi.
146

6,346 x(B−A )
Bilangan Diene =
G
 A= jumlah mL NaOH 0,5 N untuk titrasi contoh
 B= jumlah mL NaOH 0,5 N untuk titrasi blanko
 G= berat contoh minyak (gram)
 6,346= BM maleat anhidra/10
N. Bilangan Asetil dan Hidroksi
Bilangan asetil dan hidroksi dipergunakan untuk menentukan gugusan hidroksil
bebas yang sering terdapat dalam minyak atau lemak alam dan sintesis terutama dalam
minyak jarak dan monogliserida.
Bilangan asetil dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH yang dibutuhkan
untuk menetralkan asam asetat yang diperoleh dari penyabunan 1 gram minyak, lemak atau
lilin yang telah diasetilasi.
Bilangan Hidroksi adalah jumlah asam asetat yang dipergunakan untuk
mengesterkan 1 gram minyak atau lemak yang ekuivalen dengan jumlah milligram KOH.
SA−SB
Bilangan Asetil =
( 1000−0,00075 ) x SB

SA−SB
Bilangan Hidroksi =
( 1000−0,00075 ) x SA
 SA= jumlah penyabunan contoh setelah asetilisasi
 SB= jumlah penyabunan contoh sebelum asetilisasi
O. Bilangan Peroksida
Bilangan Peroksida adalah nilai terpenting untuk menentukan derajat kerusakan
pada minyak atau lemak. Asam lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan
rangkapnya sehingga membentuk peroksida. Peroksida ini dapat ditentukan dengan metode
iodometri.
Cara yang sering digunakan untuk menentukan bilangan peroksida berdasarkan
pada reaksi antara alkali iodide dalam larutan asam dengan ikatan peroksida. Iod yang
dibebaskan pada reaksi ini kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat.
A x N x 1000
Miliekuivalen per 1000 gram =
G
147

0,5 x A x N x 1000
Milimol per 1000 gram =
G

( a−b ) x N x 8 x 1000
Mili gram oksigen per 1000 gram =
G
 A= jumlah mL larutan Na2S2O3
 N= normalitas
 G= berat contoh minyak (gram)
 a= jumlah mL larutan Natrium Tiosulfat untuk titrasi contoh
 b= jumlah mL larutan Natrium Tiosulfat untuk titrasi blanko
 8= BM oksigen dibagi 2

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap dan gelar akademik : Ir. Aisyah Suci Ningsih, M.T.
2. Tempat dan Tanggal lahir : Palembang, 19 Februari 1969
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Fakultas/Jurusan : Politeknik Negeri Sriwijaya/ Teknik Kimia
5. Pangkat/Golongan/NIP : Pembina/IVa/ 196902191994032002
6. Bidang keahlian : Teknik Kimia
7. Alamat Kantor : Jl. Srijaya Negara Bukit Besar
Palembang (30139)

Telepon : (0711)353414. 355918


e-mail : info@polisriwijaya.ac.id
8. Alamat Rumah : Villa Green Hill no. 9 Bukit Lama Palembang
082180580595

9. Mata Kuliah yang Diampu


No. Mata Kuliah Semester
1. Kimia Analisis Dasar satu
148

2. Asas Teknik Kimia dua


3. Praktikum Kimia Analisis Dasar satu
4. Praktikum Kimia Fisika dua
5. Praktikum Teknologi Pengolahan Limbah dua

Palembang, Desember 2015


Penyusun,

Ir. Aisyah Suci Ningsih, M.T.


NIP 196902191994032002

DAFTAR PUSTAKA

1. …………,1990, STANDAR Metode Pengujian Kualitas Air, Departemen


Pekerjaan Umum, Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.

2. Alaerts, Dr, Ir & Sri Sumestri, Ir., MSc., 1984, Metoda Penelitian Air, Usaha
Nasional, Surabaya.

3. Brady JE & Senese,F., 2004, Chemistry Matter and Its Changes, John Willey &
Sons, Inc., United State of America

4. Harjadi, W., 1986, Ilmu Kimia Analitik Dasar, PT Gramedia, Jakarta

5. Ketaren, S, 1986, Minyak dan Lemak Pangan, Universitas Indonesia, Jakarta

6. Masterton, William L., 1978, Chemical Principles with Qualitative Analysis,


Saunders College Pub.,Richmond, TX, U.S.A.
7. Nishiyama, M., 1996, Kaidah Umum untuk Analisa Kimia, Puslitbang Kimia
terapan, LIPI, Bandung.

8. Quentin, KE & Fresenius, 1987, Water Analysis, Springer-Verlag, Eschborn, FRG

9. Skoog, A. Douglas, Donald M, West,1988, Fundamentals of Analytical Chemistry,


Saundes College Publishing, New York
149

10. Underwood, R.A Day, 2002, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi Keenam, Penerbit
Erlangga, Jakarta

11. Vogel, 1990, Analisis Anorganik Kualitatif, Makro dan Semimikro, Edisi kelima,
PT Kalman Media Pusaka, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai