Anda di halaman 1dari 37

Konsep Dasar Kristalisasi

Distribusi Ukuran Kristal


Kristalisasi Batch
Rekristalisasi

Pertemuan 5
Tujuan

Tujuan Pembelajaran Umum


• Mahasiswa mampu memahami konsep dasar proses kristalisasi

Tujuan Pembelajaran Khusus

• Mahasiswa mampu menjelaskan cara kerja peralatan kristalisasi


PENGERTIAN KRISTALISASI
 Kristalisasi adalah suatu unit operasi teknik kimia dimana senyawa kimia
dilarutkan dalam suatu pelarut (solvent) dan pada kondisi tertentu akan
terpresipitasi dan terpisah di antara fasa.

 Kristalisasi adalah Pemisahan padat-cair dimana terjadi transfer massa solute


dari larutan ke padatan.

 Kristalisasi adalah partikel padatan yang terbentuk dari fase homogen


(larutan)

 Solute = zat yang terlarut (gula, garam, dll)

 Solvent = pelarut (air, alkohol, minyak, benzena, dll)


Istilah
 Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat.

 Kelarutan (solubility) adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut
(solute) untuk larut
• Kelarutan dalam
adalah suatu
jumlah zatpelarut
terlarut(solvent).
yang dibutuhkan untuk
membentuk larutan jenuh pada suhu tertentu dan jumlah pelarut
tertentu.
 Kelarutan Kelarutandengan
disimbolkan diacu dalam dalam 2 istilah,
s (solubility) dengan yaitu larutanmol/L
satuan jenuh, atau
dn biasa
larutansatuan
menggunakan tak jenuh.
molaritas M.
M = n/ V
• Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung lebih dari jumlah
 Dengan M adalah molaritas (mol/L), n adalah jumlah mol zat (mol), V adalah volume
maksimum zat terlarut daripada larutan jenuh pada kondisi yang sama.
larutan atau pelarut (L).

 Komposisi zatproses
• Pada terlarut dalam larutan
kristalisasi, dinyatakan
kondisi dengan konsentrasi
yang dibutuhkan larutan.
adalah lewat jenuhSedangkan
proses (contoh:
pencampuran
garam) zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut sebagai
pelarutan atau solvasi.
Istilah
 Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
 Suatu zat terlarut yang dilarutkan dalam pelarut akan membentuk reaksi kesetimbangan.
Terjadinya kesetimbangan dipengaruhi oleh zat terlarut yang tidak larut dan ion-ion zat terlarut.
 Berikut• contoh
Kelarutan adalah
tetapan jumlah zatsuatu
kesetimbangan terlarut yang dibutuhkan untuk
reaksi.
membentuk larutan jenuh pada suhu tertentu dan jumlah pelarut
tertentu. Kelarutan diacu dalam dalam 2 istilah, yaitu larutan jenuh, dn
larutan tak jenuh.
 Sesuai dengan kaidah penulisan rumus kesetimbangan, hanya zat dalam bentuk larutan (aq) dan
gas (s) yang ditulis ke dalam rumus. Sehingga diperoleh:
• Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung lebih dari jumlah
maksimum zat terlarut daripada larutan jenuh pada kondisi yang sama.

• Pada proses kristalisasi, kondisi yang dibutuhkan adalah lewat jenuh


Tetapan kesetimbangan larutan yang sukar larut tersebut dinamakan
(contoh: garam)
sebagai tetapan hasil kali kelarutan (Ksp).
Jenis Larutan
1. Larutan Tak Jenuh
 Larutan tak jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut kurang dari yang diperlukan untuk
membuat larutan jenuh.
• Kelarutan Larutan
adalah tak jenuh
jumlah zat mengandung partikel
terlarut yang yang tidakuntuk
dibutuhkan tepat habis bereaksi dengan
pereaksi dengan kata lain masih bisa melarutkan zat.
membentuk larutan jenuh pada suhu tertentu dan jumlah pelarut
 Larutan tertentu. Kelarutan
dikatakan tak diacu
jenuh ketika dalam
nilai dalamion
konsentrasi 2 istilah, yaitularutan
< Ksp. Pada larutan jenuh,
tidak jenuh dn
tidak terjadi
larutan takzat
adanya pengendapan jenuh.
terlarut.

2. Larutan Jenuh
• Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung lebih dari jumlah
maksimum
 Suatu larutan termasukzat
ke terlarut daripada
dalam larutan jenuh larutan jenuh
ketika terjadi pada kondisi
kesetimbangan yang
antara zat sama.
terlarut dan zat
pelarut. Pada larutan jenuh partikel-partikelnya tepat bereaksi dengan pereaksi atau mengalami
konsentrasi maksimal.
• Pada proses kristalisasi, kondisi yang dibutuhkan adalah lewat jenuh
 Larutan (contoh:
dikatakan garam)
jenuh apabila hasil konsentrasi ion sama dengan nilai Ksp. Dalam kondisi
kesetimbangan ini kecepatan zat terlarut dalam zat pelarut sama dengan kecepatan mengendap. Artinya,
konsentrasi zat dalam larutan bernilai sama.
Jenis Larutan

3. Larutan Lewat Jenuh (Supersaturated solution)


• Kelarutan adalah jumlah zat terlarut yang dibutuhkan untuk
Larutan lewat jenuh/
membentuk supersaturasi
larutan jenuh yaitu larutan
pada suhu tertentu dan jumlah yang mengandung
pelarut
lebih tertentu.
banyakKelarutan
zat terlarut (solute)
diacu dalam dalamdibandingkan dengan
2 istilah, yaitu larutan zatdnpelarut
jenuh,
(solvet).
larutan tak jenuh.

denganjenuh
Atau• Larutan kataadalah
lain, larutan
larutan yang
yang tidak dapat
mengandung lebihlagi melarutkan zat
dari jumlah
terlarut sehingga
maksimum zat terjadi endapan.
terlarut daripada larutan jenuh pada kondisi yang sama.

Hal ini menyebabkan


• Pada nilai
proses kristalisasi, hasil
kondisi kali
yang konsentrasi
dibutuhkan adalahion > jenuh
lewat Ksp sehingga
larutan lewatgaram)
(contoh: jenuh dan mengendap.
Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu:

a) Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih


banyak solute dibanding solvent.

b) Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute


dibanding solvent.
TEORI KRISTALISASI
 Pada proses kristalisasi, kondisi yang dibutuhkan adalah lewat jenuh,
(contoh: garam)

Untuk membentuk Kristal, fase cairan (liquid) harus melewati kondisi


kesetimbangan dan menjadi lewat jenuh (untuk larutan) atau kondisi
lewat dingin (untuk lelehan)

Kondisi tersebut dapat tercapai melalui pendinginan dibawah titik leleh


suatu komponen (contoh: air) atau melalui penambahan sehingga
dicapai kondisi lewat jenuh (contoh: garam dan gula)
Lewat Jenuh (Supersaturasi)
 Pendinginan
Solubilitas padatan dalam cairan akan menurun seiring dengan penurunan
suhu (pendinginan)

 Penguapan solven
Konsentrasi larutan menjadi makin pekat

 Menurunkan solubilitas padatan


Ketika suatu cairan atau larutan telah jenuh, terdapat termodinamika yang
mendorong kristalisasi. Molekul-molekul cenderung membentuk Kristal
karena pada bentuk Kristal, energi sistem tercapai maksimum.
TEORI KRISTALISASI

Kristal terbentuk dari larutan lewat jenuh (supersaturated) melalui 2


langkah, yaitu ;
1. Nukleasi (pembentukan inti kristal).
2. Pertumbuhan kristal.

Jika semula larutan tidak berisi padatan, pembentukan inti terjadi sebelum
kristal tumbuh. Inti-inti baru secara kontinyu terbentuk, sementara inti-
inti yang sudah ada tumbuh menjadi kristal.

Driving force kedua langkah di atas adalah supersaturasi, artinya kedua


langkah tersebut tidak dapat terjadi pada larutan jenuh atau
undersaturated
TEORI KRISTALISASI

Kristal terbentuk dari larutan lewat jenuh (supersaturated) melalui 2


langkah, yaitu ;
1. Nukleasi (pembentukan inti kristal).
2. Pertumbuhan kristal.

Jika semula larutan tidak berisi padatan, pembentukan inti terjadi sebelum
kristal tumbuh. Inti-inti baru secara kontinyu terbentuk, sementara inti-
inti yang sudah ada tumbuh menjadi kristal.

Driving force kedua langkah di atas adalah supersaturasi, artinya kedua


langkah tersebut tidak dapat terjadi pada larutan jenuh atau
undersaturated
NUKLEASI
Nukleasi adalah proses pembentukan inti yang akan terjadi setelah
kondisi supersaturasi tercapai.

Nukleasi terbagi 2 yaitu nukleasi primer dan nukleasi sekunder


1) Nukleasi Primer
Setelah kondisi supersaturasi dicapai, langkah pertama adalah membentuk
inti kristal primer, yang akan merangsang pembentukan kristal.
Untuk membentuk inti kristal primer, jika dibuat dari larutan induk, maka
beda konsentrasi larutan lewat jenuh dengan konsentrasi jenuh (C-C*)
sebagai driving force proses kristalisasi harus dibuat besar (membutuhkan
energi yang sangat besar), untuk skala industri,tidak efisien.
Lebih disukai cara penambahan kristal yang sudah jadi, untuk menginisiasi
pembentukan inti kristal primer
NUKLEASI
2) Nukleasi Sekunder

 Pada fase ini,kristal tumbuh dikarenakan kontak antara kristal dan


larutan.

 Nukleasi sekunder membutuhkan bibit atau kristal yang sudah jadi


untuk merangsang pertumbuhan kristal yang baru.
Tipe Pembentukan Inti Kristal
A. Pembentukan inti kristal tipe homogen
Molekul dalam larutan terbentuk secara bersamaan,
baik berupa molekul tunggal maupun berupa unit
molekul yg berikatan sebagai suatu gugus. Gugus tsb
kemudian terbentuk terus menerus dalam larutan
lewat jenuh atau lewat dingin. Pembentukan inti
krstal tipe ini berlangsung tanpa bantuan senyawa
asing di dalam larutan
Tipe Pembentukan Inti Kristal

b. Pembentukan inti kristal tipe


heterogen
Inti kristal tipe heterogen terdiri dari beberapa
senyawa yang berbeda.
Pembentukan inti kristal heterogen berlangsung
sebelum pembentukan inti kristal homogen
Adanya zat asing, seperti zat pengotor, mampu
mempercepat pembentukan inti kristal
Tipe Pembentukan Inti Kristal
c. Pembentukan inti kristal tipe sekunder
Terjadi ketika kristalit berukuran kecil dipindahkan
dari permukaan kristal yg telah terbentuk dan
berperan sebagai inti kristal yg baru.
Mekanisme yg dilakukan melalui kontak antara satu
kristal dengan kristal lainnya melalui pengadukan
dalam tangki agitasi.
Parameter yang memengaruhi
terbentuknya inti Kristal

1. Kondisi lewat dingin


2. Suhu
3. Sumber inti kristal
4. Viskositas
5. Kecepatan pendinginan
6. Kecepatan agitasi
7. Bahan tambahan
8. Densitas massa kristal
Parameter yang mempengaruhi
terbentuknya inti Kristal

1. Kondisi lewat dingin


larutan Semakin dingin maka waktu induksi (waktu yg diperlukan sampai inti
kristal terbentuk) akan semakin pendek.

2. Suhu
Penurunan suhu akan menginduksi pembentukan kristal secara cepat.

3. Sumber inti kristal


Inti yang terbentuk pada pembentukan tipe heterogen memiliki
kecenderungan mempercepat kristalisasi
Parameter yang mempengaruhi
terbentuknya inti Kristal
4. Viskositas
Ketika viskositas meningkat akibat menurunnya suhu dan meningkatnya konsentrasi
larutan, proses pembentukan inti kristal akan terbatasi. Hal ini disebabkan berkurangnya
pergerakan molekul pembentuk inti kristal dan terhambatnya pindah panas sebagai energi
pembetukkan inti kristal

5. Kecepatan Pendinginan
Pendingingan yg cepat akan menghasilkan inti kristal yg lebih banyak dibandingkan
pendinginan lambat

6. Kecepatan agitasi
- Proses agitasi mampu meningkatkan laju pembentukan inti kristal. Agitasi menyebabkan
pindah massa dan pindah panas berjalan lebih efisien.
Parameter yang mempengaruhi
terbentuknya inti Kristal
7. Bahan tambahan dan pengotor
Bahan-bahan tambahan dapat berperan untuk membantu atau menghambat
pembentukan inti kristal

8. Densitas massa kristal


Jumlah kristal yg terdapat dalam satu unit volume yg terdapat dalam larutan
akan berpengaruh pada tingkat pertumbuhan setiap kristal.
Pertumbuhan Kristal

Fase ini sangat dipengaruhi oleh konsentrasi dari


larutan, suhu, energi yang dipakai untuk berada
pada tahap ini (misalnya agitasi) dan tambahan
eksternal (memakai molekul kristal kembali –
seeding agent).
Metode Evaporasi
• Bekerja dengan cara
menguapkan pelarut sehingga
rasio solut dengan pelarut
menjadi lebih besar
• Jumlah pelarut menjadi lebih
sedikit sehingga larutan yang
sebelumnya jenuh menjadi
lewat jenuh, mendorong
terjadinya kristalisasi
• Contoh: NaCl, ammonium sulfat,
asam tereftalat
Perbandingan Metode Kristalisasi

Metode Proses Contoh


Pendinginan Pengurangan temperatur hingga solubilitas di Kalium nitrat, ammonium nitrat,
atas kurva solubilitas sukrosa

Evaporasi Pengurangan pelarut (solvent) sehingga larutan Natrium klorida, ammonium


menjadi lewat jenuh sulfat, asam tereftalat

Pendinginan Vakum Kombinasi pendinginan dan evaporasi Ammonium sulfat, natrium


sulfat, kalium klorida, urea,
asam adipic, natrium klorat
Pengenceran Penambahan pelarut jenis lain dengan kurva Protein, farmasi, pewarna,
solubilitas yang lebih rendah intermediet

Reaksi Pembentukan kristal solut Ammonium sulfat, natrium


dengan reaksi perborat, natrium dikromat,
kalsium sulfat, ammonium
fosfat
Tipe Alat Kristalisasi
Dua tipe alat Kristalisasi :

(1) evaporative crystallizer (penguapan)

(2) cooling crystallizer (pendinginan)


Tipe Alat Kristalisasi
1. Evaporative Crystallizer (penguapan)
Evaporative crystallizer meningkatkan konsentrasi larutan dengan
menguapkan pelarut. Ketika konsentrasi meningkat, larutan menjadi
jenuh dan nukleasi dimulai.
Pada saat suhu larutan turun, komponen zat yang memiliki titik
beku lebih tinggi akan membeku terlebih dahulu, sementara zat lain
masih larut sehingga keduanya dapat dipisahkan dengan cara
penyaringan.
Zat lain akan turun bersama pelarut sebagai filtrat, sedangkan zat
padat tetap tinggal di atas saringan sebagai residu.
Tipe Alat Kristalisasi
1. Evaporative Crystallizer (penguapan)

Jenis Evaporative crystallizer :

a) Draft Tube Crystallizers

b) Submerge Circulating Crystallizers


Tipe Alat Kristalisasi
a) Draft Tube Crystallizers

Draft tube crystallizer disebut pula Circulating Magma


Vacuum Crystallizer.
Setelah dipanaskan, larutan dialirkan ke badan
crystallizer. Model ini menggunakan baling-baling
(propeller) berkecepatan rendah untuk mengarahkan
campuran ke atas melalui draft tube menuju permukaan
untuk diuapkan. sementara cairan yang tersisa mengalir
kembali ke bawah melalui draft tube. Kondisi vakum
menjadikan menguapnya pelarut, yebabkan larutan
menjadi lewat jenuh/ supersaturasi.
Alat kristalisasi ini biasanya berkapasitas kecil dengan
ukuran kristal sedang. Ukuran dan keseragaman kristal
bergantung pada pemisahan eksternal, penggerusan
(fines destruction), dan kontrol populasi kristal.
Tipe Alat Kristalisasi
b) Submerge Circulating Crystallizers
Submerge Circulating Crystallizers disebut juga Forced Circulating
Liquid Evaporator Crystallizer.
Larutan terlebih dulu dilewatkan melalui penukar panas HE.
Menggunakan sirkulasi eksternal dimana larutan didorong oleh HE
dengan kecepatan tinggi. Membutuhkan agitasi atau sirkulasi untuk
memastikan pembentukan kristal kecil dan murni. Jenis alat
kristalisasi ini berguna untuk kapasitas yang lebih besar dengan
kontrol eksternal ukuran dan keseragaman ukuran yang sama.
Mengkombinasikan antara pendinginan dan evaporasi untuk
mencapai kondisi supersaturasi., kemudian menuju badan
kristaliser. Di sini terjadi flash evaporation, mengurangi jumlah
pelarut dan meningkatkan konsentrasi solut,membawa ke kondisi
supersaturasi. Selanjutnya larutan ini mengalir melalui area
fluidisasi dimana kristal terbentuk melalui nukleasi sekunder.
Produk kristal diambil sebagai hasil bawah, sedangkan larutan
pekat direcycle,dicampur dengan umpan segar.
Tipe Alat Kristalisasi

2. Cooling crystallizer (pendinginan)


Proses kristalisasi larutan berdasarkan ketergantungan suhu kelarutan,
dilakukan melalui perpindahan panas tidak langsung atau langsung secara
vakum. Metode ini menyebabkan beberapa larutan menguap dan kemudian
mendingin hingga mencapai suhu kesetimbangan dengan tekanan yang
berkurang. Intinya, sejumlah kecil pelarut memancarkan panas laten,
kemudian menurunkan suhu larutan.
Meskipun terjadi penurunan jumlah solvent, proses kristalisasi disebabkan
oleh perubahan suhu pada larutan. Penurunan suhu akan membuat larutan
lewat jenuh/ supersaturasi, mengembangkan inti dan mendorong
pertumbuhan kristal untuk memaksa garam keluar dari larutan dan
mengkristal.
Tipe Alat Kristalisasi

2. Cooling crystallizer (pendinginan)

cooling crystallizer ada 3 macam yaitu:

a. vacuum cooling crystallizers,


b. continuous cooling crystallizers,
c. scraped surface crystallizers.
Tipe Alat Kristalisasi

c) Scraped Surface Crystallizers

Contoh crystallizer jenis ini adalah


Swenson-Walker crystallizer.
Bagian luar dinding dilengkapi
dengan jaket pendingin dan
sebuah pisau pengeruk yang akan
mengambil produk kristal yang
menempel pada dinding. Kemudian
produk dialirkan ke centrifudge.
Tipe Alat Kristalisasi

a) Vacuum Cooling Crystallizers


Useful for maintaining tighter control of crystal size, this vessel utilizes either
a batch or a continuous crystallization process. The batch operation is optimal
for controlled crystal sizing, as each crystal endures the process for the same
amount of time, leading to consistent dimensions.

b) Continuous Cooling Crystallizers


This model removes a slurry to a centrifuge, returns centrifuged dilute
solution to an evaporator for concentration, and then supplies this
concentrated warm solution to the cooling crystallizer.
Contoh Cooling Crystallizer
 Technical Data
o Volume : 50 m3
o Cooling surface : 200 m2
o Power agitator : 11 kW
o All parts in product contact are made of SS
or in accordance with 1935/2004/EC for food materials
o Hygienic design
o Prepared for CIP
It can be utilized in either batch or continuous process. The concentrated and pre-
cooled liquid dextrose is fed direct to the crystallizer (batch operation), or to a mixing
tank before entering the crystallizer (continuous operation). After crystallisation the
crystal mass is led to a centrifuge feeder mixer, (and also the mixing tank if
continuous operation).
Agitation and carefully controlled cooling ensure correct super-saturation and
maximum crystal growth. A big cooling surface relative to the product volume
enables operation with a small temperature difference between the product and the
cooling water. A small temperature difference reduces formation of dextrose crusts
on the cooling surfaces to a minimum.
Digunakan untuk mengkristalisasi dextrose monohydrate .
REFERENSI

 Geankoplis : Transport Processes and Unit Phenomena


https://www.academia.edu/36865213/Transport_Processes_and_Unit_Operations_Geankoplis_pdf

 Felder : Elementary Principles of Chemical Processes


https://www.academia.edu/40496205/Felder_Elementary_Principles_of_Chemical_Processes_4_edici%C3
%B3n

 McCabe : Unit Operation in Chemical Engineering


https://www.academia.edu/37476371/McCabe_W.L._Smith_J.C._Harriott_P.-_

 Walas : Chemical Process Equipment Selection and Design


https://imtk.ui.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/Chemical-Process-Equipment-Selection-and-Design-
by-Stanley-M.-Walas.pdf
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai