Anda di halaman 1dari 52

Kelompok 9

M.Zulhardiansyah
Helmi Bahar
Fenny Lasma
ALKOHOL

Alkohol adalah senyawa yang


molekulnya memiliki suatu gugus
hidroksil, yang terikat pada suatu
atom karbon jenuh.
STRUKTUR ALKOHOL

CH3
CH3CHCH3
CH3OH
CH3 C CH3
Metanol OH

OH
2-Propanol
(isopropil alkohol) 2-Metil-2-propanol
CH3CH2OH (tert-butil alkohol)
Etanol
Atom karbon dapat berupa suatu atom
karbon dari gugus alkenil atau gugus
alkunil.
Atau dapat pula berupa suatu atom karbon
jenuh dari suatu cincin benzena.

CH2OH CH2 CHCH2OH


2-Propenol (alil alkohol)
Suatu alkohol alilik
Benzil alkohol
Suatu alkohol benzilik
Alkohol dapat dilihat secara struktural:
a . sebagai turunan hidroksi dari alkana.
b . sebagai turunan alkil dari air.
Etil alkohol = etana dimana satu hidrogen diganti
dengan gugus hidroksil.
Etil alkohol = air dimana satu hidrogen diganti dengan
gugus etil.
Gugus etil
CH3CH2 H
CH3CH3
1090 O
1050 O
Etana
H Gugus hidroksil H

Etil alkohol Air


Alkohol dibagi dalam tiga golongan:
a . Alkohol primer (1)
b . Alkohol sekunder (2)
b . Alkohol tersier (3)
Penggolongan didasarkan pada derajat
substitusi dari atom karbon yang langsung
mengikat gugus hidroksil.
H H

H C C O H CH2OH

H H

Etil alkohol Benzil alkohol


(suatu alkohol 10) (suatu alkohol 10)
Jika karbon tersebut mengikat satu atom karbon
lain, maka disebut karbon primer dan
alkoholnya disebut alkohol primer.
Jika karbon yg mengikat gugus -OH juga
mengikat dua atom karbon lain, maka disebut
karbon sekunder dan alkoholnya disebut alkohol
sekunder.
Jika karbon yg mengikat gugus -OH juga
mengikat tiga atom karbon lain, maka disebut
karbon tersier dan alkoholnya disebut alkohol
tersier.
H H H
CH2OH
H C C C H

H O H

Geraniol
(alkohol 10 dgn H
aroma mawar)

CH3

Mentol
(alkohol 20 dalam
OH
minyak peppermint)
CH

H3C CH3
H tert-Butil alkohol
(suatu alkohol 30)
H C H

H H OH
H3C C CH
H C C C H

H H
H O H

H H H

O
Noretindron
(kontrasepsi oral dgn gugus alkohol 30)
Tata Nama Alkohol

Dalam Tatanama Substitutif IUPAC, suatu


nama harus mengandung empat karakter :
indeks, awalan, senyawa induk, dan suatu
akhiran. CH CH CHCH CH CH OH
3 2 2 2 2

CH3

4-Metil-1-heksanol

indeks awalan indeks induk akhiran


Indeks 4 menunjukkan bahwa substituen
gugus metil, yang merupakan awalan,
terikat pada senyawa induk di posisi C-4.
Senyawa induk mengandung enam atom
karbon dan tidak ada ikatan rangkap, jadi
induknya adalah heksana.
Dan karena merupakan suatu alkohol,
maka memiliki akhiran -ol.
Indeks 1 menunjukkan bahwa C-1
mengikat gugus hidroksil.
Secara umum, penomoran pada rantai
karbon selalu dimulai dari bagian akhir
yang lebih dekat dengan gugus yang
mendapat nama sebagai suatu akhiran.
Prosedur berikut harus diikuti untuk
memberi nama alkohol sesuai tatanama
substitutif IUPAC:
b Pilih rantai karbon utuh yang terpanjang
dimana gugus hidroksil terikat langsung.
Ganti nama dari alkana sesuai rantai
karbon tersebut dengan menghapus huruf
a terakhir dan tambahkan akhiran ol.
b Nomori rantai karbon utuh yang terpanjang
sedemikian sehingga atom karbon yang
mengikat gugus hidroksil memiliki nomor
terkecil. Tandai posisi gugus hidroksil dengan
menggunakan nomor tersebut sebagai lokant.
Tandai posisi gugus-gugus lain (sebagai
awalan) dengan menggunakan nomor yang
sesuai dengan posisi masing-masing
sepanjang rantai karbon sebagai lokant.
3 2 1 1 2 3 4 5 4 3 2 1
CH3CH2CH2OH CH3CHCH2CH3 CH3CHCH2CH2CH2OH

1-Propanol
OH CH3
2-Butanol 4-Metil-1-pentanol

3 2 1 CH3
ClCH2CH2CH2OH
1 2 3 4 5
3-Kloro-1-propanol CH3CHCH2CCH3

OH CH3
4,4-Dimetil-2-pentanol
Alkohol sederhana sering dinamai dengan
nama radikofungsional umum yang juga telah
disetujui oleh IUPAC.
Beberapa contoh alkohol sederhana adalah
sebagai berikut ini:

CH3CH2CH2OH CH3CH2CH2CH2OH CH3CH2CHCH3


Propil alkohol Butil alkohol
OH
sec-Butil alkohol
CH3 CH3
CH3

H3C C OH CH3CCH2OH
CH3CHCH2OH
Isobutil alkohol CH3
CH3
tert-Butil alkohol Neopentil alkohol

Alkohol yang mengandung dua gugus


hidroksil umumnya diberi nama glikol.
Dalam sistem substitutif IUPAC alkohol
tersebut dinamai sebagai diol.
CH2 CH2 CH3CH CH2 CH2CH2CH2

OH OH OH OH OH OH
Sifat Fisik Alkohol
Alhohol memiliki titik didih yang lebih tinggi dibandingkan dengan eter
atau hidrokarbon yang sebanding.
Titik didih butil alkohol (MW = 74) adalah 117,7C.
Molekul-molekul alkohol dapat berikatan satu sama lain melalui ikatan
hidrogen, sementara eter dan hidrokarbon tidak dapat.
Makin banyak cabang maka titik didihnya akan semakin menurun
Dalam air, methanol, etanol dan propanol mudah larut, sedangkan
mulai butanol hanya sedikit larut
Berupa cairan encer dan mudah bercampur dengan air dalam segala
perbandingan
Mudah terbakar
Bentuk fasa pada suhu ruang :
dengan C 1 s/d 4 berupa gas atau cair
dengan C 5 s/d 9 berupa cairan kental seperti minyak
dengan C 10 atau lebih berupa zat padat
Metanol, etanol, propil alkohol, isopropil
alkohol, dan tert-butil alkohol campur
sempurna dengan air.
Butil alkohol, isobutil alkohol, dan sec-butil
alkohol memiliki kelarutan antara 8,3 dan 26,0
g per 100 mL.
Kelarutan alkohol dalam air menurun secara
bertahap sebanding rantai hidrokarbon yang
semakin panjang.
Alkohol rantai panjang bersifat lebih mirip
alkana dan oleh karena itu kurang mirip
dengan air.
Sintesis Alkohol
1 Hidrasi Alkena
Adisi air pada ikatan rangkap alkena
dengan katalis asam.
Metode pembuatan alkohol dengan berat
molekul rendah (kegunaan utama pada
proses industri skala besar).
Katalis asam yg paling sering digunakan:
asam sulfat & asam fosfat.
Reaksi bersifat regioselektif.
Adisi air pada alkena mengikuti hukum
Markovnikov.
Reaksi secara umum sebagai berikut:
H+
C C + H OH C C
H OH
Sebagai contoh adalah hidrasi 2-metilpropena
CH3 CH3
+
H
H3 C C CH2 + H OH H3 C C CH2 H
250C

2-Metilpropena OH
tert-Butil alkohol
Sesuai hukum Markovnikov: reaksi tidak
menghasilkan alkohol primer, kecuali kasus
khusus pada hidrasi etena.

H3PO4
H2 C CH2 + H OH
0
CH2 CH2 OH
300 C

Mekanisme hidrasi alkena secara sederhana


merupakan kebalikan dari reaksi dehidrasi
alkohol.
CH2 CH2 H
H
lambat
H3 C C + H
Langkah 1 H O H H3 C C +
O H
CH3 CH3

CH3 CH3 H
H cepat
Langkah 2 H3 C C + O H H3 C C O H

CH3 CH3

CH3 H CH3 H
H cepat
Langkah 3 H3 C C O H+ O H H3 C C O H + H O H

CH3 CH3
Tahap penentu kecepatan adalah tahap 1:
pembentukan karbokation.
Dihasilkan tert-butil alkohol karena tahap 1
mengarah pada pembentukan kation tert-butil
yang lebih stabil dibandingkan kation isobutil
yang kurang stabil.
CH2 CH2
H H
sangat
H3 C C + H O H H3 C C H + O H
lambat
CH3 CH3
karbokation 10
Kerumitan yang terjadi adalah adanya
penataan ulang (rearrangement).
Karbokation awal yang terbentuk akan
mengalami penataan ulang menjadi suatu
karbokation yang lebih stabil.
Jika 3,3-dimetil-1-butena dihidrasi akan
dihasilkan 2,3-dimetil-2-butanol sebagai
produk utama.
CH3 OH
H2SO4
H3 C C CH CH2 H3C C CH CH3
H 2O
CH3 CH3 CH3

3,3-Dimetil-1-butena 2,3-Dimetil-2-butanol
(produk utama)

Adanya penataan ulang karbokation membatasi


penggunaan hidrasi alkena sebagai suatu metode
laboratoris untuk pembuatan alkohol.
2 Reaksi Oksimerkurasi-Demerkurasi
Reaksi dua tahap yang sangat berguna untuk
mensintesis alkohol dari alkena.
Alkena bereaksi dgn Hg(OAc)2 dalam campuran
THF dan air menghasilkan senyawa
merkuri(hidroksialkil).
Senyawa merkuri(hidroksialkil) dapat direduksi
oleh natrium borohidrida menjadi alkohol.
Persentase hasil reaksi keseluruhan 90%
dengan regioselektifitas yang tinggi.
O
O
THF
C C + H2O + Hg OCCH3 2 C C O + CH3COH
oksimerkurasi

OH Hg OCCH3

C C O + OH + NaBH4 C C + Hg + CH3CO
demerkurasi
OH Hg OCCH3 OH H

Pada tahap 1, oksimerkurasi: air dan merkuri


asetat mengadisi ikatan rangkap.
Pada tahap 2, demerkurasi: natrium
borohidrida mereduksi gugus asetoksimerkuri
dan menggantinya dengan hidrogen.
Kedua langkah tersebut dapat dilakukan
dalam bejana yang sama.
Kedua reaksi berlangsung sangat cepat pada
suhu ruangan atau dibawahnya.
Tahap 1: biasanya mencapai kesempurnaan
dalam kurun waktu 20 detik 10 menit.
Tahap 2: secara normal membutuhkan waktu
kurang dari 1 jam.
Orientasi adisi H2O di atas mengikuti aturan
Markovnikov: atom H dari H2O terikat pada
atom karbon ikatan rangkap yang mengikat
atom H lebih banyak.
Hg(OAc)2 NaBH4
CH3 (CH2 )2CH CH2 CH3(CH2)2 CH CH2
THF - H 2O OH
(15 s) OH HgOAc (1h)
1-Pentena

CH3(CH2 )2 CHCH3 + Hg

OH
2-Pentanol (93%)

CH3 H3C OH H3 C OH
Hg(OAc)2 HgOAc NaBH4
+ Hg
THF - H2O H OH
(20 s) (6 min)

1-Metilsiklopentena 1-Metilsiklopentanol
Penataan-ulang rangka karbon jarang terjadi
pada oksimerkurasi-demerkurasi.
Dicontohkan pada reaksi oksimerkurasi-
demerkurasi dari 3,3-dimetil-1-butena yang
menghasilkan 3,3-dimetil-2-butanol sebagai
produk utama.
CH3 CH3
(1) Hg(OAc)2/THF - H 2O
H3 C C CH CH2 H3 C C CH CH3
-
(2) NaBH 4, OH
CH3 CH3 OH
3,3-Dimetil-1-butena
3,3-Dimetil-2-butanol
(94%)
3 Reaksi Hidroborasi - Oksidasi
Adisi elemen air pada suatu ikatan rangkap
dapat pula dilakukan di laboratorium dengan
menggunakan diboran atau THF : BH3.
Adisi air adalah bersifat tidak langsung dan
melibatkan dua tahap reaksi.
Pertama adalah adisi boran pada ikatan
rangkap yang disebut hidroborasi.
Kedua adalah oksidasi dan hidrolisis senyawa
antara organoboron menghasilkan suatu
alkohol dan asam borat.
Lebih tersubstitusi Kurang tersubstitusi

CH3CH CH2
CH3 CH CH2 CH3CHCH2 BH2 (CH3 CH2CH2 )2BH

Propena
H
CH3CH CH2
+
(Faktor sterik)
H BH2
Tripropilboran(CH3 CH2 CH2 )3 B

Atom boron terikat pada atom karbon ikatan


rangkap yang kurang tersubstitusi, dan satu
atom hidrogen berpindah dari atom boron ke
atom karbon lain dari ikatan rangkap.
Hidroborasi bersifat regioselektif dan
mengikuti aturan anti Markovnikov.
Alkilboran yang dihasilkan pada tahap
hidroborasi biasanya tidak diisolasi.
Dalam bejana yang sama, alkilboran
dioksidasi dan dihidrolisis menghasilkan
alkohol dengan penambahan hidrogen
peroksida dalam suatu larutan basa.
H2O2
(CH3CH2 CH2 )3B 3 CH3 CH2CH2OH + Na3 BO3
NaOH, 250C Propil alkohol
Oksimerkurasi-demerkurasi dari 1-heksena
menghasilkan 2-heksanol (Markovnikov).
Hidroborasi-oksidasi dari 1-heksena
menghasilkan 1-heksanol (anti-Markovnikov).
H3O+, H2O
CH3CH2CH2 CH2CH CH2 CH3CH2 CH2CH2 CHCH3
1-Heksena OH
2-Heksanol

(1) THF:BH3
CH3CH2CH2 CH2CH CH2 -
CH3CH2 CH2CH2 CH2CH2OH
(2) H2O2, OH
1-Heksena 1-Heksanol (90%)
Atom oksigen dari suatu alkohol mem-polarisasi
ikatan CO dan ikatan OH dari alkohol tersebut.
Polarisasi ikatan OH menyebabkan atom hidrogen
bermuatan positif parsial, dan hal ini menjelaskan
mengapa alkohol bersifat asam lemah.
Polarisasi ikatan CO menyebabkan atom karbon
bermuatan positif parsial.

O
C H

Jadi meskipun OH bukan basa kuat dan bukan
gugus pergi yang baik, namun atom karbon dari
alkohol bersifat reaktif terhadap serangan
nukleofilik.
Pasangan elektron pada atom oksigen membuatnya
bersifat basa dan nukleofilik.
Protonasi alkohol mengubah suatu gugus pergi
yang buruk (OH) menjadi gugus pergi yang baik
(H2O). H
C O H + H A C O H + A

Alkohol Asam kuat Alkohol


terprotonasi
Protonasi juga membuat atom karbon lebih
positif (karena H2O+ lebih bersifat penarik
elektron daripada OH), dan oleh karena itu
menjadi lebih reaktif terhadap serangan
nukleofilik. Reaksi SN2 menjadi mungkin.
H H
SN 2
Nu + C O H Nu C + O H

Alkohol
terprotonasi
Karena alkohol adalah nukleofil, maka alkohol
dapat bereaksi dengan alkohol terprotonasi. Ini
menjadi langkah penting dalam sintesis eter.

H H
SN 2
R O + C O H R O C + O H
H H
Eter terprotonasi

Pada suhu yang cukup tinggi dan tanpa


kehadiran suatu nukleofil yang baik, maka alkohol
terprotonasi dapat menjalani reaksi eliminasi E1.
Alkohol sebagai asam
Alkohol memiliki keasaman yang mirip dengan air.
Metanol sedikit lebih asam dibanding air (pKa = 15,7).
Namun hampir semua alkohol adalah asam yang lebih
lemah dari air.
Pada alkohol tanpa halangan ruang, molekul air akan
melingkupi dan mensolvasi oksigen negatif dari ion
alkoksida yang terbentuk jika suatu alkohol
melepaskan sebuah proton.
H H

R O H O H R O + H O H
Ion alkoksida
Alkohol (terstabilkan oleh
solvasi)
Pada alkohol dengan halangan ruang besar, solvasi ion negatif
(alkoksida) terhambat sehingga ion alkoksida kurang terstabilkan
dan menjadi asam yang lebih lemah.
Harga pK a
beberapa asam lemah

ASAM pK a

CH3 OH 15,5
H2 O 15,74
CH3 CH2 OH 15,9
(CH3 )3 COH 18,0
HC CH 25
H2 35
NH3 38
CH3 CH3 50
Alkohol bersifat asam yang lebih kuat dibandingkan
dengan alkuna, dan sangat lebih kuat dibandingkan
dengan hidrogen, amonia dan alkana.
Keasaman relatif :

H2O > ROH > RC CH > H2 > NH3 > RH


Basa konjugat dari alkohol adalah suatu ion alkoksida.
Karena sebagian besar alkohol adalah asam yang
lebih lemah dibanding air, maka ion alkoksida adalah
basa yang lebih kuat dibanding ion hidroksida.
Kebasaan relatif :

R > NH2 > H > RC C > RO > OH


Natrium dan kalium alkoksida sering dipakai sebagai
basa dalam sintesis organik.
Konversi Alkohol menjadi Alkil halida
Alkohol bereaksi dengan bermacam pereaksi
menghasilkan alkil halida.
Pereaksi yang paling sering digunakan adalah
hidrogen halida (HCl, HBr, atau HI), fosfor
tribromida (PBr3), dan tionil klorida (SOCl2).
Semua reaksi di atas merupakan hasil dari
pemutusan ikatan CO dari alkohol.
1 Reaksi alkohol dengan hidrogen halida
Jika alkohol bereaksi dengan suatu hidrogen
halida, maka terjadi suatu reaksi substitusi
menghasilkan suatu alkil halida dan air.
Urutan reaktivitas dari hidrogen halida adalah HI >
HBr > HCl (HF umumnya tidak reaktif).
Urutan reaktivitas alkohol: 3 > 2 > 1 > metil.
Reaksi ini dikatalisis oleh asam.
Alkohol primer dan sekunder dapat dikonversi
menjadi alkil klorida dan alkil bromida melalui
reaksi alkil halida dengan natrium halida dan
asam sulfat.
Langkah 1
CH3 H CH3 H
cepat
H3 C C O H + H O H H3 C C O H + O H
CH3 CH3 H
Langkah 2
CH3 H CH3 H
lambat
H3 C C O H H3 C C + O H
CH3 CH3
Langkah 3
CH3 CH3
cepat
H3 C C + Cl H3 C C Cl
CH3 CH3
b Reaksi alkohol dengan PBr3
Alkohol primer dan sekunder bereaksi dengan
fosfor tribromida menghasilkan alkil bromida.
Tidak seperti reaksi dengan HBr, reaksi dengan
PBr3 tidak melibatkan pembentukan karbokation.
Biasanya berlangsung tanpa penataan-ulang dari
kerangka karbon.
Sering menjadi pereaksi terpilih untuk mengubah
suatu alkohol menjadi alkil bromida yang
bersesuaian.
Reaksi diawali dengan terbentuknya suatu alkil
dibromofosfit terprotonasi.
3R OH + PBr3 3R Br + H3PO3

(10 atau 2 0)

RCH2 OH + Br P Br R CH2O PBr2 + Br


Br H
alkil dibromofosfit
terprotonasi

Br + RCH2 OPBr2 RCH2Br + HOPBr2


H
Gugus pergi yang baik
HOPBr2 dapat bereaksi dengan lebih banyak alkohol
sehingga hasil akhir dari reaksi adalah konversi 3 mol
alkohol menjadi alkil bromida oleh 1 mol fosfor tribromida.
b Reaksi alkohol dengan SOCl2
Tionil klorida mengubah alkohol primer dan
sekunder menjadi alkil klorida (biasanya tanpa
penataan-ulang).
Sering ditambahkan suatu amina tersier ke
dalam reaksi untuk memacu reaksi melalui
reaksinya dengan HCl.
Reaksi diawali dengan terbentuknya suatu
alkil klorosulfit.
Kemudian suatu ion klorida (hasil reaksi R3N
dan HCl) melakukan substitusi SN2 terhadap
suatu gugus pergi yang baik ClSO2.
refluks
R OH + SOCl2 R Cl + SO2 + HCl
(10 atau 20)

R3N + HCl R3NH + ClH

H Cl

RCH2OH + Cl S Cl RCH2 O S RCH2 O S Cl


O Cl O O
alkil klorosulfit + HCl
Dekomposisi ClSO2 menjadi gas SO2 dan ion Cl
mendorong kesempurnaan reaksi.

Cl + RCH2 O S Cl RCH2 Cl + O S Cl RCH2 Cl + SO2 + Cl


O O
Thanks. ^^
PERTANYAN DAN
JAWABAN
Pertanyaan 1
Sifat-Sifat Alkohol ?

Alhohol memiliki titik didih yang lebih tinggi dibandingkan dengan eter
atau hidrokarbon yang sebanding

Molekul-molekul alkohol dapat berikatan satu sama lain melalui ikatan


hidrogen, sementara eter dan hidrokarbon tidak dapat

Makin banyak cabang maka titik didihnya akan semakin menurun

Dalam air, methanol, etanol dan propanol mudah larut, sedangkan mulai
butanol hanya sedikit larut
Mudah terbakar
Bentuk fasa pada suhu ruang :
dengan C 1 s/d 4 berupa gas atau cair
dengan C 5 s/d 9 berupa cairan kental seperti minyak
dengan C 10 atau lebih berupa zat padat
Pertanyaan 2

Kenapa Isobutil kurang Stabil ?

Makin banyak cabang maka titik didihnya akan semakin menurun

Artinya kestabilannya semakin munurun hal ini dikarena kan berkurangnya


kemampuan hidrogen bond .
Pertanyaan 3
Manakah yang lebih tinggi titikn didih air atau alkohol ?

Hal ini tidak pasti karena tidak semua alkohol punya titik didik lebih
tinggi maupun lebih rendah dari pada air (H2O)

Pertanyaan 4
In chemistry, regioselectivity is the preference of one direction of chemical
bond making or breaking over all other possible directions

Anda mungkin juga menyukai