1
Alkohol dan eter
2
STRUKTUR ALKOHOL
CH3
CH3OH CH3CHCH3
CH3 C CH3
Metanol OH
CH3CH2OH 2-Propanol OH
(isopropil alkohol) 2-Metil-2-propanol
Etanol 3
(tert-butil alkohol)
Atom karbon dapat berupa suatu atom karbon dar
i gugus alkenil atau gugus alkunil.
Atau dapat pula berupa suatu atom karbon jenuh
dari suatu cincin benzena.
H C CCH2OH
2-Propunol
(propargil alkohol) 4
• Senyawa yang memiliki suatu gugus hiroksil,
yang terikat langsung pada cincin benzena di
sebut fenol.
OH H3C OH
Fenol p-Metilfenol
Ar OH
Rumus umum suatu fenol
5
• Alkohol dapat dilihat secara struktural:
a . sebagai turunan hidroksi dari alkana.
b . sebagai turunan alkil dari air.
• Etil alkohol = etana dimana satu hidrogen diga
nti dengan gugus hidroksil.
• Etil alkohol = air dimana satu hidrogen diganti
dengan gugus etil.
Gugus etil
CH3CH2 H
CH3CH3
1090 1050 O
O
H H
Gugus hidroksil
Etana Etil alkohol Air 6
• Alkohol dibagi dalam tiga golongan:
a . Alkohol primer (1º)
b . Alkohol sekunder (2º)
c . Alkohol tersier (3º)
• Penggolongan didasarkan pada derajat substit
usi dari atom karbon yang langsung mengikat
gugus hidroksil.
H H
H C C O H CH2OH
H H
Etil alkohol Benzil alkohol
(suatu alkohol 10) (suatu alkohol 10) 7
• Jika karbon tersebut mengikat satu atom
karbon lain, maka disebut karbon primer dan
alkoholnya disebut alkohol primer.
• Jika karbon yg mengikat gugus -OH juga
mengikat dua atom karbon lain, maka disebut
karbon sekunder dan alkoholnya disebut
alkohol sekunder.
• Jika karbon yg mengikat gugus -OH juga
mengikat tiga atom karbon lain, maka disebut
karbon tersier dan alkoholnya disebut alkohol
tersier.
8
H H H
CH2OH
H C C C H
H O H
Geraniol Isopropil alkohol
(alkohol 10 dgn H (suatu alkohol 20)
aroma mawar)
CH3
Mentol
(alkohol 20 dalam
OH minyak peppermint)
CH
H3C CH3 9
H
OH
H C H H3C C CH
H H
H H
H C C C H
H O H H H
O
H
Noretindron
tert-Butil alkohol
(kontrasepsi oral dgn gugus alkohol 30)
(suatu alkohol 30)
10
Struktur Eter
• Eter berbeda dari alkohol, dimana atom oksige
n dari suatu eter terikat pada dua atom karbo
n. Gugus hidrokarbon dapat berupa alkil, alken
il, vinil, atau aril.
• Eter memiliki rumus umum R-O-R atau R-O-R’
dimana R’ adalah gugus alkil yang berbeda da
ri gugus R.
• Eter = air dimana kedua atom hidrogen diganti
dengan gugus alkil.
11
R R’ CH3
O atau O 1100 O
R R
CH3
Rumus umum suatu eter Dimetil eter
H2C CH2
C O C
O O
Gugus fungsional Etilen oksida Tetrahidrofuran
suatu eter (THF)
ETER SIKLIK 12
TATANAMA ALKOHOL
• Dalam Tatanama Substitutif IUPAC, suatu nam
a harus mengandung empat karakter : lokant,
awalan, senyawa induk, dan suatu akhiran.
CH3CH2CHCH2CH2CH2OH
CH3
4-Metil-1-heksanol
14
• Secara umum, penomoran pada rantai karbon
selalu dimulai dari bagian akhir yang lebih deka
t dengan gugus yang mendapat nama sebagai
suatu akhiran.
• Prosedur berikut harus diikuti untuk memberi n
ama alkohol sesuai tatanama substitutif IUPAC:
1 Pilih rantai karbon utuh yang terpanjang diman
a gugus hidroksil terikat langsung. Ganti nama
dari alkana sesuai rantai karbon tersebut denga
n menghapus huruf a terakhir dan tambahkan a
khiran ol.
15
2 Nomori rantai karbon utuh yang terpanjang se
demikian sehingga atom karbon yang mengika
t gugus hidroksil memiliki nomor terkecil. Tand
ai posisi gugus hidroksil dengan menggunaka
n nomor tersebut sebagai lokant. Tandai posisi
gugus-gugus lain (sebagai awalan) dengan m
enggunakan nomor yang sesuai dengan posisi
masing-masing sepanjang rantai karbon seba
gai lokant.
16
3 2 1 1 2 3 4 5 4 3 2 1
1-Propanol OH CH3
2-Butanol 4-Metil-1-pentanol
3 2 1
CH3
ClCH2CH2CH2OH 1 2 3 4 5
CH3CHCH2CCH3
3-Kloro-1-propanol
OH CH3
4,4-Dimetil-2-pentanol
17
• Alkohol sederhana sering dinamai dengan na
ma radikofungsional umum yang juga telah dis
etujui oleh IUPAC.
• Beberapa contoh alkohol sederhana adalah se
bagai berikut ini:
18
CH3 CH3
CH3
H3C C OH CH3CCH2OH
CH3CHCH2OH
CH3 Isobutil alkohol CH3
tert-Butil alkohol Neopentil alkohol
OH OH OH OH OH OH
Etilen glikol Propilen glikol Trimetilen glikol
1,2-Etanadiol 1,2-Propanadiol 1,3-Propanadiol
19
TATANAMA ETER
• Eter sederhana sering dinamai dengan nama r
adikofungsional umum.
• Tuliskan kedua gugus yang terikat pada atom
oksigen (sesuai urutan abjad) dan tambahkan
kata eter.
CH3
21
CH3CHCH2CH2CH3
CH3CH2O CH3
OCH3
2-Metoksipentana 1-Etoksi-4-metilbenzena
O
CH3OCH2CH2OCH3
O
1,2-Dimetoksietana
Tetrahidrofuran O
(oksasiklopentana)
Dioksana
(1,4-dioksasikloheksana)
22
SIFAT FISIK ALKOHOL & ETER
23
• Titik didih butil alkohol (MW = 74) adalah
117,7ºC.
• Molekul-molekul alkohol dapat berikatan satu
sama lain melalui ikatan hidrogen, sementara
eter dan hidrokarbon tidak dapat.
24
• Eter memiliki kelarutan dalam air yang
sebanding dengan alkohol dengan berat
molekul yang sama.
• Sangat berbeda bila dibandingkan dengan
hidrokarbon.
• Dietil eter & 1-butanol memiliki kelarutan yang
sama dalam air, sekitar 8 g per 100 mL pada
suhu kamar.
• Sebaliknya, pentana secara nyata tidak larut
dalam air.
25
• Metanol, etanol, propil alkohol, isopropil
alkohol, dan tert-butil alkohol campur
sempurna dengan air.
• Butil alkohol, isobutil alkohol, dan sec-butil
alkohol memiliki kelarutan antara 8,3 dan 26,0
g per 100 mL.
• Kelarutan alkohol dalam air menurun secara
bertahap sebanding rantai hidrokarbon yang
semakin panjang.
• Alkohol rantai panjang bersifat lebih “mirip
alkana” dan oleh karena itu kurang mirip
dengan air.
26
BEBERAPA JENIS ALKOHOL & ETER SERTA MANFAATNYA
METANOL
• Memiliki rumus struktur CH3OH dan adalah
alkohol yang paling sederhana.
• Dahulu sebagian besar metanol dibuat dari
distilasi destruktif kayu (pemanasan kayu
pada suhu tinggi tanpa udara) = alkohol kayu
(wood alcohol).
• Sekarang dibuat melalui hidrogenasi katalitik
dari karbon monoksida.
27
• Metanol sangat beracun. Konsumsi dalam
jumlah yg sangat kecil sekalipun dapat
menyebabkan kebutaan; dalam jumlah besar
menyebabkan kematian.
• Keracunan metanol dapat pula terjadi melalui
penghirupan uap atau paparan jangka
panjang terhadap kulit.
28
ETANOL
• Merupakan alkohol dari semua minuman
beralkohol.
• Dapat dibuat dari fermentasi gula, dengan
menambahkan ragi ke dalam campuran gula
dan air.
• Ragi mengandung enzim yang memicu suatu
reaksi berseri yang panjang, dan akhirnya
mengubah suatu gula sederhana (C6H12O6)
menjadi etanol dan karbon dioksida.
29
• Etanol sangat murah, tapi jika digunakan
untuk minuman dikenakan pajak yang sangat
tinggi.
• Etanol yang digunakan untuk keperluan sains
(penelitian) dan industri diracuni atau
di”denaturasi” sehingga tidak layak untuk
diminum. Beberapa denaturant dapat
digunakan termasuk metanol.
• Etanol adalah senyawa yang penting dalam
industri.
30
• Sebagian besar etanol untuk keperluan
industri dibuat melalui reaksi hidrasi etena
dengan katalis asam.
• Etanol adalah suatu hipnotik (penidur). Ia
menekan aktivitas otak atas meskipun
memberi efek ilusi sebagai suatu stimulant.
• Etanol juga toksik, tapi kurang toksik
dibanding metanol.
• Penyalahgunaan etanol menjadi problem di
banyak negara.
31
ETILEN GLIKOL
• Etilen glikol (HOCH2CH2OH) memiliki berat
molekul yang rendah dan titik didih yang
tinggi, serta campur dengan air.
• Sifat ini membuat etilen glikol menjadi suatu
antibeku (antifreeze) ideal untuk kendaraan
bermotor.
32
DIETIL ETER
• Berupa suatu cairan dengan titik didih rendah
dan mudah terbakar.
• Sebagian besar eter bereaksi lambat dengan
oksigen melalui suatu reaksi radikal yang
disebut auto-oksidasi membentuk
hidroperoksida dan peroksida (ekplosif).
• Sering digunakan sebagai pelarut ekstraksi.
• Dipakai sebagai suatu anestetik (pembius)
pada pembedahan.
33
Sintesis Alkohol dari Alkena
1 Hidrasi Alkena
• Adisi air pada ikatan rangkap alkena dengan
katalis asam.
• Metode pembuatan alkohol dengan berat
molekul rendah (kegunaan utama pada
proses industri skala besar).
• Katalis asam yg paling sering digunakan:
asam sulfat & asam fosfat.
34
Reaksi bersifat regioselektif.
Adisi air pada alkena mengikuti hukum
Markovnikov.
Reaksi secara umum sebagai berikut:
H+
C C + H OH C C
H OH
OH
2-Metilpropena tert-Butil alkohol 35
• Sesuai hukum Markovnikov: reaksi tidak
menghasilkan alkohol primer, kecuali kasus
khusus pada hidrasi etena.
H3PO4
H2 C CH2 + H OH CH2 CH2 OH
3000C
36
CH2 CH2 H
H
lambat
H
Langkah 1 H3C C + H O H H3 C C +
O H
CH3 CH3
CH3 CH3 H
H cepat
Langkah 2 H3 C C + O H H3 C C O H
CH3 CH3
CH3 H CH3
H H
cepat
Langkah 3 H3C C O H+ O H H3 C C O H + H O H
CH3 CH3
37
• Tahap penentu kecepatan adalah tahap 1:
pembentukan karbokation.
• Dihasilkan tert-butil alkohol karena tahap 1
mengarah pada pembentukan kation tert-butil
yang lebih stabil dibandingkan kation isobutil
yang kurang stabil.
CH2 CH2
H H
sangat
H3 C C + H O H H3C C H + O H
lambat
CH3 CH3
karbokation 1 0
38
• Kerumitan yang terjadi adalah adanya
penataan ulang (rearrangement).
• Karbokation awal yang terbentuk akan
mengalami penataan ulang menjadi suatu
karbokation yang lebih stabil.
• Jika 3,3-dimetil-1-butena dihidrasi akan
dihasilkan 2,3-dimetil-2-butanol sebagai
produk utama.
39
CH3 OH
H2SO4
H3 C C CH CH2 H3 C C CH CH3
H 2O
CH3 CH3 CH3
3,3-Dimetil-1-butena 2,3-Dimetil-2-butanol
(produk utama)
41
O O
THF
C C + H2O + Hg OCCH3 2 C C O + CH3COH
oksimerkurasi
OH Hg OCCH3
C C O + OH + NaBH4 C C + Hg + CH3CO
demerkurasi
OH Hg OCCH3 OH H
OH
2-Pentanol (93%)
CH3 H3 C OH H3 C OH
Hg(OAc)2 HgOAc NaBH4
+ Hg
THF - H2O H OH
(20 s) (6 min)
1-Metilsiklopentanol
1-Metilsiklopentena 44
• Penataan-ulang rangka karbon jarang terjadi
pada oksimerkurasi-demerkurasi.
• Dicontohkan pada reaksi oksimerkurasi-
demerkurasi dari 3,3-dimetil-1-butena yang
menghasilkan 3,3-dimetil-2-butanol sebagai
produk utama.
CH3 CH3
(1) Hg(OAc)2/THF - H2O
H3 C C CH CH2 H3 C C CH CH3
-
(2) NaBH4, OH
CH3 CH3 OH
3,3-Dimetil-1-butena 3,3-Dimetil-2-butanol
(94%)
45
3 Reaksi Hidroborasi - Oksidasi
• Adisi elemen air pada suatu ikatan rangkap
dapat pula dilakukan di laboratorium dengan
menggunakan diboran atau THF : BH3.
• Adisi air adalah bersifat tidak langsung dan
melibatkan dua tahap reaksi.
• Pertama adalah adisi boran pada ikatan
rangkap yang disebut hidroborasi.
• Kedua adalah oksidasi dan hidrolisis senyawa
antara organoboron menghasilkan suatu
alkohol dan asam borat.
46
Lebih tersubstitusi Kurang tersubstitusi
CH3CH CH2
CH3CH CH2 CH3 CHCH2 BH2 (CH3 CH2 CH2 )2 BH
Propena H
CH3CH CH2
+
(Faktor sterik)
H BH2
Tripropilboran (CH3 CH2 CH2 )3 B
H2O2
(CH3 CH2 CH2 )3 B 3 CH3 CH2 CH2 OH + Na3 BO3
NaOH, 250C
Propil alkohol
48
• Oksimerkurasi-demerkurasi dari 1-heksena
menghasilkan 2-heksanol (Markovnikov).
• Hidroborasi-oksidasi dari 1-heksena
menghasilkan 1-heksanol (anti-Markovnikov).
H3O+, H2O
CH3 CH2 CH2 CH2 CH CH2 CH3 CH2 CH2 CH2 CHCH3
OH
1-Heksena
2-Heksanol
(1) THF:BH3
CH3 CH2 CH2 CH2 CH CH2 -
CH3 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 OH
(2) H2O2, OH
49
Reaksi-reaksi Alkohol
• Atom oksigen dari suatu alkohol mem-
polarisasi ikatan C–O dan ikatan O–H dari
alkohol tersebut.
• Polarisasi ikatan O–H menyebabkan atom
hidrogen bermuatan positif parsial, dan hal ini
menjelaskan mengapa alkohol bersifat asam
lemah.
• Polarisasi ikatan C–O menyebabkan atom
karbon bermuatan positif parsial.
O
C H
50
• Jadi meskipun OH¯ bukan basa kuat dan
bukan gugus pergi yang baik, namun atom
karbon dari alkohol bersifat reaktif terhadap
serangan nukleofilik.
• Pasangan elektron pada atom oksigen
membuatnya bersifat basa dan nukleofilik.
• Protonasi alkohol mengubah suatu gugus
pergi yang buruk (OH¯) menjadi gugus pergi
yang baik (H2O).
H
C O H + H A C O H + A
H H
SN 2
Nu + C O H Nu C + O H
Alkohol
terprotonasi
52
• Karena alkohol adalah nukleofil, maka alkohol
dapat bereaksi dengan alkohol terprotonasi. Ini
menjadi langkah penting dalam sintesis eter.
H H
SN 2
R O + C O H R O C + O H
H H
Eter terprotonasi
53
• Alkohol sebagai asam
• Alkohol memiliki keasaman yang mirip dengan air.
• Metanol sedikit lebih asam dibanding air (pKa = 15,7).
Namun hampir semua alkohol adalah asam yang lebih
lemah dari air.
• Pada alkohol tanpa halangan ruang, molekul air akan
melingkupi dan mensolvasi oksigen negatif dari ion
alkoksida yang terbentuk jika suatu alkohol
melepaskan sebuah proton.
H H
R O H O H R O + H O H
Ion alkoksida
Alkohol (terstabilkan oleh
solvasi)
54
• Pada alkohol dengan halangan ruang besar, solvasi ion negatif
(alkoksida) terhambat sehingga ion alkoksida kurang terstabilkan
dan menjadi asam yang lebih lemah.
Harga pK a
beberapa asam lemah
ASAM pK a
CH3 OH 15,5
H2 O 15,74
CH3 CH2 OH 15,9
(CH3 )3 COH 18,0
HC CH 25
H2 35
NH3 38
CH3CH3 50 55
• Alkohol bersifat asam yang lebih kuat dibandingkan
dengan alkuna, dan sangat lebih kuat dibandingkan
dengan hidrogen, amonia dan alkana.
• Keasaman relatif :
57
1 Reaksi alkohol dengan hidrogen halida
• Jika alkohol bereaksi dengan suatu hidrogen
halida, maka terjadi suatu reaksi substitusi
menghasilkan suatu alkil halida dan air.
• Urutan reaktivitas dari hidrogen halida adalah
HI > HBr > HCl (HF umumnya tidak reaktif).
• Urutan reaktivitas alkohol: 3º > 2º > 1º > metil.
• Reaksi ini dikatalisis oleh asam.
• Alkohol primer dan sekunder dapat dikonversi
menjadi alkil klorida dan alkil bromida melalui
reaksi alkil halida dengan natrium halida dan
asam sulfat.
58
Langkah 1
CH3 H CH3 H
cepat
H3 C C O H + H O H H3 C C O H + O H
CH3 CH3 H
Langkah 2
CH3 H CH3 H
lambat
H3 C C O H H3 C C + O H
CH3 CH3
Langkah 3
CH3 CH3
cepat
H3 C C + Cl H3 C C Cl
CH3 CH3
59
2 Reaksi alkohol dengan PBr3
• Alkohol primer dan sekunder bereaksi dengan
fosfor tribromida menghasilkan alkil bromida.
• Tidak seperti reaksi dengan HBr, reaksi
dengan PBr3 tidak melibatkan pembentukan
karbokation.
• Biasanya berlangsung tanpa penataan-ulang
dari kerangka karbon.
• Sering menjadi pereaksi terpilih untuk
mengubah suatu alkohol menjadi alkil bromida
yang bersesuaian.
• Reaksi diawali dengan terbentuknya suatu alkil
dibromofosfit terprotonasi. 60
3R OH + PBr3 3R Br + H3 PO3
(10 atau 2 0)
Br H
alkil dibromofosfit
terprotonasi
H Cl
RCH2OH + Cl S Cl RCH2 O S RCH2 O S Cl
O Cl O O
alkil klorosulfit + HCl
O O
63
Sintesis Eter
1 Dehidrasi alkohol
• Alkohol mengalami dehidrasi membentuk
alkena (lihat Bab Alkena).
• Alkohol primer dapat juga terdehidrasi
membentuk eter.
• Dehidrasi menghasilkan eter berlangsung
pada suhu yang lebih rendah dibanding reaksi
dehidrasi membentuk alkena.
• Dehidrasi menghasilkan eter dibantu dengan
distilasi eter segera setelah terbentuk.
64
• Dietil eter dibuat secara komersial melalui
reaksi dehidrasi etanol.
• Dietil eter adalah produk utama pada suhu
140ºC, sedangkan etana adalah produk utama
pada suhu 180ºC.
• Reaksi ini kurang berguna pada alkohol
sekunder karena alkena mudah terbentuk.
• Pada alkohol tersier sepenuhnya terbentuk
alkena.
• Tidak berguna pada pembuatan eter non-
simetrik dari alkohol primer karena terbentuk
campuran produk.
65
H2SO4
0
CH2 CH2
180 C
Etena
CH3CH2OH
H2SO4
CH3CH2 OCH 2 CH3
140 0C
Dietil eter
ROR
+
ROH + R'OH ROR' + H2 O
H2SO4 +
alkohol 10 66
R'OR'
2 Sintesis Williamson
• Suatu jalur penting pada preparasi eter non-
simetrik adalah suatu reaksi substitusi
nukleofilik yang disebut reaksi Williamson.
• Merupakan reaksi SN2 dari suatu natrium
alkoksida dengan alkil halida, alkil sulfonat,
atau alkil sulfat.
• Hasil terbaik dicapai jika alkil halida, alkil
sulfonat, atau alkil sulfat yang dipakai adalah
primer (atau metil).
• Jika substrat adalah tersier maka eliminasi
sepenuhnya merupakan produk reaksi.
• Pada suhu rendah substitusi lebih unggul
dibanding dengan eliminasi. 67
R O Na + R' L R O R' + Na L
L = Br, I, OSO2R", atau OSO2 OR"
CH3CH 2I
68
3 Tert-butil eter dari alkilasi alkohol
• Alkohol primer dapat diubah menjadi tert-butil
eter dengan melarutkan alkohol tersebut
dalam suatu asam kuat seperti asam sulfat
dan kemudian ditambahkan isobutilena ke
dalam campuran tersebut. (Prosedur ini
meminimalkan dimerisasi dan polimerisasi dari
isobutilena).
CH3
H 2SO4
RCH2 OH + CH2 CCH3 RCH2 O CCH3
CH3 CH3
Alkohol 10 Isobutilena tert-butil eter
69
• Metode ini sering dipakai untuk “proteksi”
gugus hidroksil dari alkohol primer sewaktu
reaksi-reaksi lainnya dilakukan terhadap
bagian lain dari molekul tersebut. Gugus
proteksi tert-butil dapat dihilangkan secara
mudah dengan penambahan larutan asam
encer.
H3O+ / H2O
R O Si(CH3 )3 R OH + (CH3)3SiOH
71
• Pengubahan suatu alkohol menjadi suatu
trimetilsilil eter membuat senyawa tersebut
lebih volatil (mudah menguap). (Mengapa?)
• Kenaikan volatilitas (sifat mudah menguap)
ini menjadikan alkohol (sebagai bentuk
trimetilsilil-nya) lebih memungkinkan untuk
menjalani analisis dengan kromatografi gas-
cair.
72
Reaksi-reaksi Eter
• Dialkil eter bereaksi dengan sedikit pereaksi
diluar asam-asam.
• Eter tahan terhadap serangan nukleofil dan
basa.
• Ketidakkreaktifan dan kemampuan eter men-
solvasi kation (dengan mendonorkan
sepasang elektron dari atom oksigen)
membuat eter berguna sebagai solven dari
banyak reaksi.
73
• Eter mengalami reaksi halogenasi seperti
alkana.
• Oksigen dari ikatan eter memberi sifat basa.
• Eter dapat bereaksi dengan donor proton
membentuk garam oksonium.
CH 3 CH 2 OCH 2 CH 3 + HBr CH 3 CH 2 O CH 2 CH 3 Br
H
Garam oksonium
H
Etanol Etil bromida
75
• Pada tahap selanjutnya, etanol yang baru
terbentuk bereaksi dengan HBr membentuk
satu mol ekivalen etil bromida yang ke dua.
CH3 CH2 Br + O H
76
Epoksida
• Epoksida adalah eter siklik dengan cincin tiga
anggota. Dalam tatanama IUPAC, epoksida
disebut oksirana. Epoksida paling sederhana
memiliki nama umum etilena oksida.
2 3
C C H2 C CH2
1
O O
Suatu IUPAC: Oksirana
epoksida
Umum: Etilena oksida
77
• Metode yang paling umum digunakan untuk
mensintesa epoksida adalah reaksi dari suatu
alkena dengan suatu asam peroksi organik,
yaitu suatu proses yang disebut epoksidasi.
O O
Epoksidasi
RCH CHR + R'C O OH RHC CHR + R'C OH
79
• Asam peroksi yang paling umum digunakan
adalah asam peroksiasetat dan asam
peroksibenzoat. Sebagai contoh,
sikloheksana bereaksi dengan asam
peroksibenzoat menghasilkan 1,2-epoksi-
sikloheksana dalam jumlah yang kuantitatif.
O H O
+ C6 H5 COOH O + C6 H5 COH
CH 2Cl2
H
Asam 1,2-Epoksi-
peroksibenzoat sikloheksana
(100%)
80
• Reaksi antara alkena dengan asam-asam peroksi
berlangsung dengan suatu cara yang stereospesifik.
Sebagai contoh, cis-2-butena hanya menghasilkan cis-
2,3-dimetiloksirana, sedangkan trans-2-butena hanya
menghasilkan trans-2,3-dimetiloksirana.
H3 C H CH3
O 3
C
+ RCOOH H3 C H
C
H3 C
2 O 1
H
H
cis-2-Butena cis-2,3-Dimetiloksirana
(senyawa meso)
H3 C H CH3 CH3
O
C
+ RCOOH H H + H H
C
H CH3 O O
CH3 CH3
81
trans-2-Butena Enantiomer trans-2,3-Dimetiloksirana
Reaksi-reaksi Epoksida
• Cincin tiga anggota dengan tegangan (strain)
yang sangat tinggi dalam molekul epoksida
menyebabkan epoksida lebih reaktif terhadap
substitusi nukleofilik dibandingkan dengan
eter yang lain.
• Katalisis asam membantu pembukaan cincin
epoksida dengan menyediakan suatu gugus
pergi yang lebih baik (suatu alkohol) pada
atom karbon yang mengalami serangan
nukleofilik.
82
• Katalisis ini sangat penting terutama jika
nukleofilnya adalah suatu nukleofil lemah
seperti air atau suatu alkohol:
+ H+ H O H
C C C C HO C C O H
_
H+
O O H
H _
H+
HO C C OH
83
• Pembukaan cincin dengan katalis basa
ROH
RO + C C RO C C O HO C C OH
O Ion
Nukleofil
kuat alkoksida + RO
O O
Metiloksirana
CH3 CH2 OCH 2 CHCH3 + CH3 CH2 O
OH
1-Etoksil-2-propanol
O OCH 3
Alasan: Ikatan pada epoksida terprotonasi adalah
tidak simetris dengan atom karbon yang lebih
tersubstitusi mengemban suatu muatan yang
positif sekali. Oleh karena itu, nukleofil menyerang
atom karbon tersebut meskipun lebih tersubstitusi.
86
Atom karbon ini menyerupai
karbokation 3 0
CH3 CH3
+ H+
CH3 OH + H3 C C CH2 H3 C C CH2 OH
O + OCH3
H H
Epoksida
terprotonasi
O O O O CH3
O CH3
O
CH3
H3 C O O O
O
O CH3 CH3
Nonactin
88
Quiz
Click the Quiz button to edit this object
89
TERIMA KASIH
90