Anda di halaman 1dari 72

ALKOHOL & ETER

1
Struktur Alkohol
 Alkohol adalah senyawa yang molekulnya
memiliki suatu gugus hidroksil, yang terikat
pada suatu atom karbon jenuh.
 Atom karbon jenuh dimaksud dapat berupa
atom karbon dari suatu gugus alkil yang
sederhana.

CH3
CH3OH CH3CHCH3
CH3CCH3
Metanol OH
CH3CH2OH 2-Propanol OH
(isopropil alkohol) 2-Metil-2-propanol
2 Etanol
(tert-butil alkohol)
Atom karbon dapat berupa suatu atom karbon
dari gugus alkenil atau gugus alkunil.
Atau dapat pula berupa suatu atom karbon jenuh
dari suatu cincin benzena.

CH2OH CH2 CHCH2OH

2-Propenol (alil alkohol)


Benzil alkohol
Suatu alkohol alilik
Suatu alkohol benzilik

H C CCH2OH
2-Propunol
3 (propargil alkohol)
 Senyawa yang memiliki suatu gugus hiroksil,
yang terikat langsung pada cincin benzena
disebut fenol.

OH H3C OH

Fenol p-Metilfenol

Ar OH
Rumus umum suatu fenol
4
 Alkohol dapat dilihat secara struktural:
a . sebagai turunan hidroksi dari alkana.
b . sebagai turunan alkil dari air.
 Etil alkohol = etana dimana satu hidrogen
diganti dengan gugus hidroksil.
 Etil alkohol = air dimana satu hidrogen diganti
dengan gugus etil.
Gugus etil
CH3CH2 H
CH3CH3
1090 1050 O
O
H H
Gugus hidroksil
Etana Etil alkohol Air
5
 Alkohol dibagi dalam tiga golongan:
a . Alkohol primer (1º)
b . Alkohol sekunder (2º)
c . Alkohol tersier (3º)
 Penggolongan didasarkan pada derajat
substitusi dari atom karbon yang langsung
mengikat gugus hidroksil.

H H

H C C O H CH2OH

H H
Etil alkohol Benzil alkohol
6 (suatu alkohol 10) (suatu alkohol 10)
 Jika karbon tersebut mengikat satu atom
karbon lain, maka disebut karbon primer dan
alkoholnya disebut alkohol primer.
 Jika karbon yg mengikat gugus -OH juga
mengikat dua atom karbon lain, maka disebut
karbon sekunder dan alkoholnya disebut
alkohol sekunder.
 Jika karbon yg mengikat gugus -OH juga
mengikat tiga atom karbon lain, maka disebut
karbon tersier dan alkoholnya disebut alkohol
tersier.

7
H H H
CH2OH
H C C C H

H O H
Geraniol Isopropil alkohol
(alkohol 10 dgn H (suatu alkohol 20)
aroma mawar)

CH3

Mentol
(alkohol 20 dalam
OH minyak peppermint)
CH
8
H3C CH3
H
OH
H C H H3C C CH
H H
H H
H C C C H

H O H H H
O
H

Noretindron
tert-Butil alkohol
(kontrasepsi oral dgn gugus alkohol 30)
(suatu alkohol 30)

9
Struktur Eter
 Eter berbeda dari alkohol, dimana atom
oksigen dari suatu eter terikat pada dua atom
karbon. Gugus hidrokarbon dapat berupa alkil,
alkenil, vinil, atau aril.
 Eter memiliki rumus umum R-O-R atau R-O-R’
dimana R’ adalah gugus alkil yang berbeda
dari gugus R.
 Eter = air dimana kedua atom hidrogen diganti
dengan gugus alkil.

10
R R’ CH3

O atau O 1100 O
R R
CH3
Rumus umum suatu eter Dimetil eter

H2C CH2
C O C
O
O
Gugus fungsional Etilen oksida Tetrahidrofuran
suatu eter (THF)
11 ETER SIKLIK
Tatanama Alkohol
 Dalam Tatanama Substitutif IUPAC, suatu
nama harus mengandung empat karakter :
lokant, awalan, senyawa induk, dan suatu
akhiran.

CH3CH2CHCH2CH2CH2OH

CH3

4-Metil-1-heksanol

12
lokant awalan lokant induk akhiran
 Lokant 4 menunjukkan bahwa substituen
gugus metil, yang merupakan awalan, terikat
pada senyawa induk di posisi C-4.
 Senyawa induk mengandung enam atom
karbon dan tidak ada ikatan rangkap, jadi
induknya adalah heksana.
 Dan karena merupakan suatu alkohol, maka
memiliki akhiran -ol.
 Lokant 1 menunjukkan bahwa C-1 mengikat
gugus hidroksil.

13
 Secara umum, penomoran pada rantai karbon
selalu dimulai dari bagian akhir yang lebih dekat
dengan gugus yang mendapat nama sebagai
suatu akhiran.
 Prosedur berikut harus diikuti untuk memberi
nama alkohol sesuai tatanama substitutif
IUPAC:
1 Pilih rantai karbon utuh yang terpanjang dimana
gugus hidroksil terikat langsung. Ganti nama
dari alkana sesuai rantai karbon tersebut
dengan menghapus huruf a terakhir dan
tambahkan akhiran ol.
14
2 Nomori rantai karbon utuh yang terpanjang
sedemikian sehingga atom karbon yang
mengikat gugus hidroksil memiliki nomor
terkecil. Tandai posisi gugus hidroksil dengan
menggunakan nomor tersebut sebagai lokant.
Tandai posisi gugus-gugus lain (sebagai
awalan) dengan menggunakan nomor yang
sesuai dengan posisi masing-masing
sepanjang rantai karbon sebagai lokant.

15
3 2 1 1 2 3 4 5 4 3 2 1

CH3CH2CH2OH CH3CHCH2CH3 CH3CHCH2CH2CH2OH

1-Propanol OH CH3
2-Butanol 4-Metil-1-pentanol

3 2 1
CH3
ClCH2CH2CH2OH 1 2 3 4 5
CH3CHCH2CCH3
3-Kloro-1-propanol

OH CH3
4,4-Dimetil-2-pentanol

16
 Alkohol sederhana sering dinamai dengan
nama radikofungsional umum yang juga telah
disetujui oleh IUPAC.
 Beberapa contoh alkohol sederhana adalah
sebagai berikut ini:

CH3CH2CH2OH CH3CH2CH2CH2OH CH3CH2CHCH3

Propil alkohol Butil alkohol OH


sec-Butil alkohol

17
CH3 CH3
CH3
H3C C OH CH3CCH2OH
CH3CHCH2OH
CH3 Isobutil alkohol CH3
tert-Butil alkohol Neopentil alkohol

 Alkohol yang mengandung dua gugus


hidroksil umumnya diberi nama glikol.
 Dalam sistem substitutif IUPAC alkohol
tersebut dinamai sebagai diol.

CH2 CH2 CH3CH CH2 CH2CH2CH2

OH OH OH OH OH OH
Etilen glikol Propilen glikol Trimetilen glikol
18 1,2-Etanadiol 1,2-Propanadiol 1,3-Propanadiol
Tatanama Eter
 Eter sederhana sering dinamai dengan nama
radikofungsional umum.
 Tuliskan kedua gugus yang terikat pada atom
oksigen (sesuai urutan abjad) dan tambahkan
kata eter.
CH3

CH3OCH2CH3 CH3CH2OCH2CH3 C6H5OC CH3

Etil metil eter Dietil eter CH3

19
tert-Butil fenil eter
 Nama substitutif IUPAC harus dipakai untuk
menamai eter yang rumit dan senyawa
dengan lebih dari satu ikatan eter.
 Dalam sistem IUPAC, eter dinamai sebagai
alkoksialkana, alkoksialkena, dan alkoksiarena.
 Gugus RO- merupakan suatu gugus alkoksi.
 Dua eter siklik yang sering dipakai sebagai
solven memiliki nama umum tetrahidrofuran
(THF) dan 1,4-dioksana.

20
CH3CHCH2CH2CH3
CH3CH2O CH3
OCH3

2-Metoksipentana 1-Etoksi-4-metilbenzena

O
CH3OCH2CH2OCH3
O
1,2-Dimetoksietana
Tetrahidrofuran O
(oksasiklopentana)
Dioksana
(1,4-dioksasikloheksana)
21
Sifat Fisik Alkohol & Eter
 Eter memiliki titik didih yang sebanding
dengan hidrokarbon dengan berat molekul
yang sama.
 Titik didih dietil eter (MW = 74) adalah 34,6ºC,
dan pentana (MW = 72) adalah 36ºC.
 Alhohol memiliki titik didih yang lebih tinggi
dibandingkan dengan eter atau hidrokarbon
yang sebanding.

22
 Titik didih butil alkohol (MW = 74) adalah
117,7ºC.
 Molekul-molekul alkohol dapat berikatan satu
sama lain melalui ikatan hidrogen, sementara
eter dan hidrokarbon tidak dapat.
 Meskipun demikian, eter juga dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-
senyawa seperti air.

23
 Eter memiliki kelarutan dalam air yang
sebanding dengan alkohol dengan berat
molekul yang sama.
 Sangat berbeda bila dibandingkan dengan
hidrokarbon.
 Dietil eter & 1-butanol memiliki kelarutan yang
sama dalam air, sekitar 8 g per 100 mL pada
suhu kamar.
 Sebaliknya, pentana secara nyata tidak larut
dalam air.

24
 Metanol, etanol, propil alkohol, isopropil
alkohol, dan tert-butil alkohol campur
sempurna dengan air.
 Butil alkohol, isobutil alkohol, dan sec-butil
alkohol memiliki kelarutan antara 8,3 dan 26,0
g per 100 mL.
 Kelarutan alkohol dalam air menurun secara
bertahap sebanding rantai hidrokarbon yang
semakin panjang.
 Alkohol rantai panjang bersifat lebih “mirip
alkana” dan oleh karena itu kurang mirip
dengan air.

25
Alkohol & Eter Penting
1 Metanol
 Memiliki rumus struktur CH3OH dan adalah
alkohol yang paling sederhana.
 Dahulu sebagian besar metanol dibuat dari
distilasi destruktif kayu (pemanasan kayu pada
suhu tinggi tanpa udara) = alkohol kayu (wood
alcohol).
 Sekarang dibuat melalui hidrogenasi katalitik
dari karbon monoksida.

26
 Metanol sangat beracun. Konsumsi dalam
jumlah yg sangat kecil sekalipun dapat
menyebabkan kebutaan; dalam jumlah besar
menyebabkan kematian.
 Keracunan metanol dapat pula terjadi melalui
penghirupan uap atau paparan jangka
panjang terhadap kulit.

27
2 Etanol
 Merupakan alkohol dari semua minuman
beralkohol.
 Dapat dibuat dari fermentasi gula, dengan
menambahkan ragi ke dalam campuran gula
dan air.
 Ragi mengandung enzim yang memicu suatu
reaksi berseri yang panjang, dan akhirnya
mengubah suatu gula sederhana (C6H12O6)
menjadi etanol dan karbon dioksida.

28
 Etanol sangat murah, tapi jika digunakan
untuk minuman dikenakan pajak yang sangat
tinggi.
 Etanol yang digunakan untuk keperluan sains
(penelitian) dan industri diracuni atau
di”denaturasi” sehingga tidak layak untuk
diminum. Beberapa denaturant dapat
digunakan termasuk metanol.
 Etanol adalah senyawa yang penting dalam
industri.

29
 Sebagian besar etanol untuk keperluan industri
dibuat melalui reaksi hidrasi etena dengan
katalis asam.
 Etanol adalah suatu hipnotik (penidur). Ia
menekan aktivitas otak atas meskipun
memberi efek ilusi sebagai suatu stimulant.
 Etanol juga toksik, tapi kurang toksik dibanding
metanol.
 Pada tikus (rat), dosis letal adalah 13,7 g per
kg berat badan.
 Penyalahgunaan etanol menjadi problem di
banyak negara.
30
3 Etilen glikol
 Etilen glikol (HOCH2CH2OH) memiliki berat
molekul yang rendah dan titik didih yang tinggi,
serta campur dengan air.
 Sifat ini membuat etilen glikol menjadi suatu
antibeku (antifreeze) ideal untuk kendaraan
bermotor.

31
4 Dietil eter
 Berupa suatu cairan dengan titik didih rendah
dan mudah terbakar.
 Sebagian besar eter bereaksi lambat dengan
oksigen melalui suatu reaksi radikal yang
disebut auto-oksidasi membentuk
hidroperoksida dan peroksida (ekplosif).
 Sering digunakan sebagai pelarut ekstraksi.
 Dipakai sebagai suatu anestetik (pembius)
pada pembedahan.

32
Sintesis Alkohol dari Alkena
1 Hidrasi Alkena
 Adisi air pada ikatan rangkap alkena dengan
katalis asam.
 Metode pembuatan alkohol dengan berat
molekul rendah (kegunaan utama pada
proses industri skala besar).
 Katalis asam yg paling sering digunakan:
asam sulfat & asam fosfat.

33
Reaksi bersifat regioselektif.
Adisi air pada alkena mengikuti hukum
Markovnikov.
Reaksi secara umum sebagai berikut:

H+
C C + H OH C C
H OH

 Sebagai contoh adalah hidrasi 2-metilpropena

CH3 CH3
+
H
H3C C CH2 + H OH H3 C C CH2 H
25 0C

OH
34 2-Metilpropena tert-Butil alkohol
 Sesuai hukum Markovnikov: reaksi tidak
menghasilkan alkohol primer, kecuali kasus
khusus pada hidrasi etena.

H3PO4
H2C CH2 + H OH 0
CH2CH2OH
300 C

Mekanisme hidrasi alkena secara sederhana


merupakan kebalikan dari reaksi dehidrasi
alkohol.

35
CH2 CH2 H
H
lambat
H
Langkah 1 H3 C C + H O H H3C C +
O H
CH3 CH3

CH3 CH3 H
H cepat
Langkah 2 H3 C C + O H H3C C O H

CH3 CH3

CH3 H CH3
H H
cepat
Langkah 3 H3C C O H+ O H H3 C C O H + H O H

CH3 CH3

36
 Tahap penentu kecepatan adalah tahap 1:
pembentukan karbokation.
 Dihasilkan tert-butil alkohol karena tahap 1
mengarah pada pembentukan kation tert-butil
yang lebih stabil dibandingkan kation isobutil
yang kurang stabil.

CH2 CH2
H H
sangat
H3C C + H O H H3C C H + O H
lambat
CH3 CH3
karbokation 10

37
 Kerumitan yang terjadi adalah adanya
penataan ulang (rearrangement).
 Karbokation awal yang terbentuk akan
mengalami penataan ulang menjadi suatu
karbokation yang lebih stabil.
 Jika 3,3-dimetil-1-butena dihidrasi akan
dihasilkan 2,3-dimetil-2-butanol sebagai
produk utama.

38
CH3 OH
H2SO4
H3C C CH CH2 H3 C C CH CH3
H2O
CH3 CH3 CH3

3,3-Dimetil-1-butena 2,3-Dimetil-2-butanol
(produk utama)

 Adanya penataan ulang karbokation


membatasi penggunaan hidrasi alkena sebagai
suatu metode laboratoris untuk pembuatan
alkohol.
39
2 Reaksi Oksimerkurasi-Demerkurasi
 Reaksi dua tahap yang sangat berguna untuk
mensintesis alkohol dari alkena.
 Alkena bereaksi dgn Hg(OAc)2 dalam
campuran THF dan air menghasilkan senyawa
merkuri(hidroksialkil).
 Senyawa merkuri(hidroksialkil) dapat direduksi
oleh natrium borohidrida menjadi alkohol.
 Persentase hasil reaksi keseluruhan 90%
dengan regioselektifitas yang tinggi.

40
O O
THF
C C + H2O + Hg OCCH3 2 C C O + CH3COH
oksimerkurasi

OH Hg OCCH3

C C O + OH + NaBH4 C C + Hg + CH3CO
demerkurasi
OH Hg OCCH3 OH H

 Pada tahap 1, oksimerkurasi: air dan merkuri


asetat mengadisi ikatan rangkap.
 Pada tahap 2, demerkurasi: natrium
borohidrida mereduksi gugus asetoksimerkuri
dan menggantinya dengan hidrogen.
41
 Kedua langkah tersebut dapat dilakukan
dalam bejana yang sama.
 Kedua reaksi berlangsung sangat cepat pada
suhu ruangan atau dibawahnya.
 Tahap 1: biasanya mencapai kesempurnaan
dalam kurun waktu 20 detik – 10 menit.
 Tahap 2: secara normal membutuhkan waktu
kurang dari 1 jam.
 Orientasi adisi H2O di atas mengikuti aturan
Markovnikov: atom H dari H2O terikat pada
atom karbon ikatan rangkap yang mengikat
atom H lebih banyak.
42
Hg(OAc)2 NaBH4
CH3(CH2 )2CH CH2 CH3 (CH2)2 CH CH2
THF - H2O OH
(15 s) OH HgOAc (1h)
1-Pentena

CH3 (CH2)2CHCH3 + Hg

OH
2-Pentanol (93%)

CH3 H3C OH H3C OH


Hg(OAc)2 HgOAc NaBH4
+ Hg
THF - H2O H OH
(20 s) (6 min)

1-Metilsiklopentanol
1-Metilsiklopentena
43
 Penataan-ulang rangka karbon jarang terjadi
pada oksimerkurasi-demerkurasi.
 Dicontohkan pada reaksi oksimerkurasi-
demerkurasi dari 3,3-dimetil-1-butena yang
menghasilkan 3,3-dimetil-2-butanol sebagai
produk utama.

CH3 CH3
(1) Hg(OAc)2/THF - H2O
H3C C CH CH2 H3C C CH CH3
-
(2) NaBH4, OH
CH3 CH3 OH

3,3-Dimetil-1-butena 3,3-Dimetil-2-butanol
(94%)
44
3 Reaksi Hidroborasi - Oksidasi
 Adisi elemen air pada suatu ikatan rangkap
dapat pula dilakukan di laboratorium dengan
menggunakan diboran atau THF : BH3.
 Adisi air adalah bersifat tidak langsung dan
melibatkan dua tahap reaksi.
 Pertama adalah adisi boran pada ikatan
rangkap yang disebut hidroborasi.
 Kedua adalah oksidasi dan hidrolisis senyawa
antara organoboron menghasilkan suatu
alkohol dan asam borat.

45
Lebih tersubstitusi Kurang tersubstitusi

CH3CH CH2
CH3 CH CH2 CH3 CHCH2 BH2 (CH3CH2 CH2 )2 BH

Propena H
CH3CH CH2
+
(Faktor sterik)
H BH2
Tripropilboran (CH3CH2 CH2 )3 B

 Atom boron terikat pada atom karbon ikatan


rangkap yang kurang tersubstitusi, dan satu
atom hidrogen berpindah dari atom boron ke
atom karbon lain dari ikatan rangkap.
 Hidroborasi bersifat regioselektif dan mengikuti
aturan anti Markovnikov.
46
 Alkilboran yang dihasilkan pada tahap
hidroborasi biasanya tidak diisolasi.
 Dalam bejana yang sama, alkilboran
dioksidasi dan dihidrolisis menghasilkan
alkohol dengan penambahan hidrogen
peroksida dalam suatu larutan basa.

H2O2
(CH3CH2CH2)3B 3 CH3CH2CH2OH + Na3BO3
NaOH, 250C
Propil alkohol

47
 Oksimerkurasi-demerkurasi dari 1-heksena
menghasilkan 2-heksanol (Markovnikov).
 Hidroborasi-oksidasi dari 1-heksena
menghasilkan 1-heksanol (anti-Markovnikov).

H3O+, H2O
CH3 CH2 CH2 CH2 CH CH2 CH3 CH2 CH2 CH2 CHCH3

OH
1-Heksena
2-Heksanol

(1) THF:BH3
CH3 CH2 CH2 CH2 CH CH2 -
CH3 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 OH
(2) H2O2, OH

1-Heksena 1-Heksanol (90%)

48
Reaksi-reaksi Alkohol
 Atom oksigen dari suatu alkohol mem-
polarisasi ikatan C–O dan ikatan O–H dari
alkohol tersebut.
 Polarisasi ikatan O–H menyebabkan atom
hidrogen bermuatan positif parsial, dan hal ini
menjelaskan mengapa alkohol bersifat asam
lemah.
 Polarisasi ikatan C–O menyebabkan atom
karbon bermuatan positif parsial.

O
C H

49
 
 Jadi meskipun OH¯ bukan basa kuat dan
bukan gugus pergi yang baik, namun atom
karbon dari alkohol bersifat reaktif terhadap
serangan nukleofilik.
 Pasangan elektron pada atom oksigen
membuatnya bersifat basa dan nukleofilik.
 Protonasi alkohol mengubah suatu gugus pergi
yang buruk (OH¯) menjadi gugus pergi yang
baik (H2O).
H
C O H + H A C O H + A

Alkohol Asam kuat Alkohol


50 terprotonasi
 Protonasi juga membuat atom karbon lebih
positif (karena –H2O+ lebih bersifat penarik
elektron daripada –OH¯), dan oleh karena itu
menjadi lebih reaktif terhadap serangan
nukleofilik. Reaksi SN2 menjadi mungkin.

H H
SN 2
Nu + C O H Nu C + O H
Alkohol
terprotonasi

51
 Karena alkohol adalah nukleofil, maka alkohol
dapat bereaksi dengan alkohol terprotonasi. Ini
menjadi langkah penting dalam sintesis eter.

H H
SN 2
R O + C O H R O C + O H
H H
Eter terprotonasi

Pada suhu yang cukup tinggi dan tanpa


kehadiran suatu nukleofil yang baik, maka alkohol
terprotonasi dapat menjalani reaksi eliminasi E1.

52
 Alkohol sebagai asam
 Alkohol memiliki keasaman yang mirip dengan air.
 Metanol sedikit lebih asam dibanding air (pKa = 15,7).
Namun hampir semua alkohol adalah asam yang lebih
lemah dari air.
 Pada alkohol tanpa halangan ruang, molekul air akan
melingkupi dan mensolvasi oksigen negatif dari ion
alkoksida yang terbentuk jika suatu alkohol
melepaskan sebuah proton.

H H

R O H O H R O + H O H
Ion alkoksida
Alkohol (terstabilkan oleh
solvasi)
53
* Konversi Alkohol menjadi Alkil halida
 Alkohol bereaksi dengan bermacam pereaksi
menghasilkan alkil halida.
 Pereaksi yang paling sering digunakan adalah
hidrogen halida (HCl, HBr, atau HI), fosfor
tribromida (PBr3), dan tionil klorida (SOCl2).
 Semua reaksi di atas merupakan hasil dari
pemutusan ikatan C–O dari alkohol.

54
1 Reaksi alkohol dengan hidrogen halida
 Jika alkohol bereaksi dengan suatu hidrogen
halida, maka terjadi suatu reaksi substitusi
menghasilkan suatu alkil halida dan air.
 Urutan reaktivitas dari hidrogen halida adalah
HI > HBr > HCl (HF umumnya tidak reaktif).
 Urutan reaktivitas alkohol: 3º > 2º > 1º > metil.
 Reaksi ini dikatalisis oleh asam.
 Alkohol primer dan sekunder dapat dikonversi
menjadi alkil klorida dan alkil bromida melalui
reaksi alkil halida dengan natrium halida dan
asam sulfat.

55
Langkah 1
CH3 H CH3 H
cepat
H3 C C O H + H O H H3 C C O H + O H
CH3 CH3 H
Langkah 2
CH3 H CH3 H
lambat
H3 C C O H H3 C C + O H
CH3 CH3
Langkah 3
CH3 CH3
cepat
H3 C C + Cl H3 C C Cl
CH3 CH3

56
2 Reaksi alkohol dengan PBr3
 Alkohol primer dan sekunder bereaksi dengan
fosfor tribromida menghasilkan alkil bromida.
 Tidak seperti reaksi dengan HBr, reaksi dengan
PBr3 tidak melibatkan pembentukan
karbokation.
 Biasanya berlangsung tanpa penataan-ulang
dari kerangka karbon.
 Sering menjadi pereaksi terpilih untuk
mengubah suatu alkohol menjadi alkil bromida
yang bersesuaian.
 Reaksi diawali dengan terbentuknya suatu alkil
dibromofosfit terprotonasi.
57
3R OH + PBr3 3R Br + H3PO3
(10 atau 20)

RCH2OH + Br P Br R CH2O PBr2 + Br


Br H
alkil dibromofosfit
terprotonasi

Br + RCH2 OPBr2 RCH2Br + HOPBr2


H
Gugus pergi yang baik
 HOPBr2 dapat bereaksi dengan lebih banyak alkohol
sehingga hasil akhir dari reaksi adalah konversi 3 mol
alkohol menjadi alkil bromida oleh 1 mol fosfor
58 tribromida.
3 Reaksi alkohol dengan SOCl2
 Tionil klorida mengubah alkohol primer dan
sekunder menjadi alkil klorida (biasanya tanpa
penataan-ulang).
 Sering ditambahkan suatu amina tersier ke
dalam reaksi untuk memacu reaksi melalui
reaksinya dengan HCl.
 Reaksi diawali dengan terbentuknya suatu
alkil klorosulfit.
 Kemudian suatu ion klorida (hasil reaksi R3N
dan HCl) melakukan substitusi SN2 terhadap
suatu gugus pergi yang baik ClSO2¯.

59
 Dekomposisi ClSO2¯ menjadi gas SO2 dan ion Cl¯
mendorong kesempurnaan reaksi.

60
Sintesis Eter
1 Dehidrasi alkohol
 Alkohol mengalami dehidrasi membentuk
alkena.
 Alkohol primer dapat juga terdehidrasi
membentuk eter.
 Dehidrasi menghasilkan eter berlangsung
pada suhu yang lebih rendah dibanding reaksi
dehidrasi membentuk alkena.
 Dehidrasi menghasilkan eter dibantu dengan
distilasi eter segera setelah terbentuk.
61
 Dietil eter dibuat secara komersial melalui
reaksi dehidrasi etanol.
 Dietil eter adalah produk utama pada suhu
140ºC, sedangkan etana adalah produk utama
pada suhu 180ºC.
 Reaksi ini kurang berguna pada alkohol
sekunder karena alkena mudah terbentuk.
 Pada alkohol tersier sepenuhnya terbentuk
alkena.
 Tidak berguna pada pembuatan eter non-
simetrik dari alkohol primer karena terbentuk
campuran produk.
62
H2SO4
CH2 CH2
180 0C
Etena
CH3CH2OH
H2SO4
CH3CH2OCH 2CH3
140 0C
Dietil eter

CH3 CH2 OH + H OSO3 H CH3 CH2 OH2 + OSO3 H

CH3 CH2 OH + CH3 CH2 OH2 CH3 CH2 O CH2 CH3 + H2 O


H

CH3 CH2 OCH 2 CH3 + H3 O

ROR
+
ROH + R'OH ROR' + H2 O
H2SO4 +
63 alkohol 10 R'OR'
2 Sintesis Williamson
 Suatu jalur penting pada preparasi eter non-
simetrik adalah suatu reaksi substitusi
nukleofilik yang disebut reaksi Williamson.
 Merupakan reaksi SN2 dari suatu natrium
alkoksida dengan alkil halida, alkil sulfonat,
atau alkil sulfat.
 Hasil terbaik dicapai jika alkil halida, alkil
sulfonat, atau alkil sulfat yang dipakai adalah
primer (atau metil).
 Jika substrat adalah tersier maka eliminasi
sepenuhnya merupakan produk reaksi.
 Pada suhu rendah substitusi lebih unggul
dibanding dengan eliminasi.
64
R O Na + R' L R O R' + Na L

L = Br, I, OSO2 R", atau OSO2 OR"

CH3 CH2 CH2 OH + Na CH3 CH2 CH2 O Na + 1/2 H2


Propil alkohol Natrium propoksida

CH3CH2I

CH3 CH2 OCH 2 CH2 CH3 + Na I


Etil propil eter
(70%)

65
3 Tert-butil eter dari alkilasi alkohol
 Alkohol primer dapat diubah menjadi tert-butil
eter dengan melarutkan alkohol tersebut dalam
suatu asam kuat seperti asam sulfat dan
kemudian ditambahkan isobutilena ke dalam
campuran tersebut. (Prosedur ini
meminimalkan dimerisasi dan polimerisasi dari
isobutilena).
CH3
H 2SO4
RCH2 OH + CH2 CCH3 RCH2 O CCH3

CH3 CH3
Alkohol 10 Isobutilena tert-butil eter
66
 Metode ini sering dipakai untuk “proteksi”
gugus hidroksil dari alkohol primer sewaktu
reaksi-reaksi lainnya dilakukan terhadap
bagian lain dari molekul tersebut. Gugus
proteksi tert-butil dapat dihilangkan secara
mudah dengan penambahan larutan asam
encer.

4 Trimetilsilil eter (Sililasi)


 Suatu gugus hidroksil juga diproteksi dalam
larutan netral atau basa dengan mengubahnya
menjadi suatu gugus trimetilsilil eter, –
OSi(CH3)3.
67
 Reaksi ini, yang disebut sililasi, dilakukan
dengan membiarkan alkohol tersebut bereaksi
dengan klorotrimetilsilana dengan kehadiran
suatu amina tersier.
(CH3CH2) 3N
R OH + (CH3 ) 3 SiCl R O Si(CH3 ) 3
Klorometilsilana

Gugus proteksi ini dapat dihilangkan dengan


suatu larutan asam.

H3O+ / H2O
R O Si(CH3)3 R OH + (CH3)3SiOH

68
Reaksi-reaksi Eter
 Dialkil eter bereaksi dengan sedikit pereaksi
diluar asam-asam.
 Eter tahan terhadap serangan nukleofil dan
basa.
 Ketidakkreaktifan dan kemampuan eter men-
solvasi kation (dengan mendonorkan
sepasang elektron dari atom oksigen)
membuat eter berguna sebagai solven dari
banyak reaksi.

69
 Eter mengalami reaksi halogenasi seperti
alkana.
 Oksigen dari ikatan eter memberi sifat basa.
 Eter dapat bereaksi dengan donor proton
membentuk garam oksonium.

Pemanasan dialkil eter dengan asam-asam


sangat kuat (HI, HBr, H2SO4) menyebabkan
eter mengalami reaksi dimana ikatan ikatan
karbon – oksigen pecah.
70
 Mekanisme reaksi ini dimulai dari pembentukan
suatu ion oksonium. Kemudian suatu reaksi SN2
dengan ion bromida yang bertindak sebagai
nukleofil akan menghasilkan etanol dan etil
bromida.

71
 Pada tahap selanjutnya, etanol yang baru
terbentuk bereaksi dengan HBr membentuk
satu mol ekivalen etil bromida yang ke dua.

72

Anda mungkin juga menyukai