Semester 4
Pada metode analisis kuantitatif sendiri, terdapat keuntungan dan kelemahan antara
metode konvensional dan instrumental sebagai berikut:
Tabel 2 Perbedaan analisis konvensional dan instrumental
Konvensional Instrumental
Peralatan Relatif lebih mudah Terbatas
dijumpai
Biaya yang dibutuhkan Murah Mahal
Kebutuhan sampel Relatif besar Dapat dilakukan dengan jumlah
sampel yang terbatas
Waktu analisis Relatif lama Cepat
Sensitivitas Rendah Tinggi
Impurities Sedang/besar Kecil
2. Perluasan metode yang telah ada untuk sampel yang baru, dan
3. Pengembangan metode baru untuk pengukuran fenomena-fenomena kimia.
Contoh penggunaan kimia analitik adalah pengukuran kadar Ni2+ di dalam bijih besi.
Kendala di dalam proses pengukuran ini adalah kadar Ni2+ relatif kecil dan adanya
logam lainnya di dalam sampel yang berpotensi menjadi pengganggu selama proses
pengukuran. Skema analisis kadar Ni2+ di dalam sampel yang dilakukan sebelum abad
ke-19 digambarkan pada Gambar 1. Pada gambar tersebut tampak bahwa untuk
mengukur kadar Ni2+ di dalam sampel diperlukan waktu pengukuran yang lama (± 58
jam) dan melewati banyak sekali tahapan serta menggunakan banyak bahan kimia.
Kemudian pada awal abad ke-19, ditemukan suatu reagent kimia yaitu
dimethylgloxime (DMG). Reagent ini bersifat selektif membentuk padatan terhadap
Ni2+ dan Pd2+. Dengan adanya temuan ini, hal ini mendorong perbaikan di dalam
proses analisis kadar Ni2+ di dalam bijih besi. Tahapan analisis kadar Ni2+ di dalam
bijih besi bergeser sebagaimana digambarkan pada Gambar 2. Pada gambar ini
tampak bahwa waktu yang dibutuhkan untuk proses analisa lebih singkat dan
menggunakan bahan kimia yang lebih sedikit. Namun, saat ini seiring dengan
perkembangan dan perbaikan metodologi di dalam proses pengukuran, kadar Ni2+
dapat diukur menggunakan teknik AAS (Atomic Absorption Spectroscopy). Proses
pengukuran menggunakan teknik ini lebih cepat dan akurat.
Singkatnya, kimia analitik berperan di dalam menganalisis suatu senyawa/zat baik
secara kualitatif dan kuantitatif. Berbagai metode pengukuran dikembangkan agar
pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan sampel yang lebih kecil, pada
sampel yang lebih kompleks, lebih akurat, dan lebih cepat. Hingga saat ini, kimia
analitik telah banyak digunakan pada berbagai penelitian di luar dan berseberangan
dengan bidang kimia itu sendiri, seperti bidang kedokteran, kimia klinik, kimia
kehutanan, kimia lingkungan dan sebagainya.
Analytical Approach
Analytical approach merupakan pendekatan yang digunakan di dalam menyelesaikan
permasalahan, menggunakan dasar-dasar teknik analisis, penggunaannya, dan
keterbatasannya. Pendekatan yang sering digunakan para analisis kimia dalam
memecahkan masalah melewati tahapan-tahapan berikut:
1. Mendefinisikan masalah dan mendesain metode analisis
2. Pengambilan dan penyimpanan sampel
3. Preparasi sampel
4. Melakukan pengukuran
5. Menilai data
6. Validasi metode
7. Dokumentasi
See: Christian, G. D. Analytical Chemistry, 6th edition. John Wiley & Sons, Inc.:
Hoboken, NJ, 2004.
Mendefinisikan Masalah
Tahapan ini bertujuan mencari tahu informasi yang dibutuhkan tentang
sampel/material/proses yang sedang diuji, tingkat keakuratan dan presisi informasi
analisis yang diinginkan, seberapa banyak material/sampel yang tersedia untuk diuji,
dan apakah sampel harus dianalisis tanpa proses penghancuran (destroying) sampel.
Apakah sampel organik atau anorganik? Apakah berupa sampel murni atau
campuran? Dan berbagai informasi lainnya. Dari berbagai informasi yang dibutuhkan
di atas, maka akan mengarahkan analis ke pemilihan metode analisis.
Selain itu, terdapat juga kondisi di mana beberapa jawaban yang dibutuhkan
merupakan bagian dari masalah. Misalnya, jika sampel merupakan unkown material,
analis harus mencari tahu apakah sampel merupakan sampel organik atau anorganik,
murni atau campuran, merupakan bagian dari penyelesaian masalah.
Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif merupakan cabang dari kimia analitik yang berfokus pada
komponen yang terkandung di dalam sampel. Beberapa metode analisis kualitatif
bersifat non-desktruktif, yang menyediakan informasi tentang apa yang terkandung
di dalam sampel tanpa menghancurkan sampel. Cara ini merupakan cara yang terbaik
untuk memulai proses analisis, karena sampel dapat digunakan kembali untuk proses
selanjutnya apabila dibutuhkan. Guna menganalisis kandungan yang terdapat di
dalam sampel tanpa menghancurkan sampel, metode qualitative elemental analysis
(tujuan metode analisis ini untuk menentukan apa yang terkandung di dalam suatu
sampel) yang digunakan seperti XRF (X-ray fluorescence). Metode identifikasi non-
desktruktif pada sampel senyawa molekul menggunakan NMR (nuclear magnetic
resonance) atau IR (infrared). Spekstroskopi IR dapat menyediakan informasi berupa
gugus fungsi organik yang ada di dalam sampel. Misalnya gugus fungsi alkohol, keton,
dsb. Dan juga untuk sampel murni, misalnya asam asetil salisilat, dalam identifikasi
menggunakan IR, spektrum yang muncul di IR merupakan senyawa unik seperti sidik
jari. NMR memberikan informasi tentang tipe proton, karbon, dan atom lainnya di
dalam senyawa organik dan bagaimana atom-atom tersebut berikatan. NMR dapat
memberikan informasi struktur kimia suatu senyawa tanpa menghancurkan sampel.
Selain metode-metode analisis di atas, terdapat juga metode analisis kualitatif lainnya,
namun metode ini bersifat desktruktif. Metode tersebut adalah ICP-AES (ICP-atomic
emission spectrometry) atau ICP-OES (ICP-optical emission spectrometry). Kedua
metode ini merupakan metode yang sangat sensitif dan komprehensif untuk
menganalisis senyawa anorganik. Pada umumnya kedua metode ini, merupakan
metode yang sangat ampuh untuk menganalisis semua senyawa yang terdapat di
dalam tabel periodik, bahkan pada jumlah yang terbatas, namun seringkali
membutuhkan perlakuan awal mengubah sampel ke dalam bentuk larutan.
Keuntungan dari metode ini adalah sangat sensitive, konsentrasi pada 1 ppb atau di
bawahnya dapat dideteksi menggunakan metode ini.
Empirical formula: is the simplest whole number ration of the atoms of each
element present in a molecule.
Molecular formula: contains the total number of atoms of each element in a
single molecule of the compound. For any given compound, rumus molekul empiris
may or may not bertepatan dengan rumus molekul.
Misalnya, hasil analisis menggunakan IR, NMR, dan MS menghasilkan bahwa sampel
berupa C4H10. Dari struktur molekul yang diketahui, kemungkinan molekul sampel
yang dianalisis adalah:
Kualitatif Kuantitatif
Metode
Elemen Molekul Elemen Molekul
Analisis termal X √ X √
UV/VIS spektrometri √ √ √ √
UV absorption X √ X √
UV fluorescence X √ X √
X-ray absorpsi √ X √ X
X-ray difraksi X √ X √
X-ray flourescence √ X √ X
√: Ya, X: Tidak
Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif adalah penentuan seberapa banyak kandungan
unsur/senyawa/ion di dalam sampel. Banyak cara mengekspresikan ‘jumlah’, pada
umumnya menggunakan konsentrasi.
Konsentrasi: the amount analyte on a given amount of sample. Konsentrasi
adalah ekspresi kuantitatif analit dalam bentuk massa atau volume sampel.
Molaritas (% atau %w/w): mol analit/gram sampel x 100%.
Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut, 1 mL larutan mempunyai massa 1 g
(karena densitas air 1 g/mL), maka konsentrasi larutan sering diekspresikan sebagai
bentuk volume.
ppm (parts per million, ppm, µg/g): mikrogram analit/gram sampel. ppm analit
dilarutkan dalam larutan air setara dengan 1 mikrogram/mL larutan (µg/mL).
keakuratan dan presisi analisis. Interference is anything that (1) gives a response
other than analyte itself or (2) changes the response of the analyte. Pengganggu dapat
berupa senyawa atau unsur lain yang hadir di dalam sampel atau mendegradasi
sampel. Senyawa atau unsur pengganggu dapat memberikan sinyal secara langsung
saat proses pengukuran sehingga memberikan sinyal analit yang keliru, atau
berpengaruh terhadap respon efek analit secara tidak langsung melalui menambah
atau mengurangi sinyal analit. Metode analisis yang dilakukan harus bersifat reliable
(dapat dipercaya) dan robust.
Blank: digunakan untuk mengetahui dan mengkoreksi untuk beberapa pengganggu
di dalam analisis. Di dalam banyak kasus, terdapat beberapa tipe blanko yang
dibutuhkan. Terdapat tipe blanko yang hanya berupa larutan pelarut murni yang
digunakan pada sampel. Tipe blanko ini bertujuan untuk memastikan tidak adanya
kehadiran analit di dalam pelarut dan menyediakan analis untuk mengatur baseline
atau ‘zero point’ di dalam banyak analisis.
Reagent blank: blanko yang mengandung semua reagent yang digunakan untuk
preparasi sampel tetapi tidak mengandung sampel itu sendiri.
Matrix blank: this blank is that is similar in chemical composition to the sample but
without the analyte. Blanko matriks ini dibutuhkan sebagai blanko untuk mengkoreksi
garis spektrum yang tumpeng tindih dari matriks pada analisis menggunakan AES,
misalnya.
Semua metode analisis membutuhkan kalibrasi standar kecuali coulometry.
Standards: konsentrasi analit yang telah diketahui kandungannya.
Reference standard or check standard: is not one of the calibration standards and
should be from a different lot of material than the standar kalibrasi. Standar referensi
diukur sebagai sampel untuk mengkonfirmasi bahwa kalibrasi tepat dan untuk
menilai keakuratan dan presisi analisis. Material yang digunakan sebagai standard
referensi tersedia dari pihak pemerintah dan privat di banyak negara.
Preparasi Sampel
Material nyata biasanya tidak homogen, sehingga sampel harus dipilih dengan hati-
hati agar sampel yang dianalisis representatif dari sampel nyata. Sampel
representatif merupakan cerminan nilai dan distribusi analit yang terdapat pada
sampel. Sejumlah sampel yang diambil harus cukup untuk semua analisis yang
dilakukan untuk duplikat atau bahkan triplet jika memungkinkan.
Sampel yang dikumpulkan menggunakan peralatan pengumpul dan ditaruh ke dalam
penampung. Jenis alat pengumpul dan penampung yang digunakan berpotensi sebagai
kontaminan bagi sampel. Misalnya, jarum yang berbahan stainless steel dapat
menambah kandungan logam pada sampel darah atau serum. Spatula logam, gunting,
drill bits, pipet kaca, kertas saring, plastik dan rubber tubing dapat menambah
kontaminan organik atau anorganik yang tidak diinginkan pada sampel. Untuk
mencegah kontaminan berupa besi, nikel, dan kromium dari baja, beberapa analis
menggunakan tang dan pinset.
Proses pengambilan sampel membutuhkan beberapa tahapan, khususnya saat
pengambilan sampel bulk material seperti batubara, bijih logam, tanah, buah/biji
padi-padian dan tangki mobil minyak atau bahan kimia. Pertama, perwakilan sampel
kotor/gross dikumpulkan dari sejumlah sampel yang tersedia. Bagian dari sampel
kotor harus diambil dari berbagai lokasi sampel yang tersedia guna memastikan
bahwa sampel kotor tersebut representatif. Jika jumlah sampel yang akan dianalisis
sangat besar, maka sampel ditumpuk menjadi gundukan panjang. Kemudian
gundukan tersebut dibagi 2, gundukan 1 dibuang, dan gundukan yang tersisa dibagi 2,
dan seterusnya hingga diperoleh sampel yang cukup untuk proses analisa di
laboratorium. Metode ‘portion’ lainnya yaitu cone and quarter. Sampel dibentuk
menjadi gundukan bulat dan diaduk rata. Dibagi menjadi 4 bagian. Kemudian dibentuk
gundukan baru dari 1 sisi diagonal, dan sisa diagonal lainnya dibuang. Tahapan ini
diulang hingga diperoleh sampel yang cukup diuji di laboratorium. Ilustrasi pada
Gambar 3 Metode pengambilan sampel bulk material: the cone and quarter
Sampel Gas
Sampel gas biasanya homogen, tetapi campuran gas dapat dipisahkan berdasarkan
perbedaan densitas. Sampel gas yang diambil dapat berasal dari 1 titik pada 1 waktu
disebut grab sample atau dikumpulkan selama periode waktu tertentu dari lokasi
yang berbeda disebut average or composite sample. Sampel gas dapat diambil
menggunakan gas-tight sysringe, balon, plastic bags, atau container yang terbuat dari
logam atau kaca yang bisa divakumkan. Pengambilan sampel gas yang beracun, mudah
terbakar atau korosif harus dilakukan menggunakan peralatan keselamatan yang
sesuai. Kontainer/penampung yang digunakan harus bersifat tidak mengkontaminasi
sampel. Plastic bag dan ballon dapat melepaskan senyawa organik volatil yang ada
pada sampel, di sisi lain kontainer berbahan gelas dapat mengadsorpsi komponen
sampel ke dalam permukaan kaca.
Beberapa komponen sampel gas seperti organic vapor di udara, dapat dikumpulkan
dengan menarik udara menggunakan activated charcoal. Gas organik teradsorpsi ke
dalam arang, sementara komponen udara lainnya (O, N, dll.) tetap terkumpulkan.
Keuntungan metode ini terjadinya preconcentrating analit dan mereduksi ukuran fisik
sampel. Metode ini juga lebih memudahkan proses transportasi sampel hingga sampai
ke laboratorium. Proses ‘trapping/menjerat’ analit dari fasa gas disebut ‘scrubbing’.
Proses scrubbing dapat juga dilakukan dengan mengalirkan gas melalui cairan yang
akan mengabsorbsi analit yang diinginkan.
Sampel gas dapat mengandung partikel material padatan yang harus dipisahkan
melalui filtrasi. Material filter yang digunakan harus dipilih agar tidak mengadsorbsi
analit atau menambah kontaminan pada sampel gas. Filter yang tersedia akan
menghilangkan partikel berdiameter 0,2 µm dari gas stream.
Sampel Cair
Sampel cair dapat dikumpulkan menggunakan metode grab sampel atau sebagai
sampel komposit. Sampel cair mungkin mengandung material partikel padatan yang
harus dipisahkan menggunakan filtrasi atau sentrifugasi. Material filter yang
digunakan harus dipilih agar tidak mengadosrbsi analit atau mengkontaminasi cairan
sampel.
Sampel Padatan
Sampel padatan seringkali merupakan sampel yang paling susah untuk dikumpulkan
karena paling tidak homogen dibandingkan gas ataupun cairan. Sampel padatan
biasanya drilled atau crushed menjadi menjadi partikel yang lebih kecil agar sampel
menjadi homogen. Terdapat banyak tipe manual dan automated grinder and crushers
yang tersedia, pilihan tergantung tingkat kekerasan material yang harus dihancurkan.
Material yang lebih lembut biasanya juga tidak mudah dihancurkan, karena biasanya
lebih ke perubahan bentuk daripada mengecil. Sampel padatan biasanya harus
dikeringkan terlebih dahulu menggunakan oven sebelum pengambilan sampel guna
menghilangkan air yang teradsorpsi.
Penyimpanan Sampel
Kondisi dimana sampel tidak dapat langsung dianalisis, maka sampel harus disimpan.
Komposisi sampel dapat berubah selama penyimpanan karena adanya reaksi sampel
dengan udara, cahaya ataupun dengan bahan wadah penyimpan. Wadah yang
digunakan untuk pengumpulan dan penyimpanan sampel dan kondisi penyimpanan
harus dipilih untuk meminimalkan perubahan dalam sampel.
Wadah plastik dapat meluluhkan senyawa organik seperti plastisizer dan monomer
ke dalam sampel. Wadah plastik juga dapat masih mengandung pengotor logam jarang
seperti Cu, Mn, atau Pt dari katalis selama proses pembentukan polimer atau unsur-
unsur seperti Si, Ti, Sb, Br dan P dari filler anorganik dan flame retardants. Permukaan
kaca dapat mengadsorpsi dan melepaskan sisa ion logam, yang mana dapat merubah
sisa unsur dan ion di dalam larutan. Telah dilakukan penelitian bahwa sisa logam yang
terlepas “plate out” meninggalkan jejak di kaca, garis regangan tersebut tidak dapat
diperbaiki dari wadah yang satu ke wadah yang lainnya. Oleh karena itu, hilangnya
logam jarang ini tidak dapat diperkirakan secara akurat untuk satu wadah dengan
mengukur kehilangan dalam wadah yang sama tetapi berbeda. Semua wadah yang
digunakan harus dibersikan sebelum digunakan. Wadah untuk sampel organik
biasanya dicuci dengan pelarut, sedangkan wadah untuk sampel logam jarang
direndam dalam asam dan kemudian di dalam air di-deionisasi (DI).
Tindakan pencegahan seperti pembekuan sampel biologis dan lingkungan atau
pengusiran udara di dalam wadah oleh gas inert akan dapat memperpanjang umur
penyimpanan sampel. Sampel tidak bisa disimpan terlalu lama, dan harus
diprioritaskan untuk diukur terlebih dahulu dan sebaiknya tidak disimpan pada
kondisi panas yang tinggi ataupun kelembaban yang tinggi. Beberapa sampel
memerlukan kondisi penyimpanan yang gelap untuk menghindari photolytic (light
induced) yang menyebabkan perubahan komposisi, sampel air yang akan dianalisis
untuk perak adalah contoh yang baik. Sampel tersebut harus disimpan dalam botol
plastik gelap untuk menghindari pembentukan photolytic dari koloid perak, yang akan
mengendap dari sampel. Banyak sampel untuk analisis lingkungan memerlukan
penambahan pengawet atau penyesuaian pH untuk mencegah sampel menjadi rusak.
Air sampel untuk penentuan logam jarang harus diasamkan dengan asam nitrat
kemurnian tinggi untuk menjaga kandungan logam jarang di dalam larutan. Sampel
darah harus disimpan di dalam tabung yang mengandung antikoagulan untuk menjaga
cairan sampel darah, tetapi antikoagulan yang digunakan tidak boleh mengganggu di
dalam analisis. Misalnya, sampel darah digunakan untuk mengukur kadar natrium
tidak dapat disimpan di dalam tabung yang mengandung garam natrium dari EDTA
(ethylene diamine tetra acid) sebagai antikoagulan. Contoh sampel biologis lainnya
mungkin perlu disimpan di dalam wadah steril.
Wadah sampel harus diberi label dengan akurat dan sedemikian rupa agar label yang
digunakan tidak rusak pada saat penyimpanan, misalnya label menjadi rusak apabila
menggunakan tinta pulpen yang larut apabila sampel disimpan di dalam freezer. Label
yang diberikan harus jelas mengidentifikasi sampel dan setiap bahaya yang terkait
dengan sampel. Kebiasaan memberikan label pada semua wadah senyawa/zat kimia
harus ditanamkan, misalnya dengan pemberian nama, tangga, dan isi. Selain itu, label
pada wadah sampel juga dibutuhkan saat proses pembuangan limbah senyawa/zat
kimia. Biaya pembuangan limbah kimia sangatlah tinggi, dan ilegal untuk membuang
bahan kimia yang tidak dikenal, sehingga wadah tanpa label adalah masalah yang
sangat mahal. Diperlukan banyak usaha, materi, dan waktu untuk proses identifikasi
senyawa yang tidak diberi label tersebut, hingga akhirnya bisa dibuang dengan benar.
Angka Penting
Untuk menghadapi angka yang dihasilkan dari pengukuran dan perhitungan yang
melibatkan angka-angka, maka konsep angka penting harus dipahami. Semua
pengukuran memiliki ketidakpastian di dalamnya, sehingga hasilnya harus dilaporkan
sebagai jumlah yang memberitahu kita tentang ketidakpastian. Angka-angka yang
dilaporkan dari pengukuran adalah semua angka yang diketahui dengan pasti
ditambah dengan 1 digit angka tidak pasti. Angka penting terdiri dari angka pasti dan
angka tidak pasti. Angka penting mencerminkan ketepatan pengukuran. Misalnya,
nilai 50,1% berarti bahwa persentase lebih dekat menjadi 50,1 daripada 50,2 atau
50,0, tapi itu tidak berarti bahwa persentase adalah persis 50,1. Singkatnya, kita yakin
dengan “50” bagian dari nomor tersebut, tetapi ada beberapa ketidakpastian dalam
angka terakhir dilaporkan. Jika kita menganalisis dua sampel yang mengandung
50,08% dan 50,12% dari komponen dengan menggunakan instrumen yang akurat
untuk 0,1%, kita tidak akan mampu membedakan perbedaan dalam komposisi dari
sampel tetapi akan melaporkan mereka kedua hasil tersebut sebagai 50,1%.
Nilai 50,1 mempunyai 3 angka pasti (5, 0, 1). Dikarenakan pengukuran tidak lebih baik
dari 0,1%, maka digit terakhir di 50,1 tidak pasti setidaknya ±1. Angka besaran
terakhir yang dilaporkan harus mencerminkan ketepatan (presisi) pengukuran. Tidak
ada gunanya dalam melaporkan angka yang banyak karena tidak akan memiliki arti,
meskipun hasil yang diperoleh dari perhitungan matematis. Misalnya, kalkulator
ilmiah umumnya menampilkan delapan atau lebih digit, itu tidak berarti bahwa semua
angka yang ditampilkan bermakna.
Pelaporan angka menyiratkan bahwa semua angka pasti dan hanya digit terakhir yang
diragukan bahkan jika angka tersebut adalah nol. Contohnya:
1. 1,21x106, yang memiliki 3 angka penting (1,2,1) menyiratkan bahwa jumlah ini
lebih dekat dengan 1,21x106 daripada 1,22x106 atau 1,20x106. Tapi menulis
1.210.000, dengan tujuh angka pasti, menunjukkan bahwa jumlah ini lebih dekat
dengan 1.210.000 daripada untuk 1.210.001 atau 1.209.999. Terminal nol dapat
membingungkan karena nilai nol mungkin tidak pasti jika nilai nol tersebut hanya
digunakan untuk menunjukkan tempat desimal.
2. Nilai 50,10 menyiratkan 10x lebih akurat daripada 50,1. Sebuah nol dapat menjadi
angka yang signifikan atau dapat digunakan untuk menunjukkan tempat desimal.
3. Jika nol terletak diantara 2 angka penting tidak nol, maka angka nol tersebut
adalah angka penting, misalnya 12.067, yang memiliki 5 angka penting. Dalam
nilai seperti 0,024, dua angka nol di awal hanya menunjukkan tempat desimal,
angka nol tersebut bukanlah angka penting, dan nilai 0,024 hanya memiliki 2
angka penting (2 dan 4).
4. Salah satu cara mengkonfirmasi bahwa nol hanya placeholder adalah dengan
menulis nomor di notasi ilmiah, 2,4x10-2, yang jelas hanya memiliki dua angka
penting. Jika nol ditulis setelah desimal, maka nol adalah angka penting, misalnya
24,0 yang memiliki tiga angka penting. Penting untuk menuliskan nilai nol pada
akhir angka (terminal nol) karena akan menunjukkan bahwa angka nol tersebut
adalah angka penting. Misalnya, 54.300 atau 1.210.000, nol pada akhir setiap
angka mungkin atau mungkin tidak signifikan (pasti), nilai ini belum dapat
dipastikan hanya dengan melihat angka yang tertera. Dalam kasus seperti ini,
notasi ilmiah harus digunakan untuk menunjukkan seberapa persis banyak angka
penting.
Pendekatan kedua adalah dengan membawa 1 angka lebih dari jumlah angka
penting pada nilai tersebut, misalnya 21,1+3,21+0,06=24,37, kemudian
dibulatkan menjadi 24,4.
Penggunaan pendekatan harus konsisten.
Penjumlahan atau pengurangan nilai yang berpangkat, seperti notasi ilmiah, nilai
tersebut diatur menjadi pangkat yang sama. Misalnya, menambahkan 3,25x10-2 +
3x10-6, maka 3x10-6 diekspresikan sebagai 0,0003x10-2. Kemudian dilakukan
penjumlahan, diperoleh 3,2503x10-2, kemudian dibulatkan menjadi 3,25x10-2.
4. Untuk perkalian dan pembagian, jumlah angka penting dalam jawaban harus tidak
lebih besar dibandingkan dengan nilai yang memiliki angka penting paling sedikit.
Misalnya, perkalian 1,236 x 3,1 x 0,18721 x 2,36 = 1,692860653, berdasarkan
hasil perhitungan kalkulator scientific. Nilai 3,1 mempunya angka penting paling
sedikit, yaitu 2 angka penting. Oleh karena itu, hasil perkalian ini menjadi 1,7.
5. Logaritma tidak memiliki ketidakpastian dan tidak mempengaruhi jumlah angka
penting dalam perhitungan.
6. Jika analisis dilakukan secara replikat, maka hasil yang dilaporkan adalah sesuai
dengan hasil yang diperoleh. Misalnya, hasil pengukuran triplo adalah 11,32 +
11,35 + 11,32. Rata-rata nilai yang dilaporkan adalah 11,33. Dengan angka pasti
adalah 11,3 dan angka-4 adalah angka tidak pasti.
Presisi adalah seberapa dekat hasil dari replikasi pengukuran sampel yang sama
antara satu dengan yang lainnya.
Ilustrasi presisi dan akurasi sebagai berikut:
Pada tabel di atas, standar deviasi digunakan untuk mengekspresikan atau sebagai
ukuran presisi. Analisis sederhana dari tabel di atas kemungkinan memilih analis 2
dapat menyesatkan. Sangat mudah tertipu oleh kedekatan hasil tersebut akurat.
Kedekatan, closeness, dinyatakan sebagai standar deviasi, menunjukkan bahwa hasil
analis 2 yang presisi dan tidak bahwa analisis akan menghasilkan jawaban yang benar.
Yang terakhir adalah metode independen, seperti analis 2 menganalisis komposisi
sampel yang diketahui. Nilai sebenarnya yang diterima adalah 10,1%±0,2%
berdasarkan ‘footnote’, sehingga hasil analis 2 tidak akurat. Analis 3 tidak akurat dan
tidak presisi. Sangat tidak mungkin bahwa penentuan akan tepat dan akurat. Presisi
diperlukan untuk akurasi, tetapi tidak menjamin akurasi.
Tipe-tipe Kesalahan
1. Determinate error
Secara garis besar, kesalahan determinate disebabkan oleh kesalahan dalam
prosedur analitis atau instrumen yang digunakan dalam analisis. Penyebab
kesalahan jenis ini dapat ditemukan dan kemudian dihindari atau diperbaiki.
Kesalahan ini merupakan kesalahan sistematis.
Misalnya kesalahan pada analis 2, pada contoh sebelumnya.
Kesalahan sistematis terjadi di bawah kendali analis. Hal ini merupakan tanggung
jawab analis untuk mengenali dan mengkoreksi kesalahan sistematis yang
menyebabkan hasil pengukuran menjadi bias, yaitu adanya penyimpangan dari
rata-rata yang diukur dari nilai yang sebenarnya.
Penyebab error atau kesalahan harus dapat diidentifikasi dan kemudian
dieliminasi atau dikendalikan agar prosedur analisis memberikan hasil yang
akurat. Pengujian dilakukan dengan mengikuti uji profisiensi. Pada ujian ini,
laboratorium diberikan sampel yang tidak diketahui kandungannya, kemudian
diukur oleh pihak laboratorium. Hasil pengukuran dikirimkan ke pihak yang
berwenang. Kemudian pihak berwenang akan memberikan laporan apakah
laboratorium tersebut sudah melakukan prosedur mengukuran yang benar atau
belum.
Kesalahan determinate dapat berasal dari neraca massa yang tidak dikalibrasi,
kekeliruan dalam kalibrasi labu takar atau pipet volume, malfungsi
alat/instrument, senyawa yang tidak murni, prosedur atau teknik analisis yang
keliru, dan kesalahan analis.
Kesalahan analis adalah kesalahan orang yang melakukan analisis. Kesalahan ini
bisa disebabkan karena kurangnya pengalaman, pelatihan yang tidak memadai,
atau menjadi terburu-buru. Misalnya kesalahan di dalam penggunaan alat,
kesalahan dalam menempatkan sampel di dalam instrumen, kesalahan di dalam
membaca meniskus dalam labu takar, penggunaan pipet yang tidak tepat.
Kesalahan analis lainnya adalah ceroboh, kesalahan dalam menyalin informasi ke
dalam buku catatan, kesalahan perhitungan. Kesalahan analis dapat dikurangi
ataupun dihindari dengan mengikuti pelatihan yang tepat, pengalaman dan
perhatian pada detail pada bagian analisis.
Metode analisis: kesalahan yang paling sering ditemukan adalah (1) metode yang
menggunakan reaksi yang tidak sempurna, (2) adanya pengotor atau pengganggu
yang tidak diinginkan dari sampel itu sendiri ataupun dari reagen yang digunakan,
(3) analit dalam keadaan oksidasi yang salah untuk pengukuran, (4) kehilangan
analit selama proses persiapan sampel karena adanya penguapan ataupun
pengendapan, dan (5) kesalahan dalam perhitungan berdasarkan asumsi yang
salah dalam prosedur (kesalahan dapat timbul dari kesalahan perhitungan berat
molekul sampel). Guna mengatasi ini, maka dilakukan metode validasi, dengan SOP
yang dapat dilakukan dengan cara yang sama setiap kali dijalankan.
2. Indeterminate error
Kesalahan indeterminate merupakan kesalahan alami acak dan penyebabnya
bervariasi dalam hasil sampel yang diukur berulang oleh analis yang sama dalam
kondisi yang sama.
Salah satu contoh random error adalah keterbatasan pembacaan neraca analitis,
misalnya skala seperti penggaris. Misalnya, neraca analitik yang ketelitiannya
hanya sampai 0,001 g, sehingga tidak bisa membedakan antara dua sampel dengan
massa 1,0151 g dan 1,0149 gram.
Contoh lainnya, kasus hasil analis 1 pada contoh sebelumnya. Walaupun rata-rata
replikasi pengukuran menunjukkan bahwa pengukuran akurat, namun tiap-tiap
pengukuran memiliki sedikit error dari nilai sebenarnya. Walaupun kesalahan
indeterminate ini random, namun masih dapat diterima apabila mengikuti prinsip
distribusi acak.
Distribusi acak yang biasa digunakan adalah distribusi normal atau distribusi
Gaussian, seperti gambar di bawah:
Jika misalnya tidak ada kesalahan determinate, dan kesalahan yang ada hanyalah
kesalahan indeterminate, biasanya hasil pengukuran menunjukkan nilai yang
sebenarnya.
Definisi Statistika
Istilah yang sering digunakan dalam statistika adalah standar deviasi. Standar deviasi
mengidentifikasikan presisi dari pengukuran.
Varian = kuadrat standar deviasi populasi () atau standar deviasi sampel (s).
Pada penghitungan standar deviasi sampel, digunakan term: degrees of freedom
(derajat kebebasan), N-1, bukan jumlah populasi sampel (N) saja.
Long-term precision: prosedur analisis yang dilakukan oleh analis yang berbeda,
bahan-bahan kimia yang berbeda, dan bahkan alat yang berbeda. Hasil pengukuran
yang berbeda ini kemudian digabungkan. Hasil pengukuran ini lebih realistis, dan
mencerminkan kehandalan hasil analisis.
Repeatability: presisi jangka pendek dari metode yang dilakukan pada kondisi
operasi yang sama.
Reproducibility: mengacu pada kemampuan beberapa laboratorium untuk
mendapatkan hasil yang sama pada sampel yang diberikan dan ditentukan dari studi
kolaboratif.
Ruggedness (kekasaran): tingkat reproduksi dari hasil yang diperoleh oleh salah satu
laboratorium pada berbagai kondisi (sejalan dengan presisi jangka panjang).
Repeatability, reproducibility, dan ruggedness diekspresikan dalam RSD (standard
deviasi) yang diperoleh dari pengukuran.
Robustness: istilah lainnya untuk kehandalan metode, yaitu akurasi dan presisi pada
kondisi perubahan kecil. Perubahan ini dalam kondisi operasi seperti temperatur
ruang laboratorium, variabel sampel seperti konsentrasi dan pH, dan reagen standard
dan stabilitas standard.
Confidence Limits
Tidak mungkin menentukan µ dan dari pengukuran yang terbatas. Hal ini dapat
diatasi dengan menggunakan statistika untuk mengekspresikan probabilitas bahwa
nilai sebenarnya µ terletak dalam jarak tertentu dari nilai rata-rata (𝑥̅ ). Probabilitas
ini disebut CL, dan biasanya dinyatakan sebagai persentase (misalnya, CL adalah
95%).
Saat s adalah pendekatan yang baik untuk , maka dapat menyatakan CL dari hasil
pengukuran berdasarkan distibusi Gaussian. CL adalah pernyataan seberapa dekat 𝑥̅
sampel terhadap rata-rata populasi.
- Pengukuran tunggal (1 data), s = , maka CL µ = x ± z.
Jika z=1, maka 68,3% yakin bahwa x terletak dalam ± dari nilai sebenarnya.
Jika z=2, maka 95,5% yakin bahwa x terletak dalam ± 2 dari nilai sebenarnya.
Untuk N pengukuran, CL untuk µ = x ± zsm.
Secara garis besar, uji-t bisa digunakan untuk menentukan error random dari suatu
pengukuran, dengan CL tertentu. Selain itu, uji-t juga bisa digunakan untuk
membandingkan antara metoda 1 dengan metode 2. Apakah pada metode 2 yang
merupakan metode baru terdapat determinate error atau tidak.
Rejection of Results
Setelah dilakukan beberapa kali pengukuran, apabila terdapat beberapa hasil yang
terlalu jauh dari rata-rata, maka data ini dapat disebut sebagai outlier. Kemungkinan
ini dapat terjadi misalnya karena tumpahnya sampel, menggunakan ukuran pipet
yang salah, kesalahan melarutkan, atau pemanasan sampel yang berlebihan hingga
kekeringan. Data yang dihasilkan sebaiknya tidak digabungkan saat mengkompilasi
data-data. Pada kenyataannya, apabila diketahui adanya kesalahan ini, maka
sebaiknya dilakukan pengukuran ulang jika memungkinkan.
Persiapan Sampel
Tujuan preparasi sampel adalah menyediakan sampel ke keadaan fisik yang
dibutuhkan oleh instrument, bebas dari pengotor, dan berada pada rentang
konsentrasi yang dibutuhkan oleh instrument. Pada banyak instrument, pelarut yang
sering digunakan adalah air atau pelarut organik. Tipe preparasi yang dibutuhkan
tergantung pada kondisi alami sampel, teknik analisis yang dibutuhkan, analit yang
akan ditentukan kadarnya, dan permasalahan yang ingin diselesaikan.
Daftar Rujukan
1. James W. Robinson, Eileen M. Skelly Frame, and George M. Frame II,
“Undergraduate Instrumental Analysis”, 7th edition, CRC Press, USA, 2014
2. David Harvey, “Modern Analytical Chemistry”, 1st edition, McGraw-Hill Companies,
2000