Anda di halaman 1dari 12

IPTEK ILMIAH POPULER

RADIONUKLIDA PRIMORDIAL UNTUK


PENANGGALAN GEOLOGI DAN
ARKEOLOGI

Hasnel Sofyan dan Mukhlis Akhadi


Puslitbang Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir – BATAN
• Jalan Cinere Pasar Jumat, Jakarta – 12440
• PO Box 7043 JKSKL, Jakarta – 12070

PENDAHULUAN Keberadaan radionuklida di alam pertama


kali dikenali melalui penemuan unsur uranium
Ditinjau dari proses terbentuknya, unsur-
(U) oleh Antonie Henry Becquerel pada tahun
unsur radioaktif atau radionuklida yang ada di
1896. Setelah Becquerel menerbitkan kertas kerja
lingkungan dapat dikelompokkan ke dalam dua
tentang fenomena keradioaktifan yang
golongan besar, yaitu radionuklida alam dan
ditemukannya, maka fenomena itu mulai
radionuklida buatan yang keduanya dapat
dipelajari secara intensif oleh para peneliti. Pada
berperan sebagai sumber radiasi lingkungan.
tahun 1898, pasangan suami-istri ahli kimia
Dikatakan sebagai radionuklida alam karena
berkebangsaan Perancis Marie Curie dan Pierre
sumber radiasi itu sudah ada semenjak alam ini
Curie menyusul menemukan dua unsur baru yang
terbentuk. Berbeda dengan radionuklida alam,
dapat menunjukkan gejala radioaktivitas seperti
radionuklida buatan adalah sumber radiasi yang
uranium. Kedua unsur itu selanjutnya diberi nama
proses terbentuknya melibatkan intervensi
polonium (Po) dan radium (Ra). Dalam kurun
manusia, baik sumber tersebut sengaja dibuat
waktu berikutnya, puluhan radionuklida alamiah
untuk maksud-maksud tertentu atau merupakan
lainnya berhasil ditemukan.
hasil samping dari pemanfaatan teknologi nuklir
oleh umat manusia, yang sebenarnya tidak Uranium bukan merupakan logam yang
disengaja atau bahkan tidak dikehendaki jarang karena keberadaannya di alam mencapai
kemunculannya. 50 kali lebih banyak dibandingkan dengan air
raksa yang sudah sejak lama dikenal orang.
Sumber-sumber radiasi alam yang berada di
Uranium terdapat sebagai mineral dalam kerak
permukaan bumi berasal dari bahan-bahan
bumi, air laut, air sungai, minyak bumi, batubara
radioaktif alam yang disebut radionuklida
dan lain-lain. Peristiwa-peristiwa alam dan proses
primordial. Radionuklida ini dapat ditemukan
geologi telah membentuk uranium sebagai
dalam lapisan tanah atau batuan, air serta udara.
mineral. Mineral uranium terdapat dalam kerak
Radiasi yang berasal dari mineral-mineral yang
bumi pada hampir semua jenis batuan, terutama
ada dalam batu-batuan dan juga di dalam tanah
batuan asam seperti granit, dengan kadar 3-4
seringkali juga dinamakan radiogeologi. Unsur-
gram dalam satu ton batuan, merupakan kadar
unsur yang termasuk kelompok radionuklida
yang relatif tinggi bila dibandingkan dengan
primordial ini jumlahnya sangat banyak. Dari
kadarnya dalam batuan beku lainnya. Pada masa
sekian banyak unsur tersebut, ada beberapa
Kriptozoik, zaman geologi Pra Kambrium yang
kelompok radionuklida alam yang tergolong
terjadi pada 3900 juta tahun yang lalu, mineral
sangat tua karena waktu paro induknya di atas
uranium telah terbentuk. Bersamaan dengan
100 juta tahun.
terbentuknya uranium, terbentuk juga

Radionuklida primodial untuk penanggalan geologi 85


dan arkeologi (Hasnel Sofyan dan Mukhlis Akhadi)
IPTEK ILMIAH POPULER

radionuklida alam seperti thorium, actinium, suatu deret peluruhan yang sangat panjang. Deret
kalium serta unsur-unsur lainnya. peluruhan dari unsur radioaktif alam ini dapat
dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
Di samping radionuklida alam seperti yang
disebut di atas, masih ada beberapa radionuklida • Deret uranium (U) seperti pada Tabel 1,
alam lainnya, seperti kalium-40 (40K) dengan dimulai dari 238U dan berakhir pada timah
waktu paro (T1/2) 1,28 x 109 tahun dan rubidium- hitam (206Pb) yang stabil. Deret ini juga
87 (87Rb) dengan T1/2 = 4,8 x 1010 tahun. Pada disebut deret (4n + 2) karena nomor massa
tahun 1906, N.R. Campbell dan A. Wood dari unsur-unsur radioaktif yang terdapat
menemukan sifat keradioaktifan dalam bentuk dalam deret ini habis dibagi 4 dengan sisa 2.
pemancaran sinar-β lemah pada unsur kalium dan
• Deret thorium (Th), mulai dari 232Th dan
rubidium. Kalium-40 meluruh menghasilkan
berakhir pada 208Pb yang stabil. Disebut juga
Argon-40. Mineral baik dalam bentuk pasir
deret 4n karena nomor massa unsur-unsur
maupun batuan yang banyak mengandung 40K
radioaktif yang terdapat dalam deret seperti
adalah muscovite, biotite, hornblende, glauconite,
pada Tabel 2, selalu habis dibagi 4.
sanidine serta semua batuan dari gunung berapi.
Rubidium-87 meluruh menghasilkan strontium- • Derek aktinium, mulai dari 235U dan berakhir
87 (87Sr) dan banyak terdapat dalam mineral- pada 207Pb yang stabil. Deret seperti pada
mineral serta semua batuan metamorfis. Tabel 3 juga disebut deret (4n+3) karena
unsur-unsur radioaktif anak luruh yang
Dalam kurun waktu selama 25 tahun, hanya
dihasilkannya bernomor massa habis dibagi 4
kedua jenis unsur radioaktif 40K dan 87Rb itulah
dengan sisa 3.
yang diketahui sebagai radionuklida primordial
dan berada di luar anggota keluarga deret
radionuklida alam (deter uranium, deret thorium Ketiga deret radioaktif alam tersebut
dan deret actinium). Pada tahun 1932, G. Harvesy mempunyai karakteristik umum sebagai berikut :
dan M. Pahl melaporkan adanya sifat
• Radionuklida induk (radionuklida anggota
keradioaktifan pada unsur samarium, dan dalam
pertama) pada masing-masing deret
beberapa tahun berikutnya beberapa radionuklida
mempunyai waktu paro yang sangat panjang,
alamiah di luar anggota keluarga ketiga deret
yang dapat dinyatakan dalam satuan waktu
radioaktif alam berhasil ditemukan. Selanjutnya
geologi. Dalam deret uranium, radionuklida
ditemukan juga radionuklida alam lain dengan
induknya 92U238 dengan T1/2 = 4,5 x 109
waktu paro yang lebih panjang dari unsur-unsur
tahun, dalam deret thorium, radionuklida
yang terbentuk sebelum masa Kriptozoik, seperti
induknya 90Th232 dengan T1/2 = 1,39 x 1010
unsur indium-115 (115In) dengan T1/2 = 5 x 1014
tahun dan dalam deret aktinium, radionuklida
tahun, hafnium-174 (174Hf) dengan T1/2 = 2 x 1015
induknya 92U235 dengan T1/2 = 7,10 x 108
tahun, cerium-142 (142Ce) dengan T1/2 = 5 x 1016
tahun.
tahun serta dysprosium-156 (156Dy) dengan T1/2
paling panjang, yaitu : 4 x 1018 tahun. • Masing-masing deret mempunyai anak luruh
radionuklida berbentuk gas dan radionuklida
gas pada masing-masing deret itu adalah
DERET RADIONUKLIDA ALAM isotop yang berbeda dari gas radon. Dalam
Unsur-unsur radioaktif alam selalu meluruh deret uranium, gas yang terbentuk adalah
222
menghasilkan unsur-unsur radioaktif baru yang 86Rn (86Em222) yang disebut radon (Rn),
disebut unsur radioaktif anak. Unsur radioaktif dalam deret thorium gas yang terbentuk
anak ini juga dapat meluruh dan menghasilkan adalah 86Rn220 (86Em220) yang disebut thoron
unsur radioaktif lainnya, sehingga membentuk (Tn) dan dalam deret aktinium gas yang

86 Buletin Alara, Volume 6 Nomor 2, Desember 2004, 85 – 96


IPTEK ILMIAH POPULER

terbentuk adalah 86Rn219 (86Em219) yang (bagian dari matahari) atau bahkan sudah
disebut actinon (An). terbentuk pada saat masih dalam keadaan proto
planet yang kemudian dingin dan melahirkan
• Produk akhir dari ketiga deret radioaktif alam
planet bumi sesuai dengan hipotesa mengenai
adalah isotop timbal (Pb) yang stabil. Dalam
teori terbentuknya bumi ini.
deret uranium, produk akhirnya 82Pb206, dalam
deret thorium 82Pb208 dan dalam deret Keradioaktifan secara erat dikaitkan dengan
aktinium 82Pb207. perkembangan dalam fisika nuklir, karena studi
dan penggunaan unsur-unsur radioaktif
merupakan bagian yang sangat penting dalam
PENANGGALAN GEOLOGI fisika nuklir. Ada banyak manfaat yang diperoleh
para ilmuwan berkenaan dengan penemuan
Dengan memperhatikan nilai T1/2
radionuklida alam tadi. Radiasi yang dipancarkan
radionuklida alam, ada beberapa unsur yang nilai
oleh unsur radioaktif dapat dimanfaatkan untuk
T1/2 nya amat sangat panjang, melebihi perkiraan
berbagai keperluan dalam bidang penelitian. salah
umur bumi. Unsur radioaktif kelompok ini diduga
satu penerapannya adalah untuk penanggalan
sudah terbentuk jauh sebelum bumi sendiri
dalam bidang geologi maupun arkeologi.
terbentuk, yaitu pada saat masih berupa nebula

Tabel 1. Unsur-unsur radioaktif yang terdapat dalam deret uranium (deret 4n + 2 )


Radiasi yang
Nama Radionuklida Lambang Waktu Paroh (T1/2)
Dipancarkan
α
238
Uranium I (UI) 92U 4,5 x 109 tahun
β
234
Uranium X1 (UX1) 90Th 24,1 hari
β
234m
Uranium X2 (UX2) 91Pa 1,18 menit
β
234g
Uranium Z (UZ) 91Pa 6,7 jam
α
234
Uranium II (UII) 92U 2,5 x 105 tahun
α
230
Ionium (Io) 90Th 8,0 x 104 tahun
α
226
Radium (Ra) 88Ra 1620 tahun
α
222
Ra Emanation (Rn) 86Em 3,82 hari
Radium A (RaA) 84Po
218
α dan β 3,20 menit
β
214
Radium B (RaB) 82Pb 26,8 menit
α
218
Astatie 218 85At 1,5 detik
Radium C (RaC) 83Bi
214
α dan β 19,7 menit
α
214
Radium C’ (RaC’) 84Po 1,64 x 10-4 detik
β
210
Radium C’’ (RaC’’) 81Tl 1,32 menit
β
210
Radium D (RaD) 82Pb 19,4 tahun
β
214
Radium E (RaE) 83Bi 5 hari
α
210
Radium F (RaF) 84Po 138,3 hari
β
206
Thalium 206 81Tl 4,2 menit
206
Radium G (RaG) 82Pb stabil ---

Radionuklida primodial untuk penanggalan geologi 87


dan arkeologi (Hasnel Sofyan dan Mukhlis Akhadi)
IPTEK ILMIAH POPULER

Tabel 2. Unsur-unsur radioaktif yang terdapat dalam deret Thorium (deret 4n)
Radiasi yang
Nama Radionuklida Lambang Waktu Paroh (T1/2)
Dipancarkan
α
232
Thorium (Th) 90Th 1,39 x 1010 tahun
β
228
Mesothorium 1 (MsTh1) 88Ra 6,7 tahun
β
228
Mesothorium 2 (MsTh2) 89Ac 6,13 jam
α
228
Radiothorium (RdTh) 90Th 1,91 tahun
α
224
Thorium X (ThX) 88Ra 3,64 hari
α
220
Th Emanation (Tn) 86Em 51,5 detik
α dan β
218
Thorium A (ThA) 84Po 0,16 detik
β
212
Thorium B (ThB) 82Pb 10,6 jam
α
216
Astatine 216 85At 3 x 10-4 detik
α dan β
212
Thorium C (ThC) 83Bi 60,5 menit
α
212
Thorium C’ (ThC’) 84Po 3 x 10-7 detik
β
208
Thorium C’’ (ThC’’) 84Tl 3,10 menit
208
Thorium D (ThD) 82Pb stabil ---

Tabel 3. Unsu-unsur radioaktif yang terdapat dalam deret aktinium (deret 4n + 3)


Radiasi yang
Nama Radionuklida Lambang Waktu Paroh (T1/2)
Dipancarkan
α
235
Actinouranium (AcU) 92U 7,10 x 108 tahun
β
231
Uranium Y (UY) 90Th 25,6 jam
α
231
Protactinium (Pa) 91Pa 3,43 x 104 tahun
α dan β
227
Actinium (Ac) 89Ac 21,6 tahun
α
227
Radioactinium (RdAc) 90Th 18,17 hari
α dan β
223
Actinium K (AcK) 87Fr 22 menit
α
223
Actinium X (AcX) 88Ra 11,68 hari
α dan β
219
Astatine 219 85At 0,9 menit
α
219
Ac Emanation (An) 86Em 3,92 detik
α dan β
215
Bismuth 215 83Bi 8 menit
α dan β
215
Actinium A (AcA) 84Po 1,83 x 10-3 detik
β
211
Actinium B (AcB) 82Pb 36,1 menit
α
215
Astatine 215 85At 10-4 detik
α dan β
211
Actinium C (AcC) 83Bi 2,15 menit
α
211
Actinium C’ (AcC’) 84Po 0,52 detik
α
207
Actinium C’’ (AcC’’) 81Tl 4,79 menit
207
Actinium D (AcD) 82Pb stabil ---

Selama abad ke-19, para ahli geologi telah penentuan umur secara absolut. Para ahli geologi
berhasil mengumpulkan berbagai informasi yang telah mendapatkan informasi mengenai laju
berkaitan dengan waktu geologi, namun mereka sedimentasi dan ketebalan batuan hasil proses
masih mengalami kesulitan dalam menentukan sedimentasi. Data itu dapat dipakai untuk
usia bumi karena belum adanya metode memperkirakan waktu yang diperlukan dalam

88 Buletin Alara, Volume 6 Nomor 2, Desember 2004, 85 – 96


IPTEK ILMIAH POPULER

pembentukan batuan, dan sekaligus menentukan waktu. Jika D0 merupakan unsur stabil yang
umur batuan. Namun hasil yang diperoleh sudah ada dalam mineral pada saat t = 0 (waktu
ternyata bervariasi sangat lebar. dimulainya proses pembentukan mineral), dan
jumlah unsur D yang telah terbentuk dari proses
Ernest Rutherford merupakan orang
peluruhan P adalah : (P0-Pt), maka jumlah unsur
pertama yang menduga bahwa peluruhan-α dari
stabil D setiap saat dapat dirumuskan dengan
uranium menyebabkan terbentuknya unsur
persamaan :
helium (He) di dalam mineral-mineral uranium.
Dengan demikian, jumlah unsur He yang terdapat
di dalam mineral itu dapat digunakan sebagai Dt = Do + (P0-Pt) (2)
petunjuk untuk menentukan jangka waktu kapan
dimulai proses pembentukan unsur He, sehingga
Dengan mensubstitusikan persamaan (1) ke
umur mineral dapat diperkirakan. Pada tahun
persamaan (2) diperoleh :
1905, Rutherford telah memanfaatkan metode ini
untuk mempelajari umur mineral. Tidak lama
kemudian diketahui bahwa unsur timbal (Pb) Dt = Do + Pt [exp(λpt) – 1 ] (3)
merupakan produk akhir dari proses peluruhan
uranium. Dengan demikian, kandungan Pb dalam
mineral uranium dapat dimanfaatkan untuk Persamaan (3) hanya berlaku jika tidak ada
menentukan umur mineral. B.B. Boltwood penambahan dan pengurangan radionuklida induk
merupakan orang pertama yang menggunakan maupun unsur anak kecuali dari proses peluruhan
metode tersebut pada tahun 1907 untuk radionuklida induk itu sendiri. Kondisi seperti itu
penentuan waktu geologi. Beliau dapat secara dikatakan bahwa sampel geologi merupakan
benar menyimpulkan bahwa waktu geologi telah sistim tertutup. Penyelesaian persamaan (3) untuk
dimulai sejak milyaran tahun lalu. Hal ini sangat menyatakan t adalah :
jauh berbeda dengan pendapat sebelumnya yang
menyatakan bahwa waktu geologi dimulai sejak 1 ⎛ D − Do ⎞
20 - 40 juta tahun lalu. t= ln ⎜⎜1 + t ⎟⎟ (4)
λp ⎝ Pt ⎠
Beberapa metode penanggalan dengan
memanfaatkan unsur-unsur radioaktif alam untuk
menentukan umur bumi telah dikembangkan. Salah satu metode penanggalan radioaktif
Semua metode itu bertumpu pada prinsip dasar untuk penentuan umur bumi adalah
yang sama, yaitu peluruhan radionuklida induk memanfaatkan rasio 206Pb terhadap 207Pb. Batuan
(P) menjadi unsur anak yang stabil (D). Jika ada yang mengandung uranium dapat ditentukan
radionuklida induk sebanyak P0 dengan konstanta umurnya secara langsung dengan pengukuran
peluruhannya λp, maka jumlah radionuklida nilai perbandingan 206Pb/207Pb. Para ilmuwan
induk setelah menjalani proses peluruhan selama telah mengetahui, bahwa 238U dalam rantai
jangka waktu t (Pt) dirumuskan dengan peluruhannya menghasilkan unsur stabil 206Pb,
persamaan: sedang 235U menghasilkan unsur stabil 207Pb.
Hubungan antara radionuklida induk (U) dan
unsur stabil yang dihasilkannya (Pb) dari kedua
Pt = Po exp(-λpt) (1) proses peluruhan tersebut dapat dirumuskan
dengan menurunkan persamaan (3). Karena unsur
Proses peluruhan P berakhir dengan Pb diyakini hanya berasal dari proses peluruhan
terbentuknya unsur stabil D yang jumlahnya U, maka Pb mula-mula tidak ada (D0 = 0) selama
selalu bertambah seiring dengan perjalanan tidak ada peluruhan U. Karena itu, dari
persamaan (3) diperoleh persamaan yang

Radionuklida primodial untuk penanggalan geologi 89


dan arkeologi (Hasnel Sofyan dan Mukhlis Akhadi)
IPTEK ILMIAH POPULER

menunjukkan hubungan antara Pb dan U PENANGGALAN TEMBIKAR


sebagaiberikut : Luminesensi merupakan fenomena fisika
berupa pancaran cahaya dari suatu bahan yang
206 238 dipanaskan, yang sebelumnya menyerap radiasi
Pb = U [exp (λ8t) - 1] (5)
pengion. Peristiwa ini terjadi karena adanya
207 235
elektron-elektron yang menyerap energi radiasi
Pb = U [exp (λ5t) - 1] (6) dan berpindah ke orbit yang lebih tinggi,
sehingga bahan berada dalam keadaan tereksitasi.
Jika persamaan (5) dibagi dengan persamaan (6) Pancaran cahayanya baru berakhir beberapa saat
maka diperoleh : setelah proses eksitasi pada bahan berakhir.
Bahan yang mampu memperlihatkan gejala ini
disebut fosfor. Ada kalanya proses luminesensi
206
Pb 238
U [exp(λ 8 t ) − 1] baru terjadi jika suatu bahan mendapatkan
= × (7)
207
Pb 235
U [exp(λ 5 t ) − 1] pemanasan dari luar. Peristiwa luminesensi
dengan bantuan panas dari luar ini disebut
thermoluminesensi. Pancaran cahaya
dengan λ8 dan λ5 masing-masing adalah konstanta thermoluminesensi (TL) dapat terjadi pada benda
peluruhan untuk 238U dan 235U dengan nilai padat dengan struktur kristal baik berupa bahan
masing-masing 1,54 x 10-10/tahun dan 9,8 x 10- isolator maupun semikonduktor. Saat ini
10
/tahun. fenomena TL banyak diterapkan dalam berbagai
bidang ilmu pengetahuan, antara lain sebagai
Ada tiga jenis isotop uranium yang dapat bahan dasar pembuatan dosimeter untuk
ditemukan di alam, yaitu : 235U dengan pemantauan radiasi, penanggalan temuan-temuan
kelimpahan 0,715 %, 238U (99,825 %) dan 234U arkeologi dan studi untuk bidang geologi.
(kira-kira 5 x 10-3 %). Dari data kelimpahan
isotop uranium tersebut diperoleh nilai rasio
(238U/235U) = 137,8. Dengan memasukkan nilai
tersebut ke persamaan (7) diperoleh :

206
Pb
= 137 ,8 ×
[exp(λ 8 t ) − 1] (8)
207
Pb [exp(λ 5 t ) − 1]

Kurva yang menunjukkan hubungan antara


rasio Pb/207Pb terhadap waktu (t) adalah seperti
206

ditunjukkan pada Gambar 1. Karena pengukuran


rasio kelimpahan 206Pb/207Pb dapat dilakukan
dengan hasil yang sangat akurat, maka metode ini
sangat baik untuk menentukan umur geologi dari
batuan yang sangat tua (t >> 108 tahun) yang
mengandung mineral uranium. Gambar 1 : Kurva hubungan antara rasio
206
Pb/207Pb dengan umur (t)

Bahan yang mampu memperlihatkan


fenomena TL mencapai lebih dari 2000 jenis

90 Buletin Alara, Volume 6 Nomor 2, Desember 2004, 85 – 96


IPTEK ILMIAH POPULER

mineral alam, mulai dari bahan kristal dan gelas Hingga pertengahan tahun 1960-an, para
anorganik, barang tembikar dan batu api yang peneliti menganggap bahwa partikel-α
digunakan untuk penanggalan arkeologi, sampai merupakan sumber terbesar dosis radiasi pada
dengan bahan-bahan organik yang berpendar benda-benda arkeologi, dan otomatis dianggap
pada temperatur rendah. Pancaran TL dari sebagai penyebab pancaran TL terbesar, karena
berbagai jenis mineral telah diketahui dan alih energi partikel-α per-satuan massa mineral
dipelajari sejak lebih dari 200 tahun silam. jauh lebih besar dibandingkan dengan sinar-β dan
Namun baru pada tahun 1905 manusia -γ. Namun dalam perkembangan penelitian
mengetahui bahwa pancaran TL disebabkan oleh berikutnya, diketahui bahwa partikel-α
radiasi dari sumber-sumber alamiah. Sebagian mempunyai efisiensi yang rendah dalam
besar studi fenomena TL hingga tahun 1966 membangkitkan TL dibandingkan sinar-β dan -γ.
dikaitkan dengan pemanfaatannya untuk Oleh sebab itu, dalam memperkirakan dosis
penanggalan geologi dan arkeologi. Beberapa radiasi yang diterima tembikar, semua sumber
laboratorium tertarik pada fenomena ini, sehingga yang ada dan berpotensi memberikan dosis
pada awal tahun 1960-an muncul beberapa radiasi harus disertakan dalam perhitungan.
publikasi ilmiah tentang penanggalan TL
terhadap beberapa temuan benda arkeologi. Dengan menganggap tidak ada radiasi dari
sumber-sumber buatan, maka semua informasi
Sebagian besar batuan mengandung paling TL dalam tembikar hanya berasal dari
tidak satu jenis material yang dapat memancarkan radionuklida alamiah serta dengan jumlah sangat
cahaya TL ketika dipanasi. Banyak temuan sedikit datang dari radiasi kosmis. Apabila
benda-benda arkeologi yang dibuat dari tanah liat tembikar terkubur di dalam tanah kedalaman,
seperti tembikar. Bahan itu kini diketahui dapat radiasi alamiah yang diterima umumnya berupa
memperlihatkan gejala TL yang berarti mampu
sinar-α yang berasal dari unsur-unsur anggota
menyimpan informasi berupa penerimaan dosis
deret uranium dan thorium serta sinar-β dan -γ
radiasi dari sumber-sumber alamiah, baik yang
dari sumber 40K dan 87Rb yang ada di dalam
terdapat di dalam bahan tembikar itu sendiri
matrik tembikar. Tambahan dosis radiasi dapat
maupun sumber-sumber radiasi yang ada di
pula datang dari sumber-sumber pemancar sinar-
sekitar tempat terkuburnya benda arkeologi
tersebut. Informasi penerimaan dosis itu tetap β dan -γ dalam batuan yang ada dalam radius ±
tersimpan dengan aman dan baru akan keluar 30 cm di sekitar tembikar. Radiasi kosmis
dalam bentuk pancaran cahaya TL apabila mempunyai kontribusi sekitar 5% dari total dosis
tembikar mendapatkan pemanasan yang cukup temuan arkeologi pada umumnya. Namun untuk
jenis tembikar yang terkubur di kedalaman bumi
tinggi (∼ 200 – 500 °C) dari luar.
(misal temuan dari dalam gua) atau di dasar laut,
Mengingat pembuatan tembikar adalah kontribusi radiasi kosmis tersebut bisa lebih kecil.
melalui proses pembakaran atau pemanasan pada
Tembikar bukan merupakan bahan yang
suhu tinggi, maka pada saat itu semua informasi
homogen baik secara fisik maupun kepekaannya
TL yang tersimpan dalam bahan dasar pembuatan
terhadap radiasi. Pada umumnya, tembikar
tembikar akan keluar dan tembikar tidak
tersusun atas matiks tanah liat dengan diameter
menyimpan informasi TL sama sekali. Namun
dengan perjalanan waktu, sumber-sumber radiasi < 10 µm, yang terlapisi banyak kuarsa dan sedikit
alamiah akan memberikan penyinaran radiasi zirkon dengan ukuran hingga beberapa mm.
sedikit demi sedikit. Seiring dengan Matriks tanah liat merupakan bahan dengan
bertambahnya penerimaan dosis radiasi, maka kandungan radionuklida alamiah terbesar
informasi TL yang tersimpan di dalam tembikar (umumnya 3 ppm uranium, 12 ppm thorium dan
juga meningkat. 2 ppm kalium). Karena itu, butiran tanah liat
berukuran sangat kecil akan teradiasi secara

Radionuklida primodial untuk penanggalan geologi 91


dan arkeologi (Hasnel Sofyan dan Mukhlis Akhadi)
IPTEK ILMIAH POPULER

merata oleh sinar-α, sinar-β dan sinar-γ. Namun butiran itu cukup merata dan umumnya
butiran tanah liat itu ternyata mempunyai berasal dari irradiasi sinar-α, -β dan -γ.
kepekaan TL yang sangat rendah. Kontribusi dosis serap yang berasal dari
uranium dan thorium dapat diukur
Hampir semua metode penanggalan TL
pada temuan-temuan benda arkeologi didasarkan menggunakan pencacah-α, dan dosis radiasi
pada peningkatan sinyal TL terhadap waktu dari sumber 40K dihitung melalui penentuan
setelah benda tersebut mengalami pengosongan kadar K dengan analisa kimia.
TL melalui proses pembakaran pada saat • Memisahkan butiran-butiran kuarsa
pembuatan. Selanjutnya pembangkitan dan berukuran besar yang umumnya berdiameter
penumpukan sinyal TL pada benda dapat terjadi 100 – 150 µm, jauh lebih besar dibandingkan
karena paparan radiasi hasil peluruhan jangkauan maksimum sinar-α. Karena butiran
radionuklida alamiah di sekelilingnya. Oleh sebab kuarsa praktis tidak mengandung radionuklida
itu, jumlah sinyal TL yang tersimpan akan alamiah, maka total dosis serap dari sinar-α
sebanding dengan dosis radiasi yang diterima hanya berasal dari matriks tanah liat di
benda, dengan asumsi respon itu linier. Sifat sekelilingnya. Karena terbatasnya daya
linier respon kristal yang terdapat di dalam bahan tembus sinar-α, maka dosis serap ini hanya
tembikar dapat diuji melalui irradiasi dan terdeposisi pada permukaan lapisan tipis
membaca respon TL-nya di laboratorium. kuarsa. Pengelupasan lapisan permukaan
Kuarsa yang menempel pada matriks tanah kuarsa melalui etsa kimia asam HF akan
liat mempunyai kepekaan TL yang relatif tinggi, menghilangkan informasi TL dari penyinaran-
namun bahan ini tidak mengandung unsur-unsur α di permukaan kristal. Dengan demikian,
radioaktif. Oleh sebab itu, informasi TL yang dosis serap yang diterima kuarsa setelah
tersimpan di dalam kuarsa berasal dari proses etsa tadi seluruhnya hanya berasal dari
penyinaran-α, -β dan -γ dari matriks tanah liat sinar-β dan -γ, sehingga pengukuran dosis-α
dan sinar-γ dari batuan di sekitarnya dalam tidak diperlukan lagi.
radius sekitar 30 cm. Karena terbatasnya daya
• Memisahkan butiran-butiran zirkon karena
tembus sinar-α (umumnya hanya sampai jarak bahan ini mengandung radionuklida alamiah
25 – 40 µm) dan sinar-β (sampai jarak 500 µm) dengan kadar relatif tinggi dan merupakan
ke dalam partikel kuarsa, maka distribusi dosis media yang efektif dalam menyerap dosis
serap di dalam kuarsa tersebut tidak merata dan radiasi. Demikian besarnya kemampuan
sangat bergantung pada ukuran partikel. Zirkon menyerap dosis radiasi itu, maka kontribusi
yang juga menempel pada tanah liat jumlahnya dosis serap dari batuan sekelilingnya dapat
sangat sedikit tetapi mengandung radionuklida diabaikan. Namun karena kepekaan TL dan
alamiah dengan kadar relatif tinggi (umumnya kadar kandungan radionuklida alamiahnya
sekitar 50 – 300 ppm uranium) dan mempunyai cukup bervariasi antara satu butiran dengan
kepekaan TL yang relatif tinggi, meskipun cukup butiran lainnya, maka metode pengukuran TL
bervariasi antara satu butir dengan butir lainnya. harus dilakukan untuk masing-masing
Melalui pemisahan komponen butiran- butiran. Dosis serap total dalam satu butiran
butiran tanah liat, kuarsa dan zirkon, diperoleh hampir seluruhnya berasal dari radiasi-α yang
tiga metode yang dapat dipakai untuk dipancarkan radionuklida di dalam butiran.
memperkirakan umur suatu tembikar, yaitu : Metode pencacahan dan spektroskopi-α dapat
dipakai untuk mengukur kandungan uranium
• Memisahkan butiran-butiran tanah liat yang
dan thorium secara akurat di dalam zirkon.
halus (diameter < 8 µm). Disini dapat
diasumsikan bahwa dosis serap pada butiran-

92 Buletin Alara, Volume 6 Nomor 2, Desember 2004, 85 – 96


IPTEK ILMIAH POPULER

Umur suatu temuan benda arkeologi dapat kristal yang diperoleh melalui penelitian di
diperkirakan melalui perhitungan menggunakan laboratorium, maka persamaan (10) dapat pula
persamaan dasar sebagai berikut : dipakai untuk menghitung dosis total yang
diterima oleh sampel arkeologi (Dtotal = Itotal /S).
Dosis radiasi total(Gy ) Kepekaan suatu kristal terhadap radiasi
Umur (tahun ) = (9)
Laju dosis tahunan (Gy / th ) bergantung pada jenis dan energi radiasi. Oleh
sebab itu perlu adanya identifikasi jenis radiasi
yang diterima sampel. Untuk perhitungan dosis
Persamaan (9) yang cukup sederhana tersebut pada sampel arkeologi yang hanya menerima
dapat dimodifikasi disesuaikan dengan jenis penyinaran sinar-α saja (Dα), harus digunakan
material (tanah liat, kuarsa atau zirkon) yang kepekaan sampel terhadap sinar-α (Sα) sehingga
sedang dipelajari. Dalam prakteknya, pengukuran Dα = Itotal/Sα. Persamaan ini dapat dipakai untuk
TL dan proses-proses yang menyertainya untuk menghitung dosis radiasi total pada sampel
peanggalan arkeologi ini cukup komplek, dan arkeologi berupa zirkon. Untuk penyederhanaan
harus mempertimbangkan berbagai faktor seperti dalam penanggalan TL, kepekaan sampel
jenis kristal yang diukur, jenis sumber radiasi arkeologi terhadap sinar-β dan -γ biasanya
yang paling dominan, dan lingkungan di mana dianggap sama sehingga Sβ = Sγ. Dengan
benda arkeologi itu ditemukan. demikian Dtotal = Itotal/Sβ = Itotal/Sγ. Persamaan ini
Dari persamaan (9) terlihat ada dua besaran dapat dipakai untuk menghitung dosis radiasi
yang harus diukur dalam penanggalan TL, yaitu total pada sampel arkeologi berupa kuarsa.
pengukuran dosis total (dalam Gy) dan laju dosis Selain data dosis total pada setiap sampel
tahunan (dalam Gy/tahun) yang diterima arkeologi, dalam penangggalan TL ini diperlukan
tembikar. Untuk pengukuran dosis total dapat juga adanya data mengenai laju dosis tahunan
ditempuh dengan cara membaca intensitas TL yang diterima sampel. Dengan metode pemisahan
melalui pemanasan tembikar. Hasil bacaan jenis-jenis mineral yang terdapat dalam benda
intensitas TL dari tembikar dapat dikonversikan arkeologi (tanah liat, kuarsa dan zirkon),
menjadi dosis radiasi total yang diterima sampel penentuan laju dosis tahunan dapat dilakukan
apabila kepekaan sampel terhadap radiasi dengan metode yang relatif sederhana. Untuk
diketahui. Kepekaan (S) ini didefinisikan sebagai sampel zirkon yang dapat dianggap hanya
perbandingan antara intensitas TL (ITL) per dosis
menerima dosis sinar-α, penentuan laju dosis
radiasi (D) yang diterima sebelumnya, atau secara
tahunannya dapat dilakukan melalui pencacahan
matematis dirumuskan dengan :
maupun spektrometri-α. Dari pengukuran ini
dapat diperoleh data mengenai aktivitas
I TL radionuklida pemancar-α dalam sampel. Dengan
S= (10) demikian, laju dosis tahunannya dapat
D
diperkirakan.

Penyinaran di laboratorium dapat dimanfaatkan Dari perhitungan diperoleh data laju dosis
untuk menentukan kepekaan kristal terhadap sinar-α dari 1 ppm 232Th dengan asumsi tidak ada
radiasi. Apabila kristal disinari dengan dosis yang gas radon yang hilang (sampel tidak berpori)
telah ditentukan harganya dan intensitas TL hasil sebesar 738 µGy/tahun. Radionuklida anak luruh
penyinaran dibaca dengan TL-Reader, maka dalam deret thorium ini juga dapat memberikan
kepekaan kristal tehadap radiasi dapat secara dosis-β dan -γ masing-masing 28,6 dan 51,4
langsung dihitung menggunakan persamaan (10). µGy/tahun. Data tersebut menunjukkan bahwa
Sebaliknya, dengan mengetahui nilai S suatu dosis-β dan -γ dari anak luruh deret thorium

Radionuklida primodial untuk penanggalan geologi 93


dan arkeologi (Hasnel Sofyan dan Mukhlis Akhadi)
IPTEK ILMIAH POPULER

hanya sebesar 4 dan 6% dari total dosis yang yang diserap sampel. Dari perhitungan diperoleh
diterima sampel. Sedang 1 ppm 238U (tidak ada data bahwa 1% K dapat memberikan dosis-β dan
gas radon yang hilang) dapat memberikan dosis- -γ masing-masing dengan laju 830,3 dan 241
α dengan laju 2783 µGy/tahun dan anak luruhnya µGy/tahun. Apabila kalium dalam bentuk
juga memberikan dosis-β dan -γ dengan laju senyawa K2O, maka 1% senyawa itu dapat
masing-masing 146,2 dan 114,8 µGy/tahun, yang memberikan laju dosis-β dan -γ sebesar 689,3 dan
berarti menempati porsi masing-masing 5 dan 4% 200 µGy/tahun. Sedang sumber-β 87Rb dengan
dari total dosis. kadar 100 ppm memberikan dosis-β sebesar 46,4
Seringkali kadar unsur-unsur radioaktif µGy/tahun.
dalam jenis-jenis tembikar tertentu sudah Metode penentuan laju dosis-β dan -γ yang
diketahui, misal tembikar yang ditemukan di kedua adalah melalui pengukuran langsung
Skandinavia umumnya mengandung 10 ppm menggunakan dosimeter. Dalam metode ini
thorium, 3 ppm uranium, 2,5% kalium dan 200 dosimeter dikubur di tempat diketemukannya
ppm Rb. Dengan komposisi tersebut, bahan benda arkeologi dalam jangka waktu beberapa
tembikar akan menerima laju dosis dari sumber bulan hingga satu tahun dengan situasi
pemancar-α sebesar 2.359 µGy/tahun (35%), penguburan diusahakan menyerupai situs di mana
sumber pemancar-β sebesar 2.894 µGy/tahun benda arkeologi tersbut ditemukan. Informasi laju
(43%), sumber pemancar-γ sebesar 1.481 dosis di tempat tersebut dapat diketahui dengan
µGy/tahun (22%), sedang laju dosis efektif membaca respon pada dosimeter. Dengan
seluruhnya sebesar 6.734 µGy/tahun. diperolehnya data dosis total yang diterima
sampel dan data laju dosis di tempat
Dalam penanggalan TL dengan sampel
ditemukannya sampel, maka umur temuan sampel
berupa kuarsa, radiasi yang berperan dalam
arkeologi itu dapat diperkirakan secara langsung
pembangkitan TL adalah sinar-β dan -γ. Untuk
melalui perhitungan menggunakan
butiran kuarsa dengan diameter lebih besar dari
persamaan (9).
0,1 mm, kontribusi dosis dari sinar-β dapat
mencapai 60 – 80%. Namun karena jangkauan
sinar-β di dalam batuan sangat pendek (hanya PENUTUP
sekitar 1-2 mm), maka dapat dipastikan bahwa
dosis-β yang diterima sampel hanya berasal dari Penemuan unsur radioaktif alam ternyata
sumber pemancar-β yang ada di dalam matrik dapat merubah cara pandang dalam penentuan
sampel itu sendiri. Karena tidak adanya pengaruh waktu geologi. Radionuklida primordial
sinar-β dari lingkungan sekitar, maka penentuan melakukan peluruhan secara kontinyu dengan
laju tertentu tanpa terpengaruh oleh faktor-faktor
laju dosis-β dapat dilakukan dengan cara yang
lingkungan. Dengan demikian, radionuklida itu
relatif sederhana di laboratorium. Dalam
dapat dipakai sebagai jam geologi yang
penanggalan TL ini, efek sinar-β batuan sekitar
disediakan oleh alam, dan hingga saat ini diakui
dapat dihilangkan dengan cara mengelupas
sebagai metode untuk penentuan waktu geologi
bagian luar sampel setebal 1 – 2 mm.
yang paling objektif. Penemuan radionuklida-
Ada dua metode yang dapat dipakai untuk radionuklida alam tersebut secara radikal telah
menentukan laju dosis-β dan -γ dalam matrik mengubah pandangan manusia tentang sejarah
sampel arkeologi. Metode pertama adalah bumi.
menentukan kandungan radionuklida pemancar-β Metode penanggalan radioaktif seperti
dan -γ di dalam sampel diikuti dengan diuraikan tadi telah digunakan secara luas untuk
perhitungan laju dosis dengan asumsi laju dosis mempelajari masalah-masalah geologi. Melalui
yang dipancarkan sumber sama dengan laju dosis studi ini, pengetahuan manusia lebih detil

94 Buletin Alara, Volume 6 Nomor 2, Desember 2004, 85 – 96


IPTEK ILMIAH POPULER

mengenai sejarah permukaan bumi, bulan dan sangat cocok dengan perkiraan secara arkeologi
batuan meteorit lainnya telah berkembang dengan yang memperkirakan pembuatan benda antara
pesat. Dari beberapa pengukuran yang pernah tahun 950 – 1050 M. Tembikar yang ditemukan
dilakukan diketahui bahwa umur batuan di situs Sringaverapura di India dapat diketahui
permukaan bumi yang paling tua adalah sekitar usianya dan diperkirakan di buat antara tahun
3,7 x 109 tahun, sementara itu batuan dari bulan 2660 – 3015 SM setelah dilakukan analisa
berumur sekitar 4,6 x 109 tahun, sedang batuan menggunakan metode penanggalan TL.
meteorit berumur antara (4,5 - 4,7) x 109 tahun. Dari uraian mengenai pemanfaatan
Dari beberapa pengukuran menggunakan radionuklida primordial untuk penanggalan
penanggalan radioaktif ini akhirnya disimpulkan geologi dan arkeologi serta beberapa contoh
bahwa bumi sebagai sistim tertutup terbentuk aplikasinya terlihat bahwa aplikasi teknik nuklir
kira-kira 4,57 x 109 tahun yang lalu. Cukup dalam bidang geologi dan arkeologi dapat
banyak bukti yang diperoleh bahwa seluruh berperan banyak dalam membantu mengungkap
sistim tata surya terbentuk kira-kira 4,6 x 109 sejarah bumi dan sejarah kehidupan penduduknya
tahun yang lalu. di masa lampau.
Selain dalam bidang geologi, keberadaan
radionuklida primordial juga dimanfaatkan dalam
bidang arkeologi, terutama untuk penanggalan DAFTAR PUSTAKA
temuan-temuan bahan tembikar kuno. Aplikasi 1. COHEN, B. L., Concept of Nuclear Physics, Tata
fenomena TL untuk penanggalan temuan McGraw-Hill Publishing Company Ltd., New Delhi
arkeologi tersebut dapat memberikan keuntungan (1982).
tersendiri. Metode ini dapat memberikan 2. FRIEDLANDER, G., et. al., Nuclear and
perkiraan umur melalui pengukuran fisika yang Radiochemistry (3rd edition), John Wiley & Sons, New
lebih tepat dan teliti, karena informasi umur York (1981).
dalam bentuk penumpukan sinyal TL di dalam 3. KAPLAN, I., Nuclear Physics (2nd edition), Addison-
benda-benda arkeologi tersimpan dengan aman. Wesley Publishing Company, London (1979).
Informasi itu tidak akan keluar atau hilang tanpa 4. ROZAMSKI, K and FROEHLICH, K, Radioactivity
adanya pemanasan pada suhu tinggi dari luar. and Earth Sciences : Understanding the Natural
Environment, IAEA Bulletin, Vol. 38 (2), Vienna,
Pada saat mulai dikembangkan, metode TL Austria (1996) pp. 9-15.
telah dipakai untuk melacak jejak perdagangan
5. TAYLOR, JOHN R. and ZAFIRATOS, CHRIS D.,
penduduk asli bangsa Indian di Amerika Utara Modern Physics For Scientist and Engineers, Prentice
dan studi pelacakan sumber-sumber batuan Hall, Engelwood Cliffs, New Yersey 07632 (1991).
sedimen di Belgia. Banyak institusi 6. WALKER, F. W., et. al., Nuclides and Isotopes (14th
mengandalkan pada metode penanggalan TL ini edition), GE Nuclear Energy, California 95125, USA
dalam memperkirakan usia temuan-temuan (1989).
arkeologi. Di Jerman, metode ini telah digunakan 7. DELGADO, A., Basic Concepts of
untuk penanggalan tembikar yang ditemukan Thermoluminescence, Personal Thermoluminescence
terkubur di daerah Lubeck. Melalui pengukuran Dosimetry (Ed. : M. Oberhofer), Report EUR 16 277
TL dalam sampel kuarsa diperkirakan tembikar EN, Luxembourg (1995) pp. 47-69.
tersebut dibuat pada tahun 1244 (± 26 tahun) M. 8. SCHARMANN, A., Thermoluminescence Dosimetry –
Historical Review, Status Quo and Perspective,
Penanggalan temuan tembikar kuno yang Personnal Thermoluminescence Dosimetry (Ed. : M.
terkubur di Lejre, Denmark, juga dilakukan Oberhofer), Report EUR 16 277 EN, Luxemburg
menggunakan metode TL. Hasil pengukuran (1995) pp. 1-19.
menunjukkan bahwa benda tersebut diperkirakan
dibuat pada tahun 1030 (± 25 tahun) M. Hasil ini

Radionuklida primodial untuk penanggalan geologi 95


dan arkeologi (Hasnel Sofyan dan Mukhlis Akhadi)
IPTEK ILMIAH POPULER

9. NIETO, JUAN AZORIN, Luminescence Dosimetry :


Theory and Applications, Derechos Reselvados,
Mexico D.F (1990).
10. DRISCALL, C.M.H., Fundamental Aspects of TLD
Materials, Practical Aspect of Thermoluminescence
Dosimetry, (Ed. : A.P. Hufton), The Hospital
Physicists’ Association, England (1984) pp. 5-11.
11. FURETTA, C., TL Materials and Their Properties,
Personnal Thermoluminescence Dosimetry (Ed. : M.
Oberhofer), Report EUR 16 277 EN, Luxemburg
(1995) pp. 71-106.
12. McKINLAY, Thermoluminescence Dosimetry,
Medical Physics Handbooks 5, Adam Hilger Ltd.,
Bristol, Norwich NR 6 6SA (1981).
13. MAHESH, K., WENG, P.S. and FURETTA, C.,
Thermoluminescence in Solids and Its Applications,
Nuclear Technology Publishing (1989).
14. MEJDAHL, V. and WINTLE, A.G.,
Thermoluminescence Applied to Age Determination in
Archeology and Geology, Thermoluminescence and
Thermoluminescent Dosimetry (volume III), (Ed. :
Yigal S. Horowitz), CRC Press Inc., Boca Raton,
Florida (1983) pp. 133-190.

96 Buletin Alara, Volume 6 Nomor 2, Desember 2004, 85 – 96

Anda mungkin juga menyukai