Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR
IDENTIFIKASI ZAT KIMIA

OLEH:

NAMA : MUHAMMAD RIZKI ARIYANTO


NIM : K1C021027
ASISTEN : NALAT TAZKIA FIRDA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


LABORATORIUM KIMIA DASAR
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................................i
I. TUJUAN ............................................................................................................. 1
II. TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................................1
III. METODE PRAKTIKUM ...................................................................................2
3.1. Alat ......................................................................................................... 2
3.2. Bahan .....................................................................................................2
3.3. Cara Kerja ............................................................................................. 3
3.4. Skema Kerja .......................................................................................... 5
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................12
4.1. Data Pengamatan...................................................................................12
4.1.1. Identifikasi Kation dengan Reaksi Basah....................................12
4.1.2. Identifikasi Anion dengan Reaksi Basah.....................................12
4.2. Pembahasan............................................................................................13
4.2.1. Identifikasi Zat Kimia..................................................................13
4.2.2. Struktur Nyala Api Bunsen..........................................................13
4.2.3. Reaksi Kering dan Basah.............................................................14
4.2.4. Kation dan Anion.........................................................................15
4.2.5. Identifikasi Logam Alkali dengan Reaksi Nyala.........................17
4.2.6. Identifikasi Kation dengan Reaksi Basah....................................18
4.2.7. Identifikasi Anion dengan Reaksi Basah.....................................22
V. KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................27
5.1. Kesimpulan.............................................................................................27
5.2. Saran.......................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 28

i
IDENTIFIKASI ZAT KIMIA

I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi adanya logam K, Na, dan Ca dalam 3 macam
larutan bahan dengan cara reaksi nyala api bunsen.
2. Mahasiswa dapat melihat dan mengenal spektrum emisi dari K, Na, dan Ca.
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi ion-ion logam Ag+, Pb2+, Hg2+, Fe2+, Ba2+, Na2+
dalam larutan dengan menggunakan pereaksi pembentukan endapan, warna, gas, dan
bau yang dapat diamati.
4. Mahasiswa dapat mengidentifikasi anion-anion Br-, SO42-, Fe(CN)64-, Cr42-, SO32-
dengan pereaksi atas dasar perbedaan kelarutan garam peraknya dan Bariumnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Kimia analitik adalah ilmu yang mempelajari cara-cara penganalisaan zat kimia.
Zat kimia ini terdapat dalam suatu senyawa atau larutan dan yang akan dianalisa
baik jenis maupunkadarnya. Analisis kualitatif adalah penyelidikan kimia mengenai
kadar unsur atau ion yang terdapat dalam suatu zat tunggal atau campuran. Analisis
kuantitatif adalah penyelidikan kimia mengenai kadar unsur atau ion yang terdapat
dalam suatu zat tunggal atau campuran. Reaksi pengendapan telah digunakan secara
meluas dalam kimia analisis sperti titrasi, gravimetri dan dalam memisahkan suatu
sampel menjadi komponen-komponennya (Underwood, 1986).
Kimia analitik bisa dibagi menjadi bidang – bidang yang disebut analisis
kualitatif dan analisis kuntitatif. Analisis kualitatif berkaitan dengan identifikasi zat
– zat kimia yaitu mengenai unsur atau senyawa apa yang ada dalam suatu sampel.
Contoh analisis kualitatif yaitu ketika sejumlah unsur dipisahan dan diidentifikasi
melalui pengendapan dengan hidrogen sulfida. Produk – produk organik yang
disintesis dalam laboratorium bisa diidentifikasi dengan menggunakan teknik –
teknik instrumentasi seperti spektroskopi, inframerah, dan magnetik nuklir (Day,
2002: 2). Cara memisahkan ion logam tertentu harus mengikuti prosedur kerja yang
khusus dalam analisis kualitatif.
Analisis kualitatif adalah metode analisis yang digunakan untuk mendeteksi
keberadaan kandungan suatu unsur kimia pada suatu zat yang tidak diketahui
komposisinya (Harvey, 2000). Analisis kualitatif merupakan metode efektif yang
dapat digunakan untuk mempelajari kandungan suatu larutan. Metode analisis
kualitatif menggunakan pereaksi golongan/selektif dan pereaksi spesifik.
Penggunaan pereaksi ini bertujuan untuk mengetahui kation dan anion yang
terdapat dalam suatu larutan (Patnaik, 2004). Analisa kualitatif menggunakan dua
macam uji, yaitu reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi kering dapat diterapkan
untuk zatzat padat dan reaksi basah untuk zat-zatdalamlarutan. Reaksi kering ialah
sejumlah uji yang berguna dan dapat dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa
melarutkan contoh. Petunjuk untuk operasi semacam ialah pemanasan, uji pipa tiup,
uji pipa nyala, uji spektroskop, dan uji manik. Reaksi basah ialah uji yang dibuat

1
2

dengan terbentuknya endapan dengan pembebasan gas dan dengan perubahan


warna mayoritas reaksi analisis kuantitatif dilakukan dengan cara
basah(Shevla,1985).
Tujuan utama analisis adalah untuk menemukan dan mengidentifikasi
komponen dalam zat kimia. Analisis kualitatif menghasilkan data kualitatif,
contohnya seperti terbentuknya endapan, warna, gas maupun data non numerik
lainnya.Pada umumnya dari analisis kualitatif hanya dapat diperoleh indikasi kasar
dan komponen penyusun suatu analisis. Analisis kualitatif biasanya digunakan
sebagai langkah untuk analisis kuantitatif. Pada berbagai cara analisis modern,
seperti cara- cara analisis spektroskopi dapat dilakukan dengan analisis kualitatif
dan analisis kuantitatif secara bersamaan, sehingga waktu dan biaya analisis yang
dilakukan dapat ditekan seminimal mungkin dan perolehan hasilnya lebih
akurat(Chadijah, 2012).
Metode analisis kualitatif merupakan klasifikasian kation dalam lima golongan
, yaitu golongan 1, golongan 2, golongan 3, golongan 4, dan golongan 5. Golongan
1 membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion. Golongan ini ialah
timbal, merkurium I, raksa dan perak. Golongan 2 tidak bereaksi dengan asam
klorida, tetapi membentuk endapan dengan 3 hidrogensulfida. Golongan 3 tidak
bereaksi dengan asam klorida encer ataupun hidrogen sulfida encer, namun kation
ini membentuk endapan dengan amonium yang netral. Golongan 4 membentuk
endapan panamonium karbonat dengan adanya amonium klorida dalam suasana
Netral atau sedikit. Golongan 5 meliputi ion ion magnesium, natrium, kalium,
amonium, Lithium, dan hidrogen (Shevla, 1985).
III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Alat
3.1.1. Identifikasi Logam-Logam Alkali dengan Reaksi Nyala
Alat yang digunakan dalam percobaan identifikasi logamlogam alkali
dengan cara reaksi nyala adalah jarum ose, botol reagen, lemari asam,
pembakar bunsen, dan tabung reaksi.
3.1.2. Identifikasi Kation dengan Cara Reaksi Basah
Alat yang digunakan dalam percobaan identifikasi kation dengan cara
reaksi basah antara lain tabung reaksi, waterbath, lakmus merah, dan
batang pengaduk.
3.1.3. Identifikasi Anion dengan Cara Reaksi Basah
Alat yang digunakan dalam percobaan identifikasi anion dengan cara
reaksi basah meliputi tabung reaksi, pipet tetes, dan pembakar bunsen.

3.2. Bahan
3.2.1. Identifikasi Logam-Logam Alkali dengan Reaksi Nyala
Bahan yang digunakan dalam percobaan identifikasi logam-logam alkali
dengan cara reaksi nyala adalah HCl, KCl, NaCl, dan CaCl2.

3.2.2. Identifikasi Kation dengan Cara Reaksi Basah


Bahan yang digunakan dalam percobaan identifikasi kation dengan cara
reaksi basah antara lain AgNO3, HCl, NH4OH, Pb(NO3)2, Kl, HgCl2, FeSO4,
NaOH, BaCl2, (NH4)2CO3, dan NH4Cl.
3.2.3. Identifikasi Anion dengan Cara Reaksi Basah
Bahan yang digunakan dalam percobaan identifikasi anion dengan cara
reaksi basah meliputi NaBr, AgNO3, Na2SO4, BaCl, K4Fe(CN)6, H2SO4, H3PO4,
(NH4)MoO3, HNO3, Na2C2O4, dan Na2S2O3.

3.3. Cara Kerja


3.3.1. Percobaan 1 : Identifikasi Logam-Logam Alkali dengan Cara Reaksi
Nyala.
1. Jarum osche yang terbuat dari platina teutama bagian ujungnya
dicuci dengan cara dicelupkan ke dalam HCl pekat dalam botol
reagen tertutup dan dalam lemari asam.
2. Ujung jarum dimasukkan ke dalam api bunsen di daerah fusi
sampai warna apapun dari bunsen tidak ditimbulkan.

3
4

3. Jarum osche dicelupkan lagi ke dalam HCl kemudian dicelupkan


ke dalam larutan bahan dalaam tabung reaksi yang diduga
mengandung logam K, Na, dan Ca. Larutan 5% KCl, NaCl, dan
CaCl2 digunakan.
4. Jarum osche yang membawa larutan tersebut dibakar pada api
bunsen di daerah oksidasi. Pembakaran dilakuan didaerah fusi
untuk bahan-bahan yang mudah menguap.
5. Ketiga bahan atas dasar warna yang ditimbulkan nyala api
bunsen ditetapkan yang mengandung logam K, Na, dan Ca.

3.3.2. Percobaan 2 : Identifikasi Kation dengan Cara Reaksi Basah.


1. Sebanyak 1 mL larutan 1% AgNO3 (gol.1) ditambahkan 1 mL
peraksi larutan 1% HCl dan diamati apa yang terjadi. Kemudian,
ditambahkan pereaksi larutan 1% NH4OH.
2. Sebanyak 1 mL larutan Pb(NO3)2 (gol.1) diambahkan 1 mL
pereaksi larutan 1% Kl. Apa yang akan terjadi diamati kemudian
didihkan dalam penangas air.
3. Sebanyak 1 mL larutan 1% HgCl2 (gol.3) ditambahakan 1 mL
pereaksi larutan 1% Kl. Apa yang terjadi diamati, kemudian
ditambahkan lagi 4 mL pereaksi tersebut.
4. Sebanyak 1 mL larutan 1% FeSO4 (gol.30 ditambahkan 1 mL
pereaksi larutan 1% NaOH. Apa yang terjadi diamati kemudian
dikocok.
5. Sebanyak 1 mL larutan 1% BaCl2 (gol.4) ditabahkan 1 mL
pereaksi larutan 1% (NH4)2CO3. Apa yang terjadi diamati
kemudia ditambahkan 1% pereaksi larutan HNO3.
6. Sebanyak 1 mL larutan 1% NaOH (gol.5) ditambahkan 1 mL
pereaksi larutan 1% NH4Cl. Lakmus merah diletakkan di bibir
tabung dan baunya diamati.
3.3.3. Percobaan 3 : Identifikasi Anion dengan Cara Reaksi Basah.
1. Sebanyak 1 mL larutan 1% NaBr (gol.1) ditambahkan 1 mL
pereaksi larutan 1% AgNO3. Apa yang terjadi diamati.
2. Sebanyak 1 mL larutan 1% Na2SO4 ditambahkan 1 mL pereaksi
larutan 15 BaCl2. Apa yang terjadi diamati.

3. Sebanyak 1 mL 1% K4Fe(CN)6 (gol.2) ditambahkan 1 mL


larutan H2SO4 pekat. Pipet tetes digunakan ketika 1 mL larutan
H2SO4 ditambahkan 1 mL larutan 1% K4Fe(CN)6 (gol.2). Apa
yang terjadi diamati.
4. Sebanyak 1 mL larutan 1% H3PO4 (gol.3) ditambahkan 1 mL
peeaksi larutan 1% (NH4)MnO3 dan 1 mL 1% HNO3, kemudian
dipanaskan sebentar lalu didiginkan. Apa yang terjadi diamati.
5

5. Sebanyak 1 mL larutan 1% Na2C2O4 (gol.3) ditambahkan 1 mL


larutan 1% H2SO4 pekat. Pipet tetes digunakan ketika 1 mL
larutan 1% H2SO4 5 pekat ditambahkan 1 mL larutan 1%
Na2C2O4 (gol.3). apa yang timbul diamati.
6. Sebanyak 1 mL larutan 1% Na2S2O3 (gol.4) ditambahkan
pereaksi larutan 1% AgNO3. Perubahan warna yang terbentuk
dan apa yang terbentuk diamati.
6

3.4. Skema Kerja


3.4.1. Identifikasi Logam Alkali dengan Reaksi Nyala

Jarum Ose

Dicuci dengan dicelupkan ke dalam HCl

Dipanaskan ujung jarum di daerah fusi api

Dicelupkan lagi ujung kawat ke dalam HCl pekat


kemudian larutan KCl 5%

Dibakar ujung kawat pada api Bunsen di daerah

Diamati dan dicatat warna yang ditimbulkannya


Hasil

3.4.2. Identifikasi Kation dengan Cara Reaksi Basah

1. 1 mL larutan AgNO3 1%

Dimasukkan kedalam tabung reaksi

Ditambah 0,1 mL larutan HCl 1%

Diamati

Ditambah larutan NH4OH

Diamati

Hasil
7

2.
1 mL larutan Pb(NO3)2 1%

Ditambah 0,1 mL larutan KI 1%

Diamati

Didihkan campuran

Didinginkan

Diamati

Hasil

3.
1 mL larutan HgCl2 1%

Ditambah 0,1 mL larutan KI 1%

Diamati

Ditambahkan larutan KI 1% berlebih

Diamati

Hasil
8

4.
1 mL larutan FeSO4

Ditambah 1 mL larutan NaOH 1%

Diamati

Dikocok

Diamati

Hasil

5.
1 mL larutan BaCl2 1%

Ditambah 1 mL larutan (NH4)2CO3 1%

Diamati

Ditambah 1 mL larutan HNO3 1%

Diamati

Hasil
9

6.
1 mL larutan NaOH

Ditambah 1 mL larutan NH4Cl 1%

Diamati jika lakmus merah bawah


ditempatkan pada bibir tabung

Dipanaskan tabung

Diamati yang terjadi dan baunya

Hasil

3.3.3. Identifikasi Anion dengan Cara Reaksi Basah

1.
1 mL larutan NaBr 1 %

Ditambahkan 1 mL larutan AgNO4 1%

Diamati

Hasil
10

2.
1 mL larutan Na2SO4 1 %

Ditambahkan 1 mL larutan BaCl2 1%

Diamati

Hasil

3.
1 mL larutan k2Fe(CN)6
1%

Ditambahkan 1 mL larutan H2SO4 pekat

Diamati

Hasil

4.
1 mL larutan H3PO4 1%

Ditambahkan 1 mL larutan (NH3)2MoO3 1%


dan 1 mL larutan NHO3 1%

Diamati

Hasil
11

5.
1 mL larutan Na2C2O4 1%

Ditambahkan 1 mL larutan H2SO4 1% pekat

Diamati

Hasil

6.
1 mL larutan Na2S2O3 1%

Ditambahkan 1 mL larutan AgNO3 1%

Diamati

Hasil
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Pengamatan

4.1.1 Identifikasi Kation dengan Reaksi Basah

NO PERLAKUAN PENGAMATAN
1 - Sebanyak 1 mL AgNO3 1% + 1 mL - Larutan berwarna putih
HCl 1% - Tidak terjadi perubahan warna
- Ditambah NH4OH berlebih (tetap berwarna putih)
2 - Sebanyak 1 mL Pb(NO3)2 1% + 1 mL - Larutan berwarna kuning pekat
KI 1% - Kuning bening dan terdapat
- Didihkan campuran endapan kuning
3 - Sebanyak 1 mL larutan HgCl 1% + - Larutan tidak berwarna
larutan KI 1%
4 - Sebanyak 1 mL larutan FeSO4 1% + 1 - Larutan berwarna kuning keruh
mL larutan NaOH 1%, kocok dan amati
5 - Sebanyak 1 mL larutan BaCl2 1% + 1 - Larutan tidak berwarna
mL larutan (NH4)2CO3 1% - Tidak terjadi perubahan warna
- Ditambah 1 mL larutan HNO3 1%
6 - Sebanyak 1 mL larutan NaOH 1% + 1 - Larutan berwarna bening
mL larutan NH4Cl 1% - Lakmus berubah menjadi biru
- Diamati kertas lakmus merah
- Dipanaskan tabung lalu lihat apa yang
terjadi

4.1.2. Identifikasi Anion dengan Reaksi Basah

NO PERLAKUAN PENGAMATAN
1 -Sebanyak 1 mL larutan KBr 1% + 0,1 mL - Larutan berwarna putih
larutan AgNO3 1% dan perubahan diamati keruh
2 -Sebanyak 1 mL larutan Na2SO4 + 1 mL larutan - Larutan berwarna putih
BaCl2 1% dan perubahan diamati keruh
3 - Sebanyak 1 mL larutan K4Fe(CN)6 1% + 0,1 - Larutan berwarna
mL larutan H2SO4 pekat dan perubahan diamati kuning
4 - Sebanyak 1 mL larutan H3PO4 1% + 1 - Larutan tidak berwarna
mL larutan (NH4)2MoO4 1% dan 1 mL
larutan HNO3 1%
- Dipanaskan lalu diamati perubahannya
5 - Sebanyak 1 mL larutan Na2C2O4 1% + 1 mL - Larutan tidak berwarna
larutan H2SO4 pekat dan perubahan diamati
6 -Sebanyak 0,1 mL larutan Na2S2O3 1% + 1 mL - Larutan tidak berwarna
larutan AgNO3 1%

12
13

4.2. PEMBAHASAN

4.2.1. Identifikasi Zat Kimia

Identifikasi merupakan salah satu analisis kualitatif yang dapat


dilakukan dengan dua cara, yaitu secara kimia dan fisikokimia. Agar suatu zat
dapat direaksikan atau dapat diidentifikasi maka zat tersebut harus direaksikan
dengan zat lain menjadi zat-zat atau senyawa baru yang sifatnya mudah
dikenali. Reaksi kering biasanya dipakai untuk pengujian pendahuluan
terhadap kemurnian endapan dan pengujian adanya mineral dalam suatu bahan.
Reaksi basah merupakan reaksi yang melibatkan proses pelarutan. Reaksi
basah mudah dilakukan dan jalannya reaksi dapat diikuti dari pembentukan
endapan, perubahan warna, pengeluaran gas atau bau yang spesifik (Petrucci,
1992).
Perubahan-perubahan reaksi kimia dan zat yang digunakan untuk
merubah zat yang akan diidentifikasi disebut pereaksi atau reagen. Reaksi
kimia dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara kering dan cara basah (Tim
Kimia, 2020). Reaksi kering biasanya dipakai untuk pengujian pendahuluan
terhadap kemurnian endapan dan pengujian adanya mineral dalam suatu bahan.
Reaksi basah merupakan reaksi yang melibatkan proses pelarutan. Reaksi
basah mudah dilakukan dan jalannya reaksi dapat diikuti dari pembentukan
endapan, perubahan warna, pengeluaran gas atau bau yang spesifik(Azharman,
2010).

4.2.2. Struktur Nyala Api Bunsen


Uji nyala api pada umumnya digunakan untuk mengidentifikasi
keberadaan ion logam dalam jumlah yang relatif kecil pada sebuah senyawa.
Tidak semua ion logam menghasilkan warna nyala. Analisis kualitatif sangat
penting dilakukan untuk mengetahui komponen-komponen yang terkandung
pada suatu zat. Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara
basah dan kering. Analisis cara kering merupakan penyelidikan bersifat
orientasi, sehingga dapat memberikan informasi yang bermanfaat dalam waktu
singkat (Dewa, 2001).
Nyala api bunsen yang digunakan untuk uji nyala adalah nyala api yang
berwarna kebiruan. Dalam memahami operasi yang berhubungan dengan uji
nyala, maka diperlukan pemahaman tentang struktur nyala api bunsen. Bagian-
bagian dari struktur nyala api bunsen dapat dilihat sebagai berikut (Vogel,
1985).
14

Bagian nyala api bunsen :


a. Daerah nyala oksidasi atas, daerah ini digunakan untuk
mengoksidasi zat yang memerlukan suhu tinggi. Terdapat
oksigen berlebih dan tidak sepanas oksidasi bawah.
b. Daerah nyala reduksi atas, daerah ini digunakan untuk mereduksi
oksida berupa kerak menjadi logam padat. Terdapat banyak
karbon yang dapat memijar.
c. Daerah fusi, yaitu darah nyala yang terpanas digunakan untuk
menguji adanya lelehan zat dan juga untuk melengkapi zona
temperatur bawah dalam menguji kebasahan dari suatu zat.
d. Daerah nyala oksidasi bawah, digunakan untuk mengoksidasi zat
yang larut dalam boraks, natrium, karbonat.
e. Daerah nyala reduksi bawah, digunakan untuk mereduksi boraks
lelehan.
f. Daerah suhu rendah, digunakan untuk mengidentifikasi zat yang
mudah menguap, menguji zat-zat yang ada dan apakah mereka
ikut memberi warna pada nyala.
(Sutresna, 2000)

4.2.3. Reaksi Kering dan Basah


Reaksi kering adalah sebuah uji yang dilakukan dalam keadaan kering
yakni tanpa melarutkan. Contoh reaksi kering dapat dilakukan dengan cara
pemanasan, uji nyala bunsen, uji manik borak. Agar reaksi-reaksi semacam ini
dapat berlangsung maka harus menggunakan nyala api yang tidak berjelaga
yaitu nyala api bunsen. Reaksi kering umumnya dipakai untuk pengujian
pendahuluan terhadap kemurnian endapan dan pengujian adanya mineral
dalam suatu bahan (Azharman, 2010). Zat yang akan diidentifikasi melalui
reaksi kering harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: dapat lebur, mampu
menghasilkan warna yang berbeda dengan nyala bunsen, volatile (mudah
menguap), bertingkah laku redoks (Kartika dan Vaulina, 2017).
15

Reaksi basah ialah uji yang dibuat dengan zat-zat dalam larutan. Suatu reaksi
diketahui berlangsung dengan terbentuknya endapan, dengan pembebasan gas
dan dengan perubahan warna. Mayoritas reaksi analisis kualitatif dilakukan
dengan cara basah. Reaksi basah dilakukan terhadap zat-zat dalam larutan.
Reaksi basah merupakan jenis identifikasi zat secara kualitatif yang sering
digunakan pada umumnya (Vogel, A.I., 1979).

4.2.4. Kation dan Anion


Kation dan Anion adalah ion-ion yang bermuatan positif dan negatif.
Analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam lima
golongan berdasarkan sifat-difat kation itu terhadap beberapa reagensia.
Dengan memakai apa yang disebut regensia golongan secara sistematik, dapat
kita tetapkan ada tidaknya golongan-golongan kation, dan dapat juga
memisahkan golongan-golongan ini untuk pemeriksaan lebih lanjut (Svehla G,
1985).
Kation adalah ion-ion yang bermuatan positif untuk tujuan analisis
kualitatif sistematik. Kation-kation diklasifikasikan dalam lima golongan
berdasarkan sifat-sifatnya. Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi
kation yang paling umum adalah asam klorida, hydrogen sulfida, ammonium
sulfida dan ammonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu
kation bereaksi dengan reagensia-reagensia dengan membentuk endapan atau
tidak (Chang, 2005).
Kation golongan I adalah kation-kation yang akan mengendap bila
ditambahkan dengan asam klorida (HCl). Yaitu Ag⁺, Pb²⁺, dan Hg²⁺ yang akan
mengendap sebagai campuran AgCl. Pengendapan ion-ion golongan I harus
pada temperatur kamar atau lebih rendah karena terlalu mudah larut dalam air
panas. Juga harus dijaga agar asam klorida tidak terlalu banyak ditambahkan.
Dalam larutan HCl pekat, AgCl dan melarut, karena Ag⁺ dan Pb²⁺ membentuk
kompleksi dapat larut (Keenan, 1984).
Kation golongan II tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi
membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral
encer. Ion-ion golongan ini adalah Merkurium (II), Tembaga, Bismut,
Kadnium, Arsenik (II), Arsenik (V), Stibium (III), Stibium (V), Timah (II),
Timah (III), dan Timah (IV). Keempat ion yang pertama merupakan sub
golongan 2A dan keenam yang terakhir sub golongan 2B. Sementara sulfida
dari kation dalam golongan 2A tak dapat larut dalam amonium polisulfida.
Sulfida dari kation dalam golongan 2B justru dapat larut (Vogel, 1985).
Kation golongan III membentuk endapan dengan amonium sulfida
dalam suasana netral atau amoniak. Kation-kation golongan ini adalah Cobalt
(II), Nikel (II), Besi (II), Besi (III), Aluminium, Zink, dan Mangan (II). Kation
golongan IV tidak bereaksi dengan reagensia golongan I, II, dan III. Kation-
kation ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan adanya
amonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Kationkation
golongan ini adalah Kalsium, Strontium, dan Barium. (Vogel, 1985).
16

Kation golongan IV terdiri dari Barium, Stronsium, dan Kalsium.


Kation golongan ini tidak bereaksi dengan Asam klorida, Hidrogen sulfida,
ataupun Amonium sulfida; tetapi Amonium karbonat membentuk endapan-
endapan putih. Endapan yang terbentuk merupakan karbonat dari logam-logam
golongan IV yaitu : Ba2+ , Ca2+, Sr2+ kemudian disaring. (Chang, 2005).
Kation golongan V merupakan kation-kation yang umum tidak
bereaksi dengan reagensia golongan sebulumnya. Yang termasuk anggota
golongan ini adalah ion-ion Magnesium, Natrium, Kalium, Amonium, Litium,
dan Hidrogen (Vogel, 1985).
Anion adalah ion/gugus yang memiliki muatan negatif. Reaksi dalam
anion digunakan untuk memudahkan reaksi asam-asam organik. Anion
dikelompokkan menjadi beberapa termasuk lebih dari satu sub golongan dan
tak mempunyai dasar teoritis. Pada hakekatnya, proses-proses yang dipakai
dapat dibagi kedalam (A) proses yang melibatkan identifikasi produkproduk
yang mudah menguap, yang diperoleh pada pengolahan dengan asam-asam,
dan (B) proses yang tergantung pada reaksi-reaksi dalam larutan (Mulyono,
2005).
Identifikasi anion atau sisa asam didasarkan atas perbedaan kelarutan
dari garam-garam barium dan perak. Sisa asam atau anion dapat
dilklasifikasikan menjadi 7 golongan, yaitu:
a. Golongan 1 adalah asam atau sisa asam yang garam peraknya tidak
larut dalam air dan asam nitrat tetapi garam bariumnya larut dalam
air. Yang masuk golongan ini adalah asam klorida, asam bromida,
asam iodida, asam sianida, ferosianida, ferisianida, tiosianida dan
asam hipoklorit.
b. Golongan 2 adalah asam atau sisa asam yang garam peraknya larut
dalam air asam nitrat tetapi tidak larut atau sukar larut dalam air,
sedangkan garam bariumnya larut dalam air. Yang masuk golongan
ini adalah: hidrosulfat, hidrogen sulfida, hidroselenat, nitrit, asetat,
sianat, hipofosfit, hidrotekirat dan asam hidrozoat.
c. Golongan 3 adalah asam atau sisa asam yang garam peraknya
berwarna putih dan larut dalam asam nitrat, sedangkan garam
bariumnya sukar larut atau tidak larut dalam air tetapi larut dalam
asam nitrat. Yang termasuk golongan ini adalah sulfit, selenit,
karbonat, oksalat, iodat, borat, molibdat, selenat, dan telurat
tertarat, citrat dan asam meta serta pirofosfat.
d. Golongan 4 adalah asam atau sisa asam yang garam peraknya
berwarna dan larut dalam asam nitrat, tetapi garam bariumnya tidak
larut dalam air namun larut dalam asam nitrat. Yang termasuk
golongan ini adalah fosfat, arsenat, arsenit, vanadat, tiosulfat,
kromat dan asam feriodat.
e. Golongan 5 adalah asam atau sisa asam yang garam peraknya dan
bariumnya larut dalam air. Yang termasuk golongan ini adalah
nitrat, klorat, perkiorat, persulfat asam menganat.
17

f. Golongan 6 adalah asam yang garam asamnya larut dalam air tetapi
garam bariumnya tidak larut dalam asam nitrat. Yang termasuk
golongan ini adalah asam-asam sulfat, hidroflorat dan fluosilikat.
g. Golongan 7 adalah asam-asam yang tidak volatil yang membentuk
garam yang dapat larut hanya dalam alkali. Yang termasuk
golongan ini adalah asam-asam silikat, tungitat, titanat, kolumbat
dan tantalat.

Analisis anion lebih sederhana dibandingkan analisis kation, tetapi


analisis kualitatif anion memerlukan ketelitian dalam melakukan observasi
dari gejala-gejala yang timbul (Vogel, 1985).

4.2.5. Identifikasi Logam-Logam Alkali dengan Reaksi Nyala


Identifikasi logam alkali dengan reaksi kering dilakukan dengan cara
jarum osche dicuci terutama bagian ujungnya dengan cara dicelupkan ke dalam
HCl pekat. Ujung jarum yang berada di daerah fusi api Bunsen kemudian
dipanaskan sampai tidak menimbulkan warna apapun. Ujung jarum dicelupkan
lagi ke dalam HCl pekat kemudian ke dalam masing-masing larutan KCl 5%
dan CaCl2 5%. Langkah terakhir adalah ujung kawat dibakar pada api Bunsen
di daerah oksidasi dan perubahan yang terjadi diamati. Penggunaan HCl pekat
berfungsi untuk membersihkan jarum osche dan juga digunakan untuk
membuat senyawanya mudah menguap karena klorida termasuk senyawa yang
mudah menguap (Svehla, 1985). Menurut referensi Svehla (1985) jarum osche
dikatakan bersih dari pengotor apabila tidak memberikan warna nyala.Pada
percobaan pertama dengan larutan KCl 5% didapatkan hasil pengamatan
bahwa warna nyala apinya berwarna ungu. Data hasil percobaan tersebut
sesuai dengan referensi Vogel (1985) yang menyatakan bahwa nyala api
kalium berwarna ungu dan termasuk ke dalam golongan IA serti ion K+
termasuk ke dalam kation golongan V (Svehla,1985).
Percobaan kedua yang diidentifikasi dilakukan menggunakan larutan
NaCl 5%. Data hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa nyala api
berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan referensi Vogel (1985) yang
menyatakan bahwa warna nyala dari natrium adalah kuning dan natrium
termasuk golongan IA serta ion Na+ nya termasuk dalam golongan kation V
(Svehla, 1985). Percobaan terakhir dari identifikasi logam alkali dengan reaksi
nyala menggunakan larutan CaCl2 5%. Data hasil percobaannya menunjukkan
bahwa warna nyala apinya berwarna jingga (orange). Hal ini sesuai dengan
referensi Vogel (1985) yang menyatakan bahwa wara nyala api dari kalsium
adalah jingga karena senyawa-senyawa kalsium yang mudah menguap.
Kalsium termasuk ke dalam golongan IIA dan ion Ca2+ termasuk dalam kation
golongan IV (Svehla, 1985).
18

4.2.6. Identifikasi Kation dengan Cara Reaksi Basah

a. Identifikasi Kation Ag+ dengan Larutan AgNO3


Langkah pertama yang dilakukan, yakni larutan 1% AgNO3 (gol
1) dimasukkan kedalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes
sebanyak 1 mL dan ditambahkan dengan pereaksi larutan 1% HCl
sebanyak 1 mL. Selanjutnya, diamati apa yang terjadi kemudian
ditambahkan dengan pereaksi larutan 1% NH4OH dan diamati akibat
endapan yang terbentuk. Berikut merupakan reaksinya.

AgNO3 + HCl AgCl + HNO3

Berikut adalah gambar hasil reaksi identifikasi kation dengan


reaksi basah dari AgNO3 dan HCl.

Gambar 4.1 (sebelum reaksi) Gambar 4.2 (sesudah reaksi)

Gambar percobaan di atas menunjukkan hasil reaksi menghasilkan


endapan putih, larutannya tidak berwarna atau bening dan tidak berbau.
Penambahan NH4OH tidak menimbulkan perubahan meskipun saat
dilarutkan sehingga menyebabkan warna larutannya tetap sama. Endapan
tidak larut dalam air dan asam, tetapi larut dalam larutan amonida, sertia
mebentuk garam kompleks yang jika diasamkan akan mengendap kembali
(Harjadi, 1990). Oleh karena itu, hasil analisis pada data pengamatan sesuai
dengan hasil praktikum. Hal ini sesuai dengan teori, yaitu ion Ag+ jika di
reaksikan dengan HCl akan mengendap dan endapannya berwarna putih,
serta termasuk kation golongan I.

b. Identifikasi Kation Pb+ dengan Larutan Pb(NO3)2


Langkah awal percobaan ini adalah memasukkan 1 mL larutan
Pb(NO3)2 ke dalam tabung reaksi menggunakan pipet, kemudian
ditambahkan dengan 1 mL pereaksi larutan KI 1% ke dalam tabunf reaksi
yang sudah berisikan larutan Pb(NO3)2. Pada reaksi ini, larutan akan
berubah warna menjadi warna kuning. Fungsi larutan yang dicampurkan
kemudian dididihkan adalah untuk mempercepat proses reaksi. Setelah
dididihkan larutan akan berubah warna menjadi kuning pucat dan terdapat
endapan. Persamaan reaksi dari percobaan tersebut yakni sebagai berikut.

Pb(NO3)2 + 2KI PbI2 + 2KNO3


19

Selain itu, disajikan gambar identifikasi larutan 1% Pb(NO3)2 dan pereaksi


larutan 1% KI yakni sebagai berikut.

Gambar 4.3 (sebelum reaksi) Gambar 4.4 (sesudah reaksi)

Gambar percobaan diatas menunjukkan hasil reaksi antara 1%


Pb(NO3)2 dan pereaksi 1% KI. Larutan yang berwarna kuning pekat
berubah menjadi tidak berwarna setelah dipanaskan. Endapan tersebut
merupakan senyawa PbI2 dikarenakan larutan yang tergolong asam kuat
seperti Pb(NO3)2 akan mengendap sebagai garam klor (Besari, 1982). Data
perubahan warna pada data pengamatan sesuai dengan percobaan
praktikum yakni, warna larutan sebelum direaksikan berwarna kuning dan
setelah direaksikan tidak berwarna yang disertai adanya endapan berwarna
kuning.

c. Identifikasi Kation Hg+ dengan larutan HgCl2


Langkah awal dari percobaan ini adalah memasukkan 1 mL larutan
HgCl2 ke dalam tabung reaksi menggunakan pipet tetes, kemudian
menambahkan 1 mL pereaksi larutan KI 1% ke dalam tabung reaksi yang
telah berisikan larutan HgCl2. Pada reaksi ini akan dihasilkan larutan yang
tidak berwarna. Setelah itu, larutan ditambahkan dengan larutan KI 1%
berlebih. Persamaan reaksi dari percobaan tersebut yakni sebagai berikut.

HgCl2 + 2KI HgI2 + 2KNO

Selain itu, disajikan gambar identifikasi larutan 1% HgCl2 dan pereaksi


larutan 1% KI yakni sebagai berikut.

Gambar 4.5 (sebelum reaksi) Gambar 4.6 (sesudah


reaksi)
20

Gambar percobaan diatas menunjukkan hasil reaksi antara 1%


HgCl2 dan 1% pereaksi larutan KI dimana berdasarkan percobaan tersebut
yang belum direaksikan memiliki warna bening dan tidak terdapat
endapan. Kondisi larutan setelah direaksikan masih sama seperti
sebelumnya, yakni tidak ada perubahan apapun baik dari segi warna, bau
dan endapan. Ion Hg+ yang ditambahkan dengan larutan KI akan
mempunyai endapan yang berwarna merah jingga dan bersifat khas (Rana,
2017). Oleh karena itu, data pada pengamatan berbeda dengan referensi.

d. Identifikasi Kation Fe+ dengan Larutan FeSO4


Langkah awal dari percobaan ini adalah memasukkan 1 mLlarutan
FeSO4 ke dalam tabung reaksi menggunakan pipet,kemudian
menambahkan sebanyak 1 mL NaOH 1 % ke dalamtabung reaksi yang
telah berisi 1 mL larutan FeSO4 menggunakan pipet yang lain. Reaksi ini
akan menghasilkan larutan berwarnakekuningan. Setelah itu larutan
dikocok dan akan dihasilkanlarutan terdapat endapan kuning. Persamaan
reaksi pada percobaan tersebut yakni sebagai berikut.

FeSO4 + 2NaOH Fe(OH)2 + Na2SO4

Selain itu, disajikan gambar identifikasi larutan 1% FeSO4


dan pereaksi larutan 1% NaOH yakni sebagai berikut.

Ketika larutan belum direaksikan, keadaan fisik larutantersebut berwarna


kuning dan terdapat endapan. Larutan yang belum direaksikan memiliki
warna bening cenderung agak biruyang tidak memiliki bau dan endapan.
Ion Fe3+ yang direaksikandengan NaOH akan menghasilkan endapan
berwarna cokelatkemerahan yang termasukgolongan (NH4)2S yakni kation
golongan ini tak bereaksi asam loridaencer, ataupun denganhidrogen
sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun,kation ini membentuk
endapan dengan ammonium sulfida dengansuasana netral atau amoniakal
(Rana, 2017). Oleh karena itu, hasil percobaan dengan data referensi
berbeda.
21

e. Identifikasi Kation Ba2+ dengan Larutan BaCl2


Langkah awal dari percobaan ini adalah memasukkan 1 mLlarutan
BaCl2 1% ke dalam tabung reaksi menggunakan pipet, kemudian
menambahkan 1 mL (NH4)2CO3 1% ke dalam tabung reaksi yang berisi
larutan BaCl2 menggunakan pipet yang lain.Larutan yang tidak berwarna
akan dihasilkan dalam reaksi ini.Setelah itu larutan ditambahkan sebanyak
1 mL HNO3 1% dan setelah ditambahkan tidak terjadi perubahan apapun
pada larutan. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut.

BaCl2 + (NH4)2CO3 BaCO3 + 2NH4Cl

Selain itu, disajikan gambar identifikasilarutan 1% BaCl2, pereaksilarutan


1% (NH4)2CO3 dan penambahan 1% pereaksilarutan HNO3 yakni sebagai
berikut:

Larutan yang sudah direaksikan tidak mengalami perubahanapapun baik


dari segi warna, bau dan endapan. Larutan tetap tidak berwarna, tidak ada
bau dan tidak timbul endapan. Larutan BaCl2 di tambahkan larutan
ammonium karbonat (NH4)CO3 membentuk endapan putih. Hal ini
menunjukkan bahwa hasilreferensi berbeda dengan hasil pengamatan
dimana menurut data pengamatan larutan setelah direaksikan tidak terjadi
perubahanapapun, sedangkan dalam referensi dicantumkan bahwa
timbulendapan putih setelah ditambahkannya larutan (NH4)2CO3.

f. Identifikasi Kation Na+ dengan Larutan NaOH


Larutan lainnya yang dapat mengidentifikasi kationdengan reaksi
basah yakni dengan menggunakan larutan 1% NaOH (gol.5). Larutan
tersebut dimasukkan ke dalam tabungreaksi dengan menggunakan pipet
tetes sebanyak 1 ml. Kemudian,ditambahkan dengan pereaksi larutan 1%
NH4Cl sebanyak 1 mL kedalam tabung reaksi tersebut dan lakmus merah
yang ditaruh pada bibir tabung, diamati apa yang terjadi setelah perlakuan
tersebut. Jika tidak ada lakmus, maka batang gelas diambil dan dimasukkan
kedalam HCl pekat yang kemudian ditaruh di atas mulut tabung reaksi dan
diamati. Persamaan reaksi dari percobaan tersebut yakni sebagai berikut.

NaOH + NH4Cl NaCl + NH4OH


22

Selain itu, disajikan gambar identifikasi larutan 1% NaOH dengan


pereaksi larutan 1% NH4Cl yakni sebagai berikut.

Gambar tersebut menunjukkan bahwa kertas lakmus merah berubah


menjadi warna biru setelah ditaruh diatas tabung reaksi. Hal ini
menandakan bahwa pH dari larutan tersebut diatas 7 yakni bersifat basa.
Ketika ion NH4+ ditambahkan dengan NaOH makanakan timbul bau tidak
sedap (amonium) yang menusuk, jugaterbentuknya kabut putih yang
merupakan sifat khas dari amonia (Julian, 2014). Percobaan tersebut
membuktikan bahwa zat yangdireaksikan menghasilkan basa karena,
perubahan warna pada lakmus.

4.2.7. Identifikasi Anion dengan Reaksi Basah


Anion adalah ion negatif yang terbentuk ketika atom nonlogam
memperoleh satu atau lebih elektron. Anion dinamakandemikian karena
mereka tertarik ke anoda (bidang positif) dalammedan listrik. Atom biasanya
mendapatkan elektron sehinggamereka akan memiliki konfigurasi elektron
seperti gas mulia.Semua unsur dalam kelompok 17 memiliki tujuh elektron
valensikarena konfigurasi ns2 np5 dibagian terluarnya. Oleh karena itu,setiap
unsur akan mendapakan satu elektron dan menjadi aniondengan muatan -1.
Demikian juga kelompok 16 unsur membetukion dengan muatan -2 dan
kelompok 15 non logam membentuk iondengan muatan -3. Pengujian anion
dilakukan setelah uji kation(Keenan, 1984). Berikut merupakan beberapa
pembahasanmengenai identifikasi anion dengan reaksi basah.

a. Identifikasi Anion Br- dengan Larutan NaBr


Larutan 1% NaBr (gol.1) dapat digunakan untukmengidentifikasi
anion. Langkah awal dalam percobaan ini yaitumemasukkan 1 mL larutan
NaBr 1% sebanyak 1 ml menggunakan pipet tetes kedalam tabung reaksi
dan ditambahkan dengan pereaksi larutan 1% AgNO3 kemudian diamati
apa yang terjadi.Persamaan reaksi dari percobaan tersebut yakni sebagai
berikut.
NaBr + AgNO3 AgBr + NaNO3
23

Selain itu, disajikan gambar identifikasi larutan 1% NaBr dengan larutan


1% AgNO3 yakni sebagai berikut.

Gambar percobaan diatas menunjukkan bahwa larutan tersebut


setelah direaksikan berwarna putih, tidak berbau, tetapi terbentuk endapan.
Hal ini menunjukkan bahwa adanya perubahan ketika larutan belum
direaksikan dan setelah direaksikan. Larutan yang belum direaksikan
berwarna bening, tidak berbau dan tidakada endapan. Data perubahan
warna pada data pengamatan sesuai dengan percobaan dimana warna
larutan tersebut sebelum direaksikan berwarna bening dan setelah
direaksikan menjadi putih. Berdasarkan referensi, hasil setelah reaksi
sangat berbeda. Larutan yang sudah direaksikan pada data pengamatan
berwarna putih dan terbentuk endapan, sedangkan pada referensi terbentuk
endapan cokelat merah bata.

b. Identifikasi Anion SO2- dengan Larutan Na2SO4


Langkah yang harus dilakukan pada percobaan ini yaitularutan 1%
Na2SO4 (gol.2) dimasukkan kedalam tabung reaksisebanyak 1 ml.
Kemudian, ditambahkan dengan pereaksi larutan1% BaCl2 dan diamati
setelahnya. Persamaan reaksi dari reaksitersebut yakni sebagai berikut.

Na2SO4 + BaCl2 BaSO4 + 2NaCl

Selain itu, disajikan gambar identifikasi larutan 1% Na2SO4 dengan


pereaktan larutan 1% BaCl2 yakni sebagai berikut.
24

Gambar percobaan diatas, menunjukkan bahwa larutan yang sudah


direaksikan berwarna putih walau tidak pekat, sedangkan sebelum
direaksikan larutan cenderung tidak berwarna atau bening. Hal ini
membuktikan bahwa data perubahan warna pada data pengamatan berbeda
dengan hasil percobaan praktikum.Tidak terjadi perubahan warna saat
praktikum. Sedangkan pada saat praktikum warna zat ini berubah dari tidak
berwarna ke warna putih.

c. Identifikasi Anion dalam Larutan K4Fe(CN)6


Langkah yang harus dilakukan pada percobaan ini yaitu larutan 1%
K4Fe(CN)6 (gol.2) dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 1 ml.
Kemudian ditambahkan dengan 1 ml larutan H2SO4 pekat dengan hati- hati
menggunakan pipet tetes dandiamati setelahnya. Persamaan reaksi dari
percobaan tersebutyakni, sebagai berikut.

K4Fe(CN)6 + 2H2SO4 H4Fe(CN)6 +2K2SO4

Selain itu, disajikan gambar identifikasi larutan 1% K4Fe(CN)6 dengan


pereaksi larutan 1% H2SO4 yakni sebagai berikut.

Gambar percobaan diatas menunjukkan bahwa larutan yang sudah


direaksikan berwarna bening, tanpa ada endapan, dan bau yang muncul.
Tidak ada perubahan warna yang terjadi antara larutan yang sebelum
direaksikan dan sesudah direaksikan. Hasil pada data pengamatan
dituliskan bahwa reaksi sebelumnya berwarna kuning sedangkan warna
larutan setelah direaksikan yakni berwarna hijau pucat tanpa endapan dan
bau. Penambahan H2SO4 digunakan untuk mengubah oksalat menjadi
karbon diokasida dan karbon monoksida. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa data perubahan warna pada data pengamatan dan
praktikum berbeda.

d. Identifikasi Anion dalam Larutan H3PO4


Langkah yang harus dilakukan pada percobaan ini yaitularutan
1%H3PO4dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 1ml yang
kemudian ditambahkan pereaksi larutan 1% (NH4)2MoO3 dan larutan 1%
HNO3 sebanyak 1 ml. Kemudian, larutan tersebutdipanaskan sebentar
kemudian didinginkan dan diamati.Persamaan reaksi dari percobaan
tersebut yakni sebagai berikut.
25

H3PO4 + 3(NH4)2MoO3 3H2MoO3 + 2(NH4)3PO4

Selain itu, disajikan percobaan dalam bentuk gambar yakni sebagai


berikut.

Gambar dari percobaan diatas yakni gambar larutan


ketikasebelum direaksikan dan sesudah direaksikan. Keadaan fisik larutan
pada gambar yakni larutan sebelum direaksikan tidak berwarna, tidak ada
endapan, dan juga tidak ada bau. Setelah direaksikan juga didihkan larutan
tidak ada perubahan baik darisegi warna, bau, dan endapan.Oleh karena
itu, Hal ini berbedadengan referensi, dikatakan bahwa reaksi antara
H3(PO)4,(NH4)2MoO3 dan HNO3 akan menghasilkan warna kuning kenari.

e. Identifikasi Anion dalam Larutan Na2C2O4


Langkah yang harus dilakukan pada percobaan ini yaitu larutan
1% Na2C2O4 dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak1 ml yang
kemudian ditambahkan dengan pereaksi larutan 1%H2SO4 pekat sebanyak
1 ml dengan hati-hati yang kemudian diamati. Persamaan reaksi dari
percobaan tersebut, yakni sebagai berikut.

Na2C2O4 + H2SO4 Na2SO4 + H2O + CO2 + CO

Selain itu, disajikan juga dalam bentuk gambar yakni sebagai berikut.
26

Gambar dari percobaan diatas yakni gambar larutan ketika sudah


direaksikan. Keadaan fisik larutan tersebut berwarna bening tanpa ada bau
dan juga endapan, sedangkan larutan yang belum direaksikan pun berwarna
bening. Penambahan H2SO4 digunakan untuk mengubah oksalat menjadi
karbon dioksida dan karbon monoksida. Hal ini sesuai dengan referensi
dimana larutan Na2C2O4 (tidak berwarna) ditambahkan H2SO4 (tak
berwarna)tidak akan berwarna, tidak memiliki endapan, dan tidak berbau.

f. Identifikasi Anion dalam Larutan Na2S2O3


Langkah yang harus dilakukan pada percobaan ini yaitu larutan 1%
Na2S2O3 (gol.4). Larutan tersebut dimasukkan kedalam tabung reaksi
sebanyak 1 ml dan ditambahkan dengan pereaksi larutan 1% AgNO3
sebanyak 1 ml, serta diamati zat apa yang terbentuk dan perubahan warna
yang timbul. Persamaan reaksi pada percobaan tersebut yakni sebagai
berikut.

Na2S2O3 + 2AgNO3 Ag2S2O3 + 2NaNO3

Selain itu, disajikan juga dalam bentuk gambar yakni sebagai berikut.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, ketika Na2S2O3


direaksikan dengan AgNO3 warnanya adalah bening, tanpa endapan, dan
tidak berbau. Warna bening tersebut berbeda dengan data pada data
pengamatan, dimana pada data tersebut larutan setelah direaksikan justru
berwarna cokelat keruh, ada endapan,dan berbau. Hasil pada percobaan
larutan AgNO3 kepada larutan yang diselidiki, maka akan terbentuk
endapan putih yang kemudian berubah warnanya menjadi kuning coklat
dan akhirnya hitam disebabkan terjadinya argentum sulfida.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN
a. Ion K+ masuk kedalam kation golongan V, ion Na+ masuk kedalam kation
golongan V, dan ion Ca2= termasuk kedalam kation golongan IV.
b. Warna yang keluar dari logam disebabkan karena elekron-elektron dalam
logam tersebut akan mendatkan suatu energi.
c. Identifikasi anion dengan reaksi basah sendiri dengan anion-anion Br-, SO42-,
Fe(CN)64-, Cr42-, SO32- yang direaksikan atas dasar perbedaan kelarutan garam
peraknya dan bariumnya. Perbedaan konsentrasi akan mempengaruhi hasil
percobaan.
d. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti tekanan, suhu,
konsentrasi bahan lain dan jenis pelarut.

5.2. SARAN
Saran untuk kegiatan praktikum ini yaitu diharapkan dalam setiap
melakukan praktikum, praktikan selalu mengunakan alat pelindung diri dan
berhati-hati agar tidak menimbulkan kerusakan pada alat-alat laboratorium
ataupun kecelakaan karena bahan- bahan kimia serta lakukan praktikum
dengan tertib sesuai prosedur yang berlaku. Praktikan harus menjaga
kebersihan dari alat hingga ruang laboratorium. Melaksanakan kegiatan
praktikum dengan teliti agar tidak terjadi hal-hal yang berbahaya,dan
membersihkan serta merapikan kembali alat dan bahan laboratorium yang
telah dipakai.

27
DAFTAR PUSTAKA

Azharman. 2010. Kimia Dasar 1. Jakarta: Erlangga.

Chadijah, Siti. 2012. Dasar-dasar Kimia Analitik. Makasar: UIN Press.

Chang, R. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Day, R.A., dan A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

HAM, Mulyono. 2005. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakrata: Bumi Aksara.

Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.

Harvey, D.2000. Modern Analytical Chemistry. New York: McGraw-Hill Comp.

Ismail Besari, dkk. 1982. Kimia Organik Untuk Universitas. Bandung: CV. Armico.

Keenan, Kleinfelter dan Wood. 1984. Kimia untuk Universitas Edisi Keenam Jilid 2.

Jakarta: Erlangga.

Patnaik, P.2004. Dean’s Analytical Chemistry Handbook second Edition. New York: McGraw-

Hill Comp.

Petrucci, R.H. 1992. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 1.

nnnnnnnErlangga:Jakarta.

Ramzan, N and Rana, S.A. (2017). Expression of gratitude and subjective well-being among

university teachers. Middle-East Journal of Sciencitific Research, 21(5), 756-762.

Svehla. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Cetakan Pertama. Jakarta:

..............Penerbit PT Kalman Media Pustaka.

Suparissa, I Dewa Nyoman. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Sutresna, Nana. 2000. Panduan Menguasai Kimia 2. Bandung: Ganecca Exact.

Underwood. 1986. Analisis kimia kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Vogel, A.I. 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian 1

Edisi V. Jakarta: PT. Kalma Media Pustaka.

Vogel. 1985. Analisa Anorganik Kualitatis. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.

28

Anda mungkin juga menyukai