Anda di halaman 1dari 13

TIK 144 : KIMIA ANALISA (3SKS)

Silabi :
1.
Dasar-dasar analisa kimia.
2.
Analisa kation, anion, dan campuran.
3.
Larutan standart dan kesetimbangan kimia.
4.
Acidi alkali.
5.
Argentometri.
6.
Permanganometri dan Iodometri.
7.
Gravimetri.
8.
Komplexometri.
9.
Dasar-dasar analisis kimia dengan instrumen.
10. Spektrofotometri sinar tampak, U V, dan I R.
11. Spektrofotometri emisi nyala.
12. A A S.
13. Potensiometri.
14. Konduktometri.
15. Kromatografi gas-cair.
16. Kromatografi gas-padat.

Daftar pustaka :
1.
Vogels. A.I., A Text Book of Macro and Semi Micro Qualitative Inorganic Analysis .
2.
Underwood, Chemical Analysis.
3.
Hamilton & Simpson, Calculations of Analytical Chemistry.
4.
Ewing, Instrumental Methods of Chemical Analysis
BAB I : PENDAHULUAN
Tujuan Kimia Analisa :
Mencari komposisi atau struktur suatu zat /campuran dalam suatu sampel (contoh).
Pembagian Kimia Analisa :

Analisa kualitatif :
Untuk mencari ada atau tidaknya suatu unsur / zat dalam suatu contoh.

Analisa kuantitatif :
Untuk menentukan kadar suatu unsur yang ada dalam suatu contoh.
Langkah langkah analisa suatu sampel :
1.
Sampling.
Untuk mendapatkan sampel homogen yang representatif untuk dianalisa.
2.
Merubah unsur.
Untuk mempermudah penentuan.
3.
Pemisahan unsur.
Pemisahan komponen yang akan ditentukan dari komponen yang mungkin mengganggu analisa.
4.
Pengerjaan analisa.
5.
Perhitungan hasil dan pengambilan kesimpulan.
Cara-cara pemisahan unsur yang sering dipakai :
1.
Presipitasi / pengendapan.
2.
Elektroda diposisi
3.
Khromatografi
4.
Destilasi bertingkat.
5.
Ekstraksi counter current
6.
Pertukaran ion
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada pemilihan cara analisa :
1.
Macam cuplikan yang dianalisa dan jumlah komponen yang harus ditentukan.
2.
Perkiraan kadar dari komponen-komponen yang ada dalam sampel.
3.
Ketelitian yang harus dicapai.
4.
Jumlah sampel yang harus dianalisa.
Sebelum melakukan analisa biasanya timbul pertanyaan-pertanyaan sbb. :

Apa tujuan analisa

Apa yang ingin diketahui

Terkandung dalam sampel apa zat yang ingin dianalisa.

Pengotor apa yang sering terdapat dalam sampel.

Berapa besar ketelitian yang diinginkan.

Larutan standart apa yang tersedia.

Berapa jumlah sampel yang harus dikerjakan dalam sehari.

Dimana analisa dikerjakan.

Apakah tersedia instrumen yang dibutuhkan.

Bagaimana hasil yang diinginkan.


Ketepatan (accuracy) :
Menyatakan apakah antara nilai hasil analisa yang dilakukan sama dengan niali sebenarnya yang dicari.
Kelitian (Precision) :
Menyatakan apakah antara nilai hasil analisa yang dilakukan berulang kali ada persesuaian satu dengan yang lain.
Kesalahan dapat diklasifikasikan menjadi :
1.
Kesalahan yang dapat ditentukan, meliputi :
Kesalahan alat.
Kesalahan peneliti.
Kesalahan metode penelitian.
2.
Kesalahan yang tidak dapat ditentukan

Contoh : Kesalahan akibat fluktuasi (temperatur & tekanan)


YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA ANALISA KIMIA
Proses pembentukan endapan:
1.
Sampel ditambah zat pereaksi kira-kira setengah dari yang diperlukan.
2.
Endapan ditapis
3.
Filtratnya ditambahkan pereaksi lagi
4.
Jika tak terbentuk endapan
zat pereaksi telah cukup.
Pencucian endapan
Gunanya untuk membersihkan endapan dengan cara melarutkan kotoran yang terikut di dalam endapan yang terjadi.
Pencucian endapan dengan cara dekantir :
1.
Endapan dibiarkan mengendap sempurna
2.
Filtrat yang bening dituang, dan diganti dengan larutan pencuci.
3.
Dilakukan pengadukan dan didekantir kembali.
Syarat larutan pencuci :
1.
Tidak melarutkan endapan.
2.
Tidak bereaksi dengan endapan.
3.
tidak menyebabkan endapan baru.
4.
Mudah menguap pada temperatur dimana endapan dikeringkan/dibakar.
5.
Mudah melarutkan zat-zat yang bukan endapan (kotoran).
Pengaruh jumlah pencucian terhadap endapan

Bila dilakukan sekaligus (total)


Vol. pencuci = Vt

Bila dilakukan n kali pencucian


Vol. Pencuci = Vn = 1/n . Vt
Vt = n . Vn
Konsentrasi kotoran setelah pencucian ke n :
Xn = X0 [u/(u+v)]n
Dengan :
X0 : konsentrasi kotoran sebelum dicuci
U : volume pencuci yang melekat pada endapan
setelah penyaringan.
V : vol. Pencuci pada setiap pencucian.
N : jumlah pencucian.
Contoh :
Volume pencuci total 10 ml
a. Pencucian dilakukan 1 kali.
b. Pencucian dilakukan sebanyak 5 kali
Pembuktian :
a. volume pencuci = 10 ml
Xn = X0 [u/(u+v)]n
X1 = X0 [1/(1+10)]1 = 1/11 X0
b. volume pencuci = 10/5 ml = 2ml
X5 = X0 [1/(1+2)]5 = (1/3)5 X0 = 1/243 X0
Kesimpulan : konsentrasi kotoran yang menempel pada endapan setelah 5 kali pencucian lebih kecil dari pada 1 kali pencucian atau 1/243 X 0 <
1/11 X0.
Menapis endapan
Maksud : memisahkan endapan dengan pereaksi.
Jarak kertas saring dengan pinggir corong 1 cm.
Pemakaian corong dan kertas saring disesuaikan dengan banyaknya endapan (tidak melihat banyaknya larutan).
Isi endapan tidak boleh lebih dari tinggi kertas saring.

gelas
enda
pan
filtr
at

Cara memindahkan endapan


Jika endapan banyak, kertas saring dibuka dan ditempatkan pada gelas arloji kemudian endapan diambil dengan spatula.
Jika endapan sedikit, dapat dilakukan dengan melubangi kertas saring, kemudian dialiri dengan air pencuci.
Jika endapan sedikit sekali, kertas saring dan endapan dimasukkan ke beaker glass yang berisi zat pelarut. Zat pelarut diuapkan dengan
pemanasan.
Apabila endapan berbentuk gel, kertas saring yang digunakan adalah kertas saring bebas abu, kemudian kertas saring beserta endapan
diletakkan di cawan porselin dan dibakar pada suhu 600 C
BAB II : ANALISA KUALITATIF
Tujuan analisa kualitatif adalah :
untuk mengetahui unsur yang terkandung dalam sampel.
Untuk mengetahui apakah dalam sampel mengandung unsur/zat tertentu.
2.1. Pemeriksaan pendahuluan :
Merupakan cara pengenalan.
Hasilnya tidak menentukan tapi dapat digunakan sebagai petunjuk jenis zat yang mungkin terkandung dalam sampel
mempermudah analisa.
Pemeriksaan pendahuluan biasanya dilakukan pada sampel padat.
Pemeriksaan pendahuluan menggunakan panca indra :
Licin
: Mg
Asin
: Na
Amis/peret : Fe
Hitam
: - Garam oksida Cu, Mn.
Garam sulfida Hg, Cu, Pb, Fe, Ag, Co
Kuning
: - Garam oksida Hg, Pb

- Garam khromat Pb, I, K4Fe(CN)6.


Biru
: Garam Co anhidrid.
Hijau
: Garam ferro, Ni, Cr(OH)3, Cr2O3.
Oranye
: K2Cr2O7, Sb2S3.
Violet
: KMnO4.
2.2. ANALISA DENGAN NYALA API
Kawat platina (Pt) dicelup dalam larutan
HCl, lalu dipanaskan dalam nyala api
(bunsen) sampai berwarna merah.
Kemudian dengan cepat dimasukkan
lagi ke larutan HCl (larutan mutu) dan ke dalam sampel, setelah itu dipanaskan lagi dalam nyala api.
Pembagian nyala api :
a.
Bagian oksidasi atas (terletak di bag. atas luar) : nyala api tidak bercahaya, banyak mengandung oksigen. Fungsi : untuk
oksidasi zat-zat yang tidak memerlukan temperatur tinggi.
b.
Bagian reduksi atas (terletak di bag. atas dalam) : ujung lengkungan nyala biru, banyak C yang belum terbakar. Fungsi :
mereduksi oksida logam menjadi logam.
c.
Bagian terpanas (terletak di sepertiga dari atas) : untuk zat yang meleleh (tidak mudah menguap).
d.
Bagian oksidasi bawah (bag. bawah Luar): untuk zat yang larut dalam mutu dan mudah menguap pada nyala api.
e.
Bagian reduksi bawah (lebih kecil dari daya reduksi atas) : untuk mereduksi zat-zat terlarut dalam mutu.
f.
Bagian suhu terendah (terletak pada dasar nyala) : untuk menyelidiki zat-zat yang mudah menguap.
Daerah nyala :
1.
Mantel ADB : mengandung banyak gas yang belum terbakar
2.
Puncak D : puncak bercahaya, akan tampak bila lubang udara dari nyala diperkecil.
3.
Mantel ACBD : gas terbakar dengan sempurna.
Pada nyala api bunsen yg tdk berwarna, suatu persenyawaan logam akan menguap dan memberi warna khusus dlm nyala api.
DAFTAR WARNA YANG TIMBUL (lart. HCl)
Unsur
Warna
Unsur
Warna
Na
Kuning emas
Ba
Hijau kuning
K
Merah lembayung
Cu
Hijau biru
Li
Merah
Sb
Hijau kelabu
Te
Hijau
As
Biru pucat
Ca
Merah kekuningan
Pb
Biru kelabu
Sr
Merah nyala
Logam Na akan memberikan warna yang kuat pada nyala api, sehingga akan mengganggu warna dari unsur lain (misal K). Untuk melihat warna
nyala dari K dapat diatasi dengan menggunakan kaca Co atau larutan tawas khrom (K2SO4Cr2(SO4)3.24H2O).
-

Logam
Cu
Fe
Cr
Mn
Co
Ni

Logam
Cu
Fe
Cr
Mn
Co
Ni

Nyala
Panas
Hijau
Coklat kng
Kuning
Violet
Biru
Violet

WARNA YANG TIMBUL BILA MENGG. MUTU BORAKS


Oksidasi
Nyala
Dingin
Panas
Biru
Tak berwarna
Kuning
Hijau
Hijau
Hijau
Kemerahan
Tak berwarna
Biru
Biru
Merah coklat
Abu-abu

Nyala
Panas
Hijau
Kuning
Hijau
Violet
Biru
Coklat

WARNA YANG TIMBUL BILA MENGG. MUTU PHOSPHAT


Oksidasi
Nyala
Dingin
Panas
Biru
Tak berwarna
Kuning
Kuning
Hijau
Hijau
Violet
Tak berwarna
Biru
Biru
Coklat
Coklat

reduksi
Dingin
Coklat
Hijau
Hijau
Tak berwarna
Biru
Abu-abu
reduksi
Dingin
Merah
Tak berwarna ke hijau
Hijau
Tak berwarna
Biru
Abu-abu

2.3. PENYELIDIKAN BASAH


Dalam penyelidikan basah digunakan reaksi yang mudah diamati dengan panca indra.
Zat padat yang akan dianalisa dilarutkan dalam pelarut yang sesuai sampai homogen. Reaksi yang terjadi dapat diketahui dengan terbentuknya :
- endapan
- keluarnya gas
- terjadinya perubahan warna
Contoh :
Gas SO2 : kertas ditetesi K2Cr2O7
Hijau.
Acetat
: dengan indigo test
hijau biru
Br : kertas + fluorin
merah
I: kertas + amilum
biru
HCN
: kertas + CN
ditetesi larutan FeCl3 dan HCl
Merah.
Pemeriksaan PH
Untuk analisa sampel yang larut dalam air :
PH < 7 : diperkirakan mengandung NH4- , Fe, Ag, Hg.
PH netral : diperkirakan Bi, Sb
PH > 7 : diperkirakan ion-ion karbonat, sulfat, thiosulfat.
Tahap persiapan pada analisa anion-kation
Sampel dilarutkan dengan pelarut yang sesuai sampai homogen. Kemudian larutan dibagi menjadi 3 bagian :
Analisa kation
Analisa anion
Persediaan bila analisa gagal.
Pelarut yang dipakai dalam analisa kualitatif :
Air dingin / panas

Asam Sulfat dingin / panas


Asam Nitrat dingin / panas

Asam Chlorida dingin / panas

Aqua regia dingin / panas


Pengaturan PH
PH larutan perlu diperhatikan untuk analisa unsur-unsur tiap golongan. Misalnya pada PH 0,5 golongan II mengendap sempurna. Pengaturan PH
dapat dilakukan dengan melihat perubahan yang terjadi pada penambahan indikator.
Penambahan pereaksi
H2O2 : Untuk mengoksidasi Sn+2
Sn+4, sehingga dapat mengendap sebagai SnS2 yang mudah pemisahannya.

HNO3 : mengoksidasi Fe++

Fe+++ agar mengendap sebagai Fe(OH)3 secara sempurna.

H2S : Untuk mengendapkan unsur-unsur golongan II A dan IIB .


HNO3 ; Untuk mengurangi ion Amonium, sebab bila terlalu banyak NH 3, akan mempersulit pengendapan Ca, Ba, dan Sr sebagai garam
Carbonat.

ANALISA ZAT MURNI TUNGGAL


Analisa ini merupakan analisa yang paling sederhana. Hanya dengan menambahkan pereaksi sudah dapat disimpulkan hasilnya.
Contoh :
Adanya NH4 : Dapat dibuktikan dengan menambahkan basa kuat, sehingga terbentuk gas NH3 yang berbau khas.

Adanya Ag : Dengan HCl akan membentuk endapan putih. Tetapi karena adanya Pb dan Hg juga memberikan endapan putih, maka
dilakukan penambahan NH4OH yang akan melarutkan AgCl sedangkan PbCl2 dan HgCl2 tidak larut.

ANALISA CAMPURAN
Cara klasik yang digunakan untuk analisa campuran adalah pemisahan unsur pada setiap golongan dengan menambahkan pereaksi yang sesuai
dengan ion-ion yang terdapat pada setiap golongan. Prinsip dasarnya adalah pengendapan dengan H 2S yang didasarkan pada hasilkali kelarutan
garam-garam sulfida.
PENGENDAPAN DENGAN H2S
1.
Cara bubling :
Dengan mengalirkan gas H2S ke tabung reaksi atau tempat lain yang berisi larutan yang akan diendapkan. Cara ini kurang efisien karena absorbsi
gas hanya pada permukaan gelembung, sehingga absorbsi gas sedikit dan banyak gas yang terbuang.
Gas H2S yang digunakan dibuat dengan mereaksikan pirit dengan suatu asam (HCl/H2SO4).
(FeS, Fe2S3)
+
HCl/H2SO4
H2S
2.
Cara tekanan
B

Keterangan :
A : Pesawat Kipps untuk pembuatan gas H2S.
B & D : Kran untuk mengatur aliran gas.
C : Botol pencuci berisi air yang berguna untuk mengambil HCl pada aliran gas H 2S.
E : Erlenmeyer berisi zat/larutan yang akan diendapkan.
Cara kerja :
1.
Mula-mula sumbat karet/gabus penutup erlenmeyer E dibuka sedikit. Kran B dan D juga dibuka.
2.
Gas H2S akan mengalir masuk ke botol C, kemudian erlenmeyer E. Udara diatas erlenmeyer akan keluar.
3.
Proses ini dijalankan tidak lebih dari 30 detik.
4.
Sumbat di erlenmeyer ditutup rapat, dan erlenmeyer dikocok pelan-pelan.
5.
Pengaliran gas dilanjutkan sampai larutan pada erlenmeyer jenuh dengan H 2S, dan endapan sulfida terbentuk sempurna.
6.
Kesempurnaan endapan dapat diuji dengan menapis endapan, dan filtrat dialiri dengan H 2S lagi seperti prosedur diatas.
ANALISA KUALITATIF
SISTEM PENGENDAPAN DENGAN H2S
Sampel
+ HCl 6M
endapan
AgCl, Hg2Cl2, PbCl2
(golongan I )

filtrat
+ HCl 6M,H2O2
air yod, NH4OH
H2S

endapan
HgS;PbS;CuS;Bi2S3
CdS;As2S5;Sb2S5;SnS2
(golongan II)

filtrat
panaskan
+ air brom
NH4OH
+(NH4)2S2
endapan
filtrat
Fe(OH)3;Al(OH)3

HgS;PbS
CuS;Bi2S3
CdS
(gol. IIA)

AsS4-3;SbS4-3;
SnS2=
(gol.IIB)

Cr(OH)3
(gol. III)

+ NH4OH
H2S

endapan
ZnS;CoS
NiS;MnS
(gol.IV)

CaCO3;BaCO3
SrCO3
(golongan V)

filtrat
+ NH4OH
(NH4)2CO3

Mg+ ; K+
Na+
(golongan VI)

KETERANGAN
Golongan I :
Penambahan larutan HCl 6M akan mengendapkan ion-ion Ag+, Pb+2, dan Hg2+2 sebagai garam khlorida. Sedangkan ion-ion lain tetap dalam
larutan.
Golongan II :
Filtrat golongan I ditambahkan H2O2, NH4OH, air yod, gas H2S. Penambahan H2O2 untuk mengoksidasi Sb+3, Sb+3, Sn++ dan Fe++ menjadi As+5,
Sb+5, Sn+4, dan Fe+3. PH larutan dibuat = 0,5.
Besarnya konsentrasi S= dapat dihitung sbb :
H2S
H+
+
HSpK1 = 7
HSH+
+
S=
pK2 = 14
Kelarutan H2S adalah 0,01 mol/liter
K1 = [H+] [HS-]
= 10-7
[H2S]
K2 = [H+] [S=]
= 10-14
[HS-]
K1 . K2 = [H+]2 [S=]
= 10-7 . 10-14 = 10-21
[H2S]
Penambahan NH4OH menyebabkan [H+] = 0,3 M.
Sehingga :
10-21 = [0,3]2 [S=]
[S=] = 10-22 M
0,01
Dengan demikian hanya kation yang Ksp nya dilampaui pada S= = 10-22M akan mengendap sebagai sulfida.
-50
Misal : HgS (Ksp = 10 ) akan mengendap, sedangkan MnS tidak mengendap (Ksp = 10-15).
Endapan yang terjadi menunjukkan adanya Hg++, Cu++, Bi+++, Cd++
As+5, Sb+5, Sn+4. Ini dapat dibagi dalam dua golongan dengan menambahkan (NH4)2S2 pada endapan diatas.
As2S5, Sb2S5, dan SnS2 akan larut sebagai kompleks yang stabil (gol II B). sedang HgS, Bi2S3, CuS, CdS, tidak larut (gol. IIA).
Golongan III :
Filtrat golongan II dipanaskan untuk menghilangkan kelebihan H 2S. Penambahan air brom berguna untuk mengoksidasi Fe ++ menjadi
Fe+3. Selanjutnya ditambahkan NH4OH berlebih. Setelah semua HCl dinetralkan, kelebihan NH 4OH menghasilkan endapan hidroksida yang sukar
larut dan tidak membentuk kompleks dengan NH3, yaitu endapan : Al(OH)3 (putih), Fe(OH)3 (coklat), Cr(OH)3 (hijau).
Golongan IV :
Filtrat golongan III ditambahkan lagi NH 4OH sehingga larutan bersifat basa lemah, kemudian dialiri gas H 2S. pH larutan kira-kira 10 dan
konsentrasi S= dapat dihitung sbb :
K1 . K2 = [H+]2 [S=]
= 10-21
[H2S]
= [10-10]2 [S=]
0,01
[S=] = 10-3 M.
=
Dengan konsentrasi S yang cukup besar, maka ion Zn++, Co++, Ni++, dan Mn++ dapat diendapkan sebagai sulfida.
Golongan V
Filtrat golongan IV ditambahkan larutan (NH 4)2CO3. Hal ini menghasilkan konsentrasi CO 3= yang cukup tinggi, sehingga ion-ion Ca ++,
Ba++, dan Sr++ dapat mengendap sebagai garam-garam karbonat.
Golongan VI
Filtraf golongan V kemungkinan masih mengandung ion-ion Na+, K+, dan Mg++.
Keberatan pemakaian H2S
a.
Gas H2S merupakan racun.
b. Gas H2S terjadinya lambat, sehingga membatasi kecepatan analisa.
Keuntungan pemakaian H2S
Dapat memisahkan unsur-unsur setiap golongan secara terperinci, dan dapat memisahkan sampai golongan VI.

BAB III
DASAR-DASAR ANALISA VOLUMETRI
Merupakan salah satu cara pada analisa kuantitatif. Sebagai dasar analisa adalah pengukuran volume (titrasi) dari suatu larutan standart.
Larutan standart atau larutan baku adalah : larutan yang telah diketahui kadarnya/konsentrasinya secara pasti.
Analisa volumetri didasarkan pada suatu reaksi kimia :
aA + bB
hasil reaksi
a,b = koefisien persamaan reaksi
A = Zat penitrasi / titran
B = zat yang dititrasi
Syarat syarat yang harus dipenuhi :
a.
Reaksi harus berlangsung cepat.
b.
Reaksi harus stoikhiometri dan tidak terjadi reaksi samping.
c.
Terjadi perubahan yang besar dan sekonyong-konyong bila titik ekivalen dicapai.
d.
Ada indikator sebagai penunjuk perubahan pada titik ekivalen.
3.1. Pembagian analisa volumetri
Analisa volumetri didasari reaksi-reaksi :
1). Reaksi kombinasi ion.
a. Reaksi asam basa (penetralan)
H3O+ + OH2H2O
H3O+ + AHA + H2O
B+ OHBOH
Asam dan garam dari basa lemah dapat dititrasi dengan larutan baku basa. Proses ini disebut Alkalimetri.
Basa dan garam dari asam lemah dapat dititrasi dengan larutan baku asam disebut proses Asidimetri.
b. Reaksi pengendapan.
Contoh : argentometri
Ag+ + ClAg Cl (p)
Pb++ + CrO4=
PbCrO4 (p)
c. Reaksi berdasar perpindahan elektron (redoks)
Contoh :
(Permanganometri) :

Fe++ + Ce4+
(Yodo yodimetri ) :
I2 + 2S2O3=

Fe3+ + Ce3+
2I- + S4O6=

3.2. Penentuan titik akhir titrasi.


Reaksi yang terjadi pada setiap saat selama titrasi berlangsung, dapat ditentukan konsentrasi ion maupun molekulnya.
Hasil perhitungannya dapat digambarkan dalam grafik antara konsentrasi H+ dengan volume titran.

Grafik akan lebih jelas apabila konsentrasi [H+] diubah ke harga PH, dan kurva dapat digambarkan sebagai berikut :

Titik dimana banyaknya titran yang ditambahkan ekivalen dengan banyaknya zat yang dititrasi dinamakan titik ekivalen.
Dalam percobaan, titik ekivalen tersebut dapat diamati antara lain dengan :
1.
Perubahan warna larutan atau indikator yang ditambahkan.
2.
Terjadinya kekeruhan
3.
Perubahan potensial elektroda-elektroda yang dicelupkan dalam larutan (titrasi potensiometri)
4.
Perubahan konduktivitas larutan (titrasi konduktometri)
5.
Perubahan arus listrik larutan (titrasi amperometer).
Dalam praktek, titrasi dapat dilakukan apabila titik ekivalen dapat diketahui. Saat dimana terjadi perubahan yang dapat terlihat dinamakan titik
akhir titrasi. Dalam keadaan yang sangat ideal, titik akhir titrasi akan berimpit dengan titik ekivalen, tetapi dalam prakteknya pasti akan ada
perbedaan. Perbedaan ini dinamakan dengan kesalahan titrasi.
Indikator :
Indikator yang digunakan dalam suatu titrasi harus dapat memberikan perubahan warna yang nampak di sekitar pH titik ekivalen titrasi, sehingga
titik akhir titrasinya masih jatuh pada trayek perubahan warna indikator tersebut.

Indikator untuk titrasi asam basa : lihat grafik kurva titrasi acidi-alkali (Fig. 5 Hamilton & Simpson)
3.3. Larutan Standard
Larutan standard atau larutan baku ada 2 macam :
Larutan baku primer : kenormalannya tetap / tidak berubah setiap waktu

Larutan baku sekunder : kenormalannya tidak tetap.


Larutan baku primer dapat disimpan beberapa lama tanpa mengalami perubahan normalitas.
Syarat-syarat larutan baku primer :
1.
Zat tersebut harus murni dan mempunyai rumus molekul yang pasti. Pengotor yang diperbolehkan 0,01 0,02 %
2.
Mudah dikeringkan dan tidak menyerap H2O / CO2 dari udara, serta mudah ditimbang.
3.
Mempunyai berat ekivalen tinggi.
4.
Mempunyai sifat stabil.
Contoh larutan standard primer :
Kalium bikarbonat, Natrium oksalat,
Boraks, Natrium karbonat,
Larutan standard yang tidak memenuhi syarat diatas
larutan standard sekunder.
Contoh larutan standard sekunder : NaOH & HCl
Sebelum digunakan, larutan standard sekunder harus distandarisasi dahulu.
Ketelitian :
Untuk menyatakan konsentrasi larutan tergantung pada ketelitian pada penimbangan dan ketelitian pengenceran.
Cara menyatakan konsentrasi larutan :
1.
% berat = berat zat terlarut (gr) x 100 %
berat larutan (gr)
2.
ppm
= berat zat terlarut (mg)
Volume larutan (lt)
3.
% volume = Volume zat terlarut (ml) x 100 %
Volume larutan (ml)
4.
Molar (M) =
mol zat terlarut
Volume larutan (liter)
5.
6.
7.

Molal

mol zat terlarut


Berat pelarut (kg)
Fraksi mol = mol zat terlarut
Mol larutan total
Normalitas (N) =
Ekivalen zat terlarut
Volume larutan (liter)

3.4. KESETIMBANGAN KIMIA


Tetapan kesetimbangan suatu reaksi dapat menentukan tingkat suatu reaksi berlangsung selengkapnya.
Reaksi dianggap telah mencapai suatu keadaan kesetimbangan , jika laju reaksi ke kanan dan ke kiri sama besar.
Reaksi kesetimbangan :
aA + bB
cC + dD
[C]c [D]d
[A]a [B]b
K = Konstante kesetimbangan
[ ] = Konsentrasi (mol/liter)
Penggunaan analitik .
Air merupakan elektrolit lemah yang berdissosiasi menjadi ion-ion H 3O+ dan OH-.
2 H2O
H3O+ + OHHarga Kw = 1. 10-14 pada 250C
Kw = [H3O+] [ OH- ]
K =

= [1. 10-7] [1. 10-7]


= 1. 10-14
pH = - log [H3O+] = log
1
[H3O+]

Contoh :
1.
Konsentrasi ion hidrogen suatu larutan = 5. 10-7. Hitung pH.
2.
Dalam 0,1 M larutan asam asetat ternyata 1,34 % nya telah terdissosiasi. Hitung harga Ka untuk asam asetat.
Kesetimbangan kelarutan
Tetapan kesetimbangan yang menyatakan kelarutan suatu endapan dalam air sebanding dengan tetapan hasil kali kelarutan
AgCl(p)
Ag+ + ClK = aAg+ . aCla
AgCl
Harga Ksp beberapa garam :
++
=
-10
BaSO4 = [Ba ] [SO4 ] = 1.10
Ag2CrO4 = [Ag+]2 [CrO4=] = 2,4. 10-12
AgCl = 1,5. 10-10
CaCO3 = 4,8. 10-9
Faktor faktor yang mempengaruhi kelarutan :
1.
Suhu.
Untuk kebanyakan garam organik, kelarutan akan bertambah apabila suhu naik.
2.
Pelarut.
Garam anorganik lebih larut dalam air daripada dalam pelarut anorganik.
3.
Pengaruh ion sama.
Sebuah endapan biasanya lebih larut dalam air murni daripada dalam sebuah larutan yang mengandung salah satu dari endapan.
Contoh soal :
1.
Kelarutan Barium Sulfat (BM=233) pada 250C adalah 0,00023 gram/100ml larutan. Hitung harga Ksp.
2.
Kalsium Fluorida (CaF2) mempunyai Ksp = 4. 10-11. Buktikan apakah suatu endapan terbentuk atau tidak , bila larutan-larutan berikut
dicampur :
100 ml larutan 2.10-4 M Ca++ ditambah dengan 100 ml larutan 2.10-4 M F-.
3.

100 ml larutan 2.10-2 M Ca++ ditambah dengan 100 ml larutan 6.10-3 M F-.
Hitung kelarutan dari CaF2 dalam : a) Air, b) Larutan 0,01M CaCl2, c) Larutan 0,01M NaF.

BAB IV : TITRASI ASIDI-ALKALI


Dari grafik kurve titrasi acidi-alkali (Fig. 5 Hamilton & Simpson, hal 160) terlihat bahwa suatu indikator akan berubah warnanya pada kondisi PH
tertentu. Hal ini bisa dikembangkan untuk menentukan komponen tertentu dalam suatu campuran dengan metode dua titik akhir titrasi dalam suatu
titrasi tunggal.
Metode dua titik akhir titrasi ini hanya mungkin digunakan jika pengotor (impuritas) yang ada dalam sampel bersifat inert (tidak aktif).
Contoh campuran alkali yang mungkin adalah :
a). NaOH.
b). Na2CO3.
c). NaHCO3.
d). NaOH + Na2CO3.
e). Na2CO3 + NaHCO3.
f). NaOH + NaHCO3.
g). NaOH + Na2CO3. + NaHCO3.
Bila dalam sampel mengandung NaOH, maka pada penambahan asam (HCl) secara perlahan, basa kuat (NaOH) akan dinetralisasi terlebih dahulu.
OH+ H+
H2O
Setelah reaksi basa kuat sempurna, Carbonat yang ada dirubah menjadi bicarbonat.
CO3=
+ H+
HCO3Pada titik akhir titrasi ini indikator PP akan berubah dari merah muda menjadi tidak berwarna.
Selanjutnya senyawa bicarbonat yang ada akan dinetralisasi menjadi :
HCO3+
H+
H2O + CO2
Pada titik akhir titrasi ini ditandai dengan perubahan warna pada indikator MO (methil orange).
Contoh :
1.
Suatu sampel seberat 1,200 gram, yang terdiri dari campuran NaOH, Na 2CO3, dan inert. Campuran ini dilarutkan dan dititrasi dengan
0,5 N HCl. Dengan menggunakan indikator phenolpthalein (PP), larutan berubah warna setelah penambahan 30 ml asam. Selanjutnya
ditambahkan indikator MO, dan dibutuhkan 5 ml asam guna terjadi perubahan warna. Berapa prosentase NaOH dan Na2CO3 dalam
contoh?
2.
Suatu contoh beratnya 1,2 gram mengandung Na 2CO3, NaHCO3, dan pengotor. Campuran ini dilarutkan dan dititrasi dengan HCl 0,5
N. Dengan indikator PP, larutan berubah warna setelah penambahan 15 ml asam. Methyl orange selanjutnya ditambahkan, dan ternyata
membutuhkan volume 22 ml supaya terjadi perubahan warna. Berapa prosentase Na 2CO3 dan NaHCO3 didalam contoh?.
BAB V : ARGENTOMETRI
Titrasi menggunakan AgNO3
Digunakan untuk analisa Cl- , Br- , CN1. Metode MOHR
Titik akhir titrasi ditentukan dengan indikator K2CrO4
Adanya endapan berwarna dari endapan Ag2CrO4
Ksp AgCl = 1.10-10
[Ag+] = 1.10-5
Ksp Ag2CrO4 = 2.10-12
[Ag+] = 1,5862.10-4
Sehingga AgCl akan mengendap lebih dulu.
2. Metode VOLHARD
Penambahan larutan AgNO3 secara berlebihan
AgNO3 sisa dititrasi dengan NH4CNS atau KCNS.
Titik akhir titrasi ditentukan dengan indikator Fe(NO3)3 atau FeNH4(SO4)
Titik akhir titrasi ditandai adanya larutan berwarna dari Fe(CNS)3.
Ksp AgCl = 1.10-10
Ksp AgCNS = 1,16.10-13
AgCNS mengendap lebih dulu

Endapan AgCl harus dipisahkan


Ksp AgBr = 3,5.10-13
Ksp AgCNS = 1,16.10-13
AgBr tidak perlu dipisahkan.
3. Metode LEIBIG
Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya ion kompleks.
Ag+ + CNAgCN
Putih
Bila CN brlebihan maka :
2CN- + Ag+
Ag(CN)2- (kompleks)
Pada penambahan Ag+ selanjutnya :
Ag(CN)2- + Ag+
Ag2(CN)2
Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya larutan keruh karena terbentuknya Ag2(CN)2.
Contoh soal :
1.
Sebuah sampel seberat 0,8165 gram, yang mengandung ion Cl -, dianalisa dengan cara Volhard. Sampel dilarutkan dalam air dan
ditambahkan 50 ml 0,1214 M AgNO3 untuk mengendapkan ion Cl-. Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan 11,76 ml 0,1019M KCNS.
Hitung % Cl- dalam sampel.
2.
Suatu sampel seberat 0,1801 gram berisi KCl dan NaCl dilarutkan dalam air. Larutan tersebut ditambahkan 0,08333N AgNO 3 50 ml
untuk mengendapkan Cl-. Dengan indikator feri amonium sulfat, filtratnya membutuhkan 16,47ml 0,1 N KCNS. Hitung komposisi
dari KCL dan NaCl.
3.
Suatu sampel mengandung KCN dan KCl dilarutkan dalam air. Larutan tersebut membutuhkan 15 ml 0,1 N AgNO 3 untuk membentuk
larutan keruh. Kemudian kedalam larutan tersebut ditambahkanlagi 32,1 ml AgNO 3 untuk mengendapkan AgCl dan Ag 2(CN)2. Setelah
endapannya dipisahkan, filtratnya membutuhkan 7,2ml 0,08333 N KCNS untuk merubah warna dengan indikator feri. Berapa gram
KCN dan KCl dalam sampel.
BAB VI : REDUKSI OKSIDASI (REDOKS)
Oksidasi didefinisikan sebagai peristiwa perpindahan elektron untuk mencapai tingkat oksidasi yang lebih tinggi.
Reduksi : peristiwa penangkapan elektron untuk mencapai tingkat oksidasi yang lebih rendah.
Dalam setiap reaksi redoks perbandingan molar antara zat yang dioksidasi dan zat yang direduksi didapat dari persamaan yang memenuhi jumlah
elektron yang dilepas sama dengan yang diikat (ditangkap)
Oksidator atau zat pengoksidasi adalah zat yang mempunyai afinitas terhadap elektron yang besar sehingga dapat mengambil elektron dari zat
lain dan mengalami reduksi.
Reduktor atau zat pereduksi adalah zat yang mudah memberikan elektron pada zat lain dan mengalami oksidasi.
Contoh reaksi redoks :
5 Fe2+ + MnO4- + 8 H+

5 Fe3+ + Mn2+ + 4H2O

Contoh reduktor :
1. FeSO4. xH2O, dalam larutan ion Ferro dioksidasi menjadi ion Ferri
Fe++
Fe+++ + eBerat ekivalen FeSO4. xH2O = BM/1 = 278 gr
2. SnCl2, dalam larutan ion Sn++ dioksidasi menjadi Sn4+
Sn++
Sn4+ + 2eBerat ekivalen SnCl2 = BM/2 = 94,81 gr
3. H2C2O4.2H2O, dalam larutan ion C2O4= dioksidasi menjasdi gas CO2.
C2O4=
CO2 + 2eBerat ekivalen
H2C2O4.2H2O = BM/2 = 63,03 gr.
Contoh oksidator :
1. K3Fe(CN)6 dalam larutan ion ferrisianida direduksi menjadi ion ferrosianida
Fe(CN)63- + eFe(CN)64Berat ekivalen K3Fe(CN)6 = BM/1
2. KMnO4, dalam suasana asam ion permanganat direduksi menjadi ion mangan.
MnO4- + 8H+ + 5eMn++ + 4H2O
Berat ekivalen = BM KmnO4/5
6.1. PERMANGANOMETRI
Permanganometri adalah analisa kimia kuantitatif volumetri yang menggunakan larutan standart KMnO 4. Reaksi yang terjadi pada
analisa ini berdasarkan pada reaksi redoks (Jumlah elektron yang dilepas sama dengan jumlah elektron yang diterima).
KMnO4 sebagai larutan standart berfungsi sebagai oksidator, sedangkan unsur yang dicari berupa reduktor. Larutan KMnO 4 sebelum
dipakai harus distandarisasi lebih dahulu.
Keuntungan KMnO4 :
mudah didapat
harganya murah
tidak memerlukan indikator
Titrasi dengan KMnO4 dapat berlangsung dalam tiga cara :
1. Titrasi langsung
KMnO4 dalam suasana asam dapat digunakan untuk menitrasi secara langsung, dengan reaksi :
MnO4- + 8H+ + 5eMn++ + 4H2O
Zat zat yang dapat dititrasi :
Fe++
Fe+++
H3SbO3
H3SbO4
H2O2
H2O + O2
2. Titrasi tidak langsung
Titrasi dilakukan dalam suasana asam. Zat yang bersifat sebagai oksidator ditambahkan dengan zat reduktor secara berlebihan. Setelah
reaksi redoks selesai, kelebihan zat reduktor dititrasi dengan larutan KMnO4.
3. Dalam suasana sedikit basa/ netral.
Ion MnO4- yang direduksi akan membentuk endapan MnO2.

MnO4- + 4 H+ + 3e-

MnO2

+ 2 H2O

Contoh soal :
Berapa persentase besi dalam sampel (contoh) bijih besi seberat 0,7100 gram, jika setelah dilarutkan dan direduksi dengan seng amalgama,
dibutuhkan 48,06 ml KMnO4 untuk mengoksidasi besi tersebut dari ferro menjadi ferri. (1ml larutan KMnO 4 ~ 0.0067 gram Na 2C2O4). Berapa
gram KMnO4 yang ada dalam tiap ml larutan KMnO4.
Penyelesaian :
1ml larutan KMnO4 ~ 0.0067 gram Na2C2O4
C2O4=
2 CO2 + 2eNa2C2O4 = 0.0067 gram
= (0,0067 / BM Na2C2O4) x 2 grek.
Normalitas KMnO4 = {(0,0067 / BM Na2C2O4) x 2 x 1000} N
Fe++
% Fe =

Fe+++
+ 1 e48,06 x N KMnO4 x BM Fe x 100
berat sampel
MnO4- + 8 H+ + 5 eMn++ + 4 H2O
Tiap ml larutan KMnO4 mengandung =
N/1000 x BM KMnO4
5
6.2. Iodo iodimetri
Iodo iodimetri adalah salah satu analisa kuantitatif untuk menentukan kadar secara volumetri dengan menggunakan dasar reaksi redoks dari
unsur I.
Iodometri
Penetapan kadar oksidator dalam larutan dengan jalan direaksikan dengan larutan KI berlebihan kemudian I 2 yang dibebaskan dititrasi
dengan larutan standart Na2S2O3.
Reaksi yang terjadi :
Oksidator + KI
I2 + hasil reduksi
2 Na2S2O3 + I2
2 NaI + Na2S4O6
Iodimetri
Penetapan kadar reduktor dalam larutan dengan jalan direaksikan dengan larutan standart I 2 sebagai zat pengoksidasi, kelebihan sedikit
I2 akan bereaksi dengan indikator amylum membentuk warna biru.
Reaksi yang terjadi :
Reduktor + I2
I- + hasil oksidasi
I- + I2 + amylum
amylum I3Pada titrasi iodometri terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi biru dan pada titrasi iodometri sebaliknya.
Penentuan grek pada Iodometri dapat dilakukan berdasarkan banyaknya elektron yang lepas atau diterima oleh oksidator atau reduktor.
Penentuan grek pada iodometri dapat dilakukan berdasarkan banyaknya elektron yang lepas atau diterima oleh oksidator atau reduktor.
I2 + 2e2 ISatu mol I2 mengikat 2 mol elektron, sehingga :
1 mol I2 = 2 grek I2
Na2S2O3
2 Na+ + S2O3=
2 S2O3=
S4O6=
+ 2 e1 mol Na2S2O3 sama dengan 2 grek Na2S2O3
Larutan I2 merupakan larutan standart untuk titrasi langsung (Iodimetri).
Zat (reduktor)
hasil oksidasi
H2S
S
SO3=
SO4=
S2O3=
S4O6=
AsO33AsO433SbO3
SbO43Larutan Na2S2O3 untuk penetapan kadar oksidator. Oksidator yang direduksi akan membebaskan I 2 yang kemudian dititrasi dengan Na2S2O3
Oksidator
Cr2O7=
MnO4BrO3Cu++

Cr2O7= + 6I- + 14 H+
2 MnO4- + 10 I- + 16 H+
BrO3- + 6 I- + 6 H+
2 Cu++ + 4 I-

Persamaan
2 Cr+3 + 3I2 + 7H2O
2Mn++ + 5I2 + 8H2O
Br- + 3I2 + 3H2O
2CuI + I2

BAB VII : ANALISA GRAVIMETRI


Analisa Gravimetri : Analisa kimia berdasarkan pada pembentukan endapan.
Syarat analisa gravimetri :
1.
Proses pemisahan sempurna (endapan mudah disaring)
2.
Endapan murni
3.
Endapan mempunyai susunan kimia yang tertentu
PEMBENTUKAN ENDAPAN
Contoh : proses pengendapan suatu garam AB.

dimulai dg adanya ion A+ dan B+ dalam larutan ( 10-8 cm)

Bila hasil kali kelarutan terlampaui ion tsb saling mendekat dan membentuk kisi hablur.

Partikel tumbuh menjadi koloid (10-7 10-4 cm)

Partikel turun ke dasar bejana sebagai endapan ( 104 cm)


Pengendapan perak nitrat dari penambahan AgNO3 ke lrt. NaCl

Pada awal penambahan AgNO3, dalam larutan terdapat ion Ag+, NO3-, Na+, dan Cl-.

Ion Ag+ menarik NO3- dan Cl-. Ion Cl- menarik Na+.

Ion yang kuat terserap adalah yang sama dengan pada kisi (Cl -), shg terbentuk partikel AgCl.

Ion klorida membentuk lapisan primer

Ion Natrium membentuk lapisan sekunder


Pada penambahan Ag NO3 selanjutnya partikel AgCl tumbuh (terkoagulasi) dan turun ke dasar bejana.

Penggunaan analisa gravimetri


Sering digunakan untuk penentuan kuantitatif yang melibatkan pengendapan : Perak Klorida, Barium Sulfat, Besi Hidroksida, dll.
Perak Klorida :

Endapan berbentuk dadih susu

Mudah disaring Dicuci dengan air yang sedikit mengandung HNO3 (mencegah peptisasi)

Asam teruapkan jika dikeringkan

Endapan AgCl disaring & dikeringkan pada 110 1300C.


Penggunaan selain untuk penetapan Perak & Chlorida :
ClO- (hipoklorit)
ClO2- (klorit)
ClO3- (klorat)
- Br (bromida)
I (Iodida)
Barium Sulfat :

Endapan Kristalin

Sedikit larut dalam air

Ditambahkan larutan 0,01 M HCl.


Tujuan : - Memperoleh partikel besar
- Endapan lebih murni
- Mencegah pengendapan garam seperti BaCO 3

Perlakuan terhadap endapan BaSO4 :


- Disaring dengan kertas saring.
- Dicuci dengan air panas.
Penggunaan lain :
Belerang dalam Sulfida, Sulfit, Tiosulfat
ditentukan dengan : - mengoksidasi belerang menjadi Sulfat (dg Pirmanganat)
- mengendapkan menjadi Barium Sulfat
Kation lain yang sering diendapkan sebagai Sulfat :
- Timah hitam (Pb)
- Stronsium (Sr)
Kedua sulfat ini (PbSO4 & SrSO4) lebih larut dari pada BaSO4.
Oksida Besi (Fe2O3)
Pengendapan Besi (III) Hidroksida
Oksida Hidrous (Fe2O3 x H2O)
Endapan perlu dibakar pada suhu tinggi menjadi Fe2O3.
Cara penentuan :
Besi dipisahkan dari unsur unsur seperti Ca & Mg.
Biji besi dilarutkan dalam HCl dan HNO3.
Untuk mengoksidasi besi menjadi Fe3+ dipakai Brom.
Koagulasi dibantu dengan air panas (Ksp = 1.10-36)
Endapan dicuci dengan air panas yang mengandung Ammonium Nitrat (untuk mencegah peptisasi).
Penyaringan dengan kertas saring bebas abu.
Kertas saring & endapan yang mengandung air dibakar dalm cawan porselin (untuk menghilangkan air).
Residu (sisa) yang terdapat dalam cawan porselin ditimbang.
Logam lain yang dapt diendapkan sebagai oksida hidrous : Aluminium, Khrom (III), Titanium (IV), Mangan (IV)

DASAR PERHITUNGAN
Analisa Gravimetri berdasarkan reaksi kimia :
aA + rR
Aa Rr
dengan : A = analit
R = pereaksi
Aa Rr biasanya berupa endapan
Contoh reaksi :
++
-2
Ca + C2O4
CaC2O4 (p)
CaC2O4 (p)
CaO (p) + CO2 (g) + CO (g)
Catatan :
Pereaksi ( R ) yang ditambahkan secara berlebihan sehingga reaksi sempurna.
Perhitungan pada analisa gravimetri berdasarkan stoikhiometri.
Proses pengendapan
Pemisahan
Perhitungan % berat analit dalam sampel
Prosentase analit :
%A =

berat A
berat contoh
Berat A = berat P x

Penimbangan endapan

100%

faktor gravimetri

Berat endapan
jumlah gram analit
%A = berat P x faktor gravimetri
x 100%
berat contoh
Contoh soal :
1. Suatu contoh garam Chlorida seberat 0,6025 gram, telah dilarutkan dalam air dan Chloridanya diendapkan dengan Perak Nitrat berlebih.
Endapan Perak Chlorida disaring, dicuci, dan dikeringkan, dan diketahui beratnya 0,7134 gram. Hitung prosentase Chlorida (Cl) dalam
contoh.
Penyelesaian :
Reaksi : Ag+ + ClAgCl
1 mol Cl 1 mol AgCl
x
=
0,7134
35,45
143,32
x
=
0,7134 x 35,45
143,32

10

faktor gravimetrik
berat Cl
x100%
berat contoh
= 0,7134 x (35,45/143,32)
x 100%
0,6025
=
29,29%
Sebuah contoh biji besi seberat 0,4852 gram dilarutkan dalam asam, besinya dioksidasi mejadi keadaan +3 dan kemudian diendapkan
sebagai oksida berair, atau Fe2O3. xH2O. Endapan disaring, dicuci dan dibakar menjadi Fe2O3 yang ternyata beratnya 0,2481 gram.
Hitung prosentase besi (Fe) di dalam contoh.
Sebuah contoh yang hanya mengandung CaCO 3 & MgCO3 dibakar menjadi CaO & MgO. Campuran oksidanya mempunyai berat tepat
setengah berat contoh.
Hitung prosentase CaCO3 dan MgCO 3 dalam contoh.
antara gravimetri Contoh soal penggabungan dengan titrimetri.
Sebuah contoh beratnya 0,75 gram yang mengandung NaCl dan NaBr dititrasi dengan 0,1043 M AgNO 3 sebanyak 42,23ml. Contoh
kedua dari berat yang sama diperlakukan dengan perak nitrat berlebihan dan campuran Ag Cl & AgBr disaring, dikeringkan dan
ternyata beratnya 0,8042 gram.
Hitung prosentase NaCl dan NaBr dalam contoh.
Fosfor dalam contoh batu fosfat seberat 0,5428 gram diendapkan sebagai MgNH 4PO4. 6H2O dan kemudian dibakar menjadi Mg2P2O7.
Jika endapan yang telah dibakar beratnya 0,2234 gram
Hitung :
a. Persentase P2O5 dalam contoh.
b. Berat endapan MgNH4PO4. 6H2O.
%Cl =

1.
2.
3.

4.

BAB VIII : KOMPLEKSOMETRI


Kompleksometri merupakan penentuan titrimetrik (analisa kuantitatif secara volumetri) yang melibatkan pembentukan ion kompleks yang dapat
larut tetapi sedikit terdisosiasi .
Ag+ + 2 CNAg(CN)-2
Ag+ + 2 NH4OH
Ag(NH3)+2 + H2O
Cd++ + 4 CNCd(CN)=4
Sn4+ + 6ClSnCl=6

Kompleks terbentuk dari suatu reaksi antara kation (ion logam) dengan suatu anion atau molekul netral.

Ion logam yang terdapat didalam kompleks disebut atom pusat.

Kelompok yang terikat pada atom pusat disebut ligan

Jumlah ikatan yang terbentuk oleh atom logam pusat disebut bilangan koordinasi

Molekul ligan biasanya mempunyai atom elektronegatif : Nitrogen, Oksigen, dan Halogen.

Ligan yang mempunyai dua gugus yang mampu membentuk dua ikatan dengan atom pusat disebut bidentan.
Contoh :
Cu++ + 2 NH2CH2CH2NH2
CH2

NH2

CH2

NH2

2+

Cu

CH2 NH2
CH2
NH2
Cincin heterosiklik yang terbentuk disebut cincin khelat, sedangkan kompleksnya dinamakan khelat atau senyawa khelat.

Stabilitas Kompleks.
Reaksi ion logam dengan pereaksi pembentuk khelat biasanya 1:1.
M + L
ML
M = kation logam pusat
L = ligan
K = [ML]
[M] {L]
K = tetapan stabilitas .
Reaksi antara kation dengan ligan biasanya bertahap :
Cu++
+ NH3
CuNH3++
K1 = 1,9.104
++
++
CuNH3 + NH3
Cu(NH3)2
K2 = 3,6.103
Cu(NH3)2++ + NH3
Cu(NH3)3++
K3 = 7,9.103
Cu(NH3)3++ + NH3
Cu(NH3)4++
K4 = 1,5.103
Sehingga untuk :
Cu++
+ NH3
Cu(NH3)4++
K =
[Cu(NH3)4++]
= K1 K2 K3 K4 = 8,1.1012
[Cu++][NH3]4
Amoniak yang ditambahkan untuk membentuk Cu(NH3)4++ lebih memilih Cu++menjadi Cu(NH3)++. Hal ini dapat dihindarkan dengan
menggunakan pereaksi pembuat khelat sebagai titran.
Contoh :
CH2CH2
NH2
NH CH2
Cu
NH2
NH CH2
CH2CH2
Tri Etilen Tetremin (trien)
kuadridentan
Cu++ + trien
Cu(trien)++
[Cu(trien)++]
= 2,5.1020
[Cu++] [trien]
Hanya Co, Ni, Zn, Cd, dan Hg membentuk kompleks stabil dengan ligan Nitrogen seperti amoniak dan trien.
Logam lain Al, Pb, dan Bi lebih baik dengan atom oksigen.
K =

EDTA (Etilen Diamin Tetra Asetat)


HOOCCH2

CH2COOH
NCH2CH2N

HOOCCH2
CH2COOH
EDTA merupakan larutan penitrasi pembentuk khelat yang dapat digunakan untuk analisa kimia dari berbagai logam.
Titrasi ion logam dengan pembentukan khelat disebut titrasi Khelometrik.
Bentuk asam EDTA bebas sering disingkat dengan H4Y.

11

M+n + Y-4
Kabs
=

MY-(4-n)
[ MY-(4-n) ]
[ M+n ] [ Y-4 ]
Kabs : tetapan stabilitas absolut (tetapan pembentukan absolut)
Empat tetapan disosiasi asam H4Y
H4Y + H2O
H3O+ + H3YKa1 = 1,02.10-2
H3Y- + H2O
H3O+ + H2Y-2
Ka2 = 2,14.10-3
-2
+
-3
H2Y + H2O
H3O + HY
Ka3 = 6,92.10-7
HY-3 + H2O
H3O+ + Y-4
Ka4 = 5,5.10-11
Hanya pada pH kira-kira > 12, kebanyakan EDTA dalam bentuk tetra anion Y-4.
Misal konsentrasi total EDTA = Cy.
Maka EDTA yang tidak berkompleks :
Cy = [Y-4] + [HY-3] + [H2Y-2] + [H3Y]
[Y-4] =
Ka1 . Ka2 . Ka3 . Ka4
[H3O+]4 + [H3O+]3Ka1 + [H3O+]2Ka1Ka2 + [H3O+] Ka1.Ka2.Ka3.Ka4
[ Y-4 ] = 4
[ Y-4 ] = 4 Cy
Cy
Substitusi 4 Cy kedalam persamaan tetapan stabilitas absolut :
Kabs
=
[ MY-(4-n) ]
[ M+n ] 4Cy
Kabs4

[ MY-(4-n) ]

= Keff
[ M+n ] Cy
Biasanya larutan ion logam yang akan dititrasi diberi larutan dapar sebelum dititrasi dengan EDTA sehingga pH tetap walaupun terjadi
pembebasan H3O+.
Contoh soal :
50 ml larutan 0,01 M Ca++ didapar pada pH 10 dititrasi dengan 0,01 M EDTA.
Hitung pCa pada berbagai tahap titrasi dan gambarkan kurva titrasinya.
Diketahui : Kabs CaY= = 5.1010 pada pH 10 = 0,35
Penyelesaian :
Keff. = 5.1010 x 0,35 = 1,8. 1010
a. Permulaan titrasi
[Ca++] = 0,01 M
pCa = - log [Ca++] = 2
b. Setelah penambahan 10 ml titran
ada kelebihan Ca++ agak banyak pada saat ini
[Ca++] = (0,5 - 0,1) mmol
= 0,0067 M
60 ml
pCa = 2,17
c. Titik ekivalen
[Ca++] = CY
[CaY=] = 0,5 mmol = 5,0 . 10-3
100 ml
Keff. =
5.10-3
= 1,8. 1010
[Ca++]2
[Ca++] = 5,2. 10-7
pCa = 6,28
d. Setelah penambahan 60 ml titran
Kelebihan EDTA = 0,100 mmol
CY = 0,100 mmol = 9,1. 10-4 M
110 mmol
[CaY=] = 0,5 mmol = 4,55. 10-3 M
110 mmol
4,55. 10-3
= 1,8. 1010
++
-4
[Ca ]. 9,1. 10
[Ca++] = 2,8. 10-10
pCa = 9,55

8.2 INDIKATOR
Pada dasarnya indikator metalokhromatik merupakan senyawa organik berwarna yang membentuk khelat dengan ion logam.
Khelatnya harus mempunyai warna lain dari warna indikator bebasnya. Indikator harus melepas ion logamnya kepada titran EDTA pada suatu
harga pM (-log [logam] )yang sangat dekat dengan titik ekivalen. Hal ini analog dengan kerja asam indikator pada pelepasan ion hidrogen kepada
ion hidroksida pada waktu titrasi suatu asam.
Indikator yang sering digunakan pada titrasi khelometrik adalah Eriochrome Black T dan Calmagite
8.2.a. Indikator Eriochrome Black T
Rumus kimia dari Eriochrome Black T adalah :

OH

OH

8.2.b. Indikator Calmagite


SO3
N=N
Calmagit merupakan
suatu senyawa organik yang dapat digunakan sebagai pengganti Eriochrome Black T dalam analisa khilometrik.
Rumus kimia dari Calmagite adalah :

OH

OH

8.3. PENGGUNAAN TITRASI KHELOMETRIK


SO3 khelometrik dapat dilakukan dengan
N =baik
N hampir pada semua kation biasa ( 25 kation). Indikator yang sering dipakai adalah
Titrasi
SO3
Eriochrome Black T (EBT) dan Calmagite.
Ada beberapa prosedur yang digunakan :
8.3.a. Titrasi Langsung.

CH3

12

Mula-mula indikator akan bereaksi dengan logam yang akan dianalisa (dititrasi), kemudian pada saat terjadi kelebihan EDTA (titik
akhir titrasi tercapai pada harga pM tertentu) logamnya akan terlepas sehingga akan terbentuk indikator bebas.
M++
+
HIn=
MIn3MIn
+
HY
MY=
+
HIn=
8.3.b. Titrasi Tak Langsung
Sampel ditambahkan dengan larutan EDTA berlebihan, kemudian sisa EDTA dititrasi dengan logam Mg standart dengan menggunakan
indikator EBT atau calmagit. Mg digunakan sebagai larutan standart karena Mg merupakan logam yang kurang stabil terhadap EDTA sehingga
kation yang dititrasi yang terikat dengan EDTA tidak akan digantikan oleh Mg.
8.3.c. Titrasi Penggantian.
Sampel ditambahkan dengan kompleks MgEDTA, sehingga ion Mg++ akan digantikan oleh logam dalam sampel. Kemudian ion Mg ++
yang terbentuk dititrasi dengan EDTA standart dengan indikator EBT atau calmagit.
M++
+
MgY=
MY=
+
Mg++
Contoh soal:
10 gram CaCO3 murni dilarutkan dalam larutan HCl sehingga volumenya 500 ml. 50 ml dari larutan tersebut dititrasi dengan EDTA membutuhkan
100 ml larutan EDTA.
a.
Berapa normalitas EDTA.
b.
100 ml sampel mengandung ion Ba ++ ditambah dengan 25 ml EDTA. Sisa larutan EDTA dititrasi dengan larutan Mg ++ menggunakan
indikator EBT, membutuhkan 50 ml 0,1 M Mg++. Berapa ppm Ba dalam sampel.

13

Anda mungkin juga menyukai