Anda di halaman 1dari 16

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kimia Analitik I dengan judul percobaan


“Spot Test” yang disusun oleh :
Nama : Yusyuliana
NIM : 1313141003
Kelas :B
Kelompok : III (tiga)
Telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten yang
bersangkutan dan dinyatakan diterima.

Makassar, Januari 2015


Koordinator Asisten Asisten

Rini Perdana Rezky Kurniah Syam

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Sulfikar, S.Si, MT
NIP. 19701202 199802 2 001
SPOT TEST
Ramli Ardiansyah, Asriadi, Achmad Amiruddin, Yusyuliana, Tita Marlina,
Nur Awaliah, Khusnul Khatimah, Angriyani Ahmad
Jurusan Kimia FMIPA UNM

Abstak
Praktikum kali ini yaitu spot test dimana spot test merupakan metode analisis
kualitatif dimana tujuan utama analisis kualitatif yaitu mengidentifikasi komponen
dalam zat kimia. Pada percobaan ini tujuan yang ingin dicapai yaitu, pada tujuan
pertama menentukan cara pengujian raksa dengan Cu (II) iodida dimana pada
percobaan yang telah dilakukan menghasilkan larutan berwarna orange yang
mengatakan positif mengandung raksa, percobaan kedua mengetahui dan memahami
cara pengujian arsen dengan metode gutzeit dan dengan perak nitrat dimana pada
percobaan ini dihasilkan berwarna kuning, hal ini menandakan pada larutan positif
terdapat arsen. Uji dengan perak nitrat juga positif karena terdapat endapan, semua
hasil percobaan mempunyai uji yang positif karena praktikan melakukan percobaan
dengan penelitian yang cukup bagus sehingga hasil uji pada percobaan semua positif.
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu spot plate wadah untuk
mereaksikan suatu larutan yang dimana cara mencampurkannya setetesdemi setetes,
tabung reaksi tempat untuk mereaksikan larutan dengan volume yang cukup banyak,
krus porselin, gelas kimia, pipet tetes, corong biasa, klem kayu, da lain sebagainya
sedangkan bahan yang digunakan yaitu CuSO4, AgNO3, H2SO4, BaCO3, KI-NO2SO3,
HgCl2, Ar, HCN, Zn, NH4OH, H2O2, Cu(NO3)2, Co, FeCl3, K3Fe(CN)6, HCl, oksin,
HNO3, ZnSO4, indikator pp, PbO3, H2O, dan lain sebagainya. Pada percobaan ini
yang ingin dicapai yaitu mengetahui adanya raksa, arsen, kobalt, klorida, sulfat dan
hidrongen peroksida.
Kata kunci: analisis kualitatif, raksa, arsen, kobalt, klorida, sulfat, hidrogen
perksida, warna, endapan.

I. PENDAHULUAN
A. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pengujian raksa dengan Cu (II) iodida.
2. Untuk mengetahui dan memahami cara pengujian arsen dengan metode gutzeit
dan dengan perak nitrat.
3. Untuk mengetahui dan memahami cara pengujian kobalt dengan ammonium
tiosianat dan aseton serta dengan adanya besi.
4. Untuk mengetahui dan memahami cara pengujian klorida dengan pengendapan
sebagai perak klorida dengan adanya halida-halida lain serta pengujian dengan
volatilisasi asam klorida.
5. Untuk mengetahui dan memahami cara pengujian sulfat dengan barium karbonat
dan pp.
6. Untuk mengetahui dan memahami cara pengujian hidrogen peroksida dan
ferrisianida.

B. Landasan Teori
Kimia analitik merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari dasar-dasar
analisis kimia. Kimia analitik telah berkembang sangant lama, serta perkembangan
keilmuan IPA itu seniri. Upaya untuk mengetahui komposisi bahan kimia di alam
yang umumnya ada dalam keadaan campuran, harus dilakukan melalui metode
analisis yang sesuai. Mengetahui komposisi bahan kimia, baik dalam jenis zat kimia
maupun jumlah adalah kerja sehari-hari dari ahli kimia yang bergerak dalam kimia
analitik (Ibnu, 2004: 1).
Spektroskopis memungkinkan kita untuk mengidentifikasi suatu senyawa
yang tidak diketahui, dengan mengkalibrasikan terhadap senyawa yang telah dikenal
seperti uap merkuri (m/e= 198-204) atau perfloure kerosin (pfk) dengan puncak-
puncak CF3 (69), C3F3 (93), CC4F3 (105) dan C3F5 (131). Jadi spektrum massa dipakai
untuk menentuakn berat molekul ata rumus molekul atau mengidentifikasi senyawa
dari pola fragmentasinya. Nilai berat molekul yang ditentukan dengan spektrometer
massa bisa saja tidak sama dengan berat molekul hasil perhitungan apabila senyawa
asal mengandung unsur-unsur tertentu dengan kelimpahan isotop yang tinggi
(Khopkar, 1990 : 396).
Tujuan utama analisis kualitatif adalah mengidentifikasi komponen dalam zat
kimia. Analisis kualitatif menghasilkan data kualitatif, seperti terbentuknya endapan,
warna gas maupun data non numerik lainnya. Umumnya dari analisis kualitatif hanya
dapat diperoleh indikasi kasar dari komponen penyusun suatu analit. Analisis
kualitatif biasanya digunakan sebagai langkah awal untuk analisis kuantitatif. Pada
berbagai cara analisis modern, seperti cara-cara analisis spektroskopisndapat
dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif secara bersamaan, sehingga waktu dan
biaya analisis dapat ditekan seminimal mungkin dan perolehan hasil yang diperoleh
lebih akurat (Ibnu, 2004 : 1).
Menurut, vogel (1979:191) istilah reaksi bercak digunakan untuk uji mokro
dan semimikro untuk senyawa ataupun untuk ion. Reaksi bercak dapat dilakukan oleh
proses berikut :
1. Dengan mencampur satu tetes larutan uji dan satu tetes reagensia pada permukaan
berpori ataupun tidak berpori (kertas, kaca, atau porselin).
2. Dengan menaruh setetes larutan uji pada medium yang sesuai (misalnya kertas
saring) yang dilembabi dengan regensia yang diperlukan.
3. Dengan mereaksikan kertas uji atau setetes reagensia dengan gas-gas yang
dibebaskan dari setetes larutan uji atau dari sedikit zat padat.
4. Dengan menaruh setetes reagensia pada sedikit contoh padat, termasuk residu
yang diperoleh dari penguapan ataupun pemanggangan.
5. Dengan menambahkan setetes reagensia kepada sedikit larutan uji dan kemudian
mengekstarksi produk reaksi dengan pelarut organik.
Larutan klorida dalam suasana asam tidak bereaksi dengan penambahan
hidrogen peroksida, sedangkan bromida dan iodida teroksidasi menjadi brom da iod.
Bila oksidasi dilakukan dengan oksin, maka senyawa fenolik ini akan tehalogenasi
tidak bereaksi dengan perak klorida. klorida masih dapat di uji dengan adanya ion
halogen lain sampai pada konsentrasi 2% (Tim dosen kimia analitik I, 2014: 21).
Uji gutzeit pada dasarnya adalah suatu modifikasi dari uji marc dimana
perbedaan utamanya adalah bahwa hanya satu tabung reaksi yang diperlukan dan
arsina di tetesi dengan perak nitrat atau merkurium (II) klorida. Taruh 1-2 gram zink
yang bebas arsenik dalam sebuah tabung uji, tambahkan 5-5 ml asam sulfat encer,
sumbat tabung longgar-longgar dengan kapas yang telah dimurnikan, dan lalu taruh
selembar kertas saring yang dibasahi dengan perak nitrat 20% diatas puncak tabung.
Mungkin tabung perlu dipanaskan perlahan-lahan untuk menghasilkan pelepasan
hidrogen yang teratur. Pada akhir suatu jangka waktu tertentu misalnya 2
menit,biasanya diperoleh suatu bercak coklat muda yang dibebaskan oleh larutan
arsenik yang terdapat didalam reagensia (Svehla, 1979: 244).
Raksa merupakan logam dengan ikatan metalik terlemah diantara semua
logam dan sutu-satunya logam berfase cair pada temperatur kamar. Lemahnya ikatan
metalik mengakibatkan tingginya tekanan uap pada temperatur kamar, dan ini
sangant berbahaya sebagai racun jika terhisap oleh makhluk hidup. Raksa banyak
digunakan dalam termometer, barometer, panel pengganti listrik, dan lampu pijar
raksa (Sugiyarto, 2003 : 163).
Timbal sulfida (hitam) bereaksi dengan hidrogen peroksida menghasilkan
timbal sulfat (putih)

Ini dapat dikerjakan dengan meneteskan sampel kertas yang telah direndam dalam
timbal sulfida. Larutan besi (III) klorida dan kalium ferrisianida bereksi dengan zat
pereduksi (SnCl2, Na2S2O3, dan sebagainya) menghasilkan warna biru prusi. Hidrogen
peroksida mereduksi ferrisianida menurut reaksi:

Ferrosianida yang dihasilkan bereaksi dengan besi (III) klorida dalam larutan dan
menghasilkan warna biru prusi (Tim dosen kimia analitik I, 2014 : 22-23).
Kobalt lebih tidak reaktif daripada besi, demikian juga tidak berbeda banyak
dengan rodium dan indium. Tingkat oksidasi yang umum bagi kobalt yaitu +2 dan
+3, dan bagi radium dan indium yaitu +3 dan +4. Dalam larutan air, ion [Co (H 2O)6]2+
dan [Co (H2O)6]3+ keduanya dikenal, tetapi kobalt (III) bersifat oksidator, dan dalam
larutan air kecuali dalam lingkungan asam, terurai dengan cepat karena Co (III)
mengoksidasi air dengan membebaskan gas di oksigen (Sugiyarto, 2003: 253).
Air raksa termasuk salah satu logam berat, dengan berat molekul tinggi.
Dalam kadar rendah, logam berat ini umumnya sudah beracun bagi tumbuhan dan
hewan, termasuk manusia. Beberapa logam berat lainnya adalah magnesium (Mg),
timbal (Pb), tembaga (Cu), kromium (Cr) dan besi (Fe). Air raksa (Hg) diperlukan
untuk pertumbuhan kehidupan biologis, tetapi jumlah berlebihan dari zat tersebut
akan bersifat racun (Widodo, 20018 : 140).
Hidrogen peroksida termasuk zat oksidator yang bisa digunakan sebagai
pemutih pulp yang ramah lingkungan. Disamping itu, hidrogen peroksida juga
mempunyai beberapa kelebihan antara lain, pulp yang digunakan untuk pemutih
mempunyai ketahanan tinggi serta penurunan kekuatan serat sangan kecil. Pada
kondisa asam, hidrogen proksida sangat stabil. Pada kondisi basa mudah terurai.
Peruraian hidrogen peroksida juga dipercepat oleh naiknya suhu (Fuadi, 2008: 124).

II. METODE PERCOBAAN


A. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu spot plate (1 buah), gelas ukur
10 ml (2 buah), krus porselin ( buah), tabung rekasi kecil (4 buah), batang pengaduk
(1 buah), rak tabung reaksi kecil (1 buah), pembakar spiritus (1 buah), gelas kimia 50
ml (2 buah), kaki tiga dan kasa asbes (1 buah), corong biasa ( buah), botol semprot (1
buah), pipet tetes (18 buah), klem kayu (2 buah), lap kasar (1 buah), dan lap halus (1
buah).
2. Bahan
Bahan yang digunakan yaitu kalium iodida-Natrium sufit (KI-Na2SO3),
tembaga (II) sulfida (CuSO4), raksa (II) klorida (HgCl2), arsen (As), seng (Zn), prak
nitrat 1% dan 20 % (AgNO 3), ammonium hidroksida (NH4OH), hidrogen peroksida
(H2O2), asam asetat (CH3COOH), kobalt (II) nitrat (CO (NO 3)2), ammonium tiosianat
(NH4SCN), ammonium fluorida (NH4F), timah (II) klorida (SnCl2), oksin
(C9H9NOH), asam nitrat 1 N (HNO3), barium karbonat (BaCO3), kalium
heksasianoferat (III) (K3Fe(CN)6), besi (III) klorida (FeCl3), indikator pp dalam etil
alkohol (C2H5OH), natrium klorida (NaCl), korek kayu tissue, kertas saring, dan
aquadest (H2O).

B. Prosedur kerja
1. Uji raksa dengan Cu (II) iodida
Memasukka 1 tetes larutan KI-Na2SO3 pada spot plate kemudian
menambahkan 1 tetes larutan CuSO4 kemudian menambahkan 1 tetes larutan HgCl2.
Bila terdapat kandungan raksa maka akan muncul warna merah orange tergantung
pada jumlah raksa yang ada.
2. Uji arsen
a. Dengan metode gutzeit
Memasukkan 1 mL larutan arsen kedalam tabung reaksi, kemudian 3 butir
logam Zn dan 1 mL larutan H2SO4 encer memasukkan kedalam tabung reaksi
tersebut, menutup tabung reaksi dengan kertas saring yang telah ditetesi AgNO3 10%.
Bila ada arsen maka akan terbentuk noda kuning.
b. Dengan perak nitrat
Memasukkan 4 tetes larutan arsen kedalam krus porselin lalu memanaskan,
kemudian menambahkan 4 tetes NH4OH dan 7 tetes H2O2 10%, mengasamkan
campuran dengan CH3COOH encer. Bila terdapat arsen maka akan terdapat endapan
atau larutan berwarna coklat
3. Uji kobalt
a. Uji kobalt dengan ammonium tiosianat dalam aseton
Memasukkan 2 tetes Co(NO3)2 kedalam spot plate, kemudian menambahkan 2
tetes NH4SCN 10% dalam aseton. Tergantung pada banyaknya kobalt yang ada akan
muncul warna hijau sampai biru.
b. Uji kobalt dengan adanya besi
Memasukkan 2 tetes Co(NO3)2 kedalam spot plate, kemudian menambahkan 2
tetes NH4F, mengamati perubahan warna. Kemudian menambahkan 5 tetes NH 4SCN
10% dalam aseton, mengamati warnanya. Bila ada kobalt maka akan muncul warna
hijau samapi biru.
4. Uji klorida
a. Pengujian dengan pengendapan sebagai perak klorida dengan adanya halida lain.
Menambahkan 1 tetes larutan SnCl2 kedalam tabung reaksi, menambahkan 1
tetes oksin, 1 tetes H2O2 10% dan 1 tetes HNO3 kemudian memanaskan campuran
selama kurang lebih 4 menit, menambahkan 1 tetes AgNO 3 1%. Bila ada klorida
maka akan terbentuk kekeruhan atau endapan.
b. Pengujian dengan volatilisasi asam klorida
Memasukkan NaCl kedalam tabung reaksi, menambahkan 7 tetes HNO 3
pekat, meletakkan batang pengaduk yang telah dibasahi dengan larutan perak nitrat
diatas campuran reaksi tersebut, memasukkan campuran sampai terbentuk
gelembung-gelembung, kemudian mengamati terjadinya kekeruhan pada larutan
perak nitrat. Positif mengandung klorida jika terdapat kekeruhan atau endapan.
5. Uji sulfat dengan barium karbonat dan pp
Memasukkan 1 tetes asam sulfat kedalam krus porselin, menambahkan 1 tetes
barium karbonat kemudian memanaskan hingga kering dan menambahkan 1 tetes
fenoftalein. Bila timbul warna merah , maka menunjukkan adanya sulfat.
6. Uji hidrongen peroksida dengan ferrisianida
Memasukkan 1 tetes H2O2 kedalam spot plate dan menambahkan 1 tetes K3Fe
(CN)6, menambahkan 1 tetes FeCl3 dan 1 tetes SnCl2. Bila ada hidrogen peroksida,
maka larutan akan menghasilkan warna biru prusi.

III. HASIL PENGAMATAN


A. Uji raksa dengan Cu (II) iodida
No Perlakuan Pengamatan

1. 1 tetes Na2SO3 (tidak berwarna) Larutan coklat kekuningan


ditambahkan 1 tetes CuSO4 (biru)
2. Campuran ditambahkan 1 tetes HgCl2 Larutan menjadi warna orange
(tidak berwarna)
B. Uji arsen
No. Perlakuan Pengamatan
1. Dengan metode gutzeit Timbul noda kuning atau
10 mL As2O3 ditambahkan padatan Zn dan bercak kuning pada kertas
ditambahkan 3 tetes H2SO4 encer saring yang digunakan
kemudian ditutup dengan kertas saring
(sudah ditetesi AgNO3 20 %)

2. Dengan perak nitrat Pada krus porselin larutan


2 tetes As2O3 dipanaskan dan berturut-turut menjadi mengendap yang
ditambahkan 3 tetes NH3, 2 tetes H2O2 berwarna coklat
10%, 3 tetes CH3COOH dan 6 tetes
AgNO3 1 %
C. Uji kobalt
No. Perlakuan Pengamatan
1. Dengan ammonium tiosianat dalam aseton Larutan berwarna biru prusi
1 tetes Co(NO3)2 (merah muda)
ditambahkan 1 tetes NH4SCN 1 % (coklat)
2. Uji kobalt dengan adanya besi Larutan berwarna hijau dan ada
2 tetes Co(NO3)2 ditambahkan beberapa endapan
mg NH4F ditambahkan 5 tetes NH4SCN 10
%
D. Uji klorida
No. Perlakuan Pengamatan
1. Pengujian dengan pengendapan sebaal Campuran tidak berwarna dan
perak klorida dengan adanya halida lain ada endapan
1 tetes HCl ditambahkan 1 tetes oksin
ditambahkan 1 tetes H2O2 ditambahkan 1
tetes HNO3 dipanaskan 4 menit dan
ditambahkan 1 tetes AgNO3 1 %
2. Pengujian dengan volatilisasi asam klorida Ada gelembung dan keruh
Beberapa Kg NaCl ditambahkan 2 tetes pada campuran. Terbentuk
HNO3 pekat dipanaskan dan diatasnya endapan pada batang pengaduk
batang pengaduk yang telah dibasahi
AgNO3
E. Uji sulfat dengan barium karbonat dan pp
No Perlakuan Pengamatan

1. 5 tetes CuSO4 (biru) ditambahkan 5 tetes Terbentuk endapan kuning


BaCO4 ditambahkan 3 tetes indikator pp pada campuran
dan dipanaskan
F. Uji hidrogen peroksida dengan ferrisianida
No. Perlakuan Pengamatan
1. 5 tetes FeCl2 ditambahkan 5 tetes H2SO4 Campuran berwarna biru prusi
ditambahkan 1 tetes K4Fe (CN)6

IV. PEMBAHASAN
Spot test merupakan analisis kualitatif yaitu uji noda bercak, digunakan untuk
uji mikro dan semi mikro untuk senyawaan ataupun ion. Spot test digunakan dalam
percobaan ini karena dapat mengidentifikasi komponen dalam suatu zat kimia yang
menghasilkan endapan, warna dan gas.
1. Uji raksa dengan Cu (II) Iodida
Larutan yang akn di uji pada percobaan ini yaitu raksa. Larutan raksa harus
dalam suasana asam karena kepekaan uji raksa ini tergantung dengan keasaman
larutan uji. Pada percobaan ini digunakan larutan KI. Na 2SO3 yang berfungsi untuk
membebaskan iodida kemudian larutan CuSO4 yang membebaskan ion Cu2+ dan
menghasilklan Cu2I2. Pada proses larutan ditambahkan dengan HgCl2 akan
menghasilkan larutan berwarna orange, sehingga menandakan bahwa dalam larutan
positif mengandung raksa. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
apabila raksa direaksikan dengan CuI2 akan berubah utama menjadi merah atau
orange (Sugianto, 2003 : 164). Adapun reaksinya :
4KI.Na2S2O3 + 6CuSO4 → 2CuI2 + 4CuSO3 + 4Na2S2O4 + 2K2SO4
(tidak berwarna) (biru) (kuning)
2Cu2I2 + HgCl2 → CuI2(HgI4) + Cl2 + 2Cu2+
(kuning) (tidak berwarna) (orange)
2. Uji arsen
a. Dengan metode Guitzeit
Pengujian arsen dengan metode Guitzeit ditandai dengan adanya noda kuning.
Larutan yang akan diuji yaitu arsen ditambahkan dengan logam Zn dengan H 2SO4
encer dalam tabung reaksi. Fungsi H2SO4 yaitu memberi suasana asam sehingga
menyumbangkan H+ dan Zn berfungsi sebagai katalis yang mempercepat reaksi.
Adapun reaksinya :
As3+ + 3Zn + 3H+ → AsH3 ↑ + 3Zn2+
(tak berwarna) (abu-abu)
Setelah penambahan H2SO4, mulut tabung reaksi ditutup dengan kertas saring yang
telah diteteskan dengan AgNO3 20% dan setelah beberapa saat terbentuk noda
berwarna kuning pada kertas saring, sehingga percobaan positif. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa adanya arsen dalam sampel dapat ditandai
dengan adanya bercak kuning pada kertas saring karena adanya senyawa kompleks
AsAg3.AgNO3 (Svehla, 1982 : 245). Adapun reaksinya :
AsH3 + 6Ag+ → As3+ + 3H+ + 6Ag (ada endapan)

AsH3 + AgNO3 → AsAg3 + 3 HNO3
(tak berwarna) (bercak kuning)
b. Dengan perak nitrat
Pengujian arsen dengan perak nitrat yaitu dengan memasukkan larutan yaitu
arsen kedalam tabung reaksi yang kemudian ditambahkan dengan ammonia
hidroksida dan hidrogen peroksida. Penambahan ini dilakukan untuk membentuk
arsenat yang tadinya masih berbentuk arsenit kemudian dipanaskan yang bertujuan
untuk mempercepat terjadinya reaksi. Larutan yang diperoleh kemudian ditambahkan
dengan asam asetat encer dan perak nitrat yang menghasilkan endapan coklat. Hal ini
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa alkali arsenat membentuk perak arsenat
yang berwarna merah kecokalatan (Tim Dosen Kimia Analitik I, 2014 : 14). Adapun
reaksinya :
As2O3 + NH3 + H2O2 → AsO43- + NH4+ + H2O + H2 ↑
(tidak berwarna)
AsO43- + 3AgNO3 → As3AsO4(s) + 3NO3-
(tidak berwarna) (endapan coklat)
3. Uji kobalt
a. Uji kobalt dengan ammonium tiosianat
pengujian kobalt dengan ammonium tiosianat dilakukan dengan memasukkan
larutan Co(NO3)2 yang berawarna merah ke spot plate. Kemudian menambahkan
NH4SCN yang berwarna coklat ke spot plate dan menghasilkan perubahan warna
yaitu warna hijau sampai biru prusi. Fungsi penambahan NH 4SCN yaitu memberikan
perubahan warna. Dengan penambahan warna tersebut kobalt akan mengalami
pengionan dan membentuk ion kompleks tetrasianokobalt (II). Hal ini sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa suatu larutan yang mengandung kobalt, apabila
ditreaksikan dengan NH4SCN akan menghasilkan warna biru (Svehla, 1978 : 278).
Adapun reaksinya :
Co(NO3)2 + 4NH4SCN → [Co(SCN)4]2- + 2NH4NO3
(merah) (tak berwarna) (biru prusi)
b. Uji kobalt dengan besi
larutan yang akan diuji pada percobaan ini yaitu Co(NO 3)2 dengan cara
memasukkan larutan Co(NO3)2 ke dalam spot plate yang kemudian ditambahkan
dengan NH4F. Penambahan NH4F berfungsi untuk mengubah garam ferri .menjadi
ion kompleks ferri flourida yang tidak larut dan tidak berwarna. Penambahan
NH4SCN berfungsi untuk memberikan perubahan warna pada larutan yaitu warna
biru sampai hijau. Hasil reaksi antara Co(NO3)2, NH4F dan NH4SCN menghasilkan
larutan warna hijau. Dalam percobaan ini tidak ditambahkan besi karena sifat kobalt
yang rapuh. Logam keras menyerupai penampakan besi dan nikel. Kobalt mempunyai
fermeabilitas logam sebesar 2/3 dari besi. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa uji kobalt dengan adanya besi ditandai dengan warna hijau hingga
biru dan ada endapan (Merdiana, 2005 : 202). Adapun reaksinya :
Co(NO3)2 + 6NH4F(s) + Fe3+ → [FeF6]3- + [Co(NH4)6]2+ + 2 No3 + 6H+
(merah) (tak berwarna) (biru)
[FeF6]3+ + 3SCN → Fe(SCN)3(s) + 6F-
(endapan biru)
4. Uji klorida
a. Dengan pengendapan sebaal perak klorida dengan adanya halida lain
Larutan klorida dalam suasana asam tidak beraksi dengan penambahan H2O2
sedangkan bromida dan iodida dapat teroksida menjadi brom dan iod. Bila oksidasi
lanjutkan dengan adanya oksin, maka senyawa fenolik ini akan terhalogenasi
terhadap halogen bebas. Halogen bebas ini adalah bromide dan iodida yang
menghasilkan brom dan iod. Kemudian ditambahkan HNO3 yang berfungsi untuk
memberikan suasana asam dan juga sebagai katalis, ikatan antara ion Cl - dengan Ag+
pada AgNO3 berlangsung cepat membentuk AgCl. Hal ini sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa suatu sampel mengandung Cl dan direaksikan dengan AgNO3
akan terbentuk endapan putih (Svehla, 1982:345). Adapun reaksinya :

HCl + C6H9NOH C6H9NCl + OH-


(bening) (bening) (bening)
C6H9NCl + H2O2 C6H9NOH + HCl
(bening) (bening) (bening)
Cl- + AgNO3 H+ AgCl + HNO3
(bening) (endapan putih) (bening)

b. Pengujian dengan volatilisasi asam klorida


Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah NaCl padatan kemudian
ditambahkan denhan HNO3 pekat dan menghasilkan larutan putih keruh. Selain itu
memasukkan batang pengaduk yang telah di basahi dengan perak nitrat. Campuran
ini dipanaskan sampai membentuk gelembung, pada tabung reaksi terbentuk
gelembung. Selain itu pada batang pengaduk juga terbentuk endapan. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa bila klorida dipanaskan dengan HNO3, tidak
hanya dihasilkan nitrasi klorida, tetapi juga perak klorida yang ditandai dengan
larutan keruh (Svehla, 1982: 358).
NaCl + HNO3 + AgNO3 AgCl + HNO3 + N4NO3
(bening) (bening) (bening) (endapan putih)
5. Uji sulfat dengan barium karbonat dan pp
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi sulfat, dimana sampel yang
digunakan CuSO4 direaksikan dengan BaCO3 dan indikator pp. BaCO3 befungsi
sebagai katalis dan indikator pp sebagai pengidentifikasi sulfat dalam larutan. Hasil
yang diperoleh terbentuk endapan kuning yang menandakan adanya sulfat. Hal ini
tidak sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa BaCO3 bereaksi cepat terhadap
alakali sulfat netral dan berubah warna menjadi merah ketika ditambah indikator pp.
Kesalahannya terjadi pada indikator pp ditambahkan diawal sebelum pemanasan.
(Svehla,1982: 369). Adapun reaksinya :
CuSO4 + BaCO3 BaSO4 (S) + CuCO3
(biru) (bening) (merah)
6. Uji hidrogen peroksida dengan ferrisianida
Pengujian H2O2 dilakukan dengan cara mereaksikan K4Fe(CN)6 dengan FeCl2
dan SnCl2 yang menghasilkan larutan berwarna biru prusi. Setelah itu ditambahkan
dengan H2O2 yang akan mereduksi ferri sianida menjadi ferrosianida. Ferrosianida
yang dihasilkan bereaksi dengan besi (III) klorida dalam larutan. Percobaan yang
dilakukan positif karena menghasilkan larutan biru prusi. Hal ini sesuai dengan teori
yang mengatakan bahwa larutan FeCl2 dan K4Fe(CN)6 bereaksi dengan zat pereduksi
(SnCl2,H2O2,dll) menghasilkan warna biru (Svehla,1982: 405). Adapun rekasinya :
2[Fe (CN)6]3- + H2O2 2[Fe(CN)6]4- + 2H+
(kuning) (bening) (kuning)
3[Fe(CN)6]4- + 4 FeCl3 Fe4[Fe(CN)6]3 + 6 Cl2
(kuning) (biru)

V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasakan percobaan yang telah dilakukan mak dapat disimpulkan bahwa :
1. Uji raksa dengan Cu (II) iodida menghasilkan larutan berwarna orange yang
mengatakan positif mengandung raksa.
2. Uji arsen dengan metode guitzeit dihasilkan larutan berwarna kuning, hal ini
menandakan larutan positif terdapat arsen,. Uji dengan perak nitrat juga positif
karena terdapat endapan.
3. Uji kobalt dengan ammonium tiosianat dan besi sama-sama menunjukkan hasil
yang positif, yang ditandai dengan timbulnya warna biru dan hijau.
4. Uji klorida yang menunjukkan uji positif pada percobaan volatilisasi ditandai
dengan larutan keruh dan mempunyai endapan.
5. Uji sulfat dengan barium karbonat dan pp menunjukkan hasil positif Karena
menghasilkan warna merah.
6. Uji hidrogen peroksida dan ferrisianida menghasilkan larutan berwarna biru prusi
yang menandakan adanya H2O2 pada larutan.

B. Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya untuk lebih teliti dalam
menganalisis percobannya dan berhati-hati aat mereaksikan suatu bahan yang
berbahaya serta hati-hati saat mengambil bahan yang akan digunakan agar tidak
terkontaminasi dengan bahan lain agar percobaan yang dilakukan mendapat hasil
yang positif.
DAFTAR PUSTAKA
Fuadi, Ahmad,dkk. 2008. Pemutihan pulp dengan hidrogen peroksida. Jurnal reactor.
Vol.12, No.2. Hal : 123-128.

Ibnu, Sodiq, dkk. 2004. Kimia Analitik I. Malang : Universitas Negeri Malang JICA

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia

Sugiyarto, Kristan H. 2003. Kimia Anorganik II. Malang : Universitas Negeri Malng JICA.

Tim Dosen Kimia Analitik I. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Analitik I. Makassar :
Universitas Negeri Makassar.

Vogell. 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif makro Semimikro. Jakarta : PT.
Kalman Media Pustaka.

Widodo. 2008. Pencemaran Air Raksa (Hg) Sebagai Dampak Pengolahan Biji Emas disungai
Ciliunggunung, Waluran, Kabupaten Suka Bumi. Jurnal Gelogi Indonesia.
Vol.3, No.3. Hal : 139-149.

Anda mungkin juga menyukai