Anda di halaman 1dari 67

Jenis dan Metoda Analisa

Kualitatif Obat

Dra. Hermini Tetrasari, M.Si, Apt


2021
Jenis dan Metoda Analisa Kualitatif Obat
I. JENIS ANALISA KUALITATIF.
II. METODA ANALISA KUALITATIF.
III. UJI PENDAHULUAN.
IV. REAKSI KIMIA.
V. REAKSI MIKRO KRISTAL.
VI. REAKSI MIKRO SUBLIMAT.
VII. UJI IDENTIFIKASI UMUM <291>
VIII. IDENTIFIKASI SECARA KLT <281>
I. Jenis Analisa Kualitatif Obat (1)

A. ANALISA SECARA EKSAKTA


1. Menentukan unsur yang terdapat dalam contoh.
2. Menentukan secara kuantitatif unsur tersebut, maka
didapat rumus empiris (rumus perbandingan).
3. Menentukan berat molekul melalui kenaikan titik
didih dan penurunan titik beku, maka didapat rumus
molekul.
4. Menentukan rumus bangun dengan penentuan
gugus fungsi, ikatan kimia, inti dan struktur lainnya
baik secara kimia (reaksi kimia) maupun secara
fisika.
Jenis Analisa Kualitatif Obat (2)

B. ANALISA SECARA KOMPARATIF

1. Melakukan analisa secara fisika dan secara kimia.


2. Mengamati hasil analisanya.
3. Menarik kesimpulan dari pengamatan dengan cara
membandingkan dengan pembanding baku.
Jenis Analisa Kualitatif Obat (3)

Perbedaan sifat contoh / zat yang diuji dengan zat lainnya,


memungkinkan dilakukan analisa kualitatif, meliputi :
1. Perbedaan sifat yang dapat ditunjukkan oleh pancaindra,
tanpa pereaksi (organoleptik), meliputi : warna, bau, rasa.
2. Perbedaan sifat fisika (tetapan fisika) : bobot jenis, indeks
bias, rotasi optik, titik lebur, titik didih, kelarutan, kekentalan
(viskositas), sublimasi.
3. Perbedaan sifat fisiko-kimia : analisa spektrum,
kromatogram dll.
4. Perbedaan sifat kimia : melalui penambahan pereaksi kimia,
terjadi reaksi kimia, diamati perubahan warna (reaksi
warna), terjadi endapan amorf/kristal (reaksi mikro kristal),
berfluoresensi/tidak, bau/gas dll.
II. Metoda Analisa Kualitatif Obat (1)
Mencakup :
1. Jarak lebur (tetapan fisika).
2. Rotasi optik (memutar bidang polarisasi), merupakan
metoda polarimetri (fisika).
3. Reaksi warna dan reaksi kimia lain yang cukup khas
dan selektif.
4. Mikro sublimat yang turut memastikan identitasnya
(konfirmasi), merupakan metode fisika.
5. Spektroskopi (berupa spektrum), merupakan metoda
fisiko-kimia.
6. Kromatografi (berupa kromatogram), merupakan
metoda fisiko-kimia.
Metoda Analisa Kualitatif Obat (2)

Manfaat :
1. Memastikan identitas senyawa obat.
2. Identitas zat berkhasiat dalam sediaan obat, bentuk
tunggal / campuran tanpa atau setelah diisolasi.
3. Deteksi terhadap pemalsuan suatu zat / obat melalui
indikator bahwa hasil reaksi negatif.
4. Menunjukkan kemunduran kadar atau substandar
atau pemalsuan dalam kadar, dapat dilakukan
analisa kuantitatif.
III. Uji Pendahuluan (1)
 Dilakukan uji terhadap senyawa asal.
 Terdiri dari :
1. Organoleptik : keadaan agregasi (padat, cair, kental
dll), warna, bau (sebelum dan sesudah dibakar/
dipanaskan), rasa (di lidah atau kulit), mikroskopik
senyawa asal (serbuk).
2. Reaksi Nyala :
2.1. dengan kawat Cu (Beilstein) : larutan
zat/contoh dengan logam Cu menjadi senyawa
mudah menguap, terjadi nyala hijau.
2.2. dengan kawat Pt : beberapa kation memberikan
nyala dengan warna tertentu.
Uji Pendahuluan (2)
Beberapa kation yang memberikan nyala dengan kawat Pt
sbb :
 K (Kalium) : Nyala Merah Ungu (Filter Kaca Kobalt)
 Na (Natrium) : Nyala Kuning
 Ca (Kalsium) : Nyala Merah Kekuningan
 Li (Lithium) : Nyala Merah
 Sr (Strosium) : Nyala Merah Karmin
 Bi (Bismuth) : Nyala Putih Kehijauan
 Ba (Barium) : Nyala Hijau Kekuningan
 Cu (Tembaga) : Nyala Hijau Kebiruan
 Sb (Antimon) : Nyala Abu-abu
 As (Arsen) : Nyala Biru Abu-abu Dll.
Uji Pendahuluan (3)
3. Mikrosublimat : dilakukan secara bertingkat (fraksi 1,
2, 3) dengan peralatan kaca obyek, cincin sublimasi,
kaca penutup, kapas basah dan nyala api bunsen.
4. Pemijaran :
4.1. Pemijaran lemah (api kecil) : perlu diamati.
 gas yang timbul : berasap, membatukkan,
mudah terbakar, tidak berwarna, berbau
keras dan membirukan kertas lakmus merah
basah.
 keluar uap air.
 terjadi perubahan warna.
 terjadi peledakan.
 menggelembung.
Uji Pendahuluan (4)
4.2. Pemijaran kuat (api besar) :
 Agar diperoleh sisa pijar, ada perubahan zat
terhadap pemijaran, keadaan zat stabil / tetap atau
terurai.
 Perlu ditambah Na / K karbonat padat untuk
mengubah senyawa logam menjadi bentuk
karbonat yang larut dalam asam (misalnya Barium
sulfat menjadi Barium karbonat).
 Kadang-kadang ditambah asam nitrat pekat,
dipanaskan untuk menghilangkan senyawa
organiknya.
 Bila contoh tidak ada sisa, maka mungkin hanya
mengandung senyawa organik bebas atau
senyawa anorganik yang mudah menguap
(misalnya garam Hg, As2O3 dll)
Uji Pendahuluan (5)
 Diamati sisa pijar, keadaan dingin dan panas. Bila
sisa pijar panas berwarna kuning dan ketika dingin
berwarna putih menunjukkan mengandung ZnO.
Kemudian ditentukan ion-ion dalam sisa pijar
tersebut dengan melarutkan dalam air, asam dsb.
5. Penentuan kation menguap :
 NH4+ : dengan Nessler, terjadi endapan coklat atau
larutan kuning coklat.
 Hg : dengan KOH untuk menetralkan asam, lalu
ditambah difenil karbazid, maka terjadi warna biru.
 As : reaksi reduktor Aluminium ditambah KOH
(kapas Pb-asetat) dengan AgNO3, terjadi warna
kuning.
Uji Pendahuluan (6)
6. Penentuan anion menguap :
6.1. Dengan asam sulfat encer dipanaskan : dapat
terdeteksi karbonat (CO2), peroksida, persulfat,
perklorat (ClO3), sianida (HCN), sulfit (SO2),
sulfida (H2S), nitrit (NO2) dll.
6.2. Dengan asam sulfat pekat, dingin dan dipanaskan
 Nitrat (NO2 akan membirukan kertas KI
ditambah amilum)
 Klorat (ClO3) akan meledak. Juga MnO4-
(Mn2O7, akan meledak).
6.3. Anion mengoksidasi, dibuat soda ekstrak :
 Larutan soda dipanaskan ditambah asam
asetat 4 N, KI dan amilum: terjadi warna biru.
Uji Pendahuluan (7)
 Larutan soda dipanaskan sampai kisat (kering)
lalu ditam-bah difenil amin dan asam sulfat pekat,
terjadi warna biru pada NO3-, ClO3-, CrO4- dll.
6.4. Anion mereduksi, dibuat soda ekstrak : larutan soda
dipanaskan ditambah asam asetat 4 N, KI dan
amilum (biru), tidak terjadi warna pada S2-, NO2-,
Fe(CN)6-, SO3-, S2O3- dll.
7. Reaksi untuk Asam borat :
 zat ditambah metanol dan asam sulfat pekat, lalu
dibakar, maka akan timbul nyala hijau (metil borat).
 zat dalam suasana HCl diteteskan pada kertas
kurkumin, terjadi warna merah jingga, lalu ditambah
amonium hidroksida, maka terjadi warna hijau kotor.
Uji Pendahuluan (8)
8. Reaksi untuk Asetat :
 zat padat digerus dengan KHSO4, terjadi bau cuka.
 zat ditambah As2O3 dan dipanaskan: maka terjadi bau
busuk (kakodil oksida).

9. Reaksi untuk Oksalat :


 zat ditambah cacl2 dalam suasana asam, terjadi kristal
kalsium oksalat yang khas (seperti amplop).
 zat (kering) ditambah resorsin, asam sulfat pekat dan
gliserin (reaksi carleti), maka terjadi kristal rosa ungu
dengan inti biru.
 zat ditambah difenilamin padat, dilumerkan (jangan
sampai mengarang), lalu ditambah satu tetes spiritus,
maka terjadi warna biru.
IV. Reaksi Kimia (1)
Reaksi kimia banyak dipakai untuk analisa kualitatif /
identifikasi (biasanya digunakan reaksi tetes / analisa tetes /
spot test) karena beberapa alasan berikut :
1. Hasil reaksi mudah diamati dan segera dapat diamati
serta dapat dipercaya dan reproduksibel.
2. Pengerjaan sederhana dan cepat.
3. Merupakan metoda semi mikro karena hanya diperlukan
sedikit saja pereaksi kimia dan contoh obat,
menghasilkan reaksi yang peka (sensitif), dapat
dinyatakan dalam mg atau g.
4. Reaksi tidak terganggu oleh reaksi lainnya dan tidak
perlu reaksi yang berkesudahan serta tidak merupakan
suatu keharusan untuk mengetahui senyawa apa yang
terbentuk sebagai hasil reaksi karena zat dapat berlaku
sebagai katalis.
Reaksi Kimia (2)

5. Reaksi spesifik (hanya diberikan oleh zat / obat yang


bersangkutan) atau selektif (reaksi khusus yang
diberikan oleh segolongan kecil zat / obat ).

Reaksi kimia dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu


1. Reaksi pengarahan misalnya melalui reaksi gugus
fungsi, reaksi terhadap beberapa / golongan zat / obat,
reaksi dapat sama / berbeda ( reaksi selektif).
2. Reaksi penentuan yaitu reaksi khusus untuk zat
tertentu (reaksi spesifik).
Reaksi Kimia (3)
1. Termasuk tipe reaksi kimia yang paling sederhana.
2. Pada pembentukan warna dibedakan :
 warna stabil (tunggal).
 warna tidak stabil (berubah warna ketika diencerkan)
3. Feigl menggunakan reaksi warna untuk menunjukkan
bermacam unsur dan gugus fungsional molekul zat
yang diperiksa.
4. Reaksi warna ada yang spesifik dan selektif. Oleh karena
itu reaksi warna dapat digunakan sebagai reaksi
pengarahan dan reaksi pembedaan.
Reaksi Kimia (4)
PROSEDUR PELAKSANAAN :
 1 tetes larutan  1 % zat yang diperiksa ditambah 1 tetes
pereaksi pada plat tetes / cawan penguap porselen bila akan
dipanaskan atau
 1 tetes larutan  1 % zat yang diperiksa diteteskan pada
kertas pereaksi atau
 1 tetes pereaksi diteteskan pada sedikit zat yang diperiksa
(serbuk, ekstrak atau residu) pada pelat tetes atau
 1 tetes pereaksi atau kertas pereaksi dikenakan pada gas
yang timbul pada pemanasan larutan zat yang diperiksa atau
pada peleburan zat yang diperiksa dalam tabung reaksi atau
 1 tetes larutan zat yang diperiksa diteteskan pada 0,5 ml
larutan pereaksi dalam tabung reaksi, warna yang terjadi
diekstraksi dengan pelarut organik.
V. Reaksi Mikrokristal (1)
1. Pelaksanaan sederhana, hasil reaksi cepat tercapai,
cukup spesifik.
2. Dasar reaksi untuk identifikasi adalah pembandingan.
 Gambaran mikroskopik dari mikrokristal yang
terbentuk setelah larutan zat / obat dicampur dengan
pereaksi tertentu dibandingkan terhadap zat/obat
tertentu yang diduga identitasnya sama.
 Pemastian terakhir dari identitas obat melalui
pembandingan dengan baku dalam kondisi yang
sama.
3. Landasan pemakaian reaksi mikrokristal utk identifikasi :
 Bentuk khas dari mikrokristal
 Tatanan / posisi relatif antar sesama mikrokristal
misalnya bentuk batang, sapu dll.
Reaksi Mikrokristal (2)
Reaksi Mikrokristal (3)
Reaksi Mikrokristal (4)
 Sejumlah golongan obat seperti alkaloid, sulfonamida,
bar-bital, anti histamin, anti biotika dll dengan pereaksi
tertentu, dapat diidentifikasi.
 Kepekatan larutan zat yang diperiksa, diperlukan untuk
terbentuknya mikro kristal. Ini memberikan gambaran
tentang kepekaan pereaksi tersebut.
 Umumnya gambar mikro kristal yang baik didapat pada
larutan zat yang diperiksa dengan kadar 0,1 – 1,0 % b/v.
 Prosedur pelaksanaan :
5 tetes larutan  1 % zat yang diperiksa ditambah 1 tetes
pereaksi pada kaca obyek, setelah beberapa saat diamati
di bawah mikroskop
Reaksi Mikrokristal (5)
 Pemanasan dan waktu pembentukan mikro kristal
merupakan ciri khas zat yang diperiksa.
 Ukuran mikro kristal tergantung konsentrasi larutan zat
yang diperiksa, suhu pemanasan, pH, pengotoran dan
polimorfisa zat tersebut.
 Pada larutan pekat, kristal tersusun lebih padat sehingga
sulit memastikan bentuk dasarnya sedangkan pada
larutan encer, kristal lebih jarang penyebarannya
sehingga lebih mudah mengidentifikasi bentuk dasarnya.
 Bentuk mikrokristal : jarum (needles), batang (rods), bilah
(blades), keping/lempeng (plates), bola, bintang (stars),
dendrit, salib (cross), berlian (diamond), daun pakis dll
(lihat gambar).
Reaksi Mikrokristal (6)
Reaksi Mikrokristal (7)
Reaksi Mikrokristal (8)
VI. Reaksi Mikrosublimat (1)

1. Sublimasi digunakan sebagai metode fisika untuk


pemeriksaan kualitatif (identifikasi) obat karena :
 mudah dilakukan
 spesifik, setelah melalui fase padat - fase gas - fase
cair - fase padat

2. Dari penelitian Buchi dan Perlia terhadap turunan Asam


barbiturat, bentuk sublimat tergantung pada faktor :
 jarak sublimasi ( tinggi cincin)
 lama pemanasan
 tekanan
 suhu
 dipancing dengan ditambah sedikit baku.
Reaksi Mikrosublimat (2)
Cara :
 Tinggi nyala (biru) 1 -1,5 cm.
 Jarak ujung api - asbes adalah 3 – 4 cm.
 Sebaiknya zat yang diperiksa ditambah talk 10 x.
 Peralatan :
• cincin sublimasi ( tinggi dan diameter 1 cm),
• kaca obyek,
• kaca penutup,
• kapas basah,
• nyala api bunsen.
 Dilakukan secara bertingkat : fraksi 1, 2, 3.
 Sublimat yang terjadi diamati : kristal, warna, bau dll.
 Zat yang tersublimasi adalah senyawa As2O3 , Sb2O3 ,
Hg2Cl2 , HgCl2 , HgNH2Cl, Hg2I.
VII. Uji Identifikasi Umum <291>
Berikut ini cara uji yang sering digunakan untuk identifikasi zat
yang tertera dalam Farmakope. [Catatan Uji ini tidak
dimaksudkan untuk dilakukan terhadap campuran zat, kecuali
jika dinyatakan demikian.]
1. Aluminium
A. Tambahkan NH4OH 6 N ke dalam larutan garam
aluminium: terbentuk endapan berupa gel putih yang tidak
larut dalam NH4OH 6 N berlebih.
B. Tambahkan NaOH 1 N atau Na2S LP ke dalam larutan
garam aluminium: terbentuk endapan berupa gel putih
yang larut dalam NaOH 1 N atau Na2S LP berlebih.
2. Amonium Tambahkan NaOH 1 N berlebih ke dalam garam
amonium: terjadi uap NH3 yang dapat dikenal dari baunya
dan mengubah warna kertas lakmus merah P menjadi biru.
Hangatkan larutan untuk mempercepat reaksi.
Uji Identifikasi Umum (2)
3. Antimon Tambahkan H2S LP ke dalam larutan senyawa
antimon(III) yang sudah diasamkan dengan HCl P: terbentuk
endapan jingga antimon sulfida yang tidak larut dalam
NH4OH 6 N, tetapi larut dalam NH4S LP.
4. Asetat
A. Hangatkan CH3COOH atau garamnya H2SO4 P dan
etanol P: terjadi etil asetat yang dapat dikenal dari
baunya yang khas.
B. Tambahkan besi(III) klorida LP ke dalam larutan asetat
netral: terjadi warna merah tua yang rusak dengan
penambahan asam mineral.
C. Panaskan dengan sejumlah yang sama asam oksalat
P: terjadi uap asam dengan bau khas asam asetat.
Uji Identifikasi Umum (3)
D. Larutkan 20 - 40 mg dalam 3 ml air, tambahkan
berturut-turut 0,25 ml larutan lantanum nitrat P 5%, 0,1
ml iodum 0,1 N dan 0,05 ml NH4OH 2 N. Panaskan
campuran hingga mendidih, setelah beberapa menit:
terbentuk endapan biru atau larutan warna biru tua.
5. Barium
A. Tambahkan H2SO4 2 N ke dalam larutan garam barium:
terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam HCl P
dan dalam HNO3 P.
B. Garam barium memberikan nyala hijau kekuningan
dalam nyala api yang tidak berwarna, dan jika dilihat
melalui kaca hijau nyala berwarna biru.
6. Benzoat
A. Tambahkan besi(III) klorida LP ke dalam larutan netral
benzoat: terbentuk endapan merah muda kekuningan.
Uji Identifikasi Umum (4)
B. Asamkan larutan pekat benzoat dengan H2SO4 2 N:
terbentuk endapan asam benzoat yang mudah larut
dalam eter P.
7. Besi Tambahkan NH4S LP ke dalam larutan senyawa
besi(II) atau besi(III): terbentuk endapan hitam yang larut
dalam HCl 3 N dingin dengan membebaskan H2S.
8. Garam besi(III)
A. Tambahkan kalium heksasianoferat(II) LP ke dalam
larutan asam dari garam besi(III): terbentuk endapan
biru tua.
B. Tambahkan NaOH 1 N berlebih: terbentuk endapan
coklat kemerahan.
C. Tambahkan amonium tiosianat LP ke dalam larutan
garam besi(III): terjadi warna merah tua yang tidak rusak
oleh penambahan asam mineral encer.
Uji Identifikasi Umum (5)
9. Garam besi(II)
A. Tambahkan kalium heksasianoferat(III) LP ke dalam
larutan garam besi(II): terbentuk endapan biru tua yang
tidak larut dalam HCl 3 N, tetapi terurai oleh NaOH 1 N.
B. Tambahkan NaOH 1 N ke dalam larutan garam besi(II):
terbentuk endapan putih kehijauan yang dengan cepat
berubah menjadi hijau dan kemudian coklat jika dikocok.
10. Bikarbonat Lakukan seperti tertera pada Karbonat.
11. Bismut
A. Larutkan garam bismut dalam HNO3 P atau HCl P
sedikit berlebih: terbentuk endapan putih pada
pengenceran dengan air. Tambahkan H2S LP atau
Na2S LP: endapan menjadi coklat yang larut dalam
campuran hangat HNO3 P dan air volume sama.
Uji Identifikasi Umum (6)
B. Pada 40 - 50 mg zat tambahkan 10 ml HNO3 2 N,
didihkan selama 1 menit, biarkan dingin dan saring jika
perlu. Pada 5 ml filtrat, tambahkan 2 ml larutan tiourea P
10%: terbentuk endapan jingga kekuningan. Tambahkan
4 ml larutan natrium fluorida P 2,5 %: warna larutan
tidak hilang selama 30 menit.
12. Bisulfit Lakukan seperti yang tertera pada Sulfit.
13. Borat
A. Asamkan 1 ml larutan borat dengan HCl P hingga
bereaksi asam thd lakmus. Tambahkan 3 - 4 tetes
larutan jenuh iodum LP dan 3 - 4 tetes larutan polivinil
alkohol P (1 dalam 50): terjadi warna biru intensif.
B. Tambahkan H2SO4 P dan metanol P, campur, kemudian
bakar: terjadi nyala api bertepi hijau.
Uji Identifikasi Umum (7)
14. Bromida
A. Tambahkan klor LP tetes demi tetes ke dalam larutan
bromida: terjadi brom bebas yang larut dalam CHCl3 P
pada pengocokan, lapisan CHCl3 berwarna merah
sampai coklat kemerahan.
B. Tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan bromida:
terbentuk endapan putih kekuningan yang tidak larut
dalam HNO3 P dan sedikit larut dalam NH4OH 6 N.
C. Ke dalam sejumlah zat uji setara dengan ± 5 mg ion
bromida di dalam tabung reaksi kecil tambahkan
0,25 ml air, lebih kurang 75 mg timbal(IV) oksida P
dan 0,25 ml CH3COOH 5 N, kocok perlahan-lahan.
Keringkan bagian dalam atas tabung dengan kertas
saring dan biarkan selama 5 menit.
Uji Identifikasi Umum (8)
Celup secarik kertas saring dalam setetes magenta
dekolorisasi LP dan segera masukkan ke dalam tabung
reaksi: terjadi warna ungu dalam 10 detik dimulai dari
ujung kertas saring, yang dapat dibedakan dari warna
merah magenta, yang terlihat sedikit pada ujung kertas
saring.
15. Fosfat [Catatan Jika pada monografi dinyatakan untuk uji
Fosfat, lakukan penetapan menggunakan uji ortofosfat, jika
tidak dinyatakan atau jika dilakukan pemijaran sebelum
dilakukan uji gunakan uji pirofosfat]
16. Ortofosfat
A. Tambahkan AgNO3 LP ke dalam larutan netral
ortofosfat: terbentuk endapan kuning yang larut dalam
HNO3 2 N dan dalam NH4OH 6 N.
Uji Identifikasi Umum (9)
B. Tambahkan amonium molibdat LP ke dalam larutan
asam dari ortofosfat: terbentuk endapan kuning yang
larut dalam NH4OH 6 N.
17. Pirofosfat
A. Tambahkan AgNO3 LP ke dalam larutan pirofosfat yang
diperoleh dari pemijaran: terbentuk endapan putih yang
larut dalam HNO3 2 N dan dalam NH4OH 6 N.
B. Tambahkan amonium molibdat LP: terbentuk endapan
kuning yang larut dalam NH4OH 6 N.
18. Hipofosfit
A. Panaskan kuat-kuat: segera terbentuk fosfin yang
mudah terbakar.
B. Tambahkan raksa(II) klorida LP ke dalam larutan
hipofosfit: terbentuk endapan putih yang berubah
menjadi abu-abu pada hipofosfit berlebih.
Uji Identifikasi Umum (10)
C. Asamkan larutan hipofosfit dengan H2SO4 P, hangatkan
dengan tembaga(II)sulfat LP: terbentuk endapan merah.
19. lodida
A. Tambahkan klor LP tetes demi tetes ke dalam larutan
iodida: terjadi iodum bebas berwarna kuning hingga
merah pada larutan. Kocok larutan dengan CHCl3 P:
lapisan CHCl3 menjadi ungu. Iodum yang dibebaskan
juga memberikan warna biru dengan kanji LP.
B. Tambahkan AgNO3 LP ke dalam larutan iodida:
terbentuk endapan kuning menggumpal seperti dadih
yang tidak larut dalam HNO3 P dan dalam NH4OH 6 N.
20. Kalium
A. Senyawa kalium memberikan warna ungu dalam nyala
api tidak berwarna, yang akan tertutup dengan adanya
sedikit natrium.
Uji Identifikasi Umum (11)
Pengaruh warna kuning yang dihasilkan oleh natrium
dapat dihilangkan dengan mengamati melalui penyaring
biru yang menahan emisi natrium pada 589 nm tetapi
melewatkan emisi kalium pada 404 nm. Juga dapat
digunakan kaca kobalt dan penyaring lain yang tersedia
secara komersial.
B. Tambahkan natrium bitartrat LP ke dalam larutan netral
kalium, pekat atau cukup pekat (tergantung kelarutan dan
kadar kalium): terbentuk endapan hablur putih yang larut
dalam NH4OH 6 N dan dalam larutan alkali hidroksida dan
alkali karbonat. Pembentukan endapan, yang biasanya
lambat, dipercepat dengan pengadukan atau penggoresan
bagian dalam tabung reaksi dengan batang pengaduk.
Penambahan sedikit asam asetat glasial P atau etanol P
dapat mempercepat pengendapan.
Uji Identifikasi Umum (12)
21. Kalsium
A. Ke dalam larutan garam kalsium (1 dalam 20)
tambahkan 2 tetes merah metil LP, dan netralkan dgn
NH4OH 6 N. Tambahkan HCl 3 N tetes demi tetes
hingga larutan asam thd indikator. Tambahkan amonium
oksalat LP: terbentuk endapan putih yang tidak larut
dalam asam asetat 6 N, tetapi larut dalam HCl P.
B. Basahi garam kalsium dengan HCl P: terjadi warna
merah kekuningan dalam nyala tidak berwarna.
C. Ke dalam 0,2 ml larutan netral yg mengandung ± 40 µg
ion kalsium tambahkan 0,5 ml larutan glioksal-bis(2-
hidroksianil) P 0,2% dalam etanol P, 9,2 ml NaOH 2 N
dan 0,2 ml NaCO3 1 M. Ekstraksi dgn 1 - 2 ml CHCl3 P
dan tambahkan 1 - 2 ml air: lapisan CHCl3 berwarna
merah.
Uji Identifikasi Umum (13)
D. Larutkan 20 mg dalam 5 ml CH3COOH 5 N,
tambahkan 0,5 ml larutan kalium heksasianoferat(II) P
5,0%: larutan tetap jernih. Tambahkan ± 50 mg NH4Cl
P: terbentuk endapan hablur putih.
22. Karbonat
A. Tambahkan asam ke dalam karbonat atau bikarbonat:
terjadi gelembung gas tidak berwarna, jika dialirkan ke
dalam Ca(OH)2 LP segera membentuk endapan putih.
B. Tambahkan fenolftalein LP ke dalam larutan dingin
karbonat (1 dalam 20): terjadi warna merah, sedang-
kan pada larutan dingin bikarbonat (1 dalam 20): tidak
terjadi perubahan warna atau hanya sedikit berwarna.
23. Klorat
A. Tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan klorat:
tidak terbentuk endapan. Tambahkan asam sulfit P:
Uji Identifikasi Umum (14)
terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam HNO3
P, tetapi larut dalam NH4OH 6 N.
B. Pada pemijaran dihasilkan klorida, diidentifikasi seperti
tertera pada uji Klorida.
C. Tambahkan H2SO4 P pada senyawa klorat kering: terjadi
letikan dan timbul gas kuning kehijauan. [Perhatian
Gunakan sedikit zat uji dan lakukan dengan sangat hati-
hati pada pengujian ini.]
24. Klorida
A. Tambahkan AgNO3 LP ke dalam larutan klorida:
terbentuk endapan putih seperti dadih yang tidak larut
dalam HNO3 P, tetapi larut dalam NH4OH 6 N berlebih.
B. Pada uji amin klorida (termasuk alkaloida klorida) tidak
menunjukkan reaksi terhadap uji A, tambahkan 1 tetes
HNO3 encer P dan 0,5 ml AgNO3 LP pada larutan uji jika
tidak dinyatakan lain pada monografi,
Uji Identifikasi Umum (15)
± 2 mg ion klorida dalam 2 ml: terbentuk endapan putih
seperti dadih. Sentrifus segera campuran dan pisahkan
beningan. Cuci endapan 3 kali, tiap kali dengan 1 ml asam
nitrat P (1 dalam 100) dan buang air cucian. Tambahkan
tetes demi tetes ammonia LP pada endapan: endapan
segera larut.
C. Campur senyawa klorida kering dengan mangan dioksida
P bobot sama, basahi dengan H2SO4 P, dan panaskan
perlahan: terbentuk klor yang menghasilkan warna biru
pada kertas kanji iodida P basah.
D. Masukkan ke dalam tabung reaksi sejumlah zat uji yang
mengandung 10 - 15 mg ion klorida, tambahkan 200 mg
kalium bikromat P dan 1 ml H2SO4 P. Letakkan kertas
saring yang dibasahi dengan 0,1 ml difenilkarbazida LP
menutupi tabung reaksi:
Uji Identifikasi Umum (16)
kertas saring berubah menjadi merah ungu. Kertas
saring yang dibasahi tidak boleh menyentuh larutan
kalium bikromat.
25. Kobalt
A. Ke dalam larutan garam kobalt (1 dalam 20) dalam HCl 3
N, tambahkan larutan panas segar 1-nitroso-2-naftol P (1
dalam 10) dalam CH3COOH 9 N volume sama,
panaskan di atas tangas uap: terbentuk endapan merah.
B. Jenuhkan larutan garam kobalt dgn KCl P, tambahkan
KNO2 P dan CH3COOH P: terbentuk endapan kuning.
26. Laktat Asamkan larutan laktat dengan H2SO4 P,tambahkan
KMnO4 LP, dan panaskan: timbul asetaldehida, yang dapat
dikenal dari baunya yang spesifik.
Uji Identifikasi Umum (17)
27. Litium
A. Basakan larutan garam litium yang cukup pekat dengan
NaOH P, tambahkan natrium karbonat LP, dan didihkan:
terbentuk endapan putih yang larut dalam NH4Cl LP.
B. Basahi garam litium dengan HCl P: terjadi warna merah
tua dalam nyala api tidak berwarna.
C. Tambahkan H2SO4 2 N atau sulfat yang larut ke dalam
larutan garam litium: tidak terbentuk endapan (perbedaan
dari stronsium).
28. Magnesium
A. Tambahkan NH4Cl P ke dalam larutan garam
magnesium, netralkan dengan NH4CO3 LP: tidak
terbentuk endapan. Tambahkan natrium fosfat dibasa LP:
terbentuk endapan hablur putih yang tidak larut dalam
NH4OH 6 N.
Uji Identifikasi Umum (18)
B. Ke dalam 0,5 ml larutan netral atau sedikit asam
tambahkan 0,2 ml larutan kuning titan P 0,1 % dan
0,5 ml NaOH 0,1 N: terjadi kekeruhan merah terang yang
perlahan-lahan berubah menjadi endapan merah terang.
29. Mangan Tambahkan amonium sulfida LP ke dalam larutan
garam mangan: terbentuk endapan merah muda kekuningan
yang larut dalam asam asetat P.
30. Natrium
A. Senyawa natrium menimbulkan warna kuning intensif
dalam nyala api yang tidak berwarna
B. Jika tidak dinyatakan lain pada monografi, larutkan
100 mg senyawa natrium dalam 2 ml air, tambahkan
2 ml larutan kalium karbonat P 15%, panaskan hingga
mendidih: tidak terbentuk endapan. Tambahkan 4 ml
kalium piroantimonat LP, panaskan sampai mendidih.
Uji Identifikasi Umum (19)
Dinginkan dalam es, jika perlu gores bagian dalam
wadah dengan batang pengaduk: terbentuk endapan.
C. Ke dalam 0,5 ml larutan yang mengandung ± 2 mg ion
natrium tambahkan 1,5 ml asam -metoksifenil asetat
LP, dinginkan dalam es selama 30 menit: terbentuk
endapan hablur putih ruah. Hangatkan dalam air pada
suhu 20 dan aduk selama 5 menit: endapan tidak larut.
Tambahkan 1 ml NH4OH 2 N, endapan larut sempurna.
Tambahkan 1 ml larutan amonium karbonat P 16%:
tidak terbentuk endapan.
31. Nitrat
A. Campur larutan nitrat dengan H2SO4 P volume sama,
dinginkan, dan alirkan larutan besi(II) sulfat P di atas
campuran tersebut: terjadi warna coklat pada batas
kedua cairan.
Uji Identifikasi Umum (20)
B. Panaskan nitrat dengan H2SO4 P dan logam tembaga:
terjadi asap merah kecoklatan.
C. Tambahkan kalium permanganat LP asam pada nitrat:
warna KMnO4 tidak hilang (berbeda dgn nitrit) .
D. Ke dalam campuran 0,1 ml nitrobenzena P dan 0,2 ml
H2SO4 P tambahkan sejumlah zat uji yang mengandung
± 1 mg ion nitrat, diamkan selama 5 menit. Dinginkan
dalam es, tambahkan 5 ml air perlahan-lahan dgn
pengadukan, 5 ml NaOH 10 N dan 5 ml aseton P,
kocok dan diamkan: lapisan atas berwarna ungu tua.
32. Nitrit
A. Tambahkan asam mineral encer atau asam asetat 6 N
pada nitrit: terjadi asap merah kecoklatan.
B. Teteskan larutan pada kertas kanji iodida P: terjadi
warna biru.
Uji Identifikasi Umum (21)
33. Oksalat
A. Tambahkan kalsium klorida LP ke dalam larutan netral
atau alkalis oksalat: terbentuk endapan putih, yang tidak
larut dalam asam asetat 6 N, tetapi larut dalam HCl P.
B. Tambahkan larutan panas oksalat yang diasamkan ke
dalam kalium permanganat LP: larutan tidak berwarna.
34. Perak
A. Tambahkan HCl P ke dalam larutan garam perak:
terbentuk endapan putih seperti dadih yang tidak larut
dalam HNO3 P, tetapi mudah larut dalam NH4OH 6 N.
B. Tambahkan NH4OH 6 N dan sedikit formaldehida LP ke
dalam larutan garam perak, hangatkan: terbentuk
cermin logam perak pada dinding tabung.
Uji Identifikasi Umum (22)
35. Permanganat Larutan permanganat yang diasamkan
dengan H2SO4 P akan hilang warnanya oleh hidrogen
peroksida LP dan natrium bisulfit LP, dalam keadaan dingin,
dan oleh asam oksalat LP, dalam larutan panas.
36. Peroksida Asamkan larutan peroksida dengan H2SO4 P,
tambahkan kalium bikromat LP: terjadi warna biru tua.
Kocok campuran dengan eter P volume sama, biarkan
memisah: lapisan eter berwarna biru.
37. Raksa
A. Celupkan lembaran tembaga yang mengkilap ke dalam
larutan garam raksa yang bebas dari HNO3 berlebih:
terjadi lapisan tipis yang setelah digosok menjadi
mengkilap keperakan.
B. Tambahkan H2S LP ke dalam larutan senyawa raksa:
terbentuk endapan hitam yang tidak larut dalam
amonium sulfida LP dan HNO3 2 N mendidih.
Uji Identifikasi Umum (23)
38. Garam Raksa (II)
A. Tambahkan NaOH 1 N ke dalam larutan garam raksa:
terbentuk endapan kuning.
B. Tambahkan kalium iodida LP ke dalam larutan netral:
terbentuk endapan merah tua yang sangat mudah larut
dalam pereaksi berlebih.
39. Garam Raksa (I)
A. Tambahkan NaOH 1 N pada senyawa raksa(I) : terurai
dan membentuk endapan hitam.
B. Tambahkan HCl P ke dalam larutan garam raksa(I):
terbentuk endapan putih yang akan menjadi hitam pada
penambahan NH4OH 6 N.
C. Tambahkan kalium iodida LP: terbentuk endapan
kuning, dan setelah didiamkan berubah menjadi hijau.
Uji Identifikasi Umum (24)
40. Salisilat
A. Tambahkan besi(III) klorida LP ke dalam larutan encer
salisilat: terjadi warna ungu.
B. Tambahkan HCl P ke dalam larutan pekat salisilat :
terbentuk endapan hablur putih asam salisilat yg
melebur pada suhu 158° - 161°C.
41. Sitrat Larutkan atau suspensikan beberapa mg garam
sitrat dalam 1 ml air, tambahkan ke dalam 15 ml piridin P,
dan kocok. Tambahkan 5 ml anhidrida asetat P ke dalam
campuran, dan kocok: terjadi warna merah muda.
42. Sulfat
A. Tambahkan barium klorida LP ke dalam larutan sulfat:
terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam HCl P
dan HNO3 P.
Uji Identifikasi Umum (25)
B. Tambahkan timbal(II) asetat LP ke dalam larutan netral
sulfat: terbentuk endapan putih yang larut dalam
amonium asetat LP.
C. Tambahkan HCl P ke dalam larutan sulfat: tidak
terbentuk endapan (perbedaan dari tiosulfat).
D. Tambahkan 0,1 ml iodum-kalium iodida LP ke dalam
suspensi yang didapat dari reaksi A: suspensi tetap
kuning (perbedaan dari sulfit dan ditionit), tetapi dengan
penambahan timah(II) klorida LP tetes demi tetes:
warna suspensi hilang (perbedaan dari iodat). Didihkan
campuran: tidak terbentuk endapan berwarna
(perbedaan dari selenat dan tungstat).
43. Sulfit Campur HCl 3 N dengan sulfit atau bisulfit: terbentuk
belerang dioksida yang menghitamkan kertas saring yang
dibasahi dengan raksa(I) nitrat LP.
Uji Identifikasi Umum (26)
44. Tartrat
A. Larutkan beberapa mg garam tartrat dalam 2 tetes
natrium periodat P (1 dalam 20). Tambahkan 1 tetes
H2SO4 1 N dan setelah 5 menit, tambahkan beberapa
tetes asam sulfit P & beberapa tetes fukhsin-asam sulfit
LP: terjadi warna merah muda dalam waktu 15 menit.
B. Ke dalam 10 - 20 mg zat uji yg dilarutkan dalam 5 ml air,
tambahkan 0,05 ml larutan besi(II) sulfat P 1% dan
0,05 ml larutan H2O2 P 3%: terjadi warna kuning tidak
stabil. Setelah warna hilang tambahkan NaOH 2 N tetes
demi tetes: terjadi warna biru intensif.
C. Campur 0,1 ml larutan yang mgd 1 - 2 mg asam tartrat P
dengan 0,1 ml larutan kalium bromida P 10%, 0,1 ml
larutan resorsinol P 2%, dan 3 ml H2SO4 P, panaskan di
atas tangas air selama 5 - 10 menit:
Uji Identifikasi Umum (27)
44. Tembaga
A. Asamkan larutan senyawa tembaga(II) dengan asam
klorida P: terbentuk lapisan tipis merah logam tembaga
pada permukaan logam besi yang mengkilap.
B. Tambahkan amonium hidroksida 6 N berlebih ke dalam
larutan garam tembaga(II): terbentuk endapan kebiruan,
kemudian larutan menjadi berwarna biru tua.
C. Tambahkan kalium heksasianoferat(II) LP ke dalam
larutan garam tembaga(II): terbentuk endapan coklat
kemerahan yang tidak larut dalam asam encer.
45. Timbal
A. Tambahkan H2SO4 2 N ke dalam larutan garam timbal:
terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam HCl 3 N
atau HNO3 2 N, tetapi larut dalam NaOH 1 N hangat dan
dalam amonium asetat LP.
Uji Identifikasi Umum (28)
B. Tambahkan kalium kromat LP ke dalam larutan garam
timbal bebas atau hampir bebas asam mineral:
terbentuk endapan kuning yang tidak larut dalam asam
asetat 6 N tetapi larut dalam NaOH 1 N.
46. Tiosianat Tambahkan besi(III) klorida LP ke dalam larutan
tiosianat: terjadi warna merah yang tidak rusak oleh asam
mineral yang cukup pekat.`
47. Tiosulfat
A. Tambahkan asam klorida P ke dalam larutan tiosulfat:
terbentuk endapan putih yang segera berubah menjadi
kuning, terbentuk belerang dioksida yg menghitamkan
kertas saring yang dibasahi dengan raksa(I) nitrat LP.
B. Tambahkan besi(III) klorida LP ke dalam larutan
tiosulfat: terjadi warna ungu tua yang cepat hilang.
Uji Identifikasi Umum (29)
48. Zink
A. Tambahkan hidrogen sulfida LP dan natrium asetat
P ke dalam larutan garam zink: terbentuk endapan
putih, yang tidak larut dalam asam asetat P, tetapi
larut dalam asam klorida 3 N.
B. Tambahkan amonium sulfida LP ke dalam larutan
netral atau alkalis: terbentuk endapan putih seperti
pada uji A.
C. Tambahkan kalium heksasianoferat(II) LP ke dalam
larutan garam zink: terbentuk endapan putih yang
tidak larut dalam asam klorida 3 N.
VIII. Uji Identifikasi secara KLT <281>

 Prosedur berikut dapat digunakan untuk membantu


dalam melakukan verifikasi identitas suatu zat aktif dari
bentuk sediaannya.
 Buat Larutan uji seperti yang tertera pada masing-
masing monografi.
 Pada garis sejajar dan berjarak ± 2 cm dari tepi
lempeng KLT campuran silika gel setebal 0,25 mm dan
mgd zat berfluorosensi yang sesuai seperti tertera pada
Kromatografi <931>, totolkan masing-masing 10 μl
Larutan uji dan Larutan baku BPFI sesuai zat yang
diidentifikasi dalam pelarut dan kadar yang sama
dengan Larutan uji, kecuali dinyatakan lain dalam
monografi.
Uji Identifikasi secara KLT (2)

 Biarkan totolan mengering, kecuali dinyatakan lain


dalam masing-masing monografi, eluasi dengan fase
gerak campuran kloroform P-metanol P-air (180:15:1),
hingga fase gerak merambat ± tiga perempat tinggi
lempeng.
 Angkat lempeng, tandai batas rambat dan biarkan fase
gerak menguap.
 Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi, amati lempeng di bawah cahaya Ultra Violet
254 nm.
 Harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai dengan
Larutan baku.
Diklokfenak Natrium (FI ke-6, hlm. 420)
1. Pemerian Serbuk hablur putih atau hampir putih.
2. Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan dalam
kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Dikloksasilin Natrium BPFI.
B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai dgn Larutan
baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar (KCKT).
C. Pijarkan ± 100 mg zat, larutan 1 bagian sisa pemijaran dalam 20
bagian asam asetat P: menunjukkan reaksi Natrium cara A, B
dan C seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum.
3. pH Antara 4,5 dan 7,5; lakukan penetapan menggunakan
larutan 10 mg zat per mL.
Minyak Permen (Pepperment Oil)
FI ke-6, hlm. 1182 - 1183

 Minyak Permen adalah minyak atsiri yang diperoleh


dengan destilasi uap dari bagian di atas tanah tanaman
berbunga Mentha piperita Linné (Familia Labiatae) yang
segar, dimurnikan dengan cara destilasi dan tidak
didementolisasi sebagian ataupun keseluruhan.
 Mengandung tidak kurang dari 5,0% ester dihitung
sebagai metil asetat (C12H22O2), dan tidak kurang dari
50,0% mentol total (C10H20O) sebagai mentol bebas dan
sebagai ester.
Minyak Permen (FI ke-6, hlm. 1182 – 1183)

1. Pemerian Cairan tidak berwarna atau kuning pucat, bau


khas kuat menusuk; rasa pedas diikuti rasa dingin jika
udara dihirup melalui mulut.

2. Identifikasi Dalam tabung reaksi kering, campur 6 tetes


dengan 5 mL larutan asam nitrat P (1 dalam 300) dalam
asam asetat glasial P, masukkan tabung ke dalam gelas
piala berisi air mendidih: dalam waktu 5 menit cairan
berwarna biru, yang pada pemanasan lebih lanjut
berwarna lebih tua dan menunjukkan fluoresensi warna
tembaga yang akan memudar dan meninggalkan cairan
berwarna kuning keemasan.
Minyak Permen (FI ke-6, hlm. 1182-1183)

3. Bobot jenis Antara 0,896 dan 0,908.

4. Rotasi optik Antara -18º dan -32º dalam tabung 100 mm.

5. Indeks bias Antara 1,495 dan 1,465; lakukan penetapan


pada suhu 20º .

6. Penetapan kadar ester total Setelah perlakuan, lakukan


Titrasi residual dalam Titrimetri <711>.

7. Penetapan kadar mentol total


Asam Tartrat (FI ke-6, hlm. 201)

1. Pemerian Hablur tidak berwarna atau bening atau serbuk


hablur halus sampai granul, warna putih; tidak berbau;
rasa asam dan stabil di udara.

2. Identifikasi
A. Menunjukkan reaksi Tartrat seperti tertera pada Uji
Identifikasi Umum .
B. Jika dipijarkan, perlahan-lahan terurai, bau seperti gula
terbakar (perbedaan dari Asam Sitrat).

3. Rotasi jenis Antara +12,0º dan +13,0º; dihitung


terhadap zat kering; lakukan penetapan menggunakan
larutan yang mengandung 2 g zat per 10 mL
DAFTAR PUSTAKA

 Moffat, A.C., M. David Osselton, Brian Widdop (Eds),


2013, Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons, 4th ed.,
The Pharmaceutical Press, London.

 Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat


Kesehatan, 2020, Farmakope Indonesia, Edisi ke 6,
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, hlm. 1907 – 1912.
Jenis dan metode analisa kualitatif obat

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai