Anda di halaman 1dari 24

Analisis Obat

Analisis
Kualitati
f
Kuantita
f
Zat aktif
obat
Zat
pembawa
Prosedur Analisis Obat

1. Uji Pendahuluan
a. Penyandraan/penginderaan (organoleptik) yaitu mengidentifikasi sifat fisik
obat menggunakan indera untuk menentukan bentuk, warna, bau, dan rasa
obat
b. Penentuan sifat-sifat fisika, seperti kelarutan, penentuan titik lebur, dan
titik didih,
c. Pengujian derajat keasaman obat menggunakan tes keasaman
d. Penentuan unsur-unsur obat
2. Penentuan gugusan fungsional yang khas (uji golongan)
3. Penentuan jenis zat berdasarkan reaksi-reaksinya dengan pereaksi
tertentu dan pengamatan bentuk kristal menggunakan mikroskop.
1. Uji Pendahuluan

a. Penginderaan/penyandraan (organoleptik) adalah uji identifikasi sifat


fisik obat meliputi bentuk, warna, bau, dan rasa obat menggunakan
indera.

 Uji organoleptik merupakan pengamatan sifat fisik obat secara langsung dan
hasil pengamatannya merupakan informasi awal yang berguna untuk analisis
selanjutnya.

Biasanya bahan baku obat berwarna putih atau tidak berwarna


warna spesifik beberapa bahan obat :
 Dipiridamol : kuning
 Etakridin : kuning
 Etaverin : kuning terang
 Menadion : kuning terang
 Niklosamida : kuning pucat
 Nitrazepam : kuning muda
 Riboflavin : kuning sampai kuning-jingga
 Tetrasiklin : kuning
b. Tes kelarutan
Zat aktif obat mempunyai kelarutan yang berbeda-beda terhadap beberapa pelarut
(air, alkohol, atau pelarut lainnya).

Tes kelarutan dilakukan dengan memasukan sedikit zat ke dalam tabung reaksi
kemudian di dalamnya ditambahkan pelarut kemudian digoyang-goyang dan diamati
apakah zat tersebut dapat larut.
c. Uji keasaman
Uji keasaman larutan obat/zat secara sederhana dilakukan menggunakan kertas
lakmus merah atau biru.

 Larutan yang bersifat asam akan mengubah warna kertas lakmus biru menjadi
merah
 Larutan yang bersifat basa akan mengubah warna kertas lakmus merah menjadi
biru.

Hasil dari uji keasaman ini dapat digunakan untuk mengetahui jenis senyawa obat
 senyawa-senyawa golongan asam, misalnya asam benzoat, asam sitrat,asam
askorbat  didalam air sudah pasti mengubah lakmus biru menjadi merah.

 Hasil uji ini dapat pula membedakan antara alkaloid basa dan alkaloid asam
(garamnya).

 Alkaloid basa, misalnya efedrin, akan mengubah lakmus merah jadi biru , tetapi karena
sifat kebasaannya yang sangat lemah maka perubahan lakmus merah menjadi biru
hampir tidak jelas.

 Sedangkan alkaloid asam, misalnya efedrin HCl, akan mengubah lakmus biru menjadi
merah dan perubahannya sangat jelas.
d. Penentuan unsur-unsur
 Tahap untuk menentukan keberadaan/kehadiran unsur selain karbon (C), hidrogen
(H), dan oksigen (O) pada obat yang diidentifikasi.
 Unsur-unsur lain yang diperiksa tersebut adalah nitrogen (N), sulfur (S), fosfor (P),
dan halogen (Cl, Br, dan I).

 Keberadaan unsur-unsur tersebut sangat berpengaruh terhadap langkah pengujian


senyawa obat tersebut.
Tahap melakukan pengujian unsur:

Zat uji sebelumnya didestruksi/dipijarkan


bersama dengan logam natrium.

Kemudian sisa destruksi/residu dilarutkan


dalam air untuk selanjutnya dilakukan
pengujian unsur.
1. jika hasil pengujian penentuan unsur  ada unsur N, maka pengujian
selanjutnya diarahkan kepada senyawa yang mengandung unsur N pada
rumus kimianya, seperti benzokain (C9H11NO2), parasetamol (C8H9NO2),
salisilamid (C7H7NO2).
2. jika hasil pengujian penentuan unsur  unsur N dan Cl, maka pengujian
selanjutnya diarahkan kepada senyawa yang mengandung unsur N dan CL
dalam rumus kimianya, seperti efedrin hidroklorida (C10H16NOCl),
difenhidramin hidroklorida (C17H22NOCl), kloramfenikol (C11H12Cl2N2O5).
3. Jika hasil pengujian penentuan unsur  unsur N dan Br, maka pengujian
selanjutnya diarahkan kepada senyawa yang mengandung unsur N dan Br
dalam rumus kimianya, seperti bromheksin (C14H20Br2N2), bromisoval
(C6H11BrN2O2), skopolamin-N-butilbromida (C21H30NO4Br).
4. jika hasil pengujian penentuan unsur  unsur N dan S, maka pengujian
selanjutnya diarahkan kepada senyawa yang mengandung unsur N dan S
dalam rumus kimianya, seperti metionin (C5H11NO2S), sulfametoksazol
(C10H11N3O3S), tolbutamid (C12H18N2O3S).

5. jika hasil pengujian penentuan unsur  unsur N,S dan Cl, maka pengujian
selanjutnya diarahkan kepada senyawa yang mengandung unsur N, S, dan CL
dalam rumus kimianya, seperti hidroklorotiazid (C7H8ClN3O4S2), promazin
hidroklorida (C17H21N2SCl), tiamin hidroklorida (C12H18N4OSCl2).

6. jika hasil pengujian penentuan unsur  unsur N dan P, maka pengujian


selanjutnya diarahkan kepada senyawa yang mengandung unsur N dan P
dalam rumus kimianya, seperti kodein fosfat (C18H24NO7P).
“jika hasil pengujian tidak ditemukan kehadiran
unsur N, S, P, maupun halogen  pengujian
diarahkan kepada senyawa yang dalam rumus
kimianya tidak terdapat unsur-unsur tersebut”
Misalnya asam askorbat (C6H8O6), menadion
(C11H8O2), golongan karbohidrat (glukosa,
laktosa, dan karbohidrat)”
Analisis unsur Nitrogen, Sulfur, dan Halogen
Pemeriksaan Nitrogen (Lassaigne)
Dalam tabung pijar + 20-50 g bahan + Na, dipanaskan. Sampel + Fe (II)Sulfat
(dididihkan) besi hiroksida dilarutkan dengan 6 N HCl  warna biru

Pemeriksaan Sulfur
50 mg bahan + 1,0 ml H2O2 30% dan 2 tetes larutan Fe(III)klorida 10 %  encerkan
dengan air + 1,0 ml 3N HCl dan 1,0 ml larutan BaCl2 5 %  endapan putih BaSO4.

Pemeriksaan Halogen (Beilstein)


Bahan diletakkan pada keping tembaga lalu dibakar dengan api  nyala warna hijau
karena terbentuk tembaga-halogen yang menguap
2. Uji Penentuan Gugus Fungsional
(Uji Golongan)
a. Pemeriksaan golongan senyawa fenol
menguji larutan zat dalam air/etanol dengan 2 tetes larutan besi (III) klorida 1%.
Larutan zat uji akan membentuk warna merah sampai ungu.

Senyawa yang termasuk dalam golongan fenol antara lain parasetamol, asam
p-aminosalisilat, asam salisilat, salisilamida
b. Pemeriksaan golongan senyawa alkaloid
menguji larutan zat dalam asam klorida encer dengan pereaksi Mayer (Larutan
HgCl2 direaksikan dengan KI berlebih) dan pereaksi Bouchardat (larutan
iodium).
Larutan zat uji akan membentuk endapan kuning dengan pereaksi Mayer, dan
diperoleh endapan coklat dengan pereaksi Bouchardat.

Senyawa yang termasuk dalam golongan alkaloid antara lain adalah kofein,
kodein, papaverin, efedrin.
d. Pemeriksaan senyawa sulfonamide
menguji larutan zat dalam asam klorida dengan batang korek api. Keberadaan
senyawa sulfonamida dalam asam klorida akan mengubah batang korek api
menjadi berwarna jingga.

Senyawa yang termasuk dalam golongan sulfonamida adalah sulfametoksazol,


sulfanilamid, sulfaguanidin
e. Pemeriksaan golongan senyawa barbiturate
menguji larutan zat dalam etanol dengan pereaksi Zwikker (campuran
Zwikker I(Co(NO3)2] 1% dalam etanol dan Zwikker II (piridin 10% dalam
etanol). Keberadaan senyawa barbiturat yang direaksikan dengan pereaksi
Zwikker akan mengubah larutan zat uji menjadi berwarna ungu.

Senyawa yang termasuk dalam golongan senyawa barbiturat antara lain


adalah fenobarbital, heksobarbital
3. Uji Penentuan Jenis Zat (Uji Penegasan)
dan Pengamatan Bentuk Kristal

“Penentuan jenis zat ini dilakukan secara konvensional menggunakan


pereaksi-pereaksi tertentu dan pengamatan bentuk kristal zat yang
diperiksa menggunakan mikroskop.”

hasil uji : berupa warna, endapan, dan bau


a. Pengamatan hasil reaksi dengan pereaksi tertentu
Untuk melakukan pengujian menggunakan pereaksi tertentu, pereaksi-
pereaksi yang dapat digunakan dapat dilihat pada masing monografi zat uji
yang tertera dalam Farmakope Indonesia edisi III maupun edisi IV.
Pengamatan hasil uji yang diamati berupa warna, endapan, dan bau yang
terjadi disesuaikan dengan hasil reaksi identifikasi dalam monografi zat uji
tersebut.
b. Pengamatan Bentuk Kistal (Uji sublimasi mikro)
Alat yang digunakan untuk melihat bentuk kristal adalah mikroskop.
Dasarnya ada zat padat bila dipanasi, sebelum mencair, bisa langsung berubah
menjadi fasa gas, dan pada pendinginan berubah lagi menjadi fasa padat dengan
bentuk khas.
Dalam proses sublimasi ini, beberapa zat padat pada pendinginan mungkin dari fasa
gas itu melalui fasa cair dulu, kemudian menghablur dan ada zat yang langsung dari
fasa gas berubah, menjadi fasa padat.
Hasil sublimat inilah yang nantinya akan diamati dibawah mikroskop.
Tiap senyawa obat akan menampakkan bentuk kristal yang spesifik.
Analisis obat :
Pemerian :
1. bubuk putih,
2. tak berbau,
3. rasa pahit
4. Kelarutan : air (1:100), etanol (1 : 10), aseton (1 : 20), eter (tak larut)
5. Pemeriksaan kualitatif :
1. Reaksi besi(III) klorida  biru-ungu muda
2. 50 mg zat dalam 3N HCl  panaskan 5 menit  Reaksi diazzo : timbul warna
jingga-merah
3. reaksi positif dengan asam sulfanilat terdiazotasi
4. Parasetamol mereduksi pereaksi T
Kesimpulan
?

Anda mungkin juga menyukai