Anda di halaman 1dari 41

BAB

ANALISA
KUALITATIF
1.1 Cara Pengenalan (Identifikasi)
1.1.1 Pengenalan Zat Berdasarkan Sifat Fisik
1.1.2 Pengenalan Zat Berdasarkan Sifat Kimia

1.2 Langkah-langkah dalam Analisis Kualitatif Anorganik


1.2.1 Pemeriksaan Pendahuluan
1.2.2 Pemeriksaan Secara Sistematis
1.2.2.1 Reaksi-reaksi Kation
1.2.2.2 Reaksi-reaksi Anion
Kimia analitik adalah cabang dari ilmu kimia yang digunakan
untuk menentukan komposisi atau susunan dari suatu bahan yang
dianalisis. Bahan yang dianalisis disebut contoh/ cuplikan atau
disebut juga sampel. Dengan kimia analitik dapat ditentukan
komposisi cuplikan terdiri dari unsur-unsur apa dan berapa
jumlahnya.
Kimia analitik dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Kimia analisa kualitatif, yaitu kimia analisa yang menentukan
zat “apa” yang terdapat di dalam cuplikan. Analisa kualitatif
ini berdasarkan “ sifat yang khas” dari zat tertentu atau sifat
yang karakteristik (khusus).
2. Kimia analisa kuantitatif, yaitu kimia analisa yang
menentukan “berapa jumlah zat (kadar zat)” di dalam
sampel. Jumlah zat dalam sampel dapat dinyatakan dalam
kadar persen (%) berat ataupun dalam kosentrasi lainnya.

Jadi kimia analisa kualitatif adalah cabang dari kimia analisa


yang mempelajari dan menentukan “zat apa” yang terdapat dalam
suatu cuplikan atau bahan yang dianalisa. Zat yang terdapat di dalam
cuplikan dapat berupa unsur, radikal, ion atau senyawa. Sebagai hasil
dari analisa kualitatif akan dinyatakan bahwa suatu zat atau unsur
tertentu “ada” atau “tidak ada” di dalam cuplikan. Suatu zat
dikatakan “ada” berarti zat tersebut ada di dalam cuplikan dalam
jumlah yang dapat ditunjukkan sedangkan suatu zat dikatakan “ tidak
ada” berarti zat tersebut tidak terdapat dalam jumlah yang dapat
ditunjukkan.
Suatu zat A dikatakan “tidak ada” dalam cuplikan sebenarnya
harus dikatakan bahwa kosentrasi zat A di dalam cuplikan lebih kecil
dari suatu harga tertentu. Sebagai contoh, 9 ml cuplikan air ditambah
1 ml larutan AgNO3 0,1 M. Tidak terjadi endapan AgCl, karena Ksp
AgCl = [Ag+][Cl-] = 10-10, maka kosentrasi Cl- di dalam cuplikan air lebih
kecil atau sama dengan 10-8 M, tidak berarti dalam cuplikan air tidak
terdapat ion Cl-. Dalam menyatakan hasil analisa kualitatif, jika suatu
unsur ada di dalam cuplikan maka unsur tersebut dinyatakan positif
(+) dan negatif (-) untuk menyatakan unsur “tidak ada” dalam
cuplikan.
Pembagian analisa kualitatif dibedakan menurut metoda
yang dipakai atau menurut sasaran. Berdasarkan metoda yang
digunakan analisa kualitatif terbagi menjadi:

Analisa Kualitatif 1
1. Analisa Kualitatif Cara Klasik
Analisa kualitatif cara klasik ini berdasarkan reaksi kimia
dalam larutan dan pengamatan terjadinya warna,
endapan, gas berbau atau tidak berbau, bentuk kristal
dan lain-lain. Cara klasik ini didasarkan juga atas
pengamatan sifat-sifat fisik yang dimiliki oleh suatu zat.
Cara klasik pun dapat dibagi lagi menurut banyaknya zat
yang dianalisa yaitu: analisa makro, semi-mikro dan
mikro.
2. Analisa Kualitatif Cara Modren
Dalam cara ini, analisa menggunakan instrumen seperti
spektograf, khromatograf dan lain-lain, karenanya cara
ini disebut juga cara instrumen.
Menurut sasaran yang ingin diperoleh, analisa kualitatif
terbagi menjadi:
1. Analisa Kualitatif Anorganik
Dalam analisa kualitatif anorganik yang ditentukan
adalah zat-zat anorganik, sebagai contoh dengan sistem
H2S.
2. Analisa Kualitatif Organik
Dalam analisa kualitatif organik ditentukan zat-zat
organik yang mengandung unsur karbon.
Dalam buku ini, pembahasan akan dibatasi pada kimia analisa
kualitatif anorganik.

1.1 Cara Pengenalan (Identifikasi)


Suatu zat/unsur di dalam cuplikan dapat ditentukan
berdasarkan sifat-sifat fisik dan kimia yang dimiliki oleh zat atau
unsur yang bersangkutan. Sifat-sifat yang dimiliki oleh zat atau unsur
tersebut ada yang bersifat:
a. Spesifik (khas untuk satu zat/unsur/ion)
b. Selektif (khas untuk lebih dari satu zat, sifat yang sama
dimiliki oleh beberapa zat.

1.1.1 Pengenalan Zat Berdasarkan Sifat Fisik


Sifat fisik yang dimiliki oleh zat dapat digunakan untuk
pengenalan suatu zat di dalam cuplikan. Termasuk di dalam sifat-sifat
fisik ini adalah sifat yang langsung dapat diamati (seperti warna, bau,
bentuk kristal, titik leleh, titik didih, massa jenis, indeks bias, tahanan

Analisa Kualitatif 2
jenis, daya hantar panas, spektra emisi dan lain-lain.Sifat-sifat fisik ini
adalah khas (karakteristik) untuk masing-masing zat.
Beberapa sifat fisik dari zat kurang spesifik atau selektif.
Sebagai contoh beberapa zat memiliki warna yang sama, titik
lelehpun kurang spesifik. Contoh sifat-sifat fisik tersebut antara lain:
a. Warna
Warna tidak spesifik:
 Ni3+, Cr3+ berwarna hijau
 Fe3+, CrO42- berwarna kuning
b. Bau
Bau lebih spesifik seperti H2S berbau telur busuk.
c. Titik leleh
Titik leleh kurang spesifik:
 3,5 dibrom anilin dan 4-metoksi anilin memiliki titik
leleh 57°C.
 4-metoksi-3-nitroanilin; 4-metilbenzophenon; α-
benzilnaftalen, ketiganya memiliki titik leleh 59°C.
d. Spektrum emisi/spektrum pancaran
Spektrum pancaran dari suatu zat bersifat spesifik.
e. Spektrum Absorpsi/spektrum serapan
f. Spektrum serapan dari suatu zat bersifat spesifik.

1.1.2 Pengenalan Zat Berdasarkan Sifat Kimia


Suatu zat dapat bereaksi dengan pereaksi tertentu, yang
menghasilkan suatu hasil reaksi tertentu yang dapat dijadikan dasar
pengenalan zat. Skema reaksi:

Cuplikan + Pereaksi ⟶ Hasil Reaksi

Hasil reaksi bisa dikenali karena dapat berupa endapan, gas


atau senyawa kompleks berwarna. Reaksi-reaksi kimia yang terjadi
dapat bersifat spesifik ataupun kurang spesifik (selektif). Sebagai
contoh, jika kedalam larutan Ni 2+ ditambahkan pereaksi
dimetilglioksim akan dihasilkan endapan yang berwarna merah dan
tidak terjadi dengan unsur lainnya. Pereaksi dimetilglioksim adalah
spesifik untuk ion nikel, sedangkan pereaksi HCl akan menghasilkan
endapan putih dengan ion-ion Ag +, Pb2+ dan Hg+. Pereaksi HCl bersifat
selektif.

Analisa Kualitatif 3
1.2 Langkah-langkah dalam Analisis Kualitatif Anorganik
Untuk menentukan unsur apa yang terdapat di dalam
cuplikan yang merupakan campuran dari berbagai zat atau unsur
dilakukan langkah-langkah pengerjaan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Pendahuluan, yang terdiri atas:
a. cara kering
b. cara basah
2. Pemeriksaan Secara Sistematis, yang terdiri atas:
a. Pemeriksaan Kation
b. Pemeriksaan Anion

1.2.1 Pemeriksaan Pendahuluan


Pemeriksaan pendahuluan meliputi identifikasi awal suatu
zat berdasarkan:
a. Bentuk dan rupa zat
b. Reaksi nyala
c. Reaksi dengan asam sulfat
d. Reaksi dengan NaOH
e. Reaksi dengan KHSO4

a. Bentuk dan rupa zat


Identifikasi berdasarkan bentuk dan rupa zat yang meliputi:
1. Warna
Beberapa zat tertentu mempunyai warna tertentu:
 Larutan Ni2+ dan larutan Cr3+ berwarna hijau
 Larutan Cu2+ berwarna biru
 Larutan Mn2+ dan larutan Co2+ berwarna merah
jambu
 Larutan Fe3+ dan larutan CrO42- berwarna kuning
 Endapan CdS, As2S3 dan SnS2 berwarna kuning
 Endapan PbS, CuS, HgS dan MnO2 berwarna
hitam
2. Sifat Higroskopis
Beberapa zat memiliki sifat higroskopis (menyerap uap
air dari udara) seperti CaCl2, MgCl2 dan FeCl3.
3. Bau
Beberapa zat mempunyai bau yang spesifik :
 Garam-garam NH4+ (amonium) : bau NH3

Analisa Kualitatif 4
 Garam-garam Sulfida : bau H2S
 Garam-garam Asetat: bau cuka

b. Reaksi Nyala
Beberapa zat tertentu di dalam nyala api
memberikan warna tertentu yang khas (spesifik). Reaksi
nyala dilakukan dengan kawat nikel-khrom (Ni-Cr) atau kawat
platina (Pt). Sebelum kawat tersebut digunakan, harus
dicelupkan ke dalam HCl pekat dan dibakar dalam nyala api
sampai pijar. Lakukan beberapa kali sampai nyalanya tidak
memberikan warna, yang berarti kawat telah bersih dari
pengotor atau unsur logam. Cara ini dilakukan untuk
membersihkan kawat dari unsur logam yang mungkin
mengganggu dalam tes dengan reaksi nyala. Disini digunakan
HCl sebagai pembersih karena HCl dengan unsur logam
membentuk garam-garam klorida yang mudah menguap di
dalam nyala. Zat ditambah sedikit HCl pekat di dalam plat
tetes atau kaca arloji, lalu kawat yang bersih dicelupkan
kedalamnya kemudian dimasukkan ke dalam nyala api dan
amati warna nyala yang terjadi.
Cara lainnya, kawat platina atau Ni-Cr yang bersih
dimasukkan ke dalam HCl pekat pada plat tetes lalu kawat
tersebut disentuhkan pada sedikit zat yang diperiksa yang
berbentuk bubuk halus, kemudian dibakar dalam nyala api
yang tidak berwarna, baru amati warna nyala api yang
terjadi.
Beberapa zat dengan warna nyalanya:
Zat Warna Nyala
Natrium (Na) Kuning

Kalium (K) Ungu (dilihat dengan kaca kobal


berwarna biru

Litium (Li) Merah

Kalsium (Ca) Merah kuning/merah bata

Tembaga (Cu) Hijau

Analisa Kualitatif 5
Stronsium (Sr) Merah
c. Reaksi dengan Asam Sulfat (H2SO4)
Dalam reaksi dapat digunakan asam sulfat encer
ataupun pekat. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan
sisa asam (anion). Asam Sulfat adalah asam kuat, maka
reaksinya dengan garam-garam dari asam lemah ( misalnya
Na2CO3 dan CH3COONa) akan menghasilkan asam lemah. Jika
suatu zat direaksikan dengan asam sulfat baik encer maupun
pekat, akan terjadi gas yang berbau serta berwarna ataupun
tidak bewarna.
Sedikit zat yang diperiksa di dalam tabung reaksi
ditambah kira-kira ½ mL H2SO4 encer ataupun pekat, jika
perlu dipanaskan, dapat terjadi gas :

1. Gas tak berwarna, antara lain adalah :


a. SO2
Gas dengan bau merangsang. Dites dengan kertas
dikhromat asam sulfat basah menghasilkan warna
hijau yang menunjukkan adanya ion sulfit (SO 32-). Jika
diikuti dengan pengendapan belerang menunjukkan
adanya ion tiosulfat (S2O32-) di dalam cuplikan.
b. H2S
Gas dengan bau telur busuk, menghitamkan kertas
Pb-asetat basah, menunjukkan adanya ion sufida (S 2-)
c. CO2
Gas ini mengeruhkan tetesan air barit Ba(OH)2 yang
menunjukkan adanya ion karbonat (CO32-)
2. Gas berwarna, antara lain adalah :
a. NO2
Gas berwarna coklat, bau merangsang, membirukan
kertas benzidin, menunjukkan adanya ion Nitrit
(NO2-).
b. Br2
Gas berwarna coklat, bau merangsang, membirukan
kertas kanji-KI menunjukkan adanya ion hipobromit
(OBr-)
c. Cl2
Gas berwarna kuning hijau, bau merangsang,
membirukan kertas kanji-KI menunjukkan adanya ion
hipokhlorit (OCl-).
Analisa Kualitatif 6
d. Reaksi dengan NaOH
NaOH akan bereaksi dengan garam yang
berasal dari basa lemah (misalnya NH 4Cl) akan
menghasilkan basa lemah. Reaksi dengan NaOH
untuk menunjukkan adanya NH4+ dalam cuplikan zat.
Contoh reaksi:
NH4Cl + NaOH ⟶ NH3 + H2O + NaCl
Terjadinya gas NH3 dapat dikenali karena berbau
khas, membirukan kertas lakmus merah yang basah
atau dengan pereaksi Nessler menghasilkan koloid
berwarna coklat dengan reaksi:
2K2(HgI4) + 2NH3 ⟶ NH2Hg2I3 (coklat) + 4KI + NH4I

e. Reaksi dengan KHSO4


Sedikit cuplikan zat yang diperiksa digerus dengan
KHSO4 padat, maka bila cuplikan mengandung ion
asetat (CH3COO-) akan terjadi gas berbau cuka.

CH3COO- + HSO4- ⟶ CH3COOH (cuka) + SO42-

1.2.2 Pemeriksaan Secara Sistematis


1.2.2.1 Reaksi-reaksi Kation

Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik, kation-kation


diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu
terhadap beberapa reagensia. Dengan memakai apa yang disebut
reagensia golongan secara sistematik, dapat kita tetapkan ada
tidaknya golongan-golongan kation dan dapat juga memisahkan
golongan-golongan ini untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang
paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida
dan amonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu
kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk
endapan atau tidak. Jadi boleh dikatakan bahwa, klasifikasi kation
yang paling umum didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida,
sulfida dan karbonat dari kation tersebut.
Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-golongan
ini adalah sebagai berikut:

Analisa Kualitatif 7
i. Golongan I
Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam
klorida encer. Ion-ion golongan ini adalah timbel, merkurium
(I), dan perak.

ii. Golongan II
Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida,
tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam
suasana asam mineral encer. Ion-ion golongan ini adalah
merkurium (II), tembaga, bismut, kadmium, arsenik (III),
stibium (III), stibium (V), timah (II) dan timah (III)(IV).
Keempat ion yang pertama merupakan sub golongan IIa dan
keenam yang terakhir sub golongan IIb. Sementara sulfida
dari kation dalam golongan IIa tak dapat larut dalam
amonium polisulfida, sulfida dari kation dalam golongan IIb
justru dapat larut.

iii. Golongan III


Kation golongan ini tak bereaksi dengan asam klorida encer.
Namun kation ini membentuk endapan dengan amonium
sulfida dalam suasana netral atau amoniakal. Kation-kation
golongan ini adalah kobalt (II), nikel (II), besi (II), besi (III),
kromium (III), zink dan mangan (II).

iv. Golongan IV
Kation golongan ini tak bereaksi dengan reagensa golongan I,
II, dan III. Kation-kation ini membentuk endapan dengan
amonium karbonat dengan adanya amonium klorida, dalam
suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation golongan ini
adalah : kalsium, strontium dan barium.

v. Golongan V
Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan
reagensia-reagensia golongan sebelumnya, merupakan
golongan kation yang terakhir meliputi, ion-ion magnesium,
natrium, kalium, amonium, litium dan hidrogen.

Analisa Kualitatif 8
A. Golongan Kation Pertama: Timbel (II), Merkurium (I) dan
Perak (I).
Pereaksi Golongan: Asam Klorida encer.
Reaksi Golongan : endapan putih timbel klorida PbCl 2,
merkurium (I) klorida Hg2Cl2 dan perak klorida AgCl.
Kation golongan pertama, membentuk klorida-
klorida yang tak larut dalam air dan karena itu timbel tak
pernah mengendap dengan sempurna bila ditambahkan
asam klorida encer kepada suatu cuplikan, diendapkan secara
kuantitatif dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam
bersama-sama kation golongan kedua.
Nitrat dari kation-kation ini sangat mudah larut. Di
antara sulfat-sulfat, timbel sulfat praktis tidak larut, sedang
perak sulfat larut jauh lebih banyak. Kelarutan merkurium (I)
sulfat terletak diantara kedua zat diatas. Bromida dan iodida
juga tidak larut sedangkan pengendapan timbel halida tidak
sempurna dan endapan itu mudah sekali melarut dalam air
panas. Sulfida tidak larut. Asetat-asetat lebih mudah larut,
meskipun perak asetat bisa mengendap dari larutan yang
agak pekat. Hidroksida dan karbonat akan diendapkan
dengan reagensia yang jumlahnya ekuivalen, tetapi kalau
reagensia berlebihan, ia dapat bertindak dengan bermacam-
macam cara. Juga ada perbedaan dalam sifat zat-zat ini
terhadap amonia.

1. Timbel, Pb (Ar : 207,19)


Timbel adalah logam berwarna abu-abu kebiruan, dengan
rapatan yang tinggi (11,48 g/ml pada suhu kamar).
Reaksi-reaksi dari ion timbel (II):
Larutan-larutan timbel nitrat (0,25 M) atau timbel asetat
(0,25 M) dapat dipakai untuk mempelajari reaksi-reaksi ini.
a. Asam klorida encer (klorida yang larut): endapan putih
dalam larutan yang dingin dan tak terlalu encer.
Pb2+ + 2Cl- ⟶ PbCl2↓
b. Hidrogen sulfida dalam suasana netral atau asam encer:
endapan hitam timbel sulfida.
Pb2+ + H2S ⟶ PbS↓ + 2H+
c. Larutan amonia: endapan putih timbel hidroksida.
Pb2+ + 2NH3 + 2H2O ⟶ Pb(OH)2↓ + 2NH4+

Analisa Kualitatif 9
d. Natrium Hidroksida: endapan putih timbel hidroksida.
Pb2+ + 2OH- ⟶ Pb(OH)2↓
e. Asam sulfat encer (atau sulfat-sulfat yang larut): endapan
putih timbel sulfat.
Pb2+ + SO42- ⟶ PbSO4↓
f. Kalium kromat dalam larutan netral, asam asetat atau
amonia: endapan kuning timbel kromat
Pb2+ + CrO42- ⟶ PbCrO4↓
g. Kalium Iodida: endapan kuning timbel iodida
Pb2+ + 2I- ⟶ PbI2↓

2. Merkurium atau Raksa, Hg (Ar = 200,59)


Merkurium adalah logam cair yang putih keperakan
pada suhu biasa dan mempunyai rapatan 13,534 g/ml pada
25°C. Ia tak dipengaruhi asam klorida atau asam sulfat encer
(2M), tetapi mudah bereaksi dengan asam nitrat.
Reaksi ion merkurium (I):
Larutan merkurium (I) nitrat (0,05 M) dapat dipakai untuk
mempelajari reaksi-reaksi ini.
a. Asam klorida encer atau klorida-klorida yang larut:
endapan putih merkurium (I) klorida (kalomel)
Hg22+ + 2Cl- ⟶ Hg2Cl2↓
b. Hidrogen sulfida dalam suasana netral atau asam encer:
endapan hitam yang merupakan campuran dari
merkurium (II) sulfida dan logam merkurium.
Hg22+ + H2S ⟶ Hg↓ + HgS↓+ 2H+
c. Natrium Hidroksida: endapan hitam merkurium (I) oksida
Hg22+ + 2OH- ⟶ Hg2O↓ + H2O
d. Kalium kromat dalam larutan panas: endapan kristalin
merah merkurium (I) kromat
Hg22+ + CrO42- ⟶ Hg2CrO4↓
e. Kalium Iodida, ditambahkan perlahan-lahan dalam
larutan dingin : endapan hijau merkurium (I) iodida
Hg22+ + 2I- ⟶ Hg2I2↓

Analisa Kualitatif 10
f. Natrium karbonat dalam larutan dingin, endapan kuning
merkurium (I) karbonat
Hg22+ + CO32- ⟶ Hg2CO3↓

3. Perak, Ag (Ar = 107,868)


Perak adalah logam putih, dapat ditempa dan liat.
Rapatannya tinggi (10,5 g/ml) dan ia melebur pada 960,5°C.
Ia tak larut dalam asam klorida, asam sulfat encer (1M) atau
asam nitrat encer (2M).
Reaksi-reaksi dari ion perak (I):
Larutan perak nitrat (0,1M) dapat dipakai untuk mempelajari
reaksi-reaksi ini.
a. Asam klorida encer atau klorida-klorida yang larut:
endapan putih perak klorida.
Ag+ + Cl- ⟶ AgCl↓
b. Hidrogen sulfida (gas atau larutan air-jenuh) dalam
suasana netral atau asam: endapan hitam perak sulfida.
2Ag+ + H2S ⟶ AgS↓ + 2H+
c. Larutan amonia: endapan coklat perak oksida
2Ag+ + 2NH3 + H2O ⟶ Ag2O↓ + 2NH4+
d. Natrium Hidroksida: endapan coklat perak oksida
2Ag+ + 2OH- ⟶ Ag2O↓ + H2O
e. Kalium Iodida : endapan kuning perak iodida
Ag+ + I- ⟶ AgI↓
f. Kalium kromat dalam larutan netral : endapan merah
perak kromat
2Ag+ + CrO42- ⟶ Ag2CrO4↓
g. Kalium sianida: bila ditambahkan setetes demi setetes
kepada larutan perak nitrat: endapan putih perak sianida.
Ag+ + CN- ⟶ AgCN↓
h. Natrium karbonat: endapan putih kekuningan, perak
karbonat.
2Ag+ + CO32- ⟶ Ag2CO3↓

Analisa Kualitatif 11
B. Golongan kation kedua: Merkurium (II), Timbel (II), Bismuth
II), Tembaga (II), Kadmium (II), Arsenik (III) dan (V), Stibium
(III) dan (V) dan Timah (II) dan (IV).
Reagensia golongan:Hidrogen sulfida (gas atau larutan-air
jenuh).
Reaksi golongan: endapan-endapan dengan berbagai warna:
merkurium (II) sulfida, HgS (hitam); timbel (II) sulfida, PbS
(hitam); tembaga (II) sulfida, CuS (hitam); kadmium sulfida,
CdS (kuning); bismuth (III) sulfida, Bi 2S3 (coklat); arsenik (III)
sulfida, As2S3 (kuning); arsenit (V) sulfida (kuning) stibium (III)
sulfida, Sb2S3 (jingga); stibium (V) sulfida, Sb 2S5 (jingga); timah
(II) sulfida, SnS (coklat) dan timah (IV) sulfida, SnS 2 (kuning).
Kation-kation golongan kedua menurut tradisi dibagi
dua sub-golongan: sub-golongan tembaga dan sub-golongan
arsenik. Dasar dari pembagian ini adalah kelarutan endapan
sulfida dalam amonium polisulfida. Sementara sulfida dari
sub-golongan tembaga tak larut dalam reagensia ini, sulfida
dari sub-grup arsenik melarut dengan membentuk garam tio.

1. Merkurium (raksa), Hg (Ar = 200,59)


Reaksi-reaksi ion merkurium (II) dapat dipelajari dengan
larutan merkurium (II) nitrat encer.
a. Hidrogen sulfida (gas atau larutan air jenuh)
Dengan adanya asam klorida encer, mula-mula akan
terbentuk endapan putih merkurium (II) klorosulfida
(a) yang terurai bila ditambahkan hidrogen sulfida
lebih lanjut dan akhirnya terbentuk endapan hitam
merkurium (II) sulfida (b).

3Hg2+ + 2Cl- + 2H2S ⟶ Hg3S2Cl2↓ + 4H+


Hg3S2Cl2↓ + H2S ⟶ 3HgS↓ + 2H+ + 2Cl-

b. Larutan amonia: endapan putih dengan komposisi


tercampur : pada dasarnya terdiri dari merkurium (II)
oksida dan merkurium (II) amidonitrat.
Analisa Kualitatif 12
2Hg2+ + NO3- + 4NH3 + H2O ⟶ HgO. Hg(NH2)NO3↓
c. Larutan hidroksida bila ditambahkan dalam jumlah
sedikit: endapan merah kecoklatan dengan komposisi
yang berbeda-beda; jika ditambahkan dalam jumlah
yang stoikiometris, endapan berubah menjadi kuning
ketika terbentuk merkurium (II) oksida:
Hg22+ + 2OH- ⟶ HgO↓ + H2O
d. Kalium Iodida bila ditambahkan perlahan-lahan
kepada larutan: endapan merah merkurium (II)
iodida.
Hg2+ + 2I- ⟶ HgI2 ↓
e. Kalium sianida : tak menimbulkan perubahan apa-
apa dalam larutan encer.
f. Timah (II) klorida: bila ditambahkan dalam jumlah
sedang: endapan putih dan seperti sutera,
merkurium (I) klorida (kalomel):
2Hg2+ + Sn2+ + 2Cl- ⟶ Hg2Cl2↓ + Sn4+

2. Bismuth, Bi (Ar = 208,98)


Bismuth adalah logam yang putih kemerahan,
kristalin dan getas. Titik leburnya 271,5°C. Ia tidak larut
dalam asam klorida disebabkan oleh potensial
standarnya (0,2V), tetapi melarut dalam asam pengoksid
seperti asam nitrat pekat, air raja, atau asam sulfat pekat
panas.
Reaksi-reaksi ion bismuth (III): Reaksi-reaksi ini dapat
dipelajari dengan larutan bismuth (III) nitrat 0,2 M, yang
mengandung kira-kira 3-4% asam nitrat.
a. Hidrogen sulfida (gas larutan air jenuh): endapan
hitam bismuth sulfida:
2Bi3+ + 3H2S ⟶ Bi2S3↓ + 6H+
b. Natrium hidroksida: endapan putih bismuth (III)
hidroksida
Bi3+ + 3OH- ⟶ Bi(OH)3↓

Analisa Kualitatif 13
c. Kalium iodida bila ditambahkan tetes demi tetes:
endapan hitam, bismuth (III) iodida
Bi3+ + 3I- ⟶ BiI3↓
d. Kalium sianida (racun): endapan putih bismuth
hidroksida.
Bi3+ + 3H2O + 3CN- ⟶ Bi(OH)3↓ + 3HCN↑
e. Dinatrium hidrogen fosfat: endapan kristalin putih
bismuth fosfat
Bi3+ + HPO42- ⟶ BiPO4↓ + H+

3. Tembaga, Cu (Ar: 63,54)


Tembaga adalah logam merah-muda, yang lunak,
dapat ditempa dan liat. ia melebur pada 1038°C. Karena
potensial elektrode standarnya positif (+0,34V untuk
pasangan Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam klorida dan
asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia
bisa larut sedikit.
Reaksi-reaksi ion tembaga ini dapat dipelajari dengan
memakai larutan tembaga (II) sulfat.
a. Hidrogen sulfida (gas atau larutan-air jenuh):
endapan hitam, tembaga (II) sulfida.
Cu2+ + H2S ⟶ CuS + 2H+
b. Larutan amonia bila ditambahkan dalam jumlah
yang sangat sedikit: endapan biru suatu garam
basa (tembaga sulfat basa).
2Cu2+ + SO42- + 2NH3 + 2H2O ⟶ Cu(OH)2.CuSO4↓
+ 2NH4+
c. Natrium Hidroksida dalam larutan dingin:
endapan biru tembaga (II) hidroksida:
Cu2+ + 2OH- ⟶ Cu(OH)2↓
d. Kalium Iodida: mengendapkan tembaga (I) iodida
yang putih, tetapilarutannya berwarna coklat tua
karena terbentuknya ion-ion tri-iodida (iod).
2Cu2+ +5I- ⟶ 2CuI↓ + I3-

Analisa Kualitatif 14
e. Kalium sianida (racun): bila ditambahkan dengan
sedikit sekali, mula-mula terbentuk endapan
kuning tembaga (II) sianida.
Cu2+ + 2CN- ⟶ Cu(CN)2↓
endapan dengan cepat terurai menjadi tembaga
(I) sianida putih dan sianogen (gas yang sangat
beracun).
f. Kalium heksasianoferat (II): endapan coklat
kemerahan, yaitu tembaga heksasianoferat (II)
dalam suasana netral atau asam.
2Cu2+ + [Fe(CN)6]4- ⟶ Cu2[Fe(CN)6]↓

4. Kadmium, Cd (Ar : 112,40)


Kadmium adalah logam putih keperakan, yang dapat
ditempa dan liat. Ia melebur pada 321°C. Ia melarut
dengan lambat dalam asam encer dengan melepaskan
hidrogen (disebabkan potensial elektrode yang negatif).
Cd + 2H+ ⟶ Cd2+ + H2↑
Kadmium membentuk ion bivalen yang tak berwarna.
Kadmium klorida, nitrat dan sulfat larut dalam air,
sulfidanya tak dapat larut dan berwarna kuning khas.
Reaksi –reaksi ini dapat dipelajari paling mudah dengan
larutan kadmium sulfat 0,25 M.
a. Hidrogen sulfida (gas atau larutan air jenuh):
endapan kuning kadmium sulfida:
Cd2+ + H2S ⟶ CdS↓ + 2H+
b. Larutan amonia bila ditambahkan tetes demi
tetes: endapan putih kadmium (II) hidroksida:
Cd2+ + 2NH3 + 4H2O ⟶ Cd(OH)2 ↓ + 2NH4+
c. Natrium Hidroksida: endapan putih kadmium (II)
hidroksida.
Cd2+ + 2OH- ⇌ Cd(OH)2
d. Kalium sianida (racun): endapan putih kadmium
sianida, bila ditambahkan perlahan-lahan kepada
larutan:
Analisa Kualitatif 15
Cd2+ + 2CN- ⟶ Cd(CN)2↓

5. Arsenik, As(Ar: 74,92)-Arsenik (III)


Arsenik adalah zat padat yang berwarna abu-abu
seperti baja, getas dan memiliki kilap logam. Jika
dipanaskan, arsenik bersublimasi dan timbul bau seperti
bawang putih yang khas; ketika dipanaskan dalam aliran
udara yang bebas, arsenik terbakar dengan nyala biru,
menghasilkan asap putih arsenik (III) oksida, As 4O6.
Semua senyawa arsenik beracun. Unsur ini tak larut
dalam asam klorida dan asam sulfat encer, tetapi larut
dengan mudah dalam asam nitrat encer, menghasilkan
ion arsenit dan dalam asam nitrat pekat atau dalam air
raja.
Reaksi-reaksi ion arsenat, larutan dinatriumhidrogen
arsenat Na2H.AsO4.7H2 0,1 M dapat dipakai untuk
mempelajari reaksi-reaksi ini.
a. Hidrogen sulfida: tak terjadi endapan segera
dengan adanya asam klorida encer. Jika aliran gas
diteruskan, campuran arsenik (III) sulfida, As 2S3
dan belerang mengendap dengan lambat.
AsO43- + H2S ⟶ AsO33- + S↓ + H2O
2AsO33- + 3H2S + 6H+ ⟶ As2S3 + 6H2O

b. Larutan perak nitrat: endapan merah kecoklatan,


perak arsenat Ag3AsO4, dari larutan netral
(perbedaan dari arsenit dan fosfat yang
menghasilkan endapan-endapan kuning).
Endapan larut dalam asam dan dalam larutan
amonia, tetapi tak larut dalam asam asetat.
AsO43- + 3Ag+ ⟶ Ag3AsO4↓
c. Campuran magnesia: endapan kristalin putih
magnesium amonium arsenat,
Mg(NH4)AsO4.6H2O dari larutan netral dan
amoniakal.
Analisa Kualitatif 16
AsO43- + Mg2+ + NH4+ ⟶ MgNH4AsO4↓

6. Stibium, Sb (Ar : 121,75)-Stibium (III).


Stibium adalah logam putih keperakan yang
mengkilap, dan melebur pada 630°C. Stibium tak larut
dalam asam klorida dan dalam asam sulfat encer. Dalam
asam sulfat pekat yang panas ia melarut perlahan-lahan
dengan membentuk ion stibium (III).
Reaksi-reaksi ion stibium (III), larutan 0,2 M stibium (III)
klorida SbCl3, dapat dipakai untuk mempelajari reaksi-
reaksi ini. Larutan ini dapat dibuat dengan melarutkan
stibium (III) klorida padat atau stibium (III) oksida Sb 2O3
dalam asam klorida encer.
a. Hidrogen sulfida: endapan merah jingga stibium
trisulfida, Sb2S3 dari larutan-larutan yang tak terlalu
asam. Endapan larut dalam asam klorida pekat panas
(perbedaan dan metode pemisahan dari arsenik (III)
sulfida dan merkurium (II) sulfida dalam amonium
polisulfida (membentuk tioantimonat) dan dalam
larutan hidroksida alkali (membentuk antimonit dan
tioantimonit).
2Sb3+ + 3H2S ⟶ Sb2S3↓ + 6H+
b. Air, bila larutan dituangkan ke dalam air, terbentuk
endapan putih antimonil klorida, SbOCl yang larut
dalam asam klorida dan dalam larutan tartrat
(perbedaan dari bismuth). Dengan air yang
berlebihan dihasilkan oksida terhidrasi Sb 2O3.xH2O.
c. Larutan natrium hidroksida atau amonia, endapan
putih stibium (III) oksida terhidrasi Sb 2O3.xH2O yang
larut dalam larutan basa alkaliyang pekat (5M)
membentuk antimonit.
2Sb3+ + 6OH- ⟶ Sb2O3↓ + 3H2O
d. Zink : dihasilkan endapan hitam, yaitu stibium. Jika
sedikit larutan stibium klorida itu dituang di atas
lembaran tipis platinum dan sekeping logam zink
Analisa Kualitatif 17
ditaruh di atas lembaran itu, terbentuk noda hitam
stibium diatas platinum; noda atau endapan itu harus
dilarutkan dalam sedikit asam nitrat encer panas dan
hidrogen sulfida dialirkan ke dalam larutan setelah
diencerkan maka kita akan memperoleh endapan
jingga, stibium trisulfida.
2Sb3+ + 3Zn↓ ⟶ 2Sb↓ + 3Zn2+
e. Kawat besi: endapan hitam stibium.
2Sb3+ + 3Fe ⟶ 2Sb↓ + 3F2+
f. Larutan kalium iodida: warna menjadi merah karena
pembentukan garam kompleks.
Sb3+ + 6I- ⟶ [SbI6]3-

7. Stibium, Sb (Ar: 121,75)-Stibium (V)


Reaksi-reaksi ion stibium (V). Ion stibium (V)
diturunkan dari oksida amfoter Sb2O5. Dalam asam,
oksida ini melarut dengan membentuk kation stibium
(V), Sb5+:
Sb2O5 + 10H+ ⇌ 2Sb5+ + 5H2O
Jadi dalam larutan asam, yangterdapat adalah ion Sb 5+.
a. Hidrogen sulfida: endapan merah-jingga stibium
pentasulfida, Sb2S5 dalam larutan yang sedang
asamnya.
2Sb5+ + 5H2S ⟶ Sb2S5↓ + 10H+
b. Air:endapan putih garam-garam basa dengan
komposisi yang bermacam-macam: pada akhirnya
akan terbentuk asam antimonat.
Sb5+ + 4H2O ⇌ H3SbO4↓ + 5H+
c. Zink atau timah: endapan hitam stibium dengan
adanya asam klorida.
2Sb5+ + 5Zn↓ ⟶ 2Sb↓ + 5Zn2+

8. Timah, Sn (Ar : 118,69)- Timah (II).


Timah adalah logam putih perak, yang dapat ditempa
dan liat pada suhu biasa, tetapi pada suhu rendah
Analisa Kualitatif 18
menjadi getas karena berubah menjadi suatu modifikasi
alotropi yang berlainan. Ia meleleh pada 231,8°C. Logam
ini melarut dengan lambat dengan asam klorida encer
dan asam sulfat encer, dengan membentuk garam-garam
timah (II) (stano).
Sn + 2H+ ⟶ Sn2+ + H2↑
Reaksi-reaksi ion timah (II), Larutan timah (II) klorida,
SnCl2.2H2O, 0,25 M dipakai untuk mempelajari reaksi-
reaksi ini. larutan harus mengandung sedikitnya 4 persen
asam klorida bebas (100 ml HCl pekat per liter).
a. Hidrogen sulfida: endapan coklat timah (II) sulfida,
SnS.
Sn2+ + H2S ⟶ SnS↓ + 2H+
b. Larutan natrium hidroksida: endapan putih timah (II)
hidroksida, yang larut dalam alkali berlebihan.
Sn2+ + 2OH- ⇌ Sn(OH)2↓
Sn(OH)2↓ + 2OH- ⇌ [Sn(OH)4]2-
c. Larutan merkurium (III) klorida: endapan putih
merkurium (I) klorida terbentuk, jika sejumlah
reagensia ditambahkan dengan cepat:
Sn2+ + Hg2Cl2 → Hg2Cl2↓ + Sn4+ + 2Cl-

9. Timah, Sn (Ar = 118,69)-Timah (IV)


Reaksi-reaksi ion timah (IV), untuk mempelajari reaksi ini
pakailah larutan 0,25 M amonium heksaklorostanat (IV)
dengan melarutkan 92 g (NH 4)2[SnCl6] dalam 250 ml asam
klorida pekat dan mengencerkan larutan menjadi 1 liter
dengan air.
a. Hidrogen sulfida: endapan kuning timah (IV) sulfida,
SnS2 dari larutan encer 0,3 M.
Sn4+ + 2H2S → SnS2↓ + 4H+
b. Larutan natrium hidroksida: endapan putih seperti
gelatin, yaitu timah (IV) hidroksida, Sn(OH)4, yang
larut dalam zat pengendap berlebihan, dengan
membentuk heksahidroksostanat (IV).
Analisa Kualitatif 19
Sn4+ +4OH- → Sn(OH)4↓
c. Logam merkurium (II) klorida: tak ada endapan

C. Golongan Kation Ketiga: besi (II) dan (III), Aluminium,


Kromium (III) dan (IV), Nikel, Kobalt, Mangan (II) dan (VII)
dan Zink.
Reagensia golongan: hidrogen sulfida (gas atau larutan
air jenuh) dengan amonia atau amonium klorida atau larutan
amonium sulfida. Reaksi golongan: endapan-endapan dengan
berbagai warna; besi (II) sulfida (hitam), aluminium
hidroksida (putih), kromium (III) hidroksida (hijau), nikel
sulfida (hitam), mangan (II) sulfida (merah jambu) dan zink
sulfida (putih).
Logam-logam golongan ini tidak diendapkan oleh
reagensia golongan I dan II, tetapi semuanya diendapkan
dengan adanya amonium klorida, oleh hidrogen sulfida dari
larutan yang telah dijadikan basa dengan larutan amonia.
Logam-logam ini diendapkan sebagai sulfida kecuali
aluminium dan kromium, yang diendapkan sebagai
hidroksida karena hidrolisis yang sempurna dari sulfida dalam
larutan air. Besi, aluminium dam kromium juga diendapkan
sebagai hidroksida oleh larutan amonia dengan adanya
amonium klorida sedangkan logam-logam lain dari golongan
ini tetap berada dalam larutan dan dapat diendapkan
sebagai sulfida oleh hidrogen sulfida. maka golongan ini biasa
dibagi menjadi golongan besi (besi, aluminium dan kromium)
atau golongan IIIA dan golongan zink (nikelt, kobalt, mangan
dan zink) atau golongan IIIB.

1. Besi, Fe (Ar; 55,85)- Besi (II)


Besi yang murni adalah logam berwarna putih perak,
yang kukuh dan liat. Ia melebur pada 1535°C, jarang
terdapat besi komersial yang murni, biasanya besi
mengandung sejumlah kecil karbida, silisida, fosfida, dan
sulfida dari besi serta sedikit grafit. Zat-zat pencemar ini
Analisa Kualitatif 20
memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur
besi. besi dapat dimagnitkan.
Garam-garam besi (II) atau fero diturunkan dari besi
(II) oksida, FeO. Reaksi-reaksi ion besi, pakailah larutan
0,5M besi (II) sulfat , FeSO4.7H2O atau besi (II) amonium
sulfat (garam Mohr: FeSO4.(NH4)2SO4.6H2O) yang
barudibuat yang diasamkan dengan 50 ml MH 2SO4 per
liter untuk mempelajari reaksi-reaksi ini.
a. larutan natrium hidroksida: endapan putih besi (II)
hidroksida, Fe(OH)2, bila tak terdapat udara sama
sekali.
FE2+ + 2OH- → Fe(OH)2↓
b. Larutan amonium sulfida: endapan hitam besi (II)
sulfida, FeS yang larut dengan mudah dalam asam
dengan melepaskan hidrogen sulfida.
Fe2+ + S2- → FeS↓
c. larutan kalium sianida (racun): endapan coklat
kekuningan, besi (II) sianida yang larut dalam
reagensia berlebihan, dengan melepaskan hidrogen
sulfida.
Fe2+ + 2CN- → Fe(CN)2↓

2. Besi, Fe(Ar : 55,85)- Besi (III)


Reaksi-reaksi ion besi (III), pakailah larutan 0,5 M dari
besi (III) klorida FeCl3.6H2O. Larutan harus berwarna
kuning jernih. Jika larutan berubah menjadi coklat ,
karena hidrolisis, harus ditambahkan beberapa tetes
asam klorida.
a. Larutan amonia: endapan coklat merah seperti
gelatin dari besi (III) hidroksida yang tak larut
dalam reagensia berlebihan, tetapi larut dalam
asam.
Fe3+ + 3NH3 + 3H2O → Fe(OH)3↓ + 3NH4+
b. Larutan natrium hidroksida: endapan coklat
kemerahan besi (III) hidroksida, yang tak larut
Analisa Kualitatif 21
dalam reagensia berlebihan (perbedaan dari
aluminium dan kromium)
Fe3+ + 3OH- → Fe(OH)3↓
c. Gas hidrogen sulfida: dalam larutan asam
mereduksi ion-ion besi (III) menjadi besi (II) dan
terbentuk belerang sebagai endapan putih susu:
2Fe3+ + H2S → 2Fe2+ + 2H+ + S↓
d. Larutan amonium sulfida: terbentuk endapan
hitam, yang terdiri dari besi (II) sulfida dan
belerang:
2Fe3+ + 3S2- → 2FeS↓ + S↓
e. Kalium sianida (racun): bila ditambahkan
perlahan-lahan, menghasilkan endapan coklat
kemerahan besi (III) sianida:
Fe3+ + 3CN- → Fe(CN)3↓
f. Larutan kalium heksasianoferat(II): endapan biru
tua, besi (III) heksasianoferat (biru prusia)
4Fe3+ + 3[Fe(CN)6]4- → Fe4[Fe(CN)6]3
g. Larutan dinatrium hidrogen fosfat: terbentuk
endapan putih kekuningan besi (III) fosfat:
Fe3+ + HPO42- → FePO4↓ + H+

3. Aluminium, Al (Ar: 26,98).


Aluminium adalah logam putih, yang liat dan dapat
ditempa; bubuknya berwarna abu-abu. Ia melebur
pada 659°C. Bila terkena udara, objek-objek
aluminium teroksidasi pada permukaannnya, tetapi
lapisan oksida ini melindungi objek dari oksida lebih
lanjut.
Reaksi-reaksi ion aluminium (III), pakailah 0,33M
aluminium klorida, AlCl3 atau larutan 0,166M
aluminium sulfat, Al2(SO4)3.16H2O atau tawas kalium,
K2SO4. Al2(SO4)3.24H2O untuk mempelajari reaksi-
reaksi ini.

Analisa Kualitatif 22
a. Larutan amonium: endapan putih seperti gelatin,
yaitu aluminium hidroksida Al(OH)3, yang larut
sedikit dalam reagensia berlebihan.
Al3+ + 3NH3 + 3H2O → Al(OH)3↓ + 3NH4+
b. Larutan natrium hidroksida: endapan putih
aluminium hidroksida
Al3+ + 3OH- → Al(OH)3↓
c. Larutan amonium sulfida: endapan putih dari
aluminium hidroksida
3Al3+ + 3S2- + 6H2O → 2Al(OH)3↓
d. Larutan natrium fosfat: endapan putih aluminium
fosfat yang seperti gelatin;
Al3+ + HPO42- → AlPO4↓ + H+

4. Kromium, Cr (Ar ; 51,966)-Kromium (III)


Kromium adalah logam kristalin yang putih,
tak begitu liat dan tak dapat ditempa dengan berarti.
Ia melebur pada 1765°C. Logam ini larut dalam asam
klorida encer atau pekat. dalam larutan-larutan air,
kromium membentuk tiga jenis ion: kation-kation
kromium (II) dan kromium (III) dan anion kromat
dalam mana keadaan oksidasi kromium adalah +6.
Ion kromium (II) (kromo, Cr2+) diturunkan dari
kromium (II) oksida, CrO. Ion ini membentuk larutan
yang berwarna biru. Ion kromium (II) agak tidak
stabil, karena merupakan zat pereduksi yang kuat-ion
ini bahkan menguraikan air perlahan-lahan dengan
membentuk hidrogen. Oksigen dari atmosfer dengan
mudah mengoksidasikannya menjadi ion kromium
(III). Karena ion ini jarang ditemui dalam analisis
kualitatif anorganik, kita tidak akan membahasnya di
sini.
Ion kromium (III) (atau kromi, Cr3+) adalah
stabil dan diturunkan dari dikromium trioksida (atau
krmium trioksida) Cr2O3. Dalam larutan, ion-ion ini
Analisa Kualitatif 23
berwarna hijau atau lembayung. Dalam larutan hijau
terdapat kompleks pentakuomonoklorokromat (III)
[Cr(H2O)5Cl]2+ atau tetrakuodiklorokromat
[Cr(H2O)4Cl2]+ (klorida boleh diganti oleh anion
monovalen lainnya), sedangkan dalam larutan
lembayung terdapat ion heksakuokromat sedangkan
dalam larutan lembayung terdapat ion
3+
heksakuokromat (III) [Cr(H2O)6] . Kromium (III)
sulfida, seperti aluminium sulfida hanya dapatdibuat
dalam keadaan kering; dengan air ia mudah
terhidrolisis dengan membentuk kromium (III)
hidroksida dan hidrogen sulfida.
Dalam kromat, CrO42- atau dikromat, Cr2O72-,
anion kromium adalah heksavalen dengan keadaan
oksidasi +6. Ion-ion ini diturunkan dari kromium
trioksida, CrO3. Ion-ion kromat berwarna kuning,
sedangkan dikromat berwarna jingga.
Reaksi ion-ion kromium (III), untuk
mempelajari reaksi-reaksi ini, pakailah larutan
kromium (III) klorida, CrCl3.6H2O 0,33M atau larutan
kromium (III) sulfat, Cr2(SO4)3.15H2O 0,166M.
a. Larutan amonia: endapan seperti gelatin yang
berwarna abu-abu hijau sampai abu-abu biru,
yaitu kromium (III) hidroksida, Cr(OH)3 yang
sedikit larut dalam zat pengendap berlebihan
dalam keadaan dingin dengan membentuk
larutan lembayung atau merah jambu yang
mengandung ion heksaaminakromat (III);
dengan mendidihkan larutan kromium
hidroksida diendapkan.
Cr3+ + 3NH3 + 3H2O → Cr(OH)3↓
b. Larutan natrium hidroksida: endapan kromium
(III) hidroksida.
Cr3+ + 3OH- → Cr(OH)3↓

Analisa Kualitatif 24
c. Larutan natrium karbonat: endapan kromium
(III) hidroksida.
2Cr3+ + 3S2- + 6H2O → 2Cr(OH)3↓ + 3CO2↑
d. Larutan amonium sulfida: endapan kromium (III)
hidroksida:
2Cr3+ + 3S2- + 6H2O → 2Cr(OH)3↓ + 3H2S↑
e. Larutan natrium fosfat: endapan hijau kromium
(III) fosfat:
Cr3+ + HPO42- ⇌ CrO4↓ + H+

5. Kobalt, Co (Ar; 58,93)


Kobalt adalah logam berwarna abu-abu seperti baja
dan bersifat sedikit magnetis. Ia melebur pada
1490°C. Logam ini mudah melarut dalam asam –asam
mineral encer.
Reaksi-reaksi ion kobalt, reaksi-reaksi ion kobalt (II)
dapat dipelajari dengan larutan kobalt (II) klorida,
CoCl2.6H2O 0,5 M atau kobalt (II) nitrat Co(NO3)2.6H2O
0,5M.
a. Larutan natrium hidroksida: dalam keadaan
dingin, mengendap suatu garam basa berwarna
biru:
Co2+ + OH- + NO3- → Co(OH)NO3↓
b. Larutan amonia: jika tak terdapat garam-garam
amonium, sedikit amonia akan mendapatkan
garam basa seperti dalam reaksi:
Co2+ + NH3 + H2O + NO3- → Co(OH)NO3↓ + NH4+
c. Larutan amonium sulfida: endapan hitam kobalt
(II) sulfida dari larutan netral atau basa:
Co2+ + S2- → CoS↓
d. Larutan kalium sianida (racun): endapan coklat-
kemerahan kobalt (II) sianida:
Co2+ + 2CN- → Co(CN)2↓

Analisa Kualitatif 25
6. Nikel, Ni (Ar: 58,71)
Nikel adalah logam putih perak yang keras.
Nikel bersifat liat, dapat ditempa,dan sangat kukuh.
Logam ini melebur pada 1455 °C dan bersifat sedikit
magnetis. Reaksi-reaksi ion nikel (II), untuk
mempelajari reaksi-reaksi ini, pakailah larutan nikel
sulfat, NiSO4.7H2O atau nikel klorida NiCl2.6H2O 0,5M.
a. Larutan natrium hidroksida: endapan hijau nikel
(II) hidroksida
Ni2+ + 2OH- → Ni(OH)2↓
b. Larutan amonia: endapan hijau nikel
(II)hidroksida
Ni2+ + 2NH3 + 2H2O ⟶ Ni(OH)2↓ + 2NH4+
c. larutan amonium sulfida: endapan hitam nikel
sulfida dari larutan netral atau sedikit basa:
Ni2+ + S2- ⟶ NiS↓
d. Larutan kalium sianida (racun): endapan hijau
nikel (II) sianida
Ni2+ + 2CN- ⟶ Ni(CN2)↓

7. Mangan, Mn (Ar: 54,938)- Mangan(II)


Mangan adalah logam putih abu-abu , yang
penampilannya serupa besi-tuang. Ia melebur pada
kira-kira 1250°C. Enam oksida mangan dikenal orang,
MnO, Mn2O3, MnO2, MnO3, Mn2O7 dan Mn3O4. Lima
dari oksida-oksida ini mempunyai keadaan oksidasi
masing-masing +2, +3, +4, +6, dan +7 sedang yang
terakhir Mn3O4 merupakan mangan (II)-mangan (III)
oksida, (MnO. Mn2O3).Reaksi-reaksi ion mangan (II),
untuk mempelajari reaksi-reaksi ini, larutan
mangan(II) klorida MnCl2.4H2O 0,25M atau mangan
(II) sulfat, MnSO4.4H2O 0,25 M dapat dipakai.
a. Larutan natrium hidroksida: endapan mangan (II)
hidroksida, yang mula-mula berwarna putih:
Mn2+ + 2OH- → Mn(OH)2↓
Analisa Kualitatif 26
b. Larutan amonia: pengendapan mangan (II)
hidroksida yang (semula) putih:
Mn2+ + 2NH3 + 2H2O ⇌ Mn(OH)↓ + 2NH4+
Endapan larut dalam garam-garam amonium
pada mana reaksi berlangsung ke arah kiri.
c. Larutan amonium sulfida: endapan merah jambu
mangan (II) sulfida.
Mn2+ + S2- → MnS↓
Endapan juga mengandung air yang terikat
lemah.
d. Larutan natrium fosfat: endapan merah jambu
mangan amonium fosfat, Mn(NH4)PO4.7H2O, jika
ada amonia.
Mn2+ + NH3 + HPO42- → Mn(NH4)PO4↓

8. Zink, Zn (Ar: 65,38)


Zink adalah logam yang putih kebiruan; logam ini
cukup mudah ditempa dan liat pada 110-115°C. Zink
melebur pada 410°C dan mendidih pada 906°C.
Logamnya yang murni, melarut lambat sekali dalam
asam dan dalam alkali; adanya zat-zat pencemar atau
kontak dengan platinum atau tembaga yang
dihasilkan oleh penambahan beberapa tetes larutan
garam dari logam-logam ini , mempercepat reaksi. Ini
menjelaskan larutnya zink-zink komersial.
Reaksi-reaksi dari ion zink, larutan zink sulfat
ZnSO4.7H2O 0,25M bisa dipakai untuk mempelajari
reaksi-reaksi ini.
a. Larutan natrium hidroksida: endapan seperti
gelatin yang putih, yaitu zink hidroksida.
Zn2+ + 2OH- ⇌ Zn(OH)2↓
b. Larutan amonia: endapan putih zink hidroksida,
yang mudah larut dalam reagensia berlebihan
dan dalam larutan garam amonium karena
menghasilkan tetraaminazinkat (II).
Analisa Kualitatif 27
Zn2+ + 2NH3 + 2H2O ⇌ Zn(OH)2↓ + 2NH4+
c. Larutan amonium sulfida: endapan putih zink
sulfida, ZnS dari larutan netral atau basa;
endapan tak larut dalam reagensia berlebihan
dalam asam asetat dan dalam larutan basa alkali
tetapi larut dalam asam-asam mineral encer.
Zn2+ + S2- ⇌ ZnS↓
d. Hidrogen sulfida: pengendapan parsila zink
sulfida dalam larutan netral
Zn2+ + H2S ⇌ ZnS↓ + 2H+

D. Golongan Kation Keempat- Barium, strontium dan kalsium.


Reagensia golongan: larutan amonium karbonat 1M.
Reaksi golongan: kation-kation golongan ke empat, tidak
bereaksi dengan asam klorida, hidrogen sulfida ataupun
amonium sulfidantetapi amonium karbonat (jika ada amonia
atau ion amonium sulfida; tetapi amonium karbonat (jika ada
amonia atau ion amonium dalam jumlah yang sedang)
membentuk endapan-endapan putih.

1. Barium, Ba (Ar : 137,34).


Barium adalah logam putih perak, dapat ditempa dan
liat yang stabil dalam udara kering. barium bereaksi
dengan air dalam udara yang lembab, membentuk
oksida atau hidroksida. Barium melebur pada 710°C.
Reaksi-reaksi ion barium. Pakailah larutan BaCl 2.2H2O
atau barium nitrat Ba(NO3)2 0,25 M untuk mempelajari
reaksi-reaksi ini.
a. Larutan amonia: tak terjadi andapan barium
hidroksida karena kelarutannya yang relatif tinggi.
b. Larutan amonium karbonat: endapan putih barium
karbonat yang larut dalam asam asetat dan dalam
asam mineral encer.
Ba2+ + CO32- → BaCO3↓

Analisa Kualitatif 28
c. Larutan amonium oksalat: endapan putih barium
oksalat Ba(COO)2.
d. Asam sulfat encer: endapan putih barium sulfat
BaSO4 yang berbutir halus, berat dan praktis tak larut
dalam air.
Ba2+ + SO42- → BaSO4↓
e. Larutan kalium kromat: endapan kuning barium
kromat yang praktis tak larut dalam air.
Ba2+ + CrO42- → BaCrO4↓

2. Strontium, Sr (Ar: 87,62)


Strontium adalah logam putih perak, yang dapat ditempa
dan liat. Strontium melebur pada 771°C. Sifat-sifatnya
serupa dengan sifat barium.
Reaksi-reaksi ion strontium. Untuk mempelajari reaksi-
reaksi ini,dapat dipakai larutan 0,25 M strontium klorida
SrCl2.6H2O atau strontium nitrat Sr(NO3)2.
a. Larutan amonia: tak ada endapan.
b. Larutan amonium klorida: endapan putih strontium
karbonat.
Sr2+ + CO32- → SrCO3↓
c. Asam sulfat encer: endapan putih strontium sulfat.
Sr2+ + SO42- → SrSO4↓
d. Larutan kalsium sulfat jenuh: endapan putih
strontium sulfat.
e. Larutan amonium oksalat: endapan putih strontium
oksalat.
Sr2+ + (COOH)22- → Sr(COO)2↓
f. Larutan kalium kromat: endapan kuning strontium
kromat.
Sr2+ + CrO42- → SrCrO4↓
3. Kalsium, Ca (Ar: 40,08)
Kalsium adalah logam putih perak, yang agak lunak. Ia
melebur pada 845°C. Ia terserang oleh oksigen atmosfer
dan udara lembab pada reaksi ini terbentuk kalsium
Analisa Kualitatif 29
oksida dan atau kalsium hidroksida. Kalsium menguraikan
air dengan membentuk kalsium hidroksida dan hidrogen.
Reaksi-reaksi ion kalsium. Untuk mempelajari reaksi-
reaksi ini dapat dipakai larutankalsium klorida, CaCl 2.
6H2O 0,5 M.
a. Larutan amonia: tak ada endapan.
b. Larutan amonium karbonat: endapan amorf putih
kalsium karbonat.
Ca2+ +CO32- → CaCO3↓
c. Asam sulfat encer: endapan putih kalsium sulfat.
Ca2+ + SO42- → CaSO4↓
d. Kalsium sulfat jenuh: tak terbentuk endapan
(perbedaan dari strontium dan barium).
e. Larutan kalium kromat: tak terjadi endapan dari
larutan-larutan encer.

E. Golongan kation ke lima: Magnesium, Natrium, Kalium dan


Amonium.
Reagensia golongan: tak ada reagensia umum untuk kation-
kation golongan ini.
Reaksi golongan: kation-kation golongan ke lima tidak
bereaksi dengan asam klorida, hidrogen sulfida, amonium
sulfida atau dengan amonium karbonat.

1. Magnesium, Mg (Ar: 24,305)


Magnesium adalah logam putih, dapat ditempa dan
liat. Ia melebur pada 650°C. Logam ini mudah terbakar
dalam udara atau oksigen dengan mengeluarkan cahaya
putih yang cemerlang, membentuk oksida MgO dan
beberapa nitrida Mg3N2.
Reaksi-reaksi ion magnesium, untuk mempelajari
reaksi-reaksi ini, dapat dipakai larutan 0,5 M dari
magnesium klorida MgCl6.6H2O atau magnesium sulfat
MgSO4.7H2O.

Analisa Kualitatif 30
a. Larutan amonia: pengendapan parsial magnesium
hidroksida yang putih seperti gelatin.
Mg2+ + 2NH3 + 2H2O → Mg(OH)2↓ + 2NH4+
b. Larutan natrium hidroksida: endapan putih
magnesium hidroksida yang tak larut dalam
reagensia berlebihan.
Mg2+ + 2OH- → Mg(OH)2,
c. Larutan amonium karbonat: jika tak ada serta
garam-garam amonium, terjadi endapan putih
magnesium karbonat basa.
5Mg2+ + 6CO32- + 7H2O → 4MgCO3.Mg(OH)25H2O↓ +
2HCO3-

2. Kalium, K (Ar: 39,098).


Kalium adalah logam putih-perak yang lunak. Logam
ini melebur pada 63,5°C. ia tetap tak berubah dalam
udara kering, tetapi dengan cepat teroksidasi dalam
udara lembab, menjadi tertutup dengan suatu
lapisan baru.
Reaksi-reaksi ion kalium, larutan kalium klorida, KCl
dapat dipakai untuk uji-uji ini.
a. Larutan natrium heksanitritokobaltat (III)
Na3[Co(NO2)6]: endapan kuning kalium
heksanitritokobaltat (III).
3K+ + [Co(NO2)6]3- → K3[Co(NO2)6]↓
b. Larutan asam perklorat (HClO4): endapan
kristalin putih kalium perklorat KclO4 dari larutan
yang tak begitu encer.
K+ + ClO4- → KClO4↓

3. Natrium, Na(Ar: 22,99).


Natrium adalah logam putih perak yang lunak, yang
melebur pada 97,5°C. Natrium teroksadasi dengan cepat
dalam udara lembab, maka harus disimpan terendam
seluruhnya dalam pelarut nafta atau silena.
Analisa Kualitatif 31
Reaksi-reaksi ion natrium, untuk mempelajari reaksi-
reaksi ini dapat dipakai larutan natrium klorida NaCl 1M.
a. Larutan uranil magnesium asetat: endapan kristalin
kuning, natrium magnesium uranil asetat dari larutan
pekat.
Na+ + Mg2+ + 3UO22+ + 9CH3COO- →
NaMg(UO2)3(CH3COO)9↓

4. Ion amonium, NH4+ (Mr: 18,038)


Ion-ion amonium diturunkan dari amonia, NH 3 dan ion
hidrogen H+. Ciri-ciri khas ion ini adalah serupa dengan
ciri-ciri khas ion logam-logam alkali.
Reaksi-reaksi ion amonium, untuk mempelajari reaksi-
reaksi ini, dapat dipakai larutan amonium klorida.
a. Larutan natrium hidroksida: gas amonia dilepaskan
ketika dipanaskan.
NH4+ + OH- → NH3↑ + H2O

1.2.2.2 Reaksi-reaksi Anion


1. Karbonat, CO32-
Kelarutan, semua karbonat normal, dengan kekecualian
karbonat dari logam-logam alkali serata amonium, tak larut
dalam air. Untuk mempelajari reaksi ini dapat dipakai larutan
natrium karbonat, Na2CO3.10 H2O 0,5M.
a. Asam klorida encer: terjadi penguraian dengan berbuih,
karena karbon dioksida dilepaskan.
CO32- + 2H+ → CO2↑ + H2O
b. Larutan barium klorida (atau kalsium klorida): endapan
putih barium (atau kalsium) karbonat.
CO32- + Ba2+ → BaCO3↓
CO32- + Ca2+ → CaCO3↓
c. Larutan perak nitrat: endapan putih perak karbonat.
CO32- + 2Ag+ → Ag2CO3↓

2. Hidrogen karbonat, HCO3-


Analisa Kualitatif 32
Larutan 0,5 M natrium hidrogen karbonat NaHCO3, atau
kalium hidrogen karbonat KHCO 3 yang baru saja dibuatdapat
dipakai untuk mempelajari reaksi-reaksi ini.
a. Pendidihan: bila dididihkan, hidrogen karbonat terurai.
2HCO3- → CO32- + H2O + CO2↑

3. Sulfit, SO32-
Kelarutan, hanya sulfit dari logam alkali dan dari amonium
larut dalam air;sulfit dari logam lainnya larut sangat sedikit
atau tidak larut. Hidrogen sulfit dari logam alkali larut dalam
air, hidrogen sulfit dari logam alkali tanah hanya dikenal
dalam larutan.
Larutan natrium sulfit Na2SO3.7H2O 0,5M yang baru saja
dibuat, dapat dipakai untuk mempelajari reaksi-reaksi ini.
a. Asam klorida encer (atau asam sulfat encer): terjadi
penguraian, lebih cepat dengan dipanaskan disertai
dengan pelepasan belerang dioksida.
SO32- + 2H+ → SO2↑ + H2O
b. Larutan barium klorida atau strontium klorida: endapan
putih barium atau strontium sulfit:
SO32- + Ba2+ → BaSO3↓
c. Larutan kalium permanganat, yang diasamkan dengan
asam sulfat encer sebelum pengujian: warna menjadi
hilang disebabkan oleh reduksi menjadii ion-ion mangan
(II).
5SO32- + 2MnO4- + 6H+ → 2Mn2+ + 5SO42- + 3H2O
d. Larutan timbel asetat atau timbel nitrat: endapan putih
timbel sulfit:
SO32- + Pb2+ → PbSO3↓

4. Tiosulfat, S2O32-
Kelarutan, kebanyakan tiosulfat yang pernah dibuat, larut
dalam air, tiosulfat dari timbel, perak dan barium larut sedikit
sekali. Banyak dari tiosulfat ini larut dalam larutan natrium
tiosulfat yang berlebihan membentuk garam kompleks.
Analisa Kualitatif 33
Untuk mempelajari freaksi-reaksi ini, gunakan larutan
natrium tiosulfat Na2S2O3.5H2O 0,5 M.
a. Asam klorida encer: tak terjadi perubahan yang segera
dalam keadaan dingin dengan larutan tiosulfat; cairan
yang diasamkan itu segera menjadi keruh karena
pemisahan belerang dan dalam larutan terdapatlah
asam sulfit. Dengan memanaskan larutan, belerang
dioksida dilepaskan yang dapat dikenali dari baunya dan
kerjanya terhadap kertas saring yang dibasahi kalium
dikromat yang telah diasamkan.
b. Larutan iod; dihilangkan warnanya, pada mana
terbentuk larutan ion tetrationat yang tak berwarna.
I2 + 2S2O32- → 2I- + S4O62-
c. Larutan barium klorida: endapan putih barium tiosulfat,
BaS2O3 dari larutan yang sedang pekatnya.
S2O32- + Ba2+ → BaS2O3
d. Larutan perak nitrat: endapan putih perak tiosulfat.
S2O32- + 2Ag+ → Ag2S2O3↓

5. Sulfida, S2-
Kelarutan, sulfida asam, sulfida normal dan polisulfida dari
logam-logam alkali, larut dalam air; larutan air zat-zat ini
bereaksi basa karena hidrolosis.
a. Asam klorida atau asam sulfat encer: gas hidrogen sulfida
dilepaskan, yang bisa diidentifikasi dari baunya yang khas
dan dari menghitamnya kertas saring yang telah dibasahi
larutan timbel asetat.
S2- + 2H+ → H2S↑
H2S + Pb2+ → PbS↓
b. Larutan perak nitrat: endapan hitam perak sulfida, Ag2S,
yang tak larut dalam asam nitrat encer dingin, tetapi larut
dalamasam nitrat encer panas.
S2- + 2Ag+ → Ag2S↓
c. Larutan timbel asetat: endapan hitam timbel sulfida, PbS.
d. Larutan barium klorida: tidak ada endapan.
Analisa Kualitatif 34
6. Nitrit, NO2-
Kelarutan, [erak nitrit larut sangat sedikit dalam air. Semua
nitrit lainnya larut dalam air. Pakailah larutan kalium nitrit,
KNO2 0,1 M yang baru saja dibuat untuk mempelajari reaksi-
reaksi ini.
a. Asam klorida encer.
Dengan menambahkan asam ini dengan hati-hati kepada
suatu nitrit dalam keadaan dingin, dihasilkan cairan biru
pucat yang tak tetap dan dilepaskan uap nitrogen
dioksida yang coklat, uap mana sebagian besar terjadi
karena bersenyawanya nitrogen oksida dengan oksigen
dari udara.
NO2- + H+ → HNO2
(2HNO2 → H2O + N2O3)
3HNO2 → HNO3 + 2NO↑ + H2O
2NO↑ + O2↑ → 2NO2↑
b. Larutan barium klorida: tak ada endapan.
c. Larutan perak nitrat: endapan kristalin putih perak nitrit
dari larutan yang pekat.
NO2- + Ag+ → AgNO2↓

7. Sianida, CN-
Kelarutan, hanya sianida dari logam –logam alkali dan alkali
tanahyang larut dalam air; larutan ini bereaksi basa
disebabkan oleh hidrolisis.
Catatan: semua sianida sangat beracun. Asam bebasnya HCN,
mudah menguap dan sangat berbahaya, sehingga semua
eksperimen dalam mana gas ini kemungkinan akan
dilepaskan atau eksperimen-eksperimen dalam mana
sianida-sianida dipanaskan, harus dilakukan dalam kamar
asam.
a. Asam klorida encer: asam sianida, HCN yang berbau
seperti amandel pahit, dilepaskan dalam keadaan dingin.
CN- + H+ → HCN↑

Analisa Kualitatif 35
b. Larutan perak nitrat: endapan putih perak sianida, AgCN
yang mudah larut dalam larutan sianida yang berlebihan
dengan membentuk ion kompleks, disianoargentat (I)
[Ag(CN2]-.
CN- + Ag+ → AgCN↓

8. Klorida, Cl-
Kelarutan, kebanyakan klorida larut dalam air. merkurium (I)
klorida, Hg2Cl2, perak klorida, AgCl, timbel klorida, PbCl2 (yang
ini sangat sedikit dalam air dingin, tetapi mudah larut dalam
air mendidih), tembaga (I) klorida, CuCl, bismuth oksiklorida,
BiOCl, stibium oksiklorida, SbOCl dan merkurium(II)
oksiklorida, Hg2OCl2 tak larut dalam air.
Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini, pakailah larutan natrium
klorida, naCl 0,1 M.
a. Asam sulfat pekat: klorida itu terurai banyak dalam
keadaan dingin, penguraian adalah sempurna pada
pemanasan, yang disertai dengan pelepasan hidrogen
klorida.
Cl- + H2SO4 → HCl↑ + HSO4-
b. Larutan timbel asetat: endapan putih timbel klorida,
PbCl2 dari larutan yang pekat:
2Cl- + Pb2+ → PbCl2↓

9. Bromida, Br-
Kelarutan, perak, merkurium (I) dan tembaga (I) tak larut
dalam air. Timbel bromida sangat sedikit larut dalam air
dingin, tetapi lebih larut dalam air mendidih.

a. Asam sulfat pekat.


Jika asam sulfat pekat dituangkan ke atas sedikit kalium
bromida padat, mula-mula terbentuk larutan coklat-
kemerahan, kemudian uap brom yang coklat kemerahan
menyertai hidrogen bromida yang dilepaskan:
KBr + H2SO4 → HBr↑ + HSO4- + K+
Analisa Kualitatif 36
2KBr + 2H2SO4 → Br2↑ + SO2↑ + SO42- + 2K+ + 2H2O
b. Mangan dioksida dan asam sulfat pekat
Bila campuran suatu bromida padat, mangan dioksida
produk pengendapan dan asam sulfat pekat dipanaskan,
uap brom yang coklat kemerahan dilepaskan.
2KBr + MnO2 + 2H2SO4 → Br2↑ + 2K+ + Mn2+ + 2SO42- +
2H2O
c. Larutan perak nitrat: endapan seperti dadih yang
berwarna kuning-cepat, perak bromida, AgBr yang sangat
sedikit larut dalam larutan amonia pekat.
Br- + Ag+ → AgBr↓

10. Iodida, I-
Kelarutan, kelarutan iodida adalah serupa dengan klorida dan
bromida. Perak, merkurium (I), merkurium(II), tembaga (I)
dan timbel iodida adalah garam-garamnya yang paling sedikit
larut . Reaksi-reaksi ini dapat dipelajari dengan larutan kalium
iodida KI 0,1 M.
a. Larutan perak nitrat: endapan seperti dadih yang kuning,
yaitu perak iodida AgI.
I-+ Ag+ → AgI
b. Larutan timbel asetat: endapan kuning timbel iodida,
PbI2.
2I- + Pb2+ → PbI2↓
c. Larutan merkurium (II) klorida: endapan merah skarlet
merkuriumm (II) iodida.
2I- + HgCl2 → HgI2↓ +2Cl-

11. Fluorida, F-
Kelarutan, fluorida dari logam alkali yang umum dan dari
perak, merkurium, aluminium dan nikel, mudah larut dalam
air sedang fluorida dari timbel, tembaga, besi (III), barium
dan litium larut sedikit dan fluorida dari logam alkali tanah

Analisa Kualitatif 37
yang lainnya tidak larut dalam air. Untuk mempelajari reaksi
ini pakailah larutan natrium fluorida, NaF 0,1 M.
a. Asam sulfat pekat.
Dengan fluorida padat, gas hidrogen fluorida, H2F2 yang
tak berwarna dan korosif dilepaskan dengan
memanaskan.
2F- + H2SO4 → H2F2↑ + SO42-
b. Larutan perak nitrat: tak ada endapan, karena perak
fluorida larut dalam air.
c. Larutan kalsium klorida: endapan kalsium fluorida, CaF 2,
yang putih dan seperti lendir, yang sedikit larut dalam
asam asetat, tetapi sedikit lebih larut dalam asam klorida
encer.
2F- + Ca2+ → CaF2↓

12. Nitrat, NO3-.


Kelarutan, semua nitrat larut dalam air. Nitrat dari
merkurium dan bismuth menghasilkan garam basa setelah
diolah dengan air, garam-garam ini larut dalam asam nitrat
encer.
a. Asam sulfat pekat: uap nitrogen dioksida yang coklat
kemerahan, disertai dengan uap asam nitrat yang berbau
menusuk dan berasap dalam udara, akan terbentuk
ketika nitrat padat dipanaskan dengan reagensia.
4NO3- + 2H2SO4 → 4NO2↑ + O2↑ + 2SO42- + 2H2O
b. Asam sulfat pekat dan semua tembaga yang mengkilat.
Dengan memanaskan bahan-bahan ini dengan nitrat
padat, uap nitrogen dioksida yang coklat kemerahan
akan dilepaskan dan larutan jadi berwarna biru oleh
terbentuk nya ion-ion tembaga (II).
2NO3- + 2H2SO4 + 3Cu → 3Cu2+ + 2NO↑ + 4SO42- +4H2O

13. Klorat, ClO3


Kelarutan, semua klorat larut dalam air; kalium klorat adalah
salah satu dari yang paling sedikit larut (66 g/l pada 18°) dan
Analisa Kualitatif 38
litium klorat salah satu yang paling banyak larut (3150 g/l
pada 18°). Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini pakailah
larutan kalium klorat 0,1 M.
a. Asam sulfat pekat.
Semua klorat diuraikannya dengan disertai pembentukan
gas klor dioksida, ClO2 yang kuning-kehijauan, yang
melarut dalam asam sulfat dengan menghasilkan larutan
kuning-jingga.
3KClO3 +3H2SO4 → 2ClO2↑ +ClO4- + 3SO42- + 4H+ + 3K+ +
H2O
b. Asam klorida pekat.
Semua klorat diuraikan oleh asam ini dan klor bersama-
sama dengan klor dioksida yang mudah meledak dalam
jumlah yang berbeda-beda, dilepaskan; klor dioksida ini
memberi warna kuning kepada asam.
2KClO3 + 4HCl → 2ClO2 + Cl2↑ + 2K+ + 2Cl- + 2H2O
c. Larutan kalium iodida: iod dibebaskan jika terdapat asam
mineral.
ClO3- + 6I- + 6H+ → 3I2 + Cl- +3H2O

14. Sulfat, SO42-


Kelarutan, sulfat dari barium, strontium dan timbel praktis
tak larut dalam air, sulfat dari kalsium dan merkurium (II)
larut sedikit dan kebanyakan sulfat dari logam-logam sisanya,
larut. Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini, pakailah larutan
natrium sulfat, Na2SO4.10H2O, 0,1M.
a. Larutan barium klorida: endapan putih barium sulfat,
BaSO4, yang tak larut dalam asam klorida encer panas
dan dalam asam nitrat encer, tetapi larut sedang-sedang
saja dalam asam klorida pekat mendidih.
SO42- + Ba2+ → BaSO4↓
b. Larutan timbel asetat: endapan putih timbel sulfat,
PbSO4, yang larut dalam asam sulfat pekat panas, dalam
larutan amonium asetat dan larutan amonium tartrat.
SO42- + Pb2+ → PbSO4↓
Analisa Kualitatif 39
c. Larutan perak nitrat: endapan kristalin putih perak sulfat,
Ag2SO4
SO42- + 2Ag+ → Ag2SO4↓

Analisa Kualitatif 40

Anda mungkin juga menyukai