Anda di halaman 1dari 25

TEKNIK ANALISIS OBAT

SECARA KUALITATIF
(IDENTIFIKASI OBAT)
Rustianingsih, M.Si.
TEKNIK ANALISIS KUALITATIF OBAT
Berdasarkan pada :
• Uji menggunakan pereaksi-pereaksi kimia, kemudian memperhatikan
reaksi warna yang terjadi dari hasil uji tersebut.
• Analisis ini didasarkan pada pengenalan obat dengan menganalisis sifat-
sifat fisik dan kimia zat atau bahan.
• Teknik analisis ini didasarkan pada golongan obat menurut jenis
senyawanya secara kimia, dan bukan berdasarkan efek farmakologinya.
Karena: beberapa obat dengan struktur kimia yang sama,
mempunyai efek farmakologi/daya terapeutis yang jauh
berbeda.
Misalnya, asam hidroksi benzoat dan turunannya sebagai berikut :

• asam salisilat (asam orto-hidroksi benzoat) digunakan sebagai obat luar


(keratolitikum)
• asetosal (asam asetil salisilat) digunakan sebagai obat analgetikum dan
antipiretikum
• nipagin (metil-p-hidroksibenzoat) digunakan sebagai zat pengawet.
• Dalam analisis kualitatif/identifikasi senyawa-senyawa anorganik dan senyawa-
senyawa organik, terdapat perbedaan-perbedaan yang penting.

• Sebagian besar senyawa-senyawa anorganik merupakan senyawa-senyawa


ionik yang dapat ditentukan dengan suatu bagan tertentu dalam identifikasinya
secara konvensional (secara kimiawi).

• Senyawa-senyawa organik pada umumnya terikat melalui ikatan kovalen, dan


belum ada suatu skema yang dapat digunakan untuk melakukan identifikasinya
secara konvensional.

• Mengingat umumnya senyawa obat adalah senyawa organik, maka hal ini juga
menjadi kendala dalam analisis senyawa obat tersebut.
Konvensional
Sifat fisik dan kimia
(secara kimiawi)

Identifikasi Obat
spektrofotometri UV–Vis,
spektrofotometri IR,
Modern spektrofotometri Massa,
(instrumen) kromatografi cair kinerja
tinggi (HPLC), kromatografi
gas (GC)
TAHAP IDENTIFIKASI OBAT SECARA
KONVENSIONAL
1. Uji Pendahuluan
a. Uji Organoleptik
b. Penentuan sifat-sifat fisika, seperti kelarutan, penentuan titik lebur, dan titik
didih,
c. Pengujian derajat keasaman obat menggunakan tes keasaman
d. Penentuan unsur-unsur obat

2. Penentuan gugusan fungsional yang khas (uji golongan)

3. Penentuan jenis zat berdasarkan reaksi-reaksinya dengan pereaksi tertentu


dan pengamatan bentuk kristal menggunakan mikroskop.
1. UJI PENDAHULUAN
a. Uji Organoleptik (penginderaan/penyandraan)
Uji organoleptik adalah uji identifikasi sifat fisik obat meliputi bentuk, warna, bau, dan rasa obat
menggunakan indera.

Pada umumnya bahan baku obat tidak berwarna atau berwarna putih, oleh karena itu adanya
pewarnaan lain dari bahan dapat menjadi titik awal untuk identifikasi lanjutan.

Berikut ini warna spesifik beberapa bahan obat :


Dipiridamol : kuning
Etakridin : kuning
Etaverin : kuning terang
Menadion : kuning terang
Niklosamida : kuning pucat
Nitrazepam : kuning muda
Riboflavin : kuning sampai kuning-jingga
Tetrasiklin : kuning
b. Tes kelarutan

• Kelarutan zat dalam pelarut tertentu merupakan sifat kimia fisik yang dapat digunakan untuk identifikasi
obat. Zat mempunyai kelarutan yang berbeda-beda terhadap beberapa pelarut (air, alkohol, atau pelarut
lainnya).

• Tes kelarutan dilakukan dengan memasukan sedikit zat ke dalam tabung reaksi kemudian di dalamnya
ditambahkan pelarut kemudian digoyang-goyang dan diamati apakah zat tersebut dapat larut.

• Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu menunjukkan bahwa satu bagian bobot zat larut dalam
volume tertentu pelarut. Kelarutannya dapat ditunjukkan dengan istilah kelarutan berikut :
c. Uji Keasaman
Uji keasaman larutan obat/zat secara sederhana dilakukan menggunakan kertas
lakmus merah atau biru.
Larutan asam : mengubah warna kertas lakmus biru menjadi merah
Larutan basa : mengubah warna kertas lakmus merah menjadi biru

Hasil uji keasaman ini dapat digunakan untuk mengetahui :


• Keasaman larutan atau pH larutan obat/zat
• Jenis senyawa yang dianalisis
Larutan senyawa-senyawa golongan asam, misalnya asam benzoat, asam
sitrat, asam askorbat, dan lain-lain, didalam air sudah pasti mengubah lakmus biru
menjadi merah.
• Perbedaan antara alkaloid basa dan alkaloid asam (garamnya)
Alkaloid basa, misalnya efedrin, akan mengubah lakmus merah jadi biru , tetapi
karena sifat kebasaannya yang sangat lemah maka perubahan lakmus merah menjadi
biru hampir tidak jelas. Sedangkan alkaloid asam, misalnya efedrin HCl, akan
mengubah lakmus biru menjadi merah dan perubahannya sangat jelas.
d. Penentuan Unsur-Unsur
Penentuan unsur dalam identifikasi senyawa obat adalah tahap untuk
menentukan keberadaan/kehadiran unsur selain karbon (C), hidrogen (H),
dan oksigen (O) pada obat yang diidentifikasi.
Unsur-unsur lain yang diperiksa tersebut adalah nitrogen (N), sulfur (S), fosfor
(P), dan halogen (Cl, Br, dan I).

Zat Uji
didestruksi/dipijarkan bersama dengan logam natrium

Produk Sisa/Residu

dilarutkan dalam air , dilakukan pengujian unsur

unsur N, S, P, dan
halogen dalam
senyawa obat
• Adanya unsur-unsur tersebut (N, S, P dan halogen) digunakan sebagai
pengarah pada langkah uji selanjutnya, sebagai contoh yaitu :

Hasil Uji Keberadaan Unsur Pengujian selanjutnya pada senyawa Contoh

N mengandung unsur N pada rumus Benzokain (C9H11NO2), parasetamol (C8H9NO2),


kimianya salisilamid (C7H7NO2)

N dan Cl mengandung unsur N dan Cl dalam efedrin hidroklorida (C10H16NOCl), difenhidramin


rumus kimianya hidroklorida (C17H22NOCl), kloramfenikol
(C11H12Cl2N2O5)

N dan Br mengandung unsur N dan Br dalam Bromheksin (C14H20Br2N2), bromisoval (C6H11BrN2O2),


rumus kimianya skopolamin-N-butilbromida(C21H30NO4Br)

N dan S mengandung unsur N dan S dalam Metionin C5H11NO2S), sulfametoksazol (C10H11N3O3S),


rumus kimianya, tolbutamid (C12H18N2O3S)

N, S dan Cl mengandung unsur N, S, dan Cl dalam Hidroklorotiazid (C7H8ClN3O4S2), promazin hidroklorida


rumus kimianya (C17H21N2SCl), tiamin hidroklorida (C12H18N4OSCl2),

N dan P mengandung unsur N dan P dalam kodein fosfat(C18H24NO7P)


rumus kimianya

Tidak ditemukan unsur N, S, P dalam rumus kimianya tidak Asam askorbat (C6H8O6), menadion (C11H8O2),
dan halogen, terdapat unsur-unsur N, S, P dan halogen golongan karbohidrat (glukosa, laktosa, dan
karbohidrat lainnya)
PENGUJIAN KHAS TERHADAP SENYAWA YANG MENGANDUNG UNSUR NITROGEN

• Pemeriksaan senyawa nitro aromatik


Contoh : kloramfenikol

Gugus nitro aromatik terlebih dahulu direduksi menjadi gugus amin dengan melarutkan zat uji
dalam etanol, kemudian diasamkan dengan HCl encer dan ditambah serbuk Zn. Campuran dipanaskan di
atas penangas air selama 10 menit kemudian disaring. Filtrat diuji sebagai gugus amin aromatik primer
menggunakan pereaksi Diazo.

• Pemeriksaan senyawa basa amin


Senyawa basa amin merupakan senyawa dari kelompok alkaloid, pemeriksaan senyawa basa
amin dapat dilihat pada uji golongan alkaloid menggunakan pereaksi Mayer.

• Pemeriksaan amin aromatik primer


Contoh : senyawa-senyawa sulfonamide, seperti sulfametoksazol.

Pemeriksaan dilakukan dengan cara melarutkan zat uji dalam HCl encer, kemudian direaksikan
dengan pereaksi Diazo. Adanya senyawa dengan gugus amin aromatis primer ditandai dengan
terbentuknya warna merah jingga atau endapan.
2. UJI PENENTUAN GUGUS FUNGSIONAL
(UJI GOLONGAN)

a. Pemeriksaan golongan senyawa karbohidrat


b. Pemeriksaan golongan senyawa asam organik
c. Pemeriksaan golongan senyawa fenol
d. Pemeriksaan golongan senyawa alkaloid
e. Pemeriksaan senyawa sulfonamida
f. Pemeriksaan golongan senyawa barbiturat
a. Pemeriksaan golongan senyawa karbohidrat
Senyawa yang termasuk dalam golongan karbohidrat antara lain glukosa, fruktosa, laktosa, sukrosa, amilum, karboksi metil
sellulosa (CMC), dan lain-lain.

→ uji kimia dilakukan dengan pereaksi Molisch (larutan α-naftol 3% dalam etanol dan asam sulfat pekat)

Cara :

• memasukkan ± 5 mg zat uji kedalam tabung reaksi dan melarutkannya dengan 1 mL air suling. Untuk mempersingkat
waktu, dapat juga digunakan larutan hasil uji kelarutan zat uji dalam air.

• Kemudian, ditambahkan 5 tetes pereaksi α-naftol kedalam larutan uji dan dikocok.

• Kemudian ditambahkan 1 mL asam sulfat pekat secara hati-hati yang dialirkan melalui dinding tabung (Langkah ini
dilakukan dalam lemari asam).

Hasil Uji :

✓ Hasil Uji Kimia : diantara kedua lapisan akan terbentuk cincin berwarna ungu.

✓ Hasil uji pendahuluan pendukung : rasa manis pada zat uji, kecuali amilum yang hampir tidak berasa.

✓ Hasil uji kelarutan amilum dalam air : tidak larut dalam air dingin, tetapi dengan pemanasan akan terbentuk larutan
kental.
b. Pemeriksaan golongan senyawa asam organik
Senyawa yang termasuk dalam golongan asam antara lain asam sitrat, asam benzoat, asam salisilat, asetosal, asam askorbat, dan lain-lain.

Cara :

Uji asam dengan Lakmus

• Menguji larutan zat dalam air menggunakan kertas lakmus biru.

Uji gugus COOH melalui pembentukan senyawa ester

• Mereaksikan larutan uji menggunakan alkohol, misalnya metanol/etanol, dan katalisator asam sulfat pekat disertai dengan
pemanasan/penggunaan kalor.

Hasil Uji :

✓ Hasil Uji Kimia :

o Larutan zat uji akan mengubah lakmus biru menjadi merah.

o Terbentuknya senyawa ester dalam larutan uji diamati dengan mencium bau ester yang terbentuk secara spesifik.

✓ uji pendahuluan pendukung : rasanya yang sangat asam.

Cat : Beberapa senyawa lain yang merubah lakmus biru menjadi merah adalah garam hidroklorida dari golongan senyawa alkaloid, misalnya
efedrin hidroklorida, tiamin, hidroklorida, dan lain-lain. Namun, Uji pendahuluan garam hidroklorida dari golongan senyawa alkaloid ini memiliki
rasa yang pahit dan tidak asam.
c. Pemeriksaan golongan senyawa fenol
Senyawa yang termasuk dalam golongan fenol antara lain parasetamol, asam p-aminosalisilat, asam salisilat,
salisilamida, dan lain-lain.

Cara :

Pemeriksaan golongan senyawa fenol dilakukan dengan menguji larutan zat dalam air/etanol dengan 2 tetes
larutan besi (III) klorida 1%.

Hasil Uji :

Larutan zat uji akan membentuk warna merah sampai ungu.

Cat : Asam salisilat juga memberi hasil positif fenol, karena asam salisilat disamping memiliki gugus karboksilat
sebagai asam, juga memiliki gugus fungsi fenol (-OH) yang terikat pada inti benzen pada posisi orto terhadap
gugus karboksilat. Tetapi karena rasanya yang asam dan mengubah lakmus biru jadi merah, maka asam salisilat
dimasukkan dalam golongan asam.
d. Pemeriksaan golongan senyawa alkaloid
Senyawa yang termasuk dalam golongan alkaloid antara lain adalah kofein, kodein, papaverin,
efedrin, dan lain-lain.

Cara :

• Pemeriksaan senyawa alkaloid dilakukan dengan menguji larutan zat dalam asam klorida encer
dengan pereaksi Mayer (Larutan HgCl2 direaksikan dengan KI berlebih) dan pereaksi Bouchardat
(larutan iodium).

Hasil Uji :

✓ Uji Kimia : Larutan zat uji akan membentuk endapan kuning dengan pereaksi Mayer, dan diperoleh
endapan coklat dengan pereaksi Bouchardat.

✓ Uji pendahuluan pendukung : hasil uji unsur positif mengandung unsur N dan pada umumnya
alkaloid terasa pahit.
e. Pemeriksaan senyawa sulfonamida
Senyawa yang termasuk dalam golongan sulfonamida adalah sulfametoksazol, sulfanilamid,
sulfaguanidin, dan lain-lain.

Cara :

Pemeriksaan senyawa sulfonamida dilakukan dengan menguji larutan zat dalam asam klorida
dengan batang korek api.

Hasil Uji :

✓ Uji Nyala : Keberadaan senyawa sulfonamida dalam asam klorida akan mengubah batang korek
api menjadi berwarna jingga.

✓ Uji pendahuluan pendukung dalam pemeriksaan golongan sulfonamida adalah hasil uji unsur
positif mengandung unsur N sebagai amin aromatis primer dan S, serta rasa agak pahit.
f. Pemeriksaan golongan senyawa barbiturat
Senyawa yang termasuk dalam golongan senyawa barbiturat antara lain adalah fenobarbital, heksobarbital, dan
lain-lain.

Cara :

Pemeriksaan senyawa barbiturat dilakukan dengan menguji larutan zat dalam etanol

dengan pereaksi Zwikker (campuran Zwikker I(Co(NO3)2] 1% dalam etanol dan Zwikker II

(piridin 10% dalam etanol).

Hasil Uji :

✓ Hasil Uji Kimia : Keberadaan senyawa barbiturat yang direaksikan dengan pereaksi Zwikker akan mengubah
larutan zat uji menjadi berwarna ungu.

✓ Hasil uji pendahuluan pendukung : hasil uji unsur positif mengandung unsur N, kelarutannya dalam air yaitu
bentuk asam sangat sukar larut sampai praktis tidak larut, garamnya (garam natrium) sangat mudah larut, rasa
agak pahit
3. UJI PENENTUAN JENIS ZAT (UJI PENEGASAN) DAN
PENGAMATAN BENTUK KRISTAL

Penentuan jenis zat/uji penegasan merupakan pengujian untuk memastikan senyawa


yang diidentifikasi/diperiksa.

Penentuan jenis zat ini dilakukan secara konvensional menggunakan pereaksi-pereaksi


tertentu dan pengamatan bentuk kristal zat yang diperiksa menggunakan mikroskop.

Uji penegasan ini dilakukan untuk membedakan antara satu senyawa dengan senyawa
lainnya yang segolongan.

a. Pengamatan hasil reaksi dengan pereaksi tertentu

b. Pengamatan Bentuk Kistal (Uji sublimasi mikro)


a. Pengamatan hasil reaksi dengan pereaksi tertentu
• Pereaksi-pereaksi yang dapat digunakan dapat dilihat pada masing monografi zat uji yang tertera dalam
Farmakope Indonesia edisi III maupun edisi IV.

Pengamatan hasil uji yang diamati berupa warna, endapan, dan bau yang terjadi disesuaikan dengan
hasil reaksi identifikasi dalam monografi zat uji tersebut.

• Uji identifikasi ini dapat dilihat juga pada buku identifikasi obat (Auterhoff dan Kovar). Uji ini dikenal sebagai
reaksi warna.

Contoh :

hasil uji pendahuluan : senyawa yang dianalisis merupakan golongan senyawa alkaloid,

hasil uji unsur : selain mengandung unsur N, senyawa tersebut mengandung unsur halogen (klorida).

Uji penegasan senyawa ini dapat diarahkan pada pengujian garam hidroklorida dari alkaloid, misalnya efedrin
HCl, papaverin HCl, dan piridoksin HCl. Lakukan pengujian penegasan dengan melihat uji identifikasi yang tertera
pada monografi masing-masing zat uji dalam Farmakope, dan amati hasil reaksinya.
Prosedur Reaksi identifikasi konvensional (reaksi warna) menurut Farmakope
Indonesia edisi III

1. Efedrin HCl
o Larutkan 10 mg dalam 1 ml air, tambahkan 0,1 ml larutan tembaga (II) sulfat p dan 2
ml larutan natrium hidroksida p; terjadi warna violet, tambahkan 1 ml eter p, kocok;
lapisan eter berwarna violet kemerahan, lapisan air berwarna biru.
o Larutkan 50 mg dalam 1 ml air, tambahkan 4 ml natrium hidroksida 0,1 N dan 3 ml
karbontetraklorida p, kocok selama beberapa detik, dan biarkan selama 2 menit.
Pisahkan lapisan organik, tambahkan sedikit tembaga P, kocok; terjadi kekeruhan
segera dan setelah 1 atau 2 menit terbentuk endapan
o Menunjukkan reaksi klorida (larutan zat dengan pereaksi perak nitrat memberi
endapan putih)
2. Papaverin HCl

o Larutkan 10 mg dalam 1 ml asam sulfat p, panaskan hingga suhu 160ºC; terjadi warna violet.

o Larutkan lebih kurang 20 mg dalam 9 mL air yang telah ditambah ammonia encer p; biarkan; terbentuk endapan,
saring, cuci endapan dengan air; suhu lebur endapan lebih kurang 146ºC.

o Menunjukkan reaksi klorida

3. Piridoksin HCl

o Masukkan ke dalam 2 tabung kimia masing-masing 1 mL larutan yang mengandung 1µg dan 2 mL larutan natrium
asetat P 20% b/v. pada tabung pertama tambahkan 1 mL larutan asam borat 4% b/v, campur. Dinginkan kedua
tabung hingga suhu 20º. Pada masing-masing tabung tambahkan dengan cepat 1 mL larutan
diklorokinonklorimida p 0,5 % b/v dalam etanol (95%) p,. dalam tabung pertama terjadi warna biru, yang segera
memucat dan setelah beberapa menit berubah menjadi merah; dalam tabung kedua tidak terjadi warna biru.

o Pada 2 mL 0,5% b/v tambahkan 0,5 mL larutan asam fosfowolframat P, terbentuk endapan putih.

o Menunjukkan reaksi klorida


b. Pengamatan Bentuk Kistal (Uji sublimasi mikro)

• Sublimasi mikro merupakan salah satu cara analisa fisika digunakan untuk mengidentifikasi
beberapa obat dan bahan farmasi.

• Dasarnya ialah ada zat padat bila dipanasi, sebelum mencair, bisa langsung berubah
menjadi fasa gas, dan pada pendinginan berubah lagi menjadi fasa padat dengan bentuk
khas.

• Dalam proses sublimasi ini, beberapa zat padat pada pendinginan mungkin dari fasa gas itu
melalui fasa cair dulu, kemudian menghablur dan ada zat yang langsung dari fasa gas
berubah, menjadi fasa padat.

• Hasil sublimat kemudian diamati dibawah mikroskop.

• Masing-masing senyawa obat akan menampakkan bentuk kristal yang spesifik.


Contoh hasil pengamatan bentuk kristal dari senyawa garam alkaloid, antara lain efedrin HCl,
papaverin HCl, dan piridoksin HCl

Anda mungkin juga menyukai