Disusun Oleh :
Semester : 4A
Jl. Raya Ragunan No. 29 Jakarta Selatan kode pos 12540 telp. (021)78831642
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Isolasi, Identifikasi,
dan PK Zat Warna” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Analisis Kosmetika dan Alat Kesehatan. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan tentang zat warna bagi para pembaca dan juga bagi penyusun.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Misde Yola, M.Pd.,
M.Farm. selaku dosen pengampu mata kuliah Analisis Kosmetika dan Alat Kesehatan
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang penyusun tekuni, serta semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penyusun mengharapkan
kritik serta saran untuk makalah ini, supaya dapat menjadi lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian
luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi
dan membran mukosa mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah
penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada
kondisi baik. (Menurut Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor 19 Tahun 2015 )
Bahan pewarna adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk memberi dan
atau memperbaiki warna pada kosmetika. ( Peraturan Kepala Badan Pegawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia No. 18 tahun 2015 tentang Persyaratan Teknis dan Bahan
Kosmetika )
Zat warna adalah zat atau campuran yang dapat digunakan sebagai pewarna dalam
kosmetika dengan atau tanpa bantuan zat lain.
Isolasi adalah proses pengambilan atau pemisahan senyawa bahan alam dengan
menggunakan pelarut yang sesuai.
Uji identifikasi dimaksudkan sebagai suatu cara untuk membuktikan bahwa bahan yang
diperiksa mempunyai identitas yang sesuai dengan yang tertera pada etiket. Uji identifikasi
dalam suatu monografi dapat terdiri dari satu atau lebih prosedur. Ketika uji identifikasi
dilakukan, semua persyaratan dari prosedur spesifik harus terpenuhi. Kegagalan suatu bahan
untuk memenuhi persyaratan uji Identifikasi (misalnya tidak sesuai dengan semua
persyaratan prosedur spesifik yangmerupakan bagian dari uji) menunjukkan adanya
ketidaksesuaian dengan etiket dan atau palsu. ( Menurut Farmakope Indonesia Edisi V )
Penetapan kadar untuk sediaan setengah jadi tidak dimaksudkan untuk mengevaluasi
sediaan setengah jadi sebelum diserahkan, tetapi berfungsi sebagai uji resmi jika ada
pertanyaan atau perdebatan mengenai pemenuhan persyaratan terhadap standar resmi.
Penetapan kadar bahan dan sediaan resmi dicantumkan dalam masing-masing monografi.
( Menurut Farmakope Indonesia Edisi V )
2.2 Klasifikasi Zat Warna
a. Zat warna alam
Zat warna jenis ini sebenarnya lebih aman bagi kulit, namun pada produk-produk
kosmetik saat ini, zat warna alam sudah jarang digunakan. Zat warna alam larut ini
memiliki beberapa kelemahan, diantaranya yaitu kekuatan pewarnanya relatif lemah,
tidak tahan lama dan relatif mahal. Beberapa contoh zat warna alam yaitu
a) Alkalain yaitu zat warna merah yang diekstrak dari kulit akar alkana (Radix alkana)
b) Carmine yaitu zat warna merah yang diperoleh dari serangga tertentu yang telah
dikeringkan
c) ekstrak klorofil daun-daun hijau
d) henna yaitu zat warna yang biasanya digunakan untuk pewarna kuku dan rambut,
berasal dari ekstrak daun Lawsonia inermis
e) carotene yaitu zat warna kuning yang diekstrak dan bagian tanaman tertentu yang
mengandung zat warna kuning
c. Pigmen-pigmen alam
Alam memiliki pigmen-pigmen alam yang sudah umum digunakan dalam kosmetik.
Pigmen-pigmen alam itu adalah pigmen warna yang terdapat pada tanah, contohnya
aluminium silikat. Gradasi warna yang terdapat pada aluminium silikat sangat
dipengaruhi oleh kandungan besi oksida atau mangan oksidanya, misalnya: kuning,
cokelat, cokelat tua, merah bata dan sebagainya.
Keunggulan pigmen-pigmen alam sebagai zat pewarna adalah zat warna ini murni
dan sama sekali tidak berbahaya. Sementara kelemahannya yaitu warna yang dihasilkan
tidak seragam. Sangat bergantung pada sumber asalnya dan tingkat pemanasannya.
Pigmen-pigmen ini pada pemanasan yang kuat menghasilkan pigmen-pigmen baru.
d. Pigmen-pigmen sintetis
Warna yang dihasilkan dari pigmen sintetis lebih terang dan cerah. Pigmen –pigmen
sintetis yang digunakan dalam industri kosmetik misalnya: besi oksida sintetis yang
menghasilkan warna sintetis (kuning, coklat, merah dan warna violet), zinc oxide dan
titanium oxide (pigmen sintetis putih), bismuth oxychloride untuk warna putih mutiara,
cobalt hijau untuk pigmen hijau yang kebiruan, cadmium sulfide dan prussian blue.
B. Analisis Rhodamin B pada lipstik berdasarkan jurnal Analisis Rhodamin B pada lipstik
yang beredar di kediri
1. Persiapan Sampel
a. Sampel lipstik sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam beaker glass 100 mL
b. Dilarutkan dengan 30 mL aquadest dan di aduk hingga larut dalam air.
c. Dipisahkan antara larutan zat warna dengan destilat sampel dengan cara campuran
sampel dengan aquadest
d. Ampasnya dibuang dan di dapatkan larutan zat warna yang akan digunakan pengujian.
2. Cara Uji
a. Reaksi khusus
1) untuk Rhodamin B Larutan uji 2-5 mL diberikan NaOH 10% tetes demi tetes
sampai menjadi basa,
2) dimasukkan ke dalam corong pisah dan diber Eter.
3) larutan dikocok dan dipisahkan untuk diambil fase Eternya, kemudian
ditambahkan HCl 10% secukupnya untuk melihat perubahannya. Jika larutan uji
mengandung Rhodamin B, maka terlihat pada lapisan bawah atau lapisan asam
berwarna merah.
b. Pembuatan Larutan Baku Pembanding
1) Kontrol Positif: 50 mg Rhodamin B dilarutkan dengan 10 mL Metanol. Kontrol
Negatif : 5 mL Metanol murni.
2. Sampel
a. Timbang± 2 gram sampel, masukkan ke dalam labu ukur 25 ml.
b. Larutkan dengan N,N-Dimetilformamida (DMF), ultrasonik hingga larut
himpitkan sampai tanda tera kocok hingga homogen.
c. Disentrifuge larutan sampel selama ± 2 menit dengan kecepatan 14000 rpm.
d. Diambil larutan bening dan saring menggunakan milipore 0,45 µm.
e. Injeksikan ke dalam sistem HPLC.
f. Sampel diidentifikasi dengan membandingkan waktu retensi baku Rhodamin B
dengan waktu retensi sampel.
g. Larutan sampel yang telah diidentifikasi mengandung Rhodamin B dihitung
kadarnya dengan rumus :
(Area-Intercept)x Fp x vol.Akhir
(Slope x Bobot Sampel)
B. Analisis Kandungan Zat Warna Rhodamin B pada Kosmetika Pewarna Rambut
1. Preparasi sampel
a. Sampel ditimbang dengan seksama 500,0 mg
b. Ditambahkan 4 tetes asam klorida 4 M dan 5 mL metanol, lalu dilelehkan pada
hotplate.
c. Dicampurkan tersebut ditambah metanol pada labu ukur 10 mL
d. Disaring dengan kertas saring berisi natrium sulfat anhidrat.
2. Pembuatan larutan standar rhodamin B
a. Larutan stok standar rhodamin B disiapkan dengan melarutkan standar rhodamin
B dalam metanol p.a., sehingga memperoleh konsentrasi 50 μg/mL.
b. Stok disimpan dalam lemari es pada suhu 4 °C.
c. Standar kalibrasi disiapkan pada rentang kadar 0,6-3,0 μg/mL, dengan
pengenceran
d. larutan stok dengan metanol p.a. Aliquot dari semua standar disimpan dalam
lemari es pada suhu 4 °C sampai digunakan lebih lanjut.
3. Analisa kualitatif dengan KLT
a. Plat KLT silika GF 254 berukuran 7x4 cm diaktifkan dengan cara dipanaskan
dalam oven, pada suhu 105 °C selama 30 menit.
b. Sampel dan larutan baku ditotolkan pada plat KLT dengan menggunakan pipa
kapiler pada jarak 1 cm dari bagian bawah plat, jarak antara noda adalah 0,5 cm.
c. Kemudian dibiarkan beberapa saat hingga mengering.
d. Plat KLT yang telah mengandung cuplikan dimasukkan ke dalam chamber yang
telah dijenuhkan dengan fase gerak berupa etil asetat : metanol : ammonia (5:2:1
v/v/v).
e. Plat KLT yang telah melalui proses elusi, kemudian diangkat dan dikeringkan.
f. Noda diamati secara visual dan di bawah sinar UV 254 dan 366 nm
g. Identifikasi rhodamin B berdasarkan nilai Rf yang sesuai standar
4. Analisis kuantitatif dengan spektrofotometri UV-Vis
a. Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan membuat larutan
standar 3 μg/mL dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 800-400 nm.
b. Kuantifikasi dilakukan dengan metode external calibration curve.
c. Kurva kalibrasi larutan standar rhodamin B dibuat dengan rentang konsentrasi
0,6; 0,8; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; dan 3,0 μg/mL dan diukur absorbansinya pada panjang
gelombang maksimum