disusun oleh :
JURUSAN KIMIA
BANDUNG
2017
A. TUJUAN
1. Menentukan sifat kelarutan zat anorganik (logam pada campurannya) pada unsur
Na, Ca, K, Mg, C, Al, Si, Fe, Cu, Pb, Ni, Cr, Mn, Zn, S, Cl
2. Menganalisis sifat magnet dalam bentuk larutan dan padatannya pada unsur Na,
Ca, K, Mg, C, Al, Si, Fe, Cu, Pb, Ni, Cr, Mn, Zn, S, Cl
B. DASAR TEORI
Senyawa Anorganik didefinisikan sebagai pada alam (di tabel periodik) yang
pada umumnya menyusun material/benda tak hidup. Semuanya senyawa yang berasal
dari makhluk hidup digolongkan dalam senyawa organik sedangkan yang berasal dari
mineral digolongkan senyawa anorganik. (Svehla,1990).
Dalam percobaan ini kita membahas tentang kelarutan dan sifat magnetik dari
logam-logam anorganik. Pengertian kelarutan digunakan dalam beberapa paham.
Kelarutan menyatakan pengertian secara kualitatif dari proses larutan. Kelarutan juga
digunakan secara kuantitatif untuk menyatakan komposisi dari larutan. Suatu larutan
dinyatakan merupakan larutan tidak jenuh jika solut dapat ditambahkan untuk
memperoleh berbagai larutan yang berbeda dalam konsentrasinya. Dalam banyak hal,
ternyata proses penambahan solut tidak dapat berlangsung secara tidak terbatas. Suatu
keadaan akan dicapai dimana penambahan solut pada sejumlah solven yang tertentu
tidak akan menghasilkan larutan lain yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi. Pada
keadaan ini, solute tetap tidak larut.Hingga demikian ada batas jumlah tertentu dari
solut yang dapat terlarut dalam jumlah solven yang tertentu. Larutan yang dalam
keadaan terbatas ini disebut larutan jenuh dan konsentrasi dari larutan jenuh disebut
kelarutan dari sejumlah solut dalam jumlah solven tertentu yang digunakan.
Sifat megnet dari suatu zat dapat ditunjukkan dan diukur dengan neraca. Zat
yang bersifat diamagnetik akan menunjukkan berat kurang, sedangkan yang bersifat
paramagnetik menunjukkan berat lebih. Sifat magnet zat berkaitan dengan konfigurasi
elektronnya. Zat yang bersifat paramagnetik mempunyai setidaknya satu elektron tak
berpasangan. Semakin banyak elektron tak berpasangan, semakin bersifat
paramagnetik. Pengukuran sifat magnet dapat digunakan untuk menentukan jumlah
elektron tak berpasangan dalam satu spesi.
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada
subkulit 3d yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB).
Hal ini menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas
yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur golongan utama, seperti sifat magnetik, warna
ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur
transisi periode keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium
(Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel
(Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn). Dibandingkan unsur Alkali dan Alkali Tanah,
unsur-unsur transisi periode keempat memiliki susunan atom yang lebih rapat (closed
packing). Akibatnya, unsur transisi tersebut memiliki kerapatan (densitas) yang jauh
lebih besar dibandingkan Alkali maupun Alkali Tanah. Dengan demikian, ikatan
logam (metallic bonds) yang terjadi pada unsur transisi lebih kuat. Hal ini berdampak
pada titik didih dan titik leleh unsur transisi yang jauh lebih tinggi dibandingkan unsur
logam golongan utama. Selain itu, entalpi pelelehan dan entalpi penguapan unsur
transisi juga jauh lebih tinggi dibandingkan unsur logam golongan utama.
Unsur transisi periode keempat memiliki tingkat oksidasi (bilangan oksidasi)
yang bervariasi. Hal ini disebabkan oleh tingkat energi subkulit 3d dan 4s yang
hampir sama. Oleh sebab itu, saat unsur transisi melepaskan elektron pada subkulit 4s
membentuk ion positif (kation), sejumlah elektron pada subkulit 3d akan ikut
dilepaskan. Bilangan oksidasi umum yang dijumpai pada tiap unsur transisi periode
keempat adalah +2 dan +3. Sementara, bilangan oksidasi tertinggi pada unsur transisi
periode keempat adalah +7 pada unsur Mangan (4s2 3d7). Bilangan oksidasi rendah
umumnya ditemukan pada ion Cr3+, Mn2+, Fe2+, Fe3+, Cu+, dan Cu2+, sedangkan
bilangan oksidasi tinggi ditemukan pada anion oksida, seperti CrO42-, Cr2O72-, dan
MnO4. Semua unsur transisi periode keempat secara meyakinkan tergolong logam,
baik dalam sifat kimia maupun sifat fisis. Semua unsur transisi periode keempat
mempunyai energi ionisasi yang relatif rendah (kurang dari 1.000 kJ/mol ) kecuali
zink yang energi ionisainya agak besar (906 kJ / mol ). Sifat logam unsur transisi juga
dicerminkan oleh harga keelektronegatifannya yang rendah (kurang dari 2). Pada
kenyataannya, semua unsur transisi periode keempat membentuk kation tunggal
dengan bilangan oksidasi +1, +2, atau +3. pada tingkat oksidasi yang rendah, senyawa
unsur transisi bersifat ionik
Unsur- unsur antara lain Cr, Mn, Fe, Ni, Cu, dan Zn merupakan contoh unsur
transisi yang digunakan pada praktikum ini dimana unsur ini memiliki elektron
valensi pada orbital d sehingga memiliki beberapa sifat seperti katalis, warna
larutandan kemagnetannya. Unsur- unsur ini meskipun struktur geometri senyawa
kompleksnya lebih mudah diprediksi dari pada senyawa kompleks golongan
lantanida, dari kiri ke kanan mempunyai jumlah elektron valensi, jumlah elektron
pada orbital d, muatan inti efektif, jari-jari kation yang berbeda-beda sehingga
memiliki reaktifitas yang berbeda terhadap anion tertentu. Ion logam transisi
berhubungan dengan sifat kekerasan dan kelunakan dari kation dan anionnya.
Reaktifitas suatu senyawa dapat diamati dari adanya perubahan warna maupun
terbentuknya endapan.
9. Magnet 1 buah
b. Bahan
1. HCl encer 20 mL
2. HCl pekat 10 mL
3. HNO3 encer 10 mL
4. HNO3 pekat 10 mL
5. NaOH 30 mL
6. NaCl 3 gram
9. NH4OH 50 mL
E. HASIL PENGAMATAN
a. Pembuatan Larutan
Perlakuan Pengamatan
0,1 1000
M= = = 2M 1 M = 78,042 / 50
0,05
(=) massa = 4,81 gram
1000
M=
5. 0,1mol NaH2PO4 dalam 50ml
0,05
2M = 58,5 / 50
1000 M== 0,05
= 2M
1000
M=
(=) massa = 5,85gram
1000
1M=
119,98 / 50
3. 0,1mol Na2SO4 dalam 50ml
0,1
(=) massa = 11,99 gram
M== 0,05
= 2M
6. 0,1mol NH4OH dalam 50ml
1000 10 25 0,91 /3 10
M= M=
= 35,05 /
= 6,49 M
V 1 M1 = V 2 M 1
V1 6,49M = 50ml 2M
(=) V1 = 15,49ml
7. 01mol EDTA dalam 50ml
0,05
M= = = 2M
0,05
1000
M=
1000
2M=
372,24 / 50
Karbon
C(s) + H2O(l) C(s) + H2O(l)
C(s) + HCl(l) C(s) + HCl(l)
C(s) + HNO3(l) C(s) + HNO3(l)
C(s) + HCl(l) + HNO3(l) C(s) + HCl(l) + HNO3(l)
FeSO4
FeSO4(s) + H2O(l) FeSO4(aq) + H2O(aq)
PbSO4
PbSO4(s) + H2O(l) PbSO4 (s) + H2O(l)
PbSO4(s) + HCl(l) PbSO4(s) + HCl(l)
PbSO4(s) + HNO3(l) PbSO4(s) + HNO3(l)
PbSO4(s) + HCl(l) + HNO3(l) PbSO4 (s) + HCl(l) + HNO3(l)
Zn
Zn(s) + H2O(l) Zn(s) + H2O(l)
Zn(s) + HCl(l) Zn(s) + HCl(l)
Zn(s) + HNO3(l) ZnNO3(aq) + H+(aq)
CaCO3
CaCO3(s) + H2O(l) CaCO3(s) + H2O(l)
CaCO3(s) + HCl(l) CaCl2(aq) + HCO3(aq)
CaCl2
CaCl2(s) + H2O(l) CaCl2(aq)
KCl
KCl(s) + H2O(l) KCl(aq)
NaCl
NaCl (s) + H2O(l) NaCl(aq)
Al2(SO4)3
Al2(SO4)3(s) + H2O(l) Al2(SO4)3(aq)
NaH2PO4
NaH2PO4(s) + H2O(l) NaH2PO4(aq)
MgSO4
MgSO4(s) + H2O(l) MgSO4(aq)
CuCH3(COO)2
CuCH3(COO)2(s) + H2O(l) CuCH3(COO)2(aq)
NiSO4
NiSO4(s) + H2O(l) NiSO4(aq)
K2Cr2O7
K2Cr2O7(s) + H2O(l) K2Cr2O7(aq)
Silica gel
Si(s) + H2O(l) Si(s) + H2O(l)
Si(s) + HCl(l) Si(s) + HCl(l)
Si(s) + HNO3(l) Si(s) + HNO3(l)
Si(s) + HCl(l) + HNO3(l) Si(s) + HCl(l) + HNO3(l)
MnO2
MnO2(s) + H2O(l) MnO2(aq)
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan kali ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Kelaruta setiap unsur berbeda tergantung pada sifat kepolaran atau sifat logamnya
dan larutan yang paling mudah larut dalam aquades yaitu NaH2PO4 , CaCl2 ,
FeSO4, K2Cr2O7, KCl, PbCOOHCH3, MgSO4 , Al2(SO4)3, MnO2, CuSO4, NiSO4,
NaCl. Sedangkan larutan yang tidak larut dalam air raja yaitu karbon, silika
larutan yang sulit larut yaitu CaCO3 dan Zn
2. Sifat kemagnetan suatu unsur menunjukkan kekuatan logam tersebut dan yang
teruji positif pada bentuk padatan adalah , FeSO4 ,MnO2, NiSO4, CaCO3 ,
http://la-randy.blogspot.com/2012/12/makalah-kimia-unsur.html
Antonia, M. (2016, Maret 9). Uji Kelarutan. Retrieved Oktober 5, 2017, from
www.google.com: https://id.scribd.com/doc/303306465/Uji-Kelarutan
Joshua. (2016, Mei 15). Kimia Unsur. Retrieved Oktober 4, 2017, from www.google.com:
http://www.slideshare.net/joshutoso/kimia-unsur-28234895
Svehla, G. (1985). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian I
Edisi V. In I. Setiano. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.
Yudi. (2016, April 12). Kimia Unsur. Retrieved Oktober 1, 2017, from www.google.com:
http://tanya-tanya.com/kimia-unsur-gas-mulia-halogen-alkali-alkali-tanah/