Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

Identifikasi Logam Anorganik Berdasarkan Kelarutan dan Sifat Magnet

Tanggal Percobaan : Selasa, 26 eptember 2017

Tanggal Pengumpulan : Selasa, 10 Oktober 2017

disusun oleh :

1. Mutiara Nur Wahyuni (1157040037)


2. Naila Hidayat (1157040038)
3. Prasetya Imanudin (1157040044)
4. Vuza Hardyanti (1157040066)
5. Zummi Rizqi (11570040072)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2017
A. TUJUAN
1. Menentukan sifat kelarutan zat anorganik (logam pada campurannya) pada unsur
Na, Ca, K, Mg, C, Al, Si, Fe, Cu, Pb, Ni, Cr, Mn, Zn, S, Cl
2. Menganalisis sifat magnet dalam bentuk larutan dan padatannya pada unsur Na,
Ca, K, Mg, C, Al, Si, Fe, Cu, Pb, Ni, Cr, Mn, Zn, S, Cl

B. DASAR TEORI
Senyawa Anorganik didefinisikan sebagai pada alam (di tabel periodik) yang
pada umumnya menyusun material/benda tak hidup. Semuanya senyawa yang berasal
dari makhluk hidup digolongkan dalam senyawa organik sedangkan yang berasal dari
mineral digolongkan senyawa anorganik. (Svehla,1990).
Dalam percobaan ini kita membahas tentang kelarutan dan sifat magnetik dari
logam-logam anorganik. Pengertian kelarutan digunakan dalam beberapa paham.
Kelarutan menyatakan pengertian secara kualitatif dari proses larutan. Kelarutan juga
digunakan secara kuantitatif untuk menyatakan komposisi dari larutan. Suatu larutan
dinyatakan merupakan larutan tidak jenuh jika solut dapat ditambahkan untuk
memperoleh berbagai larutan yang berbeda dalam konsentrasinya. Dalam banyak hal,
ternyata proses penambahan solut tidak dapat berlangsung secara tidak terbatas. Suatu
keadaan akan dicapai dimana penambahan solut pada sejumlah solven yang tertentu
tidak akan menghasilkan larutan lain yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi. Pada
keadaan ini, solute tetap tidak larut.Hingga demikian ada batas jumlah tertentu dari
solut yang dapat terlarut dalam jumlah solven yang tertentu. Larutan yang dalam
keadaan terbatas ini disebut larutan jenuh dan konsentrasi dari larutan jenuh disebut
kelarutan dari sejumlah solut dalam jumlah solven tertentu yang digunakan.
Sifat megnet dari suatu zat dapat ditunjukkan dan diukur dengan neraca. Zat
yang bersifat diamagnetik akan menunjukkan berat kurang, sedangkan yang bersifat
paramagnetik menunjukkan berat lebih. Sifat magnet zat berkaitan dengan konfigurasi
elektronnya. Zat yang bersifat paramagnetik mempunyai setidaknya satu elektron tak
berpasangan. Semakin banyak elektron tak berpasangan, semakin bersifat
paramagnetik. Pengukuran sifat magnet dapat digunakan untuk menentukan jumlah
elektron tak berpasangan dalam satu spesi.
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada
subkulit 3d yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB).
Hal ini menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas
yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur golongan utama, seperti sifat magnetik, warna
ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur
transisi periode keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium
(Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel
(Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn). Dibandingkan unsur Alkali dan Alkali Tanah,
unsur-unsur transisi periode keempat memiliki susunan atom yang lebih rapat (closed
packing). Akibatnya, unsur transisi tersebut memiliki kerapatan (densitas) yang jauh
lebih besar dibandingkan Alkali maupun Alkali Tanah. Dengan demikian, ikatan
logam (metallic bonds) yang terjadi pada unsur transisi lebih kuat. Hal ini berdampak
pada titik didih dan titik leleh unsur transisi yang jauh lebih tinggi dibandingkan unsur
logam golongan utama. Selain itu, entalpi pelelehan dan entalpi penguapan unsur
transisi juga jauh lebih tinggi dibandingkan unsur logam golongan utama.
Unsur transisi periode keempat memiliki tingkat oksidasi (bilangan oksidasi)
yang bervariasi. Hal ini disebabkan oleh tingkat energi subkulit 3d dan 4s yang
hampir sama. Oleh sebab itu, saat unsur transisi melepaskan elektron pada subkulit 4s
membentuk ion positif (kation), sejumlah elektron pada subkulit 3d akan ikut
dilepaskan. Bilangan oksidasi umum yang dijumpai pada tiap unsur transisi periode
keempat adalah +2 dan +3. Sementara, bilangan oksidasi tertinggi pada unsur transisi
periode keempat adalah +7 pada unsur Mangan (4s2 3d7). Bilangan oksidasi rendah
umumnya ditemukan pada ion Cr3+, Mn2+, Fe2+, Fe3+, Cu+, dan Cu2+, sedangkan
bilangan oksidasi tinggi ditemukan pada anion oksida, seperti CrO42-, Cr2O72-, dan
MnO4. Semua unsur transisi periode keempat secara meyakinkan tergolong logam,
baik dalam sifat kimia maupun sifat fisis. Semua unsur transisi periode keempat
mempunyai energi ionisasi yang relatif rendah (kurang dari 1.000 kJ/mol ) kecuali
zink yang energi ionisainya agak besar (906 kJ / mol ). Sifat logam unsur transisi juga
dicerminkan oleh harga keelektronegatifannya yang rendah (kurang dari 2). Pada
kenyataannya, semua unsur transisi periode keempat membentuk kation tunggal
dengan bilangan oksidasi +1, +2, atau +3. pada tingkat oksidasi yang rendah, senyawa
unsur transisi bersifat ionik
Unsur- unsur antara lain Cr, Mn, Fe, Ni, Cu, dan Zn merupakan contoh unsur
transisi yang digunakan pada praktikum ini dimana unsur ini memiliki elektron
valensi pada orbital d sehingga memiliki beberapa sifat seperti katalis, warna
larutandan kemagnetannya. Unsur- unsur ini meskipun struktur geometri senyawa
kompleksnya lebih mudah diprediksi dari pada senyawa kompleks golongan
lantanida, dari kiri ke kanan mempunyai jumlah elektron valensi, jumlah elektron
pada orbital d, muatan inti efektif, jari-jari kation yang berbeda-beda sehingga
memiliki reaktifitas yang berbeda terhadap anion tertentu. Ion logam transisi
berhubungan dengan sifat kekerasan dan kelunakan dari kation dan anionnya.
Reaktifitas suatu senyawa dapat diamati dari adanya perubahan warna maupun
terbentuknya endapan.

C. ALAT DAN BAHAN


a. Alat

NO Nama Alat Jumlah

1. Tabung reaksi 10 buah

2. Rak tabung reaksi 1 buah

3. Botol semprot 1 buah

4. Gelas ukur 100 Ml 1 buah

5. Bunsen (pembakar spirtus) 1 buah

6. Pipet tetes 2 buah

7. Klem dan statif 1 buah

8. Kasa dan kaki tiga 1 set

9. Magnet 1 buah

10. Spatula 1 buah

11. Neraca analitik 1 buah

12. Gelas ukur 50 mL 1 buah

13. Kaca arloji 1 buah

14. Batang pengaduk 1 buah

15. Gelas ukur 10 mL 1 buah


16. Penjepit kayu 1 buah

18. Benang jahit 1 buah

b. Bahan

NO Nama Bahan Jumlah

1. HCl encer 20 mL

2. HCl pekat 10 mL

3. HNO3 encer 10 mL

4. HNO3 pekat 10 mL

5. NaOH 30 mL

6. NaCl 3 gram

7. Na2SO4 7,2 gram

8. Na2CO3 5,3 gram

9. NH4OH 50 mL

10. Na2S 4 gram

11. Aquadest Secukupnya

12. EDTA 17 gram

13. NH4Cl 2,5 gram

14. NaH2PO4 4 gram

Sampel (karbon, FeSO4, Masing-masing


PbSO4, Zn, CaCO3, CaCl2, 1 gram
15. KCl, NaH2PO4, Al2(SO4)3,
MgSO4, Silika, MnO2, NiSO4,
K2CrO7, CaCH3(COO)2

16. pH universal Secukupnya


D. PROSEDUR KERJA
Siapkan sampel yang akan digunakan : C, NaH2PO4, Ca, Fe, Cr, Zn, K, Mg, Pb, silica,
Mn, Cu, Ni, Al,
Untuk zat yang berupa larutan dipipet sampel yang tersedia sebanyak 1 ml dan
dimasukkan ke tabung reaksi lalu ditambahkan aquadest pada sampel jika sampel
larut selanjutnya diukur kemagnetannya menggunakan magnet. Jiika tidak larut atau
terbentuk endapan tabung rekasi ditambahkan aquadest panas kemudian di tambahkan
larutan NaOH/ NaCl/ Na2SO4/ Na2S/ NH4OH/EDTA/ NH4Cl/ NaH2PO4. Kemudian
larutan dalam tabung reaksi di amati perubahannya dan diuji kemagnetannya dengan
digantungkan pada statif dan di dekatkan ke magnet lalu diamati.
Untuk sampel yang digunakan berupa padatan dilakukan pelarutan terlebih
dahulu di dalam tabung rekasi dengan tingkat daya pelarut berikut : aquadest,
aquadest panas, HCl encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat , dan air raja.
Kemudian setelah larut dinetralkan dengan NaOH dan diukur pH nya menggunakan
pH kertas, diamati perubahan. Jika tidak larut atau terbentuk endapan ditambahkan
NaOH/ NaCl/ Na2SO4/ Na2S/ NH4OH/EDTA/ NH4Cl/ NaH2PO4. Kemudian larutan
dalam tabung reaksi di amati perubahannya dan diuji kemagnetannya dengan
digantungkan pada statif dan di dekatkan ke magnet lalu diamati.

E. HASIL PENGAMATAN
a. Pembuatan Larutan
Perlakuan Pengamatan

1. NaH2PO4 0,1 dalam 50 mL

NaH2PO4 di timbang sebanyak 12 NaH2PO4 : serbuk berwarna putih


gram dan dimasukkan ke gelas Massa sebenarnya 12,0019 gram
kimia Aquadest berupa cairan tak
Ditambahkan aquadest dalam labu berwarna
takar 50 mL
Di homogenkan Menghasilkan larutan tidak
berwarna

2. MnO2 0,1 mol dalam 50 mL

MnO2 ditimbang sebanyak 8,7 gram MnO2 : serbuk berwarna hitam


dan dimasukkan ke gelas kimia Massa sebenarnya 8,7029 gram
Dilarutkan dalam labu takar 50 ml Aquadest : cairan tak berwarna
dengan aquadest Menghasilkan larutan berwarna
Dihomogenkan hitam

3. NaCl 0,05 mol dalam 50 mL

NaCl ditimbang sebanyak 2,925 NaCl berupa serbuk berwarna putih


gram dan dimasukkan ke gelas Massa sebenarnya : 2,9250 gram
kimia Aquadest : cairan tak berwarna
Dilarutkan dalam labu takar 50 ml Menghasilkan larutan tidak
dengan aquadest berwarna
Dihomogenkan

4. NaOH 0,05 mol dalam 50 mL

NaOH ditimbang sebanyak 2 gram NaOH : kristal berwarna putih


dan dimasukkan ke gelas kimia
Dilarutkan dalam labu takar 50 ml Aquadest : cairan tak berwarna
dengan aquadest Menghasilkan larutan tidak
Dihomogenkan berwarna

5. Na2SO4 0,05 mol 50mL

Na2SO4 ditimbang sebanyak 7,1 Na2SO4 : padatan berwarna putih


gram dan dimasukkan ke gelas Massa sebenarnya : 7,1000 gram
kimia
Dilarutkan dalam labu takar 50 ml Aquadest : cairan tak berwarna
dengan aquadest
Dihomogenkan Menghasilkan larutan tidak
berwarna

6. NaH2PO4 0,05 mol dalam 50 mL

NaH2PO4 ditimbang sebanyak NaH2PO4 : serbuk berwarna putih


5,9985 gram dan dimasukkan ke Massa sebenarnya : 5,9985 gram
gelas kimia
Dilarutkan dalam labu takar 50 Aquadest : cairan tak berwarna
ml dengan aquadest
Dihomogenkan Menghasilkan larutan tidak
berwarna

F. PERHITUNGAN DAN HASIL REAKSI


a) Perhitungan
1. 0,1mol NaOH dalam 50ml 1000
2M = 142,06 / 50
0,1
M== 0,05
= 2M
(=) massa = 14,206 gram
1000
M=

1000
4. 0,1mol Na2S dalam 50ml
2M = 40 / 50 0,05
M== 0,05
= 2M
(=) massa = 4 gram
1000
M=
2. 0,1mol NaCl dalam 50ml

0,1 1000
M= = = 2M 1 M = 78,042 / 50
0,05
(=) massa = 4,81 gram
1000
M=
5. 0,1mol NaH2PO4 dalam 50ml
0,05

2M = 58,5 / 50
1000 M== 0,05
= 2M
1000
M=

(=) massa = 5,85gram
1000
1M=
119,98 / 50
3. 0,1mol Na2SO4 dalam 50ml
0,1
(=) massa = 11,99 gram
M== 0,05
= 2M
6. 0,1mol NH4OH dalam 50ml
1000 10 25 0,91 /3 10
M= M=
= 35,05 /

= 6,49 M
V 1 M1 = V 2 M 1
V1 6,49M = 50ml 2M
(=) V1 = 15,49ml
7. 01mol EDTA dalam 50ml
0,05
M= = = 2M
0,05
1000
M=

1000
2M=
372,24 / 50

(=) massa = 37,224 gram


8. 0,1mol Na2CO3 dalam 50ml
0,05
M= = = 2M
0,05
1000
M=

1000
2M = 105,99 / 50

(=) massa = 10,589 gram


9. 0,1mol NH4Cl dalam 50ml
0,05
M= = = 2M
0,05
1000
M=

1000
2M = 53,5 / 50

(=) massa = 5,25 gram


10.Aqua Regia 50ml
HCl : HNO3 1:3
3
HCl = 50ml = 37,5ml
4
1
HNO3 = 50ml 4 = 12,5ml
b) Persamaan reaksi
Uji Kelarutan
NaCl(aq) + NaOH(aq)NaOH(aq) + NaCl(s)
NaCl(aq) + NaCl(aq) NaCl(aq) + NaCl(s)
NaCl(aq) + Na2S (aq) Na2S (aq) +2 NaCl(s)
NaCl(aq) + Na2HPO4(aq) Na2HPO4(aq) + 2 NaCl(s)
NaCl(aq) + Na2SO4(aq) Na2SO4(aq) + 2NaCl (s)
NaCl(aq) + EDTA (aq) (Na-EDTA)+ + Cl-
NaCl(aq) + NH4OH (aq) NaOH(aq) + NH4Cl(aq)
NaCl(aq) + Na2CO3(aq) Na2CO3(aq)+ 2NaCl (s)
NaCl(aq) + NH4Cl (aq) NH4Cl (aq) +NaCl(s)

KCl(aq)+ NaOH(aq)KOH (aq) +NaCl(l)
KCl(aq)+ NaCl(aq) KCL(aq) + NaCl(l)
KCl(aq)+ Na2S (aq) NaCl(l)+ K2S(aq)
KCl(aq)+ Na2HPO4(aq) KHPO4(aq)+ NaCl(l)
KCl(aq)+ Na2SO4(aq) K2SO4(aq)+ NaCl(l)
KCl(aq)+ EDTA (aq) (K-EDTA) (aq)+ Cl- (l)
KCl(aq)+ NH4OH (aq) KOH (aq)+ NH4Cl (aq)
KCl(aq)+ Na2CO3(aq) K2CO3(aq)+ NaCl(l)
KCl(aq)+ NH4Cl (aq) NH4Cl (aq) +KCl(aq)

MgSO4 (aq)+ NaOH(aq)Na2SO4(aq)+ Mg (OH)2 (g)


MgSO4 (aq)+ NaCl(aq) Na2SO4(aq)+ MgCl2
MgSO4 (aq)+ Na2S (aq) Na2SO4(aq)+ MgS
MgSO4 (aq)+ Na2HPO4(aq) Na2SO4(aq)+MgHPO4(aq)
MgSO4 (aq)+ Na2SO4(aq) Na2SO4(aq)+MgSO4 (aq)
MgSO4 (aq)+ EDTA (aq) Mg (EDTA) + SO42-(g)
MgSO4 (aq)+ NH4OH (aq) (NH4)2SO4(aq)+ Mg (OH)2(g)
MgSO4 (aq)+ Na2CO3(aq) Na2SO4(aq)+ MgCO3(aq)
MgSO4 (aq)+ NH4Cl (aq) (NH4)2SO4(aq)+ MgCl2(aq)

Pb(3COO)2 (aq)+2 NaOH(aq) 23 COONa (aq) + Pb (OH)2 (s)
Pb(3COO)2 (aq)+ 2NaCl(aq) 23COONa (aq)+ PbCl2(aq)
Pb(3COO)2 (aq)+ Na2S (aq) 23COONa (aq)+PbS(aq)
Pb(3COO)2 (aq)+ Na2HPO4(aq) 23 COONa (aq)+ PbHPO4(aq)
Pb(3COO)2 (aq)+ Na2SO4(aq) 23COONa (aq)+PbSO4 (aq)
Pb(3COO)2 (aq)+ EDTA (aq) Pb (EDTA) (aq)+ 23 COO(g)
Pb(3COO)2 (aq)+ NH4OH (aq) 23COO NH4 (aq)+Pb (OH)2 (s)
Pb(3COO)2 (aq)+ Na2CO3(aq) 23COONa (aq)+ PbCO3(aq)
Pb(3COO)2 (aq)+ NH4Cl (aq) 23COO NH4 (aq)+PbCl2(aq)

CuSO4 (aq)+ 2NaOH (aq)Cu(OH)2 (s)+Na2SO4(aq)

CuSO4 (aq)+ 2NaCl (aq) CuCl2 (aq)+Na2SO4(aq)


CuSO4 (aq)+ Na2S (aq) CuS(aq)+Na2SO4(aq)
CuSO4 (aq)+ 2Na2HPO4(aq) CuHPO4(aq)+Na2SO4(aq)
CuSO4 (aq)+ Na2SO4(aq) Na2SO4(aq)+CuSO4 (aq)
CuSO4 (aq)+ EDTA (aq) Cu (EDTA) (aq)+SO4 (g)
CuSO4 (aq)+ NH4OH (aq) (NH4)2SO4(aq)+ Cu(OH)2 (s)
CuSO4 (aq)+ Na2CO3(aq) CuCO3(aq)+Na2SO4(aq)
CuSO4 (aq)+ 2NH4Cl (aq) (NH4)2SO4(aq)+ CuCl2(aq)

CaCO3(aq) + 2NaOH(aq) Na2CO3(aq) + Ca(OH)2(aq)


CaCO3(aq) + 2NaCl(aq) Na2CO3(aq) + CaCl2(aq)
CaCO3(aq) + Na2S(aq) Na2CO3(aq) + CaS(aq)
CaCO3(aq) + 2NaHPO4(aq) Na2CO3(aq) + CaH2SO4(aq)
CaCO3(aq) + Na2SO4(aq) Na2CO3(aq) + CaSO4(aq)
CaCO3(aq) + EDTA(aq) Ca(EDTA)(aq) + CO32-(aq)
CaCO3(aq) + Na2CO3(aq) Na2CO3(aq) + CaCO3(aq)
CaCO3(aq) + 2NH4Cl(aq) NH4CO2(aq) + CaCl2(aq)

FeSO4(aq) + 2NaOH(aq) Na2SO4(aq) + Fe(OH)2(aq)


FeSO4(aq) + 2NaCl(aq) Na2SO4(aq) + FeCl2(aq)
FeSO4(aq) + Na2S(aq) Na2SO4(aq) + FeS(aq)
FeSO4(aq) + 2NaHPO4(aq) Na2SO4(aq) + FeH2PO4(aq)
FeSO4(aq) + Na2SO4(aq) Na2SO4(aq) + FeSO4(aq)
FeSO4(aq) + EDTA(aq) Fe(EDTA)(aq) + SO42-(aq)
FeSO4(aq) + 2NH4OH(aq) (NH4)2SO4(aq) + Fe(OH)2(aq)
FeSO4(aq) + Na2CO3(aq) Na2SO4(aq) + FeCO3(aq)
FeSO4(aq) + 2NH4Cl(aq) (NH4)SO4(aq) + FeCl3(aq)

CaCl2(aq) + 2NaOH(aq) 2NaCl(aq) + Ca(OH)2(s)


CaCl2aq) + 2NaCl(aq) 2NaCl(aq) + CaCl2(aq)
CaCl2(aq) + Na2S(aq) 2NaCl(aq) + Ca2S(aq)
CaCl2(aq) + 2NaH2PO4(aq) 2NaCl(aq) + Ca(H2PO4)2(aq)
CaCl2(aq) + Na2SO4(aq) 2NaCl(aq) + CaSO4(aq)
CaCl2(aq) + EDTA(aq) Ca(EDTA)(aq) + 2Cl-(aq)
CaCl2(aq) + 2NH4OH(aq) 2NH4Cl(aq) + Ca(OH)2(aq)
CaCl2(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + CaCO3(aq)
CaCl2(aq) + NH4Cl(aq) NH4Cl(aq) + CaCl2(aq)

K2CrO4(aq) + 2NaOH(aq) Na2CrO4(aq) + 2KOH(aq)


K2CrO4(aq) + 2NaCl(aq) Na2CrO4(aq) + 2KCl(aq)
K2CrO4(aq) + Na2S(aq) Na2CrO4(aq) + K2S(aq)
K2CrO4(aq) + NaHPO4(aq) Na2CrO4(aq) + K2HPO4(aq)
K2CrO4(aq) + Na2SO4(aq) Na2CrO4(aq) + K2SO4(aq)
K2CrO4(aq) + EDTA(aq) (K-EDTA)+(aq) + CrO42-(aq)
K2CrO4(aq) + 2NH4OH(aq) (NH4)2CrO4(aq) + 2KOH(aq)
K2CrO4(aq) + Na2CO3(aq) Na2CrO4(aq) + K2CO3(aq)
K2CrO4(aq) + 2NH4Cl(aq) (NH4)2CrO4(aq) + 2KCl3(aq)

NaH2PO4(aq) + NaOH(aq) NaOH(aq) + NaH2PO4(aq)


NaH2PO4(aq) + NaCl(aq) NaCl(aq) + NaH2PO4(aq)
NaH2PO4(aq) + Na2S(aq) Na2S(aq) + NaH2PO4(aq)
NaH2PO4(aq) + EDTA(aq) Na(EDTA)(aq) + H2PO4-(aq)
NaH2PO4(aq) + NH4OH(aq) Na(OH)(s) + NH4H2PO4(aq)
NaH2PO4(aq) + Na2CO3(aq) Na2CO3(aq) + NaH2PO4(aq)

Al2(SO4)3 (aq)+ NaOH(aq)Na2(SO4)3(aq)+ Al2 (OH)2 (g)


Al2(SO4)3 (aq)+ 6NaCl(aq) 3Na2SO4 (aq)+ Al2Cl6
Al2(SO4)3 (aq)+ 3Na2S (aq) 3Na2SO4(aq)+ Al2S3
Al2(SO4)3 (aq)+ Na2HPO4(aq) Na2SO4(aq)+ Al2HPO4(aq)
Al2(SO4)3 (aq)+ Na2SO4(aq)
Al2(SO4)3 (aq)+ EDTA (aq) Al2 (EDTA) + 3SO42-(g)
Al2(SO4)3 (aq)+ NH4OH (aq) (NH4)2(SO4)3 (aq)+ Al2 (OH)2 (g)
Al2(SO4)3 (aq)+ 3Na2CO3(aq) 3Na2SO4(aq)+ Al2(CO3)3(aq)
Al2(SO4)3 (aq)+ NH4Cl (aq) (NH4)2(SO4)3 (aq)+ Al2Cl2(aq)

MnO2(aq) + 2NaOH(aq) Na2O2(aq) + Mn(OH)2(aq)


MnO2 (aq) + 2NaCl(aq) Na2SO4(aq) + MnCl2(aq)
MnO2 (aq) + Na2S(aq) Na2O2(aq) + MnS(aq)
MnO2 (aq) + 2NaHPO4(aq) Na2SO4(aq) + MnH2PO4(aq)
MnO2 (aq) + Na2SO4(aq) Na2O2(aq) + MnSO4(aq)
MnO2 (aq) + EDTA(aq) Mn(EDTA)(aq) + O2-(aq)
MnO2 (aq) + 2NH4OH(aq) (NH4)2O2(aq) + Mn(OH)2(aq)
MnO2 (aq) + Na2CO3(aq) Na2O2(aq) + MnCO3(aq)
MnO2 (aq) + 2NH4Cl(aq) (NH4) 2SO4(aq) + MnCl2(aq)

Zn (aq) + 2NaOH(aq) Zn(OH)2(aq) + 2Na+

Zn (aq) + 2NaCl(aq) ZnCl2(aq) + 2Na+


Zn (aq) + Na2S(aq) ZnS(aq) + 2Na+
Zn (aq) + 2NaHPO4(aq) ZnH2PO4(aq) + 2Na+
Zn (aq) + Na2SO4(aq) ZnSO4(aq) + 2Na+
Zn (aq) + EDTA(aq) Zn(EDTA)(aq)
Zn (aq) + 2NH4OH(aq) Zn(OH)2(aq) + 2NH4+
Zn (aq) + Na2CO3(aq) ZnCO3(aq) + 2Na+
Zn (aq) + 2NH4Cl(aq) ZnCl2(aq) + 2NH4+

NiSO4(aq) + 2NaOH(aq) Na2SO4(aq) + Ni(OH)2(aq)


NiSO4(aq) + 2NaCl(aq) Na2SO4(aq) + NiCl2(aq)
NiSO4(aq) + Na2S(aq) Na2SO4(aq) + NiS(aq)
NiSO4(aq) + 2NaHPO4(aq) Na2SO4(aq) + NiH2PO4(aq)
NiSO4(aq) + Na2SO4(aq) Na2SO4(aq) + NiSO4(aq)
NiSO4(aq) + EDTA(aq) Ni(EDTA)(aq) + SO42-(aq)
NiSO4(aq) + 2NH4OH(aq) (NH4)2SO4(aq) +Ni(OH)2(aq)
NiSO4(aq) + Na2CO3(aq) Na2SO4(aq) + NiCO3(aq)
NiSO4(aq) + 2NH4Cl(aq) (NH4)SO4(aq) + NiCl3(aq)

Si (aq) + 2NaOH(aq) Si(OH)2(aq) + 2Na+

Si (aq) + 2NaCl(aq) SiCl2(aq) + 2Na+


Si (aq) + Na2S(aq) SiS(aq) + 2Na+
Si (aq) + 2NaHPO4(aq) SiH2PO4(aq) + 2Na+
Si (aq) + Na2SO4(aq) SiSO4(aq) + 2Na+
Si (aq) + EDTA(aq) Si(EDTA)(aq)
Si (aq) + 2NH4OH(aq) Si(OH)2(aq) + 2NH4+
Si (aq) + Na2CO3(aq) SiCO3(aq) + 2Na+
Si (aq) + 2NH4Cl(aq) SiCl2(aq) + 2NH4+

Karbon
C(s) + H2O(l) C(s) + H2O(l)
C(s) + HCl(l) C(s) + HCl(l)
C(s) + HNO3(l) C(s) + HNO3(l)
C(s) + HCl(l) + HNO3(l) C(s) + HCl(l) + HNO3(l)
FeSO4
FeSO4(s) + H2O(l) FeSO4(aq) + H2O(aq)
PbSO4
PbSO4(s) + H2O(l) PbSO4 (s) + H2O(l)
PbSO4(s) + HCl(l) PbSO4(s) + HCl(l)
PbSO4(s) + HNO3(l) PbSO4(s) + HNO3(l)
PbSO4(s) + HCl(l) + HNO3(l) PbSO4 (s) + HCl(l) + HNO3(l)
Zn
Zn(s) + H2O(l) Zn(s) + H2O(l)
Zn(s) + HCl(l) Zn(s) + HCl(l)
Zn(s) + HNO3(l) ZnNO3(aq) + H+(aq)
CaCO3
CaCO3(s) + H2O(l) CaCO3(s) + H2O(l)
CaCO3(s) + HCl(l) CaCl2(aq) + HCO3(aq)
CaCl2
CaCl2(s) + H2O(l) CaCl2(aq)
KCl
KCl(s) + H2O(l) KCl(aq)
NaCl
NaCl (s) + H2O(l) NaCl(aq)
Al2(SO4)3
Al2(SO4)3(s) + H2O(l) Al2(SO4)3(aq)
NaH2PO4
NaH2PO4(s) + H2O(l) NaH2PO4(aq)
MgSO4
MgSO4(s) + H2O(l) MgSO4(aq)
CuCH3(COO)2
CuCH3(COO)2(s) + H2O(l) CuCH3(COO)2(aq)
NiSO4
NiSO4(s) + H2O(l) NiSO4(aq)
K2Cr2O7
K2Cr2O7(s) + H2O(l) K2Cr2O7(aq)
Silica gel
Si(s) + H2O(l) Si(s) + H2O(l)
Si(s) + HCl(l) Si(s) + HCl(l)
Si(s) + HNO3(l) Si(s) + HNO3(l)
Si(s) + HCl(l) + HNO3(l) Si(s) + HCl(l) + HNO3(l)
MnO2
MnO2(s) + H2O(l) MnO2(aq)

G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan kali ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Kelaruta setiap unsur berbeda tergantung pada sifat kepolaran atau sifat logamnya
dan larutan yang paling mudah larut dalam aquades yaitu NaH2PO4 , CaCl2 ,
FeSO4, K2Cr2O7, KCl, PbCOOHCH3, MgSO4 , Al2(SO4)3, MnO2, CuSO4, NiSO4,
NaCl. Sedangkan larutan yang tidak larut dalam air raja yaitu karbon, silika
larutan yang sulit larut yaitu CaCO3 dan Zn
2. Sifat kemagnetan suatu unsur menunjukkan kekuatan logam tersebut dan yang
teruji positif pada bentuk padatan adalah , FeSO4 ,MnO2, NiSO4, CaCO3 ,

MgSO4.Pada bentuk larutannya CaCl2.


H. Daftar Pustaka

Harvey, David.2000.modern analytical of chemistry. Chicago:McGrawHill press

Saito, Taro.1996.Buku Teks Kimia Anorganik Online.Tokyo:iwanami press

Suhendar, Dede. 2013. kimia anorganik III. Bandung: UIN SGD.


http://alfina30.blogspot.com/2014/07/ciri-ciri-terjadinya-reaksi-kimia-dalam.html

http://la-randy.blogspot.com/2012/12/makalah-kimia-unsur.html

Hiskia.Achmad.1990. Penuntun Kimia Anorganik. FMIPA.ITB Bandung.

Petrucci, Riaph. 1987. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.

Sutrisno. E.T. dan Nurminabari.I.S.2010. penuntun praktikum kimia dasar.


Universitas Pasundan: Bandung
Anonim. (2016, April 25). Kelarutan. Retrieved Oktober 3, 2017, from www.google.com:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kelarutan

Antonia, M. (2016, Maret 9). Uji Kelarutan. Retrieved Oktober 5, 2017, from
www.google.com: https://id.scribd.com/doc/303306465/Uji-Kelarutan

Joshua. (2016, Mei 15). Kimia Unsur. Retrieved Oktober 4, 2017, from www.google.com:
http://www.slideshare.net/joshutoso/kimia-unsur-28234895

Svehla, G. (1985). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian I
Edisi V. In I. Setiano. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.

Yudi. (2016, April 12). Kimia Unsur. Retrieved Oktober 1, 2017, from www.google.com:
http://tanya-tanya.com/kimia-unsur-gas-mulia-halogen-alkali-alkali-tanah/

Anda mungkin juga menyukai