OLEH :
NIM : 4191131031
JURUSAN : KIMIA
MEDAN
I. JUDUL : ANALISIS KATION GOLONGAN IV DAN KATION GOLONGAN V
II. TUJUAN :
1. Mengidentifikasi kation golongan IV pada sampel.
2. Mengidentifikasi kation golongan V pada sampel.
3. Mengetahui perubahan yang terjadi pada penambahan reagen NaOH pada masing-masing
sampel.
Golongan kation keempat terdiri dari Barium(Ba2+), Strontium (Sr2+), dan juga
Kalsium (Ca2+). Reagensia golongan yang digunakan yairu larutan ammonium karbonat 1 M,
reagensia ini tidak berwarna, dan memperlihatkan reaksi basa karena hidrolisis.Reagensia
terurai oleh asam-asam (bahkan oleh asam asetat) pada mana terbentuk gas karbondioksida.
Reagensia harus dipakai dalam suasana netral atau sedikit basa. Kation-kation golongan ini
tidak bereaksi dengan asam klorida, hydrogen sulfida, ataupun ammonium sulfida, tetapi
ammonium karbonat (jika ada ammonia atau ion ammonium dalam jumlah yang sedang)
membentuk endapan-endapan putih. Uji ini harus dijalankan dalam larutan netral atau basa.
Endapan-endapan yang terbentuk dengan reagensia golongan adalah barium karbonat BaCO3,
strontium karbonat SrCO3, dan kalsium karbonat CaCO3. Kation golongan kelima adalah
Magnesium Mg2+, Natrium Na+, Kalium Ca2+, dan Amonium NH4+. Tidak ada reagensia
umum untuk gkation-kation golongan ini. Kation-kation golongan kelima tidak bereaksi
dengan asam klorida, hydrogen sulfida, ammonium sulfida, atau (jika ada serta garam-garam
ammonium) dengan ammonium karbonat. Reaksi-reaksi khusus atau uji nyala dapat dipakai
untuk mengidentifikasi kation-kation golongan ini. Dari kation-kation golongan ini,
magnesium memperlihatkan reaksi-reaksi dari kation-kation dalam golongan ke empat,
namun, magnesium karbonat dengan adanya garam aminonium, larut , maka dalam
pengerjaan analisis sistematis (pada mana garam-garam ammonium bertambah jumlahnya
dengan banyak sekali dalam larutan) magnesium tak akan mengendap bersama kation
golongan ke empat (Svehla, 1979).
Kalium merupakan kation penting dalam cairan intraselular yang berperan dalam
keseimbangan pH dan osmolalitas. Kekurangan kalium umumnya disebabkan karena ekskresi
yang berlebihan melalui ginjal dan karena muntah-muntah yang berlebihan atau diare yang
hebat (Maharani, 2012) . Natrium adalah kation utama dalam darah dan cairan ekstraseluler
yang mencakup 95% dari seluruh kation. Oleh karena itu, mineral ini sangat berperan dalam
pengaturan cairan tubuh, termasuk tekanan darah dan keseimbangan asam basa. serta
berperan pada regulasi tekanan osmotisnya juga pada pembentukan perbedaan potensial
(listrik) yang perlu bagi kontraksi otot dan penerusan impuls di saraf (Pardede & Muftri,
2011). Ekskresi natrium terutama dilakukan oleh ginjal. Pengaturan eksresi ini dilakukan
untuk mempertahankan homeostasis natrium, yang sangat diperlukan untuk mempertahankan
volume cairan tubuh (Yaswir & Ferawati, 2012). Kandungan kalium dan natrium pada
tumbuhan berkhasiat sebagai diuretik dan pemecah batu ginjal. Kalium akan bereaksi dengan
batu ginjal yang berupa kalsium karbonat membentuk kalium karbonat (Yulianti.dkk.,2015).
Magnesium dan amonium berada dalam beberapa sumber air dialam. Magnesium
dalam bentuk ion maupun senyawa terdapat pada sumber air seperti laut, sungai dan air
hujan, selain itu juga dapat ditemukan dalam limbah cair industri kimia. Keberadaan
magnesium di lingkungan perairan berperan sebagai mineral penting bagi makhluk hidup,
namun magnesium juga dapat mengakibatkan masalah kesadahan air. Amonium dalam
perairan sawah berperan sebagai sumber nitrogen bagi tanaman, namun keberadaan amonium
di perairan dengan konsentrasi yang besar dapat menimbulkan bau yang tidak sedap dan
berbahaya, karena amonium akan berinteraksi dengan oksigen membentuk ion-ion nitrit dan
nitrat yang mengikat hemoglobin (Hb) darah serta menghalangi ikatan Hb dengan oksigen
(O2) sehingga tubuh akan kekurangan O2 (Lubis, 1987). Nilai ambang batas keberadaannya
telah ditetapkan oleh pemerintah melalui keputusan Menteri Lingkungan Hidup tahun 1995
berkisar 1-2,5 maksimal mg/L (Kholifa.dkk.,2018).
Penentuan kadar besi dan kalsium dapat dilakukan dengan berbagai metode analisis,
antara lain dengan metode spektrofotometer serapan atom (SSA). Digunakan metode SSA
karena metode ini sangat tepat untuk analisis zat dengan konsentrsi rendah dengan ketelitian
yang cukup tinggi, untuk dapat menggunakan metode tersebut terlebih dahulu dilakukan
tahap destruksi. Destruksi yang umum dipakai untuk menentukan komponen mineral yang
ada dalam bahan makanan yaitu destruksi basah dan destruksi kering, destruksi basah
dilakukan dengan penambahan pereaksi asam tertentu baik tunggal maupun campuran ke
dalam bahan yang akan dianalisis. Pelarut-pelarut yang dapat digunakan untuk destruksi
basah antara lain asam nitrat (HNO3), asam sulfat (H2SO4), asam perklorat (HClO4) dan
asam klorida (HCl), kesempurnaan destruksi ditandai dengan diperolehnya larutan jernih
pada larutan destruksi yang menunjukkan bahwa semua konstituen yang ada telah larut
sempurna atau perombakan senyawa-senyawa organik telah berjalan dengan baik, sedangkan
destruksi kering dilakukan dengan pengabuan sampel pada suhu pemanasan tertentu
(Suryaningsih.dkk.,2018).
1 Tabung Reaksi -
10 Buah
2 Rak tabung reaksi -
1 Buah
3 Pipet tetes -
10 Buah
B. BAHAN
No Nama Bahan Rumus Konsentrasi Wujud Warna Jumlah
Kimia
Identifikasi Ca2+
Larutan CaCl2
Identifikasi Ba2+
Larutan BaCl2
Larutan Sr2+
Untuk uji nyala, dimasukkan 1 pipet larutan sampel ke dalam cawan penguap,
lalu dikeringkan dengan menggunakan pembakar spiritus.
Tambahkan 3 tetes H2SO4 ke dalam cawan penguap.
Larutan MgSO4
Identifikasi NH4+
Larutan NH4OH
Larutan KBr
Identifikasi Na+
LarutanDimasukkan
NaCl ke dalam tabung reaksi 1,2,3 dan 4
Pada tabung 1 tambahkan larutan HCl,
Pada tabung 2 tambahkan larutan NaOH
Pada tabung 3 tambahkan larutan AgNO3
Pada tabung 4 tambahkan larutan PbCl2
Larutan NaCl ditambah larutan HCl mengasilkan larutan bening
Larutan NaCl ditambah larutan NaOH menghasilkan larutan bening
Larutan NaCl ditambah larutan AgNO3 menghasilkan larutan berwarna
putih
Larutan NaCl ditambah larutan PbCl2 menghasilkan larutan berwarna
putih
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN
a) Kation Golongan IV
b) Kation Golongan V
B. REAKSI-REAKSI
1. Reaksi - reaksi pada kation golongan IV
1) Ca2+
CaCl2(aq) + 2 NaOH(aq) 2 NaCl (aq) + Ca(OH)2(s) ↓
2 CaCl2(aq) + K4Fe(CN)6(aq) Ca2(Fe(CN)6)(s) ↓ + 4KCl(aq)
CaCl2(aq) + Na2S(aq) CaS(s) ↓ + 2NaCl(aq)
2) Ba2+
BaCl2(aq) + 2 NaOH(aq) Ba(OH)2 (aq) + 2 NaCl (aq)
BaCl2(aq) + (NH4)2C2O4(aq) BaC2O4(s) ↓ + 2NH4Cl(aq)
BaCl2(aq) + K2CrO4(aq) BaCrO4 (s) ↓+ 2 KCl (aq)
BaCl2(aq) + H2SO4(aq) BaSO4(s) ↓ +2HCl(aq)
BaCl2(aq) + Na2S(aq) 2 NaCl (aq) + BaS (aq)
3) Sr2+
Sr2+(aq) + Na2CO3(aq) SrCO3(aq) + 2Na+
Sr2+(aq) + (NH4)2C2O3(aq) SrCO3(s)↓ + (NH4)2CO(aq)
2 Sr2+(aq) + 2 (NH4)2C2O4(aq) Sr2(C2O4)2(s)↓ + 4NH4(aq)
Sr2+(aq) + H2SO4(aq) SrSO4(s)↓+ 2H+
Sr2+(aq) + K2CrO4(aq) Sr2(CrO4)2(s) )↓ + 2K+
Sr2+(aq) + CaSO4(aq) SrSO4(s)↓+ Ca+
2) K+
KBr(aq) + Na2S(aq) K2S(s)↓ + NaBr(aq)
3KBr(aq) + Na3CO(NO2)(aq) K3(Co(NO2)6)(s)↓ + 3NaBr(aq)
3) NH4+
2 NH4OH(aq) + HgCl2(aq) 2 H2O(l) + NH4Cl(s)↓ + Hg(NH2)Cl(aq)
4) Mg2+
MgSO4(aq) + NaOH(aq) Na2SO4 (aq) + Mg(OH)2 (s)↓
MgSO4(aq) + Na2CO3(aq) Na2SO4 (aq) + MgCO3 (s)↓
MgSO4(aq) + Na2S(aq) MgS(s) ↓+ Na2SO4(aq)
C. PEMBAHASAN
a) Kation golongan IV
1) Identifikasi Ca2+
Secara Teori : pengujian kalsium dapat dilakukan dengan menambahkan reagen
kalium heksasianoferat (II). Hasil positif apabila diperoleh endapan berwana
putih. Endapan ini merupakan endapan garam campuran.
Secara Praktikum : penambahan reagen K4Fe(CN)6 pada larutan sampel
menghasilkan endapan berwarna putih kekuningan. Hasil tersebut embuktikan
terdapat kation Ca2+ dalam sampel tersebut.
2) Identifikasi Ba2+
Secara Teori : kation barium dapat diidentifikasi dengan menambahkan larutan
asam sulfat encer. Hasil positif apabila terdapat endaan putih barium sulfat BaSO4
yang berbutir halus, berat, dan praktis tidak larut dalam air, hamper larut dalam
asam encer, dan dalam larutan ammonium sulfat, dan larut cukup baik dalam asam
sulfat pekat mendidih.
Secara Praktikum : pada penambahan reagen H2SO4 kedalam larutan sampel,
diperoleh hasil bahwa larutan tersebut terdapat endapan berwarna putih. Hal ini
berarti dalam larutan sampel positif terdapat kandungan kation Ba2+
3) Identifikasi Sr2+
Secara Teori : kation strontium dapat diidentifikasi dengan menambahkan reagen
kalium kromat dan positif bila terdapat endapan berwarna kuning strontium
kromat. Endapan larut agak banyak dalam air, maka tak terjadi endapan dalam
larutan strontium yang encer. Endapan larut dalam asam asetat dan asam-asam
mineral. Pada uji nyala, senyawa-senyawa strontium yang mudah menguap
memberi warna merah karmin yang khas pada nyala Bunsen.
Secara Praktikum : pada pengujian strontium dengan penambahan reagen kalium
kromat diperoleh hasil bahwa larutan sampelmenghasilkan endaoan berwarna
kuning. Pada pengujian nyala, strontium memberikan warna merah pada nyala
Bunsen. Hal ini berarti hasil praktikum sesuai dengan teori yang ada.
b) Kation golongan V
1) Identifikasi Na+
Secara Teori : Natrium adalah logam putih perak yang lunak. Natrium mudah
teroksidasi dengan cepat dalam udara lembab, maka harus disimpan terendam
sepenuhnya dalam pelarut nafta atau silena. Dalam garam-garamnya natrium
berada sebagai kation monovalent Na+. garam-garam ini membentuk larutan tak
berwarna kecuali jika anionnya berwarna.
Secara Praktikum : pada saat larutan sampel (NaCl) ditambahkan dengan NaOH,
larutan yang dihasilkan tetap berwarna bening. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa garam-garam natrium membentuk larutan yang tak berwarna
kecuali jika anionnya berwarna.
2) Identifikasi K+
Secara Teori : Kation kalium dapat diidentifikasi dengan menggunakan reagen
asam tartarat (larutab batrium hydrogen tartrat). Hasil positif apabila terdapat
endapan kristalin putih kalium hydrogen nitrat.
Secara Praktikum : pada penambahan sampel dengan asam tartarat diperoleh
endapan berwarna putih. Hal ini berarti terdapat kation K +dalam larutan sampel
tersebut.
3) Identifikasi Mg2+
Secara Teori : kation magnesium dapat dipidentifikasi dengan menggunakan
reagen berupa lrutan natrium hidroksida. Endapan putih magnesium hidroksida
akan dihasilkan dalam pencampuran ini.
Secara Praktikum : larutan sampel yang ditambahkan dengan natrium hidroksida
menghasilkan endapan berwarna putih. Hal ini sesuai berarti dalam larutan sampel
tersebut terdapat kation Mg2+ di dalamnya.
4) Identifikasi NH4+
Secara Teori : untuk mengidentifikasi kation dapat dilakukan dengan
menambahkan reagen berupa larutan natrium hidroksida. Dari penambahan
tersebut akan dilepaskan gas ammonia ketika dipanaskan. Kation ini dapat
diidentifikasikan dari baunya, terbentuknya uap putih, dan dari fakta bahwa gas
tersebut mengubah lakmus merah menjadi biru.
Secara Praktikum : sampel yang ditambahkan dengan larutan natrium hidroksida
menimbulkan gas yang membuat kertas lakmus merah berubah menjadi biru. Hal
ini berarti dalam sampel tersebut terdapat kation NH4+ yang bersifat basa.
VII. KESIMPULAN
1. Pada praktikum inidiperoleh bahwa kation golongan 4 yang ditemukan dalam sampel
yaitu Ca2+, Ba2+, dan juga Sr2+.
2. Pada praktikum inidiperoleh bahwa kation golongan 5 yang ditemukan dalam sampel
yaitu Na+, K+, Mg2+, dan juga NH4+.
3. Warna yang dihasilkan dalam identifikasi kation menggunakan reagen NaOH yaitu :
Ca2+(putih), Ba2+(putih), Mg2+(keruh), dan Na+(larutan bening).
VIII. DAFTAR PUSTAKA