Anda di halaman 1dari 15

PEMANFAATAN LUMPUR

SIDOARJO SEBAGAI BAHAN


CAMPURAN PEMBUATAN BETON
RINGAN DENGAN TAMBAHAN
PASTA FOAM
Pendahuluan
Perkembangan konstruksi bangunan saat ini sangat berkembang
pesat dalam pemanfaatan bahan baku materialnya. Saat ini Lumpur
Sidoarjo merupakan salah satu material buangan yang dapat
dimanfaatkan sebagai material alternatif untuk bahan bangunan,
apalagi mengingat kuantitasnya yang terus meningkat dengan tidak
disertai alternatif pembuangan yang rasional dan ramah lingkungan.
Maka penanganan yang tepat perlu dilakukan, yaitu dengan
memanfaatkan Lumpur Sidoarjo sebagai penyusun elemen
konstruksi, yang nantinya untuk diproduksi dalam skala industri
besar.
LUMPUR SIDOARJO
Lumpur panas Sidoarjo merupakan hasil luapan semburan lumpur di daerah Porong,
Sidoarjo. Luapan lumpur panas Sidoarjo terletak pada 10 km timurlaut dari Gunung
Penanggungan, di dekat sumur eksplorasi Banjarpanji-1, di Desa Reno Kenongo, Kecamatan
Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Luapan lumpur tersebut banyak mengandung
material vulkanis yang disertai gas, sehingga semburan gas tersebut dinamakan mud
volcano. Bencana luapan lumpur ini sudah terjadi hampir 7 tahun dan mengakibatkan
kerugian yang cukup besar, terutama bagi warga sekitar. Salah satu upaya untuk
mengurangi dampak kerugiannya adalah dengan memanfaatkannya. Lumpur panas yang
digunakan diambil pada posisi ±2 km dari pusat semburan dalam kondisi setengah basah.
Selanjutnya lumpur dicuci dengan menggunakan aquades dan dikeringkan pada suhu 80 oC
dengan menggunakan furnace. Selanjutnya sampel digerus dan diayak sehingga didapatkan
serbuk lumpur kering dengan ukuran 150 mesh yang akan diaktivasi. Proses aktivasi secara
kimia dilakukan dengan cara diaduk pada larutan NaOH 3M dan HCl 3M selama 15 menit
pada suhu 80 oC. Selanjutnya lumpur dikalsinasi pada suhu 200, 600, 800, dan 1000 oC
dengan menggunakan furnace sebelum akhirnya dilakukan karakterisasi.
Pasta Ringan
Pasta ringan yang dipakai merupakan pasta normal dengan nilai
kuat tekan tertinggi, dalam hal ini adalah seri OPC 20%, yang
ditambahkan dengan bahan pengembang yaitu foam. Untuk kemudian
dibandingkan dengan specimen pasta ringan dengan bahan
pengembang berupa aluminium powder dengan jumlah kandungan
OPC yang sama dengan specimen yang menggunakan bahan
pengembang berupa foam, yaitu OPC sebanyak 20%. Hal tersebut
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
jenis bahan pengembang terhadap kuat tekan yang dihasilkan oleh
benda uji tersebut. Namun hasil analisis kuat tekan itu juga sangat
bergantung dari jenis – jenis material yang digunakan juga.
Pembuatan Beton Ringan
(Kadek Bagus Widana Putra,2010) Pembuatan beton ringan
ini pada prinsipnya membuat rongga udara di dalam beton. Ada
tiga macam cara membuat beton aerasi, yaitu :
1. Yang paling sederhana yaitu dengan memberikan
agregat/campuran isian beton ringan. Agregat itu bisa berupa
batu apung, stereofoam, batu alwa, atau abu terbang yang
dijadikan batu.
2. Menghilangkan agregat halus (agregat halusnya disaring,
contohnya debu/abu terbangnya dibersihkan).
3. Meniupkan atau mengisi udara di dalam beton. Cara ketiga ini
terbagi lagi menjadi secara mekanis dan secara kimiawi.
Persiapan Material/Bahan Penyusun
Beton ringan

Lumpur sidoarjo Pasir Semen

Limbah
gypsum foam Kapur
Bahan Penyusun Beton ringan
Berikut ini akan dijelaskan sekilas mengenai bahan-bahan
yang digunakan dalam pembuatan Beton Ringan.
• Portland Cement (PC)
• Pasir
• Air
• Lumpur Sidoarjo
Berdasarkan hasil pengujian Depudi Bidang TPSA-BPPT,
hasil analisa lumpur Lapindo memiliki kandungan mineral dan
kimia yang cocok untuk pembuatan bahan keramik dan bahan
berdasar semen, terutama dengan kandungan silika yang sangat
tinggi.
• Limbah Gyipsum
Limbah gypsum dari PT MLP (Madulingga Perkasa), yang
merupakan hasil reaksi penetralan dari limbah cair pabrik (sebagian
besar kandungannya adalah sisa asam sulfat atau H2SO4) dari sisa proses,
yang kemudian mengalami reaksi penetralan dengan kapur (CaO) hingga
terjadi pengendapan gypsum (CaSO4). (Hasil Uji PT. MLP)(Hamzah,2006)
• Foam
Busa adalah sebuah substansi yang terbentuk dengan menjebak banyak
sekali gelembung gas dalam benda cair atau padat. Busa bisa pula
merujuk ke busa kuantum. Sering pula istilah ini dikaitkan dengan busa
poliuretan (karet busa), gabus sintetis maupun busa manufaktur lainnya.
Busa bisa pula dianggap sebagai sejenis koloid.
• Kapur
Kapur (Ca(OH)2) digunakan untuk membantu mempercepat reaksi
silika oksida (SiO2) pada campuran lumpur oven dan semen.
Kandungan senyawa Oksida Lumpur Bakar dengan analisa
XRF
No Senyawa % No Senyawa %
1 Fe2O3 42.22 9 CuO 0.23
2 SiO2 32 10 ZrO2 0.22
3 CaO 7 11 V2O5 0.12
4 Al2O3 5.8 12 Rb2O 0.11
5 K2O 4.51 13 Re2O7 0.1
6 SO3 2.6 14 Cr2O3 0.074
7 MnO 0.67 15 ZnO 0.07
8 SrO 0.43

Dari analisa di atas, komposisi senyawa oksida lumpur bakar yang dominan adalah
Al2O3, Fe2O3 dan SiO2, total dari ketiga mineral tersebut yaitu sebesar 80.02%.
Menurut ASTM C618 material digolongkan kedalam pozzolan jika mengandung
minimum 70% senyawa yang terdiri dari Al2O3, Fe2O3 dan SiO2. Sehingga lumpur
bakar dapat digolongkan kedalam pozzolanik material.
Hasil analisa kimia lumpur Lapindo di lokasi Siring
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Hasil Analisa
Kimia Lumpur Lapindo

Sumber : Depudi Bidang TPSA-BPPT


Reaksi Kimia
• Terjadinya karbonisasi dalam larutan zat kapur mudah
bereaksi dengan karbon dioksida di udara dan berubah
menjadi kalsium karbonat. Pasta semen berkisar 25 - 50 wt%
kalsium hidroksida CaOH2, yang berarti bahwa pH pasta
semen yang masih segar sedikitnya 12.5, dan pH pasta
semen yang terkarbonasi sekitar 7.
• Beton akan terkorbanisasi jika CO2 dari udara atau dari air
masuk ke dalam beton. Dapat dilihat dari reaksi di bawah:

Ca(OH)2 + CO2 -> CaCO3 + H2O


Kelebihan dan Kekurangan
Beton Ringan
Kekurangan
1. Karena ukurannya yang besar, untuk ukuran yang tanggung, akan
memakan waste yang cukup besar. Diperlukan keahlian tambahan
untuk tukang yang akan memasangnya, karena dampaknya berakibat
pada waste dan mutu pemasangan.
2. Perekat yang digunakan harus disesuaikan dengan ketentuan
produsennya, umumnya adalah semen instan.
3. Nilai kuat tekannya (compressive strength) terbatas, sehingga sangat
tidak dianjurkan penggunaan untuk perkuatan (struktural).
4. Harganya cenderung lebih mahal dari bata konvesional.
Kelebihan
1. Balok AAC mudah dibentuk.
2. Karena ukurannya yang akurat tetapi mudah dibentuk, sehingga
dapat meminimalkan sisasisa bahan bangunan yang tak terpakai.
3. AAC dapat mempermudah proses konstruksi.
4. Bobotnya yang ringan mengurangi biaya transportasi. Apalagi pabrik
AAC dibangun sedekat mungkin dengan konsumennya.
5. Karena ringan, tukang bangunan tidak cepat lelah. Sehingga cepat
dalam pengerjaannya.
6. Semennya khusus cukup 3 mm saja.
7. Mengurangi biaya struktur besi sloff atau penguat.
8. Mengurangi biaya penguat atau pondasi.
9. Waktu pembangunan lebih pendek.
10. Tukang yang mengerjakan lebih sedikit. Sehingga secara keseluruhan
bisa lebih murah dan efisien
Kesimpulan
Kandungan kimia dari lumpur bakar ini sebagian besar adalah oksida yang
digunakan sebagai pozzolan, yaitu 42.22 % Fe2O3 dan 32% SiO2. Mortar
ringan yang didapat sudah memenuhi standarisasi beton ringan menurut
Tjokrodimuljo, namun kekuatannya masih jauh dari yang diharapkan.
Mortar ringan pada benda uji adisi foam dengan kuat tekan tertinggi hanya
sebesar 1,6 MPa, berat volume nya 0,86 gr/cm3 (860 kg/m3). Penggunaan
foam mengurangi berat volume antara 45% sampai 49% daripada
campuran tanpa foam (Dibiantara, 2012). Sedangkan pada benda uji
dengan adisi aluminium powder kuat tekan yang paling tinggi sebesar 2,05
MPa dengan berat volume sebesar 0,691 gr/cm3 (691 Kg/m3 ).
Penggunaan adisi aluminum powder dalam penelitian ini membuat berat
volume campuran berkurang 57,18% sampai 68,31% daripada campuran
normal (Manfaluthy, 2012). Seluruh sampel yang dibuat belum memenuhi
standarisasi untuk kuat tekan beton ringan namun sudah memenuhi
persyaratan berat untuk beton ringan.
Sekian
Terimakasih
Di Susun oleh
-Nur Wulan Fitria
-Annisa Maharani
-Yuna Oktavia Ramadhani

Anda mungkin juga menyukai