04 ANALISIS HASIL
02 TINJAUAN PUSTAKA
05 KESIMPULAN DAN
SARAN PENELITIAN
METODOLOGI
03 PENELITIAN
1.
Pendahuluan
Sampel per Topik Skripsi
2. Balok Beton Bertulang dengan agregat kasar Cangkang Kelapa Sawit (OPS/Oil Palm Shell)
3. Balok beton bertulang dengan agregat kasar beton daur ulang (RAC/Recycled Agregate
Concrete)
Latar Belakang
Benda bergetar mungkin memiliki satu atau beberapa frekuensi alami. Frekuensi alami
berbeda dari frekuensi paksa , yang terjadi dengan menerapkan gaya ke suatu benda pada
kecepatan tertentu. Frekuensi paksa dapat terjadi pada frekuensi yang sama atau berbeda
dari frekuensi alaminya. Ketika frekuensi paksa tidak sama dengan frekuensi natural,
amplitudo gelombang yang dihasilkan kecil. Menurut UN-Habitat (2006), Selama terjadi
gempa bumi, fondasi bangunan dan tanah dasar bangunan bergerak mengikuti gaya
seismik (gaya gempa). Sebelum terjadi gempa bumi, seluruh elemen bangunan akan
berada pada posisi awalnya. Saat terjadi gempa bumi, tanah dasar bangunan dan lantai
satu pada bangunan akan bergerak mengikuti arah gaya seismik.
Latar Belakang
● Dengan sekitar 48 juta metrik ton pada tahun 2019 (Badan Pusat
Statistik, 2019), Indonesia menempati urutan nomor satu produsen
terbesar kelapa sawit terbesar di dunia. Oleh karena itu, pemanfaatan
cangkang kelapa sawit sebagai pengganti agregat kasar tentu dapat
mengurangi limbah yang dihasilkan industri kelapa sawit.
Rumusan Masalah
1. Agregat halus yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasir bangka yang diperoleh penulis dari
Adhimix Precast Indonesia Site Plant Casablanca.
2. Semen yang digunakan adalah semen Portland bermerek “Semen Tiga Roda”
3. Tulangan baja yang digunakan: BJTS 420B D13 mm dan BJTP 280 ɸ6 mm
4. Model balok beton bertulang yang dibuat berdimensi 15 x 25 x 300 cm3
5. Parameter perilaku dinamik yang diteliti adalah frekuensi natural.
6. Pengamatan lendutan menggunakan bantuan DIC (Digital Image Correlation) dan LVDT.
7. Penelitian baru akan dilakukan setelah beton berumur 28 hari
8. Beton yang digunakan adalah beton dengan mutu 22 MPa
9. Tulangan utama pada beton menggunakan tulangan baja D 13 dan 10 mm
10. Tulangan geser menggunakan baja D 6 mm
Hipotesis
1. Beton struktural dengan mutu 22 MPa bisa dipakai untuk struktur rumah sederhana.
2. Beton normal dengan tulangan mampu menahan pembebanan hingga beban tertentu.
3. Frekuensi natural balok pada awal pembebanan akan terus menurun hingga balok hancur
Hipotesis OPS
Hipotesis dari penelitian ini adalah balok beton OPS akan mengalami penurunan frekuensi alami
setiap selesainya siklus pembebanan.
2.
Tinjauan Pustaka
Karakteristik Dinamik
Karakteristik Dinamik
Dua cara eksperimen untuk mendapatkan karakteristik dinamik dari sebuah struktur,
yaitu pertama dengan melihat respons struktur terhadap beban dinamis, kedua dengan
melakukan komputasi respons struktur terhadap getaran bebas harmonik (Cruciat, 2012).
Adapun dua parameter karakteristik dinamik dari sebuah struktur yaitu frekuensi
alami dan rasio redaman. Ketiga penelitian ini akan fokus pada parameter frekuensi alami
struktur dengan jenis agregat yang berbeda-beda.
Karakteristik Dinamik
Sebuah struktur akan mengalami getaran bebas ketika diberikan eksitasi atau gaya
luar saat dalam keadaan seimbang. Setelah itu, respons tersebut diolah oleh penulis
hingga menjadi nilai frekuensi alami balok, yang merupakan karakteristik dinamik struktur
dari sampel yang diuji.
Adapun persamaan teoritis getaran bebas tanpa redaman, dengan keadaan p(t) = 0 adalah:
Accelerometer
Accelerometer adalah suatu sensor yang Triaxial accelerometer BeanDevice®
dipakai untuk mengukur kecepatan 2.4GHz AX-3D XRange
suatu benda atau objek. Outdoor wireless sensor network (WSN)
coordinator BeanGateway® 2.4GHZ
Modbus
Accelerometer dapat mengukur
percepatan dinamis dan juga statis.
Beton merupakan campuran yang terdiri dari semen portland atau semen hidrolis lainnya,
agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan
(Admixture) yang dicampur menjadi satu. (SNI 2847:2013)
Beton bertulang merupakan beton struktural yang ditulangi dengan tidak kurang dari jumlah
baja prategang atau tulangan non-prategang minimum. (SNI 2847:2013) balok beton
bertulang merupakan gabungan dari dua jenis material yaitu beton polos dan tulangan baja.
Beton merupakan material yang memiliki kekuatan tekan yang tinggi tetapi memiliki kuat
tarik yang sangat rendah. Dengan menambahkan tulangan baja maka akan menambahkan
kekuatan tarik yang diinginkan.
Beton Ringan
● Beton ringan didefinisikan sebagai beton yang memiliki kepadatan yang jauh lebih rendah
dibandingkan dengan beton yang menggunakan agregat dengan kepadatan normal;
seluruhnya terdiri dari agregat ringan atau kombinasi dari agregat ringan dan agregat dengan
kepadatan normal; kepadatan umumnya antara 1120 dan 1920 kg/m³ (ACI CT-13, 2013).
● Jurnal penelitian Farah Dini Sofyani tahun 2018 yang menjadi salah satu referensi untuk
penelitian skripsi ini, menggunakan kepadatan beton OPS sebesar 1792 kg/m³ dengan
kekuatan 22 MPa sehingga termasuk dalam kategori beton ringan
● Pada jurnal yang ditulis oleh Hussein M. Hamada yang mencakup 171 literatur, estimasi
densitas dari balok beton dengan agregat cangkang kelapa sawit lebih rendah 20-25% dari
beton normal dengan kekuatan beton OPS antara 20 MPa dan 35 MPa
Beton dengan Agregat Daur Ulang (RAC)
Hasil dari pecahan beton tersebut kemudian disaring dan menghasilkan 4 ukuran agregat yaitu
ukuran 30-20 mm, 10-20 mm, 5-10 mm, dan lebih kecil dari 5 mm yang berbentuk butiran pasir
(Marastuti, Tjahjono, & Arijoeni, 2014).
Meterial beton agregat daur ulang tersebut memiliki komposisi agregat alami dan pasta semen,
dimana pasta semen merupakan material yang memiliki porositas tinggi sehingga akan
meningkatkan daya serap dari agregat daur ulang. Penambahan daya serap air dari agregat daur
ulang, berarti beton dengan agregat daur ulang secara umum memerlukan 5% air lebih banyak
dibandingkan beton normal untuk memperoleh nilai kelecakan (workability) yang sama
(Etxeberria, M., Vázquez, E., Marí, A., & Barra, M., 2007)
Pengujian Agregat Halus Agregat kasar (Batu Coral) Agregat Kasar OPS Agregat Kasar (RAC)
Berat Isi Lepas 2920 kg/m3 1222 kg/m3 1545 kg/m3 1084,01
Berat Isi Tusuk 3055 kg/m3 1334 kg/m3 1592.5 kg/m3 1099,11
Berat Isi Penggoyangan 3195 kg/m3 1320 kg/m3 1589 kg/m3 1096,95
FM 2,547 2.34
Gradasi RAC
Digital Image Corelation (DIC) adalah metode non-destruktif dan non-kontak untuk mengukur
deformasi permukaan suatu objek yang menerima gaya dengan membandingkan gambar yang
diambil dalam kondisi pembebanan yang berbeda. Sebuah gambar dari area yang ditargerkan
dibagi menjadi subarea-subarea kecil. Gambar tersebut kemudian dianalisis dengan
membandingkan subarea-subarea kecil terhadap posisi barunya. Sehingga dimungkinkan untuk
mengukur deformasi bidang secara detail dari sebuah area (Fayyad, T. M., & Lees, J., 2014).
3.
Metodologi Penelitian
Diagram Alir Penelitian
Desain Tulangan
Desain Tulangan
Pembuatan Trial Mix dimulai pada tanggal 12 april 2021 di Laboratorium Struktur
dan Material FTUI. Beton yang dibuat untuk Trial Mix berupa silinder dengan diameter 15
mm dan tinggi 30 mm sebanyak 15 buah untuk pengujian kuat tekan umur 7, 14, dan 28
hari. Hasil rata-rata Trail Mix pada 28 hari adalah sebesar 20,76 MPa
Mix Design Beton OPS (George)
Hasil trial mix mendekati 21 MPa dari target pada jurnal sebelumnya (Sofyani, 2018)
sebesar 22 MPa. Apabila dibandingkan dengan komposisi ACI 211 didapatkan hanya 9.91
MPa. Menurut analisis penulis ini diakibatkan oleh OPS yang merupakan material agregat
organik yang berbeda dari material lainnya.
Mix Desain Beton RAC (Daniel)
Material Jumlah (kg/m3 )
Acuan: SNI 7656-2012 tentang Tata cara
pemilihan campuran untuk beton normal, Air 193.00
beton berat dan beton massa
Semen 316.39
Fc = 25 MPa
Agregat Kasar 827.15
Target slump 10 cm
Agregat Halus 926.59
Ukuran agregat kasar maksimum 25 mm
Trial Mix Beton RAC (Daniel)
Umur (Hari) Kuat Tekan
Tanggal pembuatan: 30 April 2021 (MPa)
Slump 2 cm 7 15,25
6 sampel silinder (D15cm dan tinggi 30
28 21,38
cm)
Pembuatan Benda Uji
Beban untuk mencapai batas lendutan: 3996,62 kg Terjadi pada beban 6373,96 kg
Beban untuk mencapai inelastis beton : 785,86 kg Terjadi pada beban 9648,01 kg
Perbandingan dengan Hasil Laboratorium
Grafik Keseluruhan
Perpindahan Kanan
& Kiri vs Beban
● Dapat terlihat pada grafik, besarnya perpindahan pada sisi tengah, kanan, dan kiri sudah selaras antara aplikasi dan
dial/LVDT pada pengujian langsung, meskipun nilainya tidak sama persis.
● Secara teoritis didapatkan sebesar 3920.6 kg untuk mencapai batas lendutan izin (7.5 mm), sementara hasil lab
didapatkan beban sebesar 3630 kg.
● Lendutan pada sisi kanan dan kiri terlihat mirip sesuai dengan prediksi akibat kesimetrisan bentuk balok.
● Belum mencapai titik inelastis balok meskipun lendutan per siklus tidak kembali ke nilai nol.
Tahap Pembebanan
vs Perpindahan
Tengah
Grafik Keseluruhan
Tahap Pembebanan vs
Perpindahan Kiri & Kanan
● Analisis DIC oleh aplikasi GOM dan Ncorr cukup akurat dibandingkan dengan hasil nyata
yaitu pembacaan dial tengah
● Grafik pengolahan per siklus memberikan gambaran yang lebih jelas pada titik nol
perpindahan yang terus menerus naik setelah siklus selesai
● Kesimetrisan antara sisi kanan dan kiri sudah diprediksi oleh karena bentuk balok dan posisi
pembebanan yang simetris
Selisih Perpindahan
Grafik Selisih Perpindahan DIC
Terhadap Hasil Pembacaan Dial
Selisih Perpindahan
● Setelah dihitung nilai rata-rata selisih mutlak perpindahan, ternyata didapatkan akurasi
Ncorr lebih baik daripada GOM dengan nilai sebesar 0.239 mm dibandingkan 0.288
mm selisih mutlak GOM
Beban vs Regangan
Grafik Siklus 2 ton
Beban vs Regangan
Grafik Siklus 4 ton
Beban vs Regangan
Grafik Siklus 6 ton
Beban vs Regangan
Grafik Siklus 8 ton
Beban vs Regangan
● Nilai positif pada grafik regangan menunjukan terjadinya tarik sedangkan tekan
ditunjukan dengan nilai negatif.
● Strain gauge terlihat sudah sesuai teori, yaitu bagian bawah balok OPS mengalami
tarik dan bagian atas balok mengalami tekan.
● Terlihat bahwa strain gauge yang terletak di bagian bawah balok bagian depan
seperti tidak bekerja. Analisa penulis adalah strain gauge tersebut tidak terpasang
dengan rapat saat penempelan antara strain gauge dan permukaan balok beton.
● Ncorr menunjukan hasil yang sesuai dengan teori dalam penentuan tarik-tekan.
Beban vs Regangan
● siklus 2 ton GOM menunjukan bahwa serat bagian atas dan bawah balok mengalami
tarik, yang menurut teori seharusnya serat bawah balok saja yang mengalami tarik
● Pada siklus 4 ton dan 6 ton, GOM memberikan hasil yang terbalik dengan teori yaitu
seharusnya bagian bawah mengalami tarik (positif) dan bagian atas mengalami tekan
(negatif)
● Pada siklus 8 ton GOM memberikan hasil yang sesuai teori
Heat Map Regangan
GOM
Heat Map Regangan
GOM
Heat Map Regangan GOM
● Pada heat map GOM terlihat beton mengalami retak halus pada saat beban 2100 kg dan
kembali menutup ketika menyentuh beban nol
● Nilai maksimum pada heat map yang digunakan adalah sebesar 2%
● setiap selesainya pengujian per siklus, retakan halus terlihat bertambah pada saat
menyentuh beban nol
Karakteristik Dinamik Balok (Frekuensi Natural)
● Perhitungan Teoritis:
Hasil FFT
fn: 43.61 hz
Hasil FFT
fn: 36.57 hz
Hasil FFT
fn: 40.96 hz
Hasil FFT
fn: 36.18 hz
Hasil FFT
fn: 37.38 hz
Karakteristik Dinamik Balok (Frekuensi Natural)
Karakteristik Dinamik Balok (Frekuensi Natural)
● Disimpulkan bahwa downtrend dari frekuensi alami balok terjadi akibat pengujian.
Terlihat dari keadaan awal balok memiliki nilai 43.91 hz dan turun hingga terakhir
sebesar 37.28 hz
● Massa dan kekakuan balok yang tidak benar-benar terisolasi dari massa benda
lainnya
● Tempat pengujian tidak benar-benar kosong, yang mengakibatkan terjadinya
ambience vibration akibat benda sekitar
Analisis
Beton Bertulang RAC
Hasil Pengujian Tekan & Belah
Umur (Hari) Kuat Tekan Kuat Tarik
(MPa) (MPa)
Pembuatan benda uji: 10 Mei 2021
7 11,93 -
14 16,59 1,49
28 20,74 1,80
38 22,56 1,51
Hasil Perhitungan Beban Hidrolik
Bagian atas
balok
mengalami
tekan sehingga
regangan
bernilai negatif
Beban vs Regangan Bawah
Bagian bawah
balok
mengalami tarik
sehingga
regangan
bernilai positif
Visualisasi rengangan sigview
dengan aplikasi
GOM
Frekuensi Natural Teoritis
Frekuensi Natural Teoritis
Siklus 0 ton
fn = 25,63 Hz
Frekuensi Natural Hasil Lab
Siklus 2 ton
fn = 27,97 Hz
Frekuensi Natural Hasil Lab
Siklus 4 ton
fn = 25,87 Hz
Frekuensi Natural Hasil Lab
Siklus 6 ton
fn = 34,07 Hz
Frekuensi Natural Hasil Lab
Siklus 8 ton
fn = 31,07 Hz
Frekuensi Natural Hasil Lab
Siklus Beban Frekuensi Natural (Hz)
(ton)
0 0 25,63
1 2 27,97
2 4 25,87
3 6 34,07
4 8 31,07
2,73 %
Fn teoritis siklus 0 ton = 26,35 Hz
Frekuensi Natural Hasil Lab
5.
Kesimpulan dan Saran
Penelitian
Kesimpulan Beton Normal
● Beton balok bertulang normal yang dihitung dan direncanakan oleh penulis dapat digunakan
untuk bangunan rumah 2 lantai atau lebih.
● Respon sari struktur balok beton normal sangat baik, respon lendutan dan batas ketahanan
beban lebih baik dari pada perhitungan secara teoritisnya
● Hasil dari DIC dan LVDT sangat jauh
● Hasil DIC dan pembacaan dial lendutan dibagian tengah secara manual sangat baik. Hal ini
menandakan program atau aplikasi pun bisa mengalami kegagalan dalam pengambilan data
● Kesalahan relatif pada perhitungan teoritis frekuensi natural pada balok dan hasil percobaan
di laboratorium sengat besar yaitu 12,167 %.
● Grafik yang naik pada grafik frekuensi natural dapat disebabkan oleh keretakan pada
struktur
Kesimpulan OPS
● Karakteristik dinamik balok yang didapatkan dari pengujian adalah frekuensi alami awal
sebesar 43.91 hz. Sesuai dengan teori, trendline frekuensi alami balok menunjukan
downtrend akibat kerusakan dari pembebanan hingga 37.38 hz.
● Pengujian frekuensi alami tidak dapat mendapatkan nilai yang persis dengan perhitungan
teoritis karena faktor-faktor yang tidak bisa dikendalikan seperti ambience vibration dan
massa sistem sampel yang tercampur dengan frame pengujian.
● Sistem DIC cukup akurat dalam pengamatan perilaku balok terhadap pembebanan. Pada
Ncorr sudah cukup baik melakukan pembacaan perpindahan maupun regangan meskipun
nilainya masih tidak sama persis dengan dial/LVDT. GOM cukup baik dalam membaca
perpindahan, namun memiliki permasalahan pada analisis regangan.
Kesimpulan RAC
● Balok dengan agregat kasar daur ulang mencapai batas leleh pada beban 8000 kg, nilai ini mendeati
nilai teoritis batas leleh sebesar 8165,49 kg.
● Hasil analisis DIC dengan aplikasi GOM dan mathlab dengan ekstensi Ncorr sudah mendekati hasil
pengukuran laboratorium untuk pengukuran perpindahan dan renggangan.
● Pergerakan kamera sangat mempengaruhi hasil analisis DIC.
● Nilai frekuensi alami frame adalah 0,01 Hz. Frekuensi alami balok hasil pengukuran siklus 0, yaitu:
25,63 Hz dan frekuensi alami balok teoritis sebesar 26,35 Hz. Nilai kesalahan relatif pada siklus 0
sebesar 2,73 %.
● Nilai frekuensi alami hasil eksperimen pada siklus 0, 2 ton, 4 ton, dan 8 ton berturut-turut sebesar
25,63 Hz, 27,97 Hz, 25,87 Hz, 34,07 Hz, dan 31,07 Hz. Frekuensi natural cenderung meningkat
terhadap penambahan beban, dimana hasil ini tidak sesuai dengan teori kekakuan yang seharusnya
berkurang saat diberi pembebanan bertahap akibat timbulnya retakan pada balok.
Saran Beton Normal
● Pada pemasangan Strange Gauge besi diharapkan sangat berhati-hati dan tidak menekan kan Vibrator ke
tulangan bagian bawah karena dapat merusak Strange Gauge.
● Pemasangan Dial pada bagian kanan dan kiri disarankan di bagian bawah dengan menggunakan kaca Acrylic
kerena berdasarkan penelitian sebelumnya hasilnya lebih baik dan hampir sama dengan pengolahan DIC.
● Pada saat pengujian DIC disarankan untuk tidak menyentuh kamera sama-sekali pastikan pengujian secara
cepat jadi tidak memakan banyak baterai. Karena pergerakan kamera sedikit saja akan sangat mempengaruhi
hasil dari DIC. Penulis menyarankan untuk menggunakan Shutter untuk pengambilan gambar karena pada
saat menekan tombol pada kamera maka kamera tersebut akan bergerak walaupun hanya sedikit. Penulis
juga menyarankan agar tidak terlalu banyak orang yang berdekatan dengan kamera karena ditakutkan
kamera akan tersenggol
● Untuk pengolahan DIC penulis lebih menyarankan untuk menggunakan GOM karena penggunaan GOM
yang jauh lebih mudah dibandingkan dengan Ncorr dan juga untuk me running semua foto tersebut GOM
lebih sedikit memakan waktu dibandingkan dengan Ncorr. Hal ini juga dikarenakan hasil dari penelitian di
atas hasil dari GOM tidak mengalami error dan menghasilkan hasil yang baik dibandingkan dengan Ncorr.
● Pada penelitian menggunakan Accelerometer penulis menyarankan melakukan diwaktu malam hari
dikarenakan laboratorium sudah tutup jadi tidak ada banyak orang jadi tidak banyak pergerakan disekitar
benda uji.
Saran OPS
● Mengecek seluruh alat dan mempelajari cara penggunaan alat tersebut agar
tidak terjadi kesalahan, melakukan simulasi pembacaan alat sebelum dilakukan
pengujian guna meminimalisir terjadinya kesalahan.
● Memperhitungkan kemampuan baterai dan kapasitas memory card kamera agar
tidak diperlukan pengisian daya kamera maupun penggantian memory card
kamera.
● Pengujian sebaiknya dilakukan secara kontinu atau tanpa jeda karena
pembebanan, lendutan, dan renggangan dapat berubah selama jeda waktu
tersebut.
Terima Kasih
Four Point Loading
+ P/2
- P/2
x2 x1=distance
x1=distance
P/2
+ P/2 (x ) + xa