Anda di halaman 1dari 9

Beton Non Pasir(No-Fines Concrete)

1. Pendahuluan
Beton merupakan suatu bahan bangunan yang telah dipakai pada pembangunan infrastruktur
dalam waktu yang cukup lama. Seiring perkembangan dunia, beton telah diinovasi menjadi
beberapa beton yang mempunyai kinerja lebih baik, seperti Ultra High Performance Concrete
(UHPC), High Performance Concrete (HPC), Geopolymer Concrete, Light-Weight Concrete
(LWC), dan Self-Compacting Concrete (SCC). Pada jurnal ini akan membahas mengenai
salah satu jenis beton ringan, yaitu beton tanpa agregat halus atau yang biasa disebut dengan
beton non pasir (no-fines concrete).Beton non pasir pada umumnya hanya menggunakan
agregat kasar, semen, dan air sehingga beton ini lebih ringan daripada beton konvensional.
Beton non pasir dikembangkan karena mempunyai potensi menjadi beton yang ramah
lingkungan. Beton ini juga dikenal sebagai beton yang mempunyai pori, sehingga kuat tekan
beton pun rendah. Untuk mengatasinya, beton ini dapat dicampurkan dengan agregat halus
dengan komposisi tertentu dan komposisi yang berbeda-beda akan menghasilkan sifat fisik
dan mekanik yang bervariasi juga.

1.1 Pengertian Beton Ringan


Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis lebih kecil daripada beton pada
𝑘𝑔
umumnya yaitu dibawah 1800 ⁄𝑚3 . Ciri khusus dari beton ringan adalah rongga yang
cukup besar jumlahnya. Beton ringan terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu beton ringan
aerasi(aerated concrete), beton tanpa agregat halus(No-Fines Concrete), dan beton dengan
agregat ringan (Lightweight Aggregate Concrete).

Gambar 1.1 Bentuk Rongga pada Jenis-Jenis Beton Ringan

1.2 Pengertian Beton Non Pasir


Beton non pasir atau yang biasa disebut dengan Pervious Concrete merupakan beton yang
dapat dilalui oleh air sehingga berfungsi sebagai daerah tangkapan air dan perkerasan jalan,
karena dalam komposisinya beton dibuat dengan mengurangi atau menghilangkan agregat
halus dalam desainnya. Beton non pasir akan menjadi salah satu upaya mendukung green
engineering, karena beton ini akan menambah infiltrasi air ke dalam tanah. Menurut ACI 522
R-10, beton non pasir memiliki rongga udara antara 15–25%, drain rate 81-703 ltr/mnt/m2,
dan nilai kuat tekan maksimal 28 Mpa.

2. Beton Non Pasir (Pervious Concrete)


Beton non pasir yang biasa disebut dengan Pervious Concrete atau Porous Concrete tentunya
mempunyai perbedaan dengan beton konvensional maupun beton lainnya, seperti material
pembentuk beton non pasir, sifat fisik dan mekanis beton non pasir, komposisi beton non
pasir, keunggulan dan kelemahan beton non pasir, metode curing, serta aplikasi beton non
pasir dalam kehidupan sehari-hari. Berikut akan dijelaskan ke dalam beberapa poin:
2.1 Material Beton Non Pasir
Berikut ini adalah material pembentuk beton non pasir:
a. Agregat Kasar (10-20 mm)
Agregat bergradasi rapat dan bersudut tajam (batu pecah)
b. Semen (Semen Portland Tipe I, Tipe II)
c. Air (Air yang bersih, dapat diminum, tidak mengandung lumpur)
d. Admixtures (jika dibutuhkan)
e. Agregat Halus (jika dibutuhkan)
Jumlah agregat halus yang digunakan maksimal 20% dari total agregat kasar.
Dengan adanya kombinasi beberapa agregat tentunya dapat menghasilkan kuat tekan beton
ringan yang berbeda-beda seperti pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Perbandingan Kuat Tekan Beton Non Pasir dengan Berbagai Agregat

2.2 Sifat Fisik dan Mekanis Beton Non Pasir


a. Presentase rongga 15%-25% (Menurut ACI 522R-06)
b. Faktor air semen berkisar 0,36 – 0,46. Nilai faktor air semen optimum berkisar pada
0,40.
c. Kepadatan (density) dan rongga (void) pada beton non pasir dihitung berdasarkan
ASTM C1688. Kepadatan tipikal dan kadar rongga berkisar antara 100 lb/ft3 hingga
125 lb/ft3 (1600kg/m3 hingga 2000kg/m3), masing-masing sebesar 20% hingga 25%.
d. Beton non pasir dapat mencapai kekuatan tekan berkisar 500psi hingga 4000psi (3,5
Mpa hingga 28 MPa)
e. Kekuatan lentur berkisar 150 Psi (1 MPa) dan 550 Psi (3,8 MPa)
f. Tingkat infiltrasi (permeabilitas) beton non pasir bernilai maksimal sekitar 2 hingga 18
gallons/min (80 hingga 720 liter/m2).

2.3 Keunggulan Beton Non Pasir


a. Low Shrinkage. Bahaya retak susut jauh lebih kecil terjadi jika dibandingkan dengan
beton normal, karena agregat lebih dominan dari mortarnya.
b. Light Weight. Karena menggunakan agregat ringan maka dihasilkan beton dengan
bobot yang ringan.
c. Thermal Insulation. Beton mempunyai kemampuan untuk meredam panas yang terjadi
dengan cara mengalirkan panas melalui pori-pori.
d. Eliminated Segregation. Segregasi (peristiwa pemisahan komponen material dalam
beton segar) dapat dikurangi.
e. Mengurangi kebutuhan semen. Diakibatkan penggunaan pasir yang sedikit bahkan
tidak ada sehingga luas permukan agegat berkurang.
f. Panas hidrasi kecil.
g. Kuat lentur kecil.

2.4 Kelemahan Beton Non Pasir


a. Tidak direkomendasikan dengan baja tulangan dan diletakkan pada lingkungan yang
agresif, karena beton non pasir dapat mempercepat laju korosi pada struktur.
b. Kuat tekan rendah, sehingga aplikasi pada bangunan struktural masih sangat terbatas.
c. Kontrol w/c pada lapangan sedikit sulit. Sehingga dibutuhkan kontrol air yang baik
.
2.5 Metode Pemadatan Beton Non pasir
Pemadatan pada Beton non pasir dapat dilakukan secara mekanik dan manual.Pemadatan
mekanik dapat menggunakan vibrator tetapi dengan durasi yang sedikit.Sedangkan pemadatan
manual dengan metode rodding atau spading.

2.6 Curing Method pada Beton Non Pasir


Perawatan pada beton non pasir pada saat masih segar dapat diberikan percikan atau
penyiraman air selama minimal tujuh hari. Penyiraman harus memperhatikan keadaan beton
segar karena jika salah timing maka semen di permukaan beton non pasir akan ikut larut.

2.7 Aplikasi Beton Non Pasir


a. Perkerasan jalan dengan volume yang kecil (Bukan jalan kelas I)
b. Trotoar jalan
c. Area parkir
d. Konstruksi dinding penahan tanah / Retaining Wall
e. Penggunaan pada struktur ringan, yaitu kolom dan dinding bangunan sederhana

2.8 Inovasi Penggunaan Material Tambahan dalam Beton Non Pasir


Penggunaan material tambahan atau yang biasa disebut dengan admixturestentunya dapat
mempengaruhi beton pada saat pencampuran maupun pencetakan. Berikut beberapa
admixtures yang biasa digunakan dalam beton non pasir, seperti:
a. Hydration Stabilizer. Bahan ini dapat membantu memperlambat setting time selama
10 sampai 15 menit setelah beton diletakkan ditempatnya.
b. Viscosity Modfying Admixtures.Bahan ini berfungsi sebagai pengental pasta dan
dapat ditambahkan komposisi w/c nya.
c. Tipe A Water Reducing Admixture (WRA). Bahan ini berfungsi dalam mengurangi jumlah air,
sehingga panas hidrasi dapat distabilkan.
d. Fly Ash dan Ground Granulated Blast Furnace Slag (GGBS)

3. Material dan Metodologi


Pada pembahasan kali ini, hasil penelitian suatu jurnal menggunakan proporsi material dan
metodologi tertentu untuk mendapatkan karakteristik dari beton non pasir. Material dan
metodologi yang digunakan pada jurnal ini adalah sebagai berikut:
3.1 Material
3.1.1 Semen
Semen yang digunakan pada penelitian ini adalah Ordinary Portland Cement (OPC) Tipe I
dan karakteristik semen terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Karakteristik OPC Tipe I


Berat Jenis 3.15
Konsistensi Normal 30%
Initial setting timepada semen
42 min
Final setting time pada semen 265 min

3.1.2 Agregat Kasar


Agregat kasar yang digunakan merupakan agregat yang bersudut tajam dengan ukuran
dibawah 12.5 mm. Karakteristik agregat terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Karakteristik Agregat Kasar yang Digunakan


Specific Gravity 2.74
Water absorption 1.25%
Aggregate crushing value 27.19%
(ACV)
Aggregate impact value 17.65%
(AIV)

3.1.3 Agregat Halus


Agregat halus yang digunakan adalah pasir sungai lokal yang berada di tempat penelitian
yaitu India.Karakteristik agregat halus dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3 Karakteristik Agregat Halus


Specific gravity 2.65
3.84 (confirming
Fineness modulus
to Zone II)
Water absorption 1%

3.1.4 Air
Air yang digunakan pada penelitian ini adalah air yang bersih, bebas dari lumpur.

3.2 Metode Penelitian


3.2.1 Variasi Proporsi A/C dan W/C
Proporsi Agregat-Semen (a/c)yang digunakan yaitu 6:1, 8:1, dan 10:1. Sedangkan proporsi
air-semen (w/c) yang digunakan yaitu 0.35, 0.4 dan 0.45

3.2.2 Pengerjaan Beton Non Pasir


Pencampuran material-material beton non pasir dilakukan pada concrete mixer.Langkah
pertama campurkan agregat kasar dan semen selama 1.5 menit lalu campurkan air dan aduk
selama 3 menit. Setelah itu campuran beton dilakukan slump test dan dimasukkan ke dalam
cetakan beton berbentuk kubus berukuran 100mm x 100mm x 100 mm dan cetakan silinder
berdiameter 100mm dengan tinggi 200mm. Setiap sampel dipadatkan dengan rod dalam 3
lapisan. Sampel beton non pasir pun dilakukan curing dengan cara direndam di air.

4. Hasil dan Pembahasan


Campuran beton non pasir diuji slump dan karakteristik kekuatannya seperti kekuatan tarik
(split tensile strength) dan kekuatan lentur (flexural strength). Proporsi campuran yang dipilih
untuk penelitian ini dan hasil uji slump dan kepadatan ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Proporsi Campuran, Slump, Kepadatan

Pada pengujian kepadatan beton non pasir didapatkan hasil 1800-1950 kg/m3, hasil yang
didapatkan lebih rendah dari beton konvensional.Diamati bahwa terjadi penurunan kepadatan
seiring dengan peningkatan rasio a/c. Juga diamati bahwa slump pada beton non pasir
mengalami peningkatan seiring dengan penambahan air di semua campuran.Tabel 4.2
menunjukkan hasil dari uji kuat tekan, uji kuat tarik, dan uji kuat lentur pada beton non pasir.

Tabel 4.2 Hasil Karakteristik Kekuatan Beton Non Pasir


Berdasarkan tabel 4.2, jelas terlihat bahwa kekuatan tekan, tarik, dan lentur pada beton non
pasir meningkat seiring dengan meningkatnya rasio w/c. Oleh karena itu, dapat dikatan
bahwa kekuatan beton non pasir meningkat seiring dengan peningkatan kadar air yaitu
kekuatan berbanding lurus dengan proporsi w/c. Karena kekuatan beton non pasir yang
diamati terlihat tinggi pada rasio 0,45 w/c di ketiga campuran rasio a/c, maka
dipertimbangkan untuk penelitian lebih lanjut dimana 10% dan 20% agregat halus
ditambahkan untuk rasio a/c dengan kadar air sebesar 0,45. Pengaruh agregat halus pada sifat
kekuatan beton non pasir dipelajari di penelitian sebelumnya. Nilai slump, kepadatan,serta
hasil uji kekuatan dari campuran beton non pasir dengan agregat halus 10% dan 20%
ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Slump dan Nilai Kepadatan Beton Non Pasir dengan Tambahan 10% dan 20% Agregat
Halus

Tabel 4.4 Uji Kekuatan Beton Non Pasir dengan Tambahan 10% dan 20% Agregat Halus
Pengaruh agregat halus pada sifat kekuatan beton non pasir ditunjukkan pada grafik 1 dan 2,
terlihat perbandingan antara kekuatan tekan beton dengan dan tanpa agregat halus pada umur
7 & 28 hari.Dari grafik 1 dan 2, diamati bahwa kekuatan beton non pasir lebih tinggi pada
campuran yang mengandung agregat halus daripada campuran tanpa agregat halus. Kekuatan
beton non pasir dengan tambahan 10% dan 20% agregat halus masing-masing meningkat
sebesar 44% & 60% dibandingkan campuran tanpa agregat halus dengan rasio a/c 6:1 dan
rasio w/c 0.45, sedangkan untuk rasio a/c 8:1 meningkat sebesar 12% & 50%. Dari hasil
pengujian diamati bahwa, kepadatan beton non pasir meningkat dengan penambahan agregat
halus.Penambahan agregat halus menghasilkan pengisian ruang pada rongga beton non pasir
dan mengurangi rongga yang ada sehingga meningkatkan kepadatan.Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa penambahan agregat halus pada beton non pasir meningkatkan sifat
kekuatan beton tetapi mengurangi rongga yang menghasilkan peningkatan kepadatan. Hasil
uji kuat tekan beton non pasir pada umur 7 & 28 hari dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik 1.Perbandingan Kuat Tekan Beton Non Pasir dengan dan Tanpa Agregat Halus pada Umur 7
Hari
Grafik 2.Perbandingan Kuat Tekan Beton Non Pasir dengan dan Tanpa Agregat Halus pada Umur 28
Hari

5. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari jurnal mengenai Pervious Concrete adalah sebagai berikut :
a. Pada penelitian ini, untuk aplikasi beton non pasir pada bangunan dengan rasio
agregat-semen 6:1 tanpa campuran agregat halus pada rasio w/c 0.45
direkomendasikan pada beton umur 28 hari yang kekuatan tekannya didapatkan
sebesar 11.25 N/mm
b. Dari penelitian ini, kekuatan tarik dan lentur pada beton non pasir
ditemukan masing-masing berkisar antara 0.5-1.2 N/mm2 dan 0.75-1.55
N/mm2. Untuk meningkatkan kekuatan tekan, kekuatan tarik, dan
kekuatan lentur pasir dilakukan penambahan 10% dan 20% agregat halus
tetapi mengurangi kepadatan beton non pasir.
c. Pengaruh rasio air-semen memiliki dampak yang lebih besar terhadap
kekuatan beton non pasir karena kadar air 0.45% memberikan kekuatan
lebih daripada kadar air lain yang digunakan pada penelitian ini. Kekuatan
beton mengalami kenaikan dengan meningkatnya rasio w/c.
d. Rentang umum rasio w/c adalah antara 0,38-0,52 (Neville 1997). Dari
penelitian ini, rasio 0,45 w/c diamati ideal untuk beton non pasir.
e. Penambahan agregat halus meningkatkan kepadatan dan sifat kekuatan
tetapi menghasilkan pengurangan rongga. Dengan menghilangkan agregat
halus, luas permukaan yang perlu untuk dilapisi pasta semen rendah ini
menghasilkan kadar semen yang berkurang, yang pada akhirnya
mengurangi biaya beton non pasir.
f. Permeabilitas pada beton non pasir tinggi dikarenakan adanya rongga pada beton
tersebut.
g. Beton non pasir merupakan beton yang lebih efisien dan dapat menghemat biaya.
Daftar Pustaka
A reference
This reference has two entries but the second one is not numbered (it uses the ‘Reference (no
number)’ style.
[1] Another reference
[2] More references

Anda mungkin juga menyukai