Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN AKHIR

PEMANFAATAN LIMBAH BETON SISA PENGUJIAN SEBAGAI


SUBSTITUSI AGREGAT PADA CAMPURAN AC-WC

BIDANG KEGIATAN
PKM-PENELITIAN

Diusulkan oleh:
Ahmad Maulana; Ketua; 171121002; 2017
Avitra Nur Hasan; Anggota 1; 171121006; 2017
Megah Amaliah; Anggota 2; 171121019; 2017

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


BANDUNG
2019
PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PKM-P

1. Judul Kegiatan : Pemanfaatan Limbah Beton Sisa Pengujian


Sebagai Substitusi Agregat Pada Campuran
AC-WC
2. Bidang Kegiatan : PKM - P
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Ahmad Maulana
b. NIM : 171121002
c. Jurusan : Teknik Sipil
d. Perguruan Tinggi : Politeknik Negeri Bandung
e. Alamat Rumah/No HP : Jl Budi RT 04 RW 03 No.44/082240415264
f. Email : ahmad.maulana.tksi17@polban.ac.id
4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 2 Orang
5. Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar : Retno Utami, SST., MT
b. NIDN/NIDK : 0013028901
c. Alamat Rumah/No HP : Jl Jember No. 24 RT 05 RW 07 Kelurahan
Antapani
6. Biaya Kegiatan Total
a. BNBP Polban : Rp 5.500.000,00
b. Sumber lain :-
7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 3 bulan

Bandung, 15 November 2019


Menyetujui
Ketua Jurusan Teknik Sipil, Ketua Pelaksana Kegiatan,

Hendry, Dipl.Ing.HTL, MT. Ahmad Maulana


NIP. 196306061995121001 NIM. 171121002

Pembantu Direktur Bidang Kemasiswaan Dosen Pendamping,

Harita Nurwahyu Chamidy, LRSC., M. T. Retno Utama, SST., MT


NIP. 196601111994031002 NIDN/NIDK. 0013028901

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keterbatasan sumber daya alam dalam menyediakan material pembentuk beton
merupakan sebuah persoalan yang penting. Seperti pembongkaran bangunan dan
infratruktur sipil dengan menggunakan material beton yang menghasilkan limbah
beton. Limbah beton yang dibiarkan tanpa ada penanganan akan menimbulkan
permasalahan tersendiri bagi lingkungan. Pembuangan limbah memerlukan biaya
dan tempat pembuangan.
Seorang civil engineer harus selalu mencari ide-ide dalam bidang konstruksi
yang ramah lingkungan. Untuk mengurangi permasalahan limbah beton tersebut
dapat dilakukan daur ulang limbah beton kembali menjadi material yang dapat
digunakan untuk membuat sebuah konstruksi. Topik yang akan kami bahas adalah
pembuatan campuran aspal menggunakan material agregat yang berasal dari limbah
beton. Pemanfaatan tersebut dilakukan karena agregat merupakan bahan habis
pakai dan pengambilannya selalu merusak alam. Seperti misalnya sisa beton
pengujian praktek di POLBAN banyak yang tidak terpakai dan hanya menjadi
sampah sehingga menghabiskan lahan. Limbah beton bekas pengujian tersebut
lebih baik dipakai sebagai campuran aspal AC-WC sebagai bahan substitusi
agregat.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari PKM-P ini adalah pengaruh penggunaan limbah beton
sebagai pengganti agregat terhadap karakteristik aspal AC-WC.

1.3 Tujuan
Tujuan PKM-P ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan limbah beton
sebagai pengganti agregat kasar terhadap kinerja karakteristik campuran aspal AC-
WC.

1.4 Urgensi
Urgensi PKM-P ini sangat dibutuhkan untuk pemanfaatkan material limbah
beton serta meminimalisir penggunaan agregat alami.

1.5 Ruang Lingkup


Ruang lingkup PKM-P ini terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Melakukan pengujian terhadap material limbah beton sebagai substitusi kasar
dalam campuran aspal AC-WC yaitu:
a. Pengujian BJ dan Penyerapan Air Agregat
b. Pengujian Abrasi
c. Pengujian Kadar Lolos No. 200

3
2. Mengetahui karakteristik campuran aspal menggunakan substitusi agregat
limbah beton dengan melakukan pengujian yaitu:
a. Pengujian GMM c. Pengujian PRD
b. Pengujian Marshall d. Pengujian Indeks Perendaman

1.6 Luaran
Luaran dari PKM-P ini adalah artikel ilmiah limbah beton digunakan sebagai
Campuran Aspal.

1.7 Manfaat
Manfaat dari PKM-P ini adalah sebagai inovasi baru dalam bidang konstruksi
yang memanfaatkan limbah sisa beton.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aspal
Aspal merupakan senyawa hidrogen (H) dan carbon (C) yang terdiri dari
parafins, naptene, dan aromatics. Aspal berasal dari hasil proses penyulingan
minyak bumi dengan destilasi bertingkat pada suhu ± 290°C dimana sisa residulah
yang dijadikan bahan aspal. Aspal yang digunakan dalam campuran beraspal
Laston (AC-WC) adalah aspal keras / asphalt cement penetrasi 60/70 yang
memenuhi persyaratan seperti pada Tabel 2.1 (terlampir)

2.1.1 Sifat-Sifat Aspal


Sifat-sifat aspal dapat ditinjau dari :
1. Sifat kimia adalah viskoelastisitas aspal dan penuaan aspal.
2. Sifat fisik adalah kepekaan/konsistensi, ketahanan derajat kekerasan, ketahanan
terhadap pengaruh air.

2.1.2 Klasifikasi Aspal


Aspal keras dapat diklasifikasikan atau dikelompokkan kedalam tingkatan
(grade) atau kelas. Dapat dilihat pada Tabel 2.2. (terlampir)

2.2 Campuran Beraspal Panas dengan Gradasi Rapat


2.2.2 Bahan Penyusun Campuran Asphalt Concrete-Wearing Course
a. Agregat Kasar
Parameter agregat kasar untuk campuran Laston terdiri dari batu pecah atau
kerikil pecah yang bersih, kering, kuat, awet dan bebas dari bahan lain yang
mengganggu seperti lumpur, agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti
yang didefenisikan sebagai persen terhadap berat agregat yang lebih besar dari 4,75
mm dengan muka bidang pecah satu atau lebih bedasarkan uji menurut SNI 7619 :
2012 dan harus memenuhi spesifikasi seperti yang disyaratkan pada Tabel 2.3
(terlampir). Agregat yang digunakan harus dari sumber dan jenis yang sama untuk
menjamin keseragaman campuran.

b. Agregat Halus
Agregat halus yang digunakan untuk campuran aspal harus bersih,
kering, kuat, bebas dari gumpalan-gumpalan lempung dan bahan-bahan lain yang
dapat mengganggu serta terdiri dari butir-butir yang bersudut tajam dan mempunyai
permukaan yang kasar. Agregat halus dapat digunakan dalam campuran AC sampat
suatu batas tidak melampau 15% terhadap berat total campuran. Spesifikasi untuk
agregat halus dapat dilihat pada Tabel 2.4 (terlampir)

5
c. Bahan pengisi (Filler)
Filler didefinisikan sebagai fraksi debu mineral yang lolos saringan no. 200
(0,075 mm) tidak kurang dari 75% beratnya bisa berupa debu kapur, debu dolomit
atau semen portland. Filler harus dalam keadaan kering dengan kadar air
maksimum 3 % dari berat total aggregat. filler pada campuran lapis keras
mengakibatkan lapis keras mengalami berkurangnya kadar pori dan meningkatkan
kekuatan campuran. Penambahan filler pada aspal akan meningkat konsistensi
aspal.

2.2.3 Modifikasi dalam Campuran Beraspal


Tujuan Aspal Modifikasi :
1. Sifat-sifat aspal alami yang kurang tahan terhadap keadaan iklim sekitar yang
sering membuat aspal lembab dan mudah rusak
2. Aspal pada temperatur rendah tidak rapuh/getas sehingga mengurangi potensi
terjadinya retak (cracking).
3. Tidak tahan terhadap genangan air sehingga memerlukan drainase yang baik
untuk mempercepat proses pengurangan jumlah genangan di aspal.
4. Mencari sifat aspal yang baru, contohnya aspal yang fleksibel (untuk jalan-jalan
yang memiliki tanah yang labil dan selalu bergerak)
5. Aspal pada temperatur tinggi lebih stabil sehingga potensi terjadinya alur
(rutting) pada perkerasan beraspal dapat dikurangi.
6. Mengurangi viskositas pada temperature penghamparan sehingga dicapai
kemudahan pelaksanaan penghamparan sekaligus pemadatannya.
7. Meningkatkan stabilitas dan kekuatan campuran beraspal.

2.3 Penelitian Sebelumnya


Penulis, Object
Judul Metode Hasil
Tahun Penelitian
Kajian Pemanfaatan Fuad Limbah Eksperimen Nilai kuat tekan CTB limbah
Limbah Beton Sebagai Izzatur Beton beton umur 7 hari memenuhi
Material CTB Rahman, Spesi-fikasi Umum Bina Marga
2014 Tahun 2010, sedangkan CTB
umur 28 hari tidak memenuhi.
Pemanfaatan Limbah Arys Limbah Eksperimen Nilai kadar limbah beton
Beton Sebagai Pengganti Andhikata Beton optimum sebesar 2,5%
Agregat Kasar pada ma, 2013 terhadap total agregat kasar.
Campuran AC-WC
Gradasi Kasar.
Pemanfaatan Limbah Zakaria Limbah Eksperimen Nilai kadar limbah beton
Beton pada Campuran Ade Beton optimum se-besar 10%
Hot Rolled Sheet Base Rahmad, terhadap total agregat kasar.
Ditinjau dari Aspek 2016
Marshall.

6
BAB III
METODE PENELITIAN

MULAI

STUDI LITERATUR

PERSIAPAN BAHAN

UJI MUTU ASPAL PENGUJIAN BAHAN UJI MUTU DAN GRADASI


AGREGAT

PENENTUAN SUHU PENCAMPURAN DAN DIGUNAKAN GRADASI IDEAL


SUHU PEMADATAN

PENENTUAN KADAR ASPAL


RENCANA (Pb)

PEMBUATAN BENDA UJI


MARSHALL DAN GMM PENENTUAN BERAT AGREGAT UNTUK 1
BH BENDA UJI DAN JUMLAH BENDA UJI

PENGUJIAN GMM, MARSHALL, DAN


PERHITUNGAN MARSHALL

PEMBUATAN BENDA UJI VIM KEPADATAN MUTLAK PADA


KADAR ASPAL VIM (5±0,5%), MIN 2 SERI

PENENTUAN KADAR ASPAL OPTIMUM

SPEK CAMPURAN
AC-WC

YA
YA
PEMBUATAN BENDA UJI & PERHITUNGAN INDEKS
PERENDAMAN PADA KADAR ASPAL OPTIMUM

TIDAK

SPEK CAMPURAN
AC-WC

YA

KADAR ASPAL OPTIMUM

DMF

Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian

3.1 Studi Literatur


Dalam studi litelatur ini memahami sumber-sumber yang dapat dijadikan
sebagai bahan studi pustaka terhadap kajian limbah beton sebagai subtitusi agregat
kasar untuk campuran aspal AC-WC.

7
3.2 Persiapan Bahan
Persiapan bahan yang dilakukan adalah pembobokan limbah beton bekas
pengujian, pembelian material agregat dan bahan lain sesuai dengan kebutuhan.

3.3 Pengujian Bahan


Pengujian Bahan yang dilakukan adalah pengujian mutu aspal dan mutu
agregat yang akan digunakan untuk campuran aspal AC-WC.

3.3.1 Uji Mutu Aspal


Pengujian mutu aspal yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Uji Penetrasi 3. Titik Lembek
2. BJ Aspal 4. Viskositas

3.3.2 Uji Mutu Agregat


Pengujian mutu agregat yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. BJ dan Penyerapan 3. Kadar Lolos #200
2. Uji Abrasi

3.4 Penentuan Suhu Pencampuran dan Suhu Pemadatan


Suhu Pencampuran adalah suhu aspal pada saat dicampurkan dan suhu
pemadatan adalah suhu aspal pada saat dipadatkan.

3.5 Penggabungan Agregat


Penggabungan agregat yang dipakai adalah penggabungan yang ideal, yaitu
nilai % lolos kumulatif adalah nilai tengah dari Spek Umum Lolos Kumulatif.
Perhitungan % lolos kumulatif dapat dilihat pada Tabel 3.2 (terlampir)

3.6 Penentuan Kadar Aspal Rencana (Pb)


Perkiraan awal kadar aspal rancangan campuran diperlukan untuk
mendapatkan nilai yang mendekati kadar aspal optimum sehingga benda uji yang
dibuat tidak banyak. Perkiraan awal kadar aspal rancangan campuran dapat
diperoleh dari rumus dibawah ini:
Pb = 0,035 (% CA) + 0,045 (% FA) + 0,18 (% Filler) + Konstanta.
dimana:
Pb = kadar aspal perkiraan
CA = agregat kasar tertahan saringan No. 8
FA = agregat halus lolos saringan No. 8 dan tertahan No. 200
Filler = agregat halus lolos saringan No. 200
Nilai konstanta sekitar 0,5-1,0 untuk AC dan HRS
Membuat benda uji dengan kadar aspal menggunakan rumus di atas, dibulatkan
menjadi 0,5%, dengan tiga kadar aspal di atas dan dua kadar aspal di bawah kadar
aspal perkiraan awal yang sudah dibulatkan mendekati 0,5% ini.

8
Pb = 0,035 (%CA) + 0,045(%FA) + 0,18(%FF) + K
%CA = 57 %
%FA = 36,5 %
%FF = 6,5 %
Pb = 0,035 (57%) + 0,045(36,5%) + 0,18(6,5%) + K
= 4,81 + K (diambil K=0,69 0,5<K< 1)
= 5,50%
Maka kadar aspal yang digunakan adalah 4,5%;5,0%;5,5%;6,0%;6,5%;7,0%.

3.7 Penentuan Kadar Subtitusi Agregat Kasar


Kadar subtitusi agregat kasar yang digunakan adalah 0%; 50%; dan 100%.
Tujuan dibuat 3 jenis campuran dengan kadar yang berbeda adalah agar didapatkan
seperti apa kurva pengaruh limbah beton tersebut terhadap campuran aspal AC-
WC.

3.8 Penentuan Berat Subtitusi Agregat untuk 1 Buah Benda Uji


Berat total benda uji yang digunakan adalah 1150 gram dan 2500 gram. Berat
subtitusi agregat ditentukan berdasarkan masing- masing ukuran ayakan.
Perhitungan berat masing-masing agregat terdapat pada Tabel 3.2 (terlampir)

3.9 Penentuan Jumlah Benda Uji


Penentuan jumlah benda uji ditentukan berdasarkan variasi kadar subtitusi
limbah beton dan variasi kadar aspal yang digunakan. Jumlah benda uji
dicantumkan pada Tabel 3.3. (terlampir)

3.10 Pengujian Benda Uji


Benda uji yang telah dibuat harus diuji, pengujian yang dilakukan adalah Uji
GMM dan Marshall.

3.11 Penentuan Kadar Aspal Optimum


Salah satu cara dalam merencanakan campuran aspal beton panas adalah
dengan pendekatan kepadatan mutlak (refusal density).

3.12 Pembuatan Benda Uji & Perhitungan Indeks Perendaman Pada Kadar
Aspal Optimum
Mengetahui proses pembuatan benda uji, untuk pengujian indeks perendaman
aspal beton sesuai dengan kadar aspal optimum yang didapat dari hasil pengujian
sebelumnya. Sehingga didapatkan nilai stabiltas sisa setelah benda uji dilakukan
perendaman selama 24 jam pada suhu 60oC.

9
BAB IV
HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

4.1 Hasil Pembobokan Limbah Beton Bekas Pengujian


Total kebutuhan subtitusi agregat kasar dari limbah beton bekas
pengujian sesuai dengan perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Total Kebutuhan Limbah Beton


Total Kebutuhan
Ukuran ayakan Berat Total (gr)
12,5 5568,75
9,5 12808,125

Gambar 4.1 menunjukan kegiatan pembobokan limbah beton bekas pengujian


dan mengayak sesuai dengan kebutuhan.

Gambar 4.1 Pembobokan Limbah Beton dan Mengayak

4.2 Hasil Pengujian Mutu Aspal dan Agregat


Hasil pengujian mutu aspal dan agregat dapat dilihat pada Tabel 4.2
(terlampir).

4.3 Hasil Pengujian Benda Uji


Hasil pengujian benda uji dapat dilihat pada Tabel 4.3 (terlampir). Setelah
dilakukan pengujian benda uji dengan tiga kadar limbah beton yaitu 0%, 50%, dan
100% maka didapat grafik pengaruh limbah beton terhadap karakteristik campuran
aspal seperti pada Gambar 4.2, Gambar 4.3, Gambar 4.4, Gambar 4.5, Gambar
4.6 dan Gambar 4.7.

10
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dapat diketahui pengaruh
penggunaan limbah beton sebagai pengganti agregat kasar terhadap kinerja
karakteristik campuran aspal AC-WC dengan kadar limbah 50% yaitu nilai
stabilitas naik 18,34%, nilai flow turun 45,43%, nilai stabilitas sisa turun 20,75%,
nilai VIM naik 14,78%, nilai VMA naik 18,26%, dan nilai VFB turun 0,90%.
Sedangkan dengan kadar limbah 100% nilai stabilitas naik 18,62%, nilai flow turun
47,21%, nilai stabilitas sisa turun 30,19%, nilai VIM naik 36,02%, nilai VMA naik
23,66%, dan nilai VFB turun 2,09%.

5.2 Saran

11
DAFTAR PUSTAKA

ASTM (1989), Annual book of ASTM Standart, Philadelphia : Vol 04 - 08.


Departemen Pekerjaan Umum, 1983, Tentang syarat-syarat standar
campuran aspal beton, Jakarta : Direktorat Jendral Bina Marga.
SNI 03-6893, 2002, Metoda Pengujian Berat Jenis Maksimum Campuran Beraspal,
SNI : hal 1 - 8.
Spesifikasi Umum Bina Marga Revisi 3, 2010, Divisi 6 Perkerasan Aspal, Bina
Marga : Vol 6.3.
Zaniewski, J.P, 2004, Evaluation of Indirect Tensile Strength to Identify Asphalt
Concrete Rutting Potential, West Virginia : Department of Civil and
Environmental Engineering West Virginia University.

12

Anda mungkin juga menyukai