KAJIAN DPT BETON PORUS TERHADAP DPT BETON SOLID PADA LERENG
BERDASARKAN PERGERAKAN LATERAL AKIBAT BEBAN DAN SATURASI
BIDANG KEGIATAN
PKM PENELITIAN
Diusulkan oleh:
BANDUNG
2019
PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PKM-P
1. Judul Kegiatan : Kajian DPT Beton Porus terhadap DPT
Beton Solid pada Lereng Berdasarkan
Pergerakan Lateral Akibat Beban dan
Saturasi
2. Bidang Kegiatan : PKM-P
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Muhamad Akbar
b. NIM : 171121021
c. Jurusan : Teknik Sipil
d. Perguruan Tinggi : Politeknik Negeri Bandung
e. Alamat Rumah dan No.Telp/HP : Dusun Margatani RT/RW 01/03, Desa
Ciasembaru, Kec.Ciasem, Kabupaten
Subang, Jawa Barat
f. Email : Mhdakbar9599@gmail.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : Safira Nur Fadillah
A.M. Khoirul Fadilah
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Andri Krisnandi Somantri, SST., M.Eng
b. NIDN : 0016108802
c. Alamat Rumah dan No.Telp/HP : Sirnasari RT 001 RW 005 Kel.
Batukarut Kec. Arjasari, Kabupaten
Bandung, Jawa Barat, 0813-2035-9554
6. Biaya Kegiatan Total
a. PNBP Polban : Rp 5.500.000.-
b. Sumber lain : -
7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 3 bulan
1
I.4. Urgensi
Urgensi PKM-P ini sangat diperlukan untuk membuktikan kefektifan
pembuatan DPT beton porus sehingga mengurangi terjadinya longsor pada lereng
tanah jenuh air.
I.5. Luaran
Luaran dari PKM-P ini adalah artikel ilmiah perbandingan efektifitas
DPT beton solid dan DPT beton porus.
I.6. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui keefektivitasan
dinding material beton porus terhadap dinding metarial beton solid pada lereng
jenuh air berdasarkan pergerakan lateral yang terjadi saat pemberian beban.
I.7. Manfaat
Dengan peneltian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
keefektivan dinding penahan tanah porus terhadap solid untuk digunakan pada
lereng dengan kadar air yang tinggi. Manfaat jangka panjang dari hasil penelitian
ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam penerapan konstruksi
dinding penahan tanah porus dengan skala lapangan sebagai solusi penahan
longsor pada lereng jenuh air.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lereng dan Longsoran
Menurut Wesley 1977 dalam Winanda et al, 2017 membagi lereng menjadi 3
macam ditinjau dari segi terbentuknya, yaitu:
1. Lereng alam, yaitu lereng yang terbentuk akibat kegiatan alam, seperti erosi,
gerakan tektonik dan sebagainya.
2. Lereng yang dibuat manusia, akibat penggalian atau pemotongan pada tanah asli.
3. Lereng timbunan tanah, seperti urugan untuk jalan raya.
Menurut Winanda (2017), Ada 3 tipe utama dari kelongsoran tanah, yaitu
sebagai berikut:
1. Kelongsoran rotasi (rotational slips), yaitu kelongsoran yang bentuk permukaan
runtuh pada potongannya dapat berupa busur lingkaran atau kurva bukan
lingkaran.
2. Kelongsoran translasi (translational slips), cenderung terjadi bila lapisan tanah
yang berbatasan berada pada kedalaman yang relatif dangkal dibawah permukaan
lereng.
3. Kelongsoran gabungan (compound slips), terjadi bila lapisan tanah yang
berbatasan berada pada kedalaman yang lebih dalam. Hal ini umumnya terjadi
karena reruntuhannya terdiri dari potongan kurva dan bidang.
2.2 Dinding Penahan Tanah
Dinding penahan tanah merupakan salah satu konsep perkuatan tanah yang
digunakan dalam pekerjaan rekayasa sipil. Dinding-dinding penahan adalah
konstruksi yang digunakan untuk memberikan stabilitas tanah. Dinding penahan
tanah (Retaining Wall) berfungsi menstabilkan tanah pada kondisi tanah tertentu
khususnya untuk areal lereng alam dan lereng buatan serta lereng akibat urugan
tanah.
a. Kriteria
Didalam merencanakan konstruksi dinding penahan tanah yang stabil dan
aman maka konstruksi dinding penahan tanah harus memenuhi kriteria atau syarat
kapasitas konstruksi yang stabil dan aman. Kriteria yang perlu dicek antara lain:
a. Stabilitas terhadap geser (sliding);
b. Stabilitas terhadap guling (over turning);
3
c. Memiliki syarat kapasitas daya dukung tanah
b. Jenis
Berdasarkan cara untuk mencapai stabilitasnya, maka dinding penahan tanah
dapat digolongkan dalam beberapa jenis yaitu Dinding Gravitasi, Dinding
Penahan Kantiliver, Dinding Kontravort, Dinding Butters. Pada penelitian ini
model dinding penahan tanah yang digunakan adalah model dinding gravitasi.
Dinding Penahan Tanah Type Gravitasi (gravity wall) ini dibuat dari beton tidak
bertulang atau pasangan batu, terkadang pada dinding jenis ini dipasang tulangan
pada permukaan dinding untuk mencegah retakan permukaan akibat perubahan
temperatur. Seperti pada gambar berikut.
4
porositas tinggi yaitu antara 15-30% rongga udara sehingga mudah untuk dilalui
air. Beton porus dibuat dari campuran air, semen, agregat kasar, dengan sedikit atau
tanpa agregat halus agar didapatkan pori-pori yang cukup banyak. Contoh beton
dan beton porus
Diagram alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini.
Mulai
Studi literatur
Pengumpulan data
Selesai
5
Diagram alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini.
1. Studi Literatur
Mempelajari dan mendalami materi-materi yang berkaitan dengan
penelitian ini.
2. Pengumpulan Data
Data yang diperlukan untuk tugas akhir ini terdiri dari data primer dan data
sekunder.
3. Analisa Lereng dan Pemodelan DPT
Pemodelan awal konstruksi dinding penahan tanah skala 1:10 dilakukan
dengan menggunakan software Plaxis untuk memprediksi besarnya momen guling
dan momen penahan serta faktor keamanan dari model konstruksi dinding
penahan tanah yang dibuat.
4. Pembuatan Model Konstruksi DPT
Pembuatan model konstruksi dinding penahan tanah skala 1:10 dilakukan
dengan dua jenis material beton.
5. Pengujian DPT
Pengujian dilakukan dengan memberikan beban tekanan pada lereng.
Pembacaan pembebanan dilakukansecarabertahap setiap interval 1 divisi atau
sama dengan 4 kg sampai model dinding penahan tanah mengaami guling atau
sampai melampaui beban rencana.
6. Verifikasi Hasil Pengujian dengan Menggunakan Plaxis
Verifikasi dilakukan untuk membandingkan data yang diperoleh di
labolatorium dengan hasil analisis menggunakan sofware Plaxis.
7. Kesimpulan dan Saran
Setelah pengevaluasian dan pembahasan,dibuatkesimpulan dan saran
untuk kegiatan penelitian selanjutnya.
6
BAB IV HASIL DAN POTENSI KHUSUS
IV.1.1. Penentuan Lereng
Lereng yang dipilih untuk menjadi sampel pengeltian adalah lereng yang
berlokasi di Halaman sebrang Gedung Jurusan Teknik Sipil. Lereng tersebut
dipilih karena lokasinya yang tidak tertutup pohon sehingga ketika hujan, air
hujan akan langsung jatuh dan masuk ke dalam tanah. Selain itu lereng tersebut
dipilih karena memiliki keinggian yang berada di rentang 1 – 3 meter,
7
parameter kualitas beton. Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji
kuat tekan beton, uji kuat lentur beton, uji modulus elastisitas beton, dan uji
permeabilitas beton. (parameter beton hasil pengujian dan dokumentasi saat
pengujian terlampir)
IV.1.5. Perencancanaan Design DPT dan Pengujian DPT
Perencanaan design DPT diawali dengan menganalisa lereng untuk
mengetahui letak garis kritis dari lereng tersebut. Pada penelitian ini analisa lereng
dilakukan secara numerik. Parameter yang digunakan pada kondisi jenuh air
berdasarkan nilai keruntuhan mohr-columb yaitu sat, c’ dan ’ dengan nilai :
γsat = 16,73 KN/m3
c′ = 0,8 kg/cm2
′ = 16,53°
Sehingga nilai sat, c’ dan ’ lah yang akan dijadikan parameter tanah untuk
dimasukkan ke dalam analisa lereng secara numerik. Statigrafi tanah pada kondisi
jenuh air dapat dilihat pada Gambar 4.4.
γ = 16,73
kN/m3
= 16,530
c = 0,8 kN/m2
γ = 16 kN/m3
= 240
c = 1,2 kN/m2
Garis kritis pada lereng berdasarkan hasil analisa lereng secara numerik dapat
dilihat pada Gambar 4.5.
8
Gambar 4.2 Garis Kritis Lereng berdasarkan Hasil Analisa Lereng
Sketsa skala model konstruksi dinding penahan tanah yang akan dibuat
dapat dilihat pada lampiran.
IV.1.6. Hasil Pengujian DPT
1. Penjenuhan Lereng
Penjenuhan lereng dilakukan untuk mendapatkan kondisi lereng yang
jenuh air dan menyebabkan muka air tanah berada pada kondisi ekstrem yaitu di
atas permukaan lereng. Selang waktu antara proses penjenuhan dan pembebanan
lereng adalah 30 menit. Pada proses penjenuhan lereng ini dilakukan ilustrasi
hujan sampai air yang masuk ke dalam lereng cukup untuk membuat lereng jenuh
sesuai dengan hasil perhitungan yaitu sebanyak 111 liter. Namun pada
pelaksanaannya terjadi hal yang tidak diinginkan yaitu kebocoran box uji. Air
yang keluar akibat kebocoran tertampung sebanyak 52,5 liter, sehingga air yang
tersisa di dalam tanah sebanyak 58,5 liter atau setara dengan 52,7% volume air
rencana. Hasil yang diperoleh dari proses penjenuhan lereng ini berupa
pergerakkan yang terjadi pada permukaan tanah dan dinding penahan tanah baik
gerak vertikal maupun lateral akibat dorongan yang disebabkan oleh tekanan air.
Data hasil dan dokumentasi dapat dilihat pada lampiran.
2. Pembebanan
Pembebanan dilakukan untuk mengetahui pergerakkan yang terjadi pada
permukaan tanah dan dinding penahan tanah baik gerak vertikal maupun lateral
akibat pengaruh beban titik di atas lereng. Terdapat perbedaan penambahan pelat
baja pada saat melakukan pembebanan dinding penahan tanah porus dan solid.
Hasil dan dokumentasi dapat dilihat pada lampiran,
9
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian yang didapat disimpulkan bahwa:
1. Pergerakkan lateral yang terjadi pada dinding penahan tanah material beton
solid saat lereng dalam keadaan jenuh air adalah sebesar 59,98 mm pada
LVDT 1; 3,72 mm pada LVDT 3; dan -14,10 mm pada LVDT 4 berdasarkan
pengujian skala model di laboratorium, dan berdasarkan hasil nalisa numerik
pergerakkan lateral yang terjadi dapat mencapai 77,84 mm.
2. Pergerakkan lateral yang terjadi pada dinding penahan tanah material beton
porus saat lereng dalam keadaan jenuh air adalah sebesar 7,86 mm pada
LVDT 1; 6,02 pada LVDT 3; dan -6,35 pada LVDT 4 berdasarkan pengujian
skala model di laboratorium, dan berdasarkan hasil nalisa numerik
pergerakkan lateral yang terjadi dapat mencapai 60,59 mm .
3. Penggunaan material beton porus untuk konstruksi dinding penahan tanah
dapat mengurangi berat tanah akibat air pada lereng jenuh air dan dapat
mengurangi pergerakkan lateral dinding penahan tanah, hal ini dapat terbukti
dengan adanya nilai efektifitas pergerakkan vertikal dan lateral dinding
penahan tanah beton porus terhadap dinding penahan tanah beton solid seperti
yang terdapat pada lampiran.
V.2. Saran
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya penulis menyarankan beberapa
saran sebagai berikut.
1. Pemadataan tanah dan pengecekan kepadatan pada proses pembuatan
lereng dilakukan per 10 cm dengan jumlah dan ketinggian tumbukan yang
sama agar kepadatan tanah lebih merata.
2. Untuk penelitian selanjutnya dibuat alat yang dapat membuat hujan tiruan
secara merata pada seluruh permukaan tanah.
3. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan langsung di lapangan, agar
faktor-faktor lain yang tidak mungkin dibuat di laboratorium dapat tetap
diterapkan.
10
DAFTAR PUSTAKA
11