Anda di halaman 1dari 7

KAJIAN DPT BETON PORUS TERHADAP DPT BETON SOLID PADA

LERENG BERDASARKAN PERGERAKAN LATERAL AKIBAT


BEBAN DAN SATURASI

Andri Krisnandi Somantri, Muhamad Akbar, Safira Nurfadillah, A.M. Khoirul Fadilah
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
E-mail: mhdakbar9599@gmail.com

ABSTRAK
Longsor terjadi karena pergerakkan masa tanah akibat berat tanah sendiri dan pengaruh rembesan air tanah. Salah
satu upaya penanggulangan longsor ialah pembuatan dinding penahan tanah (DPT). Umumnya DPT dibangun
dengan material beton solid, namun hal ini menyebabkan air hujan dalam lereng terjebak. Maka solusi dari masalah
tersebut yaitu pembuatan DPT dengan material beton porus yang dapat meloloskan air sehingga dapat mengurangi
beban lereng. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pergerakkan lateral yang terjadi pada kedua DPT,
dan mendapatkan nilai efektifitas kedua DPT lalu membandingkannya. Pembuatan model lereng DPT solid dan
porus skala 1:10 di laboratorium menjadi metode yang digunakan pada peneltian ini. Pada skala model dilakukan
simulasi hujan untuk mendapatkan lereng kondisi jenuh air, dan pemberian beban titik sebesar 20 kN. Analisa
numerik dilakukan untuk memverifikasi hasil pengujian di laboratorium terhadap pergerakkan vertikal dan
horizontal maksimum, extreme total displacement, dan faktor keamanan dari kedua DPT. Hasil pengujian ini
menunjukkan pergerakan lateral maksimum yang terjadi pada DPT solid sebesar 59,981 mm, sedangkan pada DPT
porus sebesar 7,86 mm, sehingga memberikan nilai efektifitas DPT porus terhadap solid tertinggi sebesar 86,89%.
Hasil analisa numerik didapatkan pergerakkan lateral maksimum DPT solid sebesar 72,99 mm, sedangkan DPT
porus sebesar 56,52 mm, sehingga memberikan nilai efektifitas sebesar 22,56%. Hasil tersebut membuktikan
bahwa DPT porus lebih efektif dibangun pada lereng jenuh air.

Kata Kunci: Longsor, Dinding Penahan Tanah Solid, Dinding Penahan Tanah Porus, Efektifitas.

ABSTRACT
Landslides occur due to ground mass movement due to the weight of the soil itself and the influence of
groundwater seepage. One effort to deal with landslides is the construction of a retaining wall (DPT). Generally
DPT is built with solid concrete material, but this causes rainwater in the slopes to be trapped. Then the solution to
that problem is making DPT with porous concrete material that can pass water so that it can reduce the slope load.
This study aims to determine the magnitude of lateral movement that occurs in the two DPTs, and get the value of
the effectiveness of the two DPTs and compare them. DPT slope model making is solid and porous 1:10 scale in
the laboratory to be the method used in this research. On the scale of the model, a rain simulation is carried out to
obtain the slope of saturated water conditions, and a point load of 20 kN. Numerical analysis is done to verify the
results of testing in the laboratory against maximum vertical and horizontal movement, extreme total displacement,
and safety factors of both DPTs. The results of this test show that the maximum lateral movement that occurs in
solid DPT is 59.981 mm, while that in porous DPT is 7.86 mm, thus giving the highest effectiveness of porous
DPT to the highest solid of 86.89%. Numerical analysis results obtained maximum lateral movement of solid DPT
of 72.99 mm, while porous DPT of 56.52 mm, thus providing an effectiveness value of 22.56%. These results
prove that the DPT porus is more effectively built on water-saturated slopes.

Keywords: Landslide, Solid Soil Retaining Wall, Porous Soil Retaining Wall, Effectiveness.

1. PENDAHULUAN macam lereng, akibat berat tanah sendiri,


Longsor adalah suatu peristiwa geologi yang ditambah dengan pengaruh yang besar dari
terjadi karena pergerakan masa batuan atau rembasan air tanah, serta gaya lain dari luar
tanah. Kelongsoran dapat terjadi pada setiap lereng. Salah satu upaya dalam

1
menanggulanginya yaitu dengan pembuatan Mulai
dinding penahan tanah (DPT). Pada umumnya,
konstruksi DPT dibangun dengan menggunakan
material beton solid. Konstruksi DPT dengan Studi literatur
menggunakan material beton solid menyebabkan
air yang berada pada lereng terjebak dalam tanah Pengumpulan data
sehingga tidak bisa mengurangi beban lereng.
Lain halnya jika konstruksi DPT dibangun
1. Komposisi campuran beton porus berdasarkan penelitian Jul, dkk (2016)
dengan menggunakan material beton porus, air
2. Komposisi campuran beton solid berdasarkan SNI 7394 : 2008
yang berada pada lereng dapat keluar melalui
celah beton porus tersebut hinggga dapat
mengurangi beban lereng. Beton porus
merupakan material beton spesial dengan Analisa lereng dan pemodelan konstruksi DPT skala 1:10
berdasarkan data lapangan dari penelitian Putri, dkk (2018)
porositas tinggi yang penyerapannya 10-20% air
dalam kurun waktu 24 jam (Raju 1983 dalam
Trisnoyuwono, 2014), sehingga mudah untuk  Garis kritis lereng
dilalui air. Dengan permasalahan tersebut,  Dimensi DPT
penulis berinovasi untuk membandingkan
keefektifitasan antara dinding penahan tanah Pembuatan model konstruksi DPT
material beton solid dan dinding penahan tanah
material beton porus dengan melakukan kajian
Pengujian DPT skala model
berdasarkan hasil eksperimen di laboratorium
menggunakan konstruksi DPT skala model 1:10,
dilihat dari pengaruhnya terhadap gerak lateral Pergeseran DPT dan
pada dinding penahan tanah di lereng jenuh air. kecepatan ilfiltrasi air
Dengan adanya pembuatan DPT menggunakan
material beton porus ini, diharapkandapat Verifikasi hasil pengujian dengan
menggunkan Plaxis
mengurangi beban air dan menjadi solusi
pencegahan bencana longsor pada lereng
Evaluasi dan Pembahasan
terutama pada lereng jenuh air.
2. TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Kesimpulan dan Saran
sebagai berikut.
a. Mengetahui besarnya pergerakan lateral yang Selesai
terjadi pada dinding penahan tanah material
beton solid dan beton porus saat lereng
dalam keadaan jenuh air. Gambar 1. Diagram Alir Metodologi Penelitian
b. Membandingkan keefektifitasan antara
dinding penahan tanah material beton solid a) Studi Literatur
dan dinding penahan tanah material beton Mempelajari dan mendalami materi-materi
porus dilihat dari besarnya pergerakan lateral yang berkaitan dengan penelitian ini.
dan kecepatan infiltrasi air yang terjadi pada b) Pengumpulan Data
kedua dinding penahan tanah. Data yang diperlukan untuk tugas akhir ini
terdiri dari data primer dan data sekunder.
3. METODOLOGI PENELITIAN c) Analisa Lereng dan Pemodelan DPT
Pemodelan awal konstruksi dinding penahan
tanah skala 1:10 dilakukan dengan
menggunakan software Plaxis untuk
memprediksi besarnya momen guling dan
momen penahan serta faktor keamanan dari

2
model konstruksi dinding penahan tanah Menurut Winanda (2017), Ada 3 tipe utama dari
yang dibuat. kelongsoran tanah, yaitu sebagai berikut:
d) Pembuatan Model Konstruksi DPT 1. Kelongsoran rotasi (rotational slips), yaitu
Pembuatan model konstruksi dinding kelongsoran yang bentuk permukaan runtuh
penahan tanah skala 1:10 dilakukan dengan pada potongannya dapat berupa busur
dua jenis material beton. lingkaran atau kurva bukan lingkaran.
e) Pengujian DPT 2. Kelongsoran translasi (translational slips),
Pengujian dilakukan dengan memberikan cenderung terjadi bila lapisan tanah yang
beban tekanan pada lereng. Pembacaan berbatasan berada pada kedalaman yang
pembebanan dilakukansecarabertahap setiap relatif dangkal dibawah permukaan lereng.
interval 1 divisi atau sama dengan 4 kg 3. Kelongsoran gabungan (compound slips),
sampai model dinding penahan tanah terjadi bila lapisan tanah yang berbatasan
mengaami guling atau sampai melampaui berada pada kedalaman yang lebih dalam.
beban rencana. Hal ini umumnya terjadi karena
f) Verifikasi Hasil Pengujian reruntuhannya terdiri dari potongan kurva
Verifikasi dilakukan untuk membandingkan dan bidang.
data yang diperoleh di labolatorium dengan
hasil analisis menggunakan sofware Plaxis. 4.3 Dinding Penahan Tanah (DPT)
g) Kesimpulan dan Saran Dinding penahan tanah merupakan salah
Setelah penelitian selanjutnya. satu konsep perkuatan tanah yang digunakan
pengevaluasian dan pembahasan,dibuat dalam pekerjaan rekayasa sipil. Dinding-
kesimpulan dan saran untuk kegiatan dinding penahan adalah konstruksi yang
digunakan untuk memberikan stabilitas tanah.
4. TINJAUAN PUSTAKA Dinding penahan tanah (Retaining Wall)
4.1 Tanah Jenuh berfungsi menstabilkan tanah pada kondisi
Tanah jenuh mempunyai porositas lebih tanah tertentu khususnya untuk areal lereng
besar daripada tanah tak jenuh. Hal ini alam dan lereng buatan serta lereng akibat
disebabkan pada lapisan tanah jenuh banyak urugan tanah.
mengandung air yang terperangkap dalam a. Kriteria
rongga-rongga diantara butir-butir tanah, Didalam merencanakan konstruksi dinding
sehingga memperbesar nilai porositas. penahan tanah yang stabil dan aman maka
Kecepatan air dalam tanah jenuh dipengaruhi konstruksi dinding penahan tanah harus
oleh tinggi muka air. Koefisien permeabilitas memenuhi kriteria atau syarat kapasitas
tanah jenuh cenderung lebih besar dari tanah tak konstruksi yang stabil dan aman. Kriteria yang
jenuh. Pada sebuah penelitian menunjukkan perlu dicek antara lain:
bahwa selama 1-7 hari pertama penyerapan 60Co a. Stabilitas terhadap geser (sliding);
dan 137Cs oleh tanah jenuh mendekati 100% b. Stabilitas terhadap guling (over turning);
(Lubis, 1996). c. Memiliki syarat kapasitas daya dukung tanah
b. Jenis
4.2 Lereng dan Longsoran Berdasarkan cara untuk mencapai
Menurut Wesley 1977 dalam Winanda et al, stabilitasnya, maka dinding penahan tanah dapat
2017 membagi lereng menjadi 3 macam ditinjau digolongkan dalam beberapa jenis yaitu Dinding
dari segi terbentuknya, yaitu: Gravitasi, Dinding Penahan Kantiliver, Dinding
1. Lereng alam, yaitu lereng yang terbentuk Kontravort, Dinding Butters. Pada penelitian ini
akibat kegiatan alam, seperti erosi, gerakan model dinding penahan tanah yang digunakan
tektonik dan sebagainya. adalah model dinding gravitasi.
2. Lereng yang dibuat manusia, akibat Dinding Penahan Tanah Type Gravitasi (gravity
penggalian atau pemotongan pada tanah asli. wall) ini dibuat dari beton tidak bertulang atau
3. Lereng timbunan tanah, seperti urugan untuk pasangan batu, terkadang pada dinding jenis ini
jalan raya. dipasang tulangan pada permukaan dinding

3
untuk mencegah retakan permukaan akibat penempatan setiap titik pengamatan dapat dilihat
perubahan temperatur. Seperti pada gambar pada gambar berikut.
berikut.

Gambar 3. Titik Penempatan LPDT Tampak Samping

Setiap LPDT akan bergerak secara vertical


maupun lateral dan terbaca oleh alat
pengukurnya. Berikut data grafik hasil
pengujian.
Gambar 2. Dinding Penahan Tanah Type Gravitasi (gravity
wall)
Dinding gravity merupakan dinding penahan GRAFIK PERGERAKKAN
tanah yang mengandalkan berat bahan sebagai PADA LVDT 1
Pergerakkan Lateral Dial (mm)

penahan tanah umumnya berupa pasangan batu 0.6


atau bronjong batu (gabion). Dinding semi 0.4
gravity selain mengandalkan berat sendiri,
memanfaatkan berat tanah tertahan untuk 0.2
kestabilan struktur. Sedangkan dinding 0
nongravity mengandalkan konstruksi dan 0 20 40 60 80
-0.2
kekuatan bahan untuk kestabilan. Volume Air (Liter)

5. HASIL DAN PEMBAHASAN Solid Porus

5.1 Hasil Pengujian Penjenuhan Lereng Poly. (Solid) Poly. (Porus)


Penjenuhan lereng dilakukan untuk
mendapatkan kondisi lereng yang jenuh air dan GRAFIK PERGERAKKAN
menyebabkan muka air tanah berada pada PADA LVDT 2
kondisi ekstrem yaitu di atas permukaan lereng.
Pergerakkan Vertikal Dial (mm)

0.1
Selang waktu antara proses penjenuhan dan
pembebanan lereng adalah 30 menit. Pada proses 0.05
penjenuhan lereng ini dilakukan ilustrasi hujan
sampai air yang masuk ke dalam lereng cukup 0
untuk membuat lereng jenuh sesuai dengan hasil 0 20 40 60 80
perhitungan yaitu sebanyak 111 liter. Hasil yang -0.05
Volume Air
diperoleh dari proses penjenuhan lereng ini
berupa pergerakkan yang terjadi pada permukaan Solid Porus
tanah dan dinding penahan tanah baik gerak
Poly. (Solid) Poly. (Porus)
vertikal maupun lateral akibat dorongan yang
disebabkan oleh tekanan air. Adapun

4
GRAFIK PERGERAKKAN 5.2 Hasil Pengujian Pembebanan Lereng
PADA LVDT 3 Pembebanan dilakukan untuk mengetahui
Pergerakkan Lateral Dial (mm)

0.06 pergerakkan yang terjadi pada permukaan tanah


0.04
dan dinding penahan tanah baik gerak vertikal
maupun lateral akibat pengaruh beban titik di
0.02
atas lereng. Terdapat perbedaan penambahan
0 pelat baja pada saat melakukan pembebanan
0 20 40 60 80 dinding penahan tanah porus dan solid.
-0.02
Volume Air (Liter)

Solid Porus
Poly. (Solid) Poly. (Porus)

GRAFIK PERGERAKKAN
PADA LVDT 4
0.01
Pergerakkan Lateral Dial (mm)

0
0 20 40 60 80
-0.01

-0.02
Volume Air (Liter)
Gambar 4. Titik Pembebanan dan penempata LPDT.
Solid Porus
Dinding Penahan tanah akan dibebani dengan
Poly. (Solid) Poly. (Porus)
beban total 2 ton secara berkala dengan kelipatan
60 kg. Agar beban disalurkan secara merata
Dapat dilihat dari grafik hubungan pergerakan maka diberikan pelat baja diatas tanah jenuhnya.
lateral dan volume air bahwa semakin banyak Berikut grafik hasil pengujuian pembebanan
volume air yang ditambahkan maka pergerakan lereng.
lateral semakin besar serta dinting penahan tanah
beton solid memiliki pergerakan lateral yang GRAFIK PERGERAKKAN
lebih besar dibanding dinding penahan tanah LATERAL LVDT 1
beton porus pada setiap pembacaan LPDT. Hasil 70 y = -2E-05x2 + 0.0585x + 6.4287
Pergerakkan (mm)

dari penjenuhan lereng dapat dilihat pada table 60


berikut. 50
Tabel 1. Hasil Pengujian Penjenuhan Lereng 40
30
20
2
10 y = 3E-06x - 0.0018x + 0.3893
0
0 500 1000 1500 2000 2500
Beban (kg)

SOLID PORUS
Poly. (SOLID) Poly. (PORUS)

5
DPT beton solid lebih besar dari pergerakan
GRAFIK PERGERAKKAN DPT beton porus. Hasil pengujuan pembebanan
VERTIKAL LVDT 2 lereng dapat dilihat pada table berikut.
15 y = -7E-06x2 + 0.0195x - 1.4375
Pergerakkan (mm)

Tabel 2. Hasil Pengujian Pembebanan Lereng


10
5
y = 6E-07x2 - 0.0004x + 0.1479
0
0 500 1000 1500 2000 2500
Beban (kg)

SOLID PORUS
Poly. (SOLID) Poly. (PORUS)

GRAFIK PERGERAKKAN
LATERAL LVDT 3
7
Pergerakkan (mm)

y = 1E-06x2 + 0.0003x - 0.1821


5
3 6. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian penjenuhan dan
1
pembebanan dapat disimpulkan bahwa:
-1 y = -4E-06x2 + 0.009x - 2.5475
1. Pergerakkan lateral yang terjadi pada dinding
0 500 1000 1500 2000 2500
penahan tanah material beton solid saat
Beban (kg) lereng dalam keadaan jenuh air adalah
sebesar 59,98 mm pada LVDT 1; 3,72 mm
SOLID PORUS
pada LVDT 3; dan -14,10 mm pada LVDT 4
Poly. (SOLID) Poly. (PORUS) berdasarkan pengujian skala model di
laboratorium, dan berdasarkan hasil nalisa
GRAFIK PERGERAKKAN numerik pergerakkan lateral yang terjadi
LATERAL LVDT 4 dapat mencapai 77,84 mm.
2. Pergerakkan lateral yang terjadi pada dinding
0 500 1000 1500 2000 2500 penahan tanah material beton porus saat
0
lereng dalam keadaan jenuh air adalah
Pergerakkan (mm)

-5 sebesar 7,86 mm pada LVDT 1; 6,02 pada


y = -2E-06x2 + 0.0003x + 0.1955 LVDT 3; dan -6,35 pada LVDT 4
-10
berdasarkan pengujian skala model di
-15 laboratorium, dan berdasarkan hasil nalisa
y = 7E-06x2 - 0.0229x + 2.2019 numerik pergerakkan lateral yang terjadi
-20
Beban (kg) dapat mencapai 60,59 mm .
3. Penggunaan material beton porus untuk
SOLID PORUS
konstruksi dinding penahan tanah dapat
Poly. (SOLID) Poly. (PORUS) mengurangi berat tanah akibat air pada
lereng jenuh air dan dapat mengurangi
Dari grafik hubungan pergerakan lateral dan pergerakkan lateral dinding penahan tanah,
penambahan beban dapat disimpulkan semakin hal ini dapat terbukti dengan adanya nilai
besar beban yang diberikan maka semakin besar efektifitas pergerakkan vertikal dan lateral
pergerakan lateral yang terjadi. Pada grafik dinding penahan tanah beton porus terhadap
semua LPDT terlihat bahwa pergerakan lateral dinding penahan tanah beton solid seperti
yang terdapat pada lampiran.

6
7. SARAN (Studi Kasus: Sekitar Areal Pt. Trakindo,
Setelah mengevaluasi penelitian ini, terdapat
Desa Maumbi, Kabupaten Minahasa
beberapa saran dari penulis, yaitu ;
1. Pemadataan tanah dan pengecekan kepadatan Utara). Jurnal Sipil Statik. 5(5): 285-294.
pada proses pembuatan lereng dilakukan per
Putra, H., A.Rifa'i & J. Sujono. 2014. Pengaruh
10 cm dengan jumlah dan ketinggian
tumbukan yang sama agar kepadatan tanah Infiltrasi terhadap Parameter Tanah Jenuh
lebih merata.
Sebagian dalam Analisis Stabilitas Lereng.
2. Untuk penelitian selanjutnya dibuat alat yang
dapat membuat hujan tiruan secara merata Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
pada seluruh permukaan tanah.
Tanjung, A & Y. Afrisa. 2016. Perencanaan
3. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan
langsung di lapangan, agar faktor-faktor lain Dinding Penahan Tanah Tipe Penyanggah
yang tidak mungkin dibuat di laboratorium
Pada Tebing Sungai Lematang Kabupaten
dapat tetap diterapkan
Lahat, Sumatera Selatan. Laporan Tugas

DAFTAR PUSTAKA Akhir. Palembang: Politeknik Negeri


Adli, T. 2013. Perencanaan Dinding Penahan Sriwijaya.
Tanah.[Online]https://dokumen.tips/docum
ents/perencanaan-dinding-penahan-
tanah.html, diakses pada 2 September
2019.
Dharmayasa, I G. N. P. & I G.L.B. Eratodi.
2016. Analisis Dinding Penahan Tanah
Dengan Pondasi Tiang Bor (Studi Kasus
Tower Pln Sutt 150kv No. 71 Di Jalan
Gatot Subroto Barat Denpasar). Jurnal
Dinamika Rekayasa, 12(2): 71-78.
Endawati, J., L.D.D. Widuri & Enung. 2016.
Pengaruh Penggantian Sebagian Besar
Semen dengan Fly Ash pada Permeabilitas
dan Infiltrasi Perkerasan Paving Berpori.
Bandung: Politeknik Negeri Bandung.
Ginting, A. 2015. Kuat Tekan dan Porositas
Beton Porous dengan Bahan Pengisi
Styrofoam. Jurnal Teknik Sipil, 11(2): 76-
168.
Kalalo, M., J.H. Ticoh & A.T Mandagi. 2017.
Analisis Stabilitas Dinding Penahan Tanah

Anda mungkin juga menyukai