Abstrak
Pemanfaatan fly ash sebagai material pembentuk beton memberikan dampak positif jika
ditinjau dari segi lingkungan. Fly Ash merupakan sisa pembakaran batu bara yang sangat
halus. Kehalusan butiran fly ash ini berpotensi terhadap pencemaran udara. Penanganan
fly ash pada saat ini masih terbatas pada penimbunan di lahan kosong. Dalam penelitian
ini, akan mengidentifikasi manfaat fly ash sebagai material pengganti semen pada beton.
Identifikasi material fly ash menitikberatkan pada pengaruh penggunaan material ini
terhadap kuat tekan beton khususnya pada awal umur beton.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan fly ash sebagai
bahan pengganti semen terhadap kuat tekan beton. Persentase fly ash yang digunakan
bervariasi, mulai dari 5% sampai 12,5% dengan interval penggunaan Fly ash sebesar
2,5%. Beton akan diuji pada umur 3, 7, 14 dan 28 hari setelah terlebih dahulu dilakukan
curing.
Penelitian ini menggunakan benda uji berbentuk kubus sebanyak 96 benda uji dimana
untuk setiap variasi sebanyak 12 benda uji. Dari penelitian ini diperoleh bahwa nilai kuat
tekan tertinggi pada penggunaan 12,5% fly ash, yaitu 404,03 Kg/cm2 pada umur 28 hari
dengan persentase peningkatan 27,95%. Pada awal umur beton nilai kuat tertinggi pada
penggunaan fly ash 12,5%, sebesar 231,04 Kg/cm2 dengan persentase peningkatan sebesar
60% terhadap beton normal. Dapat disimpulkan bahwa pada awal umur beton,
penggunaan fly ash mempengaruhi kekuatan beton. Persentase penggunaan fly ash 12,5%
pada beton,akan menghasilkan beton dengan kuat tekan maksimum.
Abstract
The utilization of fly ash as a concrete-forming material gives a positive impact if viewed
from the aspect of the environment. Fly Ash is a very fine residual coal combustion. The
smoothness of the grains of fly ash is potentially against air pollution. The handling of fly
ash is currently limited to stockpiling on vacant land. In this study, will identify the
benefits of fly ash as a cement replacement material in concrete. Identification of fly ash
materials focuses on the effect of using this material on the compressive strength of
concrete especially in the early life of the concrete.The purpose of this study is to
determine the effect of the use of fly ash as a cement replacement material against the
compressive strength of concrete. The percentage of fly ash used varies, ranging from 5%
to 15% with a Fly ash usage interval of 2.5%. Concrete will be tested at age 3, 7, 14 and
28 days after curing first.This study uses test specimens in the form of cubes as many as
96 test objects where for each variation as many as 12 test objects. From this study it was
found that the highest compressive strength value was on the use of 12.5% fly ash, which
was 404.03 Kg / cm2 at the age of 28 days with an increase of 27.95%. At the beginning
of the concrete life the highest strong value on the use of fly ash 12.5%, amounting to
231.04 Kg / cm2 with an increase percentage of 60% against normal concrete. It can be
concluded that at the beginning of concrete age, the use of fly ash affects the strength of
concrete. Percentage of using 12.5% fly ash on concrete, will produce concrete with
maximum compressive strength.
Penelitian ini menghasilkan kuat tekan beton mutu tinggi memberikan hasil yang maksimum
maksimum pada umur 28 hari sebesar 69,736 pada 75,06 Mpa.
MPa dengan
perbandingan kadar microsilica 10% dan fly ash a. Sifat Fisik
0%, dengan menggunakan fas 0,3. Pujianto Menurut ACI Committee 226, dijelaskan bahwa
(2010) dengan menggunakan bahan tambah abu terbang (fly ash) mempunyai butiran yang
superplasticizer dan fly ash menghasilkan kuat halus, yaitu lolos ayakan No. 325 (45 mili
tekan beton maksimum pada umur 28 hari micron) 5-27 %. Fly Ash umumnya berbentuk
sebesar 57,11 MPa dengan kadar superplasticizer bola padat atau berongga. Abu terbang memiliki
yang digunakan sebesar 2% dan fly ash 12% densitas 2,23 gr/cm3, dengan kadar air sekitar
dengan fas 0,3. 4%. Fly ash memiliki specific gravity antara
Sebayang (2006) dengan menggunakan bahan 2,15-2,6 dan berwarna abu-abu kehitaman.
tambah fly ash sebagai substitusi sejumlah semen Ukuran partikel abu terbang hasil pembakaran
tipe V, kuat tekan maksimum didapatkan pada batubara bituminous lebih kecil dari 0,075
saat beton berumur 56 hari dengan kuat tekan mm. Fly ash memiliki luas area spesificnya 170-
maksimum 55,275 MPa dengan kadar fly 1000 m2/kg. Ukuran partikel rata-rata abu
ash 20%. Kemudian Sebayang (2011) kembali terbang batu bara jenis sub bituminous 0,01 mm
meneliti penggunaan silica fume sebagai bahan – 0,015 mm, luas permukaannya 1-2 m2/g,
tambah pada beton alir mutu tinggi. Hasil bentuk partikel mostly spherical, yaitu sebagian
penelitiannya diperoleh kuat tekan maksimum besar berbentuk bola, sehingga menghasilkan
sebesar 51,35 MPa pada umur 56 hari dengan kelecakan yang lebih baik (Nugroho, P dan
kadar silica fume sebesar 9%. Nugraheni (2011) Antoni, 2007).
pada beton mutu tinggi dengan serat baja dan
filler nanomaterial berupa pasir kuarsa b. Sifat Kimiawi
menghasilkan kuat tekan maksimum pada umur Sifat kimia dari fly ash dipengaruhi oleh jenis
28 hari sebesar 71,06 MPa dengan kadar filler batubara yang dibakar, teknik penyimpanan, dan
nano material 10%. Hasil penelitian tersebut penanganannya. Pembakaran batu bara lignit dan
menunjukkan peningkatan kuat tekan beton sub-bituminous menghasilkan abu terbang
dengan hasil yang berbeda-beda untuk masing- dengan kalsium dan magnesium oksida lebih
masing penelitian. banyak daripada jenis bituminous. Komponen
Marsianus Danasi dan Ade Lisantono (2015) utama fly ash batu bara adalah silica (SiO2),
dalam penelitian “pengaruh penambahan fly ash alumina (AleO3), besi oksida (Fe2O3), kalsium
pada beton mutu tinggi dengan silica fume dan (CaO); dan magnesium , potassium, sodium,
filler pasir kwarsa” mendapatkan bahwa titanium, dan belerang dalam jumlah yang
penggunaan fly ash 5%, silicafume 10% dan sedikit.
superplasticizer 2% dari berat semen pada beton Komposisi dan Klasifikasi Fly ash dapat dilihat
pada tabel berikut:
Abu terbang tidak memiliki kemampuan silika yang dikandung di dalam fly ash akan
mengikat seperti halnya semen, namun dengan bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida
kehadiran air dan ukurannya yang halus, oksida yang terbentuk dari proses hidrasi semen dan
menghasilkan zat yang memiliki kemampuan pozzolanic. Hal ini memungkinkan terjadinya
yang mengikat (Djiwantoro, 2001). peningkatan kekuatan dan durabilitas dari beton.
Abu batubara dapat digunakan pada beton Adanya penggunaan fly ash dapat menjadi faktor
sebagai material terpisah atau sebagai bahan kunci pada pemeliharaan beton tersebut.
dalam campuran semen dengan tujuan untuk Pada umumnya, penggunaan fly ash sebagai
memperbaiki sifat-sifat beton. Fungsi abu pengganti sebagian berat semen terbatas pada fly
batubara sebagai bahan aditif dalam beton bisa ash tipe F. Fly ash tersebut dapat menggantikan
sebagai pengisi (filler) yang akan menambah semen sampai 30% berat semen yang
internal kohesi dan mengurangi porositas daerah dipergunakan dan dapat menambah daya tahan
transisi yang merupakan daerah terkecil dalam dan ketahanan terhadap kimia. Fly ash juga dapat
beton, sehingga beton menjadi lebih kuat. Pada meningkatkan workability dari semen dengan
umur sampai dengan 7 hari, perubahan fisik abu berkurangnya pemakaian air. Produksi semen
batubara akan memberikan konstribusi terhadap sedunia pada tahun 2010 diperkirakan mencapai
perubahan kekuatan yang terjadi pada beton, 2 miliar ton. Hal ini memberikan sebuah solusi,
sedangkan pada umur 7 sampai dengan 28 hari, dimana penggunaan fly ash dapat mengurangi
penambahan kekuatan beton merupakan akibat emisi gas carbon secara signifikan.
dari kombinasi antara hidrasi semen dan reaksi Perbandingan fly ash dengan semen Portland
pozzolan. dapat ditinjau dari tiga kemiripan sifat ke dua
material tersebut, yaitu sifat fisik, sifat kimia, dan
Jenis-Jenis Fly Ash sifat pozzolan.
Berdasarkan ACI Manual of concrete Practice
1993 Part I 226.3R-3), Fly Ash dapat dibedakan Perbandingan Sifat Fisik
menjadi 3 jenis: Fly ash dan semen mempunyai kemiripan jika
1. Kelas C ditinjau dari sifat fisik. Kemiripan sifat fisik ke
2. Kelas F duanya dapat ditinjau dari beberapa variabel.
3. Kelas N Perbandingan sifat fisik fly ash dan semen
Portland dapat dilihat pada tabel berikut:
Perbandingan Fly Ash dan Semen Portland
Fly ash digunakan untuk menggantikan semen
Portland pada beton, karena mempunyai sifat
BN 144,32 0,00
FA 1 148,93 3,20
FA 2 205,67 42,51
FA 3 215,84 49,56
FA 4 231,04 60,10
Sumber: Hasil penelitian
BN 189,18 0,00
FA 1 201 6,25
FA 2 213,49 12,85
FA 3 236,57 25,05
FA 4 234,93 24,18
Sumber: Hasil penelitian
3. Peningkatan kuat tekan beton umur 14 hari. dengan fly ash mengalami peningkatan kekuatan
Dari pengolahan data kuat tekan beton karateristik terhadap beton normal untuk umur
normal dan beton dengan pengunaan fly ash dan 14 hari. Persentase peningkatan kekuatan beton
silica fume didapat persentase perbandingan kuat karakteristik tebesarl terjadi pada penggunaan fly
tekan beton dengan fly ash terhadap beton normal ash sebesar 7,5%, yaitu sebesar 7,43% terhadap
pada umur 14 hari pada tabel 8. beton normal.
Tabel 8 menunjukkan nilai kuat tekan
karakteristik untuk beton normal dan beton
FA 1 275,96 5,79
FA 2 285,05 9,27
FA 3 302,45 15,94
FA 4 332,86 27,60
Sumber: Hasil penelitian
4.Peningkatan kuat tekan beton umur 28 hari. dengan fly ash mengalami peningkatan kekuatan
Dari pengolahan data kuat tekan beton karateristik terhadap beton normal untuk umur
normal dan beton dengan pengunaan fly ash dan 28 hari. Persentase peningkatan kekuatan beton
silica fume didapat persentase perbandingan kuat karakteristik tebesarl terjadi pada penggunaan fly
tekan beton dengan fly ash terhadap beton normal ash 12,5%, yaitu sebesar 27,95 % terhadap beton
pada umur 28 hari pada tabel 9. normal.
Tabel 9 menunjukkan nilai kuat tekan
karakteristik untuk beton normal dan beton
BN 316,33 0,00
FA 1 320,72 1,39
FA 2 347,58 9,88
FA 3 377,3 19,27
FA 4 404,73 27,95
Sumber: Hasil penelitian
Dari Hasil analisa dan pembahasan terhadap Tinggi (PD T-04-2004-C), Departemen
penelitian maka bisa diambil kesimpulan bahwa Pekerjaan Umum.
penggunaan fly ash sebagai bahan pengganti
memberikan pengaruh pada beton. Hal ini dapat Marsianus Danasi dan Ade Lisantono (2015).
terlihat bahwa diawal umur beton, terjadi Pengaruh penambahan fly ash pada beton
peningkatan kekuatan 60% dari beton normal. mutu tinggi dengan silica fume dan filler
Peningkatan kekuatan beton tertinggi terjadi pada pasir kwarsa, Prosiding Konferensi
penggunaan fly ash 12,5%. Nasional Teknik Sipil 9 (KoNTekS
9)Komda VI BMPTTSSI - Makassar, 7-8
SIMPULAN DAN SARAN Oktober 2015
DAFTAR PUSTAKA
Pandu Mahendra
Progam Studi S1 Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil, Fakutas Teknik, Universitas Negeri Surabaya
mpandu2169@gmail.com
Yogie Risdianto
Jurusan Teknik Sipil, Fakutas Teknik, Universitas Negeri Surabaya
risdi75@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan limbah karbit sebagai material pengganti semen dalam pembuatan beton
mutu normal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah persentase pemakaian limbah karbit dan
pengaruhnya dalam pembuatan beton normal. Penelitian ini dilakukan dengan menggantikan prosentase tertentu dari
berat semen dengan limbah karbit. Beton dicetak munggunakan cetakan silinder berukuran tinggi 20 cm dengan
diameter 10 cm. Pengujian dilakukakan ketika beton mencapai umur 7, 14, 21, dan 28 hari. Uji yang dilakukan adalah
uji kuat tekan menggunakan Compression Testing Machine laboratorium Teknik Sipil UNESA. Hasil dari penelitian ini
didapat nilai kuat tekan maksimal limbah karbit berada pada titik 10%. Melebihi itu kuat tekan beton akan mengalami
penurunan. Pada persentase 12,5 % nilai kuat tekan mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan sifat halus dari
karbit tidak mampu menyamai sifat dari semen. Butiran limbah karbit tidak mampu menyamai kehalusan dari semen.
Butiran yang terlalu banyak justru akan menimbulkan rongga pada beton. Rongga tersebut akan menurunkan nilai kuat
tekan beton pada saat pengujian dialakukan. Beton uji yang mengandung limbah karbit terlalu banyak akan mengalami
segresi yang menyebabkan keretakan di banyak sisi ketika pengujian
Abstract
This research was conducted by utilizing carbide waste as a cement replacement material in the manufacture of normal
quality concrete. The purpose of this study was to determine the number of percentages of carbide waste usage and its
effect in making normal concrete. This research was conducted by replacing a certain percentage of the weight of
cement with carbide waste. Printed concrete uses cylindrical molds measuring 20 cm high with a diameter of 10 cm.
The test was carried out when the concrete reached the ages of 7, 14, 21 and 28 days. The test is a compressive strength
test using Compression Testing Machine UNESA civil engineering laboratory. The results of this study obtained the
maximum compressive strength of carbide waste at the point of 10%. Moreover, the compressive strength of the
concrete will decrease. At the percentage of 12.5% the value of compressive strength has decreased. This is because the
subtle nature of carbide is not able to match the properties of cement. Carbide waste granules are unable to match the
fineness of cement. Too many grains will cause cavities in the concrete. The cavity will reduce the value of concrete
compressive strength when the test is carried out. Test concrete that contains too much carbide waste will experience a
secretion that causes cracks on many sides when testing
1
lebih efisien dari segi pelaksanaan dan sifat beton panjang sekitar 2,5 mm sampai 10 mm). Penambahan
yang kuat terhadap tekan.Salah satu penyusun material serat pada beton dimaksudkan untuk memperbaiki
beton yang memiliki peranan penting adalah semen kelemahan sifat yang dimiliki oleh beton yaitu
memiliki kuat tarik yang rendah.
Portland sebagai perekat. Namun semakin lama harga
semen portland semakin meningkat. Oleh karena itu
C. Material Penyusun Beton
sebisa mungkin dicoba berbagai material yang
memiliki sifat yang sama seperti halnya semen 1. Semen
portland untuk menggantikan atau setidaknya Pengertian umum yang di maksud dengan semen
mengurangi komposisi semen pada beton namun adalah bahan yang mempunyai sifat adhesive dan
masih memenuhi standard kelayakan. Berdasarkan chohesive yang digunakan sebagai bahan pengikat
latar belakang di atas, maka timbul gagasan untuk (bonding material), yang dipakai bersama-sama
dengan agregat dan atau bahan tambah lainnya
mengadakan penelitian yang berjudul “Pemanfaatan
(Wikana, Irwan dan Haryanto, Try,
Limbah Karbit sebagai Material Pengganti Sebagian 2007:19).“Semen hidrolik biasa yang dipakai
Semen terhadap Kuat Tekan Beton Normal”. untuk beton bertulang, dinamakan semen Portland
B. Rumusan Masalah (Portland cement), karena setelah mengeras mirip
dengan batu porland yang ditemukan didekan
Sesuai dengan uraian latar belakang diatas, maka Dost, Inggris” (Chu-Kia Wang, 1993). Semen
rumusan masalah yang dapat diambil dalam penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen
adalah “Bagaimanakah pengaruh pemanfaatan limbah Portland. Jenis semen menurut SNI-15-2049-2004
karbit sebagai pengganti sebagian semen terhadap ialah sebagai berikut:
mutu beton?” a. Jenis I, digunakan untuk konstruksi pada
umumnya, dimana tidak diminta persyaratan
KAJIAN PUSTAKA khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis
A. Beton lainnya.
b. Jenis II, digunakan untk konstruksi pada
Menurut SNI-2847-2013(2013), pengertian beton umumnya, terutama bila disyaratkan agar tahan
adalah campuran antara semen portland atau semen terhadap sulfat dan panas hidrasi yang sedang.
hidraulik lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, c. Jenis III, digunakan untuk konstruksi yang
dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk menuntut kekuatan awal yang tinggi.
masa padat. Beton disusun dari agregat kasar dan d. Jenis IV, digunakan untuk konstruksi yang
agregat halus. Agregat halus yang digunakan biasanya menuntut panas hidrasi rendah.
adalah pasir alam maupun pasir yang dihasilkan oleh e. Jenis V, digunakan untuk konstruksi yang
industri pemecah batu, sedangkan agregat kasar yang menuntut persyaratan yang sangat tahan terhadap
dipakai biasanya berupa batu alam maupun batuan sulfat.
yang dihasilkan oleh industri pemecah batu.Beton
merupakan bahan dari campuran antara Portland 2. Agregat
cement, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), Agregat adalah butiran mineral alami yang
air dengan tambahan adanya rongga-rongga udara. berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran
Campuran bahan-bahan untuk adonan beton harus beton atau mortar. Agregat menempati sebanyak
ditetapkan dengan suatu perhitungan, sehingga kurang lebih 70 % dari volume beton atau
mortar.Oleh karena itu sifat-sifat agregat sangat
menghasilkan adonan beton yang mudah dikerjakan
mempengaruhi sifat-sifat beton yang dihasilkan
dan memenuhi kekuatan tekan rencana yang (Riyadi, Muhtarom dan Amalia, 2005:11). Sifat
ditetapkan setelah mengeras selama 28 hari. Dengan agregat ini sangat berpengaruh terhadap beton
begitu beton akan mengeras dengan sempurna. keseluruhan. “Agregat halus atau pasir merupakan
bahan bahan batuan halus pembentuk beton
B. Beton Serat dengan ukuran butir 0,14 sampai 5 mm. Pasir ini
terbentuk ketika batu-batuan terbawa arus dan
Beton serat merupakan beton yang terdiri dari menggalami pelapukan atau erosi. Pasir dapat
semen hidrolik, air, agregat halus, agregat kasar dan dibuat dengan cara pemecahan batu-batuan atau
serat (serat baja, plastik, glass maupun serat alami) sering disebut pasir buatan. Bentuk dan tekstur
yang disebar secara diskontinu. Tjokrodimuljo, permukaan pasir sangat nyata mempengaruhi
Kardyono (1992) mendefinisikan beton serat (fiber kelecekan (mudah dikerjakan) dari beton segarnya,
concrete) sebagai bahan komposit yang terdiri dari maupun daya lekat antara agregat dan
beton biasa dan bahan lain yang berupa serat (batang- pastanya”(Wikana, Irwan dan Haryanto, Try,
batang dengan diameter antara 5 dan 500 µm dengan 2007:20).
2
D. Bahan Penyusun Beton F. Limbah Karbit
1. Semen Portland Limbah Karbit adalah sebuah produk dari gas
Semen portland adalah semen hidrolis yang acetylene. Gas ini digunakan di seluruh dunia untuk
dihasilkan dari penggilingan klingker yang penerangan, pengelasan, pemotongan besi, juga untuk
kandungan utamanya calcium silicate dan satu atau mematangkan buah. Karbit dibuat dengan proses yang
dua buah bentuk calcium sulfat sebagai bahan sangat sederhana. Dimana terjadi reaksi antara
tambahan. Fungsi semen adalah untuk merekatkan kalsium karbida (CaC2) dengan air (H2O) untuk
butir-butir agregat agar terjadi suatu massayang menghasilakn gas acetylene (C2H2). Kalsium karbit
kompak atau padat. Perbedaan sifat jenis semen yang merupakan hasil sampingan pembuatan gas
satu dengan yang lainnya dapat terjadi karena acetylene adalah berupa padatan berwarna putih
perbedaan susunan kimia maupun kehalusan butir- kehitaman atau keabu-abuan. Awal dihasilkannya
butirnya. limbah karbit berupa koloid (semi cair) karena gas dan
2. Pasir air.Setelah 3-7 hari, gas yang terkandung menguap
Pasir atau agregat halus merupakan bahan pengisi perlahan seiring dengan penguapan gas dan air kapur
yang dipakai bersama bahan pengikat dan air limbah karbit mulai mengering, berubah menjadi
untuk membentuk campuran yang padat dan keras. gumpalan-gumpalan yang rapuh dan mudah di
Pasir yang dimaksud adalah butiran butiran hancurkan serta dapat menjadi serbuk. (Utomo, 2010)
mineral yang keras dengan besar butiran antara
0,15 mm sampai 5 mm (Tjokrodimuljo, 1996). METODE
3. Kerikil A. Prosedur Penelitian
Kerikil dalam campuran beton harus memenuhi
Pada prosedur diagram alir dibawah ini akan
persyaratan yaitu berbutir keras (tidak mudah
dipaparkan secara garis besar prosedur penelitian dari
hancur) dan tidak berpori agar dapat menghasilkan
awal hingga akhir. Adapum diagram alirnya adalah
beton yang keras dan sifat tembus airnya kecil,
sebagai berikut:
tidak mengandung lempung lebih dari 1%, tidak
mengandung zat reaktif alkali (dapat menyebabkan
PersiapanPenelitian
pengembangan beton).
4. Air
Fungsi air adalah sebagai media perantara pada
Observasi ke Pengambilan
proses pengikatan kimiawi antara semen dan
bengkel limbah karbit
agregat. Proses ini akan berlangsung baik, apabila pengelasan karbit
air yang dipakai adalah air tawar murni tidak
mengandung kotoran-kotoran dan bahan-bahan
lainnya. Setiap air yang dihasilkan oleh alam,
Uji X-RF limbah
jernih dan tidak berasa, tidak berbau dapat
karbit
digunakan dalam pencampuran beton
3
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratoriun
beton dan bahan UNESA Jurusan Teknik Sipil, dan
Laboratorium bahan serta laboratorium metalurgi
ITS FTSP.
4
Teknik Sipil UNESA yang berasal dari Air b. Uji Slump
PDAM. Tabel 3 Komposisi beton silinder
e. Limbah Karbit Nilai Slump (cm)
Limbah Rata-
Limbah Karbit yang digunakan adalah limbah Terendah Tertinggi
Karbit rata
karbit yang telah dikeringkan dan diayak. Limbah
didapat dalam kondisi basah atau tercampur 0% 10 12 11
dengan air. Dikeringkan terlebih dahulu kemudian 2.5% 7 9 8
baru diayak.
5% 6 8 7
2. Hasil Komposisi Benda Uji Beton Silinder 7.5% 5 7 6
Perhitungan komposisi campuran beton dilakukan 10% 4 6 5
dengan memperhitungkan mix design berdasarkan
12.5% 4 5 4,5
SNI 03-2834-2000 dan telah dilaksanakan trial
untuk pembuatan beton hasil mix design. Setelah
trial pembuatan terlaksana, dilakukan perawatan Pengujian slump pada adonan beton dilakukan
atau curing sebelum dilakukan pengjuian terhadap dengan menggunakan kerucut abrams. Target nilai
benda uji beton silinder yang telah dibuat dengan slump yang diharapkan adalah 10 ± 2 mendekati nilai
berbagai prosentase yang diinginkan. Komposisi slump beton kontrol. Sedangkan hasil pengujian slump
dari limbah karbit yang digunakan maksimal dapat dilihat pada Tabel 5
12,5%.. Untuk hasil komposisi benda uji beton
Sumber: Hasil Penelitian
silinder Tabel 3.
a. Uji Kuat Tekan
Tabel 3 Komposisi beton silinder Pengujian kuat tekan beton dilakukan dengan
menggunakan alat tes kuat tekan di Laboratorium
Karbit Semen Karbit Kerikil Pasir Air Bahan dan Beton Jurusan Teknik Sipil UNESA
(%) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) pada saat umur beton 7, 14, 21, dan 28 hari. Uji
0% kuat tekan beton dapat dilihat pada Tabel 6.
0.640 0.000 1.47 1.31 0.36
2.5% 0.624 0.016 1.47 1.31 0.36 Tabel 6 Hasil uji kuat tekan beton
5% 0.608 0.032 1.47 1.31 0.36
7.5% 0.592 0.048 1.47 1.31 0.36 Prosentase Kuat Tekan (Mpa)
10% 0.576 0.064 1.47 1.31 0.36 Karbit 7 Hari 14 Hari 21 Hari 28 Hari
12.5% 0.560 0.080 1.47 1.31 0.36 0% 17.81 22.91 24.57 25.66
2.5% 17.69 22.78 24.34 25.75
3. Hasil Pengujian Benda Uji
a. Uji Berat Volume 5% 17.76 23.03 25.16 25.91
Pengujian berat volume dilakukan untuk 7.5% 17.89 23.20 25.16 26.16
mengetahui satuan antara berat benda uji terhadap
volume benda uji beton. Benda uji yang digunakan 10% 18.08 23.66 26.15 26.50
pada penilitian ini adalah silinder dengan diameter 12.5% 16.88 21.46 22.93 24.90
10 cm dan tinggi 20 cm dengan jumlah 3 buah Sumber: Hasil Penelitian
untuk masing-masing variabel.
B. Pembahasan
Tabel 4 Berat volume beton dengan limbah karbit
1. Pengaruh Penggunaan Limbah Karbit Terhadap
Limbah Berat Berat Volume Beton
No. Karbit Volume
(%) Kg/m3
1 0% 2.346
2 2.5% 2.338
3 5% 2.331
4 7.5% 2.323
5 10% 2.314
6 12..5% 2.308
Sumber: Hasil Penelitian Gambar 3 Berat Volume terhadap Jumlah Limbah
5
Pengaruh penggunaan limbah karbit pada prosentase 12,5% terletak pada posisi grafik paling
campuran beton mutu normal dapat mengurangi bawah. Pada hasil uji kuat tekan penelitian ini,
berat beton itu sendiri sehingga, apabila terlalu hasil maksimum penggunaan limbah karbit adalah
banyak mencampurkan limbah karbit kedalam pada prosentase 10%. Kemudian mengalami
campuran beton normal dapat menyebabkan berat penurunan hasil uji kuat tekan pada prosentase
jenis beton semakin menurun, namun penurunan 12,5% seperti yang terlihat pada grafik.
berat jenis beton dengan campuran limbah karbit 4. Hubungan antara Berat Volume dengan Prosentase
ini tidaklah terlalu signifikan sehingga tidak Limbah Karbit
mengubah klasifikasi beton normal.
2. Hubungan Antara Prosentase Limbah Karbit
dengan Kuat Tekan
6
pada beton. Hal tersebut akan menimbulkan Hartono, Edy., Roiah, Siti., Hemeto, Dzargifar. 2009.
rongga rongga yang lebih besar dalam beton. Penggunaan Campuran Abu Sampah Organik dan
Limbah Karbit sebagai Bahan Pengganti Semen
6. Pengaruh Limbah Karbit Terhadap Kuat Tekan Pada Mortar. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika, Vol.
Beton 12, No.1, 86-91. Yogyakarta.
Kuntjojo. 2009. Metodologi Penelitian. Kediri :
Penambahan limbah karbit yang terlalu banyak
Universitas Nusantara PGRI.
dapat menurunkan hasil uji kuat tekan beton itu
Mulyono, Tri. 2005. Teknologi Beton. Yogyakarta : Andi
sendiri. Namun pada penelitian ini menargetkan
Offset.
berapa prosentase yang dapat diterapkan sehingga
Nindya, R.D., Dermawan Denny, Ashari Luqman. 2016.
hasil uji kuat tekan beton dengan campuran limbah
Studi Pemanfaatan Limbah B3 Karbit Dan Fly
karbit dapat menyamai hasil uji kuat tekan beton
Ash Sebagai Bahan Campuran Beton Siap Pakai
mutu normal. Akibat penambahan limbah karbit
(BSP). . Jurnal Presipitasi. Vol. 13. No. 1.
yang terlalu banyak, membuat beton mudah hancur
Surabaya.
ketika dilakukan uji kuat tekan. Hal itu terjadi
Rajiman. 2015. Pengaruh Penambahan Limbah Karbit
karena beton uji mengalami ketidak homegennya
Dan Agregat Alam (Feldspart) Terhadap Sifat
agregat dan juga segregasi akibat terlalu banyak
Fisik Beton. Jurnal Penelitian. Vol. 4, No. 2.
penggunaan limbah karbit. Distribusi kekuatan
Surabaya.
beton uji tidak merata akibat segregasi sehingga
Tjokrodimuljo, Kardyono. 1992. Teknologi Beton. Alfiri,
mengalami retak retak mengikuti titik tikit
Yogyakarta.
terlemah pada beton itu sendiri terutama bagian
atas hingga tengah benda uji .
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa:
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional. 1991. SNI-03-2843-1991
Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal. Jakarta: Pusjatan-Balitbang PU.
Badan Standardisasi Nasional. 2002. SNI-03-2491-2002
Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton.
Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional. 2004. SNI-15-2049-2004
Semen Portland. Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional. 2008. SNI-1972-2008
Cara Uji Slump Beton. Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional. 2011. SNI-1974-2011
Cara Uji Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji
Silinder. Jakarta.
Ghofur, Moch. Abdul dan Risdianto, Yogie. 2017.
Pengaruh Hibridasi Antara Serat Baja dan
PolyPropylene Pada Pembuatan Beton Mutu
Normal Dengan Copper Slag Sebagai Subtitusi
Pasir. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.
7
EDUCATIONAL BUILDING
Jurnal Pendidikan Teknik Bangunan dan Sipil
Vo.l 5, No.2, Desember 2019: 59-63, ISSN-E : 2477-4901, ISSN-P: 2477-4898
ABSTRAK
Beton geopolimer adalah beton yang material utamanya mengandung bahan yang bersifat pozzolan.
Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa Silika dan Alumina. Dengan bentuknya yang
halus, pozzolan dapat direaksikan dengan alkali aktivator. Prekursor atau material alternatif
pengganti semen sebagai bahan pengikat dalam beton geopolimer biasanya menggunakan abu
terbang (fly ash), abu sekam padi (RHA), ampas tebu, cangkang telur dan lain – lain, yang banyak
mengandung silikon dan aluminium. Sebagai aktivator pada umumnya digunakan natrium
hidroksida (NaOH) dan sodium silikat (Na 2SO3). Material alternatif pengganti semen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah abu sekam padi. Abu sekam padi dapat digunakan sebagai alternatif
pengganti semen dikarenakan abu sekam padi bersifat pozzolan dan mengandung Silika sekitar 87-
97%. Zat kimia tersebut adalah zat yang terdapat pada semen. Abu sekam padi pada penelitian ini
akan dibakar hingga suhu ±800oC. Alkali aktivator yang digunakan adalah natrium hidroksida
(NaOH) dan sodium silikat (Na2SO3) dengan perbandingan 65% : 35%; 70% : 30%; dan 75% : 25% dari
berat prekursor. Penelitian ini berjuan untuk mengitung kebutuhan mix design dari beton geopolimer
menggunakan SNI 03-2834-2000 tentang tata cara pembutan rencana campuran beton normal
ABSTRACT
Geopolymer concrete is a concrete with main materials containing pozzolanic properties. Pozzolan is an
ingredient that contains silica and alumina compounds. With its smooth shape, pozzolan can be reacted with an
alkaline activator.Precursors or alternative materials to replace cement as a binder for geopolymer concrete
typically use fly ash, rice husk ash, sugarcane bagasse, egg shells, and other materials that contains a lot of
silicon and alumunium. Materials such as sodrium hydroxide (NaOH), and sodium silicate (Na 2SO3) are
generally used as activators. The alternative ingredient used as replacement for cement used in this study is rice
husk ash. Rice husk ash can be used as an alternative replacement for cement because rice husk ash is pozzolanic
and contains about 87-97% of silica. These chemical substannces are generally found in cement. In this study,
the rice husk ash is burned with temperatures up to ±800 oC. Alkaline activators used in this study are sodrium
hydroxide (NaOH), and sodium silicate (Na2SO3) with a ratio of 65% : 35%; 70% : 30%;and 75% : 25% by the
precursors weight.This study aims to calculate the mix design using SNI 03-2834-2000 about the procedures for
making a normal concreat mix design.
sebagai pengganti semen untuk digunakan dapat diperoleh suatu mixdesign yang tepat
dalam pembuatan beton. untuk pembuatan beton.
Saat ini sudah banyak dilakukan
pengembangan beton dengan menggunakan 2. Kajian Pustaka
bahan pengikat anorganik seperti alumina- 2.1 Geopolimer
silikat polymer atau biasa disebut dengan Geopolimer adalah sebuah senyawa silikat
geopolimer. Geopolimer sendiri merupakan alumino anorganik yang disintesiskan dari
sintesa bahan – bahan alam non-organik lewat bahan-bahan yang banyak mengandung silika
proses polimerisasi. Davidovits dalam jurnal dan aluminium seperti fly ash, abu sekam padi,
Kusuma (2014) menjelaskan, bahan dasar untuk abu tebu, dan lain-lain (Lisantono, 2010).
pebuatan material geopolimer ini adalah bahan Geopolimer pertama kali dikenalkan oleh Prof.
– bahan yang banyak mengandung unsur – Joseph Davidovits. Bahan dasar utama yang
unsur silika (Si) dan alumina (Al). diperlukan dalam pembuatan material
Beton geopolimer adalah beton yang geopolimer ini adalah bahan - bahan yang
material utamanya mengandung bahan yang banyak mengandung unsur-unsur Silika dan
bersifat pozzolan. Pozzolan adalah bahan yang Alumina.
mengandung senyawa Silika dan Alumina.
Dengan bentuknya yang halus, pozzolan dapat 2.2 Beton Geopolimer
direaksikan dengan alkali aktivator (Erwan, Beton geopolimer (geopolymer concrete)
2018). Material alternatif pengganti semen adalah beton dengan material dari bahan alami
sebagai bahan pengikat dalam beton sebagai pengikat. Material pengikat tersebut
geopolimer biasanya menggunakan abu mengalami reaksi polimerisasi dalam proses
terbang (fly ash), abu sekam padi (risk husk ash), pengerasannya. Bahan dasar utama pembuatan
ampas tebu, cangkang telur dan lain – lain, beton geopolimer adalah bahan yang banyak
yang banyak mengandung silikon dan mengandung silika (Si) dan alumina (Al)
aluminium (Davidovits dalam jurnal Salwatul, (Salwatul, 2017). Material beton ini tersusun
2017).Sebagai aktivator pada umumnya dari sintesa bahan-bahan alam non organik
digunakan natrium hidroksida (NaOH) dan melalui proses polimerisasi, diantaranya
sodium silikat (Na2SO3). banyak terdapat pada material buangan hasil
Pada penelitian ini bahan pengganti semen sampingan industri, seperti abu sekam padi
yang digunakan berupa abu sekam padi (RHA), abu terbang (fly ash), cangkang telur,
(RHA). Sekam padi saat ini sudah mulai silica fume. Beton geopolimer dibuat tanpa
dikembangkan sebagai bahan baku untuk menggunakan semen sebagai bahan pengikat,
menghasilkan abu yang dikenal di dunia dan sebagai pengganti digunakan material
sebagai RHA (Rice Husk Ask). Pengunaan RHA yang banyak mengandung silika dan alumina
secara umum adalah sebagai pupuk untuk yang dapat beraksi dengan cairan alkalin untuk
tanaman dan juga sebagai bahan campuran menghasilkan bahan pengikat (binder). Silika
beton, karena abu sekam padi ini mengandung dan alumina akan bereaksi dengan bantuan
silika yang tinggi. Abu sekam padi cairan sodium silkat dan sodium hidroksida
mengandung silika sekitar 87-97% (Mehta, untuk mengikat agregat, pasir dan material
2018). Dilihat dari kandungan senyawa diatas, lainnya menjadi beton geopolimer (Kusuma,
abu sekam padi dapat digunakan sebagai 2014).
pozzolan karena mengandung SiO2 + Fe2O3 +
Al2O3 lebih dari 70% sesuai mutu pozzolan 2.3 Prekursor
yang disyaratkan. Prekursor adalah bahan utama perekat
Pada dasarnya abu sekam padi tidak dalam pembentukan geopolimer yang berasal
memiliki kemampuan mengikat seperti halnya dari material alami atau limbah industri. Proses
semen. Penambahan air dan aktivator (sodium pembentukannya (sintesa) terdiri dari proses
silikat dan natrium hidroksida) akan aktivasi bahan alumina-silika oleh ion alkali
mengakibatkan adanya reaksi kimia antara dan proses curing untuk mendorong terjadinya
oksida silikat yang dikandung oleh abu sekam polimerisasi monomer alumina-silika menjadi
padi dengan sodium silikat dan sodium jaringan 3 dimensi (Nugrahanto, 2017).
hidroksida. Dari reaksi kimia tersebut, senyawa Prekursor bisa berasal dari bahan yang
silikat alumino anorganik yang terdapat dalam mengandung senyawa alumina dan silika yang
abu sekam padi dengan penambahan aktivator tinggi. Jenis prekursor yang digunakan untuk
(sodium silikat dan sodium hidroksida) akan penelitian ini adalah berasal dari limbah sekam
memiliki kemampuan mengikat seperti halnya padi yang sudah berbentuk abu. Selain
semen portland. Dari penelitian ini diharapkan menggunakan abu sekam padi, bahan lain yang
EBJPTBS, Vol. 5. No.2 Desember 2019 60
Yoga Sandya – Prihantono - Sittati Musalamah
bisa dijadikan prekursor adalah fly ash, abu Sekam padi yang dibakar pada
cangkang telur, lumpur merah, yang temperature 600 – 900oC akan menghasilkan
mengandung silika (Si), alumina (Al), dan abu sekam berkisar 16-25% yang mengandung
oksigen (O) (Anastasia, 2017) silika kadar tinggi sekitar 87-97%. Karena
kandungan silika yang tinggi, abu sekam padi
2.4 Alkali Aktivator dapat digunakan sebagai bahan dasar industri
Alkali aktivator adalah bahan kimia yang seperti silica gelI, gelas, keramik, semen,
digunakan untuk mereaksikan kandungan industri farmasi, kosmetik dan detergen. Abu
silika (Si) dan alumina (Al) yang terdapat pada sekam padi yang dibakar dengan suhu berkisar
prekursor, sehingga dapat menghasilkan ikatan 400 – 500oC akan menjadi silica amorphous
polimerisasi yang kuat dalam pembentukan sedangkan abu sekam padi yang dibakar
beton geopolimer. Alkali aktivator yang umum dengan suhu lebih dari 1000oC akan
digunakan dalam geopolimer adalah kombinasi menghasilkan silika kristalin (Musbar, 2010).
dari natrium hidroksida atau kalium hdroksida
dan natrium silikat atau kalium silikat 3. Metodologi Penelitian
(Kusuma, 2014). Metode yang digunakan pada penelitian ini
Sodium silikat berfungsi untuk adalah metode eksperimen, dimana untuk
mempercepat reaksi polimerisasi, sedangkan mendapatkan data atau hasil penelitian yang
natrium hidroksida berfungsi untuk menghubungi variabel – variabel yang diteliti
mereaksikan unsur-unsur Al dan Si yang harus mengadakan suatu percobaan. Penelitian
terkandung dalam prekursor sehingga ini dilaksanakan di laboratorium Bahan
menghasilkan ikatan polimer yang kuat Bangunan Universitas Negeri Jakarta.
(Nugrahanto, 2017).
3.1 Teknik Pengumpulan Data
2.5 Sekam Padi Teknik pengumpulan data penelitian ini
Tanaman padi adalah tanaman yang masuk diambil dari hasil perhitungan mix design
kedalam jenis rumput – rumputan (Graminae) berdasarkan SNI 03-2834-2000 tentang tata cara
yang memiliki nama latin oryza sativa. Sampai pembutan rencana campuran beton normal.
saat ini padi masih merupakan kebutuhan Perbedaan rancangan campuran beton normal
pokok bagi masyarakat di Indonesia. Produksi dengan beton geopolimer adalah pada
padi gabah kering giling (GKG) selama Januari modifikasi kebutuhan semen. Modifikasi yang
– Desember 2018 mencapai 56,54 juta ton, dilakukan untuk beton geopolimer adalah
dimana dapat menghasilkan sekam padi menggantikan jumlah semen yang diperlukan
sebanyak 20% - 25% dari berat keseluruhan. dengan prekursor dan alkali aktivator yang
Sekam padi adalah limbah dari hasil digunakan untuk mengaktifkan prekursor.
penggilingan padi, karena butirnya tidak
begitu halus (± 3 mm) dan bobotnya ringan, 3.2 Teknik Analisis Data
penyimpanan limbah ini memerlukan tempat Teknik analisis data adalah hasil dari
yang luas. Kulit padi (sekam) adalah salah satu perhitungan mix design beton geopolimer yang
bahan/material sisa dari proses pengolahan dibuat dalam bentuk tabel. Setelah selesai
padi yang sering dianggap sebagai limbah. pengujian, kemudian dilakukan analisis data
Tingginya tingkat konsumsi beras sebagai hasil pengujian bahan penyusun beton
makanan pokok dan meningkatnya produksi geopolimer dan hasil perhitungan mix
padi dapat memberikan perkiraan makro akan designbeton geopolimer.
jumlah material tersebut dari tahun ke tahun.
4. Hasil dan Pembahasan
2.6 Abu Sekam Padi Berikut ini adalah hasil pengujian
Abu sekam padi adalah produk sampingan kandungan kimia abu sekam padi, bahan-
pertanian yang dihasilkan dengan membakar bahan penyusun beton geopolimer dan mix
sekam padi. Abu sekam padi ini bisa design beton geopolimer.
dugunakan sebagai pupuk untuk tanaman dan
juga sebagai bahan campuran beton, karena 4.1 Pengujian kandungan RHA
abu sekam padi ini mengandung silika yang Pengujian kandungan kimia untuk abu
tinggi. Abu sekam padi memliki kandungan sekam padi dilakukan di Laboratorium Fire
silika yang tinggi karena tanaman padi Universitas Negeri Jakarta. Pengjuan yang
menyerap silika dari tanah dan menyimpannya dilakukan berupa uji Scanning Electron
dalam biji-bijian dan sekam yang menutupi biji- Miscroscope (SEM). Hasil dari uji SEM dapat
bijian (Mohseni, dkk, 2019). dilihat pada tabel 1 dan gambar 1.
EBJPTBS, Vol. 5. No.2 Desember 2019 61
Penggunaan Abu Sekam Padi Sebagai Pengganti Semen Pada Beton Geopolimer