Anda di halaman 1dari 73

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PENGARUH TEMAN SEBAYA DENGAN


PERILAKU KENAKALAN REMAJA DI SMP YPK 2
KABUPATEN MERAUKE”.

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Pada Program
Studi S1 Ilmu Keperawatan Tinggi Ilmu Keseatan Guna Bangsa Yogyakarta

Disusun oleh:
HANSLEY UNIWALLY
20100031

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNA BANGSA
YOGYAKARTA
2023

1
DAFTAR ISI

PROPOSAL PENELITIAN.....................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
DAFTAR TABEL....................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................6
A. Latar Belakang Penelitian.............................................................................6
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................4
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................5
E. Keaslian Penelitian........................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................16
A. Tinjauan Teori.............................................................................................16
A. Remaja.................................................................................................16
B. Kenakalan Remaja...............................................................................21
C. Teman Sebaya......................................................................................31
B. Kerangka Penelitian....................................................................................39
C. Kerangka Konsep........................................................................................40
D. Hipotesis..................................................................................................41
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................42
A. Jenis dan Rancangan Penelitian..................................................................42
B. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................42
C. Populasi dan Sampel...................................................................................43
D. Variabel dan Definisi Operasional..........................................................44
E. Instrumen Penelitian...................................................................................45
F. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................47
G. Uji Validitas................................................................................................49
H. Teknik Analisa Data................................................................................51
I. Rencana Jalannya Penelitian.......................................................................52
J. Etika Penelitian...........................................................................................52

2
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................54
LAMPIRAN...........................................................................................................55

3
DAFTAR TABEL
Tabel 3 1 Definisi Operasional..............................................................................44

4
DAFTAR GAMBAR

gambar 2. 1 Kerangka Penelitian...........................................................................39


gambar 2. 2 Kerangka Konsep...............................................................................40

5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke

masa dewasa, yang mencakup aspek biologi, kognitif, dan perubahan

sosial. Jumlah remaja di dunia mencapai 1,2 miliar atau 18% dari

penduduk yang ada di dunia (WHO, 2014). Sedangkan di Indonesia

jumlah penduduk per tanggal 31 Desember 2021 terdapat 273,88 juta.

Kemudian pada kelompok umur 10-19 tahun sebanyak 43,15 juta

(Kemendagri, 2021). Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022

menunjukkan jumlah kejahatan yang dilaporkan di Kabupaten Merauke

sebanyak 608 kasus, kemudian kasus kenakalan remaja yang tercatat ada

sebanyak 30 kasus.

Masa remaja terdiri dari masa remaja awal (10-12 tahun), masa

remaja pertengahan (13-15 tahun), dan masa remaja akhir (16-20 tahun).

Salah satu perkembangan remaja yang terpenting adalah perkembangan

dalam kehidupan sosial, dalam kehidupan sosial remaja mengalami

banyak perubahan (Dewi, dkk, 2015).

Pada masa remaja, seseorang mengalami perubahan, dimana

perubahan tersebut dapat mendorong remaja untuk melakukan perilaku

positif maupun negatif. Perilaku negatif ini menjadikan remaja sangat

rentan terhadap perilaku kenakalan remaja (Niken, Ulfa, 2019). Perilaku

negatif remaja yang dimaksud adalah, seperti: tindak kekerasan, penipuan

ataupun pencurian, dan mabuk-mabukan. Kejahatan tersebut dilakukan

6
tidak hanya dalam kelompok remaja saja melainkan ada kelompok dewasa

dan kelompok lansia. Hal tersebut yang menjadi pendorong bagi kelompok

remaja untuk melakukannya dan mencontoh kelompok orang yang lebih

dewasa (Ismawan, 2019).

Umumnya remaja yang melakukan tindakan kejahatan tersebut

diakibatkan karena rendahnya rasa kontrol diri, atau bisa diakibatkan

karena penyalahgunaan kontrol diri pada remaja tersebut, sehingga

menetapkan standar perbuatan sendiri dan mengesampingkan keberadaaan

orang lain. Kejahatan tersebut pada umumnya dilakukan karena adanya

motif-motif subjektif dan unsur mental, artinya untuk mendapatkan suatu

objek tertentu remaja akan melakukan serangan dan tindak kekerasan

(Ismawan, 2019).

Kenakalan remaja atau “Deliquency” adalah suatu perbuatan yang

dilakukan remaja yang dianggap bertentangan dengan ketentuan hukum

yang berlaku di suatu negara dan masyarakat itu sendiri serta diartikan

sebagai perbuatan tercela (Marwan, 2015). Wujud perilaku tindak

kenakalan, seperti kebut-kebutan di jalan yang mengakibatkan

terganggunya keamanan lalu lintas, dan membahayakan jiwa sendiri

maupun orang lain, perilaku ugal ugalan, berandalan, yang dapat

mengganggu ketentraman lingkungan sekitar, perkelahian antar gang,

antar kelompok, antar sekolah, yang terkadang membawa korban jiwa.

Selain itu kriminalitas remaja antara lain berupa perbuatan mengancam,

mengintimidasi, mencuri, merampok, mencopet, mencekik, tindak

kekerasan dan lainnya. Kemudian berpesta pora sambil mabuk-mabukan,

1
melakukan hubungan seks bebas yang mengganggu lingkungan (Kartono,

2011).

Pembentukan dan pengkondisian tindak kriminal yang dilakukan

remaja sangat dipengaruhi oleh kultural (budaya) dan sosial. Tingkah laku

remaja seperti ini menunjukkan tanda-tanda tidak adanya konformitas atau

kurangnya kesadaran terhadap norma sosial yang ada dalam lingkungan.

Sebagian besar kenakalan remaja dilakukan oleh remaja yang berusia di

bawah 21 tahun, atau pada kisaran usia 15 sampai 20 tahun, kemudian

setelah umur 22 tahun tindak kejahatan yang dilakukan kelompok remaja

menjadi menurun (Kartono dalam Ismawan, 2019). Karakteristik perilaku

kenakalan remaja yang menyimpang dari norma dan sosial dalam

kehidupan masyarakat antara lain pecahnya keluarga atau broken home

karena perceraian, kematian salah satu dari orang tua yang menyebabkan

anak menjadi nakal atau melanggar hukum karena kurangnya bimbingan

dari orang tua, sehingga perilakunya tidak tersalurkan kearah yang positif

atau yang lebih baik. Kemudian kurangnya kasih sayang dari orang tua,

sehingga untuk memenuhinya remaja mencari teman diluar dari

keluarganya. Seperti sekelompok temannya yang seumuran atau sebaya

yang tidak semuanya berkelakuan baik (Marwan, 2015).

Teman sebaya adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap

kehidupan pada masa remaja. Dalam masyarakat modern seperti saat ini,

remaja menghabiskan sebagaian besar waktunya bersama teman sebaya.

Peran teman sebaya berkaitan dengan sikap, pembicaraan, minat,

2
penampilan dan perilaku lebih besar pengaruhnya daripada dengan

keluarga. Pengaruh interaksi sosial dalam pertemanan yang sangat erat

dapat menimbulkan perilaku menyimpang. Misalnya, kelompok remaja

yang senang berkumpul di suatu tempat dan sering membicarakan tentang

merokok, minum-minuman beralkohol, menonton pornografi dan lain

sebagainya (Agnes, 2016)

Pergaulan seorang individu dengan sebayanya bisa membuat

seorang remaja menjadi mudah terpengaruh. Teman sebaya ini sangat

berpengaruh bagi perkembangan pribadi dan sosial yaitu dengan cara

menjadi agen sosialisasi yang turut serta membantu membentuk perilaku

dan keyakinan mereka (Latipah, 2012). Remaja dapat dinilai oleh teman

sebayanya tanpa memperdulikan sanksi-sanksi dunia dewasa. Remaja

dapat melakukan sosialisasi tanpa adanya nilai yang ditetapkan dari orang

dewasa dalam lingkungan kelompok sebayanya. Hal ini dapat berbahaya

apabila kelompok sebaya cenderung tertutup dan setiap anggota remaja

tidak bisa terlepas dari kelompoknya dan harus selalu mengikuti nilai yang

dikembangkan oleh pimpinan kelompok (Saputro, 2012). Artinya teman

sebaya yang tidak berperilaku baik tentu akan mempengaruhi individu

lain, termasuk mempengaruhi seorang remaja untuk melakukan kenakalan

remaja.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMP YPK 2

KABUPATEN MERAUKE, dengan masing-masing responden adalah 10

remaja yang berusia 15 tahun kelas IX SMP . Hasil dari SMP YPK 2

3
KABUPATEN MERAUKE dari 10 remaja yang diwawancarai, 10 remaja

mempunyai teman dekat seusianya atau sebayanya dan 4 remaja

diantaranya pernah melakukan kenakalan remaja yang dipengaruhi oleh

teman sebayanya. Remaja tersebut diantaranya pernah melakukan

kenakalan remaja yang dipengaruhi oleh teman sebayanya, kenakalan

remaja yang dilakukan oleh remaja adalah 40% remaja merokok, 30%

remaja minum- minuman keras, 20% remaja melakukan pencurian, dan

10% remaja melakukan tawuran.

Berdasarkan hasil fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk

meneliti “Hubungan Pengaruh Teman Sebaya dengan Perilaku Kenakalan

Remaja di SMP YPK 2 KABUPATEN MERAUKE”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut: Apakah ada hubungan pengaruh teman sebaya terhadap perilaku
kenakalan remaja di SMP YPK 2 KABUPATEN MERAUKE
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian yang akan dilakukan adalah untuk

mengetahui hubungan pengaruh teman sebaya terhadap perilaku

kenakalan remaja.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian yang akan dilakukan untuk mengetahui:

a. Diketahui pengaruh teman sebaya pada remaja SMP YPK 2

KABUPATEN MERAUKE

4
b. Diketahui perilaku kenakalan remaja SMP YPK 2 KABUPATEN

MERAUKE

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis

Penelitian yang akan dilakukan, diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan wawasan dalam ilmu keperawatan khususnya

keperawatan anak tentang perilaku kenakalan remaja.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Remaja

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pada remaja

terhadap pengaruh teman sebaya agar tidak terjerumus ke

pergaulan yang menyimpang seperti kenakalan remaja.

b. Bagi STIKES Guna Bangsa Yogyakarta

Diharapkan dapat menambah referensi perpustakaan dan literature

sebagai sarana memperkaya ilmu pengetahuan pembaca khususnya

mahasiswa tentang masalah pengaruh teman sebaya terhadap

perilaku kenakalan remaja.

c. Bagi SMP YPK 2 KABUPATEN MERAUKE

Diharapkan dapat menjadi masukan kepada pelajar sehingga pada

akhirnya tercipta lingkungan yang sehat sebagai tempat para

remaja bergaul dengan teman sebayanya.

5
E. Keaslian Penelitian

Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian


No Nama Penulis Metode, Populasi Hasil Persamaan &
Dan Tahun & Sampel Perbedaan
Judul Penelitian
1 Sigalingging, Pada Penelitian Ini Hasil Penelitian Ini Persamaan:
Sianturi Peneliti Menunjukkan Bahwa
Hubungan Ada Hubungan Variabel Pada
Menggunakan
Teman Sebaya Teman Sebaya Penelitian
Metode
Dengan Perilaku Dengan Perilaku Yaitu Teman
Seksual Remaja Pendekatakan Seksual Remaja Di Sebaya.
Di SMK Medan Kuantitatif. SMK Medan Area 1
Area Medan Medan Sunggal Subjek
Sunggal (2019) Subjek Penelitian Ini Dengan Nilai P =
Penelitian
Adalah Siswa/I 0,033< 0,05
Adalah
SMK Medan Area 1
Remaja.
Sebanyak 227 Orang
Metode
Teknik Pengambilan
Penelitian
Sampel Pada
Menggunakan
Penelitian Ini
Metode
Menggunakan
Kuantitatif
Systematic Random
Sampling. Perbedaan:
Variabel
Independen
Pada Penelitian
Ini Adalah
Perilaku
Sesksual
Remaja

Lokasi
Penelitian Di
SMK Medan
Area Medan
Sunggal

Pengambilan
Sampel
Menggunakan

6
Systematic
Random
Sampling.

Analisis Data
Yang
Digunakan
Adalah
Analisis
Dengan Uji
Chi-Square
Dengan P
<0,05

2 Utari, Hubungan Pada Penelitian Ini Hasil Penelitian Persamaan:


Komunikasi Peneliti Kenakalan Remaja
Orang Tua Menggunakan Di Daerah Kampar Metode Yang
Terhadap Metode Lempuing Kota Digunakan
Kenakalan Pendekatakan Bengkulu Tahun Metode
Remaja Di RT Kuantitatif. Subjek Ajaran 2020/2021, Kuantitatif.
05 RW 01 Penelitian Ini Dapat Dimasukkan Variabel
Kampar Adalah Seluruh Ke Dalam Kriteria Dependen:
Lempuing Kota Orang Tua Yang Sedang. Hal Ini Perilaku
Bengkulu (2021) Mempunyai Dapat Dilihat Dari Kenakalan
Remaja Berusia 12- Jawaban Remaja.
17 Tahun Di Kuala
Lempuing RT 05 Responden Di Dapati Teknik
Sebanyak 23 Orang Pengambilan
RW 01 Kelurahan Tua Responden
Lempuing Kota Sampel
35,3 % (Sedang ). Menggunakan
Bengkulu, Yang Total
Sampling.
Berjumlah 65 Orang.
Perbedaan:
Teknik Pengambilan
Sampel Pada Variabel
Penelitian Ini Independen:
Menggunakan Total Komunikasi
Orang Tua
Sampling
Desain
Alat Pengumpulan
Penelitian
Data Yang
Digunakan Adalah

7
Observasi Dan Menggunakan
Wawancara. Desain
Korelasional
Lokasi
Penelitian Di
Kota Bengkulu
Dengan Subjek
Adalah Orang
Tua Yang
Mempunyai
Remaja Berusia
12-17 Tahun.
Alat Ukur Atau
Instrument
Dalam
Penelitian Ini
Adalah Angket
Wawancara
3 Nuraini Pada Penelitian Ini Hasil Yang Didapat Persamaan:
Kontribusi Peneliti Pada Penelitian Ini,
Kelekatan Orang Menggunakan Kelekatan Orang Tua Metode Yang
Tua Dan Metode Dan Dukungan Digunakan
Dukungan Pendekatakan Teman Sebaya Metode
Teman Sebaya Kuantitatif Yang Berkontribusi Kuantitatif.
Terhadap Menggunakan Terhadap Kenakalan Variabel
Kenakalan Desain Korelasional. Remaja Di Kota Dependen:
Remaja Di Kota Bandung Dan Dapat Perilaku
Bandung. (2021) Subjek Penelitian Ini Dikatakan Bahwa
Adalah Individu Kenakalan
Semakin Aman Remaja.
Yang Berada Pada Kelekatan Orang Tua
Rentang Usia 10-19 Teknik
Dan Semakin Tinggi
Tahun Pengambilan
Dukungan Teman
Sebaya Maka Sampel
Teknik Pengambilan Menggunakan
Sampel Pada Semakin Rendah Total
Penelitian Ini Kenakalan Remaja Sampling.
Menggunakan Non- Di Kota Bandung.
Perbedaan:
Probability
Sampling Dengan Variabel
Teknik Accidental Independen:
Sampling.

8
Alat Pengumpulan Komunikasi
Data Yang Orang Tua
Digunakan Adalah Desain
Kuesioner. Penelitian
Menggunakan
Desain
Korelasional
Lokasi
Penelitian Di
Kota Bengkulu
Dengan Subjek
Adalah Orang
Tua Yang
Mempunyai
Remaja Berusia
12-17 Tahun.
Alat Ukur Atau
Instrument
Dalam
Penelitian Ini
Adalah Angket
Wawancara
Analisis Data
Yang
Digunakan
Yaitu
Menggunakan
Rumus Tinggi-
Sedang-Rendah
(TSR)
Persamaan:
Metode Yang
Digunakan
Metode
Kuantitatif.

Variabel
Dependen:
Perilaku

9
Kenakalan
Remaja

Perbedaan:
Variabel
Independen:
Kelekatan
Orang Tua Dan
Dukungan
Teman Sebaya.
Desain
Penelitian
Menggunakan
Desain
Korelasional
Lokasi
Penelitian Di
Kota Bandung
Dengan Subjek
Adalah
Individu
Berusia 10-19

4 Budi Artini, Penelitian Ini Berdasarkan Hasil Persamaan:


Analisis Faktor Menggunakan Penelitian Metode Yang
Yang Desain Deskriptif. Didapatkan Pada Digunakan
Memengaruhi Populasi Dalam Faktor Krisis Metode
Kenakalan Penelitian Ini Identitas Tidak Kuantitatif.
Remaja (2019) Adalah Seluruh Memengaruhi Variabel
Siswa Di SMP A Sebanyak 9 Dependen:
Yang Melakukan Responden (56%), Perilaku
Pelanggaran Faktor Control Diri Kenakalan
Sejumlah 50 Siswa. Lemah Tidak Remaja.
Pengambilan Memengaruhi Teknik
Sampel Dengan Sebanyak 10 Pengambilan
Tehnik Purposive Responden (63%), Sampel
Sampling, Besar Faktor Menggunakan
Sampel Yang Keluarga/Perceraian Total Sampling
Didapatkan Adalah Tidak Memengaruhi
16 Siswa Dengan Sebanyak 11 Perbedaan:
Kriteria Yang Responden (69%),
Variabel
Bersedia Diteliti Faktor Teman
Independen:
Dan Namanya Yang Sebaya

1
Tercantum Di Buku Memengaruhi Faktor Yang
BP. Analisa Data Sebanyak 9 Memengaruhi
Yang Digunakan Responden (56%), Kenakalan
Dalam Penelitian Ini Dan Faktor Remaja
Dengan Informasi Dan
Menggunakan Teknologi Lokasi
Tabulasi Silang. Memengaruhi Penelitian Di
Sebanyak 8 SMP A
Responden (50%).
Diantara Faktor-
Faktor Tersebut,
Faktor Yang Paling
Memengaruhi
Kenakalan Remaja
Di SMP A Yaitu
Pengaruh Teman
Sebaya Sebanyak 9
Responden (56%).
Hal Ini Dapat
Disebabkan Karena
Sebagian Besar
Responden Memiliki
Komunitas Yang
Kurang Baik. Karena
Itu Kepada Setiap
Orang Tua,
Diharapkan Tetap
Mengontrol
Komunitas Dari
Anak Remajanya
5 Dinas Sri, Jenis Penelitian Ini Terdapat Hubungan Persamaan:
Hubungan Pola Adalah Penelitian Yang Signifikan Metode Yang
Asuh Orang Tua Kuantitatif Dengan Antara Pola Asuh Digunakan
Dengan Desain Cross Orang Tua Dengan Metode
Kenakalan Sectional. Sampel Kenakalan Remaja Kuantitatif.
Remaja Sekolah Yang Digunakan Variabel
Di Wilayah Dalam Penelitian Ini Dependen:
Kerja Puskesmas Adalah Seluruh Perilaku
Harapan Baru Pelajar SMP Kelas Kenakalan
(2019) VII & VIII Pada 2 Remaja.
Sekolah Menengah
Pertama Di Wilayah Perbedaan:
Kerja Puskesmas
Variabel
Harapan Baru.
Independen:
Instrumen Penelitian

1
Berupa Kuesioner Hubungan Pola
Yang Telah Di Asuh Orang
Validasi Yang Tua Lokasi
Terdiri Dari 8 Penelitian Di
Pertanyaan Pola Wilayah Kerja
Asuh Dengan Puskesmas
Pernyataan Skalal Harapan Baru
Ikert Dan 14
Pertanyaan Pada
Kenakalan Remaja
Dengan
Menggunakan Skala
Guttman.
6 Erdina Indrawati, Metode Yang Akan Berdasarkan Hasil Persamaan:
Fungsi Keluarga Digunakan Dalam Penelitian Terdapat
Dan Self Control Penelitian Ini Peran Fungsi Persamaan:
Terhadap Adalah Metode Keluarga Dan Self Metode Yang
Kenakalan Kuantitatif. Subjek Control Terhadap Digunakan
Remaja (2018) Penelitian Sebanyak Kenakalan Remaja Metode
71 Siswa SMK X Di Di SMK X Jakarta Kuantitatif.
Jakarta Utara. Utara. Variabel
Teknik Sampling Dependen:
Yang Digunakan Perilaku
Adalah Sampling Kenakalan
Jenuh Yaitu Semua Remaja.
Anggota Populasi
Perbedaan:
Dijadikan Sampel
Pada Penelitian Variabel
Ini.Pengumpulan Independen:
Data Penelitian
Dengan Skala Fungsi
Fungsi Keluarga, Keluarga Dan
Skala Self Control Self Control
Dan Skala Lokasi
Kenakalan Remaja Penelitian Di
Yang Disusun SMK X Jakarta
Berdasarkan Model Utara.
Skala Likert.
7 Siti Fatimah, Rancangan Hasil Penelitiannya Persamaan:
Hubungan Penelitian Yang Menunjukkan Metode Yang
Antara Digunakan Dalam Sebesar 72.2% (143 Digunakan
Konformitas Penelitian Ini Orang) Yang Metode
Terhadap Teman Adalah Penelitian Memiliki Tingkat Kuantitatif.
Sebaya Dengan Korelasional. Konformitas Sedang Variabel
Kenakalan Teknik Korelasi Dan 71.2% (141 Dependen:

1
Remaja Pada Yang Digunakan Orang) Yang Perilaku
Siswa Usia 13- Berbentuk Causal Memiliki Tingkat Kenakalan
15 Tahun Di Correlationsehingga Kenakalan Remaja Remaja.
Smp Negeri 1 Pendekatan Yang Sedang Juga.
Ciwidey Digunakan Adalah Perbedaan:
Bandung (2017) Analisis Regresi Variabel
Independen:
Hubungan
Antara
Konformitas
Lokasi
Penelitian Di
SMP NEGERI
1 CIWIDEY
BANDUNG
8 Yustika Tri Metode Yang Hasil Penelitiannya Persamaan:
Dewi, Faktor Digunakan Dalam Faktor-Faktor Metode Yang
Penyebab Penelitian Ini Penyebab Remaja Digunakan
Tergabungnya Adalah Studi Bergabung Ke Metode
Remaja Kota Literatur. Studi Dalam Suatu Kuantitatif.
Bandung Dalam Literatur Adalah Komunitas Yang Variabel
Komunitas Mencari Relefensi Sering Melakukan Dependen:
Kenakalan Teori Yang Relefan Kenakalan Remaja, Perilaku
Remeja (2017) Dengan Kasus Atau Dibagi Menjadi Dua Kenakalan
Permasalahan Yang Faktor Penentu. Remaja.
Ditemukan. Faktor Pertama
Adalah Faktor Perbedaan:
Pendorong Atau
Variabel
Push Factors Dan
Independen:
Faktor Penarik Atau
Pull Factors. Faktor Faktor
Pendorong Adalah Penyebab
Faktor Yang Lokasi
Mendorong Remaja Penelitian Di
Ingin Bergabung Kota Bandung.
Dalam Suatu
Komunitas,
Contohnya Faktor
Internal Yaitu
Masalah Keluarga.
9 Sulastri, Dampak Metode Kegiatan Hasil Pengabdian Persamaan:
Kenakalan Pengabdian Menunjukkan Bahwa Metode Yang
Remaja Untuk Masyarakat Yaitu Adanya Peningkatan Digunakan
Meningkatkan Dengan Cara Kesadaran Remaja Metode
Kesadaran Dari Memberikan Tentang Bahaya Kuantitatif.

1
Bahaya Penyuluhan Atau Kenakalan Remaja Variabel
Kenakalan Melakukan Yang Dapat Merusak Dependen:
Remaja Bagi Ekspositori Dengan Masa Depannya, Perilaku
Masa Depan Memberikan Selama Kegiatan Ini Kenakalan
(2020) Sosialisasi Berupa Para Remaja Cukup Remaja.
Penyampaian Materi Antusias Dalam
Secara Verbal Melakukan Perbedaan:
Dengan Pendekatan Konsultasi Terhadap
Variabel
Sosial. Masalah Yang Ada
Independen:
Dalam Dirinya
Sehingga Dengan Dampak
Adanya Keterbukaan Kenakalan
Membuat Remaja Remaja Lokasi
Dapat Melewati Penelitian Di
Permasalahan Dalam Pulau Untung
Dirinya Tanpa Jawa.
Melakukan Perilaku
Nakal Yang Dapat
Merusak Dirinya.
Maka Dari Itu Perlu
Adanya Kerjasama
Semua Pihak Untuk
Mencegah Masalah
Kenakalan Remaja
Meliputi Orangtua,
Sekolah, Dan
Masyarakat.
10 Rahmi Pramulia, Jenis Penelitian Ini Hasil Penelitian Ini Persamaan:
Faktor Yang Adalah Analisis Menyimpulkan Metode Yang
Mempengaruhi Kuantitatif Yaitu Tidak Ada Pengaruh Digunakan
Perilaku Suatu Penelitian Yang Signifikan Metode
Kenakalan Yang Ditujukan Antara Kontrol Diri Kuantitatif.
Remaja Pada Untuk Mengetahui (Pvalue= 0,358>Α = Variabel
Siswa-Siswi Man Faktor Yang 0,05) Dan Pengaruh Dependen:
2 Model Kota Mempengaruhi Teman Sebaya Kenakalan
Pekanbaru Perilaku Kenakalan (Pvalue= 0,003α = Remaja.
(2019) Remaja Pada Siswa 0,05) Dengan
Siswi MAN 2 Kenakalan Remaja Perbedaan:
Model Kota Dengan Nilai CI
Variabel
Pekanbaru Tahun 95%. Diharapkan
Independen:
2018 Dengan Siswa/I Lebih Bisa
Menggunakan Mengendalikan Diri Faktor Yang
Desain Penelitian Dan Mempengaruhi
Cross Sectional Mengembangkan Perilaku Lokasi
Dimana Pengukuran Konsep Diri Yang Penelitian Di

1
Dan Pengumpulan Positif Pada Dirinya, SISWA-SISWI
Variabel Independen Sehingga Siswa/I MAN 2
Dengan Variabel Tidak Akan Mudah MODEL
Dependen Terpengaruh Oleh KOTA
Dilakukan Secara Teman Yang PEKANBARU.
Simultan. Melakukan
Kenakalan.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
A. Remaja
1. Definisi remaja

Remaja (adolescence) berasal dari kata latin adolescere yang

artinya tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud

bukan hanya berarti kematangan fisik, tetapi kematangan sosial-

psikologis. Remaja dalam arti psikologis sangat berkaitan dengan

kehidupan masyarakat (Karlina, 2020)

Remaja merupakan masa antara usia 12 sampai 23 tahun dan penuh

dengan topan dan tekanan. Topan dan tekanan (strom and stress)

adalah konsep Stanley Hall tentang remaja sebagai masa goncangan

yang ditandai dengan konflik dan perubahan suasana hati. Fenomena

tersebut terjadi karena remaja berproses menuju kedewasaan.

Pandangan Satnley Hall tersebut selaras dengan paham psikoanlitik

yang menganggap masa remaja merupakan masa pertarungan antara

ide, yaitu hasrat untuk mencari kesenangan seksual dan ego (Fatimah,

2017).

1. Tahap perkembangan remaja

Menurut Sarwono (2012), tahap perkembangan remaja yaitu:

a. Tahap perkembangan remaja

1. Remaja awal atau early adoslescence (10-12 tahun)

1
Pada tahap ini remaja merasa heran akan perubahan

yang terjadi pada tubuhnya dan dorongan yang

menyertai perubahan tersebut. Remaja dapat

mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik

pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis.

Kepekaan yang berlebihan ditambah dengan

berkurangnya kendali terhadap “ego” menyebabkan

remaja awal sulit memahami dan dipahami orang

dewasa.

2. Remaja madya atau middle adolescence (13-15 tahun)

Pada tahap ini remaja membuttuhkan teman-teman.

Kecenderungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri,

dengan menyukai teman yang mempunyai sifat sama

dengan remaja itu sendiri. Selain itu, remaja berada

dalam kondisi bimbang dikarenakan tidak tahu harus

memilih pilihan yang mana.

3. Remaja akhir atau late adolescence (16-20 tahun)

Tahap ini adalah masa menuju periode dewasa dan

ditandai dengan:

a. Minat yang tepat terhadap fungsi-fungsi intelek

b. Mencari kesempatan untuk bertemu dan bersatu

dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman

baru

c. Tebentuknya identitas seksual yang tidak berubah

1
d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada

diri sendiri) menjadi keseimbangan antara

kepeningan diri sendiri dengan orang lain.

e. Tumbuh “dinding” pemisah yang memisahkan diri

pribadinya (privat self) dan masyarakat umum (the

public)

2. Ciri-ciri Umum Remaja

Ciri-ciri umum remaja menurut Hurlock (dalam Amalia,

2019)

a. Masa remaja adalah masa yang paling penting

Periode dalam rentang kehidupan memiliki

perbedaan dalam tingkat kepentingannya. Adanya akibat

yang langsung terhadap sikap dan tingkah laku serta akibat

jangka panjangnya menjadikan periode remaja ini lebih

penting dibanding periode lainnya. Akibat langsung

maupun akibat jangka panjang sama pentingnya bagi

remaja karena adanya akibat fisik dan akibat psikologis.

b. Masa remaja sebagai metode peralihan

Pada periode peralihan, terdapat keraguan dan

ketidakjelasan status pada setiap individu.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Pada masa remaja, tingkat perubahan sikap dan

perilaku sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama

awal

1
masa remaja, jika perubahan fisik berlangsung pesat, maka

perubahan perilaku dan sikap berlangsung pesat juga.

Apabila terjadi penurunan dalam perubahan fisik, maka

perubahan perilaku dan sikap juga akan menurun.

d. Masa remaja sebagai masa bermasalah

Pada setiap periode memiliki masalahnya sendiri,

masalah pada periode remaja termasuk masalah yang sulit

diatasi, baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan.

Alasannya, sebagian masalah yang terjadi pada masa

kanak- kanak diselesaikan oleh orang tua dan guru,

sehingga mayoritas remaja tidak berpengalaman dalam

mengatasinya. Alasan lain, yaitu sebagian remaja sudah

mandiri sehingga menolak bantuan orang tua dan guru, dan

ingin menyelesaikannya sendiri.

e. Masa remaja sebagai masa pencarian identitas

Penyesuaian diri dengan kelompoknya pada tahun

awal masa remaja merupakan hal yang penting bagi remaja

daripada individualitas.

f. Masa remaja sebagai masa munculnya ketakutan

Persepsi negatif terhadap remaja seperti tidak dapat

di percaya, cenderung merusak, menyebabkan orang

dewasa harus membimbing dan mengawasi remaja.

Demikian pula,

1
terhadap kehidupan remaja muda yang cenderung tidak

simpatik dan takut untuk bertanggung jawab.

g. Masa remaja yang tidak realistik

Remaja cenderung memandang diri sendiri dan

orang lain berdasar keinginannya, bukan berdasar

kenyataan yang sebenarnya, apalagi dalam hal cita-cita. Hal

tersebut dapat berakibat bagi remaja itu sendiri, keluarga,

dan teman- temannya. Cita-cita yang tidak realistik dapat

mengakibatkan tingginya emosi yang merupakan ciri awal

remaja, semakin tidak realistik cita-citanya, semakin tinggi

kemarahannya, dan remaja akan kecewa bila tujuan atau

cita- cita yang sudah ditetapkan tidak berhasil.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Saat usia kematangan semakin dekat, para remaja

akan merasa gelisah untuk meninggalkan stereotip usia

belasan tahun yang indah disatu sisi, dan harus bersiap

menuju usia dewasa di sisi lainnya. Kegelisahan tersebut

muncul dikarenakan kebimbangan tentang bagaimana

meninggalkan masa remaja dan bagaimana memasuki masa

dewasa. Remaja akan mencari perilaku dan sikap yang

pantas untuk memasuki masa dewasa. Apabila remaja

kurang bimbingan dan arahan, sikap dan perilakunya akan

menunjukkan kearah negatif, seperti merokok, minum-

2
minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang dan

terlibat dalam perilaku seks.

3. Masalah pada remaja

Remaja mempunyai tugas perkembangan yang harus dilalui

pada setiap tahap usianya. Seorang individu yang gagal dalam

melaksanakan tugas perkembangan pada usia sebenarnya,

perkembangan pada tahap usia berikutnya akan mengalami

gangguan, dan akan menimbulkan masalah pada diri remaja

dan menimbulkan tingkah laku abnormal.

Tingkah laku abnormal adalah tingkah laku yang mal-

adaptif dan berbahaya. Tingkah laku ini tidak mampu

mendukung kesejahteraan, perkembangan, dan pemenuhan

masa remaja. Tingkah laku mal-adaptif memiliki berbagai

bentuk, seperti:

a. Bunuh diri

b. Mengalami depresi

c. Memiliki keyakinan yang aneh dan tidak rasional

d. Menyerang orang lain

e. Mengalami ketergantungan pada obat-obatan terlarang dan

alkohol

B. Kenakalan Remaja
1. Pengertian kenakalan remaja

Kenakalan remaja (juvenile delinquency) merupakan

perilaku jahat (dursila) kenakalan anak-anak muda, keadaan

2
patologis dimana remaja yang disebabkan karena bentuk

pengabaian sosial sehingga berkembang kearah perilaku

menyimpang (Kelekatan et al., 2021). Delinquency yang

mempunyai Bahasa latin “delinquere” yang berarti: terabaikan,

mengabaikan yang kemudian artinya diperluas menjadi jahat, anti-

sosial, kriminal pelanggaran aturan, pembuat keributan, pengacau,

dan lain sebagainya (Karlina, 2020).

Kenakalan remaja merupakan perbuatan yang bertentangan

dengan hukum, agama, maupun norma-norma masyarakat yang

pelakunya ialah anak remaja sehingga akibatnya dapat

mengganggu masyarakat dan juga dapat merugikan bagi remaja itu

sendiri (Wilis dalam Hasanah, 2021). Kenakalan anak dan remaja

bersumber dari moral yang sudah berbahaya atau beresiko,

kerusakan moral bersumber dari keluarga yang tidak harmonis,

single parent dimana anak hanya diasuh oleh ibu, menurunnya

kewibawaan sekolah dalam mengawasi anak (Dewi et al., 2017)

Kenakalan remaja merujuk pada tindakan pelanggaran

hukum atau peraturan oleh remaja. Pelanggaran hukum dan

peraturan tersebut bisa termasuk pelanggaran berat seperti

membunuh, atau tawuran. Batasan yang termasuk sebagai

kenakalan remaja dapat dilihat dari tindakan yang diperlihatkan,

seperti tindakan yang tidak diterima oleh lingkungan sosial,

pelanggaran ringan maupun berat (Artini, 2018)

2
Berdasar beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan

bahwa kenakalan remaja merupakan kecenderungan remaja untuk

melakukan perbuatan yang melanggar peraturan yang

mengakibatkan kerugian atau kerusakan baik terhadap dirinya

sendiri maupun orang lain.

2. Bentuk-bentuk kenakalan remaja

Berdasar pada pengertiannya, kenakalan remaja memiliki

banyak bentuk seperti:

a. Kebut-kebutan di jalan yang mengganggu keamanan lalu lintas

di masyarakat.

b. Tingkah laku ugal-ugalan, brandalan yang dapat mengacaukan

ketentraman lingkungan sekitar.

c. Tawuran atau perkelahian antar kelompok, gang, sehingga

terkadang membawa korban jiwa.

d. Mabuk-mabukan dan berpesta pora.

e. Mengkonsumsi narkotika dan obat-obatan terlarang yang

mengakibatkan remaja tersebut kecanduan

f. Perjudian dan segala jenis permainan yang melibatkan taruhan,

sehingga memicu remaja melakukan aksi kriminalitas.

(Wahab dalam Andrianto, 2017)

3. Faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja

a. Kontrol diri yang lemah pada remaja

2
Remaja yang tidak bisa membedakan antara perbuatan yang

baik dan buruk akan sangat mudah terjerumus dalam kenakalan

remaja. Begitu juga dengan remaja yang tidak mampu

mengontrol dirinya dalam bertingkah laku akan ikut

terpengaruh pada kenakalan remaja. Karena kurang kuatnya

pendirian atau masih labilnya remaja menyebabkan remaja

tesebut mudah terpengaruh oleh teman sebayanya yang

berperilaku buruk dan akan membawa perilaku negatif bagi diri

remaja itu sendiri.

b. Lingkungan keluarga

Remaja yang berada pada kehidupan keluarga yang jauh

dari kata harmonis, seperti kurangnya perhatian dari kedua

orang tua, perceraian orang tua, dapat memicu seorang remaja

melakukan kenakalan. Kemudian perekonomian yang lemah

dalam keluarga dapat mempengaruhi remaja untuk melakukan

kenakalan, misalnya remaja yang berkeinginan membeli suatu

barang seperti milik teman-temannya namun kondisi ekonomi

keluarga yang lemah, remaja akan menuntut, dan lebih

parahnya remaja tidak mau mengakui orang tuanya karena

miskin. Karena keinginannya yang tidak terwujud tersebut

remaja akan melakukan apapun untuk memenuhi keinginannya

tersebut, seperti mencuri.

Selain itu pendidikan yang kurang tepat dalam keluarga

contohnya terlalu mengekang atau memanjakan bisa membuat

2
anak terjerumus dalam kenakalan remaja. Orang tua yang

terlalu memaksakan anak untuk belajar hal yang tidak

disukainya, anak tersebut akan memberontak dan mencari

kesenangan diluar bahkan bisa melakukan tindakan yang

negatif.

Sementara jika pola asuh orang tua terlalu memanjakan dan

memberikan kebebasan pada anak atau remaja tanpa adanya

kontrol akan membuat anak melakukan tindakan negatif dan

menyimpang (Purwaningtyas, 2020).

c. Faktor pergaulan teman sebaya

Remaja yang mempunyai teman sebaya yang berperilaku

buruk seperti mencuri, membully, tawuran, mabuk-mabukan,

merokok dapat mempengaruhi remaja tersebut karena setiap

hari selalu bersama.

d. Faktor lingkungan tempat tinggal atau lingkungan masyarakat

Remaja sebagai anggota masyarakat selalu mendapat

pengaruh dari keadaan masyarakat dan lingkungannya. Jika

remaja berada pada lingkungan yang baik, maka remaja

tersebut akan berperilaku baik, bahkan takut dan segan untuk

melakukan tindakan kejahatan. Sebaliknya jika remaja berada

pada lingkungan masyarakat yang menjadi sarang narkoba,

geng motor, judi, tawuran, remaja tersebut juga akan ikut

terpengaruh sehingga remaja akan ikut-ikutan melakukan

tindakan tersebut.

2
e. Faktor pengaruh teknologi

2
Teknologi pada masa kini sangat mudah di akses oleh

remaja karena kecanggihannya. Remaja dapat dengan mudah

mengakses sesuatu yang sebenarnya tidak diperuntukan

olehnya, seperti situs pornografi, video seks, dan konten berbau

kekerasan. Teknologi berbahaya jika remaja menggunakan

internet untuk mengakses konten pornografi sehingga dapat

berujung pada perbuatan seks bebas.

Kecanggihan teknologi ini membuat orang tua, kalangan

remaja, maupun anak anak dapat dengan mudah menggunakan

media sosial. Di dalam media sosial tersebut para penggunanya

dapat melihat, berkomentar, dan memberikan pendapatnya.

Sehingga media sosial dapat dengan mudah untuk memalsukan

jati diri atau perbuatan negatif seperti kejahatan. Dapat

disimpulkan dampak pengaruh teknologi adalah informasi baik

maupun buruk bisa dengan mudah mengalir pada masyarakat

(Resdati, Hasanah, 2021).

f. Pengaruh teman sebaya

Remaja mempunyai teman-teman sebayanya, teman sebaya

yang memiliki perilaku negatif dapat mempengaruhi remaja

tersebut untuk melakukan perilaku negatif atau kenakalan

(Amalia, 2019)

4. Aspek-aspek kenakalan remaja

Jensen membagi kenakalan remaja menjadi empat aspek, yaitu:

2
a. Kenakalan yang mengakibatkan korban fisik pada orang lain:

perkelahian, tawuran, pemerkosaan, pembunuhan, dan

sebagainya.

b. Kenakalan yang mengakibatkan korban materi: perusakan,

pencurian, pemerasan dan sebagainya.

c. Kenakalan sosial yang tidak mengakibatkan korban pada pihak

orang lain: penggunaan obat terlarang atau narkotika, mabuk-

mabukan.

d. Kenakalan yang melawan status: mengingkari status orang tua

dengan cara pergi dari rumah, membantah perintah mereka

(Amalia, 2019)

Kemudian menurut Hurlock (dalam Amalia, 2019), aspek

kenakalan remaja, yaitu:

a. Perilaku yang melanggar aturan dan status yang

mengingkari status identitas dirinya.

b. Perilaku yang membahayakan diri sendiri maupun orang

lain adalah perilaku yang menimbulkan resiko bagi diri

sendiri dan orang lain.

c. Perilaku yang menimbulkan korban materi adalah perilaku

yang merugikan orang lain secara materi.

d. Perilaku yang menimbulkan korban fisik merupakan

perilaku yang menyebabkan kerugian fisik orang lain.

2
Dari bebrapa pendapat ahli diatas dapat disimpulan

bahwa aspek-aspek yang mempengaruhi kenakalan remaja

yaitu kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang

lain, kenakalan yang menimbulkan korban materi,

kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak

lain, dan kenakalan yang melawan status.

5. Ciri-ciri kenakalan remaja

Perilaku nakal merupakan akibat dari proses pengkondisian

lingkungan yang buruk terhadap anak yang dilakukan oleh anak

usia puber. Adler menjelaskan beberapa ciri-ciri kenakalan remaja,

yaitu:

a. Kebut-kebutan dijalanan yang mengganggu keamanan lalu

lintas dan membahayakan diri sendiri dan orang lain.

b. Perilaku ugal-ugalan dan berandalan yang dapat mengacaukan

ketentraman masyarakat.

c. Perkelahian atau tawuran antar geng, antar kelompok, antar

sekolah, yang dapat menimbulkan korban jiwa.

d. Membolos sekolah kemudian bersembunyi pada tempat-tempat

yang terpencil.

e. Kriminalitas pada remaaja seperti: mencuri, memeras,

mengancam dan intimidasi.

Kartini Kartono menambahkan bahwa ciri-ciri kenakalan

remaja bisa berupa:

2
a. Berpesta pora sambil mabuk-mabukan.

3
b. Melakukan hubungan seks bebas.

c. Kecanduan obat obatan terlarang atau narkotika

d. Tindakan-tindakan tidak bermoral dalam seksual secara terang-

terangan.

e. Perjudian dan bentuk-bentuk permainan yang dilakukan dengan

taruhan (Destiyana, 2021)

6. Karakteristik kenakalan remaja

Menurut Kartono (2014) ada perbedaan ciri umum antara

remaja yang nakal maupun yang tidak nakal. Perbedaan tersebut

yaitu:

a. Perbedaan dalam struktur intelektual

Dalam sisi prestasi sangat terlihat beda antara remaja nakal

dan yang tidak. Fungsi pola piker remaja yang tidak nakal akan

mendapatkan nilai yang lebih tinggi dibanding remaja yang

nakal. Remaja yang nakal akan lemah toleran terhadap hal-hal

ambisius dan kurangnya kemampuan untuk memperhitungkan

tingkah laku orang lain.

b. Perbedaan dalam segi fisik dan psikis

Remaja yang nakal memiliki ciri umum secara fisik yang

berbeda dari remaja pada umumnya sejak dari lahir. Ciri khas

tubuh remaja yang nakal biasanya akan terlihat lebih kekar,

besar, berotot, kuat dan sikapnya yang lebih agresif.

3
Fungsi fisiologis dan neurologis yang mempunyai ciri pada

remaja yang nakal yaitu lemahnya reaksi remaja terhadap

stimulus rasa sakit dan menunjukkan kurangnya kematangan

pada jasmani.

c. Perbedaan dalam karakteristik individual

Remaja yang nakal mempunyai sifat kepribadian yang

khusus dan tergolong menyimpang, seperti:

1. Rata-rata hanya berorientasi pada masa sekarang,

bersenang- senang pada hari ini dan tanpa memikirkan

masa depan.

2. Kebanyakan ari remaja nakal terganggu secara eemosional.

3. Kurangnya sosialisasi antara remaja nakal dengan

masyarakat normal, sehingga tidak mampu mengenal

norma-norma kesusilaan, dan tidak bertanggungjawab

secara sosial.

4. Mereka suka menceburkan diri dlam kegiatan tanpa

berpikir, meskipun mereka menyadari berdasarkan resiko

dan bahaya yang terdapat di dalamnya.

5. Remaja yang nakal pada umunya tidak berpikir pada saat

melakukan tindakan dan mereka juga menyukai tindakan

yang memiliki tantangan dan bahaya.

6. Kurangnya perasaan atau tidak berfungsinya hati nurani

pada remaja nakal.

3
7. Remaja nakal menjadi liar dan jahat dikarenakan kurang

memiliki disiplin dan kontrol diri pada dirinya.

C. Teman Sebaya
1. Pengertian teman sebaya

Teman sebaya merupakan remaja atau anak –anak dengan

tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Interaksi teman

sebaya dengan usia yang sama. Pada masa remaja hubungan sosial

mempunyai peranan yang sangat penting, karena pada masa ini

remaja mulai mempunyai pertemanan yang luas. Informasi tentang

dunia di luar keluarganya biasanya diberikan oleh kelompok teman

sebaya. Penolakan dari teman sebaya menimbulkan perasaan

kesepian dan dimusuhi, sehingga dapat berpengaruh pada

kesehatan mental dan dapat menimbulkan masalah kejahatan.

Teman sebaya memiliki pengaruh besar dalam kehidupan remaja,

sehingga remaja selalu berusaha untuk tetap diterima dan berada di

dalam kelompok sebayanya. Pengaruh negatif yang dapat

dikenalkan oleh teman sebaya antara lain perilaku abnormal,

minuman alcohol, merokok .

Teman sebaya adalah sumber kasih sayang, simpati,

pengertian, dan tuntutan moral; tempat untuk melakukan

eksperimen; serta sarana untuk mencapai otonomi dan kemandirian

dari orang tua. Dengan adanya teman sebaya remaja lebih mudah

untuk mengungkapkan perasaan dan juga pemikiran mereka

dengan lebih baik. Pertemanan remaja dengan teman sebaya

3
yang stabil,

3
saling mendukung satu sama lain umumnya memiliki pandangan

yang baik tentang diri mereka sendiri, mampu bergaul dengan baik,

dan memiliki kemungkinan kecil untuk menjadi kasar, cemas dan

depresi (Sulastri, 2020).

2. Fungsi teman sebaya

Menurut Santrock salah satu fungsi utama teman sebaya

adalah untuk menyediakan berbagai informasi mengenai dunia di

luar keluarganya. Dari kelompok teman sebaya remaja menerima

umpan balik mengenai kemampuan mereka. Remaja bersama

dengan sebayanya belajar tentang apakah yang dilakukan itu lebih

baik, sama baiknya, atau bahkan lebih buruk dari yang dilakukan

remaja tersebut.

Menurut Sentosa (dalam Amalia, 2019) fungsi teman

sebaya adalah sebagai berikut:

a. Membantu peranan sosial yang baru

b. Sebagai sumber informasi bagi orang tua, guru, dan masyarakat

c. Dapat mengajarkan mobilitas sosial

d. Dapat mencapai kebebasan sendiri di dalam teman sebaya

e. Mengajarkan moral orang dewasa

f. Dalam teman sebaya, remaja dapat memiliki organisasi yang

baru

3
3. Kelompok-kelompok teman sebaya

Kelompok teman sebaya mempunyai peranan penting

dalam proses sosialisasi yaitu:

a. Kelompok permainan

Kelompok ini terbentuk secara spontan dan merupakan

kegiatan khas anak-anak. Kegiatan pada kelompok ini

merupakan permainan khas anak-anak yang di dalamnya

tercermin struktur dan proses masyarakat luas.

b. Geng

Kelompok teman sebaya ini dibedakan menjadi:

1. Delinquent gang, merupakan geng yang bertujuan untuk

melakukan kenakalan untuk mendapatkan keuntungan

material.

2. Retreatist gang, merupakan geng yang memiliki

anggota cenderung mengasikan diri, missal mabuk-

mabukan, penggunaan obat terlarang atau narkotika.

3. Social gang, merupakan geng yang bertujuan untuk

melakukan kegiatan bersifat sosial.

4. Violent gang, merupakan geng yang bertujuan untuk

melakukan kekerasan demi kekerasan itu sendiri.

c. Klub

Kelompok sebaya ini bersifat formal dalam arti memiliki

organisasi sosial yang teratur dan dalam bimbingan serta

3
pengaruh orang dewasa. Misal: kelompok pramuka, kesenian

remaja, perkumpulan olahraga, dan sebagainya.

d. Klik

Klik merupakan kumpulan dari dua orang atau lebih yang

bergabung dalam hubungan yang sangat akrab. Klik memiliki

ciri-ciri yaitu para anggotanya selalu merencanakan untuk

berada bersama, mengerjakan sesuatu bersama, dan pergi ke

suatu tempat bersama pula. (Patmasari, 2017)

4. Faktor yang mempengaruhi teman sebaya

Faktor-faktor yang meempengaruhi teman sebaya adalah:

a. Kesamaan

Kesamaan dalam usia, minat, topic pembicaraan, dan

aktivitas yang dilakukan. Hal itu dapat memungkinkan anak

menjalin hubungan yang lebih baik dan erat dengan sebayanya.

b. Situasi atau keadaan

Keadaan memiliki peran dalam permainan yang hendak

dilakukan bersama-sama. Saat anak berada bersama sebayanya

dengan jumlah orang yang cukup banyak, anak akan lebih

terdorong untuk melakukan permainan kompetitif daripada

permainan kooperatif.

c. Keakraban

Keakraban dapat menciptakan suasana yang kondusif

dalam hubungan sosial, termasuk hubungan antar teman

sebaya. Anak

3
akan merasa canggung jika diharuskan berkerjasama dengan

teman sebaya yang kurang akrab, akibatnya masalah yang

dihadapi akan terselesaikan dengan kurang baik dan kurang

efisien.

d. Ukuran kelompok

Semakin besar jumlah anak yang bergabung dalam suatu

kelompok, interaksi yang terjadi akan semakin rendah, kurang

akrab, kurang fokus, dan kurang memberikan pengaruh.

e. Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif dalam hal ini adalah keterampilan

anak dalam menyelesaikan masalah. Semakin baik kognisi

yang dimiliki, maka semakin pandai anak membantu

menyelesaikan masalah yang dimiliki anak lain dalam

memecahkan permasalahan kelompok sebayanya.

Berdasar uraian teori diatas, dapat disimpulkan bahwa

faktor yang mempengaruhi teman sebaya adalah hubungan atau

interaksi antara seorang dengan individu atau kelompok lain

yang memiliki status, pemikiran, usia, serta tigkat kedewasaan

yang hampir sama. (Patmasari, 2017)

5. Aspek – aspek teman sebaya

a. Aspek Kekompakan

Kekuatan yang dimiliki oleh kelompok menyebabkan

remaja tertarik dan ingin tetap menjadi anggota kelompk.

Hubungan

3
yang erat antara remaja dengan kelompok disebabkan perasaan

suka dengan anggota kelompok serta harapan memperoleh

manfaat dari kelompok tersebut kekompakan dapat dipengaruhi

oleh hal-hal sebagai berikut :

1) Penyesuaian diri

Kekompakan yang tinggi dapat menimbulkan

tingkat konformitas yang tinggi. Hal ini dikarenakan

apabila individu merasa dekat dengan anggota kelompok

lain, maka akan menyenangkan bagi individu tersebut

untuk mengakuinya, dan semakin menyakitkan apabila

anggota kelompok mencelanya. Kemungkinan untuk

menyesuaikan diri akan semakin besar apabila individu

mempunyai keinginan yang kuat untuk menjadi anggota

kelompok tersebut.

2) Perhatian terhadap kelompok

Peningkatan konformitas terjadi karena anggotanya

enggan disebut sebagai orang yang menyimpang, dan

penyimpangan menimbulkan resiko ditolak.semakin tinggi

perhatian seseorang dalam kelompok semakin tinggi tingkat

rasa takutnya terhadap penolakan, dan semakin kecil

kemungkinan untuk tidak menyetujui kelompok.

b. Aspek kesepakatan

3
Pendapat kelompok yang telah dibuat memiliki tekanan

yang kuat sehingga remaja harus bisa menyesuaikan

pendapatnya dengan pendapat kelompok. Kesepakatan dapat

dpengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut :

1) Kepercayaan

Tingkat kepercayaan terhadap mayoritas dan

menurun apabila terjadi perbedaan pendapat, meskipun

orang yang berbeda pendapat itu sebenarnya kurang ahli

bila dibandingkan anggota lain yang membentuk mayoritas.

Bila seseorang sudah tidak mempunyai kepercayaan

terhadap kelompok maka akan dapat mengurangi

ketergantungan individu terhadap kelompok.

2) Persamaan pendapat

Kehadiran orang yang tidak sependapat akan

terjadinya perbedaan serta dapat berakibat pada

berkurangnya kesepakatan kelompok. Apabila persamaan

pendapat antar anggota kelompok maka konformitas akan

semakin tinggi.

3) Penyimpangan terhadap pendapat kelompok

Apabila individu mempunyai pendapat yang

berbeda dengan individu lain maka individu tersebut akan

dikucilkan dan dipandang sebagai orang yang menyimpang,

baik dalam pandangan sendiri maupun orang lain.

4
c. Aspek ketaatan

Tekanan atau tuntutan kelompok pada remaja membuatnya

rela melakukan tindakan walaupun remaja tidak

menginginkannya. Jika ketaatan individu tinggi maka

konformitas juga tinggi. Ketaatan tersebut dapat dipengaruhi

oleh hal-hal sebagai berikut:

1) Tekanan karena ganjaran, ancaman, atau hukuman

Salah satu cara untuk menimbulkan ketaatan adalah

meningkatkan tekanan terhdap individu untuk

menampilkan perilaku yang diinginkan melalui ganjaran,

ancaman atau hukuman karena akan menimbulkan ketaatan

yang semakin besar.

2) Harapan orang lain

Indvidu akan rela memenuhi permintaan orang lain hanya

karena orang lain tersebut mengharapkannya. Salah stau

cara untuk memaksimalkan ketatan adalah menempatkan

individu dalam situasi yang terkendali, segala sesuatu diatur

hingga ketidaktaatan merupakan hal yang tidak mungkin

terjadi. (Sears et all, 2004

4
B. Kerangka Penelitian

Variabel Variabel dependen


independen Pengaruh Perilaku kenakalan
teman Variabel
sebaya luar: Variabel luar:
remaja
Ket:1. Situasi dan keadaan 1. Kontrol diri lemah

2. Ukuran kelompok
: Varibel yang diteliti 2. Lingkung
an keluarga
3. Perkembang
: Variabel yang tidak diteliti
an kognitif 3. Lingkungan
tempat tinggal
: Hubungan sebab akibat
4. Pengaruh teknologi
gambar 2. 1 Kerangka Penelitian

4
C. Kerangka Konsep
Faktor pengaruh teman sebaya:
gambar 2. 2 Kerangka Konsep
Kekompakan
Kesepakatan
Ketaatan
Ciri-ciri remaja:
Situasi dan keadaan
Masa terpenting
Ukuran kelompok
Masa peralihan
Perkembangan kognitif
Masa perubahan
Masa bermasalah
Masa muncul ketakutan
Masa ambang dewasa

Pengaruh Teman Sebaya

Remaja

Perilaku Kenakalan Remaja

Perilaku mal-
adaptif remaja:
Faktor kenakalan remaja :
1. Mengalami depresi
1. Kenakalan yang menimbulkan
2.Memiliki korban fisik
keyakinan yang
aneh dan tidak 2. Kenakalan yang menimbulkan
rasional korban materi

3.Menyerang orang lain 3. Kenakalan sosial yang


menimbulkan korban di pihak lain
4.Mengalami
ketergantungan pada 4. Kenakalan yang melawan status.
obat- obatan terlarang
5. Kontrol diri lemah
6. Lingkungan keluarga
7. Lingkungan tempat tinggal
8. Pengaruh teknologi

4
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam

kalimat pernyataan (Sugiono, 2017).

Ha: adanya hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku kenakalan

remaja

4
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian

kuantitatif, penelitian kuantitatif merupakan penelitian eksplorasi isu,

pengamatan fenomena, dan pencarian jawaban pertanyaan (Harlan &

Sutjiati, 2018). Jenis pendekatan yang digunakan pada penelitian ini

adalah penelitian studi analitik observasional yang dilakukan secara cross-

sectional. Studi analitik merupakan studi yang membahas dua variable

atau lebih, dan mengkaji hubungan antara variable tersebut. Studi

observasional merupakan bagian dari studi analitik yang berarti peneliti

hanya melihat atau mengamati keadaan pada anggota sampelnya dan tidak

melakukan intervensi apapun pada anggota (Harlan & Sutjiati, 2018).

Penelitian cross- sectional adalah desain penelitian yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi dengan variabel resiko atau sebab (variabel

independen) dan variabel akibat (variabel dependen) (Adiputra dkk, 2021).

Dalam penelitian ini peneliti menganalisa dua variabel, yaitu

variabel independen pengaruh teman sebaya dengan variabel dependen

kenakalan remaja di SMP YPK 2 KABUPATEN MERAUKE yang

bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut yang

diidentifikasi pada satu waktu yang sama di setiap responden

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei 2024 di SMP YPK 2
KABUPATEN MERAUKE.

4
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan responden yang hendak dipelajari

karakteristiknya. Populasi yang hendak dipelajari karakteristiknya, dalam

arti kata hendak diestimasi nilai parameternya adalah populasi target

(Harlan & Sutjiati, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa siswi yang berusia 12- 15 tahun, yang berjumlah 85 orang.

Sampel adalah himpunan bagian dari populasi yang diamati dan

dikumpulkan datanya (Harlan & Sutjiati, 2018). Teknik pengambilan

sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode total sampling.

Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel

sama dengan jumlah populasi. Jumlah populasi yang kurang dari 100,

maka seluruh populasi dijadikan sampel penelitian (Sugiyono, 2007).

Sampel pada penelitian ini adalah remaja yang berusia 12-15 tahun yang

memenuhi kriteria inklusi

1. Kriteria Inklusi :

a. Siswa SMP YPK 2 Kabupaten Merauke bersedia menjadi

responden

b. Siswa yang berumur 15 tahun kelas 9 SMP

c. Memiliki teman sebaya

2. Kriteria Ekslusi :

a. Siswa yang melakukan perilaku kenakalan remaja

b. Siswa yang mengalami lingkungan yang kurang sehat

c. Siswa yang memiliki lingkungan keluarga yang kurang sehat

4
D. Variabel dan Definisi Operasional
a. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas disebut juga variabel bebas yaitu karakteristik dari

subjek yang dengan keberadaannya menyebabkan perubahan pada

variabel lainnya (Dharma, 2011). Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah pengaruh teman sebaya.

b. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat adalah variabel yang menjadi pusat perhatian

peneliti atau menjadi perhatian utama dalam sebuah penelitian.

Variabel terikat merupakan permasalahan yang akan diselesaikan oleh

peneliti atau merupakan tujuan dari penelitian (Priyomo, 2021).

Variabel terikat pada penelitian ini adalah perilaku kenakalan remaja di

SMP YPK 2 KABUPATEN MERAUKE .

c. Variabel Penganggu

Variabel Penganggu adalah variabel lain yang tidak diteliti namun

secara subtansi dapat mempengaruhi variabel dependen ataupun

variabel independent (Dharma, 2011).

d. Definisi Operasional

Tabel 3 1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Alat Ukur Skala Kategori
Variabel Pernyataan remaja Kuesioner Ordinal 1. Baik:
Bebas: tentang pengaruh 76%-100%.
Pengaruh sosial yang 2. Cukup:
teman didapatkan dari 56%-75%.
sebaya teman sebaya atau 3. Kurang:
teman seumurannya. ≤56%

4
Terdiri dari 3 item
yaitu, kekompakan
teman sebaya,
kesepakatan teman
sebaya, ketaatan
teman sebaya

Variabel Pernyataan remaja Kuesioner Ordinal 1. Baik:


Terikat: tentang perilaku 76%-100%.
Perilaku kenakalan remaja. 2. Cukup:
Kenakalan Terdiri dari 4 item 56%-75%.
remaja yaitu, kenakalan 3. Kurang:
yang menimbulkan ≤56%
korban fisik,
kenakalan yang
menimbulkan korban
materi, kenakalan
sosial yang
menimbulkan korban
di pihak lain,
kenakalan yang
melawan status

E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti

untuk mengobservasi, mengukur atau menilai suatu fenomena. Alat

pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang terdiri dari

beberapa item pertanyaan atau pernyataan yang dibuat berdasarkan

indikator-indikator suatu variabel (Dharma, 2011).

a. Identitas responden

Identitas yang meliputi nama lengkap, usia, dan jenis kelamin

b. Instrumen pengaruh teman sebaya

4
Kuesioner untuk mengetahui pengaruh teman sebaya berupa

pertanyaan tertutup terdiri dari 20 pernyataan yang peneliti

modifikasi dari Sofiatun (2021) terdiri dari kekompakan,

kesepakatan, dan ketaatan. Penilaian disajikan dalam bentuk angket

dengan skala likert dengan menggunakan empat pilihan jawaban

yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), sangat tidak

sesuai (STS). Skala disajikan dalam pernyataan yang positif

(favorable) dan negatif (unfavorable) dengan skor pernyataan

positif (favorable) SS mendapatkan skor 4, S mendapatkan skor 3,

TS mendapatkan skor 2, STS mendapatkan skor 1 dan untuk

pernyataan negatif (unfavorable) skornya adalah SS untuk skor 1,

S mendapatkan skor 2, TS mendapatkan skor 3, STS mendapatkan

skor 4

c. Instrumen Perilaku Kenakalan Remaja

Kuesioner untuk mengetahui pengaruh teman sebaya berupa

pertanyaan tertutup terdiri dari 20 pernyataan yang peneliti

modiikasi dari Sofiatun (2021) terdiri dari kenakalan yang

menimbulkan korban fisik, kenakalan yang menimbulkan korban

materi, kenakalan sosial yang menimbulkan korban, kenakalan

yang melawan status. Penilaian disajikan dalam bentuk angket

dengan skala likert dengan menggunakan empat pilihan jawaban

yaitu sering (S), jarang (J) frekuensi dilakukan berkisar 3 kali ,

pernah (P) frekuensi dilakukan berkisar 1-2 kali, tidak pernah (TP).

Skala

4
disajikan dalam pernyataan yang positif (favorable) dan negatif

(unfavorable) dengan skor pernyataan positif (favorable) S

mendapatkan skor 4, J mendapatkan skor 3, P mendapatkan skor 2,

TP mendapatkan skor 1 dan untuk pernyataan negatif

(unfavorable) skornya adalah S untuk skor 1, J mendapatkan skor

2, P mendapatkan skor 3, TP mendapatkan skor 4.

F. Teknik Pengumpulan Data


1. Jenis data yang dikumpulkan

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer

disebut juga sebagai data asli atau data baru yang up to date

(Masturoh & Anggita T, 2018). Data primer dari penelitian

diperoleh langsung dari remaja SMP YPK 2 KABUPATEN

MERAUKE, yaitu berupa data identitas (nama, dan usia), data

mengenai pengaruh teman sebaya dan perilaku kenakalan remaja,

diambil menggunakan kuesioner yang dibagikan langsung kepada

remaja SMP YPK 2 KABUPATEN MERAUKE.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai

sumber yang telah ada. Data sekunder dapat diperoleh dari jurnal,

Lembaga, laporan, dan lain-lain (Masturoh & Anggita T, 2018).

5
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data jumlah remaja SMP

YPK 2 KABUPATEN MERAUKE.

2. Cara Pengumpulan Data

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Mei 2024 di SMP YPK

2 KABUPATEN MERAUKE. Kuesioner diberikan kepada remaja

berusia 12-15 tahun yang memenuhi kriteria inklusi. Sebelum

responden diberikan lembar kuesioner responden harus mengisi

informed consent yang akan dibagikan, kemudian responden diberikan

penjelasan mengenai maksud dan tujuan peneliti serta menjelaskan

cara pengisian kuesioner tersebut.

Langkah-langkah pengumpulan data yang dapat dilakukan adalah

sebagai berikut:

a. Peneliti meminta izin untuk melakukan penelitian dan meminta data

kepada Ibu Kepala Sekolah terkait dengan remaja yang berusia 12-

15 tahun.

b. Peneliti membuat undangan kepada remaja yang bertujuan untuk

mengumpulkan remaja tersebut di ruang kelas.

c. Peneliti memberikan informed consent kepada remaja tanda

persetujuan keikutsertaan dalam penelitian ini serta memberikan

penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan yaitu dengan

membagikan kuesioner kepada responden.

d. Peneliti mengumpulkan lembar kuesioner yang telah di isi oleh

responden dan memeriksa kelengkapan kuesioner.

5
e. Peneliti memberikan souvenir berupa botol air minum kepada

responden sebagai ucapan terimakasih.

f. Peneliti mengecek kelengkepan jawaban kuesioner yang telah di isi

oleh responden sebelum pengolahan data

G. Uji Validitas
a. Validitas

Validitas adalah syarat mutlak bagi suatu alat ukur agar dapat

digunakan dalam suatu pengukuran. Suatu penelitian meskipun

didesain dengan tepat, namun tidak akan memperoleh hasil

penelitian yang akurat jika menggunakan alat ukur yang tidak valid

(Dharma, 2011). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan pendapat dari ahli (judgement

exsperts). Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang

telah disusun (Sugiyono, 2007). Koefisien validasi yang tidak

begitu tinggi atau berada sekitar angka 0,50 lebih, dapat di terima

dan dianggap memuaskan. Tetapi apabila koefisien validitas

kurang dari 0,30 biasanya dianggap sebagai cukup atau kurang

memuaskan (Azwar, 2013). Penentuan kriteria item dilakukan

berdasarkan daya beda item yang berupa koefisien korelasi item

total dengan batasan r ≥ 0,30. Semua item yang mencapai koefisien

korelasi minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan, dengan

demikian item yang koefisiensi korelasinya < 0,30 dinyatakan

gugur dan item yang > 0,30 dianggap valid.

5
1) Kuesioner Pengaruh Teman Sebaya

Alat ukur penelitian dengan kuesioner yang telah di uji

validitas dan reliabilitas oleh peneliti sebelumnya terdiri dari 20

item yang tersebar dalam 3 aspek terdapat 20 item yang valid

dengan koefisien korelasi berkisar antara 0,370 sampai 0,741

tidak ada item yang gugur (Sofiatun, 2021).

2) Kuesioner Kenakalan Remaja

Alat ukur penelitian dengan kuesioner yang telah di uji

validitas dan reliabilitas oleh peneliti sebelumnya terdiri dari 20

item yang tersebar dalam 4 jenis terdapat 20 item yang valid

dengan koefisien korelasi berkisar antara 0,361 sampai 0,747

tidak ada yang gugur (Sofiatun, 2021).

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah konsistensi hasil ukur yang mengandung makna

seberapa tinggi kecematan pengukur (Azwar, 2013). Pengujian

reliabilitas instrumen menggunakan teknik alpha cronbach melalui

scale reliability dan perlakuan terhadap butir gugur. Menurut

Azwar (2013) koefisien reliabilitas berada dalam rentang angka

dari 0 sampai dengan 1,00. Apabila koefisien reliabilitas semakin

tinggi mendekati angka 1,00 maka semakin reliabel

5
H. Teknik Analisa Data
1. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.

Bentuk analisis univariat tergantung dari jenis datanya

(Notoatmodjo, 2018). Analisi univariat dalam penelitian ini

adalaah usia, jenis kelamin, pengaruh teman sebaya, perilaku

kenakalan remaja di SMP YPK 2 KABUPATEN MERAUKE.

2. Analisa Bivariat

Apabila telah dilakukan analisis univariat tersebut, hasilnya

diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat

dilanjutkan analisis bivariat. Analisis bivariate yang dilakukan

terhadap dua variabel yang diduga berbuhungan atau

berkorelasi (Notoatmodjo, 2018). Analisi bivariate dalam

penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengaruh teman

sebaya terhadap perilaku kenakalan remaja di SMP YPK 2

KABUPATEN MERAUKE adalah uji Somer’s. Korelasi

Somers’d dapat digunakan pada dua variabel yang memiliki

hubungan simetris dan asimetris. Hubungan simetris

merupakan bentuk hubungan dimana dalam bentuk hubungan

ini tidak ditemukan adanya variabel independen dan variabel

dependen, sedangkan pada hubungan asimetris sudah

ditemukan secara pasti adanya variabel dependen dan variabel

independen. Korelasi Somers’d memperhatikan banyaknya ties

5
(banyaknya data kembar pada

5
dua variabel, dimana selisih dari kedua variabel tersebut adalah

nol) pada perhitungan untuk mencari nilai koefisien

korelasinya. Kemudian syarat yang lain yaitu dapat digunakan

pada data ordinal-ordinal (Nugroho, Akbar, Vusvitasari, 2008).

I. Rencana Jalannya Penelitian


-
J. Etika Penelitian
Menurut (Dharma, 2011) secara umum terdapat empat prinsip utama

dalam etik penelitian keperawatan :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Pada penelitian ini peneliti akan memberikan informed consent atau

persetujuan penelitian kepada responden. Responden memiliki

kebebasan untuk memilih ikut atau menolak penelitian (autonomy).

Peneliti tidak boleh memaksa responden yang tidak mau ikut dalam

penelitian. Peneliti akan memberikan informasi terkait dengan tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan kerahasiaan informasi pada saat

diberikan informed consent.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy and

confidentiality)

Pada penelitian ini, responden memiliki privasi dan hak untuk

mendapat kerahasiaan informasi. Pada penelitian akan tetap

mencantumkan nama lengkap dan Alamat akan tetapi hanya untuk

kepentingan penelitian.

5
3. Menghormati keadilan dan inklutivitas (respect for justice inclusive

ness)

Pada penelitian ini, peneliti mengharapkan bahwa penelitian ini

dilakukan dengan jujur, cermat, dan hati-hati. Kemudian penelitian ini

dilakukan sesuai dengan kemampuan responden. Prinsip keadilan

dalam penelitian ini adalah semua populasi yang ada akan dijadikan

responden.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harm and benefits)

Pada penelitian ini, peneliti harus mempertimbangkan manfaat dan

resiko atau dampak negatif bagi para responden. Manfaat yang dapat

diambil pada penelitian ini adalah tercipta lingkungan yang sehat

sebagai tempat para remaja bergaul dengan teman sebayanya

5
DAFTAR PUSTAKA
Artini, B. (2018). Analisis Faktor Yang Memengaruhi Kenakalan Remaja. Jurnal
Keperawatan, 7(1).
Dewi, Y. T. R. I., Wibawa, B., & Gautama, A. S. (2017). Faktor Penyebab
Tergabungnya Remaja Kota Bandung. 4, 192.
Dharma, K. kusuma. (2011). METODOLOGI PENELITIAN KEPERAWATAN.
CV.
Trans Info Media.
Fatimah, S. (2017). Hubungan antara konformitas terhadap teman sebaya dengan
kenakalan remaja pada siswa usia 13-15 tahun di SMP Negeri 1 Ciwidey
Bandung. ATKIP Siliwangi Journals, 1(1), 27–42.
https://doi.org/10.22460/q.v1i1p27-42.500
Karlina, L. (2020). Fenomena Terjadinya Kenakalan Remaja. Jurnal Edukasi
Nonformal, 52, 147–158.
Kelekatan, K., Tua, O., Dukungan, D. A. N., Sebaya, T., Kenakalan, T., Di, R., &
Bandung, K. (2021). Nadilla Salma Nuraini, 2021 KONTRIBUSI
KELEKATAN ORANG TUA DAN DUKUNGAN TEMAN SEBAYA
TERHADAP KENAKALAN REMAJA DI KOTA BANDUNG Universitas
Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.
Masturoh, I., & Anggita T, N. (2018). METODOLOGI PENELITIAN
KESEHATAN
(Cetakan pe).
Priyomo, M. (2021). Metode Penelitian Kuantitatif (Edisi 3). WIDYA GAMA
PRESS.
Sugiono. (2017). METODE PENELITIAN BISNIS (S. Yustiani Suryandari (ed.);
Edisi ke-3). Alfabeta, Bandung.
Sulastri. (2020). Dampak Kenakalan Remaja Untuk Meningkatkan Kesadaran
Dari Bahaya Kenakalan Remaja Bagi Masa Depan. 15–24.

5
LAMPIRAN
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth

Calon Responden Penelitian

Di Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Mahasiswa Program Studi


Keperawatan Program Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta

Nama : Hansley Uniwally

NIM : 20100031

Bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengaruh


Teman Sebaya Terhadap Perilaku Kenakalan Remaja di SMP YPK 2
KABUPATEN MERAUKE”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui adanya hubungan pengaruh teman sebaya terhadap perilaku
kenakalan remaja SMP YPK 2 KABUPATEN MERAUKE.

Saya menyatakan bahwa penelitian tidak menimbulkan akibat merugikan


anda sebagai responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan
dijaga dan digunakan sebagaimana mestinya. Apabila anda menyetujui
menjadi responden, maka saya memohon untuk ketersediaannya untuk
menandatangani surat persetujuan dan mengisi kuesioner yang telah
disediakan. Atas perhatiannya dan kesedian anda sebagai responden saya
ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 17 July 2023

Peneliti

Hansley Uniwally

5
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Saya telah menerima penjelasan secara lengkap tentang penelitian “Hubungan
Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Perilaku Kenakalan Remaja di SMP
YPK 2 KABUPATEN MERAUKE” dan semua pertanyaan yang saya ajukan
telah dijawab oleh peneliti, maka saya

Nama :
Alamat :
Tanggal lahir :
Umur :

dengan menandatangani formulir ini, saya menyatakan setuju untuk ikut serta
dalam penelitian ini.
Yogyakarta, 17 July 2023
Saksi * Responden

............................... ............................................

* Untuk responden/partisipan yang tidak bisa membaca dan menulis

6
KUESIONER PENGARUH TEMAN SEBAYA

Data Diri

Nama :

Jenis kelamin :

Usia :

PETUNJUK PENGISIAN

1. Isilah identitas anda pada tempat yang telah disediakan.

2. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama. Kemudian berikan jawaban

anda pada setiap pernyataan dengan memberi tanda check-list (√) pada

salah satu pilihan yang tersedia. Adapun alternatif pilihan jawaban yang

kami sediakan sebagai berikut.

SS : Sangat Sesuai dengan keadaan yang dialami diri

anda. S : Sesuai dengan keadaan yang dialami diri anda.

TS : Tidak Sesuai dengan keadaan yang dialami diri anda.

STS: Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan yang dialami diri anda.

6
Contoh pengisian:

Alternatif Jawaban

SS S TS STS

1. Setiap teman berbicara saya memperhatikan √

Jika anda ingin mengganti jawaban, maka coretlah jawaban yang salah (≠) dan

berikan tanda (√) pada jawaban yang anda anggap paling sesuai dengan diri.

SELAMAT MENGERJAKAN

Alternatif Jawaban

NO Pertanyaan SS S TS STS

1. Saya mudah bergaul dengan siapa saja

2. Saya menjalin kekompakan dengan teman-

teman

3. Saya merasa senang ketika berkumpul

bersama teman-teman

4. Saya membantu teman dalam segala hal

5. Saya menasehati teman agar tidak melanggar

peraturan

6
6. Saya tidak peduli dengan apapun yang

terjadi pada teman saya

7. Saya tidak menerima nasehat dari siapapun

8. Saya membenci teman yang berkhianat

9. Saya merasa kesulitan apabila mendapatkan

suatu masalah tanpa bantuan teman

10 Saya menerima semua hal yang telah

disepakati dalam kelompok

11. Saya menceritakan segala hal kepada

teman saya

12. Saya melakukan apapun demi teman saya

13. Saya akan memberikan pendapat kepada

teman yang sedang mengalami kesulitan

14. Menurut saya pendapat individu lebih

diutamakan daripada pendapat kelompok

15. Saya mengikuti aturan yang dibuat di

dalam kelompok

16. Saya mendapatkan hal baru jika bersama teman

6
17. Saya lebih memilih berkumpul bersama

teman disbanding hal lainnya

18. Saya mengikuti kebiasaan teman walaupun

bertentangan dengan diri saya

19. Saya tidak akan mengikuti perilaku teman yang

bertentangan dengan saya

20. Saya mengikuti apa yang teman saya lakukan

tanpa adanya paksaan

KUESIONER KENAKALAN REMAJA

Data Diri

Nama (inisial) :

Jenis kelamin :

Usia :

PETUNJUK PENGISIAN

1. Isilah identitas anda pada tempat yang telah disediakan.

2. Baca masing-masing pernyataan dengan teliti dan pilih jawaban yang

benar-benar sesuai dengan pendapat pribadi anda. Anda dapat

memilih

6
salah satu dari 2 (dua) pilihan jawaban yang tersedia dengan memberikan

tanda check-list (√) pada pilihan anda yaitu:

S: sering (Frekuensi dilakukan

J: jarang ( Frekuensi dilakukan berkisar lebih atau sama dengan 3 kali)

P: pernah ( Frekuensi dilakukan berkisar 1-2 kali)

TP: tidak pernah

3. Bila anda ingin mengganti jawaban, maka coretlah jawaban yang salah (≠)

dan berikan tanda check-list (√) pada kolom jawaban yang benar.

Contoh pengisian:

Alternatif Jawaban

No Pernyataan S J P TP

1. Saya sering merokok √

SELAMAT MENGERJAKAN

Alternatif Jawaban

NO Pertanyaan S J P TP
1. Saya memukul orang yang berani

mengejek saya

2. Saya membawa senjata tajam kemanapun saya

pergi

6
3. Jika ada teman yang berkelahi,

saya mendamaikan dan melerainya

4. Saya tertantang jika diajak untuk berkelahi

5. Saya bersikap baik dan sopan kepada siapapun

6. Saya melampiaskan kemarahan

dengan berkelahi

7. Saya tidak menyelesaikan masalah

dengan berkelahi

8. Saya ikut serta dalam tawuran

9. Saya mencoret-coret tembok rumah

warga/masyarakat

10. Saya mengambil barang teman tanpa

sepengetahuannya

11. Ketika marah saya melampiaskan dengan

merusak barang-barang

12. Ketika menemukan uang saya langsung

menyembunyikannya

13. Saya meminta izin terlebih dahulu sebelum

meminjam sesuatu milik orang lain

6
14. Ketika mengadakan acara, saya membeli

dan menyediakan minuman beralkohol

15. Saya menyimpan video porno

16. Saya merokok

17. Saya bertanggungjawab atas segala

perbuatan saya

18. Saya mengetahui batasan bergaul dengan

lawan jenis

19. Jika orang tua meminta bantuan,

saya membantahnya

20. Saat bepergian saya izin terlebih dahulu dengan

orang tua

Anda mungkin juga menyukai