Anda di halaman 1dari 23

PENGAWASAN PEMERINTAH KELURAHAN

BATUPUTIH BAWAH DI KECAMATAN RANOWULU


KOTA BITUNG DALAM MENGATASI KENAKALAN
REMAJA

PROPOSAL

Disusun oleh :

MARSITA MELANIA SARCI AMALA


NIM. 17081101013

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2020
Daftar isi

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................6
BAB II......................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................7
2.1 Penelitian Terdahulu.......................................................................................7
2.2 Konsep Pengawasan.......................................................................................8
2.3 Konsep Kenakalan Remaja..........................................................................16
BAB 3....................................................................................................................18
METODE PENELITIAN.......................................................................................18
3.1 Jenis Penelitian.............................................................................................18
3.2 Sumber Data.................................................................................................18
3.3 Fokus Penelitian...........................................................................................19
3.4 Lokasi Dan Informan Penelitian...................................................................20
3.5 Teknik Pengumpulan Data...........................................................................20
3.6 Teknik Analisis Data....................................................................................21
Daftar Pustaka........................................................................................................23
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja adalah salah satu masa dalam rentang kehidupan manusia.
Masa ini merupakan masa transisi dimana masa itu diperlukan penyesuaian diri
dari masa anak-anak kemasa dewasa. Batas umurnya berkisar antara 10-20 tahun.
Dalam masa ini, remaja berkembang kearah kematangan perilaku seksual,
menetapkan identitas sebagai individu yang terpisah dari keluarga dan
menghadapi tugas menentukan cara mencari mata pencaharian. Dalam masa ini,
perilaku perilaku seksual juga ikut mewarnai kehidupan para remaja masa remaja
menunjukan sifat jelas transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh
status dewasa dan tidak memiliki status kanak-kanak.
Munculnya fenomena kecenderungan kenakalan remaja yang masih
berstatus sebagai pelajar akhir-akhir ini menjadi permasalahan yang
mengkhawatirkan baik dari perspektif pendidikan, psikologi, sosial, maupun
budaya. Fenomena ini merupakan bukti dari lemahnya moral dan regulasi diri di
kehidupan remaja yang semakin melemah.
Kemudahan mengakses informasi akibat dampak dari kemajuan teknologi
memunculkan pemikiran – pemikiran modern yang tidak sesuai dengan norma –
norma sosial yang ada di dalam masyarakat. Hal ini memicu timbulnya masalah
sosial remaja di lingkungannya, baik di keluarga, lingkungan pendidikan maupun
di lingkungan masyarakat.
Kenakalan remaja merupakan suatu perbuatan yang melanggar aturan,
norma dan hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia transisi masa anak-
anak dan dewasa.
Kenakalan remaja meliputi perilaku yang menyimpang dari norma-norma
hukum pidana yang dilakukan anak remaja. Perilaku menyimpang ini tentu akan
merugikan dirinya sendiri dan juga merugikan orang lain.
Remaja mulai mencoba-coba bertindak dan berperilaku seperti orang
dewasa, misalnya: merokok, minum-minuman keras, menggunaka obat-obatan,
dan lain-lain. Tindakan ini tidak sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku di
masyarakat (juveline delinquency). Dalam kehidupan bermasyarakat sekarang ini
masalah kenakalan remaja merupakan hal yang lazim. Ada banyak masalah
kenakalan remaja yang ditemukan, misalnya: tawuran, pertengkaran antara orang
tua dengan anak, pesta miras, narkoba, dan lain-lain.
Dari tahun ke tahun kenakalan remaja di Indonesia semakin bertambah
dan para remaja semakin menjadi-jadi dalam kehidupan pergaulannya sehingga
menganggu ketentraman baik dilingkungan keluarga maupun masyarakat.
Sebagaimana kita ketahui bahwa pada akhir-akhir ini tindak pidana yang
dilakukan oleh anak atau remaja semakin meningkat, meresahkan masyarakat dan
menyebabkan terjadinya kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh anak atau
remaja tersebut.
Menurut BPS 2015 jumlah penduduk di Indonesia sebanyak 254,9 juta
jiwa, diantaranya laki-laki sebanyak 128,1 juta jiwa dan perempuan sebanyak
126,8 juta jiwa. Data menunjukkan adanya peningkatan kenakalan remaja dari
tahun ketahun diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS), tren kenekalan remaja
dan kriminalitas remaja mulai dari kekerasan fisik dan kekerasan psikis
menunjukkan angka peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007, tercatat
3145 remaja usia ≤ 18 tahun menjadi pelaku kenakalan dan tindak kriminal, tahun
2008 dan 2009 meningkat menjadi 3280 hingga 4123 remaja. Pada tahun 2013
angka kenakalan remaja di Indonesia mencapai 6325 kasus 147 kasus tawuran
antar pelajar, sedangkan pada tahun 2014 jumlahnya mencapai 7007 kasus 255
kasus tawuran antar pelajar dan pada tahun 2015 mencapai 7762 kasus. Artinya
dari tahun 2013 – 2014 mengalami kenaikan sebesar 10,7%, kasus tersebut terdiri
dari berbagai kasus kenakalan remaja diataranya, pencurian, pembunuhan,
pergaulan bebas dan narkoba yang banyak dilakukan oleh anak pelajar. Dari data
tersebut kita dapat mengetahui pertumbuhan jumlah kenakalan remaja yang terjadi
tiap tahunnya.
Hampir di setiap tempat kita banyak menyaksikan kenakalan remaja baik
di kota-kota besar sehingga di daerah-daerah terpencil atau di pedesaan dan
masing-masing tempat berbeda faktor penyebabnya. Kalau di perkotaan kanakalan
remaja lebih di sebabkan oleh seiring kemajuan yang terjadi di kota di mana
segala fasilitas pendukungnya tersedia seperti tempat-tempat hiburan malam,
pengaruh pergaulan bergaya modern yang tidak lagi mengenal ke arifan lokal dan
lain sebagainya.
Kota Bitung memiliki 8 kecamatan. Kecamatan Ranowulu terdapat 11
kelurahan. Salah satuna Kelurahan Batuputih Bawah. Kelurahan Batuputih
Bawah, kenakalan remaja sering terjadi, kenakalan remaja di Kelurahan
Batuputih Bawah mencapai 25%. Diakibatkan hampir rata-rata para orang tua
memiliki tingkat pendidikan rendah dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap
generasi penerus yang akan menerima tongkat estapet untuk melanjutkan
kelangsungan hidup masyarakat di Kelurahan itu sendiri, sesuatu yang sulit di
hindari adalah ketika anak remaja yang masih memiliki usia sekolah lebih
memilih berhenti sekolah untuk bekerja, agar mendapat penghasilan sendiri.
Akan tetapi yang terjadi adalah orang tua lalai melakukan bimbingan
terhadap anak remajanya dalam menggunakan uang atau upah yang dia peroleh,
kalau yang di peroleh orang tuanya di gunakan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga maka remaja di gunakan untuk berfoya-foya dengan teman-temannya
yang memiliki profesi yang sama, dari beberapa remaja berkumpul dan patungan
untuk, membeli minuman keras sebanyak mungkin dan mereka minum sampai
mabuk.
Dalam hal ini pengawasan dari pemerintah diperlukan dalam mengatasi
kenakalan remaja tersebut, pemerintah merupakan tokoh yang di hormati dalam
kehidupan masyarakat dan diharapkan menjadi panutan, teladan, pembimbing,
penasehat, dan dapat memberi petunjuk serta arahan kepada remaja supaya tidak
lagi meminum minuman keras. Sesuai dengan tugas dan peran yang harus
dijalankan yaitu sebagai, mediator, motivator, tutor, pengelola dan sebagai
penyendang dana serta fasilitas pendidikan bagi remaja.
Pemerintah kelurahan Batuputih Bawah dalam hal ini melalukan upaya
pengawasan terhadap remaja yang meminum minuman keras, dan melakukan
criminal, bekerja sama dengan KAMTIBMAS kecamatan Ranowulu. Dengan
melakukan patroli di atas jam 11 malam. Namun upaya tersebut belum juga
efektif dalam mengatasi kenakalan remaja.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah sebagai
berikut:
Bagaimana Pengawasan Pemerintah Kelurahan Batuputih Bawah di
Kecamatan Ranowulu, Kota Bitung Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja.

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan Rumusan Masalah yang ada tujuan yang inin di teliti dalam
penelitian ini adalah unuk mengetahui Pengawasan Pemerintah Kelurahan
Batuputih Bawah di Kecamatan Ranowulu, Kota Bitung Dalam Mengatasi
Kenakalan Remaja.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian yaitu:
a. Teoritis
Penelitian ini di harapkan mendadi kepustakaan dalam dunia pendidikan terlebih
bagi program studi Administrasi Negara, Universitas Sam Ratulangi Manado.
b. Praktis
Penelitian ini di harapkan menjadi masukan kepada pemerintah menjadi bahan
acuan pemerintah kelurahan Batuputih Bawah dalam mengatasi kenakalan remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


1. Penelitian dari Jospin Losa
Peneliti Jospin Losa, Femmy C.M Tasik, Antonius Purwanto (2018) meneliti
tentang Peranan Orang Tua Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja Akibat
Meminum Alkohol Cap Tikus. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk yang menjadi tujuan dalam penelitian ini
adalah Ingin mengetahui peran orang tua dalam mengatasi tingkat kenakalan
remaja sebagai akibat dari minuman keras Cap Tikus di Desa Talawaan.
Hasil penelitian membuktikan bahwa bentuk kenakalan yang dialami oleh remaja
dipengaruhi oleh kurangnya kontrol orang tua, pengaruh lingkungan baik dalam
lingkungan sekolah maupunlingkungan sosial, serta dampak Globalisasi antara
lain pengaruh media Massa seperti Televisi, Media Komputer, dan lain-lain.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu meneliti tentang
kenakalan remaja dimana peneliti sama-sama memberikan gambaran tentang
bernagai macam kenakalan remaja.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu berada pada objeknya.

2. Penelitian dari Iin Lapamusu, Telly D. Wua, N. F. Kaunang


Peneliti Iin Lapamusu, Telly D. Wua, N. F. Kaunang (2018) meneliti tentang
Peran Pemerintah Desa Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di Desa Balahu
Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
sejauh mana kepedulian pemerintah desa dalam menanggulagi kenakalan remaja,
dana apa saja yang menjadi faktor terjadinya kenakalan remaja de desa Balahu
Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo.
Hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara dengan para informan yang
ada menunjukkan bahwa penyebab terjadinya kenalakan remaja di Desa Balahu
yaitu: kurangnya perhatian Pemerintah desa, karena pemerintah desa lebih
mengutamakan pembangunan infrasturuktur ketimbang pembangunan
pembentukkan karakter pemuda di masa pertumbuhannya.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu meneliti tentang
kenakalan remaja dimana peneliti sama-sama memberikan gambaran tentang
bernagai macam kenakalan remaja.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu berada pada objeknya.

3. penelitian dari Rizka Dwi Oktaviani


Peneliti Rizka Dwi Oktaviani (2017) meneliti tentang Pengawasan Pemerintah
Kota Dalam Penyaluran Raskin Di Kecamatan Citangkil Kota Cilegon Tahun
2017. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Tujuan penelitan
ini untuk mengetahui pengawasan penyaluran raskin oleh pemerintah kota
Cilegon.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengawasan Dadan Pemberdayaan
MAsyarakat dan Ketahanan Pangan dalam pengawasan penyaluran raskin di
kecamatan Citangkil Kota Cilegon belum maksimal.
Persaman penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu terdapat kesamaan
variable (x) yaitu Pengawasan Pemerintah dan metode yang digunakan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu terletak pada objek
penelitiannya. Penelitian ini menggunakan objek penelitian kenakalan remaja
sedangkan penelitan terdahulu menggunakan objek penelitian penyaluran raskin.

2.2 Konsep Pengawasan


Sondang P. Siagian (2006:107) Pengawasan adalah proses pengamatan
dari pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya
semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan sebelumnya. Sarwoto (2001:83) Pengawasan adalah kegiatan
manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan
rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki. Sujamto (2001:19)
Pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai
kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas dan kegiatan, apakah
sesuai dengan yang semestinya atau tidak.
Pengawasan merupakan proses kegiatan pengamatan terhadap seluruh
kegiatan organisasi. Melalui pengawasan, kegiatan-kegiatan di dalam organisasi
akan dinilai apakah berjalan sesuai dengan rencana atau tidak.
Pengawasan adalah salah satu fungsi dan wewenang pimpinan pada berbagai
tingkatan manajemen di dalam suatu organisasi. Pengawasan harus dilakukan
secara konsisten dan berlanjut sehingga gerak organisasi dapat diarahkan kepada
pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Dalam melakukan pengawasan diperlukan standar penilaian sebagai alat
evaluatif terhadap kegiatan-kegiatan yang diawasi. George R. Tery (2006:395)
mengartikan pengawasan sebagai mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan,
maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tidankan-
tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
Dale (dalam Winardi, 2000:224) dikatakan bahwa pengawasan tidak hanya
melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan mengawasi, tetapi
juga mengandung arti memperbaiki dan meluruskannya sehingga mencapai tujuan
yang sesuai dengan apa yang direncanakan. Admosudirdjo (dalam Febriani,
2005:11) mengatakan bahwa pada pokoknya pengawasan adalah keseluruhan
daripada kegiatan yang membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau
sudah dilaksanakan dengan kriteria, norma-norma, standar atau rencana-rencana
yang telah ditetapkan sebelumnya.

Jadi Pengawasan adalah sebagai suatu usaha sistematis oleh manajemen untuk
membandingkan kinerja standar, rencana, atau tujuan yang telah ditentukan
terlebih dahulu untuk menentukan apakah kinerja sejalan dengan standar tersebut
dan untuk mengambil tindakan penyembuhan yang diperlukan untuk melihat
bahwa sumber daya manusia digunakan dengan seefektif dan seefisien mungkin
didalam mencapai tujuan.
Kriteria pengawasan yang efektif :
a. Pengawasan harus mendukung sifat dan kebutuhan kegiatan (aktivitas)
b. Pengawasan perlu melaporkan setiap penyimpangan yang terjadi
dengan segera
c. Pengawasan harus mempunyai pandangan ke depan
d. Pengawasan harus objektif, teliti sesuai dengan standard yamg
digunakan
e. Pengawasan harus luwes/fleksibel
f. Pengawasan harus serasi dengan pola orgamisasi
g. Pengawasan harus ekonomis
h. Pengawasan harus mudah mengerti
i. Pengawasan harus diikuti dengan perbaikan/koreksi
Menurut Usman Effendi (2014:138) mengemukakan bahwa pengawasan
merupakan fungsi manajemen yang paling esensial, sebaik apa pun kegiatan
pekerjaan tanpa adanya dilaksanakan pengawasan pekerjaan itu tidak dapat
dikatakan berhasil. Sedangkan menurut Irham Fahmi (2014:138) mengatakan
bahwa pengawasan secara umum dapat didefinisikan sebagai cara suatu organisasi
mewujudkan kinerja yang efekif dan efisien, serta lebih jauh mendukung
terwujudnya visi dan misi suatu orgainisasi.
Fremont E. Kast dan James E. Rosenzweig, Pengawasan adalah tahap
proses manejerial mengenai pemeliharaan kegiatan orgainisasi dalam batas-batas
yang diizinkan yang diukur dari harapan-harapan. T. Hani Handoko, Pengawasan
dapat didefinisikan sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan orgainisasi dan
manejerial tercapai.
Brantas,Pengawasan ialah proses pemantauan, penelitian, dan
pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk
tindakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut. Sedangkan menurut
Manullang (2006:177) menjelaskan bahwa Pengawasan adalah dilakukan oleh
atasan dari tugas yang bersangkutan, Karena pengawasan seperti ini disebut juga
Pengawasan vertical atau formal karena yang melakukan pengawasan ini adalah
orang-orang yang berwenang.
Menurut S.P Siagian (2004:40) Mengawasi berarti mengamati dan
memantau dengan berbagai cara seperti pengamatan langsung kegiatan-kegiatan
operasional dilapangan, membaca laporan dan berbagai cara lainnya sementara
kegiatan operasional sedang berlangsung maksudnya ialah untuk mengetahui
apakah dalam pelaksanaan terdapat penyimpangan disengaja atau tidak dari
rencana dan program yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Husaini Usman (2001:503) pengendalian adalah proses
pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar
semua pekerjaan yang dilakukan berjalan sesuai rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya. Menurut Irham Fahmi (2014:138) pengawasan didefenisikan
sebagaicara suatu organisasi mewujudkan kinerja yang efektif dan efisien, serta
lebih jauh mendukungnya visi dan misi suatu organisasi.
Berdasarkan diskripsi pengertian pengawasan yang tersaji diproleh suatu
konsep pemahaman bahwa perlu dilakukannya suatu pengawasan yang dilakukan
secara rutin ataupun berkala oleh pimpinan atau orang yang mempunyai
wewenang untuk melakukakan pemantauan, pemeriksaan, penilaian dan perbaikan
agar tidak terjadinya penyimpangan dalam pencapaian suatu tujuan yang efektif
dan efisien dan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Secara filosofi dikatakan bahwa pengawasan sangat penting dilakukan
karena manusia pada dasarnya memiliki sifat salah dan khilaf, sehingga kegiiatan
manusia didalam organisasi perlu dilakukan pemantauan, hal ini bukan
dilakukakan untuk mencari kesalahannya tetapi untuk mendidik, membimbing
dan mengarahkannya.

Tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan


yang kurang memuaskan, baik bagi organisasi itu sendiri maupun bagi para
pekerjanya. Menurut Marigan Masry Simbolon (2004:65) teknik pengawasan ada
dua macam yaitu :
1. Pengawasan Langsung
Pengawasan yang dilakukan seorang manejer atau pimpinan terhadap
kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung, pengawasan ini dapat berbentuk
inspeksi langsung dan laporan dari tempat.
2. Pengawasan Tidak Langsung
Merupakan pelaksanaan pengawasan yang dilakukan dari jarak
jauh dengan melalui laporan yang dapat dilihat dari :
a. Laporan tertulis dan
b. Laporan lisan
Dari laporan diatas dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pengawasan dari
pimpinan dapat dilaksanakan secara lansung mapun tidak langsung, dimana tugas
dari seorang pimpinan dalam pengawasan tidak dapat dihindari dalam segala
kegiatan organisasi, untuk itu keberhasilan suatu organisasi ataupun instansi dapat
diukur dari proses kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh seorang pimpinan.
Menurut Fahmi dalam Erlis Milta dkk (2015, p.653) pengawasan dapat
didefinisikan sebagai cara suatu organisasi mewujudkan kinerja yang efektif dan
efisien serta lebih jauh mendukung terwujudnya visi dan misi organisasi.
Menurut Moekizat dalam Satriadi (2015, p.289) pengawasan adalah hal yang
dilakukan, artinya hasil pekerjaan, menilai hasil pekerjaan tersebut, dan apabila
perlu mengadakan tindakan-tindakan perbaikan sehingga hasil pekerjaan sesuai
dengan rencana.
Menurut LAN (Amstrong) dalam Satriadi (2016, p.289) pengawasan adalah
suatu proses kegiatan seorang pimpinan untuk menjamin agar pelaksanaan
kegiatan organisasi sesuai dengan rencana, kebijaksanaan, dan ketentuan-
ketentuan yang telah di tetapkan. Menurut Sondang Siagian Atmodiwiryo dalam
Satriadi (2016, p.290) pengawasan adalah proses pengamatan dari pelaksanaan
seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang
dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
Menurut The Liang Gie (Atmodiwiryo) dalam Satriadi (2016, p.290)
pengawasan adalah pemeriksaan, mencocokkan dan mengusahakan agar
pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan serta
hasil yang dikehendaki.
Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa pengawasan merupakan
salah satu pekerjaan yang dilaksanakan dalam kegiatan manajerial untuk
menjamin terealisasinya semua rencana yang telah ditetapkan sebelumnya serta
pengambilan tindakan perbaikan bila diperlukan.
Menurut Robbins and Coulter dalam Satriadi (2016, p.290) terdiri dari empat
indikator yaitu :
1. Menetapkan standar (Standards) yakni penetapan patokan
(target) atau hasil yang diinginkan, untuk dapat dilakukan sebagai
perbandingan hasil ketika berlangsungnya kegiatan organisasi.
Standar juga merupakan batasan tentang apa yang harus dilakukan
dalam melaksanakan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan dan
target organisasi.
2. Pengukuran (Measurement) yakni proses yang berulang-ulang
dilakukan dan terus menerus dan benar, baik intensitasnya dalam
bentuk pengukuran harian, mingguan, atau bulanan sehingga
tampak yang diukur antara mutu dan jumlah hasil.
3. Membandingkan (Compare) adalah membandingkan hasil yang
dicapai dengan target atau standar yang telah ditetapkan, mungkin
kinerja lebih tinggi atau lebih rendah atau sama dengan standar.
4. Melakukan tindakan (Action) adalah keputusan mengambil
tindakan koreksi-koreksi atau perbaikan. Bilamana telah terjadi
penyimpangan (deviasi) antara standar dengan realisasi perlu
melakukan tindakan follow-up berupa mengoreksi penyimpangan
yang terjadi.

2.2 Konsep Pemerintah


M. Kusnardi mendahulukan gagasan pemerintah sebagai yang peduli dibuat oleh
suatu negara yang bertujuan untuk mengatur kesejahteraan rakyat atau warga dan
untuk kepentingan warganya dan untuk melaksanakan dan melakukan tugas
eksekutif, legislatif & yudikatif. W.S. Saire,mengatakan bahwasanya pemerintah
dalam arti terbaik merupakan organisasi suatu negara-negara yang berdiri dan
berjalan kekuasaan. Sementara Merriam memberitahukan suatu tujuan pemerintah
yang mencakup keamanan eksternal, agar intern, keadilan, kesejahteraan warga,
dan kebebasan untuk masyarakat. Suradinata mendefinisikan Pemerintah
merupakan suatu yang mempunyai kekuatan yang sangat besar di sebuah negeri,
termasuk urusan publik, teritorial, dan suatu urusan kekuasaan untuk mencapai
tujuan negara.
Istilah Pemerintah berasal dari kata perintah, yang berarti perkataan yang
bermaksud menyuruh melakukan sesuatu, sesuatu yang harus dilakukan.
Pemerintah adalah orang, badan atau aparat yang mengeluarkan atau memberi
perintah”. (Pranadjaja, 2003: 24) Pemerintah adalah organisasi yang memiliki
kewenangan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang di
wilayah tertentu. Ada beberapa definisi mengenai sistem pemerintahan.
Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kewenangan untuk membuat
dan menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu. Ada beberapa
definisi mengenai sistem pemerintahan. Secara umum, pengertian pemerintah
adalah kelompok orang yang memiliki wewenang untuk memerintah suatu negara.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pemerintah adalah sistem
menjalankan wewenang dan kekuasaan mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan
politik suatu negara atau bagian-bagiannya. Max Boli Sabon dalam bukunya Ilmu
Negara (2019), menerangkan Ernst Utrecht, ilmuwan sekaligus pakar hukum
Belanda, menyebut ada tiga pengertian pemerintah.
1. Pemerintah dalam arti luas meliputi badan legislatif, eksekutif, dan
yudikatif, termasuk semua badan yang menyelenggarakan
kesejahteraan umum.
2. Pemerintah dalam arti gabungan badan kenegaraan tertinggi atau satu
badan kenegaraan tertinggi yang memerintah di wilayah suatu negara
contohnya Presiden, Raja, atau Sultan.
3. Pemerintah dalam arti Kepala Eksekutif (Presiden atau Perdana
Menteri) bersama-sama dengan menteri-menterinya sebagai organ
eksekutif, yang disebut Dewan Menteri atau Kabinet.
Pemerintah adalah sekelompok orang atau organisasi yang diberikan kekuasaan
untuk memerintah serta memiliki kewenangan dalam membuat dan menerapkan
hukum di suatu wilayah.
Jika dilihat dalam arti sempitnya, pemerintah adalah badan atau lembaga
eksekutif dalam negara misalnya presiden, gubernur, bupati dan walikota.
Sedangkan dalam arti luasnya yang disebut pemerintah adalah semua aparatur
negara baik itu eksekutif, legislatif (parlemen) atau yudikatif (lembaga hukum).
Secara umum, pemerintah merupakan lembaga atau badan publik yang bertugas
mewujudkan tujuan negara. Lembaga itu juga diberikan kewenangan untuk
melaksanakan kepemimpinan dan koordinasi pemerintahan serta pembangunan
masyarakat dari berbagai lembaga dimana mereke ditempatkan.
Pada umumnya yang disebut dengan “pemerintah” adalah sekelompok
individu yang mempunyai wewenang tertentu untuk melaksanakan kekuasaan
yang dalam arti ini melaksanakan wewenang yang sah dan melindungi serta
meningkatkan tarap hidup masyarakat melalui perbuatan dan pelaksanaan
berbagai keputusan.
Pemerintahan Desa dan Pemerintah Desa, kedua kalimat ini menggunakan
kata “Desa” sebagai objek kalimat. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72
Tahun 2005 kedua kalimat di atas dapat kita artikan sebagai berikut :
Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah
Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan desa. Dari pengertian di atas kita simpulkan bahwa
yang termasuk Pemerintah Desa yaitu Kepala Desa dan Perangkat Desa
(Sekretaris Desa, Kaur, Kepala Dusun) Pemerintah desa adalah unsur
penyelenggara desa, pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa.
Pemerintah desa mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan rumah tangga
desa, urusan pemerintahan umum, pembangunan dan pembinaan masyarakat.
Menjalankan tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten
Adapun wewenang pemerintahan desa antara lain menyelenggarakan musyawarah
desa untuk membicarakan masalah-masalah penting yang menyangkut
pemerintahan desa dan kehidupan masyarakat desanya, melakukan pungutan dari
penduduk desa berupa iuran atau sumbangan untuk keperluan penyelenggaraan
pemerintahan desa dengan memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat yang
bersangkutan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
menggerakkan partisipasi masyarakat untuk melaksanakan pembangunan.
Adapun kewajiban pemerintah desa yaitu menjalankan pemerintahan,
pembangunan dan pembinaan masyarakat di desa yang bersangkutan;
Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa, melakukan tugas-tugas dari
pemerintah dan pemerintah daerah menjamin dan mengusahakan keamanan,
ketentraman, dan kesejahteraan warga desanya dan memelihara tanah kas desa,
usaha desa dan kekayaan desa lainnya yang menjadi milik desa untuk tetap
berdaya guna dan berhasil.

2.3 Konsep Kenakalan Remaja


Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar
norma, aturan, atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja
atau transisi masa anak-anak ke dewasa. Kenakalan Remaja merupakan gejala
patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial
yang pada akhirnya menyebabkan perilaku menyimpang.

Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-


norma dalam masyarakat, pelanggaran status, maupun pelanggaran terhadap
hukum pidana. Pelanggaran status seperti halnya kabur dari rumah, membolos
sekolah, merokok, minum minuman keras, balap liar, dan lain sebagainya.
Pelanggaran status ini biasanya tidak tercatat secara kuantitas karena bukan
termasuk pelanggaran hukum.
Sedangkan yang disebut perilaku menyimpang terhadap norma antara lain
seks pranikah di kalangan remaja, aborsi, dan lain sebagainya. Kenakalan remaja
juga dapat digambarkan sebagai kegagalan dalam pemenuhan tugas
perkembangan. Beberapa remaja gagal dalam mengembangkan kontrol diri yang
sudah dimiliki remaja lain seusianya selama masa perkembangan.
Keberhasilan dalam pemenuhan tugas perkembangan menjadikan remaja
sadar dan peka terhadap norma, sehingga remaja mampu menahan dorongan
pemuasan dalam diri agar tidak melanggar norma dan aturan yang berlaku.
Sebaliknya, kegagalan dalam tugas perkembangan ini, akan menyebabkan
individu remaja menjadi kurang peka terhadap norma dan aturan yang barlaku. Ini
menyebabkan individu remaja menjadi rentan berperilaku melanggar aturan
bahkan melakukan tindakan kriminal.
Kenakalan remaja merupakan tingkah laku yang yang melampaui batas
toleransi orang lain atau lingkungan sekitar serta suatu tindakan yang dapat
melanggar norma-norma dan hukum. Secara sosial kenakalan remaja ini dapat
disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial sehingga remaja ini dapat
mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang.
Sumiati (2009), mendefinisikan kenakalan remaja adalah suatu perilaku
yang dilakukan oleh remaja dengan mengabaikan nilai-nilai sosial yang berlaku di
dalam masyarakat. Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang
dari norma-norma dan hukum yang dilakukan oleh remaja. Perilaku ini dapat
merugikan dirinya sendiri dan orang-orang sekitarnya. Hurlock (1999),
menyatakan kenakalan remaja adalah tindakan pelanggaran hukum yang
dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut dapat membuat seseorang atau
remaja yang melakukannya masuk kedalam penjara.

Gunarsa (2004), mendefinisikan kenakalan remaja itu terjadi pada remaja


yang mempunyai konsep diri lebih negatif dibandingkan dengan remaja yang
tidak bermasalah. Remaja yang dibesarkan dalam keluarga kurang harmonis dan
memiliki kecenderungan yang lebih besar menjadi remaja yang nakal
dibandingkan remaja yang dibesarkan dalam keluarga harmonis dan memiliki
konsep diri yang positif.
Berdasarkan beberapa pendapat dari para tokoh diatas, jadi yang dimaksud
dengan kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk melakukan
tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan
kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Dalam pemenilitan ini menggunakan metode penelitian kualitarif, metode
penelitian kualitatif merupakan metode yang di gunakan untuk meneliti suatu
kondisi objek ilmiah. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud
untuk memahami tentang fenomena apa saja yang terjadi pada pihak subjek
penelitian misalnya sikap, perilaku, motivasi, persepsi, tindakan, dan lain-lain
yang secara rinci.
Metode peneilitian kualitatif adalah penelitian yang di gunakan untuk
menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau
keistimewaan dari pengaruh social yang tidak dapat di jelaskan.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk mncari serta memahami makna di balik
data, serta untuk menemukan kebenaran dari penhetahuan yang di peroleh dari
observasi atau percobaan.
Metode penelitian kualitatif ini berhubungan langsung dengan persoalan yang
di teliti karena dilihat dari tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana
pengawasan Pemerintah Kelurahan Batuputih Bawah di Kecamatan Ranowulu
Kota Bitung dalam mengatasi kenakalan remaja.

3.2 Sumber Data

Menururt lexy J. Moleong yang dicatat oleh Suharsimi Arikunto yang


berjudul Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, bahwa Sumber data
kualitatif adalah tampilan yang berupa kata-kata lisan atau tertulis yang dicermati
oleh peneliti, dan benda-benda yang diamati sampai detailnya agar dapat
ditangkap makna yang tersirat dalam dokumen atau bendanya. Sumber data
tersebut seharusnya asli, namun apabila susah di dapat, fotokopi atau tiruan tidak
terlalu menjadi masalah, selama dapat diperoleh bukti pengesahan yang kuat
kedudukannya.
Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini dapat dikelompokan
menjadi 2 yaitu sebagai berikut :
a. Primer
Sumber data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer adalah
pengambilan data dengan instrument pengamatan, wawancara, catatan lapangan
dan penggunaan dokumen Didalam penelitian ini sumber data primernya yakni
sumber data yang diperoleh dan dikumpulkan langsung dari informan yang terdiri
Kamtibmas, Kepala Kelurahan Batuputih Bawah, Orang tua, anak remaja usia 12
tahun ke atas.
b. Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara
tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
Adapun data sekunder untuk penelitian ini diambil dari buku penunjang dan dari
data hasilnya observasi yang berkaitan dengan fokus penelitian.
Sumber data sekunder adalah untuk memudahkan peneliti untuk
mengumpulkan data-data serta menganalisis hasil dari penelitian ini yang nantinya
dapat memperkuat temuan dan menghasilkan penelitian yang mempunyai tingkat
ketetapan dan kecermatan yang tinggi.

3.3 Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitia pada pengawasan


pemerintah kelurahan berdasarkan pada pendapat Marigan Masry Simbolon
(2004:65) teknik pengawasan ada dua macam yaitu :
1. Pengawasan Langsung
Pengawasan yang dilakukan seorang manejer atau pimpinan terhadap
kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung, pengawasan ini dapat berbentuk
inspeksi langsung dan laporan dari tempat.
2. Pengawasan Tidak Langsung
Merupakan pelaksanaan pengawasan yang dilakukan dari jarak
jauh dengan melalui laporan yang dapat dilihat dari :
c. Laporan tertulis dan
d. Laporan lisan

3.4 Lokasi Dan Informan Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Kelurahan Batuputih Bawah, Kecamatan


Ranowulu, Kota Bitung. Peneliti mengambil daerah ini karena merupakan daerah
yang mempunyai tingkat kenakalan remaja tertinggi di kecamatan Ranowulu
sehinggah mempermudah peneliti untuk melakukan penelitian terutama dalam
pengambilan data dan informan.
Informan dalam penelitian ini yaitu, KAMTIBMAS, Kepala Kelurahan,
Orang Tua, dan Anak Remaja usia 12 tahun ke atas yang akan di teliti untuk
mengetahui bagaimana Pengawasan Pemerintah Kelurahan Batuputih Bawah di
Kecamatan Ranowulu, Kota Bitung Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:


a. Wawancara
Wawancara adalah suatau proses tanya jawab lisan, dimana 2 orang
atau lebih saling berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka lain
dan mendengar dengan telinga sendiri dari suaranya (Sukandarrumidi, 2006: 89).
Wawancara dapat dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui keadaan
seseorang, wawancara sendiri dapat dilakukan secara individu atau kelompok
guna mendapatkan informasi yang tepat dan otentik.
Penelitian ini mengunakan bentuk wawancara baku terbuka. Jenis
wawancara ini adalah wawancara yang menggunakan seperangkat
pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya, dan cara penyajian sama
untuk setiap responden (Moloeng, 2011: 188). Alasan peneliti menggunakan
jenis wawancara baku terbuka adalah untuk mengurangi variasi hasil
wawancara pada saat dilakukan.
b. Observasi
Prof. Dr. Sofyan S. Willis menggemukakan Observasi yaitu
pengamatan yang dilakukan secara partisipan dan non-partisipan. Metode
partisipan mengharuskan peneliti terlibat di dalam kegiatan anak-anak dan
remaja. Sedangkan metode non-partisipan hanya mengamati dari luar,
tidak perlu terlibat.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode non-partisipan,
peneliti hanya mengamati dari luar dan tidak terlibat langsung. Peneliti
mengamati dan mempelajari bagaimana Pengawasan Pemerintah
Kelurahan Batuputih Bawah di Kecamatan Ranowulu, Kota Bitung Dalam
Mengatasi Kenakalan Remaja.

c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis ataupun film, sedangkan
recordadalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau
lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting
(Moleong, 2011: 216). Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik tertulis,
gambar maupun elekronik. Dokumentasi di lakukan untuk melengkapi metode
observasi dan wawancara.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh


adalah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan
rangkaian angka serta tidak dapat disusun dalam kategori-kategori/struktur
klasifikasi. Data bisa saja dikumpulkan dalam aneka macam cara(observasi,
wawancara, intisari dokumen, pita rekaman)dan biasanya diproses terlebih
dahulu sebelum siap digunakan(melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan,
atau alih-tulis), tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata
yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas, dan tidak
menggunakan perhitungan matematis atau statistika sebagai alat bantu analisis.
Untuk mendapatkan yang sesuai maka teknik-teknik yang dilakukan yaitu:
a. Reduksi Data
Selama pengumpulan data berlangsung, terjadi tahapan reduksi, yaitu
membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus,
membuat partisi, dan menulis memo.
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan
akhirnya dapat ditarik dan diverivikasi.

b. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan setelah reduksi data. Dalam penelitian kualitatif.
Penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antara katagori, flowchart, dan sejenisnya. penyajian data tersebut, maka data
akan terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan mudah
dipahami.

c. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru
yang sebelumnya belum pernah ada, temuan ini dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap
sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau
interaktif, hipotesis atau teori.
Daftar Pustaka
Losa, Jospin. Femmy Tasik. Antonius Purwanto. 2018. Peran Orang Tua
Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja Akibat Meminum Alkohol Cap Tikus.
Universitas Sam Ratulangi.
Lapamusu, Lin. Telly D, Wua. N, F Kaunang. 2018. Peran Pemerintah Desa
Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di Desa Balahu Kecamatan Tibawa
Kabupaten Gorontalo. Universitas Negeri Manado. Vol 2, No 1.
Oktaviani, Rizka Dwi. 2017. Pengawasan Pemerintah Kota Cilegon Dalam
Penyaluran Raskin di Kecamatan Citangkil Kota Cilegon. Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
Siagian, Sondang P. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan
ketiga belas. Bumi Aksara. Jakarta.
Sarwoto. 2001. Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Cetakan keenam
belas. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Sujamto. 2001. Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan. Jakarta: Ghalia
Indah.
George R, Terry. 2006. Prinsip-prinsip Manajemen. Jakarta: Penerbit Bumi.
Aksara.
Harjono Wirnadi. 2000. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Rineka
Cipta.
Effendi, Usman. 2014. Asas-Asas Manajemen. Depok: Katalog Dalam
Terbitan (KDT).
Fahmi, Irham. 2014. Manajemen Kepemimpinan Teori dan Aplikasi.
Bandung: Alfabeta.
Marigan, Masry, Simbolon. 2004. Dasar-Dasar Administrasi dan
Manajemen. Jakarta: Ghakia Indonesia.
Siagian, Sondang P. 2004. Manajemenn Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Bumi. Aksara.
Satriadi. 2016. Pengaruh Pengawasan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja
Guru Pada SD Negeri Binaan Tanjung Pinang. Jurnal Manajemen Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Tanjung Pinang.
Gunarsa, Singgih D. 2004. Psikologis Praktis Anak, Remaja dan Keluarga.
Cetakan 7. Jakarta: Gunung Mulia.

Anda mungkin juga menyukai